bab 2 landasan teori - library binus
TRANSCRIPT
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Jaringan (Network) dan Interkoneksi Jaringan (Network Interconnection)
Network (jaringan) adalah kumpulan dua atau lebih komputer yang
masing-masing berdiri sendiri dan terhubung melalui sebuah teknologi.
Hubungan antar komputer tersebut tidak terbatas berupa kabel tembaga saja,
namun juga bisa melalui fiber optic, gelombang microwave, infrared, bahkan
melalui satelit (Tanenbaum,2003,p10).
Secara teknis, interkoneksi dapat dikatakan sebagai hubungan fisik
jaringan yang dilalui oleh sebuah carrier dengan jaringan lain. Dengan kata lain,
carrier tersebut menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan dimiliki oleh
jaringan asal muasal carrier tersebut (http://en.wikipedia.org/interconnection).
Informasi dan data bergerak melalui media transmisi jaringan sehingga
memungkinkan pengguna jaringan komputer untuk saling bertukar dokumen dan
data serta bersama-sama menggunakan hardware atau software yang terhubung
dengan jaringan. Tiap komputer, baik hardware maupun software yang
terhubung dengan jaringan disebut node .Sebuah jaringan komputer dapet
memiliki dua, puluhan, ribuan bahkan jutaan node.
Secara umum network mempunyai beberapa manfaat. Adapun manfaat
yang didapat dalam membangun network adalah sebagai berikut :
- Sharing resources
- Media komunikasi
7
- Integrasi data
- Pengembangan dan pemeliharaan
- Keamanan data
- Sumber daya lebih efisien dan informasi terkini
Berdasarkan tipe transmisinya (Tanenbaum, 2003, p15) network dapat
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : broadcast dan point-to point. Dalam
broadcast network, komunikasi terjadi dalam sebuah saluran komunikasi yang
digunakan secara bersama-sama, dimana data berupa paket yang dikirimkan dari
sebuah komputer akan disampaikan ke tiap komputer yang ada dalam jaringan
tersebut. Paket data hanya akan diproses oleh komputer tujuan dan akan dibuang
oleh komputer yang bukan tujuan paket tersebut. Sedangkan pada point-to-point
network, komunikasi data terjadi melalui beberapa koneksi antar sepasang
komputer, sehingga untuk mencapai tujuannya sebuah paket mungkin harus
melalui beberapa komputer terlebih dahulu. Oleh karena itu, dalam tipe jaringan
ini, pemilihan rute yang baik menentukan bagus tidaknya koneksi data yang
berlangsung.
2.2 Protokol Komunikasi
Protokol adalah serangkaian aturan yang mengatur operasi unit-unit
fungsional agar komunikasi bisa terlaksana (Stallings, 2001, p33).
Protokol memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Enkapsulasi
2. Segmentasi dan reassembling
8
3. Kontrol koneksi
4. Pengiriman sesuai order
5. Flow control
6. Error control
7. Pengalamatan
8. Multiplexing
9. Servis-servis transmisi
2.2.1 Model TCP/IP Layer
Model TCP/IP dikembangkan oleh ARPANET yang disponsori
oleh departemen pertahanan USA (DoD) dengan tujuan ingin
menciptakan suatu jaringan yang dapat bertahan dalam segala kondisi
(Tanenbaum, 2003, p41). TCP/IP adalah jenis protokol pertama yang
digunakan dalam hubungan internet, sehingga banyak istilah dan konsep
yang dipakai dalam hubungan internet berasal dari istilah yang dipakai
oleh protokol TCP/IP. Perkembangan TCP/IP menciptakan standar de
facto, yaitu suatu standar yang diterima oleh kalangan pemakai dengan
sendirinya karena pemakaiannya yang luas. Model TCP/IP ini
mempunyai 4 layer yaitu application layer, transport layer, internet layer,
dan network access layer. Beberapa layer pada model TCP/IP mempunyai
nama yang sama dengan model OSI. Gambar 2.1 dibawah ini merupakan
gambaran model TCP/IP yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian
networks dan bagian protocols.
9
Gambar 2.1 Model Referensi TCP/IP Layer
2.2.1.1 Application Layer
Application Layer menangani protokol tingkat tinggi yang
berhubungan dengan representasi, encoding dan dialog control.
Application layer ini menjamin data dipaketkan dengan benar
sebelum masuk ke layer berikutnya. Application layer ini
merupakan interface antara jaringan komputer dengan user.
Program-program ini dan protokol yang berhubungan dengannya
meliputi HTTP, FTP, TFTP, SMTP, telnet, SSH, DNS.
2.2.1.2 Transport Layer
Transport Layer menyediakan layanan tranportasi dari host
sumber ke host tujuan. Transport layer merupakan suatu koneksi
10
logical antara endpoints suatu jaringan, yaitu sending host dan
receiving host. Transport protokol membuat segmen dan
mengumpulkan kembali application layer diatasnya menjadi data
stream yang sama diantara endpoints. Data stream transport layer
menyediakan layanan transportasi end-to-end. Protokol-protokol
yang berfungsi pada layer ini adalah :
• TCP
TCP berfungsi untuk mengubah suatu blok data yang besar
menjadi segmen-segmen yang dinomori dan disusun secara
berurutan agar penerima dapat menyusun kembali segmen-
segmen tersebut seperti waktu pengiriman. TCP ini adalah
jenis protokol connection oriented yang memberikan layanan
bergaransi. Berikut ini sifat-sifat dari protocol TCP :
- Connection oriented
Dua aplikasi pengguna TCP harus melakukan
pembentukan hubungan untuk dapat melakukan pertukaran
data.
- Reliable
TCP menerapkan proses deteksi kesalahan paket dan
retransmisi.
- Byte stream service
Paket yang dikirim akan sampai pada tujuan secara
beruntun.
11
• UDP
UDP adalah jenis protokol connectionless oriented. UDP
bergantung pada lapisan atas untuk mengontrol bagian data.
Oleh karena penggunaan bandwidth yang efektif, maka UDP
banyak dipergunakan untuk aplikasi-aplikasi yang tidak peka
terhadap gangguan jaringan seperti, SNMP dan TFTP. Berikut
sifat-sifat dari protokol UDP :
- Connectionless oriented
Dalam mengirim paket dari tempat asal ke tempat tujuan
masing-masing tidak mengadakan handshake terlenbih
dahulu.
- Unreliable
Protokol tidak menjamin data yang dikirim sampai ke
tempat tujuan (tidak bergaransi).
2.2.1.3 Internet Layer
Internet Layer berfungsi untuk memilih jalur atau path
terbaik bagi paket-paket data di dalam jaringan. Protokol utama
yang berfungsi pada layer ini adalah Internet Protocol (IP).
Penentuan jalur terbaik dan paket switching terjadi pada layer ini.
Protokol-protokol yang berfungsi pada layer ini antara lain sebagai
berikut :
12
• IP merupakan protokol yang memberikan alamat atau
identitas logika untuk peralatan di jaringan komputer. IP
mempunyai 3 fungsi utama yaitu : service yang tidak
bergaransi (connectionless oriented), pemecahan
(fragmentation), dan penyatuan paket-paket. IP juga berfungsi
untuk meneruskan paket (routing).
• Address Resolution Protocol (ARP) adalah protokol yang
mengadakan translasi dari IP address yang diketahui menjadi
alamat hardware atau MAC (Media Access Control) address.
ARP ini temasuk jenis protokol broadcast.
• Reverse Address Resolution Protocol (RARP) adalah protokol
yang berguna mengadakan translasi MAC address yang
diketahui menjadi IP address.
• Bootstrap Protocol (BOTTP) adalah protokol yang digunakan
untuk proses boot protocol diskless workstation. Dengan
protokol ini, suatu IP address dapat diberikan ke suatu
peralatan di jaringan berdasarkan MAC address-nya.
• DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) merupakan
kelanjutan protokol bootstrap yang dapat memberikan IP
address secara otomatis ke suatu workstation yang
menggunakan protokol TCP/IP. DHCP bekerja dalam
arsitektur client server (client server architecture).
13
• Internet Control Message Protocol (ICMP) adalah protokol
yang berguna untuk melaporkan jika terjadi suatu masalah
dalam pengiriman data.
2.2.1.4 Network Access Layer
Network Access Layer disebut juga host-to-network layer.
Layer ini berkaitan dengan hal-hal yang paket IP perlukan untuk
membuat hubungan fisik dengan media jaringan. Driver untuk
software aplikasi, modem, dan alat lainnya beroperasi pada layer
ini. Network Access Layer berfungsi untuk memetakan IP address
ke alamat fisik hardware dan enkapsulasi dari paket-paket IP
menjadi frame-frame. Protokol-protokol yang berfungsi pada layer
ini adalah ethernet, token ring, FDDI.
2.2.2 Model OSI Layer
Open Systems Interconnection Reference Model (Model OSI)
merupakan suatu deskripsi abstrak layering untuk rancangan jaringan
komputer dan komunikasi, yang dikembangkan sebagai bagian dari Open
Systems Interconnection (wikipedia.org).
Model OSI membagi fungsi-fungsi dari suatu protokol menjadi
beberapa layer. Berikut pada gambar 2.2 dibawah ini merupakan tujuh
layer model OSI.
14
Gambar 2.2 Model Referensi OSI
2.2.2.1 Physical Layer
Layer ini berhubungan langsung dengan hardware.
Physical Layer mendefinisikan semua spesifikasi fisik dan elektris
untuk semua peralatan meliputi level tegangan, spesifikasi kabel,
tipe konektor dan timing. Fungsi utama layer ini adalah
bertanggung jawab untuk mengaktifkan dan mengatur physical
interface dari jaringan komputer, memodulasi data digital antara
peralatan yang digunakan user dengan signal yang berhubungan.
Peralatan merupakan physical layer antara lain hub dan repeater.
2.2.2.2 Data Link Layer
Data Link Layer berfungsi menghasilkan alamat fisik
(physical addressing), pesan-pesan kesalahan (error notifications),
15
pemesanan pengiriman data (flow control). Switch dan bridge
merupakan peralatan yang bekerja yang bekerja pada layer ini
2.2.2.3 Network Layer
Network Layer menyediakan prosedur dalam mentransfer
data dari suatu sumber ke suatu tujuan melalui satu atau lebih
jaringan (path selection) dengan memperhatikan QoS (Quality of
Service) yang diperlukan oleh layer transport. Network Layer
bertanggung jawab dalam network routing, addressing dan logical
protocol. Peralatan yang bekerja pada layer ini adalah router.
2.2.2.4 Transport Layer
Transport Layer mensegmentasi data dari pengirim dan
merakit kembali data ke dalam sebuah data pada komputer
penerima. Pada layer ini juga menyediakan servis komunikasi.
Dalam menyediakan sebuah servis yang reliable pada layer ini
menyediakan error detection dan recovery serta flow control.
2.2.2.5 Session Layer
Layer ini berfungsi untuk menyelenggarakan, mengatur
dan memutuskan sesi komunikasi. Session Layer menyediakan
layanan kepada layer presentation. Layer ini juga
16
mensinkronisasikan dua host layer presentation dan mengatur
pertukaran.
2.2.2.6 Presentation Layer
Layer ini mengelola informasi yang disediakan oleh layer
aplikasi (Application Layer) supaya informasi yang dikirim dapat
dikirimkan dapat dibaca oleh layer aplikasi pada sistem lain. Jika
diperlukan, pada layer ini dapat menerjemahkan beberapa data
format yang berbeda, kompresi dan enkripsi.
2.2.2.7 Application Layer
Layer ini adalah layer yang paling dekat dengan
user/pengguna, layer ini menyediakan sebuah layanan jaringan
kepada pengguna aplikasi. Sebagai contoh: program pengolah
kata, email, ftp, dan lain-lain.
2.3 Klasifikasi Jaringan
Berdasarkan jangkauannya, jaringan dibagi menjadi 3 klasifikasi utama
yaitu LAN (Local Area Network), MAN (Metropolitan Area Network) dan WAN
(Wide Area Network).
2.3.1 LAN (Local Area Network)
LAN adalah suatu jaringan komunikasi yang saling
menghubungkan berbagai jenis perangkat dan menyediakan pertukaran
17
data diantara perangkat-perangkat tersebut (Stallings, 2006, p16). LAN
dikembangkan pada sekitar tahun 1980, dimulai dengan menggunakan
ethernet dan diikuti dengan penggunaan token ring dan lainnya. Jaringan
datanya bersifat high speed, fault tolerant dan memiliki cakupan area
geografis yang kecil. Cakupan sebuah LAN dibatasi oleh area lingkungan
seperti sebuah perkantoran di sebuah gedung atau sebuah sekolah, dan
biasanya tidak jauh dari sekiar 1 km2 (cisco.netacad.net). LAN biasanya
didesain untuk beroperasi pada area geografis yang terbatas,
memungkinkan multiaccess terhadap high bandwidth media, mengontrol
jaringan secara private dalam administrasi lokal, menyediakan fulltime
connectivity terhadap layanan lokal dan menghubungkan peralatan yang
bersebelahan secara fisik.
Ciri-ciri LAN :
• Ruang lingkup kecil.
• Rate data harus tinggi.
• Biasanya menggunakan sistem broadcast.
• Dikendalikan secara private oleh administrator lokal.
• Menyediakan koneksi ke layanan lokal setiap saat (seperti printer dan
file di server).
Keuntungan menggunakan LAN :
• Meningkatkan produktivitas.
• Meningkatkan fleksibilitas.
• Penghematan biaya.
18
2.3.1.1 Local Area Network Devices
Beberapa peralatan pokok jaringan yang berkaitan dengan
operasi LAN, antara lain:
1. Repeater
Repeater berfungsi untuk menguatkan kembali sinyal-sinyal
jaringan pada level bit sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat
menempuh jarak yang lebih jauh daripada maksimum suatu
media.
2. Hub
Fungsi hub mirip dengan repeater, perbedaannya adalah hub
memiliki jumlah port lebih banyak daripada repeater. Hub
disebut juga multi repeater. Sebuah hub dapat memiliki
4,8,12, bahkan 24 port.
3. Bridge
Bridge berfungsi untuk menghubungkan dua segmen LAN
dan menjaga jalur data tetap lokal.
4. Switch
Switch berfungsi sama seperti bridge hanya saja switch
memiliki lebih banyak port. Switch disebut juga multi-port
bridge. Paket data yang dikirimkan oleh switch berdasarkan
MAC (Media Access Control) address yang dituju untuk
paket data.
19
5. Router
Router berfungsi untuk menghubungkan network yang satu
dengan yang lain dan memilih jalur yang terbaik untuk
mengirimkan paket data yang datang dari satu port yang
dituju paket data tersebut. Router mengirimkan paket data
berdasarkan IP address.
6. Access Point
Access Point merupakan perangkat yang menjadi sentral
koneksi dari client ke ISP, atau dari kantor cabang ke kantor
pusat jika jaringannya adalah milik sebuah perusahaan.
Fungsinya mengkonversi sinyal frekuensi radio menjadi
sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel, atau
disalurkan ke perangkat WLAN yang lain dengan dikonversi
kembali menjadi sinyal frekuensi radio.
2.3.2 MAN (Metropolitan Area Network)
MAN merupakan jaringan yang ruang lingkupnya masih
terpisahkan oleh batas geografis misalnya gunung, laut, dan sebagainya.
Biasanya MAN hanya digunakan untuk menghubungkan antar kantor
cabang dalam 1 kota.
Ciri-ciri MAN adalah sebagai berikut :
1. Radius 10 – 50 km
2. Integrasi data antar kantor cabang
20
2.3.3 WAN (Wide Area Network)
WAN merupakan jaringan yang ruang lingkupnya sudah
terpisahkan oleh batas geografis dan biasanya sebagai penghubungnya
sudah menggunakan media satelit ataupun kabel bawah laut (Stallings,
2001, p9).
Ciri-ciri WAN adalah sebagai berikut :
1. Beroperasi pada wilayah geografis yang sangat luas
2. Memiliki kecepatan transfer yang lebih rendah daripada LAN
3. Menghubungkan peralatan yang dipisahkan oleh wilayah yang luas,
bahkan secara global
WAN menggunakan teknologi switching. Teknologi switching
dibagi 2 yaitu : circuit switching dan packet switching.
2.3.3.1 Circuit Switching
Circuit switching membuat suatu koneksi fisik untuk data
dan suara antara pengirim dan penerima. Circuit switching
memungkinkan hubungan data yang dapat di-inisialisasikan ketika
dibutuhkan dan berakhir ketika komunikasi selesai. Saat kedua
jaringan terhubung dan sudah di-autentikasi, maka sudah dapat
dilakukan pengiriman data. Circuit switching memastikan adanya
kapastitas koneksi yang tetap tersedia untuk pelanggan. Jika
sirkuit ini membawa data komputer, pemakaian kapasitas yang
sudah ditetapkan ini menjadi tidak efisien, karena adanya variasi
dalam pemakaian.
21
2.3.3.2 Packet Switching
Packet switching merupakan teknologi WAN di mana para
pemakai berbagi sumber pembawa umum. Jaringan dengan packet
switching dibuat untuk menyediakan teknologi WAN yang lebih
efektif dibandingkan jaringan circuit switched yang pemakaian
kapasitasnya sudah ditetapkan.
Dalam pengaturan packet switching, jaringan memiliki
hubungan ke dalam jaringan pembawa, dan banyak pelanggan
berbagi jaringan pembawa tersebut. Bagian dari jaringan pembawa
yang dipakai bersama sering mengarah sebagai cloud. Hubungan
virtual antara tempat-tempat pelanggan sering mengarah sebagai
virtual circuit.
Switch di jaringan paket switching menentukan link mana
yang akan dikirim paket. Ada dua pendekatan untuk menentukan
link ini, connectionless atau connection oriented. Connectionless,
seperti internet, membawa informasi pengalaman penuh ke tiap
paket. Tiap switch harus mengevaluasi alamatnya untuk
menentukan akan dikirim ke mana paketnya. Connection oriented
menentukan terlebih dahulu rute paketnya, dan tiap paket hanya
perlu mambawa identifier.
22
2.3.3.3 Jaringan Dedikcated atau Leased line
Yang dimaksud dengan jaringan dedicated ini adalah
sebuah media komunikasi yang secara kontinyu digunakan untuk
menghubungkan titik – titik yang ingin berkomunikasi. Media
komunikasi ini ditunjukan untuk bekerja tanpa henti, tanpa dibagi
oleh siapapun dan tanpa dicampuri oleh data yang bukan milik
penggunanya.
Biasanya media koneksi dedicated atau leased line ini
merupakan media komunikasi dengan kecepatan tinggi , dengan
kualitas nomor satu, dengan tingkat realibilitas tinggi baik dalam
menghantarkan data maupun dalam ketersediaannya (jarang
bermasalah). Karena hanya pemilik saja yang menggunakan jalur
ini, maka itu media jenis ini sering disebut dengan istilah leased
line atau jalur yang disewa. Hal ini membuat harga dari media
jenis ini tidak dibandrol dengan sembarangan. Penyewa harus
membayar dalam jumlah yang cukup lumayan untuk ini.
Koneksi jenis leased line menawarkan bandwitch yang
cukup bervariasi tergantung pada sejauh mana kebutuhan.
Biasanya dimulai dari 64 Kbps yang paling kecing kecil hingga 2
Mbps. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi
bandwitch , ini pun bisa meningkat lagi. Koneksi jenis ini sangat
ideal digunakan oleh perusahaan atau organisasi yang melakukan
23
komunikasi data dalam volume yang cukup tinggi dan terus
menerus tanpa henti.
Dedicated Leased line biasanya adalah berupa koneksi tipe
serial syncronous. Setiap ujung dari koneksi leased line ini akan
berakhir di interface serial syncronous di sebuah router. Router
tersebut akan terkoneksi ke leased line ini melalui perantaraan
sebuah perangkat yang disebut Chanel Service Unit / Data Service
Unit (CSU/DSU). Biasanya perangkat ini adlah berupa sebuah
modem leased line.
Dengan demikian, setiap leased line yang ingin dipasang,
harus disertai juga dengan sebuah modem dan interface
syncronous di router pemilik. Apa jadinya jika pemilik atau
penyewa memiliki banyak koneksi leased line? Tentunya
membutuhkan banyak perangkat CSU/DSU atau dengan kata lain
modem, interface syncronous router, kabel penghubung antara
modem dengan routernya, dan tentunya beberapa media leased
line itu sendiri.
Menjaganya pun memerlukan ekstra perhatian karena
jumlahnya secara fisik memang banyak dan harus menyediakan
tempat yang memadai untuk terminasi leased line serta menumpuk
modem – modemnya beserta router - routernya.
Koneksi Leased line yang telah lama dan digunakan adalah
koneksi menggunakan media kabel tembaga dengan sistem
24
komunikasi syncronous serial. Namun belakangan ini, media
sistem komunikasi leased line juga sering menggunakan media
kabel tembaga dengan sistem komunikasi DSL. Selain itu,
teknologi cable modem juga sering kali digunakan untuk
menghantarkan servis dedicated ini.
2.3.3.4 Peralatan WAN
WAN menggunakan sejumlah peralatan yang khusus untuk
lingkungan WAN :
1. Modem
Modem adalah peralatan yang mengubah sinyal digital ke
sinyal analog di sumber. Di tujuan, sinyal analog
dikembalikan ke bentuk digitalnya. Modem pool adalah
modem dengan banyak port yang digunakan untuk menerima
panggilan yang masuk.
2. WAN Switch
WAN switch adalah peralatan antar jaringan yang digunakan
oleh jaringan pembawa. Peralatan ini beroperasi di layer data
link pada OSI layer.
25
2.4 Topologi Jaringan
Menurut Stallings (2001, p437) topologi adalah struktur yang terdiri dari
jalur switch, yang mampu menampilkan komunikasi interkoneksi diantara
simpul-simpul dari sebuah jaringan. Topologi LAN dapat digambarkan secara
fisikal dan logikal. Fisikal topologi menggambarkan penempatan komponen-
komponen suatu LAN. Sedangkan logikal topologi menggambarkan koneksi
yang mungkin antara pasangan-pasangan endpoint devices yang dapet
berkomunikasi koneksi fisiknya (Norton, 1999, p139). Fisikal topologi suatu
jaringan yang sering digunakan adalah topologi bus, ring, star, extended star,
hierarchical, mesh, dan hybrid (Stallings, 2000, 429).
• Topologi Bus
Gambar 2.3 Topologi Bus
Menggunakan single backbone segment yang biasanya berupa kabel coasial
sebagai penghubung semua komputer di jaringan.
• Topologi Ring
Gambar 2.4 Topologi Ring
Topologi ring menghubungkan 1 komputer dengan komputer berikutnya
sehingga komputer paling akhir kembali terhubung ke komputer pertama.
26
• Topologi Star
Gambar 2.5 Topologi Star
Topologi star menghubungkan semua kabel ke 1 titik pusat yang biasanya
berupa swicth atau hub yang berfungsi sebagai konsentrator.
• Topologi Extended Star
Gambar 2.6 Topologi Extended Star
Extended Star adalah gabungan beberapa topologi star. Hub atatu swicth
yang dipakai dalam topologi star dihubungkan dengan hub/switch utama.
• Topologi Hierarchical
Gambar 2.7 Topologi Hierarchical
Topologi hierarchical dibuat mirip dengan exended star tetapi pada sistem
jaringan yang dihubungkan dapet mengontrol arus data pada topologi.
• Topologi Mesh
Gambar 2.8 Topologi Mesh
27
Topologi Mesh digunakan ketika dalam suatu jaringan yang dibuat tidak
boleh terjadi adanya kesalahan, contohnya sistem control pembangkit nuklir.
Setiap jost memiliki hubungan langsung dengan host lainnya dalam jaringan.
Hal ini merefleksikan internet yang memiliki banyak jalur ke 1 titik.
• Topologi Hybrid
Gambar 2.9 Topologi Hybrid
Topologi hybrid merupakan gabungan dari beberapa topologi jaringan yang
lain. Biasanya topologi ini digunakan pada WAN, karena setiap topologi
mempunyai kelemahan sehingga jika digabungkan bisa mendapatkan
kualitas maksimum.
2.5 Internet
Internet atau interconnected network merupakan kumpulan dari jaringan
komputer yang ada di seluruh dunia dan menggunakan protokol TCP/IP untuk
membangun perusahaan virtual network ( Tanenbaum,2003,p50).
2.5.1 Fasilitas Internet
Seiring dengan perkembangannya yang terus meningkat, kini di
internet telah tersedia berbagai macam layanan berbasis protokol TCP/IP
(Hahn,1997,p24) diantaranya adalah :
28
1. Audio / Video Streaming
Merupakan teknologi yang memungkinkan suatu file untuk dapat
langsung digunakan sebelum di-download seluruhnya. Contohnya :
RealPlayer.
2. E-mail (Electronic mail)
Digunakan untuk mengirim pesan, juga dapat menyertakan file yang
di alamatkan ke seorang user pada sebuah mail server.
3. FTP (File Transfer Protocol)
Memungkinkan sebuah local computer dengan menggunakan FTP
client untuk menghubungi FTP server yang ada pada sebuah remote
computer agar dapat saling bertukar file, untuk mencari file pada FTP
public digunakan Archie.
4. Gopher
Layanan yang menyediakan informasi berbasis teks, untuk mencari
informasi pada gopher dapat digunakan VERONICA (Very Easy
Rodent Oriented Netwide Index to Computerized Archives).
5. Instant Messenger
Instant Messenger merupakan program yang memungkinkan
penggunanya untuk berkirim pesan secara online person-to-person,
contoh : ICQ, Yahoo Messenger.
6. Telnet / remote login
29
Memungkinkan sebuah telnet client untuk menjalankan perintah pada
remote computer biasanya menggunakan UNIX based operating
system seperti FreeBSD atau linux melalui telnet server.
7. Usenet / NewsGroup
Digunakan untuk membuat suatu forum diskusi.
8. WWW (World Wide Web)
Merupakan layanan yang menyediakan informasi dengan hypertext
dan biasanya mendukung GUI, kini merupakan layanan yang paling
populer dan telah mencakup hampir seluruh layanan internet lainnya
(misalnya : web based chat dan web based email), untuk mencari
informasi pada WWW biasanya digunakan search engine.
2.5.2 ISP (Internet Service Provider)
Menurut Hann (1997, p60) ISP merupakan perusahaan yang
menyediakan akses ke internet baik permanent connectivity maupun dial-
up access. Beberapa provider besar merupakan perusahaan nasional
bahkan multi-nasional yang melayani ratusan kota. Sedangkan provider
kecil mungkin hanya dikelola perseorangan dan hanya melayani satu area.
ISP memiliki peralatan dan akses hubungan telekomunikasi
diperlukan untuk membangun PoP (Post Office Protocol) pada area
geografis tertentu. ISP mempunyai leased line berkecepatan tinggi
sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada penyedia telekomunikasi dan
dapat menyediakan layanan yang lebih baik kepada pelanggan.
30
2.6 Top-Down Model Analysis
Top-down model Analysis adalah sebuah metodologi untuk merancang
sebuah jaringan, dimana rancangan jaringan tersebut harus dapat memenuhi
kebutuhan bisnis dari perusahaan atau organsasi yang bersangkutan
(goldman.rawles,2004,p17).
Model ini terdiri dari lima layer, dimana layer yang paling atas (Business
layer) memberikan kebutuhan, yang merupakan hasil analisis dari masalah yang
dihadapi, (requirement) yang harus dipenuhi oleh layer dibawahnya dan layer
yang paling bawah memberikan solusi dari masalah yang diberikan layer
diatasnya. Proses analisanya dapat dilihat pada gambar berikut :
31
Gambar 2.10 Top-Down model
Untuk dapat memahami menggunakan model ini dengan benar harus
dilihat apa saja yang dianalisa dari tiap layer mulai dari yang paling atas yaitu :
1. Business Layer
Layer ini menganalisa apa yang berusaha dicapai oleh suatu perusahaan
(organisasi atau perorangan) dengan menginstal jaringan pada organisasinya.
Tanpa mengerti kebutuhan bisnis dari perusahan tersebut hampir tidak
mungkin merancang dan mengimplementasikan suatu jaringan yang akan
sukses (sesuai keinginan).
32
2. Application Layer
Layer ini mengalisa aplikasi apa saja yang akan dijalankan oleh sistem
computer yang ada pada jaringan berdasarkan masukan dari business layer.
3. Data Layer
Layer ini menganalisa tipe data apa saja yang akan dihasilkan oleh
application layer. Layer ini menghasilkan Data Trafic Analysis yang berisi :
- Lokasi data secara fisik
- Karakteristik data dan
- Banyaknya data yang dihasilkan dan yang di transmisikan
4. Network Layer
Layer ini menganalisa bagaimana data dapat ditransmisikan secara efektif,
murah dan tepat waktu. Hasil dari layer ini adalah logical network design.
5. Technology Layer
Layer ini menganalisa teknologi (hardware) apa yang tepat digunakan untuk
membuat rancangan dari network layer bekerja secara maksimal. Analisa
pada layer ini menghasilkan Physical network design.
Berikut adalah tabel proses apa saja yang dianalisa pada setiap layer :
Layer Proses Analisa
Business Layer - Perencanaan strategi bisnis
- Merekayasa ulang proses bisnis
- Mengidentifikasi fungsi utama bisnis
- Mengidentifikasi proses-proses bisnis
33
- Mengidentifikasi peluang bisnis
Application Layer - Pengembangan aplikasi
- Analisa dan desain system informasi
- Mengidentifikasi kebutuhan informasi
- Menghubungkan kebutuhan informasi dengan proses
dan peluang bisnis
Data Layer - Analisa dan desain database
- Pembuatan model data
- Analisa distribusi data
- Desain arsitektur client/server
- Desain distributed database
- Menghubungkan koleksi data dan distribusi data
dengan informasi dan
kebutuhan bisnis
Network Layer - Analisa dan desain network
- Logical network design
- rencana pengimplementasian network
- Managemen network and pengawasan performa
network
- Menghubungkan logical network design dengan
koleksi data dan
distribusi data
34
Technology Layer - Technology analysis grids
- Analisa teknologi hardware software-media
- Physical network design
- Implementasi network secara fisik
- Menghubungkan physical network design dengan
logical network design
Tabel 2.1 Proses Top-Down Model
2.7 Multi Protocol Label Switching (MPLS)
Multi Protocol Label Switching (MPLS) merupakan teknik pengiriman
paket (paket forwarding), switching dan penyediaan routing dengan
menambahkan label-label pada header IP (Internet Protocol) untuk dilewatkan
pada suatu jaringan (www.digilib.its.ac.id). Teknologi MPLS diterapkan dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan dari jaringan IP. Ide dasar dari
pengembangan MPLS adalah menggunakan “label” untuk melakukan mekanisme
switching di tingkat IP. Hal ini berbeda dengan jaringan IP yang menggunakan
pengalamatan IP sebagai dasar mekanisme switching dan jaringan ATM yang
menggunakan Virtual Circuit Identifier sebagai dasar mekanisme switching. Di
dalam jaringan yang menggunakan protokol MPLS, paket yang masuk kedalam
jaringan MPLS terlebih dahulu diberi “label”. Label yang diberikan dapat
disusun dari berbagai variasi kriteria sesuai dengan yang diinginkan oleh Service
Provider/pengguna. Berdasarkan label yang diberikan ini maka jaringan yang
35
menggunakan protokol MPLS akan memperlakukan paket tersebut sesuai dengan
nilai yang melekat pada label tersebut (high priority, low priority, dan lainnya).
Hingga saat ini belum ada standard MPLS yang berlaku atau yang dapat diacu
(bersifat non proprietary), dikarenakan belum diselesaikannya penyusunan
beberapa hal penting yang menjadi dasar penyusunan standar oleh organisasi
yang berwenang.
MPLS beroperasi pada model OSI Layer yang biasanya berada diantara
Layer 2 (layer komunikasi data) dan Layer 3 (layer jaringan), dan sering disebut
dengan protokol “Layer 2.5”. MPLS didesain untuk memberikan layanan
pembawa data untuk pelanggan berbasis circuit dan pelanggan berbasis switching
dengan yang memberikan model layanan datagram.
Kerangka kerja ini diajukan oleh IETF untuk memperbaiki kekurangan
arsitektur IP, yang merupakan infrastruktur utama internet, yang mengirim paket
melaui shortest path saja sedangkan path lain (router lain) jarang dilalui.
Teknologi MPLS mampu memaksimalkan kinerja jaringan dengan
menyeimbangkan beban jaringan dengan distribusi paket melalui non-shortest –
path yang disesuaikan menurut kelas-kelas, antrian dan penjadwalan trafiknya.
36
Gambar 2.11 Multi Protocol Label Switching
Besar kapasitas maksimal yang dapat disalurkan oleh MPLS tiap
interface-nya adalah 10 Gbps. Sistem proteksinya (reliabilitas) dilakukan dengan
alternatif route dan dual homing, dan metode proteksi path yang umum pada
jaringan IP. Oleh karena MPLS menyediakan fungsi-fungsi switching, routing
dan controling pada jaringan IP, fungsi-fungsi ini dapat dikembangkan lebih
lanjut untuk mengontrol jaringan backbone dengan MPLS switch pada jaringan
backbone. Namun demikian, karena MPLS khusus didesain untuk jaringan IP,
protokol tersebut harus dimodifikasi untuk dapat berkomunikasi dengan
perangkat telekomunikasi lainnya.
2.7.1 Arsitektur MPLS
MPLS, multi-protocol label switching, adalah arsitektur network
yang didefinisikan oleh IETF untuk memadukan mekanisme label
swapping di layer 2 dengan routing di layer 3 untuk mempercepat
pengiriman paket. Arsitektur MPLS dipaparkan dalam RFC-3031
(Rosen,2001,5).
37
Network MPLS terdiri atas sirkuit yang disebut label-switched
path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label-switched
router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress
(Rosen,2001,5). Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding
equivalence class (FEC), yang merupakan kumpulan paket yang
menerima perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR. FEC
diidentifikasikan dengan pemasangan label. FEC berfungsi untuk
mengklasifikasi paket-paket ke dalam kelas-kelas. Setelah kelas-kelas itu
ditentukan maka akan diatur penjadwalan traffic untuk kelas-kelas yang
didefinisikan di dalam FEC oleh Traffic Trunk Profile. Jadi Traffic Trunk
Profile berfungsi untuk menjadwalkan paket-paket data yang akan
dikirimkan dan untuk mengatur antrian paket data yang akan dikirimkan
berdasarkan prioritas yang diberikan.
Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan.
Protokol ini menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label
yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwarding dan
mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Hasilnya adalah network
datagram yang bersifat lebih connection-oriented.
Dua skema utama dalam membangun MPLS adalah Integrated
Services (IntServ) dan Differentiated Services (DiffServ).
38
2.7.1.1 MPLS dengan Integrated Service (IntServ)
IntServ merupakan skema yang diajukan unuk mengelola
QoS dengan tujuan menyediakan sumberdaya seperti bandwidth
untuk trafik dari ujung ke ujung.
IntServ (Braden, 1994, 1) terutama ditujukan untuk
aplikasi yang peka terhadap tundaan dan keterbatasan bandwidth,
seperti videoconference dan VoIP. Arsitekturnya berdasar sistem
pencadangan sumberdaya per aliran trafik. Setiap aplikasi harus
mengajukan permintaan bandwidth, baru kemudian melakukan
transmisi data. Dua model layanan IntServ adalah:
• Guaranteed-service, yaitu layanan dengan batas bandwidth
dan delay yang jelas.
• Controlled-load service, yaitu layanan dengan persentase
delay statistik yang terjaga.
Layanan ketiga, yang paling jelek, adalah layanan best-
effort, yang hanya memberikan routing terbaik, tetapi tanpa
jaminan sama sekali.
Masalah dalam IntServ adalah skalabilitas (Braden, 2000,
p3). Setiap node di network harus mengenali dan mengakui
mekanisme ini. Maka IntServ menjadi baik hanya untuk voice dan
video, tetapi sangat tidak tepat untuk aplikasi semacam web yang
aliran trafiknya banyak tapi datanya kecil.
39
2.7.1.2 MPLS dengan Differentiated Service (DiffServ)
DiffServ (Blake, 1998, p2) menyediakan diferensiasi
layanan, dengan membagi trafik atas kelas-kelas, dan
memperlakukan setiap kelas secara berbeda. Identifikasi kelas
dilakukan dengan memasang semacam kode DiffServ, disebut
DiffServ code point (DSCP), ke dalam paket IP. Dengan cara ini,
klasifikasi paket melekat pada paket, dan bisa diakses tanpa perlu
protokol persinyalan tambahan.
Gambar 2.12 Header IP
Jumlah kelas tergantung pada provider, dan bukan
merupakan standar. Pada trafik lintas batas provider, diperlukan
kontrak trafik yang menyebutkan pembagian kelas dan perlakuan
yang diterima untuk setiap kelas. Jika suatu provider tidak mampu
menangani DiffServ, maka paket ditransferkan apa adanya sebagai
paket IP biasa, namun di provider berikutnya, DS field kembali
40
diakui oleh provider. Jadi secara keseluruhan, paket-paket
DiffServ tetap akan menerima perlakuan lebih baik.
DiffServ tidak memiliki masalah skalabilitas. Informasi
DiffServ hanya sebatas jumlah kelas, tidak tergantung besarnya
trafik (dibandingkan IntServ). Skema ini juga dapat diterapkan
bertahap, tidak perlu sekaligus ke seluruh network.
Dukungan untuk DiffServ dilakukan dengan membentuk
LSP khusus, dinamai L-LSP, yang secara administratif akan
dikaitkan dengan perlakukan khusus pada tiap kelompok PHB.
Alternatif lain adalah dengan mengirim satu LSP bernama E-LSP
untuk setiap kelompok PHB.
Beda L-LSP dan E-LSP adalah bahwa E-LSP menggunakan
bit-bit EXT dalam header MPLS untuk menunjukkan kelas
layanan yang diinginkan; sementara L-LSP membedakan setiap
kelas layanan dalam label itu sendiri.
Baik RSVP-TE dan LDP dapat digunakan untuk mendukung
LSP khusus untuk model DiffServ ini.
2.7.2 Enkapsulasi Paket dalam MPLS
Header MPLS terdiri atas 32 bit data, termasuk 20 bit label, 2 bit
eksperimen, dan 1 bit identifikasi stack, serta 8 bit TTL. Label adalah
bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan
41
satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses
forwarding, termasuk proses traffic engineering.
Gambar 2.13 Header MPLS
Setiap LSR memiliki tabel yang disebut label-swiching table.
Tabel itu berisi pemetaan label masuk, label keluar, dan link ke LSR
berikutnya. Saat LSR menerima paket, label paket akan dibaca, kemudian
diganti dengan label keluar, lalu paket dikirimkan ke LSR berikutnya.
Selain paket IP, paket MPLS juga bisa dienkapsulasikan kembali
dalam paket MPLS. Maka sebuah paket bisa memiliki beberapa header.
Dan bit stack pada header menunjukkan apakah suatu header sudah
terletak di 'dasar' tumpukan header MPLS itu.
2.7.3 Rekayasa Traffik dengan MPLS
Rekayasa trafik (traffic engineering, TE) adalah proses pemilihan
saluran data traffic untuk menyeimbangkan beban trafik pada berbagai
jalur dan titik dalam network. Tujuan akhirnya adalah memungkinkan
operasional network yang andal dan efisien, sekaligus mengoptimalkan
penggunaan sumberdaya dan performansi trafik. Panduan TE untuk
42
MPLS (disebut MPLS-TE) adalah RFC-2702 (Awduche, 1999, 3). RFC-
2702 menyebutkan tiga masalah dasar berkaitan dengan MPLS-TE, yaitu:
• Pemetaan paket ke dalam FEC.
• Pemetaan FEC ke dalam trunk trafik.
• Pemetaan trunk trafik ke topologi network fisik melalui LSP.
Awduche (1999,p70)menyusun sebuah model MPLS-TE, yang
terdiri atas komponen-komponen: manajemen path, penempatan trafik,
penyebaran keadaan network, dan manajemen network. Trunk trafik
merupakan
2.7.3.1 Manajemen Path
Manajemen path meliputi proses-proses pemilihan route
eksplisit berdasar kriteria tertentu, serta pembentukan dan
pemeliharaan tunnel LSP dengan aturan-aturan tertentu. Proses
pemilihan route dapat dilakukan secara administratif, atau secara
otomatis dengan proses routing yang bersifat constraint-based.
Proses constraint-based dilakukan dengan kalkulasi berbagai
alternatif routing untuk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
dalam kebijakan administratif. Tujuannya adalah untuk
mengurangi pekerjaan manual dalam TE.
Setelah pemilihan, dilakukan penempatan path dengan
menggunakan protokol persinyalan, yang juga merupakan
43
protokol distribusi label. Ada dua protokol jenis ini yang sering
dianjurkan untuk dipakai, yaitu RSVP-TE dan CR-LDP.
Manajemen path juga mengelola pemeliharaan path, yaitu
menjaga path selama masa transmisi, dan mematikannya setelah
transmisi selesai.
2.7.3.2 Penempatan Trafik
Setelah LSP dibentuk, trafik harus dikirimkan melalui LSP.
Manajemen trafik berfungsi mengalokasikan trafik ke dalam LSP
yang telah dibentuk. Ini meliputi fungsi pemisahan, yang membagi
trafik atas kelas-kelas tertentu, dan fungsi pengiriman, yang
memetakan trafik itu ke dalam LSP.
Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah
distribusi beban melewati deretan LSP. Umumnya ini dilakukan
dengan menyusun semacam pembobotan baik pada LSP-LSP
maupun pada trafik-trafik. Ini dapat dilakukan secara implisit
maupun eksplisit.
2.7.3.3 Penyebaran Informasi Keadaan Network
Penyebaran ini bertujuan membagi informasi topologi
network ke seluruh LSR di dalam network. Ini dilakukan dengan
protokol gateway seperti IGP yang telah diperluas.
44
Perluasan informasi meliputi bandwidth link maksimal,
alokasi trafik maksimal, pengukuran TE default, bandwidth yang
dicadangkan untuk setiap kelas prioritas, dan atribut-atribut kelas
resource. Informasi-informasi ini akan diperlukan oleh protokol
persinyalan untuk memilih routing yang paling tepat dalam
pembentukan LSP.
2.7.3.4 Manajemen Network
Performansi MPLS-TE tergantung pada kemudahan
mengukur dan mengendalikan network. Manajemen network
meliputi konfigurasi network, pengukuran network, dan
penanganan kegagalan network.
Pengukuran terhadap LSP dapat dilakukan seperti pada
paket data lainnya. Traffic flow dapat diukur dengan melakukan
monitoring dan menampilkan statistika hasilnya. Path loss dapat
diukur dengan melakukan monitoring pada ujung-ujung LSP, dan
mencatat trafik yang hilang. Path delay dapat diukur dengan
mengirimkan paket probe menyeberangi LSP, dan mengukur
waktunya. Notifikasi dan alarm dapat dibangkitkan jika
parameter-parameter yang ditentukan itu telah melebihi ambang
batas.
45
2.8 Karakteristik Performa Jaringan
Secara tidak formal, jaringan dapat diklasifikasikan sebagai low speed
dan high speed. Bagaimanapun teknologi jaringan sudah berkembang dengan
cepat sekali dan jaringan diklasifikasikan sebagai “high speed” selama 3 atau 4
tahun belakangan ini. Ketika para ahli perlu untuk menspesisikasikan kecepatan
jaringan secara tepat, mereka tidak menggunakan aturan kualitatif. Mereka
menggunakan perhitungan kuantitatif. Meskipun pemula kesulitan mengerti
pengukuran kuantitatif, pengukuran kuantitatif penting karena memungkinkan
untuk membandingkan antara 2 jaringan.
2.8.1 Delay
Delay dari sebuah jaringan menspesifikasikan barapa lama waktu
yang diperlukan sebuah bit untuk melewati jaringan dari satu komputer ke
komputer lain. Delay diukur dalam satuan detik. Delay dapat bernilai
berbeda-beda, tergantung dari lokasi beberapa pasang komputer yang
berkomunikasi. Meskipun user hanya memperhatikan total delay dari
sebuah jaringan, para ahli perlu untuk membuat perhitungan yang tepat.
Maka para ahli sering kali melaporkan delay maksimum dan delay rata-
rata, dan mereka membagi delay dalam beberapa bagian.
Beberapa delay dalam suatu jaringan muncul karena sebuah sinyal
memerlukan sedikit waktu untuk melewati kabel atau fiber optic. Delay
tersebut dikenal sebagai propagation delay. Sebagai contoh LAN biasa
yang digunakan dalam satu gedung mempunyai delay dalam satu
milisecond. Meskipun beberapa delay kelipatannya tidak berhubungan
46
dengan manusia, sebuah komputer modern dapat mengeksekusi lebih dari
seratus ribu instruksi dalam satu milisecond. Dengan begitu satu
milisecond berpengaruh bagi sebuah komputer. Sebuah jaringan yang
menggunakan satelit untuk mengirim data dari satu benua ke benua lain
mempunyai delay yang lebih besar, meskipun pada kecepatan cahaya, hal
ini memakan waktu lebih dari seribu milisecond bagi satu bit untuk
berjalan melewati satelit dan kembali lagi ke bumi.
Peralatan elektronik dalam suatu jaringan seperti hub, bridges atau
switch menampilkan delay lain yang dikenal switching delay. Sebuah
peralatan elektronik menunggu hingga semua bit dari sebuah paket
sampai, dan kemudian memerlukan sejumlah waktu untuk memilih hop
selanjutnya sebelum mengirim paket.
Karena sebagian besar LAN menggunakan shared media,
komputer harus menunggu hingga medium tersedia. Sebagai contoh, kita
telah melihat bahwa ethernet telah menggunakan CSMA/CD dan sebuah
jaringan Token Ring memerlukan pengirimnya menunggu untuk sebuah
token. Delay – delay tersebut dikenal sebagai access delay.
Bentuk delay yang terakhir muncul dalam sebuah paket switched
WAN. Sebut saja packet switched antri sebagai bagian dalam proses store
and forward. Jika antrian sudah mengandung paket – paket, paket yang
baru harus menunggu selama CPU mem-forward paket – paket yang telah
lebih dahulu sampai. Delay tersebut dikenal sebagai queueing delays.
47
2.8.2 Throughput
Hal kedua yang penting dari jaringan yang dapet diukur secara
kuantitatif adalah throughput. Throughput adalah ukuran rata –rata
dimana data dapat dikirim melewati jaringan, dan biasanya
dispesifikasikan dalam bits per second (bps). Sebagian besar jaringan
mempunyai throughput sebesar beberapa million bits per second (Mbps),
dan sekarang telah mencapai beberapa Gigabits per second (Gbps).
Profesional jaringan sering menggunakan pernyataan kecepatan sebagai
sinonim untuk throughput. Sebagai contoh ketika mendengar :jaringan itu
mempunyai kecepatan 10 Mbps”. Pada kenyataannya throughtput adalah
ukuran dari kapasitas, bukan kecepatan.
2.8.3 Utilisasi
Semakin besar utilisasi suatu jaringan, semakin padat lalu lintas
data yang berjalan dalam jaringan tersebut, utilisasi dapat diukur menjadi
dua bagian yaitu utilisasi masuk dan utilisasi keluar. Besarnya utilisasi
berbanding lurus pada besarnya throughput, sehingga semakin besar
throughtput semakin besar pula utilisasinya. Utilisasi berbanding terbalik
dengan jumlah bandwitch yang ada pada jaringan tersebut.
Sebagai panduan, jaringan yang sehat memenuhi kondisi seperti
dibawah ini :
1. Utilisasi mencapai 15% dalam sebagian besar waktu jaringan itu
berjalan.
48
2. Utilisasi padat dari 30% hingga 35% dalam beberapa detik, dengan
adanya jeda waktu yang besar antara kepadatan tersebut.
3. Utilisasi padat 50% hingga 60% dalam beberapa detik, dengan
adanya jeda waktu yang besar antara kepadatan tersebut. Tetapi harus
ada alasan atas kepadatan tersebut, misalnya share file dalam
jaringan,
Jika dilihat utilisasi padat hingga 30% secara terus menerus, dapat
diartikan jaringan tersebut mengalami penurunan performa.
Perhitungan untilisasi dapat dilakukan dengan cara mengambil rata-
rata incoming dan outgoing traffik yang ada dalam pengambilan data
MRTG. Perhitungannya sebagai berikut :
Incoming utilization = Data Throughput terukur * 100%
Kapasitas Bandwidth yang tersedia
Outgoing utilization = Data Throughput terukur * 100%
Kapasitas Bandwidth yang tersedia
Tabel 2.2 Rumus Perhitungan Utilization
(sumber : http://support.3com.com/infodeli/tools/netmgt/tncsunix/product/091500/c8bandut.htm)