bahan tambahan beton
DESCRIPTION
betonTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa
hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah
bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia
ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat.
Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan
Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di
zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu
lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad
pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari
peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan
dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu suatu cabang
ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan yang mengkaitkan
komposisi, struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat kegunaannya.semen
termasuk material yang sangat akrab dalam kehidupan kita sehari-hari.
B. Perumusan Masalah
1. Apa pengertian, kelebihan dan kekurangan dari Beton?
2. Jelaskan sifat – sifat beton ?
3. Apa saja bahan – bahan penyusun Beton ?
4. Jelaskan pengertian dari Teknologi Additive dan Admixture (bahan tambah beton) ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah kita dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari beton, dapat mengetahui sifat – sifat dan bahan penyusun beton.
1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian
umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian
diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun
perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang
khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kelebihan dan kekurangan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah sebagai
berikut.
1) Kelebihan Beton
Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan
terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran
sesuai keinginan.
Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul
beban yang berat.
Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak
maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain
itu dapat pula dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.
Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan
tahan kebakaran.
2) Kekurangan Beton
Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi
(expansion joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi
susut pengerasan dan pengembangan beton.
2
Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-
retak akibat perubahan suhu.
Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak
beton.
Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail
secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan
menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
II.2 Sifat-Sifat Beton
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan
tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu
diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain.
Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau
lebih tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat
hancur dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-
semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas
beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan
bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak
maupun tarik yang lebih besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat
terjadi bila pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal
yang sangat penting oada pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk
waktu yang lama.
3
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan
umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang
direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal
ini perlu pembatasan nialii faktor air semen maksimum maupun pembatasan dosis
semen minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan.
Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya
masih muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di
dalam perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan
retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk
pembuatan beton konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.
Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan
regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-
menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.
Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh
kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan
finishing. Atau workability adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kompaksi penuh.
II.3 Bahan-Bahan Penyusun Beton
1. Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air
atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
4
a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang
diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan
prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd.
V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone
murni.
c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari
pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida,
besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini
digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan
cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland
biasa (ordinary cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan
umum. jenis semen portland dapat dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi
kebutuhan khusus dan Segi Penggunaan
Segi kebutuhan khusus
Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan
penggunaan khusus seperti berikut.
5
Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland
cement),semen jenis ini umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau
C3A yang tinggi . dalam standar semen ASTM, semen jenis ini termasuk
semen Portland type III.
semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar
tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat
sedang adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen
ini tahan terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang
dimaksud sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa,
dan sebagainya, dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk
semen portland type II A dan type V.
semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa
(85-60 %) dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-
benda yang bersifat pozzolan (seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat
bakar, atau fly ash). Penggunaan adalah pada bangunan yang mendapat
gangguan garam sulfat atau panas rendah. Bila bahan yang dicampurkan terak
dapur tinggi, disebut semen portland terak dapur tinggi.
semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki
kadar C3S maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini
memiliki derajat pengersan yang lambat dan panas yang dihasilkannya lebih
rendah dibandingkan dengan semen lain. Penggunaannya terutama terbatas
pada turap penahan tanah gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi beton
pejal di mana suhu massa beton naik. Semen ini dalam standar ASTM
termasuk semen portland type IV.
masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur
dengan bubuk batu atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen jenis
ini adalah untuk aduk pasangan.
Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan
dasarnya mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen
ini dibatasi maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan
warna tua pada semen. Semen ini mempunyai sifat yang biasa dengan semen
portland biasa. Proses pembuatan semen ini memerlukan ketelitian tinggi dan
bahan dasarnya mahal oleh karena itu, harga semen putih lenih mahal daripada
6
semen biasa, kira-kira satu sampai empat kali smen portland biasa.
Segi Penggunaan
Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing
and Material) semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis
semen portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak
memerlukan sifat-sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan
bata, dan sebagainya. Semen ini merupakan semen yang paling banyak
digunakan yaitu 80-90% dari produksi semen portland.
Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih
rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis
ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan
rawa, pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai,
saluran-saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat digunakan
untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat
agak tinggi.
Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-
cement). Semen jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat,
sehingga dapat digunakan untuk pembuatan beton pracetak, perbaikan
bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya
perlu segera dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement)
jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas
hidarasi serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi
(penyebab retak), maka pada semen jenis ini senyawa C3S dan C3A
dikurangi. Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis
ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
7
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini
merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada
bangunan-banguan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I
alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen biasa.
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air,
dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan
bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena
masalah keterbatasan energi BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending
kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap
pengelolaan yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan
roller meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan
campuran yang homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker :
bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.
g) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan
cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena
pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga
menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut,
besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor,
dan kapur bebas.
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
8
aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan
memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum
yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;
Ditinjau dari asalnya
a. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis
batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu
dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak,
tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak
terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
o kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh
a;lam dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut.
o Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam
9
batu yang cocok digunakan untuk agregat beton yaitu:
Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk pembuatan beton.
Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah keras ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt merupakan batu api yang menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus karena pendinginan yang cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur butir kristal yang halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana digunakan untuk beton dapat menyebabkan retak-retak dan menggangggu penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini mengembang dan menyusut sesuai dengan kelembaban
Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi butiran yang berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas, seperti batu tulis yang berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya menjadi lunak, gampang pecah dan daya serapnya tinggi.
Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan daya serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini sulit dipadatkan di dalam beton.
Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites biasanya pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat.
o agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum
digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.
b. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan
khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh
agregat buatan:
klinker dan breeze
pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya
mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze
merupakan bahan residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya,
10
sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan
yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak
bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana
ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan
untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior
lainnya.
agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk
membuat bahan berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel
dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang
kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga
di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang,
kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat
pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar.
Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar
mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan
membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang
serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir
yang diperlukan.
Lelite
lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa
karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam
dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan
mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang
berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah
dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan
ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna
menghambat suara dan panas.
11
Ditinjau dari berat jenisnya
Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam.
1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan
untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah
memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih
kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh
agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai
2,7. agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang
dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40
Mpa. Betonnya dinamakan beton normal
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya
magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi
sinar X.
Ditinjau dari Bentuknya
Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat bulat, bersudut,
pipih, dan memanjang.
a) Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan
mempunyai rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya
memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan beton
yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi
maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian
mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat,
yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini
membutuhkan pasta semen lebih banyak untuk mendapatkan beton
segar yang baik (dapat dikerjakan).
b) Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan
12
permukaannya kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah
hasil pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga yang
lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik
sehingga membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik
untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
c) Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran
terlebar dan tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal
dari batu-batuan yang berlapis.
d) Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang
terpanjang dan terlebar lebih dari 3.
Ditinjau dari tekstur permukaan
a) .Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam,
obsidian.
b) Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan,
permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini:
basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
c) Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang
butiran-butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis,
dan sebagainya.
d) Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan
adanya butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
e) Agregat berpori dan berongga.
3. Air dan Bahan Campuran
Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang
dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan adalah
air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat
merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu
cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk
13
pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang
dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya
dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak
mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan baja
berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton
yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama
ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan
yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan
yang kedua disebut zat campuran.
Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat
hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan
penambah.
Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat
pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk
memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam
beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi
dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam
beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin
dan sebagainya temasuk golongan zat pendispersi.
II.4 Teknologi Additive dan Admixture (bahan tambah beton)
1. Chemical Admixture (Additive) :Bahan-bahan admixture yang dapat larut dalam air digolongkan sebagai chemical admixture
2. Mineral Admixture :Bahan-bahan admixture yang tidak dapat larut dalam air digolongkan sebagai mineral admixture
Ada 4 jenis bahan additive, yaitu:
a) Air-Entraining (AEA)
Penerapan:
- Untuk meningkatkan ketahanan beku/cair
- Untuk meningkatkan workabilitas
14
Pengaruh:
- Menghasilkan butiran-butiran udara kecil yang banyak dalam beton
Keterangan:
Efisiensi semakin berkurang seiring dengan meningkatnya suhu, kadar semen
tinggi dan kehadiran fly ash
b) Water-Reducing
Penerapan:
- Untuk meningkatkan workabilitas
- Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
- Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi
jelek
Pengaruh:
- Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
- Mengurangi kebutuhan air pencampur
- Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat
menyebabkan penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini
dapat mempengaruhi kekuatan dan porositas beton.
c) High Range water Reducer Superplasticizers (HRWR)
Penerapan:
- Untuk memfasilitasi penempatan dan pemadatan (contoh pada elemen
beton bertulang yang ditulangi dalam jumlah banyak)
- Untuk meningkatkan kekuatan
- Untuk menghasilkan bentuk permukaan yang berkualitas tinggi
- Untuk memfasilitasi pumping
Pengaruh:
- Meningkatkan fluiditas beton dengan pengaruh yang kecil pada waktu
setting
Keterangan:
Kecocokan dengan zat tambahan lain dalam campuran harus diperiksa,
penambahan kembali air pada beton lebih dari sekali untuk mengembalikan
slump dapat menyebabkan reduksi kekuatan ultimate.
d) Permeability Reducing
Penerapan:
15
- Untuk mengurangi perpindahan uap air
Pengaruh:
- Mengisi pori-pori dengan bahan-bahan yang reaktif, atau bahan penolak
air (water-repellent)
Keterangan:
Tidak akan mengubah beton kualitas rendah menjadi beton kedap air.
Pengurangan permeabilitas disebabkan oleh meningkatnya workabilitas dan
pengerjaan yang lebih baik
Sebenarnya masih ada tipe additive-additive lain, tapi pemanfaatannya sendiri untuk industri readymix di Indonesia belum maksimal. Additive-additive yang saya maksud yaitu:
VMA (viscosity-modifying admixtures)
SRA (shrinkage reducing admixture)
AWA (anti washout agent)
Tipe-tipe Mineral Admixture yaitu:
Material cementitious
Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan kalsium aluminosilikat. Contoh: Blast Furnace Slag, yaitu bahan buangan industri baja yang menggunakan tanur pijar.
Material pozzolanic
Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi oleh siliceous dan aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F, yaitu sisa buangan Industri Pembangkit Listrik yang menggunakan batubara jenis bituminous atau anthracite. Selain itu, silica fume (hasil sampingan produksi elemen silicon), juga bahan pozzolanic. Komposisinya didominasi oleh unsur amorphous silica.
Material pozzolanic dan cementitious
Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu Terbang kelas C, yaitu sisa buangan Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis lignite atau subbituminous.
Material inert
Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan buangan pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan
penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan
kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia.
Disamping mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah
dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik
sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-
bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.
Daftar Pustaka
Kirby, R. S., dan Laurson, P. G., 1932,The Early Years of Modern Civil Engineering
(NewHaven: Yale University Press), hal. 273-275.
Straub, H,. 1964, A History of Civil Engineering (Cambridge: The M.I.T. Press), hal. 205-
215.Translated from the German Die Geschichte der Bauingenieurkuntst, Verlag Birkhauser,
Basel,1949.
Kirby, R. S., dan Laurson, P. G., 1932, The Early Years of Modern Civil Engineering
(NewHaven: Yale University Press), hal. 273-275.
Ward, W. E., 1883, “Beton in Combination with Iron as a Building Material,”
Transactions ASME, 4, hal. 388-403.
Kirby, R. S., dan Laurson, P. G., 1932, The Early Years of Modern Civil Engineering
(NewHaven: Yale University Press), hal. 275. Anonim, ( )., CIP 33
http://tosimasipil.blogspot.com/2013/07/teknologi-bahan-konstruksi.html
http://zaialqudri26.blogspot.com/2012/04/teknologi-additive-dan-admixture-bahan.html
17