laporan radiologis bronkiolitis

22
REFRAT BRONKHIOLITIS PEMBIMBING: dr. Rahmat MM, Sp.Rad. DISUSUN OLEH: YULIANA 2009730061 DWITA PUSPA DEWI 200973073 LYSNINDIA RAKI.L.2009730091 HELENA NURHAYATI 200973136 STASE RADIOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

Upload: afridaayn

Post on 27-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

REFRAT

BRONKHIOLITIS

PEMBIMBING:

dr. Rahmat MM, Sp.Rad.

DISUSUN OLEH:

YULIANA 2009730061

DWITA PUSPA DEWI 200973073

LYSNINDIA RAKI.L.2009730091

HELENA NURHAYATI 200973136

STASE RADIOLOGI

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA

2014

Page 2: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya, referat Ilmu Radiologi tentang bronkiektasis dapat kami selesaikan.

Referat ini kami susun sebagai bagian dari proses belajar kami selama

kepaniteraan klinik di bagian radiologi dan kami menyadari bahwa referat ini

tidaklah sempurna. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kesalahan dalam

pembuatan referat ini.

Kami berterima kasih kepada dosen pembimbing kami, dr. Rachmat M. Memet, Sp.

Rad atas bimbingan dan bantuannya dalam penyusunan referat ini. Kami sangat

menghargai segala kritik dan masukan sehingga karya tulis ini bisa menjadi lebih

baik dan dapat lebih berguna bagi pihak-pihak yang membacanya di kemudian

hari.

Jakarta, 14 Maret 2014

Penulis

Page 3: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan

I.1 Umum 4

I.2 Batasan 4

I.3 Maksud dan tujuan 5

I.4 Definisi 5

I.5 Etiologi 5

I.6 Epidemiologi 5

Bab II Pembahasan

II.1 Anatomi 6

II.2 Patofisiologi 8

Bab III Diagnosa

III.1 Pemeriksaan Fisik 12

III.2 Gejala Klinik 12

III.3 Pemeriksaan Laboratorium 12

III.4 Pemeriksaan Radiologi 13

III.5 Diagnosa Banding 19

Bab IV Prognosis 20

Bab V Komplikasi 21

Bab VI Manajemen Terapi 22

Bab VII Kesimpulan 23

Daftar Pustaka 24

Page 4: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 UMUM

Kemajuan dalam bidang kesehatan di Indonesia sudah sangat pesat.

Banyak fasilitas kesehatan yang canggih serta tempat pelayanan kesehatan yang

tersedia di berbagai wilayah di Indonesia. Akan tetapi sebagian besar masyarakat

belum mengerti manfaatnya bahkan kurang menyadari pentingnya kesehatan.

Masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi anjuran terapi dari dokter.

Sehingga, penyakit yang diderita tidak sembuh total dan bahkan sering berulang.

Hal ini mengakibatkan banyak timbulnya sumber penyakit di masyarakat.

Penyakit yang sering timbul di masyarakat biasanya adalah penyakit

inflamasi. Salah satu contoh penyakit inflamasi adalah penyakit infeksi saluran

pernafasan. Penyakit ini mudah menyebar, sulit disembuhkan, dan sering

berulang. Infeksi pernafasan berulang dapat menyebabkan penyakit bronkiolitis.

Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk mengenal lebih dalam tentang

bronkiolitis dalam hubungannya dengan inflamasi. Sehingga hal inilah yang

mendasari pembuatan referat ini.

I.2 BATASAN

Dalam referat ini kami mengangkat topik “BRONKIOLITIS” yang dititikberatkan

pada pemeriksaan penunjang radiologis berupa foto polos thorax, bronkogram dan

CT Scan .

Page 5: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

I.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Referat ini ditulis agar dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses

belajar rekan sejawat sehingga dapat lebih mudah memahami mengenai

“Bronkiolitis”. Selain itu agar bronkiolitis dapat dicegah secara dini dalam ruang

lingkup masyarakat luas.

I.4 DEFINISI

Bronkiolitis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan bagian bawah

yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. Umumnya,disebabkan

oleh virus. Secara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi

yang didahului dengan gejala infeksi saluran napas akut.

I.5 ETIOLOGI

Bronkiolitis sebagian besar disebabkan karena Respiratory Syncytial Virus

(95%). Orenstein menyebutkan pula penyebab lain seperti parainfluenza virus,

influenza B, Adenovirus types 1, 2, 5, Rhinovirus dan mycoplasma.

I.6 EPIDEMIOLOGI

Bronkiolitis merupakan infeksi saluran napas terserng pada bayi. Paling

sering terjadi pada usia 2-24 bulan, puncaknya pada 2-8 bulan. 95% kasus terjadi

pada anak di bawah 2 tahun dan 75% diantaranya terjadi pada anak berusia di

bawah 1 tahun. Orenstein menyatakan bahwa bronkiolitis paling sering terjadi

pada bayi laki-laki berusia 3-6 bulan yang tidak mendapat ASI, dan hidup di

lingkungan padat penduduk. Louden menyatakan, bahwa bronkiolitis terjadi 1,25

kali lebih banyak pada anak laki-laki daripada pada anak perempuan. Dominasi

pada anak laki-laki yang dirawat juga disebutkan oleh Shay, yaitu 1,6 kali lebih

banyak daripada anak perempuan. Sedangkan Fjaerli menyebutkan 63% kasus

bronkiolitis adalah laki-laki.

Sebanyak 11,4% anak berusia di bawah 1 tahun dan 6% anak berusia 1-2

tahun di AS pernah mengalami bronkiolitis. Penyakit ini menyebabkan 90.000

Page 6: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

kasus perawatan di RS dan menyebabkan 4500 kematian setiap tahunnya.

Bronkiolitis merupakan 17% dari semua kasus perawatan di RS pada bayi.

Frekuensi bronkiolitis di Negara-negara berkembang hampir sama dengan di AS.

Insidan terbanyak pada Negara tropis yaitu pada musim hujan.

Rerata insidens perawatan sethun pada anak berusia di bawah 1 tahun

adalah 21,7 per 1000 dan semakin menurun seiring pertambahan usia. Median

lama perawatan adalah 2-4 hari, kecuali pada bayi premature dan kelainan bawaan

seperti penyakit jantung bawaan. Bradley menyebutkan bahwa penyakit akan

lebih berat pada bayi muda, hal itu ditunjukkan dengan lebih rendahya saturasi O2.

Beberapa predictor lain untuk beratnya bronkiolitis atau yang akan menimbulkan

komplikasi yaitu bayi dengan masa gestasi<34 minggu, usia<3 bulan, sianosis,

saturasi O2<90%, laju respiratori>70 x/menit, adanya ronki dan riwayat dysplasia

bronkopulmoner.

Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di Negara-negara

berkembang daripada di Negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh

rendahnya status gizi dan ekonomi serta kepadatan penduduk. Angka mortalitas di

Negara berkembang pada anak-anak adalah 1-3%.

Page 7: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam referat ini kami menitikberatkan pada pemeriksaan radiologi sebagai

pemeriksaan penunjang dari bronkiolitis, sehingga perlunya memahami anatomi

untuk membantu dalam pembacaan foto polos thoraks, bronkogram dan CT scan.

II.1 Anatomi

Thorax adalah bentuk silinder yang ireguler dengan pintu atas thorax ( Appertura

Thoracis Superior ) dan pintu bawah thorax ( Appertura Thoracis Inferior ).

Rongga ini dipisahkan dari rongga abdomen oleh diafragma dan memiliki

hubungan ke atas dengan pangkal leher melalui pintu atas thorax.(3)

Bagian thorax

1. Dinding Thorax

Dinding thorax terdiri dari skeletal dan musculus :

Dinding posterior dibentuk oleh vertebra thoracal I – XII dan diantaranya

dipisahkan oleh discus intervertebralis.

Dinding lateral dibentuk oleh costae dan tiga lapisan dinding thorax.

Dinding anterior dibatasi oleh sternum yang terdiri dari manubrium sterni,

corpus sternum dan processus Xyphoideus.(4)

2. Appertura thoracal superior

Appertura thoracal superior seluruhnya dikelilingi oleh skeletal dan merupakan

rongga pleura, yang mengelilingi paru serta juga berhubungan dengan

mediastinum.( 4)

3. Appertura thoracal inferior

Appertura thoracal inferior dibatasi

oleh diafragma. (4)

Page 8: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

4. Diafragma

Diafragma memisahkan rongga thorax dan abdomen. Pada umumnya serat

muskulus dari diafragma secara radial dari tepi appertura thoracal inferior, dan

menyebar membentuk tendon. (4)

5. Mediastinum

Page 9: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

Mediastinum adalah ruangan tengah di rongga dada, sebelah anterior dibatasi

oleh sternum, sebelah posterior dibatasi vertebra thoracal dan sebelah lateral

dibatasi pleura. (4)

6. Pleura

Pleura terdiri dari :

pleura viceralis yang melekat pada paru

pleura parietalis yang membatasi dinding dada, diafragma, serta sisi

perikardium dan mediastinum.

Rongga pleura mengandung sedikit cairan pleura yang berfungsi sebagai

pelumas untuk mengurangi friksi antara kedua pleura. (4)

7. Paru – paru

Paru-paru merupakan organ respirasi. Pertukaran udara terjadi di paru melalui

bronkus, yang merupakan cabang dari trakea. (4)

8. Trakea dan Percabangan Bronkus

Trakea terdiri dari 16 – 20 cincin tulang rawan yang berbentuk setengah lingkaran

atau bulan sabit ( cresent shaped ). Tulang rawan yang bersifat elastis kuat ini,

bersama-sama membentuk trakea dalam arahan laterolateral sehingga trakea

menjadi kaku. Bagian posterior trakea dibentuk oleh jaringan elastis bersama-

sama dengan otot polos. Kedua jaringan ini membentuk suatu lapisan yang

disebut pars membranasea dari trakea. Otot di daerah ini akan aktif berkontraksi

saat ekspirasi dalam atau batuk sehingga lumen dalam menyempit.(1)

Bronkus dimulai dari bagian distal trakea yang membagi 2 menjadi bronkus

utama kanan dan kiri. Selanjutnya brokus utama ini membagi diri menjadi

bronkus lobaris. Bronkus lobaris terdapat 3 pada sisi kanan dan 2 pada sisi kiri

yang disebut bronkus segmental. Bronkus segmental membagi diri menjadi lobus

subsegmental, bronkiolus, dan cabang terakhir alveoli. (1)

Page 10: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

Bifukarsi trakea terletak sedikit di kanan midline pada ketinggian vertebra

toracalis IV – V. Benda-benda asing yang tersedak biasanya masuk ke bronkus

primer kanan.(6)

II.2 PATOFISIOLOGI

Infeksi RSV

Kolonisasi & replikasi di mukosa (terminal bronkiolus : >>)

Nekrosis sel bersilia bronkioli

Proliferasi limfosit, sel plasma & makrofag

Edema mukosa kongesti debris & mukus

Penyempitan lumen bronkioli (total/sebagian)

Respon paru

Page 11: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

BAB III

DIAGNOSA

III.1 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan :

- takipneu

- takikardi

- sianosis

- Peningkatan suhu > 38,5oC

- Pernapasan cuping hidung dan retraksi interkostal

- anak gelisah

- dada mengembang retraksi sela iga bawah

- hati dan limpa terdorong ke bawah

- perkusi : hipersonor

- auskultasi : suara nafas melemah

rales halus akhir inspirasi

ekspirasi memanjang dan wheezing expirasi

III.2 Gejala klinis

- Terutama < 2 thn dan terbanyak < 6 bln.

- Kontak dengan penderita ISPA dewasa /anak besar

- Didahului ISPA atas ringan (pilek encer, bersin,batuk)

- Kondisi memberat : distres nafas (takipnu, retraksi, nafas cuping hidung,

sianosis, takikardi)

- Terdapat wheezing, ekspirasi memanjang, crackles

- Hepar & lien teraba karena pendorongan diafragma

- Kadang-kadang : konjungtivitis ringan, otitis media, faringitis

Page 12: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

III.3 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak memberi gambaran yang khas untuk

diagnosa bronkiolitis. Kadang – kadang terjadi leukositosis penting untuk

mendiagnosa banding dengan pneumonia dan pertusis.

Pada bronkiolitis juga di lakukan “ TES SEROLOGI “ dengan antigen RSV bisa

juga dilakukan ANALISA GAS DARAH untuk penderita berat, khususnya yang

membutuhkan ventilator mekanik.

III.4 Pemeriksaan radiologis

1. Pemeriksaan foto polos thorax

Tampak gambaran hyperaerated, patchy infiltrates, diafragma mendatar

Page 13: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

Hyperexpanded lung fields, bilateral interstitial densities, and atelectasis of the

right upper lobe.

Hyperaerated Lung, Infiltrate at the upper part of right hemithorax

III.5 DIAGNOSA BANDING

Infeksi : bronkopneumonia, pertussis

Non – infeksi : asma, gastroesophageal reflux, corpus alienum saluran

napas, tracheoesophageal fistula, cystic fibrosis

Page 14: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

BAB V

MANAJEMEN TERAPI

ALGORITMA TATALAKSANA BRONKIOLITIS

Penyebab : RSV, parainfluenze, influenza,adenovirus, mycoplasma.

Usia : < 2 tahun

Gejala : Panas , pilek, batuk disusul sesak napas, wheezing ekspiratoir, sianosis (Bayi kecil : apnea)

Foto Dada : hiperinflasi, penebalan peribronkial, atelektasis , infiltrat

Periksa : kesadaran , pernapasan, wheezing, warna kulit, status hidrasi, Skor RDAI

Ringan: RDAI <3

Makan/minum normal

Dehidrasi –

Sedang : RDAI 3-15

Retraksi +, Takipnea +,

Wheezing +

Sianosis – Resiko tinggi +

Berat: RDAI > 15

Sianosis +, Sesak hebat

Dehidrasi +, Hipoksia +,

Apnea +, Makan/minum -

Rawat Jalan

Suportif

Pastikan:

pengetahuan orang tua - transportasi ke RS

Rumah Sakit

Oksigenasi

Salbutamol inhalasi : 0,1 mg/kg/dosis

Ribavirin

Antibiotika : disesuaikan

ICU/ UPI

Cek : Foto Dada, Gas Darah, EKG, Elektrolit.

Oksigen, ventilasi mekanik

Nebulasi Albuterol,

Steroid: deksametason 0,1-0,2 mg/kg/dosis IV,

Ribavirin

Antibiotika spektrum luas

Page 15: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

BAB VI

KESIMPULAN

Bronkiolitis adalah dilatasi yang ireversibel dari saluran pernafasan yang

disebabkan oleh kerusakan dinding saluran pernafasan akibat inflamasi. Penyakit

ini masih banyak diderita karena kesadaran masyarakat terhadap kesehatan masih

sangat kurang. Selain itu, masyarakat belum mengerti manfaat dari fasilitas dan

pelayanan kesehatan yang tersedia.

Padahal dengan pemeriksaan fisik dan radiologi seperti foto polos thorax,

bronkogram dan CT-scan dapat membantu menegakkan diagnosa bronkiolitis

terutama jika disertai dengan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

laboratorium. Diagnosa serta penatalaksanaan yang cepat dan tepat diharapkan

dapat menurunkan angka kematian.

Page 16: LAPORAN  radiologis bronkiolitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Alsagaf, H.: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Universitas Airlangga,

Surabaya, 2009, P: 256-261

2. Data pasien Bronkiektasis di paviliun dan poli paru RSAL dr.Ramelan

Surabaya

3. Drake, Richard L., Vogl, Wayne., Mitchell, A.w.m.,: Gray’s Anatomy for

students. Elsevier, 2005, P: 102

4. Faiz, O., Moffat, D.,: At a Glance Anatomy. Erlangga, 2005, P: 3-13

5. Mandel, W., B., C.: Principles of Pulmonary Medicine. 5th Edition. Sounders

Elsevier, Philadelphia, 2008, P: 110-115

6. Netter, F.H.: Netter’s Atlas of the Human Body. Ed I, Barron’s Educational

Series, Inc, US, P: 79-81

7. Sutton, D.: Radiology And Imaging. Vol.I, Churchill Livingstone, 2003, P:

163-165

8. Shanks, C.S., Kerley, P.: Text Book Of X Ray Diagnosis. Ed II, Volume II,

London, 1951, P : 314-317

9. Sudoyo, A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiadi S.: Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Ed IV, Dep IPD FK UI, Jakarta, 2007, P: 1038

10. West, J., B.: Pulmonary Pathophysiology The Essentials. 7th Edition. Wolters

Kluwer, Philadelphia, 2005, P: 52

11. Zevitz, M.: Pulmonary Medicine Review. Second Edition. Mc Graw-

HilMedical Publishing Division, New York, 2006, P: 61-62