bronkiolitis

31
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Brokiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang pada umumnya disebabkan oleh virus sehingga menyebabkan gejala – gejala obstruksi bronkiolus. Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, wheezing pada saat ekspirasi, takipnea, retraksi, dan air trapping/hiperaerasi paru pada foto dada . (Orenstein, 2007). 1.2 Epidemiologi Insidensi pada anak <2 tahun Puncak insidensi antara usia 2-8 bulan 50.000-80.000 anak masuk rumah sakit per tahun karena infeksi RSV, dengan angka kematian 200-500 orang/tahun di USA Makin muda usia makin berat tingkat keparahannya Lebih sering pada bayi laki – laki berusia 3- 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI. Pada laki-laki lebih berat dibanding pada perempuan. Insidensi terbanyak terjadi pada musim dingin atau musim hujan daerah tropis. Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di negara – negara berkembang daripada negara – negara 1

Upload: dithasani

Post on 01-Jan-2016

83 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bronkiolitis

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Brokiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang pada

umumnya disebabkan oleh virus sehingga menyebabkan gejala – gejala obstruksi

bronkiolus. Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, wheezing pada saat

ekspirasi, takipnea, retraksi, dan air trapping/hiperaerasi paru pada foto dada .

(Orenstein, 2007).

1.2 Epidemiologi

Insidensi pada anak <2 tahun

Puncak insidensi antara usia 2-8 bulan

50.000-80.000 anak masuk rumah sakit per tahun karena infeksi RSV, dengan

angka kematian 200-500 orang/tahun di USA

Makin muda usia makin berat tingkat keparahannya

Lebih sering pada bayi laki – laki berusia 3- 6 bulan yang tidak mendapatkan

ASI.

Pada laki-laki lebih berat dibanding pada perempuan.

Insidensi terbanyak terjadi pada musim dingin atau musim hujan daerah

tropis.

Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di negara – negara berkembang

daripada negara – negara maju. Hal ini disebabkan oleh rendahnya status gizi

dan ekonomi, kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan penduduk di

negara berkembang. Angka mortalitas di negaa berkembang pada anak – anak

yang dirawat adalah 1-3%.

(Robinson, 2003; Orenstein, 2007; Zain : 2008)

1

Page 2: bronkiolitis

1.3 Etiologi

RSV pada >50% kasus

Virus influenza Virus parainfluenza 3

Mikoplasma

Beberapa adenovirus (dihubungkan dengan komplikasi jangka lama)

Rhinovirus

Tidak ada bukti yang kuat bahwa bakteri menyebabkan bronkiolitis

(Orenstein, 2007; Zain : 2008)

1.4 Faktor Risiko

Bayi Laki-Laki Usia 3-6 Bulan Yang Belum Pernah Mendapat ASI Dan Hidup

Pada Keadaan Yang Penuh Sesak

Terdapat Sumber Infeksi Berupa Anggota Keluarga Dengan Penyakit

Pernapasan Yang Minor

Bayi Dengan Penurunan Fungsi Paru

Bayi Yang Ibunya Merokok. (Orenstein, 2007)

2

Page 3: bronkiolitis

RSV masuk2-5 hari inkubasi

Awalnya di nasofaring bereplikasi

Batuk dan pilek

Bronkus dan bronkiolus (replikasi)Silia rusak/ nekrosis

n.vagus eferen

batuk

edema mukus Debris sel

obstruksi

Aliran turbulensi

wheezing

Complete/ parah

Mismatch VA/Q

hipoksemia

sianosis

komplikasi

atelektasis

kompensasi

↑↑ RR & penggunaan otot bantu

napas

kelelahan

Hiperkapnea↑↑ CO2(Orenstein, 2007)

1.5 Patofisiologi

pada saat terjadi penyempitan bronkiolus karena kombinasi dari proses inflamasi,

edema saluran nafas, akumulasi sel-sel debris dan mukus serta spasme otot polos

saluran napas adapun respon paru ialah dengan meningkatkan kapasitas fungsi

residu, menurunkan compliance, meningkatkan tahanan saluran napas, dead space

serta meningkatkan shunt. Semua faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan

3

Page 4: bronkiolitis

kerja sistem pernapasan, batuk, wheezing, obstruksi saluran napas, hiperaerasi,

atelektasis, hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolik sampai gagal

napas.

Karena resistensi aliran udara saluran nafas berbanding terbalik dengan diameter

saluran napas pangkat 4, maka penebalan dinding bronkiolus sedikit saja sudah

memberikan akibat cukup besar pada aliran udara. Apalagi diameter saluran napas

bayi dan anak kecil lebih sempit. Resistensi aliran udara saluran nafas meningkat

pada fase inspirasi maupun pada fase ekspirasi.

Selama fase ekspirasi terdapat mekanisme klep hingga udara akan terperangkap dan

menimbulkan overinflasi dada. Volume dada pada akhir ekspirasi meningkat

hampir 2 kali di atas normal.

Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi total. Anak besar dan orang dewasa jarang

mengalami bronkiolitis bila terserang infeksi virus. Perbedaan anatomi antara paru-

paru bayi muda dan anak yang lebih besar mungkin merupakan kontribusi terhadap

hal ini.

Respon proteksi imunologi terhadap RSV bersifat transien dan tidak lengkap.

Infeksi yang berulang pada saluran napas bawah akan meningkatkan resistensi

terhadap penyakit. Akibat infeksi yang berulang-ulang, terjadi ‘cumulatif

immunity’ sehingga pada anak yang lebih besar dan orang dewasa cenderung lebih

tahan terhadap infeksi bronkiolitis dan pneumonia karena RSV.

Penyembuhan bronkiolitis akut diawali dengan regenerasi epitel bronkus dalam 3-4

hari, sedangkan regenerasi dari silia berlangsung lebih lama dapat sampai 15 hari .

Ada 2 macam fenomena yang mendasari hubungan antara infeksi virus saluran

napas dan asma:

1. Infeksi akut virus saluran napas pada bayi atau anak keci seringkali disertai

wheezing.

2. Penderita wheezing berulang yang disertai dengan penurunan tes faal paru,

ternyata seringkali mengalami infeksi virus saluran napas pada saat bayi/usia

muda.

4

Page 5: bronkiolitis

Infeksi RSV dapat menstimulasi respon imun humoral dan selular. Respon antibodi

sistemik terjadi bersamaan dengan respon imun lokal. Bayi usia muda mempunyai

respon imun yang lebih buruk.

1.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis

Bayi Mula-Mula Menderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas Disertai Dengan Ingus

Yang Serous Dan Bersin, Keadaan Ini Berlangsung Beberapa Hari

Penurunan Nafsu Makan

Demam 38,50-390 C

Berkembang Menjadi Keadaan Kegawatan Pernapasan Ditandai: Batuk Mengi

Paroksismal, Dispnea, Dan Iritabilitas

Takipnea (Rr 60-80 X/Menit)

Haus Udara Berat

Sianosis

Cuping Hidung Melebar

Penggunaan Otot Bantu Pernapasan

Depresi Hati Dan Limpa

Krepitasi Halus Yang Tersebar Dapat Terdengar Pada Akhir Inspirasi Dan Awal

Ekspirasi

(Orenstein, 2007)

1.7 Diagnosis

Diagnosis bronkiolitis berdasarkan gambaran klinis, umur penderita dan adanya

epidemi RSV di masyarakat . Kriteria bronkiolitis terdiri dari:

a. wheezing pertama kali

b. umur 24 bulan atau kurang

5

Page 6: bronkiolitis

c. pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi virus misalnya batuk, pilek,

demam dan

d. menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang dapat menyebabkan

wheezing.

1. Anamnesis Anak usia di bawah 2 tahun dengan didahului infeksi saluran

nafas akut bagian atas dengan gejala batuk, pilek, biasanya

tanpa demam atau hanya subfebris.

Sesak nafas makin hebat dengan nafas dangkal dan cepat.

2. Pemeriksaan

fisis

Dapat dijumpai demam, dispne dengan expiratory effort dan

retraksi.

Nafas cepat dangkal disertai dengan nafas cuping hidung,

sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah.

Terdengar ekspirium memanjang atau mengi (wheezing).

Pada auskultasi paru dapat terdengar ronki basah halus

nyaring pada akhir atau awal inspirasi.

Suara perkusi paru hipersonor.

Jika obstruksi hebat suara nafas nyaris tidak terdengar, napas

cepat dangkal, wheezing  berkurang bahkan hilang.

3. Pemeriksaan

penunjang

a. Pemeriksaan darah tepi tidak khas.

b. Tes laboratorium rutin tidak spesifik. Hitung lekosit biasanya

normal. Pada pasien dengan peningkatan lekosit biasanya

didominasi oleh PMN dan bentuk batang.

c. Analisa gas darah dapat menunjukkan adanya hipoksia

akibat V/Q mismatch dan asidosis metabolik jika terdapat

dehidrasi.

d. Gambaran radiologik mungkin masih normal bila

bronkiolitis ringan. Umumnya terlihat paru-paru

mengembang (hyperaerated). Bisa juga didapatkan bercak-

bercak yang tersebar, mungkin atelektasis (patchy

6

Page 7: bronkiolitis

atelectasis ) atau pneumonia (patchy infiltrates). Pada x-foto

lateral, didapatkan diameter AP yang bertambah dan

diafragma tertekan ke bawah. Pada pemeriksaan x-foto dada,

dikatakan hiperaerasi apabila kita mendapatkan: siluet

jantung yang menyempit, jantung terangkat, diafragma lebih

rendah dan mendatar, diameter anteroposterior dada

bertambah, ruang retrosternal lebih lusen, iga horisontal,

pembuluh darah paru tampak tersebar.

e. Untuk menentukan penyebab bronkiolitis, dibutuhkan

pemeriksaan aspirasi atau bilasan nasofaring. Pada bahan ini

dapat dilakukan kultur virus tetapi memerlukan waktu yang

lama, dan hanya memberikan hasil positif pada 50% kasus.

f. Ada cara lain yaitu dengan melakukan pemeriksaan antigen

RSV dengan menggunakan cara imunofluoresen atau

ELISA. Sensitifitas pemeriksaan ini adalah 80-90%.

7

Page 8: bronkiolitis

1.8 Assessment Dan Tatalaksana Bronkiolitis ( Fitzgerald DA, 2004)

8

Page 9: bronkiolitis

Management bronkiolitis akut

1. Perawatan suportif

a. Monitoring kardiorespiratori dan puse-oximetry

b. Berikan oksigen

c. Terapi cairan mungkin diperlukan untuk mencegah muntah dan aspirasi

2. Bronkodilator

a. Salbutamol masih menjadi kontroversi

b. Ipratropium tidak disarankan

c. Adrenalin, belum banyak penelitian tentang pemberiannya namun dapat diberikan

dengan nebulizer

d. Steroid masih kontroversial

Pada outpatient bisa diberikan tapi tidak lebih dari 5 hari

Pada inpatient jangan diberikan secara rutin

Intensive care patient: bisa pada pasien dengan bronkiolitis berat

Inhaled steroid ( budesonide dan fluticasone), tidak dianjurkan penggunaan rutin.

e. Ribavirin, tidak dianjurkan

1.9 Perjalanan alamiah dan komplikasi:

1. Perbaikan temuan klinis: dalam 3-4 hari

2. Perbaikan gambaran radiologist: dalam 9 har

3. Obstruksi respirasi persisten: 20%

4. Respiratory failure : 25 %

5. Lung collaps (jarang)

1.10 Faktor terkait severitas penyakit:

1. Prematur infant

2. Pasien dengan displasia bronkopulmoner, gagal jantung konginetal,

imunodefisiensi, pneumonia aspirasi rekuren, fistula trakeoesofageal, fibrosis

kistis, kelainan neurologis dan muskuler

3. Bayi usia <6 bulan saat terapar sakit

4. Infant dengan paparan tinggi terhadap polusi udara

9

Page 10: bronkiolitis

5. Infant dengan riwayat lingkungan terpapar asap rokok.

BAB 2

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien

Nama : An. Restu

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 9 bulan

Tempat, tanggal lahir : Mataram, 21 November 2012

Alamat : Kekalik Gerisak, Sekarbela Mataram

Tanggal MRS : 13 Agustus 2013

Tanggal pemeriksaan : 14 Agustus 2013

Diagnosis masuk : Obs. Dyspneu susp. Bronkopneumonia

No. RM : 084588

1.2 Identitas Keluarga

Identitas Ibu Ayah

Nama Ny. N Tn. I

Umur 32 tahun 45 tahun

Pendidikan SMP SD

Pekerjaan IRT Buruh

1.3 Anamnesis (Heteroanamnesis)

Keluhan Utama:

Sesak napas.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien rujukan PKM Tanjung Karang dengan pneumonia berat. Pasien dikeluhkan

sesak napas sejak 2 hari yang lalu dan memberat sejal 1 hari yang lalu. Sesak napas saat

ini tidak disertai dengan bunyi “ngik” dan “grok”. Sesak napas dirasakan sering kambuh

– kambuhan terutama pada musim dingin yang disertai dengan batuk pilek. Sesak napas

10

Page 11: bronkiolitis

pada pasien disertai dengan batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu, batuk pada pasien

disertai dengan dahak dan dahak berwarna putih kental dan ingus berwarna putih. Selain

itu, pasien juga dikeluhkan demam, demam sejak 2 hari yang lalu demam dirasakan tiba

– tiba tinggi dan berkurang bila dikompres, demam tidak disertai dengan menggigil

ataupun kejang. Ibu pasien menyangkal adanya muntah pada pasien. BAB pada pasien

lancar frekuensi 1 kali sehari konsistensi padat, darah (-), BAK pada pasien lancar

frekuensi 3-4 kali sehari, darah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sudah sering mengalami sesak napas seperti ini sebelumnya dan didahului

oleh batuk pilek. Untuk keluhan ini pasien tidak pernah di bawa kerumah sakit untuk

berobat. Menurut ayahnya, sesak napas dapat menghilang dengan sendirinya tanpa

diobati.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama. Tidak ada anggota keluarga

yang batuk pilek. Riwayat asma di keluarga (+) nenek dan kakak pasien.

Riwayat Pengobatan

Sebelum ke UGD pasien sebelumnya sempat ke puskesmas terlebih dahulu. Di

puskesmas pasien mendapatkan pengobatan dan kemudian dirujuk.

Riwayat Kehamilan Ini

Ini merupakan kehamilan yang keempat bagi ibu pasien. Untuk kehamilan ini ibu

pasien jarang memeriksakan kehamilannya ke polindes. Usia kehamilan kurang bulan

yaitu ± 8 bulan. Selain itu, selama kehamilan ini ibu tidak pernah menderita penyakit

yang berat. Ibu pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan atau jamu saat hamil.

Riwayat hipertensi, asma dan kencing manis disangkal.

Riwayat Persalinan

11

Page 12: bronkiolitis

Pasien lahir secara spontan ditolong bidan pada tanggal 21 November 2012. Lahir

kurang bulan, berat badan lahir 2300 gram. Pasien lahir letak kepala, langsung

menangis, tampak lemah namun keluarga pasien menyangkal adanya warna kulit

kebiruan pada pasien. Kemudian pasien dirawat di ruangan NICU beberapa hari karena

kulitnya berwarna kekuningan. Riwayat air ketuban kehijauan atau keruh (-).

Riwayat Imunisasi

Pasien belum mendapatkan imunisasi.

Riwayat Nutrisi

Sampai usia 6 bulan pasien hanya mendapatkan ASI dan susu formula. Setelah

usia 6 bulan pasien mendapatkan bubur dan susu formula. Sebelum sakit pasien

mengkonsumsi susu hingga 4 botol dalam sehari, namun setelah sakit nafsu makannya

berkurang dan hanya minum susu saja.

Riwayat Tumbuh Kembang

1. belum bisa duduk

2. lagi belajar tengkurap dan membalikkan badan

3. belum bisa merangkak

4. bisa menggenggam benda kecil

5. mengeluarkan kata – kata tanpa arti (+)

6. mengenal muka anggota keluarga (+)

7. belum bisa tepuk tangan

Riwayat Social Dan Lingkungan

1. Orang tua pasien merupakan perokok dan sering merokok

2. Pasien tinggal dengan ketiga saudara lainnya dan diasuh oleh ibu tiri, terkadang

pasien sering dititipkan di tetangga jika orang tuanya bekerja.

12

Page 13: bronkiolitis

1.4 Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : CM/ E4V5M6

Aktivitas : terlihat sesak

CRT : <3 detik

Tanda vital

HR : 126 x/menit, teratur

RR : 56 x/menit, teratur, tipe abdominotorakal

Suhu : 37 oC

Penilaian pertumbuhan

Berat badan sekarang : 7900 gr

Panjang badan : 68 cm

Lingkar kepala : 43 cm (normocephali)

Status gizi :

1. BB/U : 0 (gizi baik)

2. BB/PB : - 0,14 (normal)

3. PB/U : - 1,8 (normal)

Pemeriksaan fisik umum

a. Kepala

Bentuk normocephali, simetris, ubun-ubun besar tertutup, teraba datar.

b. Wajah

1. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), R. pupil (+/+) isokor.

2. Telinga: bentuk dalam batas normal, sekret (-).

3. Hidung: bentuk dalam batas normal, deformitas (-), napas cuping hidung (-/-),

rhinorrhea (+/+).

13

Page 14: bronkiolitis

4. Mulut: sianosis sentral (-), mukosa bibir basah (+), refleks menghisap (-).

5. Tonsil : sulit dievaluasi

c. Leher

1. Kaku kuduk (-).

2. Pembesaran KGB (-).

d. Thoraks

1. Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+)

subkosta, nafas teratur (+), ikterus (-),

2. Palpasi: gerakan dinding dada simetris, krepitasi (-), ictus cordis teraba di ICS

IV linea midklavikula sinistra.

3. Perkusi: cor sde, pulmo: sonor pada kedua lapang paru.

4. Auskultasi: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).

Pulmo: bronkovesikuler (+/+), ronki (+/+) basah kasar, wheez

(+/+), stridor (-/-)

e. Abdomen

1. Inspeksi: distensi (-)

2. Auskultasi: Bising usus (+) dbn

3. Perkusi: timpani (+) di seluruh lapang abdomen

4. Palpasi: turgor kulit normal, massa (-), hepar-lien-renal tidak teraba

f. Genitalia: dalam batas normal

g. Anus: (+)

h. Ekstremitas:

1. Atas: akral hangat (+/+), pucat (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-/-).

2. Bawah: akral hangat (+/+), pucat (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-/-).

i. Tulang belakang: dalam batas normal

1.5 Resume

Pasien, laki-laki, berusia 9 hari dikeluhkan sesak napas sejak 2 hari yang lalu dan

memberat sejal 1 hari yang lalu. Sesak napas saat ini tidak disertai dengan bunyi “ngik”

dan “grok”.Sesak napas pada pasien disertai dengan batuk dan pilek sejak 3 hari yang

lalu, batuk disertai dengan dahak. Selain itu, pasien juga dikeluhkan demam, demam

14

Page 15: bronkiolitis

sejak 2 hari yang lalu demam dirasakan tiba – tiba tinggi. Ibu pasien menyangkal

adanya muntah pada pasien. BAB pada pasien lancar frekuensi 1 kali sehari konsistensi

padat, darah (-), BAK pada pasien lancar frekuensi 3-4 kali sehari, darah (-). Dari

pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran sopor, aktivitas sangat

menurun, HR: 144 x/menit, RR: 56 x/menit, suhu: 37 oC, SD 3. Kepala ; dbn, leher:

dbn, retraksi subkosta (+), wheezing (+/+), rhonki basah kasar (+/+) abdomen: dbn,

ekstremitas: dbn.

1.6 Pemeriksaan penunjang

Darah lengkap

Parameter 11/07/2013 Normal

HGB 11,9 14,9 – 23,7 g/dL

HCT 37,8 47 – 75 [%]

WBC 16,45 5,0 – 21,0 [10^3/ µL]

MCV 69,9 82,0 – 125,0 [fL]

MCH 22,0 29,0 – 45,0 [pg]

MCHC 31,4 32,0 – 37,0 [g/dL]

PLT 382 150 – 450 [10^3/ µL]

GDS : 77 mg/dl

Rontgen thoraks

15

Page 16: bronkiolitis

Kesan:

Tampak gambaran hiperaerasi pada kedua paru sehingga paru tampak lebih lusen.

Corakan vaskuler paru terlihat jelas

Terdapat infiltrate di sekitar perihiler dan parakardial

Kesimpulan : bronkiolitis

1.7 Diagnosis

Bronkiolitis akut

DD : asma bronkiale

1.8 Rencana terapi

Observasi vital sign

Pemberian O2 2 lpm

IVFD D ¼ NS % 20 tts/menit (mikro)

Inj Ampicilin 4 x 100 mg (IV)

Inj. Dexamethasone bolus 4 mg ( IV pelan ) selanjutnya 3 x 1,5 mg.

Nebu Ventolin 1A/ 8 jam

Sirup Paracetamol 3 x 80 mg (3 x ¾ cth )

Ambroxol sirup 3 x 1/3 cth

16

Page 17: bronkiolitis

1.9 Follow-up

Hari/ tgl S O A P

Kamis,15/8/2013

07.00

Sesak (+) Demam (-) Batuk (+) Pilek (+) Muntah (+) Minum (+)kuat BAB encer (-)

KU : sedang Kesadaran : CM RR: 47 x/mnt HR: 124 x/mnt T : 36,8 oC Retraksi subcostal

(+) Pulmo : brokoves

+/+, Rh -/-, Wh +/+ Akral hangat (+)

Bronkiolitis DD : asma

Observasi vital sign Pemberian O2 2

lpm IVFD D¼NS%

20 tpm (mikro) Inj Ampicilin

4 x 100 mg (IV) Inj. Dexamethasone

3 x 1,5 mg. Nebu Ventolin 1A/ 8

jam Sirup Paracetamol 3

x 80 mg (3 x ¾ cth ) Ambroxol sirup 3 x

1/3 cth

Jumat,16/8/2013

07.00

Sesak (+) Demam (-) Batuk (+) Pilek (+) Muntah (-) Minum (+)kuat BAB encer (-)

KU : sedang Kesadaran : CM RR: 42 x/mnt HR: 112 x/mnt T : 37 oC Retraksi subcostal

(+) minimal Pulmo : brokoves

+/+, Rh -/-, Wh +/+ Akral hangat (+)

Bronkiolitis DD : asma

Observasi vital sign Pemberian O2 2

lpm IVFD D¼NS%

20 tpm (mikro) Inj Ampicilin

4 x 100 mg (IV) Inj. Dexamethasone

3 x 1,5 mg. Nebu Ventolin 1A/ 8

jam

17

Page 18: bronkiolitis

Sirup Paracetamol 3 x 80 mg (3 x ¾ cth )

Ambroxol sirup 3 x 1/3 cth

Sabtu ,17/8/2013

07.00

Sesak (+) berkurang

Demam (-) Batuk (+) Pilek (+) Muntah (-) Minum (+)kuat BAB encer (-)

KU : sedang Kesadaran : CM RR: 36 x/mnt HR: 116 x/mnt T : 36,6 oC Retraksi subcostal

(+) minimal Pulmo : brokoves

+/+, Rh -/-, Wh +/+ Akral hangat (+)

Bronkiolitis DD : asma

Observasi vital sign Pemberian O2 2

lpm IVFD D¼NS%

20 tpm (mikro) Inj Ampicilin

4 x 100 mg (IV) Inj. Dexamethasone

3 x 1,5 mg. Nebu Ventolin 1A/ 8

jam Sirup Paracetamol 3

x 80 mg (3 x ¾ cth ) Ambroxol sirup 3 x

1/3 cth

Minggu,15/8/2013

07.00

Sesak (-) Demam (-) Batuk (+) Pilek (+) Muntah (-) Minum (+)kuat BAB encer (-)

KU : baik Kesadaran : CM RR: 44 x/mnt HR: 130 x/mnt T : 37,1 oC Retraksi subcostal

(-) Pulmo : brokoves

+/+, Rh -/-, Wh +/+ minimal

Akral hangat (+)

Bronkiolitis DD : asma

BPL

1.10 Prognosis

Vitam: dubia ad bonam

Sahationem: dubia ad bonam

Fungsionam: dubia ad bonam

18

Page 19: bronkiolitis

BAB 3

PEMBAHASAN

Daftar Masalah :

1. Sesak napas dan takipnea

2. Demam

3. Batuk pilek

4. Retraksi subkosta

5. Wheezing

6. Ronkhi basah kasar

Pembahasan :

1. Sesak napas dan takipnea

Dispnea atau sesak napas bisa akibat obstruksi jalan napas, penurunan jaringan

paru yang berfungsi, elastisitas paru yang menurun, kerja nafas yang meningkat,

gangguan difusi, ventilasi tidak seimbang kaitan dengan perfusi, campuran darah vena,

CO tidak memadai, anemia, gangguan kapasitas Hb. Kemungkinan penyebab sesak napas

pada pasien ini adalah obstruksi jalan napas akibat infeksi saluran pernapasan akut

ataupun hiperreaktivitas bronkus pada asma. Pada pasien ini diagnosis lebih mengarah

pada bronkiolitis akut karena disertai dengan ISPA. Walaupun pada pasien ini didapatkan

sesak napas yang berulang namun kekambuhannya selalu disertai oleh batuk, pilek, dan

demam. Untuk lebih menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang tambahan

seperti :

Pemeriksaan peak flow meter

19

Page 20: bronkiolitis

Uji fungsi paru

Uji respon terhadap bronkodilator

Uji provokasi bronkus

Uji keringat

Uji imunologik

Pemeriksaan motilitas silia

Takipnea merupakan pernapasan yang cepat dan dangkal yang merupakan kompensasi

tubuh akibat adanya obstruksi pada paru.

2. Demam

Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan

pusat pengatur panas di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin 1 (IDAI, 2010)

Berdasarkan anamnesis didapatkan pola demam yang tiba – tiba tinggi serta

demam pada pasien tidak disertai dengan menggigil sehingga lebih mengarahkan pada

infeksi yang disebabkan oleh virus. Selain itu, hal ini ditunjang juga oleh hasil

pemeriksaan laboratorium yang menunjukan tidak adanya peningkatan leukosit. Fokal

infeksi pada pasien ini kemungkinan berasal dari infeksi saluran pernapasan akut yang

ditandai oleh batuk dan pilek. Virus tersering penyebab ISPA pada anak adalah RSV,

Parainfluenza virus, Adenovirus, Rhinovirus, Influenza virus, dan M. pneumonia

20

Page 21: bronkiolitis

3. Batuk dan rhinore

Batuk merupakan suatu keadaan yang normal dan abnormal. Batuk adalah sebuah

refleks fisiologi untuk melindungi tubuh dari benda-benda asing yang masuk ke

tenggorokan. Jika ada benda asing yang masuk ke tenggorokan, tubuh akan berusaha

mengeluarkannya dengan cara batuk. Tapi, batuk juga bisa karena gejala dari suatu

penyakit tertentu. Dalam keadaan abnormal, batuk sering diakibatkan karena infeksi akut.

Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel yang ada di faring dan

saluran nafas. Batuk yang dirasakan pada pasien ini berdahak dengan dahak yang

berwarna putih kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan.

Keadaan ini didahului oleh terjadinya pilek (rhinore) pada pasien. Rhinore merupakan

akibat adanya Infeksi virus pada mukosa hidung yang akan menyebabkan vasodilatasi

dan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan sekresi kelenjar mukosa.

4. Retraksi subkosta

Tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam, tertarik saat anak menarik

napas. Terjadi karena adanya obstruksi saluran napas sehingga meningkatkan usaha

inspirasi.

5. Wheezing

Merupakan suara nafas tambahan yang terjadi akibat udara melewati daerah yang

sempit baik akibat ekstraluminer seperti desakan tumor maupun intraluminer seperti

spasme bronkus, edema, lendir yang kental dan benda asing. Suara nafas ini lebih jelas

terdengar pada fase ekspirasi. Wheezing atau mengi adalah jenis ronki kering yang

terdengar lebih nyaring/musikal dibandingkan dengan ronki kering lainnya. Wheezing

dapat dijumpai pada serangan asma, bronkiolitis atau benda asing di saluran respiratorik

bawah.

6. Ronkhi basah kasar

Suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-putus (tidak kontinu) akibat getaran

yang diakibatkan olah adanya cairan dalam jalan napas yang dilalui udara. Ronci basah

21

Page 22: bronkiolitis

dibedakan berdsarkan lokasi suara : ronci basah halus berasal dari ductus alveolus,

bronkeolus dan bronkus kecil, sedangkan ronci basah kasar berasal dari bronkus diluar

jaringan paru. Ronci basah halus terkadang hanya terdengar pada akhir inspirasi atau

pada inspirasi dalam sehingga pada bayi yang menangis, ronci basah halus ini mudah

terdengar. Pada asma, bronkiolitis serta aspirasi benda asing ronci basah dapat terdengar

pada fase ekspirasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fitzgeral, DA, Kilham, HA. Bronchiolitis: Assessment and Evidence-based Management,

180:399-404,2004 viewed at 25 June 2009. Available in http://www.mja.com.au//

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, edisi kedua.

Badan Penerbit IDAI:Jakarta.

Ikatan Dokter Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat

IDAI.

Oenstein, David M. In: Behrman RE, Jenson HB. Nelson Pediatrics 18th ed, WB Saunders, New

York, 2007, pp 1173-77

Robinson, M.J, Roberton, D.M. 2003. Practical Paediatric, 5th ed., Churchill Livingstone:

Sidney

Shah, Binita R, Luchchesi, Michael. Atlas of Pediatric Emergency Medicine. Mc-Graw-Hill’s.

Tam, A et al. Hongkong Journal Pediatrics: Clinical Guidelines on The Management of Acute

Bronchiolitis, 11:235-241,2006 viewed at 25 June 2009. available in http://www.

hkjpaed.org//

WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : Tim Adaptasi

Indonesia-WHO Indonesia.

Zain, MS. 2008. Bronkiolitis . Dalam: Nastiti N. Rahajoe,dkk (editor). Buku Ajar Respirologi

Anak cetakan pertama. IDAI : Jakarta.

22