makalah radiasi&bahan tambahan
TRANSCRIPT
TEKNIK PENGAWETANDENGAN IRADIASI DAN ZAT TAMBAHAN
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi PanganDosen pengampu : H. Hayat Sholihin, M.Sc., Ph.D
Disusun Oleh :
Arinda Febrianti
1005237
KBK MAKANAN
PROGRAM STUDI KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap
pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara baik negara
maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup,
aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan
pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang
akan dikonsumsi.
Pengawetan bahan pangan telah banyak diterapkan untuk upaya memperpanjang masa
simpan dari bahan makanan sehingga makanan dapat di konsumsi dalam waktu yang
lama. Untuk mempertahankan mutu makanan yang berasal dari pertanaman rakyat,
perkebunan, perikanan, dan perternakan dilakukan teknik pengawetan bahan pangan
dengan berbagai cara seperti, pengeringan, pemanasan, pendinginan, pengasapan,
pengalengan, pengasinan, peragian, dan pembekuan serta cara-cara lainnya telah
dilakukan tetapi cara yang digunakan ternyata masih belum sempurna dalam
pelaksanaannya seperti pengeringan yang hanya mengandalkan sinar matahari. Oleh
karena itu, diperlukan cara lain dalam teknik pengawetan yang cukup efektif dan cukup
aman bagi kesehatan manusia. Diantaranya yaitu teknik iradiasi yang memanfaatkan
radiasi pengion, dan teknik pengawetan dengan zat tambahan makanan.
Teknik pengawetan dengan iradiasi dan zat tambahan merupakan teknik-teknik
pengawetan bahan pangan dengan cara penambahan sesuatu zat kepada bahan pangan.
Tujuan dari teknik pengawetan dengan iradiasi dan zat tambahan adalah untuk
memperpanjang umur simpan dari bahan pangan tersebut, sehingga makanan yang
semula mudah rusak dan hanya mampu bertahan sebentar, menjadi bertahan lebih lama.
Namun teknik pengawetan dengan iradiasi dan zat tambahan pun perlu diperhatikan,
karena apabila penggunaannya melebihi batas yang dianjurkan akan berbahaya bagi
kesehatan dan berbahaya pula bagi pertumbuhan generasi yang akan datang. Oleh karena
itu, produsen pangan perlu mengetahui peraturan-peratun yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah mengenai pengawetan dengan menggunakan teknik iradiasi dan zat tambahan
makanan.
1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan teknik pengawetan dengan iradiasi dan zat tambahan?
2. Bagaimanakah teknik dan prinsip pengawetan bahan makanan dengan iradiasi?
3. Bagaimanakah penerapan teknik pengawetan dengan iradiasi?
4. Bahan makanan apakah yang dapat dilakukan pengawetan dengan teknik iradiasi dan
zat tambahan?
5. Bagaimanakah pengaruh pengawetan dengan teknik iradiasi dan zat tambahan
terhadap bahan makanan?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teknik pengawetan dengan iradiasi dan zat
tambahan?
1.3 Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui definisi dari teknik pengawetan dengan iradiasi dan zat tambahan.
2. Untuk mengetahui teknik dan prinsip pengawetan bahan makanan dengan iradiasi.
3. Untuk mengetahui penerapan teknik pengawetan dengan iradiasi.
4. Untuk mengetahui bahan makanan apa saja yang dapat dilakukan pengawetan dengan
teknik iradiasi dan zat tambahan.
5. Untuk mengetahui pengaruh pengawetan dengan teknik iradiasi dan zat tambahan
terhadap bahan makanan.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teknik pengawetan dengan iradiasi
dan zat tambahan.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Teknik Pengawetan Dengan Iradiasi
2.1.1 Definisi Iradiasi Pangan
Iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan baik dengan
menggunakan zat radioaktif maupun akselelator untuk mencegah terjadinya pembusukan
dan kerusakan pangan serta membebaskan jasad renik patogen. Penggunaan radiasi untuk
pengawetan pangan mulai di pelajari secara intensif sejak tahun 1950 di Amerika Serikat
dan beberapa negara eropa yang kemudian diikuti oleh beberapa negara lain di dunia.
Perhatian dunia yang demikian besar disebabkan pengawetan dengan iradiasi ternyata
mempunyai beberapa kelebihan dan keunikan, bila dibandingkan dengan proses
pengawetan lain yang dikenal selama ini. Sifat-sifat sinar gama, sinar X, atau sinar
elektron yang digunakan dalam proses ini mempunyai daya tembus besar serta
merupakan proses yang tidak menimbulkan perubahan suhu pada bahan pangan yang
diradiasi. Sifat ini yang menyebabkan teknik iradiasi dapat digunakan untuk pengawetan
bahan pangan yang telah dikemas dalam bentuk kemasan akhir atau bahan yang telah
dibekukan, sehingga penggunaannya lebih praktis. Disamping itu mutu dan kesegaran
bahan pangan tidak berubah karena suhu tetap, dan tidak menimbulkan residu zat kimia
pada bahan pangan atau polusi pada lingkungan.
2.1.2 Teknik dan Prinsip Iradiasi Pangan
Teknik iradiasi yaitu pengawetan dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik
yang dapat menghasilkan energi dari radiasi ionisasi secara terkontrol. Gelombang
elektromagnetik ini diharapkan dapat menghasilkan foton berenergi tinggi yang
menyebabkan terjadinya ionisasi, eksitasi dan perubahan kimia pada materi yang
dilaluinya. Oleh karena itu, dibutuhkan radiasi pengion yang jika menghantam benda
apapun akan menyebabkan terjadinya partikel bermuatan listrik yang ionisasi dan
mengalami eksitasi pada materi yang dilaluinya. Untuk prosesnya, energi dari radiasi
pengion akan melewati bahan pangan, kemudian diserap dan berinteraksi dengan atom-
atom penyusun dalam bahan pangan sehingga menyebabkan ionisasi dan eksitasi. Eksitasi
tersebut dimaksudkan sebagai keadaan sel hidup yang mengalami kepekaan terhadap
pengaruh luar sedangkan untuk ionisasi yaitu perubahan senyawa kompleks atau
makromolekul menjadi senyawa sederhana seperti fraksi-fraksi. Setelah itu, bahan pangan
akan mengalami beberapa tahapan yang berupa efek setelah radiasi mengenai bahan
pangan seperti tahap fisik yaitu molekul pada bahan pangan mengalami eksitasi dan
ionisasi oleh radiasi pengion menghasilkan ion negatif dan positif , tahap fisikokimia
mengalami reaksi untuk membentuk produk berupa radikal bebas yang tidak stabil , tahap
kimia dan biologi berupa reaksi antara radikal bebas dengan molekul organik sel (DNA)
sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan terhadap molekul dalam sel dan
akan menghambat sintesis DNA serta menyebabkan proses pembelahan sel atau
metabolisme terganggu. Terakhir tahap biologis merupakan dampak dari kerusakan sel
(DNA) tergantung pada kerusakan sel yang terjadi.
Target utama iradiasi adalah mengurangi kerusakan bahan pangan dengan
mekanisme, menghancurkan mikroorganisme penyebab kerusakan, menginaktifkan
mikroorganisme penyebab penyakit, menghambat proses pematangan dan
menghancurkan serangga. Prinsip pengawetan dengan teknik iradiasi dapat dilihat di
bagan alir pada gambar1.
Gambar 1. Diagram alir prinsip pengawetan teknik iradiasi
2.1.3 Sumber Radiasi Pengion
FAO dan WHO memberi batasan penggunaan jenis energi radiasi, yaitu :
1. Radiasi elektron dengan dosis rendah maksimal 10 Mev
2. Radiasi dari sinar-X dengan dosis rendah maksimal 5 Mev
3. Radiasi sinar gamma dari radionukleotida 60Co dan 137Cs
Radiasi elektron dihasilkan dari berkas elektron yang mendapatkan energi kinetik.
Elektron akan berinteraksi dengan atom lain menghasilkan semburan elektron yang lebih
banyak dan energinya akan diserap oleh bahan yang diiradiasi. Energi yang diserap akan
menghasilkan radikal bebas dan timbul reaksi kimia pada bahan yang dilaluinya.
Elektron yang dipercepat akan meningkatkan kecepatan energi mendekati 186.000
Sumber radiasi Bahan pangan Eksitasi dan Ionisasi
Efek fisik, fisikokimia, kimia&biologis, biologis
Target utama iradiasi
mil/detik dan melepaskan energinya sehingga dapat merusak mikroba patogen yang
terbawa dalam bahan pangan. Proses ini berlangsung cepat, tidak memerlukan
peningkatan suhu dan tidak meninggalkan residu pada bahan. Iradiasi dengan berkas
elektron khususnya untuk menekan proses pembusukan akibat kontamin mikroba,
meningkatkan keamanan pangan dan mempertahankan kualitas serta mencegah
kerusakan berlanjut selama penyimpanan. Berkas elektron mengeluarkan energi sebesar
10 Mev untuk dapat menembus air sedalam 3,5 cm.
Radiasi dari sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
pendek ( 1.000-1.500 A) dan dalam bentuk gelombang seperti cahaya yang dihasilkan
bila seberkas elektron berkecepatan tinggi kepada sasaran logam dalam ruang hampa.
Sinar-X memiliki daya lebih besar untuk menembus bahan tetapi karena dibutuhkan
pengubahan energi listrik menjadi sinar-X membutuhkan biaya mahal sehingga tidak
efisien.
Sinar gamma merupakan elektromagnetik dengan panjang gelombang pendek
(rentang 10-7–10-10) yang dipancarkan oleh inti zat radioaktif yang meluruh dan
mengeluarkan energi sebesar 1 MeV untuk dapat menembus air dengan kedalaman
20-30 cm. Sinar gamma dari radionuklida 60Co dan 137Cs memiliki pengaruh yang sama
terhadap makanan yaitu tidak terjadi perubahan suhu pada saat penyinaran (suhu sekitar
4oC). Sinar gamma dari radionuklida Cobalt-60 (60Co) menghasilkan emisi sinar gamma
1,17 dan 1,33 MeV dengan radiasi β 0,31 MeV serta waktu paruh 5,2 tahun yang
meluruh dalam bentuk nikel stabil dan tidak bersifat radioaktif. Sinar gamma dari
radionuklida Cesium-137 (137Cs) menghasilkan emisi radiasi gamma 0,66 MeV dengan
radiasi β 0,51 MeV dan 1,18 MeV serta waktu paruh 30 tahun yang meluruh dalam
bentuk barium stabil dan tidak bersifat radioaktif. Dilihat dari waktu paruh, persyaratan
ramah lingkungan dan efisiensi biaya maka Kobalt-60 (60Co) banyak digunakan untuk
mengiradiasi bahan pangan skala industri maupun laboratorium.
2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Teknik Iradiasi PanganKomponen utama dalam peralatan pengawetan bahan iradiasi ini, yaitu:
1. Sumber radiasi pengion
Radiasi pengion memiliki 3 jenis sumber tergantung dari penggunaan jenis
radiasi yaitu mesin pemercepat elektron, mesin pembangkit sinar-X (sumber
isotop berenergi tinggi), dan radionuklida buatan penghasil sinar gamma.
a. Mesin pemercepat elektron
Prinsip kerja alat ini yaitu menghasilkan berkas elektron dari filamen
logam tungsten yang dipanaskan. Berkas elektron difokuskan dan dipercepat
dalam tabung akselerator vakum bertegangan tinggi. Mesin ini dilengkapi
penghisap dan pembuangan produksi ozon yang dapat menimbulkan bau
(radiation odour) pada bahan pangan akibat penyinaran, maka proses kontrol
terhadap produksi ozon (kadarnya sedikit) akibat penyinaran dapat dicegah
dengan cara dihisap keluar maupun dibuang dengan teknik lain. Sistem mesin
elektron ini harus memperhatikan beberapa faktor yaitu perbandingan dosis
maksimum dan minimum, efisiensi fraksi elektron yang diserap tergantung
dosis yang bermanfaat, berat, volume, jenis produk, kemasan, ketebalan,
ukuran, kondisi iradiasi (dosimetri, suhu pangan, dan oksigen), tegangan
pemercepat arus berkas, dan lebar berkas radiasi. Keunggulan mesin
pemercepat elektron yaitu, memiliki kemampuan mengiradiasi tinggi,
prosesnya ekonomis, mudah dioperasikan, tidak meluruh, dan tidak
meninggalkan residu. Kelemahannya yaitu memiliki berbagai parameter yang
rumit yang mempengaruhi efisiensi proses dan distribusi dosis selain itu hanya
cocok untuk bahan tipis dan produk cair.
Gambar 1. Mesin Pemercepat Elektron
b. Mesin pembangkit sinar-X
Mesin sinar-X menghasilkan arus listrik yang akan memanaskan filamen
di katode dan menimbulkan awan elektron di sekitar filamen, akibat adanya
tegangan di antara katode (-) dan anode (+) maka elektron akan bergerak ke
arah anode. Pergerakan elektron diarahkan oleh focusing cup menuju target
agar terjadi tubrukan yang menghasilkan sinar X yang keluar tabung vakum
melalui jendela. Peralatan yang tersedia untuk pengolahan pangan umumnya
merupakan modifikasi mesin yang digunakan untuk keperluan kedokteran dan
radiografi industri tetapi kurang cocok untuk keperluan pengolahan pangan.
Gambar 2. Mesin Pembangkit Sinar-X
c. Radionuklida buatan penghasil sinar gamma
Sinar gamma dari radionuklida 60Co pada aplikasinya dilindungi oleh
pembungkus stainless steel dan disimpan di dalam kolam air deioniasasi pada
kedalaman 6 meter yang terletak di dalam ruangan berlapis tebal. Kapasitas
sumber radiasinya ≥ 3 MCi dan efisiensi penyerapan dosis 100% sehingga
mampu mengiradiasi bahan pangan 4,44 ton/detik pada dosis 10 Gy atau 10
kGy untuk mengiradiasi 16 ton/jam. Keunggulan sinar gamma yaitu dapat
mengiradiasi produk dalam bentuk besar, densitas tinggi, dan dalam wadah
yang tebal sedangkan kelemahannya yaitu radiasi bersifat sinambung dan
tidak dapat dimatikan sehingga tidak efisien waktu.
2. Wadah atau sel
Wadah atau sel terdapat dua fungsi yaitu untuk meletakkan bahan yang akan
diiradiasi dan tempat yang terlindungi atau dirancang khusus untuk mencegah
radiasi terhadap pekerja.
3. Alat pengendali radiasi
Komponen ini terletak diluar sel dan berfungsi sebagai pengendali untuk
mengatur dan memantau jalannya radiasi. Alat ini mengendalikan gerakan
sumber radiasi dari tempat penyimpanan ke posisi penggunaan dan sebaliknya,
mengendalikan kerja sistem pengangkutan pangan yang membawa bahan pangan
masuk dan keluar dari sel. Proses iradiasi berdasarkan rancangan dan pengaturan
fisik terdapat dua tipe yaitu :
Tipe jirangan (bergantian)
Pada sarana ini, sejumlah bahan diiradiasi pada waktu tertentu
yaitu wadah (sel), tempat peletakkan bahan yang akan diiradiasi
dikosongkan kemudian diisi kembali dengan bahan yang akan
diiradiasi. Keuntungan tipe ini yaitu lebih sederhana, lebih mudah
diubah-ubah tipe produknya, dapat digunakan untuk dosis yang
beragam, mudah diterapkan pada skala percobaan.
Tipe sinambung
Untuk sarana ini, bahan pangan dilewatkan ke dalam sel pada laju
yang diatur dan sudah diperhitungkan untuk memastikan bahwa
seluruh bahan mendapat dosis yang tepat. Keuntungan tipe ini yaitu
dapat dilakukan dalam jumlah besar pangan dan lebih diterapkan pada
skala industri.
Gambar 3. Alat Pengendali Radiasi Tipe Sinambung
2.1.5 Persyaratan Aplikasi Teknik Iradiasi Pangan
Semua jenis bahan pangan dapat diiradiasi tetapi harus disesuaikan dengan tujuan dan
dosis yang dibutuhkan untuk memberikan efek yang diinginkan. Hal yang perlukan
diperhatikan seperti:
1. Penggunaan dosis radiasi yang tepat.
Dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan
pangan dan faktor kritis pada iradiasi pangan. Dosis radiasi yang tinggi dapat
menyebabkan perubahan inderawi (aroma dan tekstur) terutama pada bahan
pangan hewani seperti hasil olahan susu. Jika pada sayuran dan buah-buahan
dapat menyebabkan pelunakan dan peningkatan permeabilitas jaringan. Besarnya
dosis tergantung pada jenis pangan dan tujuan iradiasi, sekarang dosis yang
dianjurkan tidak melebihi 10 kGy, energi ini sangat kecil karena setara dengan
jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu air 2,4oC, sehingga
perubahan yang terjadi sangat kecil dan aman dikonsumsi manusia. Agar
pengukuran dosis tepat maka dengan menggunakan sistem dosimetri yaitu metode
pengukuran dosis serap radiasi terhadap produk berdasarkan pada pengukuran
ionisasi hasil radiasi.
2. Makanan yang akan diiradiasi dan bahan pengemasnya harus cocok mutunya,
kriteria yang memenuhi persyaratan, yaitu tahan terhadap iradiasi dan keadaan
penyimpanan, bahan pengemas tidak menghantarkan bahan material ke produk
dan bahan kimia yang dapat memperngaruhi cita rasa dari produk tersebut, dan
bahan pengemas memiliki ketahanan penutup yang baik. Daftar kemasan produk
bahan pangan untuk diiradiasi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Daftar kemasan untuk produk bahan pangan
3. Kondisi lingkungan radiasi harus mengurangi bahkan meniadakan oksigen dan
kondisi suhu pangan dipertahankan rendah tidak melebihi suhu 4oC. Hal ini
disebabkan suhu yang tinggi akan memicu dekomposisi inisiator radikal bebas dan
pengaruh oksigen akan membentuk peroksida yang bereaksi dengan radikal bebas
pada saat bahan pangan diiradiasi.
2.1.6 Penerapan Iradiasi pada Bahan PanganBeberapa contoh penggunaan radiasi untuk meningkatkan keamanan dan mutu
pangan berdasarkan perizinan dosis radiasi menurut Komisi Codex Alimentarius Gabungan
FAP/WHO. Daftar bahan pangan yang dapat diiradiasi berdasarkan tujuan dan dosis radiasi
dapat dilihat pada tabel 2 .
Target iradiasi dibagi menjadi 3 kelompok :
1. Dosis rendah (0,05-0,15 kGy)
Iradiasi pada dosis rendah dapat menghambat pertunasan dalam jangka waktu lama
dan untuk mengawetkan berbagai sifat yang diinginkan (0,03-0,20 kGy), misalnya seperti
kentang yang disimpan dalam keadaan suhu ruang akan bertunas kurang lebih 3 bulan,
hal ini tergantung dari jenis kentang dan penyimpanan tetapi dengan iradiasi menurut
penelitian, pertunasan akan terhambat hingga setahun. Iradiasi dosis rendah juga dapat
membasmi dan menghentikan tahap perkembangan serangga perusak hingga 0,50 kGy
pada biji-bijian dan buah-buahan terutama yang dilakukan karantina, iradiasi dapat
membasmi lalat buah dan larva yang bersembunyi dalam biji buah.
Tabel 2. Daftar bahan pangan yang dapat diiradiasi
Tujuan Dosis (kGy) Produk
Dosis rendah (s/d 1 kGy)
Pencegahan pertunasan 0,05-0,15 Kentang, bawang putih, Bombay, jahe
Pembasmi serangga dan penyakit
0,15-1,50 Serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan, dan daging kering
Perlambatan proses fisiologis
0,50-1,00 Buah dan sayuran segar
Dosis sedang (1-10 kGy)
Perpanjang masa simpan 1,00-3,00 Buah-buahan, sayuran, hasil laut, dan daging ekspor
Pembasmi mikroorganisme perusak dan patogen
1,00-5,00 Buah dan sayuran
Perbaikan sifat teknologi pangan
2,00-7,00 Daging, tepung, telur, udang, rempah-rempah, bumbu nabati kering, konsentrat protein dan enzim
Dosis tinggi (10-50 kGy)
Pensterilan industri, pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan komponennya
10-50 Makanan kering, makanan pengemas, makanan kaleng, susu, hasil olahan susu, dan sari buah.
2. Dosis sedang (1,0-7,0 kGy)
Iradiasi pada dosis sedang dapat memperpanjang masa simpan pangan yang mudah
rusak kemudian memperlambat pematangan dan penuaan buah dan sayuran terutama
produk yang akan diekspor bertahan hingga 1-2 minggu (1,0-3,0 kGy) membasmi
mikroorganisme penyebab kerusakan atau pembusukan pangan (1,0-5,0 kGy) kemudian
membasmi parasit seperti cacing bulat Trichinella spiralis pada daging babi serta
memberantas penyakit yang terbawa pada makanan. Perbaikan sifat teknologi pangan
(2,0-7,0 kGy) seperti pada daging, tepung, telur, dan udang tanpa terjadi perubahan
kemudian rempah-rempah, bumbu nabati kering, daun obat, konsentrat protein, dan enzim
tanpa akibat buruk pada aroma, rasa dan tekstur. Bahan pangan mudah rusak seperti buah,
sayuran, daging, dan hasil laut dapat diperpanjang dengan gabungan perlakuan
penyimpanan pada suhu rendah dan radiasi dosis sedang . contoh lainnya seperti
kombinasi perlakuan panas (perendaman dalam air panas), iradiasi sedang, dan
pengemasan yang tepat dapat dilakukan pada buah.
3. Dosis tinggi (10-50 kGy)
Iradiasi dosis tinggi untuk tujuan pensterilan komersial terhadap makanan kering dan
dekontaminasi berbagai makanan pengemas, pengalengan dan pemanasan seperti susu ,
hasil olahan susu, dan sari buah dengan dosis 15-25 kGy. Dosis tinggi hanya digunakan
untuk tujuan khusus dan jarang tetapi hasil sidang FAO, WHO, dan IAEA di Jenewa pada
tahun 1997 menyimpulkan bahwa dosis diatas 10 kGy tidak menyebabkan kehilangan zat
gizi yang dapat berdampak terhadap status gizi manusia.
2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Iradiasi PanganBerbagai aspek penggunaan iradiasi terhadap bahan pangan yang banyak memberikan
keuntungan yaitu:
1. Memperbaiki mutu pangan
Proses iradiasi mempengaruhi struktur molekul bahan pangan dalam hal yang
menguntungkan, misalnya sayuran kering yang diiradiasi menjadi lebih cepat lunak
bila dilakukan pemasakan akibat pengaruh radiasi terhadap struktur polisakarida.
Contoh lainnya seperti buah anggur yang diiradiasi saribuahnya dapat diperas dengan
peningkatan 10-20% diakibatkan permeabilitasnya dinding selnya bertambah akibat
iradiasi, dan untuk mencegah pertunasan, sintesis klorofil yang menyebabkan
penebalan kulit yang akan dibuang pada waktu pengupasan, dan kandungan solanin
golongan alkaloid bersifat racun pada kentang dan tomat selama penyimpanan akan
ikut terhambat. Gambar pengaruh iradiasi terhadap kentang dan stroberi dapat dilihat
pada gambar 2.
Tidak diiradiasi diiradiasi tidak diiradiasi diiradiasi
Gambar 2. pengaruh iradiasi terhadap kentang dan stroberi
2. Memperbaiki higienitas bahan pangan
Iradiasi sangat efektif menghilangkan mikroba pantogen penyebab keracunan
makanan seperti Salmonella pada daging, telur, udang, dan sebagainya. Salmonella
dapat dihilangkan dalam bahan pangan segar ataupun yang telah dibekukan.
3. Membasmi serangga perusak bahan pangan
Gangguan serangga banyak terjadi pada padi-padian, bebijian, dan bahan pangan
kering seperti beras, jagung, jenis-jenis kacang, rempah-rempah, kopi, ikan kering,
dan tepung terigu. Cara konvensional yang dilakukan fumigasi atau penyemprotan
dengan insektisida yang pada akhirnya akan terbawa bahan pangan dan
membahayakan kesehatan. Iradiasi efektif membasmi serangga dengan dosis rendah
dan semua jenis serangga dapat dilumpuhkan.
4. Menurunkan residu zat kimia pada bahan pangan
Teknik iradiasi dapat menggantikan atau menurunkan jumlah pemakaian zat
pengawet kimia karena zat kimia tambahan pada bahan pangan umumnya
berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
5. Prosesnya lebih cepat dan praktis
Iradiasi prosesnya lebih cepat, praktis dan lebih efektif dalam kasus perlakuan
untuk karantina buah-buahan tropis. Sebelum diimpor,buah-buahan tropis dilakukan
disinfektasi karena sering terdapat larva serangga yang terkurung dalam daging buah
atau biji, selain disinfektasi cara lainnya dengan dialiri uap panas atau difumigasi,
perlakuan tersebut kurang efektif karena dapat menurunkan mutu produk akibat
kenaikan suhu dan membutuhkan waktu yang agak lama.
Selain keuntungan, teknik iradiasi juga dapat memberikan kelemahannya, yaitu :
1. Menimbulkan permasalahan meliputi aspek gizi, aspek mikrobiologis, dan aspek
toksikologi.
a) Aspek gizi, iradiasi menghasilkan perubahan kimiawi pada bahan makanan yang
dapat menyebabkan perubahan komposisi gizinya, sifat dari perubahan-perubahan
itu tergantung pada komposisi gizi, dosisi radiasi, dan faktor-faktor luar seperti
suhu dan keberadaan udara. Beberapa vitamin seperti riboflavon, niasin, dan
vitamin D tahan terhadap radiasi, tetapi vitamin E, A, dan tiamin sangat sensitif
terutama jika dosis tinggi akan menyebabkan pengurangan kuantitatif vitamin dan
juga bila udara masih ada dalam kemasan pada saat produk diiradiasi.
b) Aspek mikrobiologis yang mungkin timbul adalah sifat resistensi atau efek
mutagenik dan peningkatan patogenitas mikroba. Daya tahan berbagai jenis
mikroorganisme terhadap radiasi secara berurutan, yaitu spora
bakteri>khamir>kapang>bakteri gram positif> bakteri gram negatif. Toksin tidak
terbentuk pada produk-produk yang disimpan pada suhu rendah sekitar 5oC.
c) Aspek toksikologi mungkin memunculkan kekhawatiran yang disebabkan adanya
senyawa radioaktif pada makanan yang diradiasi. Misalkan, seperti bahan pangan
yang mengandung air (40-90%) akan menyebabkan ionisasi dari bagian molekul-
molekul air dengan pembentukan hidrogen dan radikal hidroksil yang sangat
reaktif dan bertindak sebagai zat pereduksi ataupun pengoksidasi. Oleh karena itu
terdapat pengaruh tidak langsung dari iradiasi jaringan-jaringan lembab yang
disebabkan oleh air yang diaktivasikan.
2. Berpengaruh pada sifat fisik seperti radiasi cenderung melunakkan pangan terutama
buah-buahan dan muncul rasa ,aroma, dan warna yang tidak diinginkan pada daging
oleh karena itu keadaan daging harus beku dan bebas udara agar tidak terjadi
perubahan menjadi cokelat dan dosis radiasi harus sesuai dengan tujuan pemakaian.
3. Tingkat kepercayaan konsumen rendah yang masih menganggap iradiasi dapat
meninggalkan sifat radioaktivitas.
2.2 Teknik Pengawetan Dengan Zat Tambahan Makanan
2.2.1 Definisi Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan pengawet pada makanan dan minuman berfungsi
menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, menghindarkan oksidasi makanan
sekaligus menjaga nutrisi makanan. Pengawet makanan ini merupakan salah satu teknik
untuk pengawetan dengan cara menambahkan suatu bahan kimia tertentu dengan jumlah
tertentu yang diketahui memiliki efek mengawetkan dan aman untuk dikonsumsi manusia.
Secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. GRAS (Generally Recognized as Safe), zat pengawet yang umumnya bersifat aman,
sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali. Contohnya gula dan garam
2. ADI (Acceptable Daily Intake), zat pengawet yang selalu ditetapkan batas
penggunaan hariannya guna melindungi kesehatan konsumen. Contohnya asam
benzoat, natrium benzoat, asam sorbat, natrium nitrit, asam propionat, sulfur dioksida,
dll.
3. Zat pengawet yang berbahaya untuk dikonsumsi. Contohnya formalin, boraks,
natamysin dan kalium asetat.
2.2.2 Jenis Zat Pengawet TambahanSesuai dengan peraturan menteri kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 terdapat 26
jenis pengawet yang diijinkan untuk ditambahkan ke dalam makanan dan minuman. Jenis
pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri dari asam asetat, kalsium asetat,
natrium asetat, asam benzoat dan garamnya (kalium benzoat, kalsium benzoat, dan natrium
benzoat), asam propionat dan garamnya (kalium propionat, kalsium propionat, dan natrium
propionat), asam sorbat dan garamnya (kalium sorbat, kalsium sorbat, dan natrium sorbat),
belerang dioksida dan garam sulfit (kalium bisulfit, kalium metabisulfit, kalium sulfit,
kalsium bisulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, dan natrium sulfit), p-hidroksibenzoat
(etil p-hidroksibenzoat, metil p-hidroksibenzoat, dan propil p-hidroksibenzoat), lisozim
hidroklorida, nitrat (kalium nitrat dan natrium nitrat), dan nitrit (kalium nitrit dan natrium
nitrit).
Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Zat pengawet organik lebih
banyak dipakai daripada yang organik karena bahan ini lebih mudah dibuat dan dipakai
dalam bentuk asam maupun garamnya seperti asam sorbat, asam propionat, asam benzoat dan
asam asetat. Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, nitrat dan
nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2, garam Na, atau K-sulfit, bisulfit dan
metabisulft. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit yang tak terdisosiasi dan
terutama terbentuk pada tingkat keasaman (pH) dibawah 3.
Pengawet ada dua macam yaitu :
1. Pengawet Alami
a. Gula merah : selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan seperti
halnya gula tebu.
b. Garam : Ikan asin dapat bertahan hingga berbulan-bulan karena pengaruh garam.
c. Kunyit : selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. Dengan penggunaan
kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
d. Kulit kayu manis : kulit kayu yang berfungsi sebagai pengawet karena banyak
mengandung asam benzoat. Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan
pemberi aroma.
e. Cengkih : Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma.
2. Pengawet Buatan
a. Asam Benzoat
Asam benzoat (C6H5COOH) dan garamnya merupakan bahan pengawet yang banyak
digunakan secara luas pada bahan makanan yang bersifat asam. Bahan ini efektif untuk
mencegah pertumbuhan khamir, kapang dan bakteri pada tingkat keasaman pH 2.5 – 4.0.
b. Sulfit
Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan
kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan ini.
c. Propil galat
Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan permen
karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga dapat digunakan
sebagai antioksidan.
d. Garam nitrit
Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan ini terutama
sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging olahan
seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering. Perkembangan mikroba
dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya, pertumbuhan clostridia di dalam
daging yang dapat membusukkan daging.
e. Propianat
Jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan
garam kalium atau natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat
menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang menyebabkan kerusakan bahan
makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya menggunakan bahan ini.
Propionat efektif terhadap kapang dan beberap khamir pada makanan dan minuman
dengan tingkat keasaman pH diatas 5.
f. Sorbat
Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat. Sorbat sering
digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar. Asam sorbat
sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak mempengaruhi cita rasa
makanan pada tingkat yang diperbolehkan. Sorbat lebih aktif pada makanan dengan
tingkat keasaman tinggi.
Tabel 3. Penggunaan Bahan Pengawet pada Makanan
dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Bahan pengawet Produk pangan Pengaruh terhadap kesehatan
Ca-benzoat Sari buah, minuman ringan,
minuman anggur manis, ikan
asin
Dapat menyebabkan reaksi
merugikan pada asmatis dan yang
peka terhadap aspirin
Sulfur dioksida
(SO2)
Sari buah, cider buah kering,
kacang kering, sirup, acar
Dapat menyebabkan pelukaan
lambung, mempercepat serangan
asma, mutasi genetik, kanker dan
alergi
K-nitrit Daging kornet, daging kering,
daging asin, pikel daging
Nitrit dapat mempengaruhi
kemampuan sel darah untuk
membawa oksigen, menyebabkan
kesulitan bernafas dan sakit
kepala, anemia, radang ginjal,
muntah
Ca-/Na-propinat Produk roti dan tepung Migrain, kelelahan, kesulitan tidur
Na-metasulfat Produk roti dan tepung Alergi kulit
Asam sorbat Produk jeruk, keju, pikel dan
salad
Pelukaan kulit
Natamysin Produk daging dan keju Dapat menyebabkan mual,
muntah, tidak nafsu makan, diare,
dan pelukaan kulit
K-asetat Makanan asam Merusak fungsi ginjal
BHA Daging babi segar, dan
sosisnya, minyak sayur,
Menyebabkan penyakit hati dan
shortening, kripik kentang,
pizza keju, the instan
kanker
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Zat Pengawet Makanan
Keuntungan zat pengawet makan adalah sebagai berikut :
1. Dapat mencegah reaksi yang dapat membahayakan kesehatan dari suatu bahan
makanan jika makanan tersebut sudah disimpan terlalu lama.
2. Membuat penampakan luar dari suatu makanan menjadi lebih menarik.
3. Dapat menghasilkan makanan yang tahan untuk disimpan dalam waktu yang relatif
lama.
Selain keuntungan, penambahan zat pengawet makanan pun dapat merugikan. Berikut
ada beberapa kerugian dalam penggunaan zat pengawet makanan, diantaranya :
1. Pada zat pengawet buatan, terdapat bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi
kesehatan serta dapat menimbulkan berbagai penyakit berbahaya.
2. Zat pengawet buatan tidak memiliki nilai gizi.
BAB IIIKESIMPULAN
Teknik iradiasi merupakan salah satu upaya pengawetan bahan makanan dengan cara
memanfaatkan gelombang elektromagnetik pada dosis tertentu. Sedangkan
pengawetan dengan zat tambahan makanan adalah penambahan suatu zat kimia
tertentu dengan jumlah tertentu kedalam suatu makanan yang dapat mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Penggunaan iradiasi akan mengakibatkan perubahan kimia dan biologis dalam bahan
makanan yang diiradiasi. Sedangkan teknik iradiasi dapat mempertahankan mutu,
umur simpan dan ketahanan bahan makanan.
Hampir semua bahan pangan dapat dilakukan pengawetan dengan teknik iradiasi dan
penambahan zat pengawet makanan, namun tergantung dari tujuan dan dosis
pemakaian.
Teknik pengawetan dengan iradiasi yang dosisnya sesuai aturan akan berdampak baik
pada bahan pangan. Begitu juga dengan penggunaan zat pengawet makanan perlu
diperhatikan jumlah dan jenis zat pengawet yang diperbolehkan, karena jika tidak
dapat berdampak buruk terhadap kesehatan apabila dikonsumsi berlebih dan tidak
sesuai aturan.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, D. 2002. Bahan Kuliah Iradiasi Pangan. Semarang: Universitas Semarang.
Dwiloka, B. 2002. Bahan Kuliah Iradiasi Pangan. Semarang: Universitas Semarang.
Effendi, Supli. 2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung: Alfabeta.
Fardiaz, D. 2006. Teknologi Iradiasi Untuk Meningkatkan Keamanan Pangan. Jakarta:
Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi.
Irawati, Z. 2008. Perkembangan dan Prospek Proses Radiasi Pangan di Indonesia. Jurnal
Teknologi & Industri Pangan.Vol XIX(2),1170-177.
Safitri,R, dan Fitri,L. 2010. Kajian Pemanfaatan Radiasi Sinar Gamma (CO-60) Pada Sistem
Pengawetan Makanan Studi Kasus Pada Serbuk Cabai. Jurnal Sigma. Vol 13(2),115-
122.
Simatupang, P.S.M. 1983. Aspek Pengaturan Makanan dengan Radiasi. Jakarta: Risalah
Seminar Nasional.
LAMPIRAN
Pertanyaan
1. Mengapa pada proses iradiasi pangan kondisi lingkungan harus mengurangi bahkan
meniadakan oksigen? Apa pengaruhnya terhadap bahan pangan? (Laras Puspita)
Jawab :
Pada saat proses iradiasi harus mengurangi atau bahkan meniadakan oksigen
(penghilangan udara), hal ini bertujuan untuk mencegah berlangsungnya reaksi
kimiawi dan enzimatis yang dipicu oleh oksigen, juga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme aerobik. Selain itu pengaruh oksigen akan membentuk peroksida
yang bereaksi dengan radikal bebas pada saat bahan pangan diiradiasi.
2. Apa pengaruh pengawetan secara iradiasi terhadap bahan pangan? (Serra Oktaviani)
Jawab :
Pengaruh iradiasi terhadap bahan pangan dapat dibedakan atas pengaruh langsung dan
pengaruh tidak langsung.
a. Pengaruh langsung
Iradiasi dapat merusak sel-sel jaringan, seperti sinar gamma atau beta pada
pigmen tertentu akan menyebabkan perubahan warna, pada molekul
protein akan menyebabkan perubahan tekstur dan menimbulkan bau rasa
dan flavor yang tidak disuka, pada lemak dapat menghasilkan peroksida-
peroksida sehingga menghasilkan bau yang tidak disukai, dengan vitamin
akan menyebabkan vitamin tersebut rusak terutama vitamin A, C dan B1
yang paling sensitif terhadap irradiasi. Namun berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa makanan yang di-iradiasi sampai dosis 1 kGy tidak
menimbulkan perubahan yang nyata, tidak menyebabkan kehilangan zat
gizi yang dapat berdampak terhadap status gizi manusia.
b. Pengaruh tidak langsung
Bila terjadi benturan sinar gamma dengan sel atau molekul tertentu akan
menghasilkan pasangan-pasangan ion radikal bebas. Benturan dengan air
akan menyebabkan molekul air pecah menjadi radikal hidrogen (*H) dan
radikal hudroksil (*OH) yang bersifat sangat reaktif. Radikal-radikal ini
dapat bereaksi satu sama lain dengan oksigen, molekul-molekul organik,
anorganik atau dengan ion-ion yang terlarut dalam air.
3. Mengapa pada saat proses iradiasi suhu lingkungan harus tetap di jaga pada 4ºC?
Apakah iradiasi pangan hanya bisa diterapkan untuk makanan frozen saja? (Egi
Tritya)
Jawab :
Iradiasi pangan bisa diterapkan pada berbagai bahan pangan, tidak hanya untuk
makanan frozen saja. Namun pada saat proses iradiasi, kondisi lingkungan radiasi
harus dipertahankan rendah tidak melebihi suhu 4ºC. Hal ini disebabkan suhu tinggi
akan memicu dekomposisi inisiator radikal bebas. Setelah proses iradiasi berlangsung,
bahan pangan hasil iradiasi dapat disimpan pada suhu kamar, suhu tinggi ataupun
suhu rendah.
4. Apakah dalam proses iradiasi pangan, bahan pangan yang akan diiradiasi harus
dibungkus dengan kemasan atau tidak?
Jawab :
Pada saat proses iradiasi pangan, sumber radiasi tidak bisa langsung mengenai bahan
pangan yang akan diiradiasi. Bahan pangan yang akan diiradiasi terlebih dahulu harus
dikemas dengan kemasan tertentu, sesuai dengan dosis iradiasi yang akan diterapkan.
Dibawah ini disajikan tabel daftar kemasan untuk produk bahan pangan.
Tabel daftar kemasan untuk produk bahan pangan