aritmia
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah disritmia ataupun aritmia pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, meskipun
disritmia lebih diartikan sebagai abnormalitas irama jantung, sedangkan aritmia berarti tidak
adanya irama. Sekarang lebih banyak digunakan istilah disritmia.
Disritmia bisa diakibatkan oleh gangguan automatisitas, gangguan hantaran, atau
kombinasi keduanya. Gangguan automatisitas terlihat berupa percepatan atau perlambatan nodus
sinus, misalnya pada takikardia atau bradikardia sinus. Gangguan hantaran bisa berupa irama
yang sangat cepat (misalnya, pada sindroma WPW dengan takikardia) atau sangat lambat (blok
atrioventrikular). Kombinasi bisa terlihat pada denyut atrial prematur dengan blok
atrioventrikular derajat I, atau flutter atrium dengan blok 3;1.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Irama jantung normal adalah irama yang berasal dari nodus SA , yang datang secara
teratur dengan frekuensi antara 60-100/menit, dan dengan hantaran tidak mengalami hambatan
pada tingkat manapun.
Aritmia adalah :
Irama yang berasal bukan dari nodus SA
Irama yang tidak teratur, sekalipun berasal dari nodus SA, misalnya sinus aritmia
Frekuensi kurang dari 60x/menit (sinus bradikardi) atau lebih dari 100x/menit (sinus
takikardi)
Terdapatnya hambatan impuls supra atau intra ventrikular
Untuk membaca irama jantung, disamping frekuensi dan teratur atau tidaknya, harus
dilihat juga tempat asal (fokus) irama tersebut. Nodus SA merupakan fokus irama jantung yang
paling dominan, sehingga pada umumnya irama jantung adalah irama sinus. Bila nodus SA tidak
dapat lagi mendominasi fokus lainnya, maka irama jantung akan ditentukan oleh fokus lainnya
itu. Fokus irama jantung ini menjadi dasar dari klasifikasi aritmia.
Klasifikasi aritmia masih bisa ditentukan pula oleh kecepatan hantaran impuls melalui
berkas penghantar seperti berkas His dan percabangannya (Bundle Branch), yang bisa mendapat
berbagai bentuk hambatan dari parsial sampai total.
II.2. Mekanisme Terjadinya Aritmia
Dalam jantung terdapat sel-sel yang mempunyai automatisitas, artinya dapat dengan
sendirinya secara teratur melepaskan rangsang (impuls). Sel-sel ini setelah repolarisasi fase 1, 2
dan 3 akan masuk ke fase 4 yang secara spontan perlahan-lahan akan mengalami fase
depolarisasi, dan apabila telah melewati ambang batasnya akan timbullah impuls. Impuls ini
kemudian akan merangsang sel-sel sekitarnya, selanjutnya disebarkan ke seluruh jantung
sehingga menghasilkan denyut jantung spontan.
2
Kelompok-kelompok sel yang mempunyai automatisitas, misalnya terdapat pada nodus
SA, kelompok sel-sel yang terdapat di atrium dan ventrikel, AV junction, sepanjang berkas
(bundle) His dan lain-lain. Pada keadaan normal yang paling dominan adalah yang berada di
nodus SA. Bila ia mengalami depresi dan tidak dapat mengeluarkan impuls pada waktunya,
maka fokus yang berada di tempat lain akan mengambil alih pembentukan impuls, sehingga
terjadilah irama jantung yang baru yang disebut sebagai aritmia. Kadang-kadang fokus lainnya
secara aktif mengambil alih dominasi nodus SA dan menentukan irama jantung tersebut, dengan
fokus yang lebih cepat, misalnya pada ventrikular atau supraventrikular takikardia. Selain itu,
kecepatan perjalanan impuls munuju ke seluruh jantung juga dapat menimbulkan aritmia.
Maka dapat disimpulkan bahwa aritmia bisa timbul melalui mekanisme berikut :
Pengaruh persarafan autonom (simpatis dan parasimpatis) yang mempengaruhi HR
Nodus SA mengalami depresi sehingga fokus irama jantung diambil alih yang lain
Fokus yang lain lebih aktif dari nodus SA dan mengontrol irama jantung
Nodus SA membentuk impuls, akan tetapi tidak dapat keluar (Sinus arrest) atau
mengalami hambatan dalam perjalanannya keluar nodus SA (SA block)
Terjadi hambatan perjalanan impuls sesudah keluar nodus SA, misalnya di daerah atrium,
berkas His, ventrikel dan lain-lain
Hambatan yang terjadi dapat uni/bi direksional atau dapat pula parsial sampai dengan
komplit. Namun dapat pula menjadi dasar terjadinya aritmia lain, terutama takiaritmia, yaitu
melalui mekanisme reentry. Fokus lain dapat mendominasi nodus SA dan mengambil alih irama
jantung selain karena nodus SA tertekan, juga dapat karena fokus lainnya itu lebih aktif dengan
frekuensi yang lebih tinggi.
Terjadinya peningkatan frekuensi fokus lainnya dapat timbul dengan berbagai cara :
Pengaruh persarafan yang menekan nodus SA atau mengaktifkan kelompok-kelompok
sel automatisitas di dalam atau di luar nodus SA
Timbulnya reentry takikardia di salah satu tempat penghantar baik supra atau ventrikular
karena timbulnya hambatan parsial ataupun komplit, uni atau bi direksional, maupun
hambatan masuknya impuls (entrance block) setempat
Selain reentry tachycardia dan berbagai derajat blok AV, hambatan yang timbul pada
penghantar dapat menjadi dasar terjadinya berbagai aritmia, seperti bundle branch block
3
(BBB), rate dependent BBB/aberrant conduction, extra systole baik single, consequtive
hingga Salvo/run, bahkan parosismal takikardia, parasistol, fusion beat, dan lain-lain.
II.3. Etiologi Aritmia
Aritmia dapat terjadi karena hal-hal yang mempengaruhi kelompok sel-sel yang
mempunyai automatisitas dan sistem penghantarnya :
Persarafan autonom dan obat-obatan yang mempengaruhinya
Lingkungan sekitarnya seperti beratnya iskemia, pH dan berbagai elektrolit dalam serum,
obat-obatan
Kelainan jantung seperti fibrotis dan sikatriks, inflamasi, metabolit-metabolit dan
jaringan-jaringan abnormal/degeneratif dalam jantung seperti amiloidosis, kalsifikasi, dan
lain-lain
Rangsangan dari luar jantung seperti pace maker
Berbagai etiologi ini dapat saling memberatkan, artinya bila telah ada hipertrofi otot
jantung misalnya, kemudian timbul pula iskemia dan gangguan balance elektrolit maka aritmia
akan lebih mudah timbul, sedangkan mengontrolnya pun lebih sulit pula.
Karena itu sebaiknya sudah ada struktur jantung pasien waktu ia dirawat, sehingga sudah dapat
diantisipasi atau bahkan sudah dapat mulai diberikan pencegahan timbulnya aritmia.
II.4. Klasifikasi Aritmia
Dari mekanisme terjadinya irama jantung dan aritmia maka dapat dibuat klasifikasi irama
jantung sebagai berikut :
Irama berasal dari nodus SA
- Irama sinus normal, yaitu irama jantung normal pada umumnya
- Sinus aritmia, baik yang disebabkan pernapasan (“respiratory”) ataupun tidak
- Sinus takikardia, peningkatan aktivitas node SA 100 kali/menit atau lebih
Aritmia atrial
- Fibrilasi atrial (AFi) dengan respons ventrikel cepat, normal, atau lambat
- Fluter atrial (AFl)
4
- Atrial takikardia, biasanya paroksismal (PAT, Paroxysmal Atrial Tachycardia). Ada
juga yang disertai dengan blok hantarannya, dan disebut sebagai PAT dengan blok.
- Ekstrasistol atrial yaitu bila denyut dari Atrial tersebut hanya datang satu per satu,
mungkin dari satu fokus (unifokal) atau lebih (multi fokal)
Aritmia AV jungsional
Ada yang timbul pasif, yaitu karena nodus SA kurang aktif sehingga diambil alih :
- Irama AV jungsional, biasanya bradikardia, bisa tinggi, sedang, atau rendah
- AV jungsional takikardia non paroksismal, yaitu irama ad 1 dengan HR yang cepat
(70-130/menit). Tapi ada pula yang secara aktif mendominasi nodus SA dan fokus-
fokus lainnya.
- AV jungsional ekstrasistol (uni-multi focal)
- AV jungsional takikardia paroksismal, seperti PAT
Seringkali sukar membedakan antara irama yang berasal dari Atrial atau AV
Jungsional, sehingga disebut saja sebagai irama supra ventrikular, karena memang
keduanya berasal dari atas ventrikel dan penatalaksanannya tidak jauh berbeda.
Tetapi AFl dan AFi tidak mungkin dari AV Jungsional, sebagaimana irama AV
Junctional pasif (non paroksismal) dapat dikenali bukan atrial.
Aritmia Supra Ventrikular (SV) lainnya
- Aritmia SV multifokal/wandering pace maker
- Multifokal SV takikardia
- Multifokal SV takikardia dengan blok
- SV ekstrasistol “non conducted”
Aritmia ventrikular
- Irama Idio Ventrikular, biasanya non paroksismal, dan idio ventrikular takikardia/non
paroksismal ventrikular takikardia (non PVT)
- Paroksismal ventrikular takikardia (PVT)
- Fluter ventrikular (VFl) serta Fibrilasi Ventrikular (VFi)
- Parasistol ventrikular
Gangguan hantaran pada sekitar berkas His dan percabangannya (Bundle Branch)
- Blok AV (AVB) derajat 1, 2 (tipe 1 Wenkebach serta tipe 2) dan 3 (total)
5
- Bundle Branch Block (BBB), mungkin kanan (RBBB) atau kiri (LBBB), bisa parsial
(inkomplit) atau total (komplit) dan bisa juga tergantung pada HR sehingga disebut
sebagai “rate dependent Bundle Branch Block”
Dalam suatu rekaman dari seorang pasien bisa ditemukan irama jantung sinus dengan
ekstrasistol ventrikel (VES) atau SVES unifokal atau multifokal, multifokal SVES
dengan aberantia, atau irama jantung yang berganti-ganti ke aritmia AV jungsional
atau atrial atau ventrikular, tergantung kondisi dan faktor etiologi yang ada. Kunci
pembedaan antara irama ventrikular atau supraventrikular adalah menemukan ada
tidaknya gelombang P dan menentukan posisinya/hubungannya terhadap QRS. Irama
ventrikular tidak didahului P atau tidak ada hubungan antara P dan QRS.
Gangguan Irama Jantung yang Spesifik
Gangguan irama jantung (disritmia atau aritmia) tidak hanya terbatas pada denyut jantung
yang tidak teratur, tetapi juga termasuk kecepatan denyut jantung yang abnormal dan gangguan
konduksi.
Gangguan pada Nodus Sinus
Bradikardia Sinus
Bradikardia sinus ialah irama sinus yang kurang dari 60 kali per menit. Hal ini sering
diketemukan pada olahragawan yang terlatih. Pada pasien usia lanjut bradikardia sinus dapat
disebabkan oleh gangguan faal nodus sinus. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan karena
miskedema (hipotiroidisme), hipotermia, vagotonia, dan tekanan intrakranial yang meninggi.
Umumnya bradikardia sinus tidak perlu diobati bila tidak ada keluhan. Tetapi bila denyut kurang
dari 40 kali per menit dan pasien merasa gelap (black out), mendapat serangan sinkop, lelah,
hipotensi karena curah jantung yang menurun, maka sebaiknya diobati dengan sulfas atropine,
yang dapat diberikan secara intravena. Bila tidak berhasil dengan terapi medikamentosa, kadang-
kadang perlu pemasangan pacu jantung.
Blok Sinoatrial
6
Blok sinoatrial ialah keadaan dimana pembentukan impuls di nodus sinus masih normal
tapi impuls dari nodus sinus tidak dapat mencapai atrium secara lengkap sehingga pada
gelombang P pada EKG tidak muncul pada waktunya dan jarak interval P-P menjadi dua kali
jarak interval P-P yang normal.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh stimulasi vagus yang berlebihan, miokarditis,
penyakit jantung koroner, terutama infark jantung bagian inferior, keracunan digitalis atau obat
anti aritmia yang lain. Blok sinoatrial dapat menimbulkan serangan sinkop pada pasien.
Pengobatan ditujukan pada penyakit dasarnya disertai pemberian sulfas atropine, atau
perangsang beta adrenergic, seperti efedrin, isoproterenol, alupen. Pasien yang resisten terhadap
pengobatan perlu dilakukan pemasangan pacu jantung.
Aritmia Sinus
Aritmia sinus ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih cepat pada
waktu inspirasi dan menjadi lebih lambat pada waktu ekspirasi. Keadaan ini menjadi lebih nyata
ketika pasien disuruh menarik napas dalam. Aritmia ini hilang kalau timbul takikardia pada
pasien karena melakukan kegiatan olahraga atau pasien menderita demam. Keadaan ini dapat
ditemukan pada individu sehat dan tidak membutuhkan pengobatan.
Takikardia Sinus
Takikardia sinus ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100 kali per menit. Keadaan ini
bisa ditemukan pada bayi dan anak kecil, dan takikardia sinus juga sering ditemukan pada
beberapa keadaan stress fisiologis maupun patologis seperti kegiatan fisik (olah raga), demam,
hipertiroidisme, anemia, infeksi, sepsis, hipovolemia, penyakit paru kronik. Obat-obatan seperti
atropine, katekolamin, kafein, hormone tiroid dapat menimbulkan takikardia sinus. Takikardia
juga bisa dapat disebabkan karena gagal jantung. Terapi ditujukan pada kelainan dasarnya.
Pemberian digitalis hanya pada gagal jantung. Pada hipertiroidisme kadang-kadang perlu
diberikan penghambat beta.
Kelainan Irama Jantung yang Berasal dari Atrium
7
Ekstrasistol Atrial
Ekstrasistolsistol atrial disebut juga premature atrial beats. Hal ini terjadi karena adanya
impuls yang berasal dari atrium yang timbul secara prematur. Keadaan ini biasanya tidak
mempunyai arti klinis yang penting, tetapi kadang-kadang dapat menjadi pencetus timbulnya
takikardia supraventrikular dan fibrilasi atrial. Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya
gelombang P yang timbul prematur diikuti kompleks QRS yang normal. Ekstrasistol atrial tidak
membutuhkan pengobatan.
Takikardia Atrial Paroksismal
Takikardia atrial paroksismal disebut juga takikardia supraventrikular paroksismal.
Takikardia atrial paroksismal ialah suatu takikardia yang berasal dari atrium atau nodus AV.
Biasanya karena adanya re-entry baik di atrium atau nodus AV.
Pasien dengan takikardia atrial merasa jantung berdebar cepat sekali, dapat disertai
keringat dingin dan pasien akan merasa lemah. Kadang-kadang timbul sesak nafas dan hipotensi.
Pada pasien dengan penyakit jantung koroner bila mendapat serangan takikardia akan timbul
serangan angina.
Pada pemeriksaan EKG akan terlihat gambaran seperti ekstrasistol atrial yang berturut-
turut lebih dari enam. Pada EKG kadang-kadang sukar dibedakan antara takikardia atrial dan
takikardia ventrikel terutama bila gelombang P tidak jelas dan ada aberansi kompleks QRS.
Takikardia atrial dapat berlangsung sebentar atau menetap sampai beberapa hari.
Penatalaksanaan takikardia atrial paroksismal harus dilakukan segera, yaitu dengan
memberikan penekanan pada bola mata (eyeball pressusre) atau massage sinus karotikus. Bila
tak berhasil dapat diberikan verapamil secara intravena. Obat lain yang dapat dipakai adenosine,
diltiazem, digitalis, dan penyekat beta secara intravena. Bila obat-obatan tidak berhasil
menghentikan takikardia perlu dipertimbangkan tindakan defibrilasi denga DC (direct current)
counter shock.
Fibrilasi Atrial
Pada fibrilasi atrial terjadi eksitasi dan recovery yang sangat tidak teratur pada atrium.
Oleh karena itu impuls listrik yang timbul dari atrium juga sangat cepat dan sama sekali tidak
teratur. Pada pemeriksaan EKG akan tampak adanya gelombang fibrilasi (fibrillation wave) yang
8
berupa gelombang yang sangat tidak teratur dan sangat cepat dengan frekuensi dari 300 sampai
500 kali per menit. Bentuk gelombang fibrilasi dapat kasar (coarse atrial fibrillation) dengan
amplitude lebih dari 1 mm, atau halus (fine atrial fibrillation) sehingga gelombangnya tidak
begitu nyata. Biasanya hanya sebagian kecil dari impuls tersebut yang sampai di ventrikel karena
dihambat oleh nodus AV yang melindungi ventrikel, supaya denyut ventrikel tidak terlalu cepat,
sehingga akan menimbulkan denyut ventrikel antara 80-150 per menit.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan irama jantung yang sama sekali tidak teratur dengan
bunyi jantung yang intensitasnya tidak sama. Seringkali didapatkan adanya defisit pulsus.
Diagnosis dapat dengan mudah dilakukan dengan pemeriksaan EKG.
Fibrilasi atrial dapat berlangsung sebentar (paroksismal) atau menetap. Fibrilasi atrial
dapat disebabkan karena penyakit katup mitral, seperti stenosis mitral, penyakit jantung iskemia,
infark miokard akut, tirotoksikosis, dan infeksi akut pada jantung.
Pengobatan tergantung pada cepatnya denyut jantung, penyebab dan keadaan pasien. Bila
denyut jantung cepat sekali, lebih dari 150 per menit dan pasien dalam keadaan shock, mungkin
perlu dilakukan kardioversi dengan direct current counter shock. Bila denyut jantung cepat
sekali dan pasien dengan gagal jantung, dapat diberikan digoksin secara intravena bersama-sama
dengan pemberian furosemid dan amiodaron secara intravena.
Bila denyut jantung tidak terlalu cepat dapat diberikan digoksin secara oral untuk
mengontrol denyut jantung, kadang-kadang perlu diberikan bersama penyekat beta misalnya
pada tirotoksikosis atau dapat diberikan verapamil kalau ada kontraindikasi pemberian penyekat
beta.
Untuk mengkonversi fibrilasi menjadi irama sinus dapat diberikan amiodaron secara
intravena, rhythmonom propafenon per oral atau disopiramid secara oral. Akhir-akhir ini ada
obat baru yang lebih efektif untuk konversi fibrilasi atrial seperti dofetilid dan ibutilid.
Aritmia yang Disebabkan Oleh Pembentukan Rangsang Ektopik di Nodus AV
Ekstrasistol Nodal
Irama ektopik dapat berasal dari nodus AV. Seperti ekstrasistol atrial biasanya bersifat
jinak. Secara klinis ekstrasistol nodal tidak dapat dibedakan dengan ekstrasistol ventrikular atau
atrial. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan EKG yang menunjukkan gambaran
9
seperti ekstrasistol atrial, kecuali gelombang P dari ekstrasistol berbentuk negatif di hantaran II
atau gelombang P tak tampak, atau gelombang P muncul setelah kompleks QRS.
Irama Nodal ( Nodal Rhythm )
Pada irama nodal (junctional rhythm atau AV nodal escape rhythm), maka nodus
atrioventrikularis berpusat sebagai pusat ektopik yang memacu jantung dan pada gambaran EKG
tampak irama jantung dengan gelombang P berasal dari nodus AV diikuti kompleks QRS biasa
dengan kecepatan 50-60 permenit. Keadaan ini dapat terjadi karena iskemia jantung atau
intoksikasi digitalis. Kelainan ini belum tentu memerlukan pengobatan khusus, kecuali bila
frekuensi jantung menjadi sangat lambat, kurang dari 40 kali per menit atau menimbulkan
gangguan hemodinamik, maka perlu terapi dengan atropine sulfat secara intravena, kadang-
kadang perlu pemasangan pemacu jantung sementara.
Takikardia Nodal ( AV junctional tachycardia atau nodal tachycardia )
Ada dua macam takikardia nodal yaitu junctional tachycardia dengan kecepatan 100-140
per menit dan extrasystolic AV junctional tachycardia dengan denyut ventrikel 100-140 per
menit.
Pada yang pertama terdapat percepatan junctional rhythm, yang menjadi nyata bila
kecepatannya melebihi kecepatan nodus sinus. Hal ini dapat disebabkan oleh intoksikasi
digitalis, infark miokard akut atau demam rematik akut. Pada intoksikasi digitalis harus diobati
secepatnya karena dapat menjadi takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel. Digitalis harus
dihentikan dan diberikan difenilhidantoin.
Takikardi AV junctional sangat mirip dengan takikardia atrial, baik dalam diagnosis,
gambaran klinis maupun pengobatannya.
Aritmia yang Disebabkan Oleh Pembentukan Rangsang Ektopik di Nodus AV
Ekstrasistol Ventrikel
Ekstrasistol ventrikel ialah gangguan irama dimana timbul denyut jantung prematur yang
berasal dari fokus yang terletak di ventrikel. Ekstrasistol ventrikel dapat berasal dari satu fokus
atau lebih (multifocal). Ekstrasistol ventrikel merupakan kelainan irama jantung yang paling
10
sering ditemukan dan dapat timbul pada jantung yang normal. Biasanya frekuensinya bertambah
dengan bertambahnya usia, terlebih bila banyak minum kopi, merokok atau emosi.
Ekstrasistol ventrikel dapat disebabkan oleh iskemia miokard, infarks miokard akut,
gagal jantung, sindrom QT yang memanjang, prolaps katup mitral, cerebrovaskular accident,
keracunan digitalis, hipokalemia, miokarditis, kardiomiopati. Pengobatan ditujukan pada
penyakit dasarnya atau pengobatan perlu diberikan pada ventrikel ekstrasistol yang dapat
berkembang menjadi aritmia ventrikel yang lebih berbahaya, seperti takikardia ventrikel.
Pada pasien dengan infark jantung akut terapi perlu diberikan bila ekstrasistol dianggap
maligna, karena dapat berkembang menjadi aritmia ventrikel yang berbahaya seperti takikardia
atau fibrilasi ventrikel. Ekstrasistol yang maligna yaitu yang jumlahnya lebih dari 5 kali per
menit, ekstrasistol ventrikel yang timbul berturut-turut (consecutive), ekstrasistol ventrikel yang
multifocal, ekstrasistol yang timbul pada gelombang T (R on T).
Obat yang paling sering dipakai pada ekstrasistol ventrikel yang maligna pada infark
jantung akut ialah xilokain yang diberikan secara intravena dengan dosis bolus 1-2 mg per kg
berat badan, dilanjutkan dengan infus 1-2 per menit. Dosis dapat dinaikkan sampai 4 mg per
menit. Obat lain yang dapat dipakai amiodaron, meksiletin, dilantin. Pada pasien yang tak ada
kelainan jantung organik lain maka pengobatan ekstrasistol ditujukan pada terapi non
farmakologi seperti menghentikan kebiasaan minum kopi, merokok, menghindari obat-obat
simpatomimetik seperti adrenalin, efedrin dan lain-lain. Kadang-kadang perlu pemberian
tranquilizer pada pasien yang banyak ketegangan.
Takikardia Ventrikel
Takikardia ventrikel ialah ekstrasistol ventrikel yang timbul berturut-turut 4 kali atau
lebih. Kelainan irama ini berbahaya dan membutuhkan pengobatan segera. Takikardia ventrikel
mudah berkembang menjadi fibrilasi ventrikel dan dapat menyebabkan henti jantung (cardiac
arrest). Penyebab takikardia ventrikel antara lain penyakit jantung koroner, infark miokard akut,
gagal jantung, keracunan digitalis. Takikardia umumnya menunjukkan adanya penyakit jantung
yang berat. Diagnosis takikardia ventrikel ditegakkan bila ditemukan takikardia dengan
kecepatan 150-210 per menit, umumnya teratur tapi kadang-kadang sedikit tidak teratur.
Biasanya timbul tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Penekanan pada bola mata atau
11
penekanan pada arteri karotis tidak ada efek apa-apa. Intensitas bunyi jantung kadang-kadang
berubah-ubah karena adanya disosiasi AV.
Kepastian diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan EKG dimana didapatkan
adanya takikardia dengan kompleks QRS yang lebar, lebih dari 0,21 detik dan tak ada hubungan
dengan gelombang P. Kadang-kadang sukar dibedakan dengan takikardia atrial paroksismal
disertai konduksi aberan. Sehingga kadang-kadang diperlukan pemeriksaan His bundle
electrocardiogram untuk untuk menegakkan diagnosis yang pasti.
Pengobatan dengan memakai xilokain 1-2 mg per kgbb dilanjutkan dengan pemberian
infus 1-2 mg per menit seperti pada pengobatan ekstrasistol ventrikel yang maligna. Infus
diberikan paling sedikit selama 24 jam, selanjutnya dapat diberikan amiodaron, meksiletin atau
sotalol secara oral. Dalam keadaan akut selain xilokain juga dapat diberikan amiodaron per infus.
Bila pasien dalam keadaan distress, gagal jantung atau syok harus segera dilakukan defibrilasi
dengan DC shock dengan dosis 50-100 Joules.
Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi ventrikel ialah irama ventrikel yang chaos dan sama sekali tidak teratur. Hal ini
menyebabkan ventrikel tak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga curah jantung sangat
menurun, bahkan sama sekali tidak ada, sehingga tekanan darah dan nadi tidak bisa diukur,
pasien tidak sadar dan bila tidak segera ditolong akan menyebabkan kematian. Fibrilasi ventrikel
paling sering karena penyakit jantung koroner, terutama infark miokard akut, penyebab lain
intoksikasi digitalis, sindrom QT yang memanjang. Pada pasien harus secepatnya dilakukan
resusitasi jantung paru, yaitu pernapasan buatan dan pijat jantung dan secepatnya dilakukan
direct current countershock dengan dosis 400 Joules. Pasien juga diberikan xilokain atau
amiodaron secara intravena. Pertolongan harus diberikan dalam 2-4 menit, bila tidak terlambat
prognosis cukup baik. Bila sudah lebih dari 5 menit dapat terjadi kerusakan otak, sehingga
walaupun irama jantung kembali normal, mungkin kesadaran pasien tidak dapat kembali.
Takikardia Idioventrikular
Pada takikardia idioventrikular, gambaran EKG memperlihatkan adanya kompleks QRS
yang berasal dari ventrikel (lebar dan bizarre) berturut-turut 3 atau lebih dengan kecepatan 60-
100 kali per menit. Keadaan ini disebut juga slow ventricular tachycardia atau accelerated
12
idioventricular rhythm. Kelainan ini paling sering disebabkan oleh infark miokard akut.
Takikardia idioventrikular biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Bila
terjadi terus-menerus dan ditemukan tanda hipoperfusi jaringan, maka perlu diberi terapi dengan
atropine sulfat 0,5-1 mg secara intravena.
Gangguan Konduksi
Heart block (blok jantung). Istilah blok jantung menunjukkan suatu keadaan dimana
terjadi gangguan konduksi di nodus AV. Interval PR ialah waktu yang dibutuhkan oleh impuls
listrik untuk menjalar dari atrium ke nodus AV dan His bundle serta cabang-cabangnya sampai
ke ventrikel. Interval PR yang normal berkisar antara 0,12-0,20 detik.
Berdasarkan pemeriksaan EKG blok AV dibagi 3, yaitu :
Blok AV tingkat I
Pada blok AV tingkat I interval PR memanjang lebih dari 0,20 detik
Blok AV tingkat II
Terjadi kegagalan impuls dari atrium untuk mencapai ventrikel secara intermiten,
sehingga denyut ventrikel berkurang
Blok AV tingkat III (blok jantung yang komplit=complete heart block)
Terjadi blok total di nodus AV sehingga impuls dari atrium sama sekali tidak dapat
sampai ke ventrikel, sehingga ventrikel berdenyut sendiri karena stimulasi impuls
yang berasal dari ventrikel sendiri.
Blok AV Tingkat I
Blok AV tingkat I umunya disebabkan karena gangguan konduksi di proksimal His
Bundle, hal ini disebabkan karena intoksikasi digitalis, peradangan, proses degenerasi atau
variasi normal. Biasanya tidak membutuhkan terapi apa-apa dan prognosanya baik.
Blok AV Tingkat II
Dibagi 2, yaitu Mobitz tipe I (Wenckebach block) dan Mobitz tipe II. Pada Mobitz tipe I
interval PR secara progresif bertambah panjang sampai suatu ketika impuls dari atrium tidak
dapat sampai ke ventrikel dan denyut ventrikel (kompleks QRS) tidak tampak atau gelombang P
tidak diikuti oleh kompleks QRS. Pada pemeriksaan His Bundle Electrocardiogram
13
(elektrokardiogram bundle His) biasanya lokasi dari blok proksimal dari Bundle His. Mobitz tipe
I dapat disebabkan karena tonus vagus yang meningkat, keracunan digitalis atau iskemia. Bila
tidak menimbulkan keluhan dan tidak ada gangguan hemodinamik tidak memerlukan
pengobatan.
Pada Mobitz tipe II, interval PR tetap sama ttapi didapatkan denyut ventrikel yang berkurang
(dropped beat). Kekurangan denyut ventrikel dapat teratur atau tidak, seperti 2:1, 4:1, 4:3 dan
sebagainya. Pemeriksaan elektrokardiogram bundle His menunjukkan gangguan konduksi distal
dari bundle His. Etiologinya adalah infark miokard akut, miokarditis, proses degenerasi
(penyakit Lev’s atau Lenegre). Kelainan dapat timbul sementara dan kembali normal, menetap,
atau berkembang jadi blok yang komplit. Pasien dengan Mobitz tipe II dapat timbul serangan
sinkop dan sebaiknya dilakukan pemasangan pacu jantung.
Blok AV Tingkat III
Disebut juga blok jantung komplit. Pada blok AV tingkat III impuls dari atrium tidak bis
sampai di ventrikel. Kontraksi ventrikel karena rangsangan oleh fokus di nodus AV atau fokus di
ventrikel, sehingga ventrikel berdenyut sendiri tidak ada hubungan dengan denyut atrium.
Gambaran EKG memperlihatkan adanya gelombang P teratur dengan kecepatan 60-90 kali per
menit, sedangkan kecepatan kompleks QRS hanya 40-60 kali per menit. Blok AV tingkat III
disebabkan oleh proses degenerasi, peradangan, intoksikasi digitalis, infark miokard akut. Blok
AV tingkat III pada infark biasanya hanya sementara dan akan kembali normal setelah infark
sudah tenang, walaupun ada yang menetap. Bila blok AV tingkat III menetap sebaiknya
dilakukan pemasangan pacu jantung. Blok AV tingkat III biasanya menimbulkan gangguan
hemodinamik dan menimbulkan keluhan lelah, sinkop, sesak, dan angina pada usia lanjut.
Bundle Branch Block (BBB)
Bundle Branch Block menunjukkan adanya gangguan konduksi di cabang kanan atau kiri
sistem konduksi, atau divisi anterior dan posterior cabang kiri. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan EKG dimana ditemukan kompleks QRS yang melebar lebih dari 0,11 detik disertai
perubahan bentuk kompleks QRS dan aksis QRS.
Bila cabang kiri yang terganggu disebut left bundle branch block (LBBB). Pada
pemeriksaan EKG akan tampak bentuk rsR’ atau R yang lebar di I, aVL, V5 dan V6. Gangguan
14
konduksi yang terjadi pada divisi anterior cabang kiri akan menyebabkan perubahan aksis
menjadi deviasi ke kiri yang ekstrim dan disebut left anterior hemiblock, sedangkan bila divisi
posterior cabang kiri terganggu akan menimbulkan aksis yang deviasi ke kanan yang ekstrim dan
dinamakan left posterior hemiblock.
Pasien dengan LBBB seringkali tak ada keluhan dan tidak membutuhkan pacu jantung.
Kalau ada sinkop atau timbul gangguan konduksi lebih berat seperti blok AV tingkat II atau III,
maka seringkali perlu dilakukan pemasangan pacu jantung.
Bila cabang kanan yang terganggu dinamakan right bundle branch block (RBBB). Pada
pemeriksaan EKG akan tampak adanya kompleks QRS yang melebar lebih dari 0,12 detik dan
akan tampak gambaran rsR’ atau RSR’ di V1, V2, sementara itu di I, aVL, V5 dan V6
didapatkan S yang melebar karena depolarisasi ventrikel kanan yang terlambat.
RBBB dapat diketemukan pada jantung yang normal, dapat juga pada kelainan kongenital seperti
atrial septal defect (ASD), pada infark miokard maupun iskemia miokard atau pada penyakit
degenerasi sistem konduksi (penyakit Lenegre atau Lev).
Pasien dengan RBBB seringkali tak ada keluhan dan membutuhkan terapi. Tapi bila
terjadi sinkop dan ada tanda gangguan konduksi yang lain seperti blok AV tingkat II atau III,
maka perlu dipertimbangkan pemasangan pacu jantung.
Sindrom Brugada ialah kelainan EKG berupa RBBB dengan elevasi ST di V1-V3 dan biasanya
tak ada gelombang S yang lebar. Pasien dengan sindrom ini terancam kematian mendadak.
Sindrom ini diterapi dengan Quinidin dosis tinggi atau amiodaron. Akhir-akhir ini dianjurkan
pemasangan ICD (implantable cardioverter-defibrillator)
Sindrom Praeksitasi
Sindrom ini ditandai dengan adanya depolarisasi ventrikel yang premature. Termasuk
dalam golongan ini ialah sindrom Wolff Parkinson White (WPW) dan sindrom Lown Ganong
Levine (LGL). Pada WPW gambaran EKG menunjukkan adanya gelombang P yang normal,
interval PR yang memendek, kurang dari 0,11 detik, kompleks QRS melebar karena adanya
gelombang delta (adanya defleksi permulaan kompleks QRS yang dini dan slurred). Perubahan
kompleks QRS disertai perubahan gelombang T yang sekunder. Gambaran EKG ini disebabkan
karena adanya jalur asesori atau jalur anomalus yang menghubungkan atrium dengan ventrikel,
sehingga sebagian ventrikel akan diaktivasi sangat dini. WPW lebih sering ditemukan pada pria
15
dan dapat ditemukan pada pasien tanpa kelainan jantung lain. WPW umumnya jinak tapi dapat
menimbulkan takiaritmia seperti reciprocating tachycardia atau paroxysmal flutter atau fibrilasi.
Pengobatan diberikan bila ada takiaritmia dengan digitalis, propanolol, atau amiodaron. Kadang-
kadang perlu dilakukan tindakan ablasi jalur anomalus.
Pada LGL gambaran EKG menunjukkan gelombang P normal, interval PR memendek
kurang dari 0,11 detik, kompleks QRS normal. Pada LGL dapat terjadi serangan takikardia
supraventrikuler. Keadaan ini karena adanya jalur asesori yang menghubungkan atriu dengan
bundle His. Kelainan ini lebih sering pada perempuan; aritmia yang sering terjadi selain
takikardia supraventrikular juga fibrilasi dan flutter atrium. Pengobatan dengan propanolol,
amiodaron, verapamil. Bila hasil kurang memuaskan perlu dilakukan pemeriksaan
elektrofisiologi dan dilakukan tindakan ablasi jalur yang abnormal tadi.
Disosiasi AV
Pada disosiasi AV, atrium dikontrol oleh focus di atrium, seringkali oleh nodus AV
sedangkan ventrikel dikontrol oleh pacemaker di ventrikel sendiri. Disosiasi AV dapat
disebabkan karena aktivitas nodus sinus berkurang atau nodus AV menjadi lebih cepat sehingga
mendominasi ventrikel atau kombinasi keduanya. Disosiasi AV dapat karena keracunan digitalis
atau komplikasi infark miokard akut atau karena peradangan seperti penyakit demam rematik
yang aktif.
Keadaan ini harus dibedakan dengan blok AV tingkat III karena disosiasi AV mempunyai
prognosis lebih baik dan sering kali tidak membutuhkan obat aritmia dan juga tidak memutuhkan
pacu jantung. Pengobatan terutama untuk penyakit dasarnya.
16
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1.
17