151 - 162, 1986. issn 0216-1877 gonad bulu babi oleh

12
Oseana, Volume XI, Nomor 4 : 151 - 162, 1986. ISSN 0216-1877 GONAD BULU BABI oleh Prapto Darsono l ) ABSTRACT THE GONADS OF SEA URCHINS. Knowledge of the gonad of sea urchin is not only important information on their life-history, but also an important part of the basic information on their fishery. The gonad of sea urchin consist of five lobi which are heaped up radially. They are suspended by folds of perivisceral epithelium from the interambulacral plates in the apical half of body cavity. Each of the lobus possesses a single gonoduct which open to the exterior through an aperature in the genital plates. Six stages of gametogenesis were categorized based on the predominating cell type within a follicle combined with the superficial appearance of the gonad. Usually, there is no sexual external dimorphisms among sea urchin. But, in few cases, the genital papillae of the two sexes can be differenciated. There are two types of the genital papillae sexual dimorphisms ie. Mespilia and Tripneustes type. Hermaphroditism is rare in these animals, but it can be found in certain species i.e. Strongylocentrotus franciscanus. Roe is common name of the sea urchin gonad which is harvested as fishery product. Gonad in advanced stage of gametogenesis is not excepted due to its soft texture. It's condition occurs shortly after post spawning recovery. PENDAHULUAN Organ reproduksi pada makhluk hidup mempunyai arti penting sebagai alat yang menghasilkan sel-sel gamet, untuk mengha- silkan individu baru dari jenisnya. Kelang- sungan hidup suatu jenis bergantung pada berfungsinya organ ini secara baik dan sem- purna. Khusus pada bulu babi, pengetahuan tentang ihwal, organ reproduksi dan fungsi perkembangannya tidak saja merupakan in- formasi yang menarik bagi siklus hidupnya dari aspek biologi, tetapi juga merupakan informasi dasar bagi usaha perikanannya. Informasi yang dimaksud seperti siklus gametogenik, musim pemijahan dan ukuran cangkang matang pertama (size at first ma- turity) (FUJI 1960). Organ reproduksi bulu babi atau gonad, dikenal sebagai "telur" dalam produk peri- kanannya. Kelestarian sumber itu sendiri perlu dijaga untuk kelangsungan produksi. Berpijak pada masalah ini, kita mencoba untuk mengetahui organ reproduksi tersebut lebih terperinci. Pengetahuan ini diharapkan bisa menambah informasi untuk tujuan baik kaitan produksi maupun kelestarian sum- bernya itu sendiri. Dengan demikian peri- kanannya dapat diusahakan secara lestari. Tulisan berikut mengetengahkan perkem- bangan organ reproduksi bulu babi. Perlu diketahui yang dimaksud bulu babi di sini adalah jenis-jenis yang termasuk ke dalam kelompok bulu babi beraturan (regular sea urchin). 1). Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta. 151 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XI No. 4, 1986

Upload: khangminh22

Post on 29-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Oseana, Volume XI, Nomor 4 : 151 - 162, 1986. ISSN 0216-1877

GONAD BULU BABI

oleh

Prapto Darsono l)

ABSTRACT

THE GONADS OF SEA URCHINS. Knowledge of the gonad of sea urchin is not only important information on their life-history, but also an important part of the basic information on their fishery. The gonad of sea urchin consist of five lobi which are heaped up radially. They are suspended by folds of perivisceral epithelium from the interambulacral plates in the apical half of body cavity. Each of the lobus possesses a single gonoduct which open to the exterior through an aperature in the genital plates. Six stages of gametogenesis were categorized based on the predominating cell type within a follicle combined with the superficial appearance of the gonad. Usually, there is no sexual external dimorphisms among sea urchin. But, in few cases, the genital papillae of the two sexes can be differenciated. There are two types of the genital papillae sexual dimorphisms ie. Mespilia and Tripneustes type. Hermaphroditism is rare in these animals, but it can be found in certain species i.e. Strongylocentrotus franciscanus. Roe is common name of the sea urchin gonad which is harvested as fishery product. Gonad in advanced stage of gametogenesis is not excepted due to its soft texture. It's condition occurs shortly after post spawning recovery.

PENDAHULUAN

Organ reproduksi pada makhluk hidup mempunyai arti penting sebagai alat yang menghasilkan sel-sel gamet, untuk mengha-silkan individu baru dari jenisnya. Kelang-sungan hidup suatu jenis bergantung pada berfungsinya organ ini secara baik dan sem-purna.

Khusus pada bulu babi, pengetahuan tentang ihwal, organ reproduksi dan fungsi perkembangannya tidak saja merupakan in-formasi yang menarik bagi siklus hidupnya dari aspek biologi, tetapi juga merupakan informasi dasar bagi usaha perikanannya. Informasi yang dimaksud seperti siklus gametogenik, musim pemijahan dan ukuran cangkang matang pertama (size at first ma-turity) (FUJI 1960).

Organ reproduksi bulu babi atau gonad, dikenal sebagai "telur" dalam produk peri-kanannya. Kelestarian sumber itu sendiri perlu dijaga untuk kelangsungan produksi. Berpijak pada masalah ini, kita mencoba untuk mengetahui organ reproduksi tersebut lebih terperinci. Pengetahuan ini diharapkan bisa menambah informasi untuk tujuan baik kaitan produksi maupun kelestarian sum-bernya itu sendiri. Dengan demikian peri-kanannya dapat diusahakan secara lestari.

Tulisan berikut mengetengahkan perkem-bangan organ reproduksi bulu babi. Perlu diketahui yang dimaksud bulu babi di sini adalah jenis-jenis yang termasuk ke dalam kelompok bulu babi beraturan (regular sea urchin).

1). Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.

151

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

STRUKTUR GONAD

Gonad bulu babi (Echinoidea) menempel pada lapisan "perivisceral epithelium lem-peng interambulakral" mengisi lebih dari separuh rongga badan (body cavity) pada sisi apikal. Gonad tersebut terdiri atas 5 (lima) lobi yang tersusun secara radial (Gam-bar 1). Tiap lobus gonad mempunyai sebuah saluran (gonoduct) bermuara ke arah luar pada lempeng genital (genital plates). Penam-pang melintang gonoduct berbentuk bulat, berdiameter 800 µ - 1.000 µ. Bila diperha-tikan, organ gonad terlihat 13 — 15 pasangan percabangan "racemose" pada sisi-sisi gono-duct. Percabangan tersebut disebut "acini", masing-masing berbentuk Y (Y-shaped). Pada hewan contoh dengan diameter cang-kang 20 mm - 25 mm, struktur bentuk acini ini masih berkembang dalam ukuran dan dimensinya. Pada ukuran tersebut ter-lihat 3 atau 4 percabangan, dengan kenam-

pakan superficial gonad yang semi transpa-ran. Percabangan. (ramification) dari pada "acini" gonad pada individu dengan diameter cangkang kecil dari 25 mm meningkat dalam jumlahnya. Pada tingkat ini warna go-nad berbeda dengan sebelumnya, warna men-jadi coklat kekuningan (yellowish brown). Pada Gambar 2 disajikan contoh tipe gonad awal (primary gonad).

Tidak ada perbedaan penting struktur ka-sar antara gonad jantan dan betina pada spesimen dengan ukuran diameter cangkang sampai 40 mm. Ovary yang matang (mature) berwarna coklat kemerahan (reddish brown), testes matang berwarna putih kekuningan (white creamy). Dalam pada itu pada awal tingkat gametogenesis sangat sulit untuk membedakan kedua jenis kelamin, semuanya memberi kenampakan warna coklat keme-rahan.

Gambar 1. Sketsa susunan lobi gonad bulu babi; dan pola hermaphroditisma pada bulu babi, contoh kasus pada Strongylocentrotus franciscanus. (BOOLOOTIAN & MOORE 1956; DARSONO 1982).

152

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

Gambar 2. Morfologi umum gonad primer pada Strongylocentrotus inter-medius (a) dan S. nudus (b). FUJI (1960). Gd. = gonoduct A = acinus

Secara histologis, dinding gonad dari ke-dua jenis kelamin tediri atas lapisan epi-thelium di bagian luar yang tersusun atas sel-sel epithel mendatar, lapisan tengah berupa sel-sel otot yang lunak dan jaringan penun-jang (connective tissue), dan lapisan dalam berupa sel-sel germinal yang terus berkem-bang.

Satuan terkecil dari struktur gonad dise-but sebagai folikel. Pada folikel jantan umumnya selalu terlihat beberapa sel germ awal pada dindingnya, sedang lumennya berisi spermatozoa. Pada folikel betina di-dapatkan beberapa oocytes muda yang me-nempel pada dinding, sedang lumennya terisi ova. Diameter ova berkisar antara 80 µ — 100 µ.

FASE - FASE GAMETOGENESIS

Perkembangan sel-sel garnet baik jantan maupun betina mengalami suatu proses yang bertahap. Untuk memberikan batasan game-togenesis dibuat suatu seri rangkaian tingkat perkembangan dalam siklusnya secara ar-bitrer (arbitrary), tapi mudah dipahami. Secara umum diberikan 6 katagori tingkatan, termasuk fase awal (development) dan fase pemulihan (regression) gonad (FUJI 1960). Prinsip pengenalannya didasarkan pada pre-dominasi tipe sel dalam folikel dan kenam-pakan superficial dari pada gonad. Gambar 3 berikut memberikan ilustrasi secara diagra-matik siklus perubahan kenampakan super-ficial dari pada gonad.

153

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

Gambar 3. Dustrasi diagramatik kenampakan superficial gonad pada siklus perubah-annya/gametogenesis. FUJI (1960). An = Anus; Ar = Aristotle's lantern; Au = Auricula; Gd = gonoduct; Go = gonad.

Tingkat perkembangan tersebut meliputi fase netral (0), fase awal (I) "developing virgin" dan atau "recovering spent", fase tumbuh (II), fase matang awal "pemature" (III), fase matang "mature" (IV) dan fase pijah "spent" (V). Tingkat perkembangan ini digambarkan oleh YOSHIDA (1952) secara diagramatik seperti pada Gambar 4.

Fase netral (0), didapatkan pada individu-individu yang masih kecil/muda. Gonad netral adalah kecil, elongated, relatif tipis, semi transparan kenampakan-nya. Secara mikroskopis irisan melintang-nya terlihat dinding lobus yang sangat tipis. Pada fase ini masih sulit dibedakan jenis kelaminnya.

Fase awal (I), (developing virgin atau re-

covering spent). Pada fase ini terjadi pertum-buhan sel-sel gamet sehingga jenis kelaminnya sudah bisa dilihat di bawah mikroskop. Kenampakan preparat pada "developing virgin" dan "recovering spent" adalah sama, hanya terlihat bahwa folikel pada hal yang belakangan lebih besar dari yang pertama. Pada pengamatan mikros-kopis terlihat bahwa pada developing virgin dan recovering spent berbeda dimensinya. Yang pertama nampak lebih kecil dan warnanya masih keputih-putihan (whitish), sedang pada recovering spent gonad berwarna coklat kemerahan (reddish brown). Betina: irisan ovary pada tingkat ini mudah dikenal, karena dapat terlihat sejumlah oogonia dan oocytes muda yang menempel sepanjang lapisan germinal

154

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

Gambar 4. Gambaran skematik struktur testis dan ovary pada tingkat pematangan (maturation) yang berbeda. Kolom kanan dan kiri memperlihatkan proses yang biasa, kolom tengah proses yang tidak biasa.

YOSHIDA (1952). O = Telur "immature" O = Telur "mature".

155

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

dinding folikel. Oogonium berbentuk sebagai gelondong benang. Cytoplasmanya mengeli-lingi inti (nucleus) sebagai lapisan tipis yang homogen. Oocyte muda berbentuk bola yang tidak beraturan dan mempunyai inti relatif besar yang dikelilingi oleh lapisan tipis yang berupa akumulasi cytoplasma yang basofilik. Ukuran rata-rata diameter dari pada oocyte adalah sekitar 15 µ, tapi kadang-kadang pada individu muda hanya berukuran sekitar 5 µ. Jantan: Kenampakan karakteristik irisan testis pada fase awal ini adanya kandungan sejumlah spermatogonia dan spermatocytes sepanjang dinding folikel. Spermatocyte dengan spermatogonium cu- kup mudah dibedakan, yang pertama lebih kecil dalam ukuran dan kurang menyerap warna haematoxylin dari pada yang kedua. Pada tingkat ini aktifitas spermatogenesis masih rendah.

Fase tumbuh (II), (Growing). Gonad pada tingkat ini, secara visual tidak terlihat perbedaan antara testis dan ovary. Gonad berwarna sama yaitu coklat kemerahan (reddish brown). Betina: masih ditemukan oogonia kecil pada periphery folikel, tapi jumlahnya lebih sedikit dari pada tingkat I. Sejumlah oocyte muda yang berkait satu sama lain mengisi ke arah tengah folikel. Diameternya sekarang mencapai 40 µ - 60 µ. Sejumlah kecil oocytes yang sudah lebih ber-kembang mengisi bagian tengah folikel. Ovary berkembang sejalan dengan pertum-buhan oocytes. Jantan: spermatogenesis ter-lihat lebih nyata, produksi spermatocytes dan spermatogonia berkembang cepat sepan-jang periphery folikel. Dengan demikian irisan folikel jantan terlihat lapisan sejum- lah gamet. Tidak ditemukan spermatozoa dalam lumen.

Fase matang awal (III), (Pre-mature). Ba- ik pada gonad jantan maupun betina bertam-bah besar dimensinya dibanding pada fase II. Secara kasar pada fase ini dapat dibedakan antara gonad jantan dan betina dari perbe- daan warna. Gonad jantan umumnya coklat kekuningan (yellowish brown) dan coklat

kemerahan (reddish brown), sedang gonad betina umumnya kuning muda (yellow whitish) atau putih krem (creamy white). Betina: oogenesis terjadi secara aktif, ditan- dai oleh perkembangan cepat dari ukuran oocyte secara individual. Sejumlah oocyte besar berbentuk oval mengisi lumen dari folikel, berdimensi sekitar 80 - 140 µ x 40 - 80 µ. Sejalan dengan terbebasnya te- lur (ova) dari dinding folikel, tumbuh men-capai ukuran sekarang 80 µ - 100 µ. Folikel ovary pada tingkat ini mempunyai sejumlah oocytes dengan ukuran berkisar 10 µ — 70 µ, dan sebagian telur matang (ova) yang mengi-si lumen folkel. Secara umum boleh dikata-kan bahwa folikel telah siap menampung oocytes primer yang akan mencapai ukuran maksimum. Jantan: proses spermatogenesis nampak makin aktif. Spermatocytes dan spermatid terlihat meningkat dalam jumlah-nya. Beberapa spermatozoa mengisi bagian lumen folikel secara sentripetal. Pada bebe-rapa folikel jantan yang lain mungkin seke-lompok kecil spermatozoa telah mengisi pusat folikel. Kelompok ini diperkirakan terdiri sel-sel yang terbentuk paling awal.

Fase matang (IV), (Mature). Gonad jan- tan dan betina pada fase ini telah mencapai puncak perkembangan, dan memperlihatkan ukuran dan volume maksimum. Betina: se-luruh ruang lumen dari pada folikel terisi penuh oleh ova dengan ukuran diameter sekitar 80 µ - 100 µ, kadang-kadang pada dinding folikel juga sudah terlihat oocytes muda baru. Ukuran ova (oocytes yang te- lah matang) ini tidak jauh berbeda sebagai pada fase III, namun tampak ada perubahan kandungan cytoplasmanya, makin homogen dan lebih menyerap warna haematoxylin. Jantan: perkembangan spermatogenesis te- lah mencapai spermatozoa matang. Semen- tara itu pada dinding folikel tetap berlang- sung proses awal spermatogenesis. Seluruh ruang lumen folikel terisi penuh oleh sper-matozoa.

Fase pijah (V), (Spent). Gonad yang te- lah memijah memberi kenampakan menge-

156

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

cil. Baik gonad jantan maupun betina sering berwarna coklat keputihan (whitish brown). Tidak jelas tanda-tanda visual yang mem-bedakannya. Betina: secara mikroskopis tergantung lamanya waktu setelah memijah, irisan memperlihatkan berbagai kenampak-an. Namun secara umum biasanya. ditandai dengan kosongnya lumen dan beberapa sisa ova yang tertinggal. Pada dinding folikel nampak suatu lapisan yang merupakan per-kembangan serabut-serabut jaringan penun-jang (connective tissue). Sisa-sisa ova dalam folikel secara bertahap diserap kembali oleh sel-sel phagocytes, dan lumen (ruang folikel) secara berangsur diisi jaringan penunjang, berupa sel-sel nutritif. Kemudian oogonia dan oocystes muda tumbuh kembali dan tanda-tanda kenampakan berulang seperti pada tingkat I. Jantan: perubahan histo-logis yang jelas adalah berkurangnya sper-matozoa sehingga lumen nampak kosong, kadang-kadang terlihat sisa-sisa sperma pada lumen. Keadaan yang terjadi berikutnya ada-lah identik dengan pada folikel betina.

DIMORPHISMA

Tanda kelamin sekunder penting artinya untuk mengetahui jenis kelamin suatu indi-vidu. Hal ini perlu untuk beberapa tujuan, misalnya untuk mencari induk guna keper-luan budidaya dan lain-lain.

Telah sering dikemukakan bahwa bulu babi adalah berkelamin terpisah. Ada indi-vidu jantan dengan gonad jantan (testis), ada individu betina dengan gonad betina (ovary). Kedua jenis kelamin ini tidak mem-berikan kenampakan morfologi luar yang berbeda nyata. Beberapa jenis bulu-babi mungkin menampakkan perbedaan dalam bentuk dan ukuran, bahkan warnanya, na-mun hal ini tidak bisa menjadi pegangan secara umum (HARVEY 1956). Beberapa

cara mekanis telah dicobakan oleh HAR-VEY (1956), untuk mengidentifikasi jenis kelamin bulu babi, namun hasilnya tidak memuaskan.

Tanda kelamin sekunder yang lebih mem-beri petunjuk akan jenis kelaminnya adalah bentuk papila genitalia. Hal ini menjadi perhatian para peneliti sejak HAMMANN dalam TAHARA et al. (1958) melaporkan hasil pengamatannya terhadap bulu babi Echinocardium mediterraneum pada tahun 1887. Konflrmasi tentang hal ini dilakukan oleh TAHARA et al. (1958) terhadap enam jenis bulu babi di Jepang, yaitu Mespilia globulus, Toxopneustes pileolus, Tripneustes gratilla, Echinostrephus aciculatus, Diadema setosum, dan Echinometra mathaei Kemu- dian TAHARA et al. (1960) melanjutkan pengamatannya terhadap bulu babi Tem-nopleurus toreomaticus, Hemicentrotus pul-cherimus, Pseudocentrotus depressus, dan Echinocardium cordatum. Dari beberapa jenis bulu babi yang diamati tersebut, per-bedaan kelamin oleh bentuk papila genitalia memberikan dua tipe golongan yaitu :

a. Tipe Mespilia: papila genitalia pada he- wan jantan adalah pendek sedikit menon- jol berbentuk krucut (conical protuberan- ces), sedang pada betina adalah rata/men- datar atau masuk tenggelam di bawah permukaan dinding cangkang. Jenis-jenis yang termasuk tipe ini ialah Mespilia globulus, Toxoneustes pileolus, Temnop- leurus toreumaticus, Hemicentrotus pul- cherimus, Pseudocentrotus depressus.

b. Tipe Tripneustes: papila genitalia pada hewan jantan ditandai dengan bentuk ta- bung memanjang, sedang pada yang be- tina berbentuk tonjolan tumpul (stumpy protuberances). Jenis-jenis yang termasuk tipe ini ialah Tripneustes gratillat Echino- metra mathaei, Echinostrephus acicula- tus, Diadema setosum, dan Echinocar- dium cordatum. Gambar 5 & 6 menyaji- kan beberapa bentuk papila genitalia hasil pengamatan tersebut.

157

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

I. Mespilia globulus

II. Temnopleurus toreumaticus

Gambar 5. Papila genitalia tipe "Mespilia" pada beberapa jenis bulu babi. A = Jantan; B = Betina

TAHARA et al. (1958, 1960) Pada Mespilia globulus diperlihatkan diagram penampang melintangnya, jantan (C) dan betina (D), ct jaringan penyambung, ep epidermis, gd dinding genital duct, os ossicle lempeng genital, pa dinding papila genital.

158

III. Hemicentrotus pulcherimus (hanya genital pore-nya)

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

I. Tripneustes gratilla

II. Echinostrephus aciculatus

III. Echinocardium cordatum

IV. Diadema setosum

Gambar 6. Papila genitalia tipe 'Tripneustes" pada beberapa jenis bulu babi. A = Jantan; B = Betina. TAHARA et. al. (1958, 1960) Pada Diadema setosum diperlihatkan profil papila genital jantan (C) dan betina (D).

159

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

Meskipun dengan bentuk papila genita-lia telah dimungkinkan untuk mengidentifi-kasikan jenis kelamin beberapa jenis bulu-babi namun secara teknis tidak sederhana. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop binokuler dengan perbesaran sekitar 10 kali, dan memerlukan pengalaman. Pada perbe-daan papila genitalia tersebut, terlihat pula secara umum bahwa lubang genital (genital pore) pada individu betina relatif lebih besar dari yang jantan.

Bentuk papila genitalia bisa digunakan se-bagai tanda kelamin sekunder, telah dibukti-kan oleh beberapa peneliti pada berbagai jenis bulu babi. Timbul pertanyaan kapan dan bagaimana tanda kelamin sekunder tersebut mulai terbentuk. TAHARA & OKADA (1968) mencari jawab pada jenis bulu babi Echinometra mathaei (dengan tipe Tripneustes). Proses terbentuknya papila genitalia dan perkembangan tanda kelamin sekundernya diikuti sejak metamorfosa Ian-jut sampai menjadi individu dewasa muda. Hasil pengamatan tersebut memperlihatkan bahwa proses pembentukan kelamin sekun-der terbagi dalam empat tahapan. Pertama, tahap perforasi (perforation stage); Kedua, tahap pembentukan lubang genital (genital pore formation); Ketiga, tahap terbentuk-nya saluran kelamin (genital papila forma-tion); Keempat, terbentuknya saluran tipe Tripneustes (type papila).

Proses tersebut diterangkan sebagai beri-kut, pada awal tahap ketiga saluran nampak relatif mendatar pada permukaan kulit me-nutup lubang kelamin. Pada akhir tahap ke-tiga, saluran berelevasi mencembung atau "art like protuberance" pada kedua jenis ke-lamin. Dalam pada itu gonad berkembang ke arah sempurna sebagai ovary atau testis, juga dalam kematangannya (maturation). Pada yang jantan saluran mencembung ter-sebut tumbuh terus sehingga berbentuk pan-jang membulat (slender, tubuler protrusion), sedang pada yang betina tidak mengalami perubahan yang berarti. Proses tersebut se-cara diagramatis ditunjukkan dalam Gam-bar 7.

HERMAPTODITISMA

Pada umumnya bulu babi adalah berke-lamin terpisah, hewan jantan dan betina me-rupakan individu-individu tersendiri. Bebe-rapa kasus terjadi dalam satu individu dite-mukan lobi gonad jantan dan lobi gonad betina. Perbedaan kelamin itu bahkan ter-jadi pada bagian lobus gonad, merupakan ovotestis. Namun yang terakhir ini sulit diamati dan umumnya telur yang dihasilkan tidak fertil HARVEY (1956). Kasus yang umum adalah seperti pada yang pertama, terjadinya testis dan ovary pada satu indi-vidu dalam lobus yang berbeda (Gambar 1). Masing-masing berkembang dengan baik dan normal. Perkembangan telur yang dibuahi oleh sperma sendiri (dari individu herma-phrodit) masih diragukan. Tapi hal ini bisa terjadi karena pembuahan bersifat eksternal di dalam air laut. Sperma baru bersifat mo-tile setelah dikeluarkan dalam laut.

Meskipun beberapa kasus pernah dila-porkan, hermaphroditsma pada bulu babi adalah suatu hal yang jarang terjadi dan merupakan kelainan (BOOLOOTIAN & MOORE 1956), Beberapa jenis bulu babi dilaporkan ditemukan kasus hermaphrodit, yaitu Arbacia punctulata, A, lixula, A. pus-tulosa, Dendraster excentricus, Echinocar-dium cordatum, Echinus esculentus, Para-centrotus lividus, Psammechinus tubercula-tus, Strongylocentrotus franciscanus, S. pur-puratus, S. pulcherimus, S. droebachiensis, Sphaerechinus granularis.

GONAD SEBAGAI PRODUK TELUR

Dalam dunia perikanan gonad bulu babi disebut sebagai "telur" atau "roe". Sebagai organ reproduksi maka gonad me-rupakan "pabrik" benih yang dipastikan merupakan timbunan protein berkualitas tinggi. Dengan demikian tidak mengheran-kan kalau diburu sebagai bahan pangan (sumber protein hewani) (DARSONO 1982).

160

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

Gambar 7. Kenampakan perkembangan gonad dilihat dari sisi oral, kasus pada Echi-nometra mathaei (TAHARA & OKADA 1968). A dan B, tahap 1; C dan D, tahap 2; E, tahap 3; F tahap 4. ab.s = aboral sinus; gd = genital duct; go = gonad; gp = genital pore; g.pl = genital plate; gr = genital ridge.

161

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986

Sejalan dengan perkembangan (matura-tion/garnet ogenesis) gonad, maka tekstur go-nad mengalami perubahan. Gonad pada ting-kat matang (mature) bertekstur lunak dan berlendir. Pada keadaan ini sebagai produk perikanan bukanlah bentuk yang diinginkan. Sebagai produk perikanan maka telur yang dikehendaki adalah yang bertekstur padat dan kompak. Kondisi ini terjadi pada saat setelah fase pijah lanjut (post spawning/re-covery), dan menurun sepanjang pematangan garnet (BERNARD 1977). Keadaan ini tidak bertentangan dengan usaha pelestariannya. Secara teoritis telur sebaiknya dipanen se-telah musim pemijahan terjadi, sehingga ke-sempatan pembuahan di alam tidak terputus yang memungkinkan terjadinya larva-larva baru. Dengan demikian timbulnya penam-bahan (recruitment) anggota populasi baru tetap terjaga.

Kualitas telur tidak bergantung pada tingkat perkembangan gametogenesis (BER-NARD 1977). Kualitas telur bulu babi me-rupakan hasil akumulasi nutrient. Berat telur bisa mencapai lebih 25% berat individu ter-gantung kepadatan populasi dan tersedianya cukup makanan di alam.

DAFTAR PUSTAKA

BERNARD, F.R. 1977. Fishery and repro-ductive cycle of the red sea urchin, Strongylocentrotus franciscanus, in Bri-tish Columbia. J. Fish. Res. Board Can. 34 : 604-610.

BOOLLOTIAN, R.A. and A.R. MOORE. 1956. Hermaphroditism in Echinoids. Biol. Bull. 111 : 328-335.

DARSONO, P. 1982. "Bulu babi" sebagai sumber protein hewani. Pewarta Oseana V II I (5 ) : l - 7 .

FUJI, A. 1960. Studies on the biology of the sea urchin. I. Superficial and histo-logical changes in gametogenic process of two sea urchin, Strongylocentrotus nudus and S. intermedius. Bul. Fac. Fish. Hokkaido Univ. 11 (1) : 1 -14.

HARVEY, E.B. 1956. Sex in sea urchin. Publ. Staz. Zool. Napoli 28 : 127 -135.

TAHARA, Y. and M. OKADA 1968. Nor-mal development of secondary sexual characters in the sea urchin, Echinome-tra mathaei. Publ. Seto. Mar. Biol. Lab. XVI (1) : 41-50.

TAHARA, Y., M. OKADA and N. KOBA-YASHI 1958. Secondary sexual charac-ters in Japanese sea urchins. Publ Seto Mar. Biol. Lab. VII (1) : 165 - 174.

TAHARA, Y., M. OKADA and N. KOBA-YASHI 1960. Further notes on the sexual dimorphisms in Japanese sea urchins. Publ. Seto Mar. Biol. Lab. VIII (1) : 183-189.

YOSHIDA, M. 1952. Some observations on the maturation of the sea urchin, Dia-dema setosum. Annot. Zool Japan. 25 (1&2) : 265-271.

162

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XI No. 4, 1986