bab 2 revis
DESCRIPTION
yjggyTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Vesikolitiasis adalah batu yang terdapat pada leher kandung kemih. Batu
yang paling sering dijumpai tersusun dari kristal-kristal kalsium. Komponen
yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium,
asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini (Corwin, 2009).Vesikolitiasis
merupakan benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urin pada kandung kemih dapat berasal dari kalsium oksalat 60%,
fosfatt sebagai campuran amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat
ini terjadi akibat infeksi) 30%, asam urat 5% dan sistin 1% (Grace &Neil,
2006).
Vesikolitiasis adalah batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan
leher kandung kemih, maka aliran mula-mula lancar secara tiba-tiba akan
berhenti & menetes disertai dgn rasa nyeri (Brooker, 2005). Vesikolthiasis
adalah batu dalam kandung kemih dapat terbentuk atau berasal dari ginjal
masuk ke dalam kandung kemih. Kandung kemih berkontraksi untuk
mengeluarkan air kencing sehingga batu tertekan pada trigonum yang peka
itu menyebabkan rasa nyeri. Biasanya terdapat sedikit hematom dan infeksi
sering menyertai keadaan ini (Isselbacher dkk, 2005).
Vesikolitiasis umumnya tidak menimbulkan serangan kolik, tergantung
besarnya batu. Jika sudah menutupi muara saluran kemih, sering ditandai
dengan keluhan tidak lancar dalam berkemih. Jika vesikolitiasis sudah sangat
besar, dapat terjadi bendungan urin yang dapat mengakibatkan penumpukan
urin yang diproduksi ginjal terus-menerus di dalam kendung kemih.(Nadesul,
2009). Hambatan seperti ini dapat berlangsung mendadak atau perlahan-
lahan, & dapat terjadi di semua aras (level) saluran kemih dari uretra sampai
pelvis renalis (Mitchell dkk, 2009).
B. Etiologi
1. Faktor Presipitasi
Menurut Isselbacher dkk, (2005) menyatakan bahwa batu kandung
kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal
yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Isselbacher dkk, (2005)
batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah :
a. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin yang melebihi 250-300
mg/ 24jam, disebabkan karena hiperkalsiuria idiopatik (meliputi
hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan
protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan
vitamin D atau kelebihan kalsium. Hiperkalsiuria disebabkan oleh
resorpsi kalsium yang berlebihan dari tulang karena hiperparatiroidism,
absorpsi kalsium yang berlebihan dari usus, dan sebagai akibat
gangguan resorpsi kalsium di tubulus ginjal.
b. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat. Sitrat berikatan dengan kalsium di dalam
urine sehingga kalsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun fosfat,
karenanya merupakan penghambat terjadinya batu tersebut. Kalsium
sitrat mudah larut sehingga hancur dan dikeluarkan melalui urin.
Hipositraturia disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I
(lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
c. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih melebihi 850mg/ 24jam
yang dapat memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet
purin yang berlebih.
d. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
e. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh kelainan usus karena post operasi dan diet kaya
oksalat, misalnya the, kopi instant, minuman soft drink, kokoa, sayuran
yang berwarna hijau terutama bayam.
f. Batu Asam Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
g. Batu Struvit
Batu sturvit disebabkan karena infeksi yang sebagian besar karena
kuman pemecah urea, sehingga urea menghasilkan suasana basa yang
mempermudah mengendapnya magnesium fosfat, ammonium,
karbonat. Kuman tersebut diantaranya adalah proteus spp, klebsiellla,
enterobacter, pseudomonas dan sthaphylococcus.
1) Kandungan batu kemih kebanyakan terdiri dari :
a) 75 % kalsium.
b) 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
c) 5 % batu asam urat.
d) Sisanya campuran dari beberapa batu
2. Faktor Predisposisi
a. Faktor endogen yaitu faktor genetik familial, misalnya pada :
1) Hiperkalsiuria primer
Kelainan metabolik ini dapat berupa hiperabsorbsi kalsium dalam
pencernaan atau penurunan reabsorbsi kalsium dalam tubuli ginjal
sehingga terjadi hiperkalsiuria.
2) Hiperoxaluria
Suatu kelainan herediter yang diturunkan secara resersif
3) Faktor keturunan
Anggota keluarga penderuta batu urine lebih banyak kemungkinan
menderita penyakit yang sama dibanding dengan keluarga bukan
penderita batu urine.
4) Jenis Kelamin
Pria lebih banyak menderita batu kandung kemih dibandingkan
wanita.
5) Ras
Batu kandung kemih lebih sering dijumpai di Asia dan Afrika,
sedangkan di Amerika (kulit putih dan kulit hitam) dan Eropa
jarang.
b. Faktor eksogen
1) Pekerjaan
Pekerja kasar dan petani lebih banyak bergerak dibanding dengan
pegawai kantor. Penduduk kota yang lebih banyak duduk di waktu
bekerja, ternyata labih sedikit menderita batu ureter.
2) Air
Banyak minum dapat menyebabkan diuresis, mencegah
pembentukan batu. Kurang minum dapat mengurangi diresis
menyebabkan kadar substansi dalam urine meningkat sehingga
mempermudah pembentukan batu.
3) Diet
Mempunyai resiko terjadinya batu
4) Keadaan sosial ekonomi
Di negara maju/industri atau golongan sosial ekonomi yang tinggi
lebih banyak makan protein, terutama protein hewani, juga
karbohidrat dan gula, ini lebih sering menderita batu urine bagian
atas. Sedangkan pada negara berkembang atau orang yang sering
makan vegetarian dan kurang protein hewani sering menderita
urine bagian bawah
5) Suhu, infeksi, dan obat-obatan.
C. Manifestasi klinis
Batu terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi &
berhubungan dgn infeksi traktus urinarius & hematuria, bila terjadi obstruksi
pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan
sepsis, kondisi seperti ini lebih serius dapat mengancam kehidupan pasien,
dapat pula kita lihat tkita seperti mual muntah, gelisah, nyeri & perut
kembung (Corwin, 2009).
Bila sudah terjadi komplikasi seperti hidronefrosis maka gejalanya
tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, & lamanya penyumbatan.
Bila penyumbatan timbul dgn cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan
menyebabkan koliks ginjal (nyeri luar biasa di daerah antara rusuk & tulang
punggung) pada sisi ginjal terkena. Bila penyumbatan berkembang secara
perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau
nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk & tulang punggung.
Selain tanda dan gejala diatas, tanda dan gejalavesikolitiasismenurut
Brooker (2005) adalah:
1. Hematuri
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih & ginjal
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.
D. Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, kea& patologis disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih & tumor tersebut sering menyebabkan
bendungan. Hambatan menyebabkan sumbatan aliran kemih baik seperti itu
disebabkan karena infeksi, trauma & tumor serta kelainan metabolisme dapat
menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan &
statis urin. Bila sudah terjadi bendungan & statis urin lama kelamaan kalsium
akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu (Sjamsuhidajat,
2004).
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal banyak menetap menyebabkan
terjadinya agregasi kristal& kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks
Matriks adalah mikroprotein terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5
hexosamin & 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-
kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium & fosfor hadir dalam jumlah melampaui
daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan.
fosfat mukopolisakarida & fosfat adalah penghambat pembentukan kristal.
Bila terjadi kekurangan zat seperti ini maka akan mudah terjadi
pengendapan.
4. Teori Epistaxy
Adalah pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah
satu jenis batu adalah inti dari batu lain adalah pembentuk pada lapisan
luarnya. Contoh ekskresi asam urat berlebih dalam urin akan mendukung
pembentukan batu kalsium dgn bahan urat sebagai inti pengendapan
kalsium.
5. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.
E. Pathway
Terlampir
F. Pemeriksaan Penunjang
Vesikolithiasis memiliki beberapa pemeriksaan penunjang, antara lain :
1. Urine
a. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme
dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah
menyebabkan pengendapan batu asam urat.
b. Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c. Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
d. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat
apakah terjadi hiperekskresi.
2. Darah
a. Hb akanterjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b. Lekosit terjadi karena infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kalsium, fosfat dan asam urat
3. Radiologis
a. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.
b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan
dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang
memadai.
4. USG (Ultra Sono Grafik
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
5. Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu
saluran kemih, jika ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang
telah dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.
G. Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi (Potter & Perry, 2005)
adalah sebagai berikut:
1. Sistem Pernafasan
Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena
pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang
menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat
menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens
analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.
2. Sistem Sirkulasi
Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena
lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa
menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk
atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis vena
juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.
3. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun
sehingga bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala
meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi.
Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya
peristaltik usus.
4. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena
hilangnya tonus otot.
5. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan
infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens
luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan
jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan
internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta bisa terjadi
pula surgical mump (parotitis).
6. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.
H. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
Menurut Sjamsuhidajat (2004) penatalaksanaan medis dan keperawatan
dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis,
berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi
koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.
2. Pengambilan Batu
a. Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi
6 mm.
b. Vesikolithotomi.
c. Pengangkatan Batu
3. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu.
Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu tersebut,
tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke
bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang
kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu
pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
4. Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi
mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan
forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat ultrasound
dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik
untuk menghancurkan batu.
5. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan
alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian
diangkat.
6. Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)
a. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
b. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat
(kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon
malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan
cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.
c. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari
masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB
/hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100
meq/hari), dan masukan kalsium.
d. Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan
kelainan metabolik yang ada.
I. Basic Promoting Physiology Of Healt
a. Pengertian
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme
tubuh. Pembuangan dapat melalui urine dan bowel (tarwoto, wartonah,
2006).
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat
yang tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida,
sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme padajaringan.
Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena
dandiekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan
natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama
untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh,elektrolit, ion-ion
hidrogen, dan asam (Asmadi. 2008).
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan
dan sirkulasi volumedarah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin
akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan
penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan
produk sampah didalam urin ()
b. Fisilogis/Pengaturan
1. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk kacang berwarna merah
tua.panjangnya 12,5cm dan tebalnya 2,5cm.Beratnya kurang lebih
125 sampai 175gram pada laki-laki dan 115 sampai 155gram pada
wanita.
Ginjal terletak pada bagian belakang rongga abdomen bagian atas
setinggi vertebra thorakal 11 dan 12.Ginjal dilindungi oleh otot-otot
abdomen.jaringan lemak atau kapsul adipose.
Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit
pembentukan urine.Filtrasi terjadi di glomerulus yang merupakan
gulungan kapiler dan di kelilingi kapsul epitel berdinding ganda yang
disebut kapsul Bowman.Filtrasi glomerular adalah perpindahan cairan
dan zat terlarut dari kapiler glomerular.Glomerular Filtrasi Rate
(GFR) adalah jumlah filtrat yang terbentuk per menit dari semua
nefron pada kedua ginjal.Rata-rata GFR normal pada orang dewasa
adalah 125ml per menit atau 180 liter per 24 jam.Kira-kira darah akan
masuk ke ginjal 20-25% dari kardiak output.Dalam glomerulus ginjal
difiltrasi air dan zat-zat lain seperti glukosa,asam
amino,urea,kreatinin,dan elektrolit.Glomerulus akan memfiltrasi
sebagian urine,tetapi sebagian zat seperti glukosa,asam amino,uric
acid,sodium dan potassium kembali ke plasma.Pada orang dewasa
normal pengeluaran urine antara 1,2 sampai 1,5 liter per hari
selebihnya hasil filtrasi diabsobsi kembali yang menjadi fungsi dari
tubulus ginjal diantaranya adalah air,elektrolit,glukosa.Sedangkan
jumlah produksi urine tergantung dari faktor sirkulasi.cairan yang
masuk,penyakit metabolic seperti diabetes,penyakit outoimun seperti
glomeruionefritis,penggunaan obat-obatan deuretik.jika pengeluaran
urine kurang dari 30ml/menit kemungkinan gagal ginjal.
Ginjal menghasilkan hormone eritropoitin yang berfungsi
merangsang eritripoitisetin yang merupakan bahan baku sel darah
merah pada sumsum tulang.Hormon ini dirangsang oleh adanya
kekurangan aliran darah (hypoksia)pada ginjal.ginjal juga
menghasilkan hormone rennin yang berfungsi pengatur aliran darah
ginjal pada saat terjadi ischemia.Renin di hasilkan pada sel
juxtagiomerulus pada apparatus juxtagiomerulus di nephron.Renin
berfungsi sebagai enzim yang berfungsi mengubah agiotensinogen
(dihasilkan di hati) menjadi angiotensin 1 yang kemudian di ubah di
paru-paru menjadi angiotensin 11 dan angiotensin 111.angiotensin 11
berefek pada vasokontriksi dan menstimulus aldosteron untuk
menahan/meretensi air dan meningkatkan volume darah.
Fungsi Utama Ginjal
a. Mengeluarkan sisa nitrogen,toksin,ion,dan obat-obatan.
b. Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh
c. Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam-garam serta
asam dan basa.
d. Menghasilkan renin,enzim untuk membantu pengaturan tekanan
darah.
e. Menghasilkan hormon eritropoitin yang menstimulasi
pembentukan sel-sel darah merah disumsum tulang.
f. Membantu dalam pembentukan vitamin D.
2. Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal
lalu ke bladder melalui ureter.panjang ureter pada orang dewasa
antara 26 sampai 30cm dengan diameter 4 sampai 6mm.Setelah
meninggalkan ginjal,ureter berjalan ke bawah dibelakang peritoneum
ke dinding bagian belakang kandung kemih. Lapisan tengah ureter
terdiri atas otot-otot yang distimulasi oleh tranmisi implus elektrik
berasal dari saraf otonom.Akibat gerakan peristaltic ureter maka urine
di dorong ke kandung kemih.
3. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine.Terletak
di dasar panggul pada daerah retroperitoneal dan terdiri atas 2 bagian
yaitu bagian fundus atau body yang merupakan otot lingkar,tersusun
dari otot detrusor dan bagian leher kandung kemih terdapat spinter
interna.Spinter ini di control oleh system saraf otonom.kandung
kemih dapat menampung 300 sam,pai 400 ml urine.
4. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar dari
tubuh.Kontrol pengeluaran urine terjadi karena adanya spinter kedua
yaitu spinter eksterna yang dapat terkontrol oleh kesadaran kita.
Panjang uretra wanita lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pria
panjangnya 20cm.Sehingga pada wanita berisiko terjadinya infeksi
saluran kemih.Bagian paling luar uretra disebut meatus urinaria.Pada
wanita meatus urinaria terletak antara labia minora,di bawah klitoris
dan diatas vagina.
5. Proses pembentukan urine
Pembentukan urine melalui tiga proses penting yaitu filtrasi,
reabsorbsi dan sekresi yang berlangsung pada nefron.
a. Filtrasi
Kira kira 25% dari jumlah keseluruhan darah yang dipompakan
dari ventrikel kiri pada setiap siklus jantung dialirkan ke ginjal
melalui arteri renalis untuk proses filtrasi. Proses filtrasi terjadi pada
glomerulus. Semua plasma darah dan komponen lainnya difiltrasi
kecuali molekul yang berukuran besar seperti protein dan sel darah.
b. Reabsorbsi dan sekresi
Cairan yang telah difiltrasi kemudian mengalir ke tubulus renalis.
Bahan bahan yang diperlukan oleh tubuh diserap kembali sehingga
yang tersisa adalah bahan bahan yang tidak diperlukan oleh tubuh. Sel
sel tubulus proksimal menyekresi urea, kreatinin, hydrogen, dan
ammonia kedalam urine (filtrate). Pada ansa henle, filtrate (urine)
menjadi lebih tinggi konsentrasinya. Selanjutnya, urine dibuang
melalui uretra dengan produksi urine sekitar 1 – 2 cc/kgBB.
6. Reflek Miksi
Proses pembuangan urine disebut proses miksi. Proses miksi
dimulai dari adanya distensi vesika urinaria oleh urine yang
merangsang stretch receptors yang terdapat pada dinding vesika
urinaria. Jumlah urine sebanyak 250cc sudah cukup untuk
memberikan rangsangan tersebut. Kandung kemih dipersarafi oleh
saraf sacral 2 (s-2) dan sacral 3 (s-3).Pusat miksi mengirimkan sinyal
kepada otot kandung kemih relaksasi dan spinter eksterna yang di
bawah control kesadaran akan berperan.Apakah mau miksi atau
ditahan/ditunda.Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi bersama
meningkatnya otot kandung kemih.Biasanya tidak lebih dari dari 10
ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut dengan urine
residu.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan factor utama yang
mempengaruhi output urine. Protein dan natrium dapat menentukan
jumlah urine yang terbentuk. Alkohol menghambat Anti Diuretik
Hormon (ADH) untuk meningkatkan pembuangan urine. Kopi, the,
coklat, cola (mengandung kafein) dapat meningkatkan pembuangan
dan eksresi urine.
2. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria,
sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas
toilet.
4. Stress Psikologi
Meningkatkan stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik
untuk fungsi spingter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat
menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat
mempengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada
anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol
buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air
kecil meningkat dengan bertambahnya usia.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine seperti
diabetes mellitus. Pada pasien demam akan terjadi penurunan
produksi urine karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit.
Peradangan dan dan iritasi organ kemih menimbulkan retensi urine.
8. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi
urine seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang
buang air kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya
mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal/pot
urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus Otot
Tonus otot yang berperan penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis.
Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan
pengeluaran urine.
11. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai
dampak dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan
penurunan jumlah produksi urine.
12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada
terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Missal
obat diuretic.
13. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic ini juga mempengaruhi kebutuhan
eliminasi urine khususnya prosedur prosedur yang berhubungan
dengan tindakan pemeriksaan saliran kemih seperti intra venus
pyelogram (IVP). Pemeriksaan ini dapat membatasi jumlah asupan
sehingga mengurangi produksi urine.
d. Nilai normal
1. Pola Eliminasi Urine Normal
Pola eliminasi urine sangat tergantung pada individu,biasanya
miksi satelah bekerja,makan atau bangun tidur.Normalnya miksi
dalam sehari sekitar 5 kali.
2. Karakteristik Urine Normal
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya
pigmen urochrome. Namun demikian, warna urine tergantung pada
intake cairan,keadaan dehidrasi konsentrasinya menjadi lebih pekat
dan kecoklatan.penggunaan obat-obat tertentu seperti multivitamin
dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan
sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan
hasil pemecahan urea oleh bakteri.Pemberian pengobatan akan
mempengaruhi bau urine. Jumlah urine yang dikeluarkan
tergantung pada usia,intake cairan,dan ststus kesehatan.Pada orang
dewasa sekitar 1.200 sampai 1.500 ml per hari atau 150 sampai
600 ml per sekali miksi.
3. Nilai normal
Volume urine menentukan beberapa jumlah urine yang di
keluarkan dalam waktu 24 jam.Berdasarkan usia,volume urine
normal dapat di tentukan sebagai berikut:
a. Usia 1-2 hari : 15-60 ml/hari
b. Usia 3-10 hari : 100-300 ml/hari
c. Usia 10-12 bulan : 250-400 ml/hari
d. Usia 12 Bln-1 Th : 400-500 ml/hari
e. Usia 1-3 Tahun : 500-600 ml/hari
f. Usia 3-5 Tahun : 600-700 ml/hari
g. Usia 5-8 Tahun : 700-1000 ml/hari
h. Usia 8-14 Tahun : 800-1400 ml/hari
i. Usia 14 Th- Dwsa : 1500 ml/hari
j. Dewasa tua : <1500 ml/hari
e. Masalah-Masalah Eliminasi Urine
1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan
bladder untuk mengosongkan kandung kemih.Penyebeb distensi bladder
adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml.Normalnya
adalah 250-400 ml.
Tanda-tanda Klinis pada retensi:
a. Ketidaknyaman daerah pubis
b. Distensi vesika urinaria
c. Ketidaksanggupan untuk berkemih
d. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
e. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan
asupanny
f. Meningkat keresaha dan keinginan berkemih
g. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
Penyebab:
h. Operasi pada daerah abdomen bawah,pelvis vesika urinaria.
i. Trauma sumsum tulang belakang.
j. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang
lemah.
k. Sfingter yang kuat.
l. Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kalenjer prostate).
2. Inkotinensia Urine
Adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine.Inkotinensia terdiri atas:
a. Inkotinensia Dorongan
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine
tanpa sadar,terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk
berkemih.
Tanda-tanda inkotinensia dorongan:
1. Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
2. Sepasme kandung kemih
Kemungkinan penyebab
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan
sepasme
3. Minum alkohol atau caffein
4. Peningkatan cairan
5. Peningkatan konsentrasi urine
6. Distensi kandung kemih yang berlebihan
b. Inkontinensia total:
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat
diperkirakan.
Kemungkinan penyebab:
1. Dispungsi neurologi.
2. Kontraksi independent dan refleks detrusor karena pembedahan.
3. Trauma atau penyakiy yang mempengaruhi syaraf medula spinalis
4. Fistula
5. Neuropati
Tanda-tanda inkontinensial total:
1. Aliran konstant yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
2. Tidak ada distensi kandung kemih
3. Nocturia
4. Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
c. inkontinensia stres:
merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine
kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab:
1. Perubahan degeneratif pada otot pelfis dan struktur penunjang yang
berhubungan dengan penuaan.
2. Tekanan intra abdominal tinggi (obesitas)
3. Distensi kandung kemih
4. Otot pelfis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda inkontensia setres:
1. Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
2. Adanya dorongan berkemih
3. Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali.
d. Inkotinensia Refleks
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang tidak dirasakan<terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebab:
Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda Inkontinensia refleks:
1. Tidak ada dorongan berkemih.
2. Merasa bahwa kandung kemih penuh.
3. Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak di hambat pada
interval teratur.
e. Inkontinensial fugsional
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine
secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab:
Kerusakan neurologis(lesi medula sepinalis)
Tanda-tanda inkontinensial fungsional:
1. Adanya dorongan untuk berkemih
2. Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan
3. Enuresis
Merupakan ketidak sangupan menahan kemih(menggompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol spingter.
Faktor penyebab enuresis.
1. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
2. Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi
keinginan berkemih tidak diketahui,yang mengakibatkan
terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
3. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat
menampung urine dalam jumlah besar.
4. Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah (misalnya
persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orang
tua).
5. Orang tua yang mempumyai pendapat bahwa anaknya akan
mengatasi kebiasaanya tanpa di Bantu untuk mendidiknya.
6. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologist system
perkrmihan.
7. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral,atau
Makanan pemedas.
8. Anak yang takut jalan gelap untuk kekamar mandi
4. Perubahan Pola Berkemih
1. Frekuensi
Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat,biasanya terjadi pada cystitis,stress,dan wanita hamil.
2. Urgency
Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak
karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. Dysuria
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran berkemih,trauma,dan striktur uretra.
4.Polyuria (Diuresis)
Produksi urine melebihi normal,tanpa peningkatan intake cairan
misalnya pada pasien DM.
5. Urinary suppression
Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-
tiba.Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam),olyguria (urine
berkisar 100-300 ml/24 jam).
J. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata klien dan penanggung jawab
b. Keluhan klien
Nyeri pinggang, sakit saat miksi keluar darah serta nyeri pada supra pubis.
c. Riwayat penyakit sebelumnya
1) Apakah klien pernah dirawat sebelumnya bagaimana cara klien
mengatasi nyeri (mis. Nyeri berkurang jika klien bnyak minum dan
mengurangi aktifitas
2) Apakah klien ada riwayat alergi
d. Riwayat penyakit keluarga
1) Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
2) Apakah keluarga biasa mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung asam urat (ikan, daging, jeroan dan ayam)
3) Apakah klien biasa minum air yang sudah dimasak
e. Pemeriksaan fisik
1) Pada abdomen nyeri tekan pada pinggang
2) Apakah bledder terasa penuh
3) Nyeri pada pangkal paha
f. Pemeriksaan penunjang
1) Lab. hematuria (bila terjadi obstruksi yang lama)
2) Pemeriksaan pielografi intravena
3) Pemeriksaan ultrasonografi
4) Adanya batu didalam ginjal, vesika urinaria dan tanda-tanda obstruksi
urine
K. Diagnosa Keperawatan
Pada penderita vesikolithiasis didapatkan diagnosa menurutHerdman
(2012) dalam Buku Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014, antara lain :
1. Nyeri akut
Faktor yang berhubungan :
a. Agen cedera biologis
b. Agen cedera kimia
c. Agen cedera kimia
2. Retensi urine
Faktor yang berhubungan
a. Sumbatan
b. Tekanan ureter tinggi
c. Inhibisi arkus refleks
d. Sfingter kuat
3. Resiko Infeksi
Faktor Risiko
a. Penyakit kronis
b. Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan
patogen
c. Pertahanan tubuh primer yang adekuat
d. Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
e. Vaksinasi tidak adekuat
f. Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
g. Prosedur invasif
h. Malnutrisi
4. Risiko kerusakan integritas kulit
Faktor yang berhubungan
a. Eksternal
3) Zat kimia
4) Ekskresi
5) Usia yang ekstrem
6) Hipertermia
7) Hipotermia
8) Humiditas
9) Faktor mekanik (misalnya gaya gunting, tekanan,
pengekangan)
10) Lembab
11) Imobilisasi fisik
12) Radiasi
13) Sekresi
b. Internal
1) Perubahan pigmentasi
2) Perubahan turgor kulit
3) Faktor perkembangan
4) Kondisi ketdiakseimbangan nutrisi
5) Gangguan sirkulasi
6) Gangguan kondisi metabolik
7) Gangguan sensasi
8) Faktor imunologi
9) Medikasi
10) Faktor Psikogenetik
11) Tonjolan tulang
L. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada klien
diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
a. Klien tidak gelisah
b. Skala nyeri 1-2
c. Tanda vital normal.
Intervensi :
1) Kaji tanda vital klien.
2) Catat lokasi dan lamanya intensitas nyeri.
3) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman.
5) Kolaborasi pemberian analgesik (Narkotik), anti spasmodik dan
kortikosteroid.
2. Retensi urine
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada klien
diharapkan klien dapat BAK normal dengan kriteria hasil :
a. BAK dalam jumlah normal
b. Pola BAK seperti biasa
c. Nyeri hilang saat kencing
Intervensi :
1) Monitor out put intake serta karakteristik urine
2) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan (minimal 3 – 4
liter/hari sesuai dengan toleransi jantung)
3) Tampung urine 24 jam catat jika ada batu yang ikut keluar dan
kirim kelaboratorium untuk dianalisa.
4) Observasi perubahan warna, bau, PH urine setiap 2 jam.
5) Kolaborasi dalam memonitor pemeriksaan laboratorium seperti
elektrolit BUN (Blood Urea Nitrogen), keratin.
3. Risiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada klien
diharapkan tidakterdapat tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :
a. Limfosit dalam batas normal
b. Tanda vital normal
c. Tidak ditemukan tanda infeksi.
Intervensi :
1) Kaji lokasi dan luas luka.
2) Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumordan
perubahan fungsi).
3) Pantau tanda vital klien.
4) Kolaborasi pemberian antibiotik.
5) Ganti balut dengan prinsip steril.
4. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit
a. Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit .
b. Kriteria Hasil: tidak ditemukan tanda infeksi, tidak ada luka tambahan
c. Intervensi :
1) Kaji drainase luka.
2) Monitor adanya tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor dan
perubahan fungsi).
3) Kaji adanya luka tambahan pada klien.
4) Ganti balut dengan prinsip steril.
5) Kolaborasi pemberian antibiotik.
6) Himbau agar klien membatasi mobilitasnya.
7)
Daftar Pustaka
Brooker, Chris. 2005. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Grace, Pierce A & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah : Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
Hardman, T. Heather. 2012. Diagnosi Keperawtan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta EGC.
Isselbacher, Kurt. J, dkk. 2005. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
EGC.
Mitcheel, Richard H, dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta :
EGC.
Nadesul, Hendrawan. 2009. Resep Mudah Tatap Sehat. Jakarta : Kompas Media
Nusantara.
Potter, P.A&Perry, A.G.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses &. Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.