demensia

Upload: deebuzz

Post on 09-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LI demensia

TRANSCRIPT

LI MAS ADITYA LBM 4 MODUL JIWANEUROSISNeurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), Neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.Neurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut.1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.2. Neurosis terjadi pada sebagian aspek kepribadian.3. Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang menyertainya dengan ciri khas kecemasan.4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan melakukan aktivitas sehari-hari.Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang diderita yang bersangkutan adalah ketegangan pribadi yang terus sebagai akibat konflik yang berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi). Ada kalanya penyakit ini baru timbul setelah lama penyebabnya terjadi atau sama sekali tidak ingat lagi, atau telah diendapkan dalam alam ketidaksadaran. Untuk menyembuhkan penyakit digunakan tehnik wawancara yang lazim disebut psikoterapi.JENIS-JENIS NEUROSISKelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258).CEMAS1. DEFINISI KECEMASAN adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingakan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. KETAKUTAN adalah sautu sinyal serupa yang menyadarkan, harus dibedakan dari kecemasan Bedanya adalah Rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau bukan bersifat konflik, sedangkan rasa cemas adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak dikeahui, internal,samar-samar, atau konfliktual.

KAPLAN, SINOPSIS PSIKIATRI

2. KLASIFIKASIa. PatologisBeberapa teori tentang gangguan anxietas:

A. TEORI PSIKOLOGIS Teori Psikoanalitik Teori perilaku Teori Eksistensial B. TEORI BIOLOGIS Susunan Saraf Otonom Neurotransmiten Penelitian genetika Penelitian Pencitraan Otak

Teori psikoanalitik: Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri. misal dengan menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala anxietas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain misalnya konvensi, regresi, ini menimbulkan gejala. Kecemasan dibagi 4 :1. Kecemasan id atau impulsBerhubungan dengan ketidaknyamanan primitive dan difus dari seseorang bayi jika mereka merasa terlanda oleh kebutuhan dan stimuli dimana keadaan tidak berdaya mereka tidak memungkinkan pengendalian.2. Kecemasan perpisahanTerjadi pada anak-anak yang agak besar tetapi masih praoedipal, yang takut kehilangan cinta atau bahkan ditelantarkan oleh orangtuanya jika mereka gagal mengendalikan dan mengarahkan impulsnya sesuai dengan standard dan kebutuhan oranr tuanya.3. Kecemasan kastrasiMenandai anak oedipal, khususnya dalam hubungan dengan impuls seksual anak yang sedangberkembang, dicerminkan dalam kecemasan kastrasi dari dewasa.4. Kecemasan superegoAkibat langsung dari perkembangan akhir superego yang menandai berlalunya komplek Oedipus dan datangnya periode prapubertal.

Teori perilaku:teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk memiliki respon kecemasan internal dengan meniru respon kecemasan orang tuanya. Teori eksistensial: Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut. Sistem saraf otonom: Stimuli sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu. Sistem kardiovaskular takikardi, muskular nyeri kepala, gastrointestinal diare dan sebagainya. Neurotransmiter: Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan respon terhadap terapi obat yaitu : norepinefrin, serotonin dan gamma-aminobutyric acid. Penelitian genetika: Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan gangguan panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan. Penelitian pencitraan otak: Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis, oksipital, temporalis. Pada gangguan panik didapati kelainan pada girus para hipokampus.

b. normali. motorik, visceral, berfikir, persepsi, belajar. Ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, samar-samar, sering kali disertai gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi,kekakuan pada dada, gangguan lambung ringan biasanya kevemasan ini disebabkan karena pusat vasomotor dipengaruhi dengan cara tertenu sehingga dipengaruhi oleh arteri kecil dikulitii. contoh : bayi yang terancam perpisahan dengan orang tuanya atau oleh hilangnya cinta, bagi anak-anak pada hari pertama sekolahnya, bagi remaja pada kencan pertamanya, bagi orang dewasa saat mereka merenungkan usia tua dan kematian

KAPLAN, SINOPSIS PSIKIATRIBENTUK GANGGUAN ANXIETAS

Gangguan Panik Gangguan Fobik Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan Stres Pasca Trauma Gangguan stres Akut Gangguan Anxietas Menyeluruh.

3. ETIOLOGIGangguan ansietas pada dasarnya mempunyai penyebab multifaktorial, baik dari diri sendiri, faktor biologis, faktor sosial, psikologis, penyalahgunaan/pemakaian obat tertentu secara berlebihan, maupun gejala yang timbul dari suatu penyakit lainFaktor biologis ansietas merupakan akibat dari reaksi syaraf otonom yang berlebihan, sebagai contoh PMS atau Pre Menstrual Syndrome, disamping dapat terjadi gangguan fisik ternyata PMS juga dapat memunculkan ansietas, berupa gangguan mental seperti mudah tersinggung dan sensitif. Sedangkan dari aspek psikoanalisis, ansietas dapat terjadi akibat impuls-impuls bawah sadar (seks, agresi, dan ancaman) yang masuk ke alam sadar, atau mekanisme pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya berhasil, dapat menimbulkan ansietas yakni reaksi fobia. Ansietas juga timbul sebagai efek sekunder dari suatu penyakit, misalnya pasien yang menderita penyakit kanker ternyata juga sering menderita gangguan psikis seperti depresi, ansietas dan gangguan lainnya, ketakutan pasien akan penyakit yang dideritanya atau pun kesakitan fisik yang dialaminya dari suatu penyakit itulah yang menjadi penyebab timbulnya ansietas. Dari pendekatan sosial, ansietas dapat disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan, krisis, ketakutan yang terus menerus yang disebabkan oleh kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi, adanya kecenderungan -kecenderungan harga diri yang terhalang, repressi terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna(incomplete repress), atau dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terhambat, sehingga mengakibatkan banyak konflik batin Penyalahgunaan atau penggunaan obat/zat tertentu yang berlebihan juga merupakan salah satu penyebab utama ansietas. Seperti alkoholisme, intoksikasi kafein, hipertiroidisme, dan feokromositoma harus disingkirkan dalam mengatasi gejala ansietas ini(Brust, 2007). Karena sebagian besar orang akan berlari ke hal-hal tadi untuk menghadapi ansietas yang timbul pada dirinya. Beberapa zat yang dapat menyebabkan ansietas anatara lain : -Anticonvulsants(Carbamazepine, ethosuximide)-Antihistamines-Antimicrobials(Cephalosporins, ofloxacin, aciclovir, isoniazid)-Bronchodilators(Theophyllines)-Digitalis(pada level toksik)-Oestrogen-Levodopa-Corticosteroids-Thyroxine-Non-steroidal anti-inflammatory drugs(Indomethacin)-ThyroxineMemang mungkin dalam penggunaan beberapa obat-obatan lain terkadang juga menyebabkan tremor atau palpitasi seperti ansietas, namun ini dapat dibedakan dari ansietas melalui pemeriksaan klinis lebih lanjutAnsietas juga dapat disebabkan karena adanya pengaruh faktor genetik dari keluarga. Penelitian telah melaporkan bahwa duapertiga sampai tigaperempat pasien yang terkena ansietas memiliki sekurang-kurangnya satu sanak saudara derajat pertama dengan ansietas spesifik tipe spesifik yang samaMeskipun demikian masih banyak penyebab ansietas yang harus selalu dicari, untuk itu diperlukan anamnesis yang lengkap seperti asal timbulnya gejala dan matriks interpersonal dan social bermulanya gejala. INTERNET4. MANIFESTASI KLINISGejala psikologik: Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut gila, takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

Gejala fisik: Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat. 5. DDPenyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb. Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru. Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor, dsb. Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma pramestruasi, gangguan menopause, dsb. lntoksikasi obat, putus obat. Kondisi lain : anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia dsb 6. DIAGNOSISGangguan Neurotik,gangguan somatoform dan gangguan terkait stressF40 gangguan Anxietas fobikF40.0 argofobiaF40.00 argofobia tanpa gangguan panikF40.01 argofobia dengan gangguan panikF40.1 fobia sosialF40.2 fobia khas (terisolasi)F40.8 gangguan anxietas fobik lainnyaF40.9 gangguan anxietas fobik YTTF41 gangguan anxietas lainnyaF41.0 gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)F41.1 gangguan anxietas menyeluruhF41.2 gangguan campuran anxietas dan depresifF41.3 gangguan anxietas campuran lainnyaF41.8 gangguan anxietas lainnya YDTF41.9 gangguan anxietas YTT

F40. Gangguan anxietas fobik Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan.Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak realistik dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam. Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik) Anxietas fobik seringkali berbarengan dengan depresi . suatu episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya agorafobia . pembuatan diagnosis tergantung darimana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.F40.0 AgorafobiaPedoman diagnostik : Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti : Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan menifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut : banyak orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi house bound)F40.1 Fobia sosialPedoman diagnostik : Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti : Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family circle) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjolF40.2 Fobia khas (terisolasi)Pedoman diagnostik : Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti : Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekedar sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif Anxietas harus terbatas pada adnya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific situation) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya. Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti halnya argofobia dan fobia sosial.F41.0 gangguan panik (Anxietas paroksismal episodik)Pedoman diagnostik : Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik Untuk diagnosti pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas bert (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan Pada keadaan2 dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik)yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.F41.1 Gangguan cemas menyeluruhPedoman diagnostik : Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk bebeapa minggu sampai bebrapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang) Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut : Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi,dsb) Ketegangan motorik (gelisah,sakit kepala,gemetaran,tidak dapat santai) dan Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering,dsb) Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi, gangguan anxietas fobik, gangguan panik,atau gangguan obsesif-kompulsif.F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresiPedoman diagnostik : Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, bebeapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan,maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal yang hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.F41.3 gangguan anxietas campuran lainnyaF42 GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama dua minggu berturut-turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan atau mengganggu aktivitas penderita Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:a. harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri b. sediktnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak dilawan oleh penderitac. pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan.d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan. ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.

F42.0 Predominan pikiran obsesif atau pengulangan Keadaan ini dapat berupa: gagasan, bayangan pikiran, atau impuls, yang sifatnya mengganggu Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan.F42.1 Predominan tindakan kompulsif Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan: kebersihan, memriksa berulang atau meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi, atau masalah kerapihan dan keteraturan. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan.F42.2 Campuran pikiran dan tindakan obsesif Kebanyakan dai penderita obsesif-kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif serta tindakan kompulsif Apabila salah satu memang jelas lebih dominant, seba iknya dinyatakan dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respons yang berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsive terhadap terapi perilaku.

F42.8 Gangguan obsesif kompulsif lainnyaF42.9 Gangguan obsesif kompulsif YTTGANGGUAN DISOSIATIF ( KONVERSI )Adalah suatu kelompok gangguan dengan gejala utama kehilangan sebagian atau seluruh integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara ingatan masa lau, kesadaran identitas dan penginderaan segera, serta kontrol terhadap gerakan tubuh.Yang termasuk gangguan disosiatif :Amnesia disosiatifFugue disosiatifSupor disosiatifTrans dan kesurupangangguan motorik disosiatifkonvulsi disosiatifanesesia dan kehilangan sensorikgangguan disosisatif campuangangguan disosiatif lainnyaEtiologi Pada seseorang dengan gangguan amnesia disoisatif terdapat kompleksitas pembentukan dan pengumpulan ingatan. Pendekatan psikoanalitik menytakan amnesia sebagai meknisme pertahanan dimana orang mengubah kesadarannya sebagai cara untuk menghadapi suatu konflik emosional atau stressor eksternal.PrognosisGejala amnesia biasanya pulih tiba-tiba dan lengkap dengansedikit rekurensi. Klinisi harus memulihkan sesegera mungkin.Fugue biasanya singkat, beberap jam sampai beberapa hari. Umumnya pemulihan cepat dan jarang rekuren.DiagnosisGambaran klinisAmnesia disosiatif dengan ciri utama hilangnya daya ingatFugue disosiatif memiliki ciri-ciri amnesia, melakukan perjalanan tertentu melampui hal yang umum dilakukannya sehari-sehari dan kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada, termasuk melakukan interaksi sosial sedrhana dengan orang yang belum dikenal.Stupor disosiatif sangat berkurangnya atau hilanngnya gerakan-gerakan volunter dan respon normal terhadap rangsangan luar.Ganguan trans dan kesurupan, adanya kehilangan sementara aspek penghayatan atas identitas diri dan kesadaran atas lingkungannya.Gangguan motorik disosiatif bentuk yang paling umum adalah ketidakmampuan menggerakkan seluruh atau sebagian anggota gerak.Konvulsi disosiatif dapat sangat mirip dengan kejang epileptik dalam gerrakan-gerakannya dan tidak dijumpai kehilanagn kesadaran.Amnesia dan kehilangan sensorik disosiatifPenatalaksaanDengan menggali konndisi fisik dan neurologisnya. Barbiturat kerja sedang dan kerja kerja singkat seperti tiopental dan batrium anobarbital diberikan secara intravena dan bevzodiazepin dapat berguna untuk memulihkannya ingatannya yang hilang.Pengobatan terpilih untuk fugue disosiatif adalah psikoterapi psikodinamik suportif-ekspresif.GANGGUAN SOMATOFORM Adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat.EtiologiTerdapat faktor psikososial berupa konflik psikis dibawah sadar yang mempunyai tujuan tertentu. Ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini.Manifestasi klinis Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan olehdokternya bahwa tidak terjadi kelainan yang mendasari keluhannya. Keluhan dibedakan tiap subtipe, yaitu :Gangguan somatisasi, ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organGangguan konversi, ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologisHipokondriasis, ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan daripada kepercayaan pasien bahwa ia menderita penyakit tertentu.Gangguan dismorfik tubuh, ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacatGangguan nyeri, ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor psikologis atau secara bermakna diekserbasi oleh faktor psikologis.PrognosisUmumnya dimulai sebelum usia sebelum usia 30thn. Prognosis umumnya sedang sampai buruk. Prognosis gangguan konversi baik apabila timbul tiba-tiba, stressor mudah dikenali, penyesuaian pramorbid yang baik, tidak ada gangguan psikiatrik atau medis komorbid dan tidak ada tuntutan yang terus-menerus.Hipokondriasis berlangsung episodik. Setiap episode brlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh episode tenang yang sama panjangnya. Prognosis baik berhubungan dengan status sosioekonomi yang tinggi, awal yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian, dan tidak adanya kondisi medis nonpsikiatri yang menyertai.Gangguan dismorfik tubuh biasanya muncul bertahap. Namun dapat berlangsung kronik jika tidak diobati.Prognosis buruk bila terdapat gangguan depresi, gangguan kepribidian tergantung atau histrionik, dan penyalahguanaan alkohol atau zat lain.PenatalaksanaanGangguan somatisasi ditatalaksana dengan ikatan terapeutik, perjanjian teratur, dan intervensi krisis. Penatalaksanaan untuk gangguan konversi adalah sugesti dan persuasi dengan berbagai tehnik. Strategi penatalaksanaan pada hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjuan psikososial dan psikoterapi.Gangguan dismorfik tubuh diterapi dengan ikatan terapeutik, pentalaksanaan stress, psikoterapi, dan pemberian antidepresan.Terapi pada gangguan nyeri mencakup ikatan terapeutik, menentukan kembali tujuan terapi dan pemeberian antidepresanGANGGUAN NEUROTIK Neurastenia Diagnosis pasti memerlukan hal-hal berikut :adanya keluhan yang menetap dan mengganggu berupa meningkatnya rasa lelah setelah sesuatu kegiatan mental atau keluhan mengenai kelemahan badan dan kehabisan tenaga hanya setelah kegiatan ringan.Paling sedikit ada dua dari hal-hal tersebut : perasaan sakit dan nyeri otot-otot pusing kepala sakit kepala gangguan tidur tidak dapat bertsantai peka/mudah tersinggung dispepsiaSindrom Desentralisasi-depersonalisasiUntuk diagnosis pasti harus ada salah satu atau dua-duanya dari a dan b ditambah c dan da) Gejala depersonalisasib) Gejala derealisasic) Memahami bahwa hal tersebut merupakan peruboahan spontan dan subjektif serta bukan yang disebabkan oleh kekuatan orang luar atau orang laind) Penginderaan tidak terrganggu dan tidak ada toxic confusional state atau epilepsi7. TERAPITerapi pada ansietas pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Psikoterapi sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dan dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu.1. Terapi Psikologis Penyuluhan psikiatrik atau psikologis dan manipulasi lingkungan tidak jarang pula dibutuhkan. Biasanya terapi-terapi psikologis pada ansietas tersebut merupakan bagian dari manajemen untuk mengatasi kebanyakan kondisi medis. Namun untuk melakukan psikoterapi semacam itu tidak selalu mungkin dapat dilakukan, khususnya yang ada dalam rumah sakit. Jangkauan dari ketersediaan pelayanan seringkali terbatas, dan tidak semua pasien siap untuk menyetujui sebuah skenario tertentu. Terapi pada ansietas tidak harus dilakukan oleh seorang psikiatri, namun seharusnya dapat diterapkan oleh semua dokter yang berkompeten, sehingga keterbatasan pelayanan dapat diatasi(House cit Stark, 2002). Memberikan informasi selalu menjadi langkah awal dalam menolong pasien ansietas, yang mana informasi yang diberikan harus sesuai dengan kadarnya dan selalu memberikan harapan yang besar bagi setiap individu untuk sembuh. Kebanyakan pasien menginginkan sebuah kejelasan dan informasi mengenai kondisi yang sedang ia alami, dengan melakukan tindakan tadi, menunjukkan kepada pasien bahwa mereka benar-benar diperdulikan dan dirawat.Komunikasi yang efektif adalah esensial dalam pemberian informasi, dokter-dokter terlatih dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan terbuka dari pasien, mampu memahami kondisi psikis, dan kemampuan memberikan nasehat-nasehat yang baik sangat dibutuhkan, sehingga akan tercipta komunikasi yang efektif. Yang mana akan mampu membantu pasien dalam mengurangi beban psikisnya(House cit Stark, 2002)2. Terapi Religi Terapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun sayangnya tidak semua dokter berkompeten mampu melakukannya, dan terapi ini biasanya hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memang ahli dalam bidang spiritual. Terapi religi biasanya membantu pasien untuk lebih tenang dan memberi waktu pasien untuk memahami dirinya sendiri, sehingga menciptakan sebuah kesadaran dalam diri sendiri. Hal ini cenderung lebih efektif karena kesadaran tersebut muncul dari diri sang pasien sendiri. Terapi ini dilakukan melalui sharing kepada ahli religi yang dipercaya oleh penderita, dan kemudian ahli religi tersebut memberi nasehat-nasehat untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, namun tak jarang juga terapi semacam ini dilakukan secara invidual tanpa seorang agamawan yang membimbing. Terapi semacam ini terkadang pada akhirnya juga membentuk sebuah karakteristik atau watak yang baru dari penderita.3. Terapi farmakologi Beberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi dan mengurangi ansietas, dan masing-masing obat memiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing. Penggunaan suatu zat dalam jangka waktu yang lama pun tidak akan membuahkan hasil yang baik untuk kesehatan fisik sang pasien sendiriObat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengatasi ansietas adalah benzodiazepine(BDPs)(Fracchione, 2004). Adapun beberapa jenis obat yang lazim digunakan adalah : Diazepam Lorazepam Alprazolam Propanolol Amitriptilin Farmakoterapi (1) : gol. benzodiazepin Diazepam (Valium, Stesolid ) : dosis anjuran 10-30 mg/hari Klordiazepoksida (Cetabrium Tensinyl ) : dosis anjuran 15-30 mg/hari Lorazepam (Ativan Renaquil ) : 2-3 x 1 mg/hari Farmakoterapi (2) : gol. benzodiazepin Clobazam (Frisium Clobazam DM ) : 2-3 x 10 mg/ hari Bromazepam (Lexotan ) : 3 x 1,5 mg/hari Oxazolam (Serenal-10 ) : 2-3 x 10 mg/hari Chlorazepate (Tranxene 5-10 ) : 2-3 x 5 mg/hari

Farmakoterapi (3) : gol. benzodiazepin Alprazolam (Xanax Alganax Frixitas ) : 3 x 0.25 0,5 mg/hari Prazepam (Equipax ) : 2-3 x 5 mg/hari Farmakoterapi (4) : non-benzodiazepin Sulpiride (Dogmatil ) : 100 200 mg/hari Buspirone (Buspar Tran-Q ) : 15 30 mg/hari Hydroxyzine (Iterax ) : 3 x 25 mg/hari Gangguan PanikTERAPI

Konseling dan medikasi. Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik berlalu, konsentrasikan diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan jantung, hanya panik, akan berlalu. Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi. Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100-150 mg malam selama 2 minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam 0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.

Gangguan FobikTERAPI

Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari. Bila ada anxietas beri antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat mengurangi gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap

GangguanObsesif-kompulsif TERAPIKonseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors. Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.

GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUHTERAPI Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres merupakan pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap. Medikasi anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3 bulan. 8. PROGNOSISPrognosis baik jika anxietas dapat disembuhkan dengan konseling secara rutin dan tergantung mekanisme pertahanan jiwanya untuk mengatasi anxietas.