bab i pendahuluan -...

16
1 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan salah satu industri yang dikembangkan dalam upaya untuk meningkatkan laju pembangunan nasional (Soebagyo, 2012). Selain itu juga berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dikatakan bahwa kehadiran pariwisata merupakan sektor ekonomi alternatif yang dipandang mampu untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata. Berdasarkan data dari Bappenas (2011), sektor pariwisata telah menyumbang sebesar 8,53 juta orang, 7,75% dari tenaga kerja nasional. Dengan mengembangkan sektor pariwisata sebagai sumber devisa negara, maka pemasukan devisa dari sektor ini terus menunjukan peningkatan yang berarti. Kontribusinya terhadap perolehan devisa secara substansial terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappenas (2011) sepanjang Januari - Agustus 2010 sektor pariwisata telah menyumbang devisa sebesar US$ 4.63 miliar. Pada tahun 2011, kontribusi yang diberikan melalui sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional adalah sebesar US$ 8,55 miliar. Dan pada tahun 2012, sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 9,12 miliar. Peningkatan penerimaan devisa dalam sektor pariwisata pada tahun 2012 tidak hanya bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 7,64 juta di tahun 2011 dan menjadi 8,04 juta ditahun 2012, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran dari US$ 1.118,26 di tahun 2011, menjadi US$1,133,81 di tahun 2012. Begitu juga dengan perkembangan pariwisata yang terjadi di berbagai daerah. Hadirnya pariwisata menjadi salah satu sektor yang

Upload: truongliem

Post on 09-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

1

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan

salah satu industri yang dikembangkan dalam upaya untuk

meningkatkan laju pembangunan nasional (Soebagyo, 2012). Selain itu

juga berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

dikatakan bahwa kehadiran pariwisata merupakan sektor ekonomi

alternatif yang dipandang mampu untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata. Berdasarkan data dari

Bappenas (2011), sektor pariwisata telah menyumbang sebesar 8,53 juta

orang, 7,75% dari tenaga kerja nasional.

Dengan mengembangkan sektor pariwisata sebagai sumber

devisa negara, maka pemasukan devisa dari sektor ini terus

menunjukan peningkatan yang berarti. Kontribusinya terhadap

perolehan devisa secara substansial terus meningkat dari tahun ke

tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappenas (2011)

sepanjang Januari - Agustus 2010 sektor pariwisata telah menyumbang

devisa sebesar US$ 4.63 miliar. Pada tahun 2011, kontribusi yang

diberikan melalui sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) nasional adalah sebesar US$ 8,55 miliar. Dan pada tahun 2012,

sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 9,12 miliar.

Peningkatan penerimaan devisa dalam sektor pariwisata pada tahun

2012 tidak hanya bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan

mancanegara dari 7,64 juta di tahun 2011 dan menjadi 8,04 juta

ditahun 2012, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata

pengeluaran dari US$ 1.118,26 di tahun 2011, menjadi US$1,133,81 di

tahun 2012.

Begitu juga dengan perkembangan pariwisata yang terjadi di

berbagai daerah. Hadirnya pariwisata menjadi salah satu sektor yang

Page 2: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

2

ikut berperan dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat

(Wijaya, 2013) khususnya di wilayah-wilayah tertentu yang memiliki

potensi objek wisata. Namun dalam kenyataannya, perkembangan

pariwisata pada tingkat nasional yang berdampak positif terhadap

peningkatan devisa negara juga dapat memberikan dampak negatif bagi

masyarakat pada daerah tujuan wisata yang memanfaatkan peluang

kehadiran pariwisata sebagai sumber penghasilan ekonomi. Hal ini

diakibatkan karena masalah kebocoran (Leakage) dalam pembangunan

pariwisata.

Dalam buku tentang Kebijakan pengembangan Pariwisata

berbasis Democratic Governance (2011) dijelaskan bahwa kebocoran

yang terjadi dalam pembangunan pariwisata dapat diakibatkan karena

kebocoran import dimana permintaan terhadap pemenuhan kebutuhan

wisatawan yang yang berstandar internasional dalam industri

pariwisata seperti penyediaan fasilitas, bahan makanan dan minuman

import yang tidak mampu untuk disediakan oleh masyarakat setempat.

Dan kebocoran export yang disebabkan karena dalam pembangunan

destinasi wisata khususnya pada daerah-daerah yang cenderung

memerlukan modal dan investasi yang besar untuk membangun

infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya. Kondisi seperti ini, akan

mengundang masuknya penanam modal asing yang memiliki modal

yang kuat untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan

infrastruktur pariwisata. Sebagai imbalannya, keuntungan dari usaha

dan investasi yang dilakukan oleh para pemilik modal akan mendorong

uang mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa dihalangi.

Sedangkan masyarakat setempat yang tinggal di daerah dimana

kegiatan pariwisata itu hadir dan berkembang tidak memperoleh

manfaat sehingga berpengaruh kepada ketidaksejahteraan kehidupan

ekonomi rumah tangga.

Kehadiran pariwisata pada sebuah daerah akan memberikan

manfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat setempat apabila tidak

terjadi kebocoran dalam pembangunan pariwisata karena pemenuhan

akan kebutuhan dapat dipenuhi oleh masyarakat pada daerah tersebut.

Akan tetapi ketika masalah kebocoran tidak dapat dihindari maka

kehadiran pariwisata tidak dapat memberikan manfaat bagi kehidupan

masyarakat setempat karena pendapatan yang diperoleh dari kehadiran

Page 3: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

3

pariwisata tidak berputar di lokasi dimana pariwisata itu berkembang.

Oleh karena itu pembangunan usaha untuk pertumbuhan ekonomi

pada tingkat lokal juga menjadi bagian penting bagi peningkatan

kehidupan ekonomi masyarakat pada sebuah daerah (Saarinen, 2014).

Hal serupa seperti yang ditemukan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Sudipa (2014) bahwa hadirnya pariwisata tidak mampu

untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat namun membuat

kehidupan masyarakat di daerah setempat menjadi lebih miskin.

Berbagai alasan yang membuat sehingga manfaat yang diterima oleh

masyarakat melalui kehadiran pariwisata tidak memberikan dampak

positif terhadap peningkatan ekonomi hal ini dikarenakan masyarakat

tidak dilibatkan dalam partisipasi mendukung jalannya kegiatan

pariwisata. Penyebab dari tidak dilibatkan masyarakat dalam kegiatan

pariwisata antara lain kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh

masyarakat lokal dan adanya penanaman modal asing (Chheang, 2010).

Hal inilah yang mengakibatkan sehingga keuntungan yang diperoleh

dari usaha dan investasi yang dilakukan akan mendorong uang mereka

kembali ke pemilik modal tanpa bisa dihalangi sehingga membuat

masyarakat menjadi kelompok yang termarjinalkan dari kesempatan

berusaha di bidang pariwisata.

Namun dari penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe

(2007), ditemukan bahwa ketika kehadiran pariwisata yang direspon

dengan baik oleh daerah maupun masyarakat maka akan memberikan

kontribusi yang positif terhadap peningkatan ekonomi. Peningkatan

ekonomi dari hadirnya pariwisata tersebut akan berpengaruh terhadap

kondisi wilayah sekitar dimana kegiatan pariwisata itu dikembangkan

(Nurdihayati, 2012). Dengan hadirnya pariwisata tentunya dapat

memberikan peningkatkan bagi pendapatan daerah dan juga

peningkatan bagi pendapatan masyarakat setempat. Terjadinya

peningkatan pendapatan masyarakat dalam sebuah daerah melalui

kehadiran pariwisata dikarenakan adanya aktivitas yang dilakukan oleh

masyarakat dalam merespon kegiatan pariwisata sehingga terjadi

peningkatan di sektor ekonomi maupun sektor lainnya.

Kehadiran pariwisata pada dasarnya mampu mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, meningkatkan

Page 4: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

4

penghasilan, meningkatkan standar hidup, serta menstimulasi sektor-

sektor produktif lainnya (Wijaya, 2014). Karyono (1997 dalam

Setiyanti, 2011) menjelaskan bahwa tumbuhnya peluang usaha dan

kerja akibat pariwisata menyebabkan permintaan terhadap tenaga kerja

meningkat. Makin banyak wisatawan yang berkunjung maka makin

banyak pula jenis usaha yang tumbuh di daerah wisata sehingga makin

luas lapangan kerja yang tercipta. Lapangan kerja yang tercipta tidak

hanya yang langsung berhubungan dengan pariwisata, tetapi juga di

bidang yang tidak langsung berhubungan dengan pariwisata. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pariwisata mempunyai potensi yang

besar dalam menyediakan lapangan kerja bagi para tenaga kerja yang

membutuhkan lapangan kerja baru. Oleh karena itu pembangunan

usaha untuk pertumbuhan ekonomi pada tingkat lokal juga menjadi

bagian bagi peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat pada sebuah

daerah.

Untuk itu khusus untuk tesis ini akan mengangkat tema

mengenai perkembangan usaha akomodasi yang dilakukan oleh pelaku

usaha yang melakukan diversifikasi mata pencaharian ketika kegiatan

pariwisata berkembang pada sebuah daerah. Upaya yang dilakukan

oleh masyarakat dalam merespon kehadiran pariwisata ialah dengan

cara melakukan diversifikasi mata pencaharian oleh masyarakat

setempat melalui berbagai usaha dalam mendukung jalannya kegiatan

pariwisata.

Seperti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Suardana

(2015) tentang dampak pariwisata terhadap mata pencaharian

masyarakat pesisir Karangasem: pendekatan pro poor tourism. Dari

hasil penelitian ini ditemukan bahwa hadirnya pariwisata pada daerah

tersebut memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat melalui

upaya diversifikasi mata pencaharian yang dilakukan sehingga

berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi rumah tangga.

Diversifikasi mata pencaharian merupakan sebuah upaya yang

dilakukan oleh masyarakat setempat yang tidak hanya untuk individu

atau kelompok yang mengalami goncangan atau kesulitan hidup, tetapi

upaya diversifikasi juga dilakukan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kehidupan ekonomi rumah tangga (Niegoft, 2004 dalam

Martopo dkk, 2013) melalui kehadiran pariwisata pada sebuah daerah.

Page 5: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

5

Terdapat beberapa faktor yang yang membuat masyarakat

belum dapat melakukan upaya diversifikasi mata pencaharian dalam

kegiatan pariwisata, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh

Suardana (2015) antara lain: kondisi alam yang tidak mendukung

untuk melakukan diversifikasi mata pencaharian, tingkat pendidikan

yang rendah, terbatasnya infrastruktur, dan sikap mental serta budaya

yang dimiliki oleh masyarakat setempat, jumlah kunjungan wisatawan

yang sedikit, dan aturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai

pengembangan kegiatan pariwisata namun tidak dapat dilakukan

dengan baik oleh masyarakat.

Selain itu juga faktor-faktor eksternal yang menyebabkan

masyarakat melakukan upaya diversifikasi mata pencaharian dalam

kegiatan pariwisata dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Seperti pada

penelitian yang dilakukan oleh Emmanuel Ngaruiya Wanyoikel (2015)

dalam penelitiannya tentang Community Based Eco-Tourism Enterprises as Livelihood Diversification Strategy yang dilakukan di

daerah Kenya ditemukan bahwa kegiatan pastoralisme merupakan

mata pencaharian utama dari masyarakat di daerah tersebut akan tetapi

karena berbagai faktor yang dihadapi, seperti: terjadinya perubahan

iklim, berkurangnya padang sebagai tempat kehidupan para pastoralis,

serta semakin sedikit permintaan pasar untuk produk-produk yang

dihasilkan oleh masyarakat pastoralism sehingga pilihan untuk

melakukan diversifikasi mata pencaharian merupakan salah satu

pilihan yang harus dilakukan oleh masyarakat. Upaya diversifikasi

yang dilakukan dengan melakukan kegiatan ekowisata.

Sedangkan bagi masyarakat yang berinisiatif melakukan

diversifikasi mata pencaharian berdasarkan hasil penelitian dari

Monica (2010) tentang Rural Tourism and Livelihood Strategies in Romania, kebanyakan dari mereka dapat melakukan upaya

diversifikasi mata pencaharian karena: memiliki pendidikan yang

cukup, memiliki modal, memiliki peluang untuk berusaha, serta

memiliki kemudahan akan akses sumber daya alam serta budaya yang

dimiliki di daerah dimana diversifikasi mata pencaharian akan

dilakukan.

Page 6: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

6

Sehubungan dengan penjelasan sebelumnya mengenai

diversifikasi mata pencaharian yang dilakukan dalam kegiatan

pariwisata maka keterlibatan masyarakat memiliki peranan penting

dalam pembangunan pariwisata yang dilakukan karena masyarakat

menjadi salah satu elemen esensial bagi tercapainya pembangunan

yang berkelanjutan. Dalam proses pembangunan, upaya untuk

mencapai aspek keberlanjutan (Sustainable Development) menjadi hal

yang sangat penting, guna untuk menjaga keseimbangan ekonomi,

sosial dan budaya, lingkungan, serta politik (Brundtland, 1987). Dalam

konteks pembangunan pariwisata, keterlibatan masyarakat dalam

kegiatan pariwisata sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses

dalam sistem pengembangan pariwisata yang bisa menjamin

keberlangsungan atau keberadaan sumber daya alam dan kehidupan

sosial budaya serta memberikan manfaat ekonomi hingga kepada

generasi yang akan datang. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam

pengembangan pariwisata dapat meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) sehingga dapat mendorong partisipasi untuk mencapai

tujuan pembangunan. Dengan demikian diharapkan melalui

pembangunan pariwisata, kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat

dirasakan oleh masyarakat tanpa mengabaikan kondisi sumber daya

alam sekitar sehingga tujuan dari pembangunan dapat tercapai.

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata pada sebuah

daerah juga dilatarbelakangi oleh upaya untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari (Wowor, 2011). Selain itu dalam kaitan dengan kegiatan

pariwisata, berbagai usaha dan pekerjaan untuk menghasilkan barang

dan jasa yang berbeda akan memberikan sesuatu yang berarti bagi

perekonomian masyarakat yang berada di daerah dimana pariwisata itu

hadir. Adanya keterkaitan antar berbagai sektor usaha dalam

mendukung kegiatan pariwisata yang secara tidak langsung akan juga

memberikan pengaruh positif terhadap daerah itu sendiri. Misalnya

berbagai hotel membutuhkan beras, sayur mayur, ikan, dan daging

yang bisa disediakan oleh petani, nelayan, maupun peternak lokal.

Ketika hubungan ini berjalan dengan baik maka akan memberikan

multiplier effect – efek pengganda (Meyer, 2006 dalam Wowor, 2011)

bagi daerah tersebut. ketika efek multiplier ini dapat terjadi pada

Page 7: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

7

sebuah daerah, maka dengan sendirinya diyakini dapat membuat

pendapatan masyarakat lain juga menjadi lebih baik dan berdampak

kepada kesejahteraan ekonomi masyarakat dan perekonomian daerah.

Berdasarkan penjelasan mengenai diversifikasi mata

pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat dalam meningkatkan

ekonomi rumah tangga hal ini pun terjadi dalam konteks kehadiran

pariwisata pada sebuah daerah. Hadirnya sektor pariwisata membuka

peluang diversifikasi ekonomi rumah tangga melalui partisipasi

penyediaan kebutuhan wisatawan oleh masyarakat. Akan tetapi dari

berbagai penelitian yang dijelaskan sebelumnya belum ada yang

melakukan penelitian yang melihat mengenai bagaimana masyarakat

mengembangkan jenis usaha dalam sektor pariwisata khususnya pada

usaha akomodasi dengan memanfaatkan peluang dari kehadiran

pariwisata khususnya bagi para pelaku usaha akomodasi dalam

menjalankan usaha mulai dari tahapan memulai usaha, pengembangan

usaha yang dilakukan serta kendala yang dihadapi dalam

mengembangkan usaha. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan melihat celah dari kehadiran

pariwisata terhadap perkembangan usaha akomodasi dengan lebih

memfokuskan penelitian ini untuk melihat bagaimana perkembangan

usaha akomodasi yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk

pemanfaatan peluang dari kehadiran pariwisata.

Untuk kepentingan tersebut, penelitian ini akan dilakukan di

daerah Banda Neira. kepulauan ini merupakan gugusan kepulauan

yang tersebar di laut Banda dengan luas wilayah sebesar 28, 99 Km2.

Secara administratif, Kepulauan Banda adalah wilayah kecamatan

dengan ibu kota kecamatan yaitu Neira yang berada di bawah

pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Daya Tarik Pariwisata di Banda Neira

Daerah Banda Neira selain sebagai pusat administrasi

kecamatan, daerah ini juga memiliki beragam daya tarik wisata yang

dapat dinikmati oleh wisatawan ketika berkunjung di daerah ini.

Perkembangan daerah Banda Neira sebagai daerah tujuan wisata

dilatarbelakangi oleh sejarah dimana daerah ini merupakan daerah

penghasil rempah-rempah seperti pala dan fuli yang adalah komoditas

Page 8: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

8

yang paling dicari pada masa penjajahan. Negara pertama yang berada

di daerah Banda Neira adalah negara Portugis yang berkuasa selama 70

tahun, mulai dari tahun 1522 hingga tahun 1592. Kemudian setelah

dikalahkan oleh negara Belanda, maka kepemimpinan di daerah Banda

Neira kemudian diambil alih oleh negara Belanda pada tahun 1599.

Dengan adanya negara Portugis maupun Belanda di daerah ini maka

tidak heran jika banyak bangunan yang dibangun mengikuti konsep

arsitektur kedua negara tersebut seperti beragam bangunan tua bekas

peninggalan saat penjajahan Belanda yang tetap kokoh seperti istana

mini yang merupakan bangunan kediaman dari para gubernur dan

residen Belanda yang memerintah pada saat itu di daerah Banda Neira.

Bangunan ini menyerupai Istana Negara di Bogor, oleh karena ukuran

bangunan ini lebih kecil sehingga masyarakat sekitar menyebutnya

sebagai Istana Mini, benteng benteng Belgica yang dibangun oleh

Portugis sebelum digunakan oleh Belanda. Oleh Portugis, benteng ini

digunakan untuk memantau kedatangan musuh. Saat pasukan VOC

datang dan menguasai Banda Neira menggantikan portugis, benteng ini

diperbarui dan digunakan untuk memantau lalu lintas kapal dagang di

perairan Banda Neira, gereja tua dan juga rumah-rumah tua bergaya

kolonial1. Sejarah yang terjadi di daerah ini pada masa lalu membuat

sehingga daerah ini menjadi terkenal tidak hanya bagi masyarakat

Indonesia tetapi juga di kalangan masyarakat luar negeri.

Selain bangunan-bangunan kuno peninggalan bangsa Belanda

dan juga Portugis, di daerah ini juga dijadikan sebagai tempat

pengasingan tokoh perjuangan bangsa Indonesia, seperti Mohhamad

Hatta, Sultan Syahrir, Dr Tjipto Mangunkusumo, dan iwa Kusuma

Sumantri. Berbagai bangunan bersejarah yang berada di daerah Banda

Neira menjadikan daerah ini sebagai daerah yang memiliki

peninggalan sejarah terbanyak yang berada di Kabupaten Maluku

Tengah2. Peninggalan sejarah yang berada di daerah Banda Neira

1 Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira: Brand Pariwisata Indonesia Timur,

Surabaya: Prenada Media Group, 2010 2 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPPDA) Kabupaten Maluku

Tengah tahun 2007-2012

Page 9: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

9

merupakan objek wisata sejarah yang dapat dinikmati oleh semua

orang yang berkunjung di Banda Neira.

Tidak hanya peninggalan sejarah yang dapat ditemukan di

Banda Neira, namun daerah ini dikenal juga di mata dunia dengan

keindahan alam bawah laut yang dimiliki sehingga wisatawan banyak

menghabiskan waktu di daerah ini hanya untuk dapat menikmati

indahnya alam bawah laut. Keindahan laut di Banda dapat dinikmati

melalui beberapa kegiatan seperti menyelam, menikmati taman laut

secara langsung dari atas perahu, memancing ikan tuna dan cakalang di

perairan Teluk Banda, melihat ikan lumba-lumba dan paus serta

burung laut. Petualangan penyelaman di salah satu dive spot terbaik di

dunia ini terkenal dengan keindahan hayati alam bawah lautnya serta

terumbu karang yang mempesona. Menyelam di sekitar Kepulauan

Banda Neira dan juga pada spot dive yang tersebar di pulau-pulau

sekitar daerah Banda Neira kejernihan air bisa sampai mencapai 40

meter, sehingga membuat pemandangan alam bawah laut bisa terlihat

dengan jelas3.

Banda Interdive dan Perkembangan Pariwisata Banda Neira

Potensi-potensi wisata yang terdapat di daerah Banda Neira

mulai diperkenalkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Maluku

Tengah bekerja sama dengan Pemerintah provinsi Maluku melalui

kegiatan Banda Interdive yang diselenggarakan pada tahun 1991.

Pelaksanaan kegiatan Banda Interdive sendiri sebagai upaya untuk

memperkenalkan daerah Banda Niera sebagai icon tujuan wisata yang

terdapat di Kabupaten Maluku Tengah yang memiliki keindahan alam

baik itu alam bawah laut maupun sebagai daerah yang penuh dengan

peninggalan sejarah. Selain itu juga dengan diperkenalkannya Banda

Neira sebagai daerah tujuan wisata dapat memberikan peningkatkan

pendapatan daerah maupun pendapatan masyarakat setempat melalui

berbagai jenis usaha dalam mendukung jalannya kegiatan pariwisata

(Unga, 2011).

3 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPPDA) Kabupaten Maluku

Tengah tahun 2007-2012

Page 10: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

10

Upaya untuk memperkenalkan pariwisata di daerah Banda

Neira sejalan dengan kebijakan nasional pada saat itu di bawah

pemerintahan Presiden Soeharto. Pengembangan sektor pariwisata

yang dilakukan tidak terlepas dari kebijakan yang dilakukan untuk

dapat meningkatkan pendapatan negara dengan menetapkan

kebijaksanaan pokok Pembangunan Lima Tahun (Pelita) ke-V yang

mengandalkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan bagi

peningkatan devisa negara. Untuk mendukung jalannya program

nasional tersebut maka dilakukan kebijakan strategi pokok pariwisata,

seperti: promosi pariwisata yang konsisten, penambahan aksesibilitas,

mempertinggi kualitas pelayanan dan produk wisata, pengembangan

daerah tujuan wisata, dan promosi daya tarik alam, satwa, serta wisata

bahari. Selain kebijakan tersebut, pada tahun 1991 pemerintah

Indonesia juga mencanangkan Visit Indonesia Year / Tahun Kunjungan

Indonesia (Setyadi, 2007).

Sebelum kehadiran pariwisata di daerah Banda Neira, aktivitas

pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat di daerah Banda Neira untuk

meningkatkan kebutuhan ekonomi rumah tangga pada awalnya

tidaklah mengarah kepada berbagai usaha yang difokuskan kepada

kegiatan pariwisata. Pekerjaan yang masyarakat geluti awalnya sebagai

nelayan, PNS, pegawai BUMN, pengusaha, maupun ibu rumah tangga.

Tetapi dengan adanya kegiatan pariwisata yang berkembang di daerah

ini memberikan peluang peningkatan ekonomi masyarakat melalui

upaya diversifikasi mata pencaharian khususnya dalam usaha

akomodasi yang dijalankan oleh masyarakat setempat untuk

mendukung jalannya kegiatan pariwisata di wilayah tersebut.

Dengan dilaksanakannya kegiatan Banda Interdive di daerah

Banda Neira kemudian memicu kepada berkembangnya industri

pariwisata khususnya usaha akomodasi di daerah ini. Bertumbuhnya

usaha akomodasi di daerah Banda Neira ditandai dengan dipilihnya

empat puluh rumah oleh pemerintah Provinsi Maluku untuk dijadikan

sebagai tempat tinggal wisatawan yang akan berkunjung ke Banda

Neira untuk mengikuti kegiatan Banda Interdive yang dilaksanakan

selama satu minggu. Hal ini dilakukan oleh pemerintah Provinsi

Maluku karena pada saat itu jumlah usaha akomodasi yang terdapat di

Page 11: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

11

daerah Banda Neira tidak dapat mencukupi kebutuhan jumlah tempat

tinggal wisatawan yang akan mengikuti kegiatan Banda Interdive.

Rumah-rumah yang dijadikan sebagai tempat tinggal

wisatawan pada kegiatan tersebut dipilih sesuai dengan kriteria seperti:

setiap rumah harus memiliki empat ruang kamar tidur karena kamar

yang akan dipakai oleh pemerintah sebanyak tiga ruang kamar tidur,

memiliki bak mandi, WC, dan memiliki sumber air yang berasal dari

PAM atau sumur galian. Setiap rumah yang telah dipilih kemudian

diberikan bantuan oleh pemerintah berupa tiga tempat tidur dengan

kasur kapuk, dan jamban jongkok yang ada di setiap rumah diganti

dengan menggunakan jamban duduk. Selain itu juga pemerintah juga

memberikan bantuan uang sebesar Rp. 600.000,- bagi pemilik rumah

yang telah dipilih sebagai tempat tinggal bagi tamu yang akan

mengikuti kegiatan Banda Interdive untuk biaya konsumsi berupa

penyediaan sarapan pagi, dan juga makan malam.

Setelah berakhirnya kegiatan Banda Interdive, satu bulan

kemudian setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, pemerintah Provinsi

Maluku melakukan pertemuan dengan para pemilik rumah yang

dijadikan sebagai tempat tinggal wisatawan dengan maksud agar rumah

mereka dapat dijadikan sebagai homestay bagi wisatawan yang

nantinya akan berkunjung ke daerah Banda Neira. Dengan tujuan

pemanfaatkan rumah sebagai homestay selain agar dapat memenuhi

kebutuhan tempat tinggal wisatawan yang berkunjung pada daerah

tersebut karena belum banyak usaha akomodasi yang terdapat di

daerah Banda Neira pada saat itu, dan juga dengan menjadikan rumah

sebagai homestay dapat memberikan manfaat kepada peningkatan

penghasilan dari usaha yang akan dijalankan.

Dari keempat puluh rumah yang digunakan pada saat kegiatan

Banda Interdive hanya terdapat tujuh keluarga yang kemudian

memutuskan untuk menjadikan rumah mereka sebagai homestay.

Akan tetapi dari ketujuh keluarga itu juga yang bertahan hingga saat

ini ialah usaha homestay yang telah dikembangkan menjadi

penginapan milik bapak Abdullah Karmen4. Enam usaha homestay

4 Pemilik penginapan Mawar

Page 12: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

12

yang tidak lagi beroperasi dikarenakan peristiwa kerusuhan yang

terjadi di daerah Banda Neira pada tahun 1999 sehingga membuat

pemilik usaha tersebut harus menutup usaha mereka dan mengungsi ke

daerah yang lebih aman5.

Usaha homestay yang dijalankan pertama kali setelah

berakhirnya kegiatan Banda Interdive oleh bapak Abdullah Karmen

dilakukan pada awal tahun 1992. Dengan cara menyewakan tiga ruang

kamar tidur yang telah dipakai sebelumnya pada saat kegiatan Banda Interdive dan juga dengan menggunakan seluruh bantuan yang

diberikan oleh pemerintah Provinsi Maluku pada saat pelaksaan

kegiatan tersebut. Bantuan yang diberikan seperti: tiga tempat tidur

beserta kasur dan juga pemasangan jamban duduk.

Selain usaha penginapan yang dijalankan oleh bapak Abdullah

Karmen, ada juga usaha akomodasi lainnya yang berdiri sebelum

pariwisata berkembang di daerah Banda Neira, seperti homestay

Selecta yang telah berkembang dari usaha penginapan hingga menjadi

hotel New Selecta, penginapan Delfika, dan penginapan Flamboyan.

Pertama kali usaha homestay Selecta dibuka pada tahun 1970.

Sedangkan penginapan Delfika dibuka pada tahun 1982, penginapan

Flamboyan yang dibuka pada tahun 1986, homestay Rosmina yang

dibuka pada tahun 1992. Sedangkan untuk penginapan yang dibuka

pada tahun 2001 seperti pada penginapan Bintang Laut, pada tahun

2003 penginapan Vita dibuka dan Penginapan Babbu Sallam yang

dibuka pada tahun 2010.

Kehadiran pariwisata di daerah Banda Neira tidak hanya

berdampak kepada bertumbuhnya usaha akomodasi di daerah tersebut.

Tetapi juga dengan adanya perkembangan pariwisata di daerah ini juga

berdampak kepada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan setiap

tahunnya. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kebudayaan

dan Periwisata kabupaten Maluku tengah tercatat telah terjadi

peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun

domestik yang berkunjung di daerah Banda Neira setiap tahunnya.

5 Hasil wawancara dengan bapak Abdullah Karmen, pemilik penginapan

Mawar, pada tanggal 2 Agustus 2016

Page 13: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

13

Pada tahun 2013 disebutkan total wisatawan yang berkunjung

sebanyak 1.272 orang, tahun 2014 sebanyak 1631 orang, dan di tahun

2015 terjadi peningkatan menjadi 2129 orang. Peningkatan jumlah

kunjungan wisatawan yang selalu meningkat setiap tahun tentunya

akan berpengaruh kepada perekonomian masayarakat setempat dalam

menjalankan usaha akomodasi di daerah tersebut.

Berkembangnya usaha akomodasi di daerah Banda Neira dapat

dilihat sebagai sebuah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dengan

memanfaatkan peluang dari kehadiran pariwisata dan juga

pemanfaatan aset yang dimiliki oleh pelaku usaha akomodasi tersebut

untuk mengupayakan peningkatan usaha akomodasi yang dijalankan

sehingga melalui usaha akomodasi yang dijalankan terjadi peningkatan

ekonomi rumah tangga melalui kegiatan pariwisata yang berkembang

di daerah Banda Neira. Oleh sebab itu penelitian yang dilakukan akan

berkaitan dengan pemanfaatan kehadiran pariwisata terhadap

perkembangan usaha akomodasi dalam upaya untuk meningkatkan

pendapatan ekonomi di daerah Banda Neira, Kabupaten Maluku

tengah, Provinsi Maluku.

Masalah Penelitian

Bertolak dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

yang menjadi masalah dalam penelitian yang akan dikaji adalah

bagaimana pengembangan usaha akomodasi yang dilakukan oleh

masyarakat di daerah Banda Neira sebagai pemanfaatan peluang dari

kehadiran pariwisata?

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian diatas, guna mempertajam

fokus penelitian, maka yang menjadi persoalan penelitian dalam

penelitian ini adalah bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh

masyarakat di daerah Banda Neira dalam mengembangkan usaha

akomodasi?

Page 14: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

14

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguraikan pengalaman

empirik para pelaku usaha yang memanfaatkan peluang dari kehadiran

pariwisata dalam perkembangan usaha akomodasi sebagai upaya untuk

meningkatkan kebutuhan ekonomi rumah tangga pelaku usaha

maupun masyarakat di yang tinggal di daerah sekitar lokasi usaha

akomodasi di daerah di daerah Banda Neira, Kabupaten Maluku

Tengah, Provinsi Maluku.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap ilmu pengetahuan dengan menguatkan konsep keterlibatan

masyarakat dalam pembangunan pariwisata dengan melakukan

diversifikasi mata pencaharian melalui pemanfaatan aset dalam

menjalankan usaha akomodasi. Disisi lain, melalui penelitian ini

diharapkan bermanfaat bagi pembaca dalam wawasan tentang mata

pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya untuk

mencapai pembangunan yang berkelanjutan melalui pengalaman

pelaku usaha akomodasi dalam menjalankan usaha di daerah Banda

Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Sistematika Penulisan

Tesis ini dimulai dengan Bab I sebagai pendahuluan. Dalam bab

ini didahulukan dengan latar belakang yang menjadi alasan

ketertarikan peneliti melakukan penelitian ini. Dalam bab ini juga

peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yang menjadi dasar bagi

peneliti ketika melakukan kajian di lapangan. Selanjutanya peneliti

mengajukan tujuan dan manfaat dari penelitian yang merupakan hal-

hal yang peneliti harapkan dapat dicapai dalam penelitian yang

dilakukan

Selanjutnya dalam bab II diuraikan tentang kajian pustaka yang

pada intinya memuat tentang literatur yang relevan dengan topik yang

dibahas oleh peneliti. Beberapa topik yang dibahas dalam bab ini

Page 15: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

15

adalah yang berkaitan dengan konsep pembangunan pariwisata

berkelanjutan, konsep mata pencaharian berkelanjutan, konsep

pembangunan ekonomi lokal, diversifikasi mata pencaharian, dan

pemanfaatan aset.

Kemudian pada bab III, berisikan tentang metode penelitian

dimana akan dijelaskan bagaimana metode penelitian yang dilakukan

oleh peneliti dalam hal menentukan jenis usaha yang akan diteliti,

pemilihan informan, dan juga teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti. Selain itu juga dalam bab ini dibahas

mengenai proses analisis data hingga menjadi sebuah karya ilmiah.

Bab IV dalam tesis ini akan menguraikan tentang data empirik

yang didapatkan. Dengan topik-topik yang diangkat dalam bab ini

seperti: profil pelaku usaha akomodasi, Banda Interdive dan

pengembangan usaha akomodasi oleh masyarakat, pemanfaatan aset

rumah tangga untuk pengembangan usaha akomodasi, manajemen

usaha akomodasi, pengembangan usaha akomodasi, pendapatan usaha

akomodasi, kendala dalam menjalankan usaha akomodasi, serta

manfaat yang diterima dalam menjalankan usaha akomodasi.

Bab V atau bab terakhir adalah kesimpulan, yang intinya

menarik keseluruhan isi tesis dan juga saran penelitian lanjutan.

Page 16: BAB I Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14111/1/T2_092015001_BAB I.pdf · penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui

16