2. landasan teori
TRANSCRIPT
7 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1979) dalam penelitianya menyatakan teori
keagenan adalah hubungan kerja atau kontrak antara pihak yang memberikan
wewenang atau bisa disebut pemilik perusahaan (principal), dengan pihak yang
memperoleh wewenang atau bisa disebut pengelola perusahaan (agent).Pada
umumnya perusahaan memisahkan antara pemilik perusahaan dan pihak yang
mengelola perusahaan terpisahnya pemilik perusahaan dan pihak pengelola
perusahaan mengakibatkan terjadinya Information Asymmerty (Asimetri
Informasi). Menurut Scott (2012) asimetri informasi adalah kondisi dimana
jumlah informasi yang dimiliki satu pihak (principal) dan pihak lain (agent)
berbeda. Asimetri informasi dapat merugikan investor karena principal tidak
dapat menilai perusahaan dengan baik, sehingga asimetri informasi di perusahaan
harus dikurangi.Terdapat dua jenis asimetri informasi yaitu moral hazard dan
adverse selection. Moral hazard adalah adanya satu pihak atau lebih yang
memiliki informasi yang lebih baik sedangkan adverse selection adalah pihak
pengelola perusahaan (agent) lebih mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan
perkembangan dimasa depan dibandingkan dengan pemilik perusahaan
(principal). Informasi yang berkualitas dalam laporan keuangan serta tidak
asimetris sangat dibutuhkan oleh pihak investor karena akan dijadikan dasar
pertimbangan dalam penilaian dalam pengambilan keputusan investasi.
Menurut penelitian Jensen dan Meckling (1976), pengelola perusahaan
secara moral memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi
perkembangan perusahaan kepada investor dan pemilik perusahaan, informasi
tersebut akan direspon oleh pasar melalui perubahan harga dan volum transaksi
saham yang berdampak pada nilai perusahaan, namun dari sisi pengelola
perusahaan juga menginginkan adanya keuntungan untuk diri sendiri yang dapat
membawa kesejahteraan bagi pengelola perusahaan. Hal tersebut yang
menyebabkan pengelola perusahaan tidak selalu bertindak demi kepentingan
8 Universitas Kristen Petra
pemilik perusahaan sehingga kegiatan yang dilakukan pengelola perusahaan dapat
melanggar kontrak. Dalam mengungkapkan informasi, pengelola perusahaan
terkadang tidak mengungkapkan sesuai dengan kondisi perkembangan perusahaan
yang sesungguhnya. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada pengelola
perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba (earning management)
(Richardson, 1998 dalam Wardhana, 2009). Maka diharapkan penerapan IFRS di
Indonesia dapat mengurangi praktek manajemen laba.
2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Signalling theory atau teori sinyal menyatakan bahwa pihak manajemen
memiliki informasi yang lebih baik mengenai perusahaan akan terdorong untuk
memberikan informasi tersebut kepada calon investor agar tertarik untuk
berinvestasi dalam perusahaan tersebut. Teori ini dikembangkan dari konsep
asimetri informasi yang berkaitan dengan manajer dan pihak eksternal yaitu
investor yang memiliki informasi yang berbeda seperti yang telah
dikemukakakan dalam teori agensi. Informasi yang tidak asimetris dan berkualitas
adalah sinyal bagi investor dan sangat dibutuhkan investor untuk dasar
pertimbangan dalam mengambil keputusan (Subalno, 2009b). Secara umum
informasi yang disampaikan perusahaan adalah berupa laporan keuangan sebagai
lambang nilai dari perusahaan tersebut.Informasi akan berguna jika informasi
tersebut direspon dengan cepat oleh pasar dalam mengambil keputusan, hal
tersebut sesuai dengan teori market yang efisien.
Penerapan IFRS dalam standar akuntansi di Indonesia diharap dapat
meningkatkan reabilitas, transparansi dan komparabilitas informasi dalam laporan
keuangan, sehingga dalam penerapan IFRS perusahaan berusaha untuk
menujukan bahwa informasi dari laporan keuangan tersebut adalah informasi
yang berkualitas dan memberikan sinyal yang baik untuk investor (Iatridis &
Rouvolis, 2010). Penerapan IFRS diharapkan dapat meningkatkan relevansi nilai
informasi akuntansi. IFRS sebagai standar akuntansi yang baru juga ditunjukkan
untuk menciptakan suatu regulasi yang dapat memenuhi kebutuhan setiap
pengguna standar akuntansi. (Syagata, 2014)
9 Universitas Kristen Petra
2.2 Manajemen Laba (earning management)
Pada tahun 1990an pihak pengelola perusahaan atau manager menghadapi
banyak tekanan mengenai target pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan,
oleh karena itu beberapa manager bertindak curang dalam praktik pelaporan
keuangan sehingga laba yang ada dalam laporan keuangan diragukan kualitasnya.
Manajemen laba adalah salah satu aspek lain dari masalah kualitas laba.
Schroeder mendefinisikan manajemen laba adalah usaha pihak pengelola
perusahaan untuk mempengaruhi pelaporan laba dalam jangka pendek (Schroeder,
2013).
Manajemen laba terjadi karena berbagai tujuan manajer yaitu untuk
mempengaruhi pasar saham, meningkatkan kompensasi manajemen,
mempengaruhi kreditur dalam memberikan pinjaman, menghindari intervensi dari
regulator pemerintah. Manajer berusaha mengelola laba karena mereka percaya
bahwa laba dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi keputusan kreditur dan
investor. Dalam berbagai kasus teknik manajemen laba dapat dirancang untuk
meningkatkan laba yang ada dalam laporan keuangan dan menurunkan biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana baik melalui investor atau
kreditur (Schroeder, 2013).
Menurut Scott (2012) manajemen laba adalah perilaku manajer dalam
memilih metode akuntansi atau tindakan secara langsung manajer yang
mempengaruhi laba untuk tujuan tertentu. Terdapat dua cara tindakan manajer
dalam manajemen laba, tindakan yang pertama yaitu manajer menggunakan real
variable contohnya adalah manajer menurunkan atau meningkatkan biaya
penelitian dan pengembangan (Research & Development), menurunkan atau
meningkatkan biaya iklan (advertising), menentukan pemilihan waktu yang tepat
untuk menjual atau membeli asset tetap, tetapi tindakan real variablemembawa
pengaruh yang besar terhadap kepentingan jangka panjang perusahaan. Tindakan
yang kedua yaitu manajer menggunakan accounting variable contohnya adalah
pemilihan metode akuntansi seperti metode penyusutan, manajer dapat memilih
metode straight-line, atau declining-balance yang dianggap manajer dapat
menguntungkan dan sesuai dengan tujuan pribadi. Selain pemilihan dalam metode
akuntansi manajer dapat melakukan manajemen laba yang berdasarkan
10 Universitas Kristen Petra
accrualcontohnya adalah menentukan estimasi piutang tak tertagih, mengubah
kebijakan amortisasi.
Menurut Sulistyanto (2008) tindakan manajer mengelola manajemen laba
menggunakan pemilihan metode mempunyai resiko diketahui oleh pengguna
laporan keuangan karena dalam penysusunan laporan keuangan perubahan metode
harus diunggkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan keuangan sedangkan
manajemen laba menggunakan accrual resiko deteksi oleh pengguna laporan
keuangan sulit. Namun menurut Scott (2012) terkait dengan manajemen laba
dengan accrual manajer terkadang melupakan konsep dari iron law of accrual
reserval yaitu jika manajer mengakui peningkatan laba pada periode sekarang,
maka laba di periode selanjutnya akan mengalami penurunan. Terdapat dua tipe
accrualyaitu non-discretionary accrual dan discretionary accrual. Non-
discretionary accrual adalah keadaan dimana manajer tidak bisa mengendalikan
nilai dalam laporan keuangan contohnya dividen sedangkan discretionary accrual
adalah keadaan dimana manajer dapat mengendalikan nilai dalam laporan
keuangan contohnya adalah estimasi kerugian piutang, nilai dari persediaan.
Menurut Bhattacharjee & Rudra (2012) sesuai dengan penelitian sebelumnya,
manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary accrual (DA).
Discretionary Accrual dihitung dalam model regresi yang dikembangkan oleh
Jones pada tahun 1991 dan dimodifikasi oleh Dechow, Sloan dan Sweeney pada
tahun 1995. Hal tersebut didukung oleh penelitian Wan (2013) bahwa untuk
mengukur tingkat manajemen laba Wan menghitung nilai absolut dari abnormal
accrual atau bisa disebut juga discretionary accrual dengan menggunakan model
Jones (1991) dan dimodifikasi Dechow et al (1995).
2.3 Relevansi Nilai (Value Relevance)
Relevansi nilai didefinisikan sebagai kemampuan sebuah informasi yang
diungkapkan dalam laporan keuangan sebagai alat untuk menyimpulkan nilai dari
suatu perusahaan, dalam menentukan kuantitas informasi akuntansi memiliki nilai
yang relevan, perlu untuk diukur dengan dua syarat. Pertama, bahwa informasi
harus relevan untuk membantu investor mengevaluasi ekuitas perusahaan dan
kedua, informasi ini harus terpercaya, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
11 Universitas Kristen Petra
relevance dan reability adalah dua karakteristik kualitatif ketika
mempertimbangkan value relevance Kargin (2013). Hal tersebut didukung oleh
penelitian Shentley Brenet tahun 2013 tentang kualitas informasi akuntansi yaitu
informasi laporan keuangan, dianggap lebih berkualitas jika informasi lebih
relevan dan dapat dipercaya.
Informasi dianggap relevan jika mampu membuat perbedaan bagi
pengguna informasi untuk membuat keputusan berdasarkan kebutuhan (Paanen et
al, 2008). Hal ini didukung dengan Scott (2009) yaitu informasi yang berguna
adalah informasi yang dapat merubah keputusan dan kepercayaan investor,
menurut scott kegunaan informasi dapat diukur dengan pengaruh harga saham
setelah dikeluarkanya laporan keuangan, hal ini dikarenakan investor akan
menyesuaikan harga saham sesuai dengan informasi yang ada dalam laporan
keuangan, salah satunya adalah laba. Relevansi nilai informasi akuntansi
merupakan konsep yang membahas berbagai makna dan ukuran yang
berhubungan dengan akuntansi. Informasi akuntansi diprediksi memiliki nilai
relevansi, karena informasi akuntansi secara statistik berhubungan dengan nilai
pasar saham (Barth et al., 2008). Relevansi nilai dapat diukur dengan gabungan
statistik antara informasi laporan keuangan dan nilai-nilai pasar saham Kargin
(2013). Penelitian relevansi nilai ini menggunakan model Ohlson (1995) yaitu
menghubungkan hubungan antara nilai laba per saham, nilai buku persaham
dengan rata-rata harga pasar dari saham. Laba per saham atau Earning Per Share
(EPS) adalah salah satu informasi yang fundamental yang dapat memperngaruhi
keputusan investor yang berdampak pada harga saham, infomasi EPS terdapat
pada laporan keuangan perusahaan (Scott, 2011). Tujuan dari informasi EPS
adalah sebagai ukuran laba yang dimiliki setiap saham biasa entitas induk atas
kinerja entitas selama periode pelaporan. Menurut Kuswanto, et al. (2015) nilai
buku per lembar saham atau book value per share (BVPS) menggambarkan
jumlah ekuitas pemegang saham dikurangi saham preferen dan dilaporkan
dalam laporan posisi keuangan perusahaan. BVPS juga merupakan nilai aset
bersih yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu selisih dari total aset dikurang
liabilitas yang dimiliki perusahaan.
12 Universitas Kristen Petra
2.4 International Financial Reporting Standars (IFRS)
Standar akuntansi adalah persyaratan yang harus diperhatikan oleh perusahaan
saat menyiapkan laporan keuangan. International Financial Reporing Standards
(IFRS) adalah standar yang ditetapkan oleh badan yang bernama International
Acconting Standard Board (IASB). IFRS adalah standard yang berlaku
Internasional hingga saat ini terdapat 138 negara yang mengadopsi atau
mengkonvergensi IFRS sebagai standar akuntansi (IASB, 2017).
Sejarah standar akuntansi internasional dimulai pada tahun 1973 terbentuk
suatu badan yang bernama Internasional Accounting Standards Committee
(IASC) membentuk standar akuntansi yang dinamakan International Accounting
Standard (IAS) hingga tahun 2000 IASC terus melakukan penyempurnaan
standar akuntansi internasional. Kemudianpada tahun 2001, IASC digantikan
dengan badan yang bernama International Accounting Standards Board (IASB),
Lembaga IASB tersusun dariempat organisasi internasional yaitu IFRS
Foundation, International Accounting Standards Board(IASB), IFRS Advisory
Council, IFRS Interpretations Committee (Donald E. Kieso, J. J. 2010). IASB
membentuk standar internasional yaitu IFRS. Kemudian pada tahun 2005 IFRS
berkembang pesat hingga 7000 perusahaan dari 25 negara di Eropa merubah
standar akuntansi nasional menjadi IFRS hingga 2017 terdapat 138 negara yang
mengadopsi atau mengkonvergensi IFRS (IASB, 2017).
Barth et al (2008) menyatakan IASB mengembangkan standar akuntansi
internasional dengan tujuan menghilangkan perbedaan standar akuntansi di
seluruh negara dan memperbaiki kulitas informasi yang ada dalam laporan
keuangan sehingga pengguna laporan keuangan dapat percaya terdahap informasi
laporan keuangan.Namun tujuan utama IASB adalah meningkatkan kualitas
akuntansi dengan pengembangan standar yang berkualitas tinggi dan dapat
diterima secara internasional.
Juan dan Wahyuni (2012) Terdapat beberapa kelebihan IFRS dibandingkan
dengan standar akuntansi lainnya yaitu:
1. IFRS adalah standar yang dihasilkan lembaga internasional yang
indepeden sehingga dapat mengurangi resiko pengaruh kekuatan
politik untuk penyusunan standar akuntansi.
13 Universitas Kristen Petra
2. Pembuatan standar IFRS melalui banyak riset yang dilakukan oleh
IASB sehingga lebih komprehensif.
3. IFRS menggunakan principal based sehingga penerapannya lebih
fleksibel dan sederhana.
4. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan dituntut untuk
disclosure sehingga informasi laporan yang dihasilkan
menggunakan standar IFRS dapat dipercaya.
2.5 Penerapan IFRS di Indonesia
Era Globalisasi membawa pengaruh yang besar dibidang akuntansi,
kebutuhan akan informasi yang tidak terbatas menjadi resiko yang dihadapi
dibidang akuntansi. Melihat realita tersebut Dewan Standar Akuntasi Keuangan
(DSAK) dalam Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) memutuskan untuk mengadopsi
dan harmonisasi standar akuntansi internasional yaitu IFRS (IAI, 2017).
Sebelum mengadopsi IFRS dengan PSAK Indonesia mengadopsi US
GAAP, menurut Cahyati Asri Dewi (2011) terdapat perbedaan dari IFRS dengan
US GAAP, perbedaan yang pertama adalah dalam pengukuran nilai, US GAAP
menggunakan nilai historis atau (historical cost) untuk pengukuran transaksinya.
Historical cost adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset
pada saat ertama kali perolehan, kelemahan dari historical cost adalah tidak
mencerminkan nilai aset yang sebenarnya yaitu nilai saat ini, IFRS menggunakan
nilai wajar (Fair Value). Nilai wajar adalah jumlah yang dapat digunakan untuk
dasar pertukaran aset atau penyelesaian dalam kewajiban, penentuan nilai wajar
memerlukan jasa penilai untuk menghitung nilai yang sebenarnya, keuntungan
dengan menggunakan nilai wajar adalah nilai aset dan liabilitas lebih
mencerminkan nilai yang sesungguhnya pada saat laporan keuangan diterbitkan.
Perbedaan yang kedua adalah prinsip penerapan standar, US GAAP menerapkan
standar berbasis aturan (ruled based), standar berbasis aturan akan mencerminkan
konsistensi dalam menerapkan peraturan. Tetapi kurang relevan karena
ketidakmampuan standar untuk mencermintan kejadian ekonomi entitas yang
berbeda antar perusahaan dan antar waktu, berbeda dengan IFRS yang
menerapkan peraturan berbasis prinsip (principle based). Principle based sesuai
14 Universitas Kristen Petra
dengan tujuan laporan keuangan untuk dapat menggambarkan keadaan
perusahaan yang sesungguhnya karena pada basis ini manajer dapat memilih
perlakuan akuntansi sesuai dengan transaksi atau keadaan ekonomi yang
mendasarinya meskipun hal sebaliknya juga dapat terjadi. Perbedaan yang ketiga
adalah dalam persyaratan pengungkapan, IFRS lebih mengutamakan
pengungkapan yang detail mengenai informasi risiko baik secara kualitatif
maupun kuantitatif Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan
informasi yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang diambil oleh
manajemen. Tingkat pengungkapan yang makin mendekati pengungkapan penuh
(full disclosure) akan mengurangi tingkat asimetri informasi (ketidakseimbangan
informasi).
Tahap konvergensi IFRS terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di
Indonesia dibagi menjadi tiga tahapan, tahap yang pertama adalah tahap adopsi
yaitu tahun 2008 hingga tahun 2010. Pada tahap adopsi Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) mengadopsi seluruh IFRS ke PSAK, mempersiapkan
infrastruktur yang diperlukan untuk penggantian standar, mengevaluasi dan
mengelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku, namun menurut (Juan
dan Wahyuni, 2012 ) hingga tahun 2008 adopsi IFRS belum sampai seluruhnya,
Indonesia hanya mengadopsi 10 standar dari total 33 standar yang ada. Kendala
yang dihadapi DSAK dalam konvergensi PSAK ke IFRS pada tahap adopsi
adalah proses menerjemahkan IFRS ke bahasa Indonesia, kurangnya persiapan
pengguna standar, DSAK kesulitan untuk mengikuti perkembangan IFRS yang
semakin cepat. Tahap yang kedua adalah tahap persiapan akhir yaitu pada tahun
2011, pada tahap ini dilakukan penyelesaian persiapan infrastruktur yang
diperlukan dan menerapkan beberapa PSAK berbasis IFRS. Tahap yang ketiga
adalah tahap implementasi yaitu mewajibkan seluruh perusahaan go public untuk
konvergensi IFRS pada tahun 2012 hingga saat ini, Pada tahap implementasi
DSAK terus menerapkan PSAK berbasis IFRS dan terus mengevaluasi penerapan
PSAK secara komprehensif. Per 1 Desember 2012 DSAK IAI sudah menerbitkan
40 PSAK, 20 ISAK, 11 PPSAK dan juga menerbitkan beberapa PSAK non-IFRS
tetapi DSAK-IAI belum dapat mengambil keputusan tentang jadwal adopsi penuh
IFRS.
15 Universitas Kristen Petra
Pada tahun 2016 Indonesia menegaskan kembali untuk konvergensi secara
penuh terkait dengan IFRS ke PSAK (IASB, 2017).Selama 2016 beberapa PSAK
disahkan yaitu KerangkaKonseptualPelaporanKeuangan (KKPK).KKPK
merupakan adopsi dari the Conceptual Framework for Financial Reporting per 1
Januari 2016. KKPK ini akan menggantikan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), Amandemen PSAK 2 mengenai
Laporan Arus Kas tentang Prakarsa Pengungkapan, Amandemen PSAK 46
mengenai Pajak penghasilan tentang Pengakuan Aset Pajak Tangguhan untuk
Rugi yang Belum Direalisasi, PSAK 2 mengenai Laporan Keuangan Interim,
PSAK 24 mengenai Imbalan Kerja, PSAK 58 mengenai Aset Tidak Lancar yang
Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan, PSAK 60 mengenai
Instrumen Keuangan Pengungkapan dan PSAK 79 mengenai Aset dan Liabilitas
Pengampunan Pajak. Hingga saat ini terdapat 78 Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku efektif 1 Januari 2017 yaitu terdapat 44 PSAK, 23 ISAK dan 12
PPSAK (IAI, 2017).
Manfaat konvergensi IFRS dengan PSAK adalah laporan keuangan yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan dapat dibandingkan dengan perusahaan
kompetitor karena Laporan Keuangan dibuat dengan standar yang sama,
kemudahan pengguna laporan keuangan karena bahasa yang digunakan dalam
IFRS adalah bahasa internasional yaitu bahasa inggris (IASB, 2017).
2.6 Penerapan IFRS dan Manajemen Laba
Tujuan dari IASB mengembangkan IFRS adalah agar laporan keuangan
dapat berkualitas tinggi dan dapat diterima secara internasional. Untuk mencapai
tujuan tersebut IASB menghasilkan standar yang berbasis prinsip (principal
based) agar perusahaan dapat memilih metode akuntansi yang baik dan sesuai
dengan keadaan ekonomi perusahaan yang sesungguhnya (Barth, 2008). Menurut
Abhiyoga Narendra & Haryanto (2013) IFRS dengan pendekatan principal
based dianggap dapat meminimalisir tingkat manajemen laba yang dilakukan
oleh manajemen dengan pengetatan aturan dan pendekatan fair value dan dan
balance sheet approach dalam penyajian laporan keuangannya sehingga
manajer bertindak secara truthful dan faithful.
16 Universitas Kristen Petra
Terdapat beberapa kebijakan yang dihilangkan yaitu kebijakan akuntansi
dengan menerapkan pengukuran akuntansi yang mencerminkan posisi ekonomi
dan kinerja perusahaan, pembatasan kebijakan akuntansi dan lebih luasnya
penilaian transaksi menggunakan fair value. IFRS juga mengutamakan
pengungkpan penuh dalam laporan keuangan secara kualitatif dan kuantitatif, hal
ini akan membuat berkurangnya informasi asimetri sehingga celah manajer dalam
melakukan manajemen laba dapat berkurang. (Barth, 2008). Selain pembatasan
kebijakan dalam metode akuntansi juga terdapat aturan IFRS yang ketat terhadap
unsur pengakuan transaksi yang sesuai dengan substansinya, contohnya adalah
PSAK 72 mengenai pendapatan dari kontrak dengan pelanggan dengan dasar
konvergensi IFRS 15 yaitu terdapat 5 langkah untuk dapat mengakui pendapatan
dengan pelanggan, sedangkan sebelum konvergensi IFRS pendapatan diakui
ketika pembayaran atau penyerahan barang mana yang lebih dulu, diharapkan hal
ini dapat mengurangi manajemen laba.
2.7 Pengaruh IFRS dengan Hubungan Antara EPS dan BVPS Terhadap
Relevansi Nilai
Terdapat teori yang dapat menjelaskan hubungan atara konvergensi IFRS
dan relevansi nilai yaitu teori Efficient Securities Market atau teori pasar efisien,
menurut Fama (1970) definisi pasar efisien adalah pasar dimana harga sekuritas
mencerminkan seluruh informasi secara publik, sehingga dalam pasar yang efisien
seluruh informasi akan direspon oleh investor. Informasi akuntansi adalah salah
satu informasi yang penting dalam pasar, pengungkapan informasi akuntansi yang
salah satu unsurnya adalah laba per lembar saham dan nilai buku per lembar
saham akan memiliki dampak terhadap investor yang akan direfleksikan melalui
harga saham. Konvergensi IFRS membawa beberapa perubahan yang berdampak
pada informasi akuntansi yaitu penerapan peraturan berbasis prinsip, peraturan
berbasis prinsip dapat menginpretasikan transaksi ekonomi dan keaadaan yang
dialami perusahaan sehingga informasi yang dihasilkan dapat mecerminkaan
keaadaan perusahaan yang sebenarnya (Matis Bonaci dan Mustata, 2010).
Perubahan yang kedua adalah penerapan nilai wajar, dengan menggunakan nilai
wajar maka penyimpangan pihak manajemen terhadap nilai aset dapat
17 Universitas Kristen Petra
diminimalkan karena nilai yang tercantum dalam laporan keuangan sama dengan
nilai perusahaan lainnya, contohnya ketika perusahaan memiliki aset yang sama
seharusnya memiliki nilai yang sama atau identik. Sehingga informasi laba per
lembar saham dan nilai buku per lembar saham yang digunakan investor dalma
pengambilan keputusan adalah informasi yang berkualitas dan dapat dipercaya
(Wallison, 2009).
2.8 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah beberapa penelitian yang dilakukan terkait dengan
perkembangan IFRS dan manajemen laba.
Bhattacharjee & Rudra (2012) menyatakan bahwa India dikenal sebagai
negara dengan tingkat manajemen laba yang tinggi di dunia dan hanya ada sedikit
penelitian mengenai manajemen laba di India sehingga peneliti ingin meneliti
mengenai penerapan standar akuntansi internasional yang dikaitkan dengan
penurunan manajeman laba di negara India. Penegakan IFRS yang kuat
memberikan tekanan besar pada manajemen dan auditor untuk bertindak dengan
secara faithful and truthful untuk mematuhi standar.Sampel dari penelitian ini
adalah 67 perusahaan sektor swasta yaitu selain perbankan dan keuangan yang
mencakup tahun 2010.penelitian ini menggunakan analisis model regresi dan
hasilnya adalah perusahaan yang menerapkan standar internasional (IFRS)
cenderung mengurangi manajemen laba dibandingkan perusaahan yang tidak
mengadopsi. Hasil dari penelitian ini mendorong untuk negara yang
perekonomiannya masih berkembang untuk mengkonvergensi IFRS secara
bertahap.
Liu, C., Yao, L. J., Hu, N., & Liu, L. (2011)meneliti pengaruh IFRS
terhadap accounting quality pada kebijakan pasar di China. Peneliti bertujuan
untuk menguji dampak IFRS pada kualitas akuntansi dalam pasar yang diatur di
Cina, yang pada hakekatnya standard akuntansi IFRS menjadi wajib bagi
perusahaan yang terdaftar di tahun 2007.Periode pengamatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tahun 2005 sampai 2008, perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang mengikuti standar setelah adopsi
IFRS. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 870 perusahaan
18 Universitas Kristen Petra
dari industri yang berbeda, dan total keseluaran sampel dari tahun 2005 sampai
2008 adalah 3.240 sampel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
earning management dan value relevance.Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kualitas akuntansi, terutama melaporkan pendapatan secara signifikan
meningkat, dengan adopsi standar IFRS di Cina. Bukti empiris menunjukan
bahwa nilai relevansi melaporkan pendapatan meningkat sementara income
smoothing menurun dengan adanya perubahan standar
Chunhui Liu et al (2014) membandingkan perbedaan manajemen laba
yang menggunkan US GAAP dan IFRS (IAS), peneneliti memiliki tujuan yaitu
menguji prinsip akuntansi di Amerika Serikat berdasarkan peraturan yang berlaku
yaitu (US GAAP) dan Standar akuntansi internasional (IFRS) dengan
memperlihatkan perbedaan managemen laba (Earning Management). Sampel dari
penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di bawah Prime
Standard Jerman Frankfurt Stock Exchange tahun 1999-2004.Pengukuran
perusahaan yang menggunakan US GAAP dan IFRS diukur dengan menggunakan
variable dummy 0 untuk perusahaan yang menerapkan US GAAP sedangkan 1
untuk perusahaan yang menerapkan IFRS. Manajemen laba diukur dengan selisih
accrual yaitu perubahan total discretionary accrual tahun sebelumnya dikurangi
dengan total asset tahun sebelumnya.Hasil penelitian ini didapati bahwa
manajemen melaluiaccrual secara signifikan tidak menunjukan perbedaan antara
perusahaan yang mengadopsi IAS/IFRS dengan US GAAP di Amerika Serikat.
Murtini dan Lusiana (2013) meneliti manajemen laba dan relevansi nilai
sebelum dan sesudah adopsi IFRS di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan kualitas akuntansi yang berhubungan dengan manajemen
pendapatan, dan nilai relevansi dari beberapa perusahaan di Indonesia. Sampel
pada penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa
efek Indonesia pada tahun 2010 hingga tahun 2013. Peneliti mengasumsikan
bahwa dalam hipotesis terdapat perbedaan manajemen laba sebelum dan setelah
penerapan IFRS begitu pula dengan relevansi nilai tetapi hasil penelitian
membuktikan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara manajemen laba
sebelum dan setelah adopsi dari IFRS yang diukur dengan akrual diskresioner dan
relevansi nilai sebelum dan setelah adopsi dari IFRS. Ini menunjukkan revaluasi
19 Universitas Kristen Petra
aset di Indonesia dilakukan setiap lima tahun tidak dapat digambarkan dengan
jelas dan relevansi nilai sebelum dan sesudah penerapan tersebut tidak mengalami
perbedaan yang signifikan. Kondisi ini terjadi karena penggunaan nilai wajar di
Indonesia yang mengalami berbagai kendala. Kendala yang dihadapai dalam
penggunaan fair value seperti membayar pajak lebih jika nilai pasar lebih besar
dari nilai buku aset dan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk jasa penilai aset
menyebabkan keengganan perusahaan dalam melakukan penilaian kembali.
Relevansi nilai setelah adopsi tidak meningkat secara maksimal.
Yeboah.B & Yeboah.M (2015) studi yang menguji tingkat adopsi IFRS
dengan manajemen laba di negara Afrika Selatan.Afrika Selatan mengadopsi
IFRS pada tahun 2005 bersamaan dengan negara Uni Eropa.Sampel dari
penelitian ini adalah 181 perusahaan yang mengadopsi IFRS tahun 1998-2012 di
negara Afrika Selatan.Manajemen laba diukur dengan perubahan variabilitas laba
bersih dan menggunakan accrual.Hasil dari penelitian ini adalah penerapan IFRS
menghasilkan kualitas akuntansi yang lebih baik dari sebelumnya, dibuktikan
dengan income smoothing dan discretionary accrual yang berkurang setelah
adopsi.
Kargin (2013) meneliti mengenai dampak IFRS terhadap relevansi nilai di
negara Turki. Penelitian ini menggunakan variabel harga saham, earning per
share, book dan valueper share. Sampel dari penelitian ini adalah 27 perusahaan
sesudah adopsi IFRS dan 314 perusahaan sebelum adopsi IFRS dimulai tahun
2008 hingga 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kenaikan koefisien
dari model valuasi yaitu laba (EPS) dan nilai buku untuk perusahaan yang telah
mengadopsi IFRS daripada yang belum menerapkan, relevansi nilai dari laba
(EPS) dan nilai buku ekuitas lebih besar setelah adopsi IFRS dari pada sebelum
adopsi.
20 Universitas Kristen Petra
No Penuli
s
(Tahu
n)
Judul Tujuan
Penelitian
Variabe
l
Objek
Penelit
ian
Cara
Penguk
uran
Hasil
Penelitian
1. Titas
Rudra,
CA.
Dipanj
an
Bhatta
charje
e
(2012)
Does
IFRs
Influence
Earnings
Managem
ent
Evidence
from
India
Bertujuan
untuk
memeriks
a pakah
penerapan
standar
internasio
nal dapat
dikaitkan
managem
en laba
yang
berkurang
.
Variabe
l
indepen
den :
adopsi
IFRS
Variavb
el
depend
en :
earning
manage
ment
67
perusa
haan
sektor
swasta
tahun
2010
di
India
Variabel
indepen
den
diukur
dengan
menggu
nakan
variable
dummy
Variabel
depende
n diukur
dengan
menggu
nakan
discreon
ary
accrual
Hasil
penelitian
perusahaa
n yang
mengadop
si IFRS
lebih
cenderung
menguran
gi
pendapata
n
dibanding
kan
perusahaa
n yang
tidak
mengadop
siIFRS.
2. Liu et
al.
(2011)
The
Impact of
IFRS on
Accountin
g Quality
in a
Regulated
Market
An
Bertujuan
untuk
menguji
dampak
IFRS
pada
kualitas
akuntansi
dalam
Variabe
l
indepen
den:
Internat
ional
Financi
al
Reortin
Perusa
haan di
Cina
dengan
inform
asi
keuang
an
tahuna
Variabel
indepen
den :
menggu
nakan
variabel
dummy
yaitu 1
untuk
Kualitas
akuntansi,
terutama
melaporka
n
pendapata
n secara
signifikan
meningkat,
21 Universitas Kristen Petra
Empirical
Study of
China
pasar
yang
diatur di
Cina,
yang pada
hakekatny
a standard
akuntansi
IFRS
menjadi
wajib
bagi
perusahaa
n yang
terdaftar
di tahun
2007
g
Standar
d
Variabe
l
depend
ent :
account
ing
quality
n dan
inform
asi
saham
di
Compu
sat
Global
untuk
periode
2005-
2008
periode
sebelum
2007
dan 0
untuk
periode
sejak
2007
Variabel
depende
n:
diukur
menggu
nakan
earning
manage
ment
dan
value
relevanc
e
dengan
adopsi
standar
IFRS di
Cina.
Bukti
empiris
menunjuka
n bahwa
nilai
relevansi
melaporka
n
pendapata
n
meningkat
sementara
income
smoothing
menurun
dengan
adanya
perubahan
standar
3. Chunh
ui Liu
et al
(2014)
Differenc
es in
earnings
managem
ent
between
firms
Utuk
menguji
prinsip
akuntansi
di
Amerika
Serikat
Variabe
l
Indepen
den: US
GAAP,
IFRS/I
AS
Lapora
n
tahuna
n
perusa
haan
yang
Penguk
uran
perusah
aan
yang
menggu
nakan
Hasil
penelitian
ini
didapati
bahwa
earning
manageme
22 Universitas Kristen Petra
using US
GAAP
and
IAS/IFRS
berdasark
an
peraturan
yang
berlaku
yaitu (US
GAAP)
dan
Standar
akuntansi
internasio
nal
(IFRS)
dengan
memperli
hatkan
perbedaan
managem
en laba
(Earning
Managem
ent)
Variabe
l
Depend
en:
Earning
Manage
ment
terdaft
ar di
bawah
Prime
Standa
rd
Jerman
Frankf
urt
Stock
Exchan
ge
tahun
1999-
2004
US
GAAP
dan
IFRS
diukur
dengan
menggu
nakan
variable
dummy.
0 untuk
perusah
aan
yang
menerap
kan US
GAAP
sedangk
an 1
untuk
perusah
aan
yang
menerap
kan
IFRS
Earning
Manage
ment
diukur
dengan
nt melalui
investasi
reseach
and
developme
nt lebih
tinggi
untuk
perusahaa
n
IAS/IFRS
sedangkan
Earning
Manageme
nt melalui
accrual
secara
signifikan
tidak
menunjuka
n
perbedaan
antara
perusahaa
n yang
mengadop
si
IAS/IFRS
dengan US
GAAP di
Amerika
Serikat
23 Universitas Kristen Petra
selisih
accrual
yaitu
perubah
an total
discretio
nary
accrual
tahun
sebelum
nya
dikuran
gi
dengan
total
asset
tahun
sebelum
nya.
4. Murtin
i,
Lusian
a
(2013)
Earning
Managem
ent and
Value
Relevance
Before
and After
the
Adoption
of IFRS in
Manufact
uring
Company
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memband
ingkan
kualitas
akuntansi
yang
berhubun
gan
dengan
manajeme
Variabe
l
indepen
dent:
Konver
gensi
IFRS
Variabe
l
depend
ent:
manaje
Perusa
haan
manufa
ktur di
Indone
sia
yang
telah
terdaft
ar di
Bursa
Efek
tahun
Penerap
an IFRS
: diukur
dengan
menggu
nakan
variabel
dummy
yaitu 1
untuk
post-
IFRS
period
Tidak ada
perbedaan
yang
signifikan
antara
manajeme
n
pendapata
n sebelum
dan setelah
adopsi dari
IFRS,
Relevansi
24 Universitas Kristen Petra
in
Indonesia
n
pendapata
n, dan
nilai
relevansi
dari
beberapa
perusahaa
n di
Indonesia
men
laba,
relevan
si nilai
2010-
2013
dan 0
untuk
pre-
IFRS
period
Manaje
men
Laba :
diukur
dengan
discretio
nary
accrual.
Relevan
si Nilai:
diukur
menggu
nakan
relevans
i book
value
per
share
nilai
setelah
adopsi
tidak
meningkat
secara
maksimal.
5. Benja
min
Yeboa
h,
Micha
el
Yeboa
h
WHEN IS
ACCOUN
TING
QUALITY
IMPROV
ED?
ASSESSI
NG THE
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menguji
adopsi
IFRS
untuk
Variabe
l
indepen
den :
adopsi
IFRS
Variabe
l
181
perusa
haan
yang
menga
dopsi
IFRS
tahun
Variabel
indepen
den
:variabl
e
dummy
yaitu 1
untuk
Adopsi
IFRS telah
memngaki
batkan
kualitas
akuntansi
lebih baik
daripada
25 Universitas Kristen Petra
(2015)
EARNIN
GS
MANAGE
MENT
EFFECT
OF IFRS
FOR
SOUTH
AFRICA
menagem
en laba
atas
kualitas
akuntansi
depend
en:
kualitas
pelapor
an
keuang
an
1998-
2012
di
Afrika
Selatan
post
IFRS
adoptio
n
sedanga
kan 0
untuk
sebalikn
ya.
Variabel
kualitas
pelapora
n diukur
dengan
earnings
manage
ment
dan
discretio
nary
accrual
methods
.
under
South
African
Generally
Accepted
Accountin
g
Principles
(GAAP)
6. Simpel
Kargin
(2013)
The
Impact of
IFRS on
the Value
Relevance
of
Accountin
g
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memband
ingkan
relevansi
nilai
Variabe
l
indepen
den :
Book
value
per
share,
Earnin
g per
27
perusa
haan
sesuda
h
adopsi
IFRS
dan
Diukur
dengan
price
model
dari
model
Olshon
Relevansi
nilai dari
informasi
akuntansi
meningkat
setelah
adopsi
IFRS
26 Universitas Kristen Petra
Informati
on :
Evidence
from
Turkish
Firms
sebelum
dan
sesudah
pengadop
sian IFRS
share
Variabe
l
depend
en :
Harga
Saham
314
perusa
haan
sebelu
m
adopsi
IFRS
tahun
2008-
2010
berdasarka
n nilai
buku tetapi
tidak
berdasarka
n laba
27 Universitas Kristen Petra
2.9 Hipotesis Penelitian
Menurut penelitian Barth (2008) Perkembangan standar akuntansi
internasional yaitu IFRS membuktikan bahwa dapat meningkatkan kualitas
informasi akuntansi, dapat dibuktikan dengan berkurangnya pelaksanaan
manajemen laba. Standar IFRS mengatur kebijakan untuk pengungkapan dalam
laporan keuangan secara kuantitatif maupun kualitatif, dan mengatur pembatasan
pilihan untuk kebijakan akuntansi membatasi kebijaksanaan oportunistik oleh
manajemen dalam menentukan angka akuntansi, penilaian transaksi dalam standar
IFRS berdasarkan fair value sehingga nilai yang ada dalam laporan keuangan
menjadi lebih relevan karena menggunakan nilai pasar.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa IFRS berpengaruh terhadap
menurunya manajemen laba.Hasil penelitian dari Dimitropoulus et al. (2013)
menyatakan bahwa International Financial Reporting Standards (IFRS)
berkontribusi terhadap berkurangnya manajemen laba.Wan (2013) menyatakan
bahwa setelah penerapan standar akuntansi berbasis IFRS menunjukkan nilai
absolut abnormal accrual mengalami penurunan sehingga dapat disimpulkan
pada periode IFRS manajemen laba menjadi lebih rendah. Ajit Dayanandan, Han
Donker Mike , Ivanof Gökhan Karahan (2016) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa penerapan IFRS mengurangi manajemen laba dengan pengungkapan
laporan keuangan yang lebih terbuka (disclosure) sehingga dapat disimpulkan
dengan menurunnya manajemen laba dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan. Maka dari itu hipotesis dari penelitian ini adalah
H1: Konvergensi IFRS berpengaruh terhadap manajemen laba.
Standar Akuntansi Keuangan setelah konvergensi IFRS memiliki
peningkatan relevansi nilai. Relevansi nilai dalam penelitian ini diukur dengan
harga saham yang diproksikan dengan informasi EPS dan BVPS, dalam informasi
akuntansi karena penggunaan nilai wajar dalam akun akun laporan keuangan
dapat mengurangi penyimpangan manajer dan mencerminkan nilai perusahaan
yang sesungguhnya, penerapan standar berbasis prinsip dan pengungkapan secara
penuh dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi.
Beberpa penelitian telah membuktikan bahwa IFRS berpengaruh terhadap
relevansi nilai Barth (2008) penerapan IFRS pada laporan keuangan perusahaan
28 Universitas Kristen Petra
dapat meningkatkan nilai relevansi dari informasi akuntansi dalam laporan
keuangan perusahaan, berkaitan dengan penggunaan nilai wajar, dimana angka
akuntansi yang tersedia mencerminkan keadaan ekonomi perusahaan yang
sebenarnya. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian oleh Iatridis (2010)
menunjukkan adanya peningkatan nilai relevansi terhadap angka-angka akuntansi
pada laporan keuangan setelah adanya penerapan IFRS pada laporan keuangan
perusahaan. Wan (2013) menyatakan dalam penelitiannya, relevansi nilai dengan
model harga dapat dianalisis lebih luas dengan mencakup IFRS yang
dimoderasikan dengan laba per saham dan nilai buku per saham dan hasil
penelitian menunjukan bahwa relevasi nilai meningkat setelah penerapan IFRS.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H2: IFRS mempengaruhi EPS dan BVPS terhadap relevansi nilai