bab 1 praktikum metrologi

22
BAB I PENGUKURAN PISTON 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Piston dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah torak adalah komponen dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima hentakan pembakaran pada ruang bakar silinder liner. Komponen mesin ini dipegang oleh setang piston yang mendapatkan gerakan turun-naik dari gerakan berputar crankshaft.Pengertian umum Piston merupakan sumbat geser yang terpasang presisi di dalam sebuah silinder. Dengan tujuan, baik untuk mengubah volume dari tabung, menekan fluida di dalam silinder, membuka- tutup jalur aliran atau pun kombinasi semua itu. Pada silinder hidrolik piston menerima gaya dari fluida dan diteruskan menjadi gerakan segaris (linear). Piston merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu ketidaksempurnaan merupakan ciri utamanya. Tetapi dalam ketidaksempurnaannya inilah piston sering dianggap sebagai cukup baik untuk digunakan dalam suatu mesin, asalkan perancang mesin mengetahui batas toleransinya. Untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan ukuran produk piston dengan desain piston,maka dilakukan pengukuran piston. Pengukuran piston terdiri dari pengukuran linier, pengukuran kebulatan, dan pengukuran kekasaran permukaan. (http://attamtami.wordpress.com/2008/10/25/piston ) 1.1.1. TeoriPengukuran Linier Pengukuran Linear adalah proses pengukuran untuk mengetahui dimensi dari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya. Pengukuran Linear terbagi menjadi 2 dalam cara pembacaan skala dari alat yang digunakan, yaitu:

Upload: agoest-p-adi

Post on 20-Jun-2015

1.906 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PRAKTIKUM METROLOGI TEKNIK MESIN UNDIP

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Praktikum Metrologi

BAB I

PENGUKURAN PISTON

1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Piston dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah torak adalah

komponen dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara

masuk dan penerima hentakan pembakaran pada ruang bakar silinder liner.

Komponen mesin ini dipegang oleh setang piston yang mendapatkan gerakan

turun-naik dari gerakan berputar crankshaft.Pengertian umum Piston merupakan

sumbat geser yang terpasang presisi di dalam sebuah silinder. Dengan tujuan,

baik untuk mengubah volume dari tabung, menekan fluida di dalam silinder,

membuka- tutup jalur aliran atau pun kombinasi semua itu. Pada silinder

hidrolik piston menerima gaya dari fluida dan diteruskan menjadi gerakan

segaris (linear).

Piston merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu

ketidaksempurnaan merupakan ciri utamanya. Tetapi dalam

ketidaksempurnaannya inilah piston sering dianggap sebagai cukup baik untuk

digunakan dalam suatu mesin, asalkan perancang mesin mengetahui batas

toleransinya.

Untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan ukuran produk piston

dengan desain piston,maka dilakukan pengukuran piston.

Pengukuran piston terdiri dari pengukuran linier, pengukuran kebulatan,

dan pengukuran kekasaran permukaan.

(http://attamtami.wordpress.com/2008/10/25/piston)

1.1.1. TeoriPengukuran Linier

Pengukuran Linear adalah proses pengukuran untuk mengetahui dimensi

dari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya. Pengukuran Linear

terbagi menjadi 2 dalam cara pembacaan skala dari alat yang digunakan, yaitu:

Page 2: Bab 1 Praktikum Metrologi

A. PengukuranLinear PembacaanLangsung

Alatukurlangsungadalahalatukur yang mempunyai skala ukur yang telah

dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut.

Contoh alat ukur langsung :

a) MistarUkur

b) MistarIngsut

c) Mikrometer : - Mikrometer in.

- Mikrometer out.

Jadi, Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses pengukuran

dimana hasil pengukuran dapat dilihat langsung dari skala alat ukur yang

dipakai.

B. PengukuranLinear PembacaanTidakLangsung

Pengukuran Linear pembacaan tidak langsung yaitu pengukuran dengan

instrument pembanding, maksudnya dengan membandingkan dimensi yang

diperoleh dari hasil pengukuran kemudian membacanya dengan bantuan alat

ukur langsung.Pada pengukuranini, kita melakukan dua kali proses pengerjaan.

Macam-macam alat ukur yang tergolong alat ukur tidak langsung yaitu

Ø Outside Caliper

Ø Inside caliper

Ø Spring Divider

Ø CMM (Coordinate Measuring Machine)

(TaufiqRochimhal. 57, Spesifikasi, MetrologiIndustridanKontrol Kualitas,2001)

Page 3: Bab 1 Praktikum Metrologi

1.1.2. TeoriPengukuranKebulatan

Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditujukan untuk

memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui

apakah suatu benda benar-benar bulat atau tidak jika dilihat secara teliti dengan

menggunakan alat ukur.Benda bulat dalam pemanfaatannya biasa digunakan

secara berpasangan yaitu sebagai lubang atau poros. Terutama jika digunakan

sbagai komponen mesin. Oleh sebab itu poros dan lubang hars memiliki suaian

yang tepat agar dapat dipasangkan untuk dapat melaksanakan fungsinya.

Pada suatu batang bulat yang dikerjakan pada suatu mesin bubut atau

lubang yang dikerjakan pada suatu mesin bor telah diperhitungkan cara

penerjaannya, tetapi tidak umum kebulatan benda tersebut diukur atau diperiksa

karena dianggap bahwa alat-alat perkakas mesin yang digunakan dapat

menghasilkan suatu benda kerja pada derajat ketelitian yang dibutuhkan atau

diinginkan.

Sebuah benda yang berbentuk silinder pada dasarnya dalam setiap tempat

punya perbedaan jari-jari. Dengan menggunakan alat ukur dial indicator pada

benda ukur poros hasil proses bubut/plat bubut, serta alat bantu V Block dan dial

stand kita dapat melakukan pengukuran kebulatan untuk memeriksa kebulatan

benda tersebut. Dial indicator dapat digunakan untuk mengukur perubahan

ketinggian pada permukaan suatu benda. Jadi dapat diketahui benda tersebut

memiliki permukaan yang rata atau tidak. Dengan memanfaatkan prinsip yang

sama, sebuah bendayang berbentuk silinder dapat diperiksa kebulatannya.

Dengan menetapkan suatu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik nol)

kemudian melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah

terjadi pelekukan atau penggundukan yang mempengaruhi kebukatan benda

tersebut dan seberapa besar nilainya. Pengukuran kebulatan merupakan salah

satu dari tipe pengukuran yang tidak berfungsi menurut garis. Kebulatan dan

diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikian

keduanya saling berkaitan. Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil

pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan

menunjukkan ketidakbulatan. (Taufiq Rochim, 2001)

Page 4: Bab 1 Praktikum Metrologi

Simbol Pengukuran Kebulatan :

Gambar.1.1. Simbol Pengukuran Kebulatan

Adapuncontohpenggunaansimbolpadagambar

Gambar.1.2. Contoh aplikasi simbol kebulatan dalam gambar teknik

( sumber: www.google.com/toleransi material.pdf )

0 b/c d

Atau

0 e/f

Keterangan:

O = Simbol toleransi dari karakter produk (O) = kebulatan

b = Tolernsi yang diperbolehkan

c = Panjang bahan yang terkena toleransi

d = Benda / posisi acuan

e = Toleransi umum

f = Toleransi khusus ( hanya untuk bagian tertentu )

Page 5: Bab 1 Praktikum Metrologi

1.1.3. TeoriPengukuranKekasaran

Pengukuran kekasaran permukaan adalah suatu metode pengukuran dengan

menggunakan suatu alat baik alat sederhana maupun alat yang telah menggunakan

sensor guna mengetahui suatu bentuk geometri kekasaran dari suatu permukaan

Suatu kekasaran permukaan memegang peranan penting dalam perancangan

komponen mesin. Hal tersebut perlu dinyatakan dengan jelas misalnya dalam kaitannya

dengan gesekan, keausan, pelumasan, ketahanan kelelahan, perekatan dua atau lebih

komponen-komponen mesin.

Didalam pembahasan kekasaran permukaan suatu produk, pada umumnya perlu

diperhatikan beberapa parameter yang akan diperlukan untuk menentukan nilai

kekasarannya. Sebagai penentu kualitas produksi persyaratan kekasaran permukaan

komponen mesin menurut standar ISO dalam perancangan dimana parameter

dicantumkan pada gambar teknik.

Ketidaksempurnaan alat ukur dan cara pengukuran maupun evluasi hasil

pengukuran maka suatu permukaan sesungguhnya (real surface) tidaklah dapat dibuat

duplikatnya melainkan hanya mendekati bentuk sesungguhnya yang disebut permukaan

terukur. Sebagai contoh suatu celah yang sempit tidak akan dapat diikuti oleh jarum

peraba (stylus) dari alat ukur, karena dimensi ujung jarum relative lebih besar dari

ukuran celah. Sebagai contoh suatu celah yang sempit tidak akan dapat diikuti oleh

jarum peraba (stylus) dari alat ukur, karena dimensi ujung jarum relative lebih besar dari

ukuran celah.

Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan bila ditinjau dari profil dapat

diuraikan menjadi beberapa tingkat, seperti yang dijelaskan dalam tabel XIII. Tingkatan

pertama adalah merupakan ketidakteraturan makrogeometrik. Tingkatan kedua yang

disebut dengan gelombang (waviness) merupakan ketidakteraturan yang periodik

dengan panjang gelombang yang lebih jelas lebih besar dari kedalamannya

(amplitudonya). Tingkatan ketiga atau alur (groove) serta tingkatan keempat yang

disebut serpihan (flakes) keduanya lebih dikenal dengan istilah kekasaran (roughness).

Untuk mereproduksi profil suatu permukaan maka jarum peraba alat ukur harus

digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak yang telah

ditentukan terlebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut panjang pengukuran (traversing

Page 6: Bab 1 Praktikum Metrologi

length; lg) sesaat telah jarum bergerak dan sesaat sebelum jarum berhenti maka secara

elektronis alat ukur melakukan perhitungan berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum

peraba. Bagian dari panjang pengukuran dimana dilakukan analisa profil permukaan

dengan panjang sampel (sampling length, l). reproduksi dari profilnya seperti pada

gambar berikut dengan penambahan keterangan mengenai beberapa istilah profil yang

penting yaitu:

1. Profil geometris ideal (geometrically ideal profile) adalah profil dari permukaan

geometris ideal (dapat berupa garis lurus, lingkaran, ataupun garis lengkung).

2. Profil terukur (masured profile) adalah profil dari permukaan terukur.

3. Profil referensi (reference profile) adalah profile yang digunakan sebagai referensi

untuk menganalisis konfigurasi permukaan.

4. Profil dasar (root profile) adalah profil referensi yang digeserkan ke bawah (arah

tegak lurus terhadap profil geometris ideal pada panjang suatu sampel) sehingga

menyinggung titik terndah profil terukur.

5. Profil tengah (centre profile) adalah nama yang diberikan kepada profil referensi

yang digeserkan ke bawah (arah tegak lurus terhadap profil geomtris ideal pada suatu

panjang sampel) sedemikian rupa sehingga jumlah luas dari daerah-daerah di atas

profil sampai profil terukur adalah sama dengan jumlah luas dari daerah-daerah di

bawah profil tengah sampai profil terukur ( pada gambar dibawah ditunjukkan

dengan daerah-daerah yang diarsir mendatar dan daerah-daerah yang diarsir tegak).

Gambar1.3.posisi dari profil referensi, profil terukur, profi ltengah dan profil dasar

terhadap profil terukur untuk satu panjangsampel.

(Taufiq Rochim, TeknikPengukuran (MetrologiIndustri) : 1980)

Page 7: Bab 1 Praktikum Metrologi

1.2. TUJUAN

1. Mengetahui kekasaran permukaan piston

2. Mengetahui kebulatan piston

3. Mengetahui jenis-jenis alat ukur pengukuran piston

4. Mampu memilih/menetapkan serta menggunakan beberapa alat ukur linear

pada suatu proses pengukuran piston.

1.3. APLIKASI PENGUKURAN

1.3.1. PENGUKURAN LINIER

Aplikasi pengukuran linier dalam kehidupan sehari-hari antara lain :

1. Melakukan suatu pengukuran pada benda kerja sebelum dilakukan

proses produksi maupun desain teknisnya.

2. Mengukur dimensi dari benda kerja yang berukuran sangat kecil dan

mempunyai radius yang kecil.

3. Untuk mengukur ukuran ketelitian kunci yang akan dibuat oleh tukang

duplikat kunci dengan menggunakan Vernier Caliper.

4. Untuk mengukur ulir pada Pabrik atau Perusahaan pembuatan ulir

sebagai alat untuk melakukan pengontrolan kualitas ulir.

5. Pembuatan gambar teknik dari suatu komponen

6. Kontrol kualitas ; pengecekan komponen dengan design gambar kerja

7. Pengukuran diameter dalam pipa

8. Mengukur kedalaman lubang baut

9. Pembatan pola terhadap benda kerja

(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma

Persada Jakarta)

1.3.2. PENGUKURAN KEBULATAN

Aplikasi pengukuran kebulatan dalam kehidupan antara lain pada

suatu batang bulat yang dikerjakan pada suatu mesin bubut atau lubang

yang dikerjakan pada suatu mesin bor telah diperhitungkan cara

Page 8: Bab 1 Praktikum Metrologi

pengerjaannya, tetapi tidak umum kebulatan benda tersebut diukur atau

diperiksa karena dianggap bahwa alat-alat perkakas mesin yang

digunakan dapat menghasilkan suatu benda kerja pada derajat ketelitian

yang dibutuhkan atau diinginkan.

Adapun pengukuran kebulatan dalam kehidupan sehari-hari :

1. Untuk mengukur atau mengecek on-center position benda kerja pada

chuck

2. Menemukan perbedaan ukuran pada bagian dari suatu benda kerja

yang berbentuk silinder (bulat)

3. Mengukur Perangkat ABS

4. Mengukur Piston

5. Mengukur Poros roda gigi

6. Mengukur Roda gigi

7. Mengukur Poros engkol

( Drs. Syamsul Arifin, 1981dan Bruce J. Black, 1979)

1.3.3. PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN

1. Sebagai pemeriksaan pada sudu-sudu turbin apakah permukaannya

kasar atau halus. Karena jika kasar akan terdapat tegangan sisa yang

cukup besar.

Gambar 1.4. Sudu Turbin

(sumber : http://1.bp.blogspot.com/_OuxEWQu7tiQ/S61--NSFcAI)

2. Untuk mengukur tingkat kekasaran pada pipa, sehingga dapat

mengetahui nilai head losses mayor ( hL ) dan memudahkan para

enginer dalam merancang konstruksi perpipaan.

Page 9: Bab 1 Praktikum Metrologi

Gambar 1.5. Konstruksi Pipa

(http://www.infometrik.com/wp-content)

3. Untuk mengukur tingkat kekasaran pada poros, bertujuan untuk

mengetahui besarnya tegangan sisi yang terjadi pada saat poros itu

bekerja.

Gambar 1.6. Poros

(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect)

4. Untuk mengukur tingkat kekasaran piston dan ring piston pada motor

bakar, bertujuan untuk mengestimasi besarnya gesekan yang terjadi

dengan dinding ruang bakar karena piston tersebut bekerja secara

fluktuatif.

Gambar 1.7. Piston dan Ring Piston

(http://www.jappartsuk.com)

Page 10: Bab 1 Praktikum Metrologi

2. PROSES PENGUKURAN

2.1. ALAT DAN BENDA UKUR YANG DIGUNAKAN

A. Benda Ukur

1. Piston

Gambar 1.8. Gambar 2D dan 3D Piston

B. Alat ukur yang digunakan

1. Vernier Calliper

Page 11: Bab 1 Praktikum Metrologi

Gambar 1.9. Vernier Calliper

2. Dial Indicator

Gambar 1.10. Dial Indicator

3. Surface Roughness

Gambar 1.11. Surface Roughnes

C. Alat Bantu Ukur

1. V Block

Gambar 1.12. V-Block

Page 12: Bab 1 Praktikum Metrologi

2. Dial Stand

Gambar 1.13. Dial Stand

2.2. METODE PENGUKURAN

A. Pengukuran Linier

1. Pelajari cara penggunaan vernier calliper

2. Ukur bagian A, B, dan C pada benda ukur seperti yang ditunjukkan pada

modul.

3. Catat hasil pengukuran pada lembar kerja yang telah disediakan.

B. Pengukuran Kebulatan

1. Persiapkan dial indicator, dial stand dan blok V.

2. Pasang dial indicator pada dial stand.

3. Beri tanda garis sebanyak 12 garis di sekeliling benda ukur

4. Letakkan benda ukur pada blok V.

5. Atur posisi sensor dial indicator hingga menyentuh permukaan benda

ukur tepat pada posisi garis 1.

6. Pasang stopper dibelakang benda ukur yang ditumpukan pada kolom dial

stand agar pengukuran bias segaris.

7. Atur ketinggian jam ukur dial indicator yaitu setengah daerah maksimum

jam ukur, sehingga mencukupi untuk penyimpangan ke kiri dan ke kanan

Page 13: Bab 1 Praktikum Metrologi

dengan menaikkan dan menurunkan lengan pemegang jam ukur,

kemudian lakukan setting nol

8. Putar benda ukur searah jarum jam ke posisi garis nomor 2. Lihat

penunjukan skala pada dial indicator.

9. Tuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja tabel 3 titik 1 bagian A

nomor 2. Nomor 1-nya adalah 0 karena setting nol dilakukan pada garis

1.

10. Lakukan proses pengukuran untuk posisi garis berikutnya hingga posisi

nomor 12.

11. Setelah garis ke 12 selesai diukur, putar benda ukur ke posisi garis

nomor 1. Lihat penunjukan skala pada dial indicator

12. Tuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja tabel 3 titik 1 bagian B

nomor 1.

13. Lakukan kembali proses pengukuran seperti tadi tetapi benda kerjanya

diputar berlawanan arah jarum jam. Data hasil pengukurannya ditulis

pada lembar kerja tabel 3 titik 1 bagian B.

14. Geser benda ukur ke titik 2. Lakukan setting nol dan lakukan pengukuran

dengan cara yang sama seperti pada titik 1. Setelah titik 2 selesai, geser

benda ukur ke titik 3. Lakukan hal yang sama seperti pada titik 1 dan 2.

15. Buat grafik kebulatan dari benda ukur pada grafik koordinat polar.

C. Pengukuran Kekasaran Permukaan

1. Melakukan kalibrasi pada benda ukur kalibrasi

2. Meletakkanbendaukurdiatasdudukannya

3. Meletakkan surface roughness dan pastikan stylus menyentuh permukaan

benda kerja yang hendak diukur.

4. Melakukan pengukuran dengan variasi panjang sampel : 0,25 , 0,8 dan

2,5 mm.

5. Menuliskan hasilpembacaandari

3. HASIL PENGUKURAN

Page 14: Bab 1 Praktikum Metrologi

3.1. DATA HASIL PENGUKURAN

Tabel 1. Data Pengukuran Linier (mm)

Objek Ukur Hasil Pengukuran

Rata-rata 1 2 3

A 44,20 44,90 44,50 44,53

B 12,70 12,80 12,80 12,76

C 49,60 49,70 49,60 49,63

Tabel 2. Data Pengukuran Kekasaran Permukaan panjang sampel 0,25 mm

Posisi Parameter Kekasaran

Ra Rp = Rq Rt = Ry Rg = Rz

1 0,15 0,20 1,11 0,86

2 0,18 0,21 1,08 0,88

3 0,15 0,15 0,91 0,68

Rata-rata 0,16 0,187 1,03 0,807

Tabel3.HasilPengukuranKekasaranPermukaanpanjangsampel 2,5 mm

Posisi Parameter Kekasaran

Ra Rp = Rq Rt = Ry Rg = Rz

1 0,73 0,91 6,18 3,76

2 0,33 0,43 2,74 2,32

3 0,22 0,30 1,68 1,51

Rata-rata 0,427 0,547 3,53 2,53

Tabel4.HasilPengukuranKekasaranPermukaanpanjangsampel0,8 mm

Posisi Parameter Kekasaran

Ra Rp = Rq Rt = Ry Rg = Rz

1 0,08 0,11 0,67 0,61

2 0,23 0,3 1,71 1,46

Page 15: Bab 1 Praktikum Metrologi

3 0,14 0,19 1,71 1,05

Rata-rata 0,15 0,2 1,36 1,04

Tabel5.HasilPengukuranKebulatandenganmetoda V-block dan Dial

Indicator

No

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-

rata

Total A B

Rata-

rata A B

Rata-

rata A B

Rata-

rata

1 0 0 0 0 0.01 0.005 0 0.01 0.005 0.0033 2 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.01 3 -0.01 -0.01 -0.01 0 0.01 0.005 0.01 0.01 0.01 0.00166 4 -0.02 0 -0.01 0 0.01 0.005 0.01 0.01 0.01 0.00166 5 -0.01 0.01 0 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.0133 6 0 -0.01 -0.005 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.005

7 -0.01 -0.01 -0.01 0.01 0 0.005 0 0 0 -0.00166

8 -0.01 -0.01 -0.01 0.02 0.01 0.015 0.02 0.02 0.02 0.00833 9 0 0 0 0.02 0 0.01 0.02 0.01 0.015 0.00833

10 -0.01 -0.01 -0.01 0.02 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.0033 11 0 0.01 0.005 0.02 0.01 0.015 0.02 0.01 0.015 0.01166 12 0 0 0 0.01 0 0.005 0.01 0.01 0.01 0.005

Page 16: Bab 1 Praktikum Metrologi

GrafikKebulatan

Grafik 1.1. Pengukuran Kebulatan

3.2. ANALISA HASIL PENGUKURAN

A. Pengukuran Linier

Pada pengukuran objek A, B, dan C masing-masing terjadi perbedaan

hasil pengukuran,seharusnya nilai pengukuran pada masing-masing objek

ukur sama. Perbedaan ini terjadi dikarenakan dalam proses pengukuran

terjadi kesalahan dan kecermatan alat ukur yang rendah. Selain itu juga

dipengaruhi oleh keahlian operator/pengguna.

a. Alatukur yang mempunyai kecermatan adalah alat ukur yang mampu

mengukur benda ukur pada kecermatan tertentu sesuai dengan skala

terkecil pada suatu alat ukur.

Missal :

1. Dial Stand ketelitiannya 0,01 mm

2. Surface Roughness ketelitiannya 1 µm

3. Vernier caliper ketelitiannya 0,02 mm

Page 17: Bab 1 Praktikum Metrologi

b. Alat yang paling cermat yaitu surface roughness karena memiliki nilai

kecermatan yang tinggi dibandingkan alat ukur linear yang lainnya.

c. Alat ukur yang paling tidak cermat yaitu vernier caliper

d. Alat ukur yang digunakan adalah Dial indikator, dial stand, V block,

surface roughness,mistar ingsut/vernier caliper.

B. PengukuranKebulatan

Dari data hasil pengukuran kebulatan dapat dijelaskan bahwa profil

kebulatan dari benda kerja tidak bulat penuh yang ditunjukkan oleh data hasil

pengukuran yang nilainya berbeda-beda.Hal ini disebabkan karena adanya

kesalahan atau pergeseran garis saat melakukan pengukuran kebulatan akibat

kecermatan pengukur.

Penyebab tiap pengukuran berbeda karena perbedaan tempat pengujian.

Pada tiap titik terdapat perbedaan yang menunjukkan benda tersebut tidak

sepenuhnya bulat walaupun pada kenyataan terlihat benda tersebut bulat. Hal

ini terdapat kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai

berikut:

1. Benda ukur bergeser pada saat pengukuran sehingga pengukuran tidak

segaris. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan pengukuran awal dan akhir

walaupun pada posisi yang sama namun tidak segaris

2. Adanya getaran pada dial indikator karena sentuhan pada meja

3. Sensor alat ukur kurang sensitif

4. Kesalahan dalam menyeting nol dial indikator

5. Operator kurang teliti membaca hasil pegukuran

6. Operator melakukan kesalahan dalam memutar benda kerja

C. PengukuranKekasaranPermukaan

1. Pengukurankekasaranpermukaandenganmenggunakan Surface

Roughness denganketelitian 0,01 micrometer/1mm.

2. Pengukurandilakukansecaraberulangsebanyak 3 kali padasampel

yang sama. Untukmendapatkannilai rata-rata kekasaranpermukaan.

Page 18: Bab 1 Praktikum Metrologi

3. Kekasaran permukaan adalah amplitude terkecil di permukaan

pekerjaan yang ditinggalkan oleh pemotong logam atau pahat

pembentuk logam yang digunakan dalam proses produksi.

4. Kekasaran permukaan dari bagian-bagian mesin dan juga bekas

pengerjaan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

mutu bagian-bagian, seperti misalnya suaian atau ketahanan,

maupun tampak dari bagian-bagian.

5. Parameter kekasarandapatdibagimenjadi 4 yaitu Ra, Ry, Rz, Rq

pengukuran dengan panjang sampel berbeda menghasilkan hasil

pengukuran yang berbeda pula, karena perbedaan serta jangkauan

pengukuran.

Untuk dimensi arah tegak dikenal beberapa parameter yaitu :

1. Kekasaran total (peak to valley height/total height), Rt = Ry

adalah jarak antara profil refensi dengan profil dasar.

Dimensinya adalah dalam micron (µm).

2. Kekasaran perataan (depth of surface smoothness/ peak mean

line), Rp = Rq adalah jarak rata-rata antara profil referensi

dengan profil terukur.

Gambar 1.14.Analisa jarak profil terukur

3. Kekasaran rata-rata aritmetis (mean roughness index/ center

line average, CLA), Ra

adalah harga rata-rata aritmetis dari harga absolute terukur dengan

profil

Page 19: Bab 1 Praktikum Metrologi

tengah.

Gambar 1.15.Analisa kekasaran rata-rata

4. Kekasaran rata-rata kuadartis (root mean square height), Rg

adalah akar dari jarak kwadrat rata-rata antara profil terukur dengan

profil tengah.

Gambar 1.16.Analisa profil terukur arah mendatar

5. Kekasaran total rata-rata, Rz

Merupakan jarak rata-rata profil alas ke profil terukur pada lima puncak tertinggi dikurangi jarak rata-rata profil alas ke profil terukur pada lima lembah terendah.

Rz = (R1+R2+...+R5-...-R6-...-R10)/5

Page 20: Bab 1 Praktikum Metrologi

Gambar 1.17.Profil Parameter KekasaranPermukaan

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan Pengukuran Linier

1. Verniercalliperdapatdigunakanuntukpengukuran linier pada piston.

2. Dari hasil pengukuran diperoleh hasil rata-rata dari pengukuran linier pada

objek ukur A = 44,53 mm ; B = 12,76 mm ; C = 49,63 mm

3. Padasaatpenggunaanalat-alatukur linear maupunbukan linear, kecermatan

hasil ukuran tergantung dari keadaan alat ukur yang akan digunakan.

4. Terjadi perbedaan hasil pengukuran yang disebabkan karena dalam proses

pengukuran terjadi kesalahan dan kecermatan alat ukur yang rendah. Selain

itu juga dipengaruhi oleh keahlian operator/pengguna.

4.2. Kesimpulan Pengukuran Kebulatan

1. Dial indicator dapatdigunakanuntukmengukurkebulatan piston.

2. Dari hasil pengukuran diperoleh nilai rata-rata penyimpangan kebulatan

piston pada titik 1=0,0033 ; 2=0,01 ; 3=0,00166 ; 4=0.00166 ; 5=0,00133 ;

6=0,005 ; 7= -0,00166 ; 8=0,00833 ; 9=0,00833 ; 10=0,0033 ; 11=0,01166 ;

12=0,005.

3. Terjadi perbedaan hasil pengukuran yang disebabkan karena perbedaan profil

kebulatan pada piston, yang menunjukkan bahwa piston tidak bulat penuh.

Page 21: Bab 1 Praktikum Metrologi

4. Selain karena perbedaan profil kebulatan pada piston, perbedaan hasil

pengukuran juga terjadi karena getaran pada dial indicator yang disebabkan

karena operator menyentuh meja dimana dial indicator diletakkan.

4.3. Kesimpulan Pengukuran Kekasaran Permukaan

1. Surface Roughness dapat digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan

piston.

2. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan Surface Roughness yang

dilakukan 3 kali pada sampel yang sama, tetapi dengan panjang pengukuran

yang berbeda. Nilai dari parameter kekasaran permukaan panjang sampel

0,25 mm diperoleh rata-rata Ra=0,38 ; Rq=0,186 ; Ry=1,033 ; Rz=0.8066,

pada panjang sampel 0,8 mm rata-rata Ra=0,15 ; Rq=0,2 ; Ry=1.363 ;

Rz=1.04 dan pada panjang sampel 2,5 mm diperoleh rata-rata Ra=0,426 ;

Rq=0,546 ; Ry=3.533 ; Rz=2.53

3. Hasil pengukuran yang dilakukan tiga kali pengulangan menghasilkan range

simpangan yang besar pada tiap parameter kekasarannya, hal ini dapat terjadi

karena distribusi nilai kekasaran permukaan benda kerja di tiap titik tidak

seragam dan terjadinya histerisis dari alat ukur.

4.4 Kesalahan Pengukuran

1. Alat ukur

Alat yang akan digunakan sebaiknya di kalibrasi terlebih dahulu. Apabila

belum di kalibrasi akan timbul hal – hal yang merugikan seperti

histerisis, kepasifan, pergesaran, dan kestabilan nol yang jelek.

2. Benda Ukur

Sebaiknya diperhatikan deformasi benda – benda yang akan mengalami

deformasi. Karena itu akan mempengaruhi hasil pengukuran dari benda

tersebut. Meskipun harga deformasi ini dianggap kecil dan sering

diabaikan dalam hal perhitungan kekuatan, dalam hal pengukuran

geometrik yang cermat membuat deformasi ini menjadi bermakna untuk

diperhitungkan dan dapat menjadi sumber kesalahan sistematik.

3. Posisi Pengukuran

Page 22: Bab 1 Praktikum Metrologi

Menggunakan prinsip ABBE : “Garis ukur harus berhimpit dengan garis

dimensi”.

4. Lingkungan

Harus diperhatikan kebersihan dari ruangan tersebut, tingkat

kebisingannya, pencahayaan yang mencukupi di ruangan, temperatur

ruangan.

5. Operator

Operator harus mempunyai pengalaman praktek yang didasari teori yang

mencukupi, mempunyai dasar – dasar pengetahuan alat ukur, waspada

anakn kemungkinan letak sumber penyimpangan, mampu menganalisis

suatu persoalan pengukuran, dan sadar bahwa hasil pengukuran adalah

merupakan tanggung jawab hasil kerjanya.

TaufiqRochimhal.156, Spesifikasi, MetrologiIndustridanKontrol Kualitas,2001)

Saran

1. Padasaat proses pengukuran, posisi benda ukur dan alat ukur harus tepat atau

dengan kata lain posisi benda ukur tidak bergerak.

2. Baca dan pelajari prosedur penggunan alat ukur dengan baik dan benar.

3. Lakukan pembacan skala dengan tepat dan benar.

4. Karena harga alat ukur yang relative mahal, berhai-hatilah dalam

menggunakannya.

5. Ada alat ukur yang sangat sensitive terhadap getaran, oleh Karena itu hati-hati

dalam menggunakannya karena akan mempengaruhi hasil pengukuran.

6. Pengalaman pengukur juga akan mempengaruhi hasil pengukuran. Oleh karena itu

diperlukan banyak latihan dan pengalaman dalam mengukur.