bab-3-5 praktikum beton

32
BAB III METODE PRAKTIKUM Didalam bab ini akan dibahas tentang cara-cara pelaksanaan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, yaitu meliputi : pemeriksaan sifat-sifat fisis material agregat, perencanaan campuran, pembuatan benda uji hingga pembebanan untuk mendapatkan kuat tekan masing- masing benda uji. 3.1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Material Adapun pemeriksaan sifat-sifat fisis yang dilakukan terhadap agregat meliputi berat volume (bulk density), analisa saringan (sieve analysis), berat jenis (specific gravity) serta penyerapan/absorpsi (absorption). 3.1.1 Cara Pengambilan benda uji Sebelum melakukan percobaan-percobaan untuk menentukan sifat agregat, perlu dipersiapkan benda uji. Cara pengambilan benda uji harus mewakili keadaan sesungguhnya dari timbunan yang akan diteliti. Agregat yang dipersiapkan untuk benda uji harus diambil sejumlah tertentu dari bagian puncak, tengah dan kaki tumpukan. 18

Upload: defi-cahyadi

Post on 01-Feb-2016

54 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: bab-3-5 Praktikum Beton

BAB III

METODE PRAKTIKUM

Didalam bab ini akan dibahas tentang cara-cara pelaksanaan kegiatan

praktikum yang telah dilakukan, yaitu meliputi : pemeriksaan sifat-sifat fisis

material agregat, perencanaan campuran, pembuatan benda uji hingga

pembebanan untuk mendapatkan kuat tekan masing-masing benda uji.

3.1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Material

Adapun pemeriksaan sifat-sifat fisis yang dilakukan terhadap agregat

meliputi berat volume (bulk density), analisa saringan (sieve analysis), berat jenis

(specific gravity) serta penyerapan/absorpsi (absorption).

3.1.1 Cara Pengambilan benda uji

Sebelum melakukan percobaan-percobaan untuk menentukan sifat

agregat, perlu dipersiapkan benda uji. Cara pengambilan benda uji harus mewakili

keadaan sesungguhnya dari timbunan yang akan diteliti. Agregat yang

dipersiapkan untuk benda uji harus diambil sejumlah tertentu dari bagian puncak,

tengah dan kaki tumpukan.

Setelah diaduk kemudian dituangkan sedikit demi sedikit diatas

tempat yang rata sehingga terbentuk sebuah kerucut. Ratakan kerucut agregat

tersebut sedemikian rupa sehingga diperoleh ketebalan yang sama dan alasnya

tetap berbentuk sebuah lingkaran.

Kemudian linngkaran agregat tersebut dibagi menjadi empat bagian

yang sama besarnya dengan dua buah diameter yang saling tegak lurus. Ambil

sepasang perempat bagian yang letaknya berhadapan menurut salah satu diameter.

Sepasang perempat yang lain tidak digunakan. Demikian dilakukan beberapa kali

sehingga diperoleh benda uji yang dibutuhkan.

18

Page 2: bab-3-5 Praktikum Beton

3.1.2 Berat volume (Bulk density)

Dasar Teori

            Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume

gembur dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan

berat agregat dengan volume literan, sedangkan berat volume padat adalah

perbandingan berat agregat dalam keadaan padat dengan volume literan.

Menurut British Standar 812, berat volume agregat yang baik untuk material

beton mempunyai nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m³. berat volume agregat

dapat di hitung dengan menggunakan rumus :

Berat Volume Agregat  =       ( kg / m³)

            Keterangan : D      =          Berat benda

                                 A      =         Volume wadah

Tujuan Pengujian

Tujuan pengujian berat volume agregat adalah untuk dapat menentukan

berat volume agregat. Berat volume didefinisikan sebagai perbandingan antara

berat agregat kering dengan volumenya. Menentukan berat volume ageregat halus,

kasar atau campuran, menentukan berat volume gembur ( berat volume lepas), dan

menentukan berat volume padat (berat volume penusukan).

Peralatan 

 1.     Pengering (oven)

2.     Wadah baja

3.     Mistar perata

4.     Skop / sendok pengisi agregat

5.     Timbangan

6.     Talam

7.     Tongkat pemadat

19

Page 3: bab-3-5 Praktikum Beton

Bahan

1.     Pasir (agregat halus)

2.     Kerikil (agregat kasar)

Prosedur Pengujian

1.     Benda uji dimasukkan kedalam talam sebanyak kapasitas wadah, Kemudian

benda uji dikeringkan dengan oven selama 24 jam pada temperatur   (110 ± 5)0C

sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.

a.      Penentuan berat volume gembur (berat volume dalam keadaan lepas)

yang pertama dilakukan adalah Wadah ditimbang dengan keadaan kosong,

Kemudian wadah diisi dengan benda uji dengan perlahan-lahan, Setelah wadah di

masukkan benda uji, ratakan permukaan atasnya dengan menggunakan alat

penumbuk kemudian Timbang benda uji yang telah dimasukkan benda uji,

selanjutnya Berat benda uji (D) dihitung dengan rumus D = C – B. Kemudian

hitung volume wadah (A), dan tentukan Penentuan berat volume padat (berat

volume dalam keadaan mengalami penusukan).

b.     Prosedur kerjanya sama dengan berat volume gembur namun pada

penentuan berat volume padat pada saat wadah diisi dengan benda uji, sebelum

diratakan benda uji ditusuk-tusuk terlebih dahulu agar benda uji padat sebanyak

25 kali tiap lapisnya.

3.1.3 Analisa saringan (Sieve analysis)

Dasar Teori

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir

agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat

20

Page 4: bab-3-5 Praktikum Beton

adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai

ukuran yang sama (seragam), maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila

ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini

karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar,

sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.

Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran

yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya

membutuhkan bahan pengikat saja.

Tujuan

i. Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa akan dapat mengetahui dan

memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi agregat serta pengaruhnya

terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.

ii. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :

a. Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.

b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat kasar

dan agregat halus.

c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

Alat Yang Digunakan

a. Timbangan

b. Alat pemisah contoh ( Riffle Sampler )

c. Talam / cawan

d. Satu set ayakan standart untuk agregat kasar

e. Satu set ayakan standart untuk agregat halus

f. Kuas, sikat kuningan

Bahan

a. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat.

21

Page 5: bab-3-5 Praktikum Beton

b. Bila agregat berupa campuran dari agregat kasar dan agregat halus, agregat

tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian. Selanjutnya agregat tersebut diayak

sesuai dengan satu set ayakan yang telah disiapkan.

Prosedur Pengujian

1. Benda uji disaring lewat susunan ayakan dengan ukuran saringan paling

besar ditempatkan paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan cara

meletakkan susunan ayakan pada mesin penggetar / pengguncang, dan

digetarkan / digoncangkan selama 15 menit.

1. Masing-masing ayakan dibersihkan, dimulai dari ayakan teratas dengan

menggunakan kuas.

2. Berat agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan

ditimbang.

3. Menghitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-

masing ayakan terhadap berat total benda uji.

3.1.3 Berat jenis (Specific gravity)

Dasar teori

Berat jenis agregat adalah perbandingan berat sejumlah volume agregat

tanpa mengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang sama.

British standar 812 membedakan berat jenis agregat dalam dua keadaan yaitu

keadaan jenuh permukaan (SSD) dan keadaan kering absolut atau kering oven.

Pengukuran dilaksanakan dengan dua metode, untuk kerikil dengan cara

penimbangan diluar dan dalam air .

3.1.3.1 Kerikil (Coarse aggregate)

Tujuan

Untuk mengetahui berat jenis agregat kasar beserta volume kerikil

dalam campuran beton.

22

Page 6: bab-3-5 Praktikum Beton

Peralatan

a. Timbangan

b. Keranjang besi

c. Alat penggantung keranjang

d. Kanvas tempat menganginkan

e. Oven

f. Kain lap

g. Baskom

h. Sendok/skop agregat

i. Ember plastik

Langkah Kerja

1. Masing-masing benda uji dimasukkan ke dalam baskom dan

direndan dalam air selama 24 jam.

2. Setelah 24 jam benda uji dikeluarkan dari air dan ditebar di tempat yang

terik matahari agar mencapai kondisi kering permukaan saturated surface

dry (SSD).

3. Timbang keranjang tempat agregat dalam keadaan kosong di udara dan di

dalam air.

4. Agregat yang telah mengalami kondisi SSD dimasukkan ke dalam

keranjang lalu ditimbang beratnya di udara.

5. Lalu agregat dalam keranjang ditimbang lagi beratnya di dalam air. Dari

angka yang telah didapat, maka dapat dihitung berat jenisnya dalam

keadaan SSD.

6. Setelah itu benda uji dimasukkan ke dalam oven pada temperatur 100oC –

110oC dan biarkan selama 24 jam.

7. Kemudian benda uji ditimbang beratnya di dalam keranjang untuk

mendapatkan berat jenis kerikil dalam keadaan kering oven (oven dry)..

3.1.3.2 Pasir (Fine aggregate)

Tujuan

23

Page 7: bab-3-5 Praktikum Beton

Untuk menentukan volume pasir dalam campuran beton.

Peralatan

a. Timbangan

b. Sendok/ skop agregat

c. Ember tempat merendam

d. Cetakan kerucut pasir dengan penumbuk besi

e. Gelas dengan tutup plat kaca

f. Baskom

g. Pengering (oven)

Bahan

Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 yang diperoleh dari alat

pembagi contoh atau sistem perempat bagian (quartering) dan dibuat dalam

keadaan jenuh permukaan kering (SSD)

Langkah Kerja

1. Memasukkan benda uji yang telah direndam 24 jam.

2. Setelah itu dikeringkan ke dalam cetakan kerucut pasir yang terdiri

dari tiga lapis, setiap lapisan ditumbuk 25x dengan tongkat pemadat.

3. Kemudian permukaan diratakan, cetakan diangkat vertikal, jika

cetakan rubuh, hal itu menandakan bahwa benda uji sudah mencapai

kering permukaan.

4. Benda uji dalam keadaan SSD diisi ke dalam gelas beserta tutup plat

kaca dan ditimbang beratnya.

5. Gelas diisi penuh dengan air guna menghilangkan udara yang

dikandung benda uji, caranya adalah dengan membalikkan tabung hingga

buih-buih muncul ke permukaan air dalam tabung, kemudian ditimbang.

Benda uji diisi dalam kontainer, dioven hingga kondisi OD dan ditimbang

beratnya.

3.1.4 Penyerapan (absorption)

24

Page 8: bab-3-5 Praktikum Beton

Dasar Teori

Penyerapan adalah kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi

kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated

Surface Dry )

Tujuan

Menentukan persentase berat air yang terserap. Absorpsi merupakan

persentase perbandingan agregat dalam keadaan saturated surface dry (SSD) dan

oven dry (OD).

Peralatan

a. Timbangan

b. Sendok/ skop agregat

c. Ember tempat merendam

d. Cetakan kerucut pasir dengan penumbuk besi

e. Gelas dengan tutup plat kaca

f. Baskom

g. Pengering (oven)

Bahan

Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 yang diperoleh dari alat

pembagi contoh atau sistem perempat bagian (quartering) dan dibuat dalam

keadaan jenuh permukaan kering (SSD)

Prosedur pengujian

1 Memasukkan benda uji yang telah direndam 24 jam.

2 Setelah itu dikeringkan ke dalam cetakan kerucut pasir yang terdiri dari

tiga lapis, setiap lapisan ditumbuk 25x dengan tongkat pemadat.

3 Kemudian permukaan diratakan, cetakan diangkat vertikal, jika cetakan

rubuh, hal itu menandakan bahwa benda uji sudah mencapai kering

permukaan.

25

Page 9: bab-3-5 Praktikum Beton

4 Benda uji dalam keadaan SSD diisi ke dalam gelas beserta tutup plat kaca

dan ditimbang beratnya.

5 Gelas diisi penuh dengan air guna menghilangkan udara yang dikandung

benda uji, caranya adalah dengan membalikkan tabung hingga buih-buih

muncul ke permukaan air dalam tabung, kemudian ditimbang. Benda uji

diisi dalam kontainer, dioven hingga kondisi OD dan ditimbang beratnya

3.2 Pembuatan Benda Uji

Kokoh beton yang diinginkan adalah 250 kg/cm2 (kubus) atau 20,363

kg/cm2 (silinder); dengan tinggi slump : 7,5 – 10; coarse aggregate memiliki

diameter maksimum : 31,5 mm; dengan dry rodded weight : 1759 kg/m3; bahan-

bahan yang digunakan adalah : portland cement tipe I dengan specific gravity :

31,5; coarse aggregate dengan specific grafity OD : 2,652; dengan absorption :

2,922%; serta fineness modulus 7,1756. Fine aggregate dengan specific gravity

OD – dengan absorption - % serta fineness modulus rencana 3,0. (Fine sand

dengan specific gravity OD 2,546 dengan absorption 3,549% serta fineness

modulus 2,713; coarse sand dengan specific gravity OD 2,566 dengan absorption

2,406 % serta fineness modulus 3,6618).

Langkah 1 : Tinggi slump yang diinginkan adalah : 7,5 – 10 cm.

Langkah 2 : Diameter maksimum yang digunakan adalah : 31,5 mm.

Langkah 3 : Jenis beton adalah non air entrained concrete (konstruksi tidak

dipengaruhi oleh temperatur akibat membeku dan mencair es;

freezer and thawing). Dari tabel A 1.5.3.3. jumlah air yang

dibutuhkan untuk mendapatkan slump : 7,5 – 10 cm, untuk non air

entrained concrete dengan diameter maksimum agregat : 31,5 mm,

diperkirakan jumlah air yang dibutuhkan adalah : 186,760 kg/m3.

Langkah 4 : Faktor air semen (water cement ratio) untuk non air entrained

concrete dengan tegangan : 325 kg/cm2, dari tabel A.1.5.3.4. (a)

adalah 0,534

Langkah 5 : Dari hasil langkah-langkah (3) dan (4) jumlah semen yang

digunakan dapat dihitung :

26

Page 10: bab-3-5 Praktikum Beton

= = = 349,682 kg/m3

Langkah 6 : Jumlah coarse aggregate yang dibutuhkan diperkirakan dengan

menggunakan dari tabel A 1.5.3.6. Fine aggregate dengan FM

(fineness modulus) : 3,00 dan agregat dengan diameter maksimum :

31,5 mm, jumlah coarse aggregate yang dibutuhkan adalah : 0,671

m3 (on dry rodded basis) dalam setiap m3 beton. Kebutuhan coarse

aggregate (kering) adalah : 1798 x 0,671 = 1206,098 kg

Langkah 7 : Dengan diketahui jumlah air, semen, dan coarse aggregate.dalam

1 m3 beton maka sisanya adalah bagian dari fine aggregate dan

udara. Kebutuhan jumlah fine aggregate yang dibutuhkan dapat

ditentukan atas salah satu cara, yaitu : cara berat dan volume

absolut seperti akan dipaparkan dalam langkah 7.1. dan 7.2..

7.1. Dasar Berat

Dari tabel A 1.5.3.7.1., berat 1 m3 non air entrained

concrete dibuat dengan agregat dengan diameter maksimum 31,5

mm diperkirakan adalah 2395,6 kg (untuk percobaan adukan,

penyesuaian kembali dari perbedaan-perbedaan slump, semen,

specific gravity dari agregat tidaklah menentukan).

Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah :

Air (netto) : 186,76 kg

Semen : 349,682 kg

Coarse Aggregate : 1206,098 kg

—————— +

Jumlah : 1742,54 kg

Berat fine aggregate menjadi : 2395,6 -1742,54 = 653,06 kg

Berat fine sand = 0,54 x 653,06 = 352,616 kg

Berat coarse sand = 0,46 x 653,06 = 300,443 kg

Setelah perencanaan bahan dilakukan, semua bahan yang telah

disiapkan dicampur dengan cara memasukkan bahan-bahan

tersebut secara berurutan ke dalam mesin pengaduk (mollen), yaitu

27

Page 11: bab-3-5 Praktikum Beton

coarse aggregate, coarse sand, fine sand, semen, dan air.

Kemudian mesin pengaduk diputar ± 5 menit, sehingga campuran

beton teraduk secara rata dan homogen.

7.2. Perbandingan Berat Dari Material Untuk 1 m 3 Beton Yang

Dihitung Atas Dua Dasar Perhitungan Diperbandingkan Di

Bawah Ini :

Tabel 3.1 Komposisi campuran beton

MATERIAL

Dasar Perkiraan

Berat 1 m3

(kg)

Dasar Perkiraan

Volume Absolut

Material

(kg)

Air 186,76 7,060

Semen 349,682 13,216

Coarse Aggregate (dry) 1206,098 45,587

Fine Aggregate (dry) 0 0

Coarse Sand (dry) 300,443 11,357

Fine Sand (dry) 352,616 0

Jumlah 2395,6 77,22

Setelah semua bahan campuran beton diaduk rata, kemudian dilakukan

beberapa pengujian, yaitu slump test dan air meter.

3.2.1 Slump test

Tujuan

Menentukan kekentalan (konsistensi) adukan beton.

Langkah Kerja

Campuran beton (fresh concrete) diisi ke dalam kerucut Abram’s yang

ditempatkan diatas plat baja, dimana pengisiannya atas 3 lapisan (1/3 bagian

kerucut) yang bagian setiap lapisan ditumbuk sebanyak 25x dengan tongkat yang

panjangnya 60 cm. Saat pengisian kaki kerucut diinjak sampai cetakan tepat terisi.

Lalu kerucut diangkat vertikal dan diukur jarak turun permukaan terhadap tinggi

semula.

28

Page 12: bab-3-5 Praktikum Beton

3.2.2 Pembebanan Benda Uji

Pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari benda uji dilakukan pengujian kuat tekan

dan sebelumnya ditimbang terlebih dahulu.

Kuat tekan beton/benda uji dapat dihitung dengan rumus :

ƒ =

Keterangan :

ƒ = Kuat tekan beton (kg/cm2)

P = Beban hancur (ton)

A = Luas penampang (cm2)

= ¼ π d2

= ¼ (3,14) (15)2

= 176,625 cm2

Air yang dibutuhkan adalah 179,116kg/m3 (didapat secara interpolasi

linier).

FAS untuk non air entrained concrete dengan tegangan 250 kg/cm2 dari

tabel A 1.5.2.4 adalah 0,62. Sehingga jumlah semen yang dibutuhkan

= = = 349,682 kg/m3

Untuk mencampur pada 10 silinder uji standar, maka komposisi campuran

yang dibutuhkan dapat dihitung :

V1 b.uji = ¼ π d2 h

V5 b.uji = 5 (¼) (3,14) (15 cm)2 (30 cm)

= cm3

= 0,026507 m3

Volume material yang akan digunakan dalam pengecoran :

+10% ——————► (1,1) x 0,026507 m3

= 0,02915 m3

29

Page 13: bab-3-5 Praktikum Beton

Tabel 3.2 Komposisi campuran beton

MaterialBerat 1 m3 Beton

(kg/m3)Berat Beton (2) x 0,05 (kg)

(1) (2) (3)

Air 186,76 7,060

Semen 349,682 13,216

Coarse Aggregate 1206,098 45,587

Coarse Sand 300,443 11,357

Fine Sand 0 0

Jumlah 2395,600 77,22

3.3 Pengujian Tekan Benda Uji Beton

Pengujian benda uji dilakukan pada saat benda uji berumur 14, dan 28

hari. Sebelum dilakukan pengujian, benda uji dikeluarkan dari bak perendaman

dan dikeringkan dengan kain lap, setelah itu dibiarkan kurang lebih 3 jam. Setelah

itu benda uji ditimbang dan diukur dimensinya. Terakhir dilakukan pengujian kuat

tekan dengan menggunakan penguji portable compressor dengan kapasitas 200

ton.

30

Page 14: bab-3-5 Praktikum Beton

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari

praktikum serta pembahasan mengenai kesesuaian hasil penelitian dengan teori

yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka.

4.1 Hasil

Hasil-hasil yang akan disajikan meliputi : hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis

agregat, hasil slump test, komposisi campuran, perhitungan kuat tekan beton serta

perhitungan kuat tekan beton karakteristik.

4.1.1 Pemeriksaan sifat-sifat fisis material agregat

Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat yang dilakukan pada percobaan ini

meliputi : berat volume (bulk density), berat jenis (specific grvity), penyerapan

(absorption), modulus halus pasir (fineness modulus), dan analisa saringan (sieve

analysis). Hasil penyelidikan tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil sieve analysis

Ukuran Saringan

(mm)

Persen Rata-Rata Tinggal Dalam Saringan

Coarse Aggregate

Coarse Sand Fine Sand

31,5 0.000 0.000 0.00019,1 35.867 0.000 0.0009,52 47.800 0.000 0.0004,75 10.400 16.367 0.0002,36 1.483 16.800 12.7331,18 0.750 16.467 14.6670,6 0.900 22.300 19.3330,3 1.217 18.867 24.8000,15 0.783 6.067 20.000Sisa 0.800 3.133 8.467

TOTAL 100 100 100

31

Page 15: bab-3-5 Praktikum Beton

Tabel 4.2 Hasil penelitian sifat-sifat fisis agregat

No Sifat-Sifat FisisAGREGAT

Coarse Aggregate Coarse Sand Fine Sand

Specific Gravity,SSD 2,690 2,620 2,615

Specific Gravity,OD 2,660 2,540 2,537

Bulk Density (kg/L) 1,710 1,707 1,643

Absorption (%) 1,54 3,360 3,065

Fineness Modulus (FM) 7,7748 4,7205 3,327

4.1.2 Hasil Slump Test

Hasil slump test yang diperoleh dapat diperhatikan di bawah ini :

Slumps Test : 7,8 cm

Berat Volume : 21,5 kg

Kandungan udara : 0,6 %

Berdasarkan hasil pengujian slump test yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa praktikum yang telah kami lakukan berhasil memperoleh nilai

slump yang diinginkan sesuai dengan penjelasan langkah 1 dalam bab III. Slump

yang kami peroleh dari hasil praktikum pengujian slump = 7,8 cm (berada dalam

rentang 7,5 – 10).

4.1.3 Komposisi Campuran Beton

Berdasarkan perencanaan campuran beton (mix design), untuk faktor air

semen (FAS) 0,632 diameter agregat maksimum yang digunakan 31,5 mm, serta

nilai slump antara 7,5 – 10 cm, didapat volume masing-masing material untuk

setiap m3 beton yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Komposisi material penyusun beton

No Material Perkiraan Berat (kg/m3)

1 Air 7,06

2 Semen portland 11,17

3 Coarse aggregate 36,16

32

Page 16: bab-3-5 Praktikum Beton

4 Fine sand 0

5 Coarse sand 36,16

Total 90,553

4.1.4 Hasil perhitungan kuat tekan beton

Kuat tekan beton diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan tiap benda uji.

Hasil pengujian kuat tekan beton tersebut dipaparkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4 Hasil pengujian kuat tekan benda uji

No.Benda

Uji

Dimensi (cm) Luas

(cm2)

Beban

kekuatan

(ton)

Kuat tekan umur

rencana (kg/cm2)k

(kg/cm2)

ƒ 'c

(Mpa)D T 14 hari 28 hari

1Silinder

110,055 20 79,406 16 201,496 228,973 275,871 22,47

2Silinder

210,004 20,04 78,603 15 190,832 216,855 261,271 21,281

3Silinder

314,97 30 176,008 32,5 184,651 209,831 252,808 20,592

4Silinder

415,054 30 177,989 29 162,931 185,149 223,071 18,169

5Silinder

514,97 30,1 176,549 34 192,581 218,843 263,665 21,476

Jumlah 1276,686 103,988

Keterangan :

o Diameter benda uji diperoleh dari rata-rata pengukuran diameter untuk

bagian atas, tengah dan bagian bawah diameter benda uji.

o Benda uji silinder diuji pada umur 14 hari (dengan faktor umur 14 hari ke

28 hari = 0,88)

o Nilai k (ƒ 'ci) diperoleh dari pembagian kuat tekan 28 hari dengan 0,83

(0,83 merupakan faktor koreksi benda uji silinder menjadi benda uji kubus

15 x 15 x 15 cm3 standar pada umur 28 hari)

33

Page 17: bab-3-5 Praktikum Beton

o Nilai ƒ 'c diperoleh dari pembagian nilai k dengan 10,19 (10,19 merupakan

angka koreksi kg/cm2 menjadi Mpa).

Perhitungan kuat tekan karakteristik benda uji meliputi :

A. Kuat tekan beton rata-rata

ƒ 'cm =

= = 255,337 kg/cm2

B. Deviasi Standar

Tabel 4.5 Deviasi Standar

No Benda uji ƒ 'ci (kg/cm2) ƒ 'cm (kg/cm2) (ƒ 'ci – ƒ 'cm)2

1. Silinder 1 275,871 255,337 421,645

2. Silinder 2 261,271 255,337 35,212

3. Silinder 3 252,808 255,337 6,396

4. Silinder 4 223,071 255,337 1041,095

5. Silinder 5 263,665 255,337 69,356

Σ = 1573,704

Deviasi standar merupakan tolak ukur dari mutu pelaksanaan pekerjaan

pembetonan. Berdasarkan PBI 1971. Deviasi standar (S) diperoleh dari rumus :

S =

=

= 19,835 kg/cm2

34

Page 18: bab-3-5 Praktikum Beton

Keterangan :

ƒ ' ci = kuat tekan masing-masing beton (kg/cm2)

ƒ’cm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)

C. Kuat tekan karakteristik

ƒ 'c = ƒ’cm – k.S

= 255,337 – (1,65)(19,835)

= 255,337 – 32,708

= 222, 629 kg/cm2

Keterangan :

ƒ 'c = kuat tekan karakteristik (kg/cm2)

ƒ’cm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)

k = konstanta (1,65)

Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase

kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :

=

=

= 89,052 %

4.4 Pembahasan

Kekuatan beton dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya komposisi

campuran pembentuknya, pelaksanaan pencampuran serta mutu bahan

pembentuknya. Untuk mendapatkan suatu beton dengan mutu yang direncanakan,

diperlukan ketelitian dalam perhitungan komposisi pembentuk beton, pelaksanaan

pengujian dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta

memperhatikan mutu bahan pembentuk beton tersebut.

35

Page 19: bab-3-5 Praktikum Beton

BAB V

PENUTUP

36

Page 20: bab-3-5 Praktikum Beton

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dilaksanakan maka diperoleh kuat tekan beton

karakteristik (ƒ’c) sebesar 222,629 kg/cm2 dari 250 kg/cm2 yang direncanakan.

Hal ini menunjukkankuat tekan mencapai 89,052 % dari kuat tekan rencana. Kuat

tekan beton rata-rata (ƒ’cm) yang diperoleh dari 5 benda uji sebesar 255,337

kg/cm2 dengan nilai deviasi standar (S) adalah 19,835. Tinggi slump yang

diperoleh 7,8 cm,yaitu memenuhi syarat tinggi slump yang direncanakan (7,5 cm

– 10 cm). kg/cm2.

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan kegiatan praktikum, penulis menyadari adanya

kesalahan dan kelalaian yang dilakukan karena tidak mungkin penulis sempurna

dalam melaksanakan segala kegiatan, oleh sebab itu hasil yang diperoleh tidak

100% sesuai dengan yang direncanakan. Karena segala sesuatu yang kita lakukan

insya Allah akan ada hikmahnya, semoga kesalahan penulis menjadi bekal

pengalaman penulis untuk melangkah ke depan ke arah yang lebih baik.

Kepada para mahasiswa adapun saran-saran yang penulis

sampaikan bertujuan untuk tercapainya hasil yang lebih baik berkaitan dengan

pelaksanaan praktikum ini adalah :

1. Mahasiswa harus memahami maksud dan tujuan dari praktikum yang telah

dilakukan, sehingga dalam pengerjaannya lebih mudah dan tidak mengulur-

ulur waktu.

2. Mahasiswa diharapkan segera melakukan perhitungan hasil-hasil pembacaan

alat praktikum ketika praktikum sedang berlangsung, hal ini dimaksudkan

agar mahasiswa dapat segera melakukan pengecekan apabila pembacaan

yang didapat dari alat praktikum tidak sesuai dengan rencana.

3. Perhitungan mix desain harus dilakukan dengan sangat teliti untuk

mendapatkan komposisi penyusun beton yang menghasilkan mutu beton

yang sesuai dengan rencana.

37

Page 21: bab-3-5 Praktikum Beton

4. Mahasiswa diharapkan sering berkonsultasi dengan karyawan dan staff

praktikum jika terbentur dalam suatu masalah untuk tercapainya hasil

praktikum yang baik.

Kepada karyawan dan staff praktikum, kami mengharapkan agar dengan

hati-hati dan sabar dalam membimbing mahasiswa yang sedang melakukan

praktikum agar hasil yang didapat maksimal. Kemudian dalam melakukan

praktikum hendaknya dilakukan hingga selesai agar mahasiswa dapat memahami

keseluruhan tujuan dari praktikum yang direncanakan. Semoga apa yang telah

dilakukan dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

38

Page 22: bab-3-5 Praktikum Beton

Anonim, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2, Penerbit

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan

Umum dan Tenaga Listrik : Bandung.

Anonim, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982),

Penerbit Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Penyelidikan

Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum : Bandung.

Anonim, 1991. Standard Practice for Selecting Proportion for Normal Heavy

Weight and Mass Concrete, ACI 21.1.-91: Michigan.

Hanafiah, M. A., 1995. Petunjuk Praktikum Merencanakan Komposisi Campuran

Beton Struktural, Laboraturium Konstruksi Dan Bahan Bangunan

Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala : Banda aceh.

Praktikum Kelompok C – II, 2007. Perencanaan Campuran Beton (Concrete Mix

Design) Mutu ƒ’c 228,25 kg cm2, Fakultas Teknik Universitas Syiah

Kuala : Nanggroe Aceh Darussalam.

Praktikum Kelompok A – III, 2008. Laporan Praktikum Rencana Campuran

Beton Dengan FAS 0,455, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala :

Banda Aceh.

39