bab 2 pembahasan

38
Bab 2 Pembahasan A. Lingkungan Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). B. Perubahan Keseimbangan Lingkungan 1. Faktor Alam Lingkungan dalam suatu ekosistem dapat mengalami perubahan sebagian atau menyeluruh. Biasanya perubahan total terjadi akibat bencana alam, seperti banjir, lahar panas atau lahar dingin, letusan gunung berapi, gempa, gelombang tsunami, dan lain-lain. Terjadinya kerusakan atau perubahan yang diakibatkan oleh faktor alam dapat merusak habis semua komunitas yang ada di lingkungan tersebut. Komunitas itu akan muncul kembali (suksesi) yang membutuhkan waktu cukup lama, bahkan sampai ratusan tahun, contohnya suksesi pada Gunung Krakatau akibat letusan dahsyat yang terjadi lebih dari 150 tahun yang lalu. Kerusakan lingkungan akibat proses alam adalah kerusakan terhadap lingkungan hidup yang disebabkan oleh faktor alam. Kerusakan ini terjadi secara alami tanpa campur tangan atau peranan manusia. Meskipun terkadang manusia pun bisa menjadi pemicu awal terjadi proses kerusakan lingkungan secara tidak langsung. Dalam artikel Alamendah’s Blog terdahulu telah diuraikan bahwa kerusakan lingkungan hidup adalah proses deteriorasi atau penurunan mutu (kemunduran) lingkungan. Jika dilihat dari faktor penyebabnya, kerusakan lingkungan dapat dikategorikan menjadi kerusakan yang diakibatkan oleh peristiwa alam dan diakibatkan oleh manusia. Kerusakan lingkungan hidup oleh faktor alam disebabkan terjadinya gejala atau peristiwa alam yang terjadi secara hebat sehingga memengaruhi keseimbangan lingkungan hidup. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di luar pengaruh aktifitas manusia sehingga manusia tidak mampu mencegah terjadinya. Beberapa peristiwa alam yang dapat memengaruhi kerusakan lingkungan, antara lain letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, banjir, badai dan angin topan, kemarau panjang (kekeringan ), dan tsunami. 1

Upload: independent

Post on 29-Nov-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bab 2Pembahasan

A. LingkunganLingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan

sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).

B. Perubahan Keseimbangan Lingkungan1. Faktor Alam

Lingkungan dalam suatu ekosistem dapat mengalami perubahan sebagian atau menyeluruh. Biasanya perubahan total terjadi akibat bencana alam, seperti banjir, lahar panas atau lahar dingin, letusan gunung berapi, gempa, gelombang tsunami, dan lain-lain.

Terjadinya kerusakan atau perubahan yang diakibatkan oleh faktor alam dapat merusak habis semua komunitas yang ada di lingkungan tersebut. Komunitas itu akan muncul kembali (suksesi) yang membutuhkan waktu cukup lama, bahkan sampai ratusan tahun, contohnya suksesi pada Gunung Krakatau akibat letusan dahsyat yang terjadi lebih dari 150 tahun yang lalu.

Kerusakan lingkungan akibat proses alam adalah kerusakan terhadap lingkungan hidup yang disebabkan oleh faktor alam. Kerusakan ini terjadi secara alami tanpa campur tangan atau peranan manusia. Meskipun terkadang manusia pun bisa menjadi pemicu awal terjadi proses kerusakan lingkungan secara tidak langsung.

Dalam artikel Alamendah’s Blog terdahulu telah diuraikan bahwa kerusakan lingkungan hidup adalah proses deteriorasi atau penurunan mutu (kemunduran) lingkungan. Jika dilihat dari faktor penyebabnya, kerusakan lingkungan dapat dikategorikan menjadi kerusakan yang diakibatkan oleh peristiwa alam dan diakibatkan oleh manusia.

Kerusakan lingkungan hidup oleh faktor alam disebabkan terjadinya gejala atau peristiwa alam yang terjadi secara hebat sehingga memengaruhi keseimbangan lingkungan hidup. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di luar pengaruh aktifitas manusia sehingga manusia tidak mampu mencegah terjadinya.

Beberapa peristiwa alam yang dapat memengaruhi kerusakan lingkungan, antara lain letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, banjir, badai dan angin topan, kemarau panjang (kekeringan), dan tsunami.

1

Kerusakan Lingkungan Akibat Gunung Meletus

Gunung meletus adalah peristiwa keluarnya endapan magma dari perut bumi yang didorong oleh gas bertekanan tinggi yang terjadi pada gunung-gunung berapi. Hasil letusan gunung berapi antara lain lava, lahar, gas vulkanik, hujan abu, dan awan panas yang dapat mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Bentuk kerusakan lingkungan yang dapat diakibatkan oleh meletusnya gunung berapi antara lain :

Material padat yang dilemparkan oleh gunung api berupa batuan, kerikil, dan pasir yang dapat merusak, menimpa, bahkan menimbun lahan pertanian, hutan, perkebunan, hingga pemukiman penduduk dan sumber air bersih.

Hujan abu vulkanik yang menyertai letusan gunung berapi menyebabkan gangguan pernafasan, mempengaruhi jarak pandang dan intensitas cahaya matahari, menutup dan merusak tanaman pertanian, mengganggu aktifitas transportasi, dan sebagainya, sehingga akan mengurangi produksi dan aktivitas manusia.

Lava panas (pijar) yang meleleh merusak daerah yang dilaluinya, baik berupa hutan, perkebunan, lahan pertanian hingga pemukiman penduduk.

Awan panas dengan berbagai material yang dibawanya, bergerak dalam kecepatan tinggi dan suhu yang mencapai ratusan derajat dapat menghanguskan wilayah yang diterjangnya termasuk menewaskan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Aliran lahar dapat menyebabkan pendangkalan sungai, atau menyebabkan terjadinya banjir bandang saat musim penghujan.

2

Gas yang mengandung racun dapat mengancam keselamatan manusia, hewan, dan tumbuhan di sekitarnya.

Kerusakan Lingkungan Akibat Gempa Bumi

Gempa bumi adalah peristiwa alam berupa getaran atau gerakan bergelombang pada kulit bumi yang ditimbulkan oleh tenaga dari dalam secara tiba-tiba.

Gempa bumi  mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa :

Kerusakan bangunan. Tanah longsor. Perubahan struktur tanah dan batuan Degradasi lahan dan kerusakan bentang lahan Pencemaran udara Krisis air bersih Tsunami (gempa bumi di laut)

3

Jatuhnya korban baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Kerusakan Lingkungan Akibat Tanah Longsor

Tanah longsor adalah peristiwa geologi yang diakibatkan oleh pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Tanah longsor dapat diakibatkan oleh erosi karena gerusan air pada kaki lereng yang curam, melemahnya lereng dari bebatuan dan tanah akibat saturasi yang diakibatkan hujan lebat, getaran dari gempa bumi, gunung meletus, maupun mesin dan lalu lintas kendaraan, serta dipicu oleh minimnya pepohonan pada tebing-tebing curam.

Tanah longsor mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti kerusakan bangunan, kerusakan lahan pertanian dan perkebunan, memutus jalur transportasi, krisis air bersih hingga jatuhnya korban.

Kerusakan Lingkungan Akibat Banjir

4

Banjir adalah peristiwa terendamnya daratan oleh air yang berlebihan. Banjir mengakibatkan kerusakan mulai dari kerusakan fisik, terkontaminasinya air bersih, membunuh tumbuhan yang tidak tahan air dan hewan, pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit, hingga bencana susulan seperti longsor serta jatuhnya korban.

Kerusakan Lingkungan Akibat Badai dan Angin Topan

Badai, angin topan, angin puting beliung, angin ribut, dan sejenisnya adalah bencana alam yang disebabkan oleh pergerakan udara yang sangat kencang yang dipicu perbedaan tekanan udara. Bencana ini mengakibatkan kerusakan lingkungan diantaranya robohnya (rusaknya) bangunan dan pepohonan, rusaknya area pertanian dan perkebunan, dan tingginya ombak di laut.

Kerusakan Lingkungan Akibat Tsunami

5

Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Tsunami dapat diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di laut, letusan gunung berapi bawah laut, ataupun longsor di dasar laut. Tsunami meninggalkan kerusakan lingkungan di dalam laut maupun di sekitar pantai. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya adalah rusaknya terumbu karang dan lamun, kerusakan fisik di sekitar pantai, serta jatuhnya korban manusia.

Kerusakan Lingkungan Akibat Kekeringan

Kekeringan adalah kurangnya pasokan air pada suatu lokasi yang berlangsung berkepanjangan dan umumnya terjadi pada musim kemarau. Kekeringan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan berupa kerusakan lahan pertanian dan perkebunan, menurunnya kualitas tanah, hingga matinya organisme.

Bencana-bencana alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan sebagaimana tersebut di atas, beberapa diantaranya murni karena proses alam. Sehingga terjadinya mutlak dipengaruhi faktor alam tanpa campur tangan manusia. Namun pada beberapa peristiwa alam, sering kali, secara tidak langsung terkait juga dengan aktifitas yang dilakukan manusia. Sebagai contoh bencana banjir dan tanah longsor yang kerap kali menjadi imbas dari aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Pun pada bencana alam kekeringan yang bisa dipicu aktifitas manusia yang menyebabkan kurangnya air yang terserap sebagai cadangan air di dalam tanah.

2. Faktor Manusia

Perubahan yang disebabkan karena pengaruh aktifitas manusia. Misalnya: penebangan hutan, kegiatan industri, pertanian monokultur, penggunaan insektisida, dan sebagainya.

6

Beberapa contoh aktifitas manusia yang menyebabkan perubahan lingkungan antara lain:

a. Penebangan Hutan (Penggundulan Hutan)

Hutan merupaka salah satu SDA hayati yang dapat diperbaharui (renewable resource) tetapi apabila pemanfaatannya secara maksimal tanpa tindakan reboisasi mengakibatkan perubahan lingkungan.

Fungsi Hutan:1. Sumber plasma nutfah (keanekaragaman hayati) penebangan hutan

secara liar mengakibatkan penurunan plasma nutfah (keanekaragaman hayati). Usaha penanggulannya, antara lain: Penebangan pohon dengan sistem tebang pilih, Penebangan pohon diikuti peremajaan kembali (reboisasi), Penamaman sejuta pohon.

2. Mencegah erosi, akar pohon empunyai peraan untuk menyerap air dalam tanah, sehingga menghambat erosi tanah terhadap aliran air.

3. Mencegah kekeringan (pengatur tata air).4. Penyangga hama dan penyakit tanaman.5. Mencegah polusi udara (sebagai paru-paru dunia). Pohon berfungsi

untuk menyerap gas CO2 melalui proses fotosintesis. Kadar CO2 yang berlebihan sangat menganggu kehidupan manusia dan hewan, karena dalam aktifitasnya, manusia dan hewan, karena dalam aktifitasnya, manusia dan hewan memerlukan O2 yang dihasilkan oleh tumbuhan.

6. Devisa negara (sumber perekonomian ), setiap bagian dari pohon atau tumbuhan memiliki manfaat bagi manusia, baik untuk makanan, bangunan, obat, kerajinan, dan sebagainya.Pembukaan lahan baru untuk pertanian atau pemukiman, pembukaan lahan baru bagi petani yang berpidah-pindah sangat merugikan, karena menyebabkan penurunan plasma nutfah, erosi, dan polusi udara (membuat aturan hukum yag melarang bagi petani yang hidupnya berpindah-pindah).

b. Kegiatan Industri

7

Mendirikan industri di pemukiman penduduk. Dampak dari pendirian pabrik di pemukiman penduduk antara lain terjadinya polusi udara, tanah, dan air. Usaha penanggulannya:

Pendirian pabrik disertai dengan AMDAL (Analisi Mengenai Dampak Lingkungan),

Penggunaan pestisida dan DDT (Dicloro Difenil Trichloretana), pestisida adalah senyawa kimia yang digunakan para petani untuk memberantas hama. Macamnya antara lain Herbisida (Hama Rumput Liar), Insektisida (Hama Serangga), dan Fungisida (Hama Jamur)

C. Pengertian Pencemaran Lingkungan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat  tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

Peristiwa pencemaran lingkungan disebut polusi. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila :

1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.2. Berada pada waktu yang tidak tepat3. Berada pada tempat yang tidak tepat

Sifat polutan adalah :

1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zatlingkungan tidak merusak lagi

2. Merusak dalam jangka waktu lama.Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapidalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuhsampai tingkat yang merusak.

8

A. Macam-macam Pencemaran

Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi empat, yaitu pencemaran udara, air, tanah, dan suara.

1. Pencemaran udara

a. Polutan primer Polutan primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara atau polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa:

i. Polutan Gas terdiri dari:

Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO atau CO2) karena ia merupakan hasil dari pembakaran

Senyawa sulfur, yaitu oksida. Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hydrogen klorida,

hidrokarbon terklorinasi, dan bromin.

ii.  Partikel

Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair sulfur di atmosfer. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses  (misalnya proses penyemprot/ spraying) maupun proses erosi bahan tertentu.

b. Polutan Sekunder

Polutan sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer ekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses  kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

Konsentrasi relatif dari bahan reaktanDerajat fotoaktivasiKondisi iklimTopografi lokal dan adanya embun.

Pencemaran udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut:9

Karbon monoksida (CO)

Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan bermotor.

Nitrogen dioksida (NO2)

Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.

Sulfur dioksida (SO2)

Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.

Partikulat (asap atau jelaga)

Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal.Macam-macam partikel, yaitu :

i. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara.ii. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di udara.iii. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan cair dan melayang berhamburan di udara.iv. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang di udara.

Hidrokarbon (HC)

Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.

10

Chlorofluorocarbon (CFC)

Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray.

Timbal (Pb)

Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.

Karbon Dioksida (CO2)

Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.

Partikel SOZ dan NO2. Kedua partikel ini bersama dengan partikel cair membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat mengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur, virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan.

Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan menghasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida bersama dengan udara serta oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang disebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan, perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.

Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di bumi. materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian Pencemaran udara dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3 polutan per m3 udara. Dampak kesehatan

11

Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.

Diperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah pada tahun 2015

Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.

Dampak Terhadap Lingkungan

- Hujan asampH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.

Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:

Mempengaruhi kualitas air permukaan Merusak tanaman Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga

memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

12

- Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.

Dampak dari pemanasan global adalah:

Peningkatan suhu rata-rata bumi Pencairan es di kutub Perubahan iklim regional dan global Perubahan siklus hidup flora dan fauna

13

- Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

2. Pencemaran airPolusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran sebagai berikut:

Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan  sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.

Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan 02 di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air

Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian  terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis karena sinar matahari terhalang.

Salah satu bahan pencemar di laut ada lah tumpahan minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak organisme akuatik yang mati atau keracunan karenanya. (Untuk membersihkan kawasan tercemar diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut.

Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.

14

Gambar sumber pencemar air :

DampakTerhadap Kesehatan

Gangguan KesehatanAir yang telah tercemar akan menyebabkan berbagai gangguan

kesehatan karena mudah menjadi media berkembangnya berbagai macam penyakit.Berikut ini berbagai jenis penyakit yang dapat ditimbulkan oleh pencemaran air.

a. Penyakit menularPenyakit menular akibat pencemaran air dapat terjadi karena berbagai macam sebab, antara lain karena:

o Air yang tercemar dapat menjadi media bagi perkembangbiakan dan persebaran mikroorganisme, termasuk mikroba patogen.

o Air yang telah tercemar tidak dapat lagi digunakan sebagai pembersih.Secara umum, gangguan yang terjadi akibat pencemaran air dapat

dikelompokkan menjadi empat sebagai berikut:

i. Water diseasesMerupakan penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum,

seperti kolera, tifus, dan disentriii. Water washed diseases

15

Merupakan penyakit yang berkaitan dengan kekurangan air hygiene perorangan, seperti scabies, infeksi kulit dan selaput lender, trachoma dan lepra.

iii. Water based diseasesMerupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit yang

sebagian siklus kehidupannya berhubungan dengan schistosomiasis.

iv.  Water related vectorsAdalah penyakit yang ditularkan oleh vector penyakit yang sebagian

atau seluruhnya perindukkannya berada di air, seperti malaria, demam berdarah dengue, dan filariasis.

Contoh beberapa penyakit menular yang dapat tersebar melalui air yang tercemar:

Jenis Mikroba Penyakit GejalaVirusVirus Hepatitis A

Virus Polio

Hepatitis A

Poliomyelitis

Demam, sakit kepala, sakit perut, kehilangan selera makan, pembengkakan hati sehingga tubuh menjadi kuning

Tenggorokan sakit, demam, diare, sakit pada tungkai dan punggung, kelumpuhan dan kemunduran fungsi otot

BakteriVibrio Cholerae

Escherichia coli(strain patogen)

Salmonella typhi

Shigella dysentriae

Kolera

Diare

Tifus

Disentri

Diare yang sangat parah, muntah-muntah, kehilangan cairan sangat banyak sehingga menyebabkan kejang dan lemas

Buang air besar berkali-kali dalam sehari, kotoran encer (mengandung banyak air), terkadang diikuti rasa mulas atau sakit perut.

Sakit kepala, demam, diare, muntah-muntah, peradangan dan pendarahan usus.

Infeksi usus besar, diare, kotoran mengandung lendir dan darah, sakit perut

ProtozoaEntamoeba histolytica

Balantidium coli

Disentri amuba

Balantidiasis

(sama seperti disentri oleh bakteri)

Peradangan usus, diare berdarah

Diare, sakit perut, terbentuk gas dalam

16

Giardia lamblia Giardiasis perut, bersendawa, kelelahanMetazoa(cacing parasit)Ascaris lumbricoides(cacing gelang)

Taenia saginata(cacing pita)

Schistosoma sp.(cacing pipih)

Ascariasis

Taeniasis

schistosomiasis

Demam, sakit perut yang parah, malabsorbsi, muntah-muntah, kelelahan

Gangguan pencernaan, rasa mual, kehilangan berat badan, rasa gatal di anus

Gangguan pada hati dan kantung kemih sehingga terdapat darah dalam urin, diare, tubuh lemas, sakit perut yang terjadi berulang-ulang.

b. Penyakit tidak menularPenyakit tidak menular dapat muncul terutama karena air telah

tercemar oleh senyawa  anorganik, seperti logam berat.  Ada juga senyawa organik yang dapat menimbulkan penyakit, terutama yang mengandung unsur klorin (Cl), seperti DDT dan PCB.  Polutan-polutan ini dapat menimbulkan penyakit karena sifatnya beracun bagi tubuh.

Beberapa polutan atau pencemar air tersebut adalah sebagai berikut:

Kadnium (Cd)Kadnium adalah logam berat yang banyak digunakan pada

industri  pipa PVC, pembuatan karet, dan pabrik kaca.  Logam CD dapat terserap tubuh manusia dan akan terakumulasi

atau terkumpul di organ-organ tubuh terutama di ginjal dan hati.  Hanya sebagian kecil dari logam ini yang dapat terbuang melalui pencernaan.

Keracunan kadnium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah, sehingga tekanan darah menjadi tinggi dan dapat menyebabkan gagal jantung. 

Keracunan kadnium juga dapat mengakibatkan kerusakan pada organ ginjal dan hati, pelunakan tulang sehingga tulang-tulang punggung terasa nyeri.

Kobalt (Co)Logam kobalt banyak digunakan dalam industri sebagai bahan

campuran untuk pembuatan mesin pesawat, magnt, alat pemotong atau penggiling, serta untuk pewarna kaca, keramik, dan cat.

Pada manusia, Co dibutuhkan sedikit dalam proses pembentukan sel darah merah dan diperoleh melalui vitamin B12.

Keracunan kobalt dapat terjadi apabila tubuh menerima kobalt dalam konsentrasi tinggi (150 ppm atau lebih). Kobalt dalam jumlah banyak dalam tubuh manusia akan merusak kelenjar tiroid (gondok) sehingga penderita akan kekurangna hormaon yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut.  Kobalt juga dapat menyebabkan gagal jantung dan edema (pembengkakan jaringan akibat akumulasi cairan dalam sel).

17

Merkuri (Hg)Merkuri banyak digunakan dalam proses industri pembuatan

klorin, juga terdapat pada baterai, cat, plastik, termometer, lampu tabung, kosmetik dan hasil pembakaran batu bara.

Logam merkuri sifatnya terakumulas dalam tubuh makhluk hidup.  Tubuh manusia menerima merkuri terutama dari konsumsi hewan-hewan air yang telah tercemar merkuri. 

Efek merkuri, pada wanita hamil dapat menyebabkan janin menjadi cacat mental.  Tubuh yang terpapar merkuri dalam jangka waktu lama dapat mengalami kerusaka ginjal, saraf dan jantung.  Pada konsentrasi rendah merkuri dapat menimbulkan sakit kepala, depresi, dan perubahan perilaku.

Timbal (Pb)Pencemaran air oleh logam Pb dapat berasal dari berbagai

sumber, sepertio rembesan dari sampah kaleng yang mengandung timbal,o cat yang mengandung itimbal,o bahan bakar bertimbal, pestisida,o korosi pipa-pipa yang mengandung timbal.

Logam timbal dengan konsentrasi > 15 mg/dl dalam darah berbahaya bagi kesehatan.  Pada wanita hamil keracunan Pb dapat menyebabkan keguguran,

kelahiran prematur dan kematian janin. Pada anak-anak timbal dapat menyebabkan cacat mental dan

gangguan fisik.  Pada orag dewasa keracunan timbal meningkatkan resiko

terkena hipertensi (tekanan darah tinggi).

Senyawa organik berklorinContoh senyawa organik berklorin adalah dikloro-difenil-

trikloroetana (DDT), aldrin, heptaklor, dan klordan yang banyak digunakan sebagai pestisida.

Selain pestisida, senyawa kimia industri juga ada yang merupakan senyawa organik berklorin, contohnya poliklorinasi bifenil (PCB) dan dioksin.

Senyawa organik berklorin sifatnya persisten di alam dan terakumulasi dalam tubuh.  Senyawa ini dapat menyebabkan kerusakan organ terutama hati dan ginjal, serta dapat menimbulkan kanker.

Beberapa senyawa organik berklorin , seperti DDT dan PCB dapat mengalami magnifikasi biologi saat memasuki rantai makanan.

3. Pencemaran tanah

a) Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini : 1. Sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis,

pecahan kaca, dan kaleng

18

2. Detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit diuraikan)

3. Zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.

Dampak pencemaran tanah

1. Pada kesehatanDampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada

tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.         Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.

2. Pada EkosistemPencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap

ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.              Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

PENANGANAN PENCEMARAN TANAHAda 2 cara untuk penanganan pencemaran tanah:

19

1. RemidiasiRemediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan

tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

2. BioremediasiBioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah

dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

4. Pencemaran suara

1. Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.

Menurut macam bahan pencemarMacam bahan pencemar adalah sebagai berikut:

1. KimiawiBerupa zat radio aktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi),

pupuk anorganik, pestisida, detergen dan minyak.

2. BiologiBerupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba

coli, dan Salmonella thyposa.

3. Fisik;Berupa kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet.

20

 

 

Menurut tingkat pencemaranMenurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :

1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan padapanca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan padaekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yangmenyebabkan mata pedih.

2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa) di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi cacat.

3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.

# PENANGGULANGAN PENCEMARAN #

1. Penanggulangan secara administratifPenanggulangan secara administratif terhadap pencemaran

lingkungan merupakan tugas pemerintah, yaitu dengan membuat peraturan-peraturan atau undang-undang. Beberapa peraturan yang telah dikeluarkan, antara lain sebagai berikut : Pabrik tidak boleh menghasilkan produk (barang) yang dapat mencemari

lingkungan. Misalnya, pabrik pembat lemari es, AC dan sprayer tidak boleh menghasilkan produk yang menggunakan gas CFC sehingga dapat menyebabkan penipisan dan berlubangnya lapisan ozon di stratofer.

Industri harus memiliki unit-unit pengolahan limbah (padat, cair, dan gas) sehingga limbah yang dibuang ke lingkungansudah terbebas dari zat-zat yang membahayakan lingkungan

Pembuangan sampah dari pabrik harus dilakukan ke tempat-tempat tertentu yang jauh dari pemukiman.

Sebelum dilakukan pembangunan pabrik atau proyek-proyek industri harus dilakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AM-DAL).

Pemerintah mengeluarkan buku mutu lingkungan, artinya standar untuk menentukan mutu suatu lingkungan. Untuk lingkungan air ditentukan baku mutu air , sedangkan untuk lingkungan udara ditentukan baku mutu udara. Dalam buku mutua air, antara lain tercantum batasan kadar bahan pencemar logam berat, misalnya fosfor dan merkuri. Didalam buku mutu udara, antara lain tercantum batasan kadar bahan pencemar, misalnya gas CO2 dan CO. Pemerintah akan memberikan sanksi kepada pabrik yang menghasilkan limbah dengan bahan pencemar yang melebihi standar baku mutu.

2. Penanggulangan secara teknologis21

Penanggulangan pencemaran lingkungan secara teknologis, misalnya menggunakan peralatan untuk mengolah sampah atau limbah. Di surabaya terdapat suatu tempat pembakaran akhir sampah dengan suhu yang sangat tinggi sehingga tidak membuang asap. Tempat tersebut dinamakan insenerator.

3. Penanggulangan secara Edukatif

Penangkalan pencemaran secara edukatif dilakukan melalui jalur pendidikan baik formal maupun nonformal. Melalui pendidikan formal, disekolah dimasukkan pengetahuan tentang lingkungan hidup tentang lingkungan hidup kedalam mata pelajaran yang terkait, misalnya IPA dan Pendidikan agama. Melalui jalur pendidikan nonformal dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan pencegahan serta penanggulangan pencemaran lingkungan.

D. Pengolahan LimbahPengolahan limbah, atau pengolahan air limbah domestik, adalah

proses penghilangan kontaminan dari air limbah dan limbah rumah tangga, baik limpasan (efluen) maupun domestik. Hal ini meliputi proses fisika, kimia, dan biologi untuk menghilangkan kontaminan fisik, kimia dan biologis. Tujuannya adalah untuk menghasilkan aliran limbah (atau efluen yang telah diolah) dan limbah padat atau lumpur yang cocok untuk pembuangan atau penggunaan kembali terhadap lingkungan. Bahan ini sering secara tidak sengaja terkontaminasi dengan banyak racun senyawa organik dan anorganikCara Pengolahan Limbah.

1) Sampah Organik

a. Makanan Ternak

Di beberapa negara, sampah organik yang berasal dari restoran biasanya dikumpulkan oleh peternak dan digunakan sebagai makanan binatang ternak, misalnya babi, unggas.Di Indonesia, sampah organik dari pasar yang berupa sayur-sayuran (kobis, slada air, sawi), daun pisang, dan sisa makanan biasanya diambil untuk makanan kelinci, kambing, dan juga ayam atau itik. Hal ini sangat bermanfaat sebab selain mengurangi jumlah sampah juga mengurangi biaya peternakan. Namun, sampah organik ini harus dibersihkan dan dipilah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh ternak. Sebab akan bermasalah jika sampah organik tadi bercampur dengan sampah-sampah yang mengandung logam-logam berat yang dapat terakumulasi di dalam tubuh ternak tersebut.

b. Komposting

22

Pengkomposan merupakan upaya pengolahan sampah, segaligus usaha mendapatkan bahan-bahan kompos yang sangat menyuburkan tanah. Sistem ini mempunyai prinsip dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan anorganik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme yang berperan dalam pengolahan ini dapat berupa bakteri, jamur, khamir, juga insekta dan cacing. Agar pertumbuhan mikroorganisme optimum, maka diperlukan beberapa kondisi, diantaranya campuran yang seimbang dari berbagai komponen karbon dan nitrogen, suhu, kelembaban udara (tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering), dan cukup kandungan oksigen (aerasi baik).

Sistem pengkomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

- Merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan

- Bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu membeli.

- Masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang mahal.

- Unsur hara dalam pupuk kompos ini bertahan lama jika dibanding dengan pupuk buatan.

c. Biogas

Para petani selalu mencari jalan untuk meningkatkan taraf hidupnya. salah satu cara peningkatan taraf hidup ialah dengan cara membuat bahan bakar untuk memasak. Dewasa ini banyak petani membuat bahan bakar biogas berskala kecil di rumah. Biogas adalah gas-gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik atau campuran dari keduanya. secara garis besar, biogas dapat dibuat dengan cara mencapur sampah-sampah organik dengan air kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang kedap udara. Selanjutnya dibiarkan selama kurang lebih 2 (dua) minggu.

Sampah yang dibuat biogas ini mempunyai kelebihan antara lain:23

- Mengurangi jumlah sampah.

- Menghemat energi dan merupakan sumber energi yang tidak merusak lingkungan.- Nyala api bahan bakar biogas ini terang/bersih, tidak berasap seperti arang kayu atau kayu bakar. Dengan menggunakan biogas, dapur serta makanan tetap bersih.- Residu dari biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk kandang.

2) Sampah Anorganik

Sampah anorganik seperti botol, kertas, plastik dan kaleng, sebelum dibuang ke TPA sebaiknya dipilah terlebih dahulu. Karena dari jenis sampah ini masih ada kemungkinan untuk dimanfaatkan ulang maupun untuk didaur ulang. Beberapa cara pengolahan sampah anorganik adalah sebagai berikut.

a. Dijual ke Pasar Loak/Dirombeng untuk Bahan Baku

Sisi lain dari pemanfaatan sampah anorganik, seperti kertas bekas, koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban nekas, radio tua, TV tua, dan sepeda usang, adalah dijual ke pasar loak. Atau jika enggan pergi ke pasar loak, juga dapat memanggil tukan loak yang biasa membeli barang-barang bekas ke rumah-rumah. Cara lain dapat juga di jual ke tetangga ataupun teman. Dengan demikian, sudah ada usaha mengurangi jumlah sampah yang ada. Cobalah untuk mengumpulkan barang-barang bekas kemudian dijual, pendapatan rumah tangga akan bertambah.

b. Daur Ulang

24

Berbicara mengenai proses daur ulang, ada baiknya apabila mengetahui jenis sampah yang dapat didaur ulang.Sampah-sampah yang dapat di daur ulang, antara lain:

- Sampah plastik.

Tahapan proses daur ulang digolongkan menjadi 2 bagian besar, yaitu:

Bagian proses sortir bahan baku yang menggunakan tenaga manusia.

Bagian proses yang menggunakan mesin.

1. Sortir

Sortir merupakan proses pemisahan yang pertama kali dilakukan. Pada proses ini dilakukan  pekerjaan untuk memisahkan bahan baku yang datang dan membuang material / benda asing yang tidak diharapkan masuk ke dalam proses (Anonim, 2009a).

2. Pemotongan

Proses ini dilakukan untuk mengurangi ukuran material dan mempermudah  proses selanjutnya, dengan cara memotong atau merajang plastik dalam bentuk asalnya (kantong atau lembaran plastik) (Anonim, 2009a).

3. Pencucian

Tujuan dari pencucian adalah agar tidak mengganggu proses penggilingan. Terdiri dari 2 tahap, yaitu:

a. Prewashing

Untuk memisahkan material-material asing terutama agar tidak ikut dalam proses selanjutnya dengan menggunakan media cair sebagai sarana untuk mencuci material dan membawa material asing keluar dari proses (Anonim, 2009a).

b.  Pencucian

25

Pada bagian ini dilakukan pencucian menggunakan mesin friction water. Materi dicuci kembali oleh ulir menanjak  yang berputar pada putaran tinggi sehingga hasil dari friksi dapat melepaskan material asing yang masih terdapat pada bahan, dimna bagian ini masih menggunakan media air untuk membawa material asing keluar dari proses (Anonim, 2009a).

4. Pengeringan

Pengeringan dilakukan secara mekanik yaitu dengan memeras material dengan gerakan memutar sehingga air dapat keluar. Dengan menguapkan air pada suhu tertentu agar bahan benar-benar terbebas dari suhu yang melekat (Anonim, 2009a).

5. Pemanasan

Material yang telah bersih dari pengotor dilelehkan dengan proses pemanasan material pada suhu 2000C, dimana suhu panas dihasilkan oleh heater. Selanjutnya lelehan dialirkan untuk menuju proses penyaringan (Anonim, 2009a).

6. Penyaringan

Dilakukan dengan lembaran besi yang dilobangi sebesar kira-kira 4mm di seluruh permukaannya. Diharapkan lelehan plastik akan melewati saringan ini untuk menghasilkan lelehan plastik berbentuk silinder panjang yang nantinya akan dipotong-potong (Anonim, 2009a).

7. Pendinginan

Setelan berbentuk silinder, material dilewatkan pada air dingin sebagai media pendingin (Anonim, 2009a).

8. Pencetakan/Penggilingan

Pencetakan bijih plastik dilakukan dengan membentuk lelehan plastik menjadi berbentuk mie dengan diameter 4 mm (Anonim, 2009a).

9. Pembungkusan dan Pemeriksaan

Dilakukan pembungkusan terhadap material kering dalam karung plastik. Pemeriksaan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan baik (Anonim, 2009a).

Gambar 1. Flowchart Proses Daur Ulang Limbah Plastik

Gambar 2. Rangkaian Alat Proses Daur Ulang Limbah Plastik

26

Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks

Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (Macklin, 2009).

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C) (Macklin, 2009).

- Sampah logam

- Sampah kertas

- Sampah kaca.

c. Sanitary Landfill

Ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya ditutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat sampah tersebut dilengkapi dengan sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan. Di sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary landfill, yaitu :

27

- Semua lanfill adalah warisan bagi generasi mendatang.- Memerlukan lahan yang luas.- Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak lingkungan.- Aspek sosial harus mendapat perhatian.- Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas.- Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-zat beracun)- Memerlukan pemantauan yang terus menerus.

d. Pembakaran

Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Sampah padat dibakar di dalam insinerator. Hasil pembakaran adalah gas dan residu pembakaran. Penurunan volume sampah padat hasil pembakaran dapat mencapai 70%. Cara ini lebih relatif mahal dibanding dengan sanitary lanfill, yaitu sekitar 3 x lipatnya.Kelebihan sistem pembakaran ini adalah :

- Mudah dan tidak membutuhkan usaha keras- Membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil dibanding

sanitary landfill.- Membutuhkan lahan yang relatif kecil- Dapat dibangun di dekat lokasi industri.- Residu hasil pembakaran relatif stabil dan hampir semuanya

bersifat anorganik.- Dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk

pembangkit uap, air panas, listrik, dan pencairan logam.

3) Limbah B3

28

Limbah bahan berbahaya dan beracu atau B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan atau knsetrasinya maupun jumlahnya, secara langsung maupun tidak langsung hidup manusia dan makluk lain (PP No. 188 Tahun 1999 dan PP No. 85 Tahun 19999 tentang pengelolaan Limbah B3).

Bahan berbahaya dan beracn mungkin dapat kita jumpai di rumah kita, seperti buangan produk yang tidak memenuhi standar yang aman  bagi lingkunagn atau sisa bahan maupun tumpahan bahan kimia yang kadaluarsa. Pada umumnya, produk yang mengandung B3 bersifat mudah meledak dan terbakar, reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan menyebabkan karat (korosif). Berikut ini adalah produk yang mengandung B3.

- Pengharum ruangan- Pemutih pakaian- Diterjen Pakaian- Pembersih kamar mandi- Pembesih kaca/jendela- Pembersih lantai- Pengkilat kayu- Pembersih oven- Pembasmi serangga- Lem perekat- Hair spray- Batu baterai

Tujuan Pengelolaan Limbah B3 Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi

pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 74 Tahun 2001 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu: Mudah Meledak

Pada suhu dan tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

29

 

Mudah TerbakarLimbah yang mempunyai salah satu sifat ini sebagai berikut :

a. Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 60 derajat Celcius akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg

b. Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus

c. Limbah yang bertekanan yang mudah terbakar d. Merupakan limbah pengoksidasi

ReaktifYang dimaksud dengan reaktif adalah :

a. Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkab perubahan tanpa peledakan

b. Dapat bereaksi hebat dengan air, apabila bercampur air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan

c. Limbah Sianida, Sulfida, atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12.5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan

d. Yang Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmHg)

e. Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi

30

BeracunLimbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia

atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut.

 

InfeksiusLimbah laboratorium medis, atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman

penyakit yang dapat menular.

KorosifLimbah yang memiliki dari salah satu sifat berupa : a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja

31

c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan dan sama atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa

Peningkatan karakteristik materi limbah B3 ini menunjukan bahwa pemerintah sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari peraturan masih sangat kurang di negara ini.

 

Pengelolaan dan Pengolahan Limbah B3 

Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pemanfatan, pengolahan dan penimbunan. Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat. Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

 Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan lokasi pengolahan.

Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus   daerah bebas banjir dan berjarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter.

 Adapun syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus daerah

bebas banjir, jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya, jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m, jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m, jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum 300 m.

 Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi sistem

kemanan fasilitas, sistem pencegahan terhadap kebakaran, sistem pencegahan terhadap kebakaran, sistem penanggulangan keadaan darurat, sistem pengujian peralatan, dan pelatihan karyawan.

32

 Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang

tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.

 

Penanganan limbah B3 sebelum Diolah 

Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.

 

Pengolahan Limbah B3Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan

kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut :1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,

stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan

penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.

3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir.

4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.

Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.

 Hasil pengolahan limbah B3 harus memiliki tempat khusus pembuangan

akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.

 Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil

limbah B3, harus melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).

 

Teknologi PengolahanTerdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode

yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.

33

1. Chemical Conditioning Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning yaitu : menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam

lumpur mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur mendestruksi organisme patogen memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih

memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion

mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

Concentration thickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.

 

Treatment, stabilization, and conditioning

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

 

De-watering and drying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

 

34

Disposal

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.

2. Solidification/StabilizationDi samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization

juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu: Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah

dibungkus dalam matriks struktur yang besar Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi

bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik

Precipitation Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia

pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan

menyerapkannya ke bahan padat Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi

senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. IncinerationTeknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik

dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

 Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi

(heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga

35

menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3 

Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Dapat juga mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi limbah B3. Struktur molekul umumnya menentukan bahaya dari suatu zat organic terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air dan senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang. Untuk penghancuran dengan panas merupakan salah satu teknik untuk mengolah limbah B3.

 Inceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa

pembakaran dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi senyawa sederhana seperti CO2 dan H2O. Incenerator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat, cair, gas, lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa digunakan limbah organik seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam anorganik. Zat karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan sempurna bila insenerator dioperasikan.

 Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan berbagai

senyawa organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan yaitu operator harus yang sudah terlatih. Selain itu biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain dan potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan operasional.

E. Upaya pelestarian lingkungana. Pelestarian Tanah

Mengadakan kegiatan penghijauan atu reboisasi terhadap tanah yang gundul

Membuat terasering atau sengkedan untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang tanahnya miring.

b. Pelestarian Air

36

Mengolah limbah cair (rumah tangga, industri) sebelum dibuang di badan air.

Tidak memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Membangun sumur resapan di sekitar rumah.

c. Pelestarian Udara

Melakukan penanaman pohon atau tanaman hias. Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa

pembakaran. Mengurangi pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon.

d. Pelestarian Hutan

Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul. Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang. Menerapkan sistem tebang pilih. Menerapkan sistem tebang tanam. Menerapkan sanksi terhadap mereka yang melanggar ketentuan

mengenai pengelolaan hutan.

37

e. Pelestarian Pantai

Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau.

Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun yang ada di laut.

Melarang pemakaian bahan peledak untuk menangkap ikan. Melarang pemakaian pukat harimau untuk menagkap ikan.

f. Pelestarian Flora dan Fauna

Mendirikan tempat perlindungan untuk flora dan fauna. Melarang kegiatan pemburuan liar.

38