antimikroba dan antiparasit.ppt

56
Antimikroba dan Antiparasit

Upload: sri-yuliana

Post on 07-Nov-2015

133 views

Category:

Documents


42 download

TRANSCRIPT

  • Antimikroba dan Antiparasit

  • Anti mikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembahasan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit.

  • Mengganggu metabolisme sel mikrobaMengganggu permeabilitas membran sel mikrobaMenghambat sintesis dinding selMenghambat sintesis protein mikrobaMenghambat sintesis asam nukleat mikroba

  • Sulfonamid- Aktivitas : spektrum antibakteri luas baik gram (+) maupun () yg peka, ct : Str. Pyogenes, E.coli, B. anthracis, v. cholerae, C. trachomatis, C. diphteriae- Bersifat bakteriostatik - Mekanisme kerja :antagonisme kompetitif PABA (para amino benzoid acid) dan sulfa- Indikasi: Infeksi Saluran Kemih- Sediaan : oral, parenteral, topikal

  • - Contoh : Sulfametoksasol, sulfadiazin, trisulfa, Sulfatiazin, (Sulfonamid pirimetamin = obat malaria. - Kombinasi Sulfametoksasol ~ Cotrimoksasol- Efek samping : reaksi alergi, agranulositosis, trombositopeni, gangguan saluran kemih

  • Trimetropin ( Bactoprim-Combiphar)- Indikasi : ISK, Infeksi saluran gastrointestinal, infeksi saluran nafas.- Kontraindikasi: Hipersensitivitas, diskrasia darah,wanita hamil dan menyusui, bayi.- ES: Nausea, muntah, ruam kulit- Dosis: tiap pagi dan sore; dewasa dan anak >12 tahun1 kaplet atau 2 tablet, anak 5-12 tahun kaplet atau 1 tablet, 6 bulan-5 tahun tablet.

    Asam Para Amino Salisilat

    Sulfon

  • Polimiksin

    Antimikroba Kemoterapeutik- Prinsip Terapi:Identifikasi m.oEvaluasi sensitivitasTarget infeksiKeamanan dan efek sampingFaktor pasienHarga

  • - Kegagalan terapi:Dosis kurangMasa terapi kurangAda faktor mekanik: absesKesalahan etiologiFarmakokinetikPilihan antimikroba kurang tepatFaktor Pasien

  • - Tujuan Profilaksis Antimikroba: Melindungi dari pajanan bakteri Mencegah infeksi bakteri sekunder Mencegah endokarditis- Prinsip Profilaksis: Jenis antimikroba Jenis mikroba Bedah Waktu IM/IV

  • - ResistensiMacam-macam resistensi:Resistensi genetik: spontanResistensi dipindahkan: plasmid dan episom(transformasi,tranduksi,konjugasi) Resistensi non genetik: fase istirahatResistensi silang- Mekanisme resistensi:Kuman membentuk enzim: betalaktamaseInaktivasi AM: IstirahatPerubahan struktur kuman: menghalangi antimikroba masukPerubahan/berkurang target (reseptor) struktur kuman

  • Penisilinbersifat bakterisida bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding selObat ini berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuhPenetrasi ke jar.otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksiDiekskresi ke urine dalam kadar terapeutikProbenesid menghambat ekskresi penisilin oleh tubulus ginjal sehingga kadar dalam darah lbh tinggi dan masa kerjanya lebih panjang

  • - Efek samping yang terpenting: urtikaria Reaksi anafilaksis dapat menjadi fatalEnsefalopati akibat iritasi serebral mrpk E.S yang sangat jarang tapi sangat serius (tjd pada pemberian dosis yang berlebih atau dosis normal pada pasien gagal ginjalPenisilin tdk boleh diberikan scr intratekal dpt menyebabkan ensefalopati yang fatalPenisilin inj mengandung Na atau K, pd Px gagal ginjal menyebabkan akumulasi elektrolitDiare sering terjadi pada pemberian P.o. (Ampisilin dan turunannya)

  • Tipe penisilinSpektrum & sifatCara pemberianAlamiahPenisilin GPenisilin vSpektrum sempit (gram -), rusak oleh penisilinaseIMoralTahan pada penisilinaseMethisilinCloksasilinDicloksasilinnafsilinSpektrum sempit (gram +), tahan terhadap penisilinaseIMOralOral

    AminopenisilinAmpisilinamoksisilinSpektrum luas (gram + & ), sensitif terhadap penisilinaseOraloralSpektrum diperluasKarbenisilinTikarsilinpiperasilinazlosilinAktif pada Pseudomonas, relatif tidak aktif pada bakteri gram (+)

    IM

    IV

  • SefalosforinDihasilkan oleh jamur Cephalosporium aeromonium.Sefalosporin dan Penisilin memiliki cincin beta laktam.Aktifitas bakterisid dengan spektrum luas terhadap bakteri Gram (+) dan Gram ().- Penggolongan sefalosforin:Generasi I Spektrum relatif sempit terutama aktif terhadap bakteri Gram + kokus : Staphylococcus aureus, Sthaphilococcus epiderminis dll Aktifitasnya terhadap bakteri Gram kurang, dan tidak aktif terhadap gonococci, H influenzae, Pseudomonas.

  • - Pada umumnya tidak tahan beta laktamese. - Resistensi Tinggi - Contoh : Sefalotin, Sefazolin, Sefadin, Sefaleksin dan Sefadroksil (Sedrofen)Generasi II- Lebih aktif terhadap bakteri Gram termasuk H influenzae, Proteus, Klebsiella, gonococci dan kuman-kuman yang sudah resisten terhadap penisilin. - Agak lebih tahan terhadap beta laktamase. Contoh :Sefaklor, Sefamandol, Sefmetazol, Sefuroksim (Oxtercid), Sefamandol, dan Sefotiam.

  • Generasi III- Aktifitas terhadap bakteri Gram () lebih kuat dan lebih luas dibandingkan generasi I dan II aktif terhadap Enterobacteriaceae, Pseudomonas sp, dan Bacteroides sp. - Ketahanan terhadap beta laktamase jauh lebih kuat dibandingkan generasi I dan II. Contoh: Sefoperazon, Sefotaksim, Seftazidim, Seftriakson, Sefotiam, Sefiksim, dan Sefprozil.

  • Generasi IVObat baru (1993) sangat tahan terhadap beta laktamase. Aktivitas antibakteri lebih kuat dari pada golongan III Contoh: Cefpirom dan Cefopim- Efek samping:Rx alergi a. Anafilaksis dgn spasme bronkus dan urtikariab. Sefalosporin :nefrotoksik walaupun jauh kurang toksik dibanding dgn aminoglikosida dan polikmisinc. Kombinasi dgn aminoglikosida mempermudah tjdnya nefrotoksisitasd. Depresi sumsum tulang terutama granulositopenia jarang terjadi

  • BasitrasinGolongan/Kelas Terapi Obat Topikal untuk Kulit Indikasi Infeksi bakteri pada kulitKontraindikas Hipersensitif terhadap basitrasin atau polimiksin B. Hindari penggunaan bersamaan dengan bloker neuromuskular.Efek SampingHipotensi, edema wajah/bibir, rasa sesak pada dada, rasa tersengat, rash, anoreksia, mual, muntah, diare, diskrasias darah, diaforesis, blokade neuromuskular, pusing, ataksia, mengantuk, pandangan kabur.

  • VankomicinIndikasi:Infeksi serius yang disebabkan oleh golongan Staphylococcus yang resisten terhadap Metisilin tetapi rentan terhadap Vankomisin. Pasien yang alergi terhadap Penisilin. Pasien yang tidak dapat menerima atau gagal merespon obat-obat lainnya. Infeksi yang disebabkan oleh organisme yang rentan terhadap Vankomisin atau dan resisten terhadap obat-obat antimikroba lain.

  • Endokarditis Staphylococcus, septikemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri tersebut), infeksi tulang, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi kulit & struktur kulit. Endokarditis difteroid. Endokarditis klep prostetik onset lebih awal yang disebabkan oleh epidermidis Streptokokkal atau difteroidis.

  • PERHATIAN: Reaksi yang berhubungan dengan pemberian infus yang cepat. Kehilangan pendengaran, kerusakan ginjal. Hamil dan menyusui.Interaksi obat: - resiko ototoksisitas meningkat jika digunakan dengan diuretika "loop", aminoglikosida. - resiko nefrotoksisitas meningkat jika digunakan dengan aminoglikosida dan Sefalosporin. EFEK SAMPING: Tromboflebitis, reaksi demam dengan kekakuan selama pemberian, nefrotoksisitas, ototoksisitas.

  • Aminoglikosid- Efektif untuk bakteri gram ()- Mekanisme kerja : menghambat sintesis sel bakteri- Sifat : bakterisidal- Efek samping : alergi, iritasi, ototoksik, nefrotoksik - Sediaan: Streptomisin, gentamisin, kanamisin, neomisin, amikasin, tobramisin, dan paromomisin - Indikasi: aerob gram (), Pseudomonas- Kontraindikasi : kehamilan, gangguan ginjal

  • Makrolid- Efektivitas sama dengan penisilin- Efektif pada kuman gram positif (kecuali S.Aureus) dan BBRP-Gram negatif - Dosis : ringan , sedang- Tinggi: Bakterisidal- Indikasi: dipakai pada penderita alergi

  • Linkomisin - Indikasi: Linkomisin diindikasikan untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh stafilokokus, streptokokus, pneumokokus.- Kontra Indikasi:1.Hipersensitif terhadap linkomisin dan klindamisin. 2.Tidak diindikasikan untuk pengobatan infeksi bakteri yang ringan atau terhadap infeksi oleh virus. 3.Pada penggunaan untuk infeksi berat (life threating) digunakan preparat linkomisin parenteral. 4.Jangan digunakan pada bayi yang baru lahir.

  • - Efek Samping: 1.Saluran pencernaan, seperti mual, muntah dan diare. 2.Reaksi hipersensitif, seperti rash dan urtikaria. 3.Rasa yang tidak umum seperti haus, letih dan kehilangan bobot tubuh (pseudomembranous colitis). 4.Hematopoietik: Neutropenia, leukopenia, agranulositosis.

  • Tetrasiklin- Spektrum : luas, baik gram + atau -, aerob, anaerob, spirochaeta, klamiidia, riketsia- Derivat : tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, demeklosiklin, rolitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, limesiklin- Indikasi : infeksi klamidia, riketsia, mikoplasma, gonore, kokus, kollera- Efek samping : reaksi kepekaan, toksik dan iritatif- Sediaan : tablet, kapsul, sirup, salep, pulveres

  • Kloramfenikol- Mekanisme kerjaa. Menghambat sintesis protein kuman.b. Obat terikat pd ribosom subunit 50S.c. Menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tdk terbentuk pd proses sintesis protein kuman.d. Sifat bakteriostatik kadang-kadang bakterisid

  • - Sifat : bakteriostatik- Spektrum antibakteri luas- Indikasi : demam tifoid, meningitis purulenta, riketsiosis, kuman anaerob- Kontrindikasi : neonatus, gangguan faal hati, penderita yang hipersensitif- Efek Samping:1. Reaksi hematologik2.Reaksi alergi3.Reaksi saluran cerna4.Syndrom gray5.Reaksi neurologik

  • - IndikasiDemam tioidMeningitis purulentaRiketsiosis- Kontra indikasiNeonatusPasien dgn gangguan faal hatiPasien hipersensitif terhadapnya

  • - Sediaan:1 Kapsul 250 mg, Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BB atau 1-2 kapsul 4 kali sehari.Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 x pada awal terapi sampai didapatkan perbaikan klinis.Salep mata 1 %Obat tetes mata 0,5 %Salep kulit 2 %Obat tetes telinga 1-5 % Keempat sediaan di atas dipakai beberapa kali sehari.

  • Rimfamisin

    Kuinolon- Pengembangan dari asam nalidiksat (u/ infeksi saluran kemih) - Bakterisid - Spektrum luas (gram +/- - Mempengaruhi proses pemisahan DNA bakteri contoh : gol. Siprofloksazin, ofloksazin ,sparfloxsazin, Pipemidic Acid dll Anti Kanker dan Anti Virus

  • Antiparasit ialah obat yg digunakan untuk memberantas atau mengurangi parasit dalam lumen usus atau jaringan tubuh lainnyaAntibiotik adalah zat yg dihasilkan oleh mikroba,terutama fungi, yg dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lainPenggolongan obat antiparasit :AntelmintikObat malariaAmubisid

  • 1.1. MebendazolMekanisme kerja: Merusak struktur subselular, mengganggu sintesis mikrotbulus parasit, me ambilan glukosa, dan hampir tdk larut dalam air.Indikasi : enterobiasis, trichuriasis, infestasi A. duodenal, kista hidatid, intestinal capillariasis, dan trichinosis.KI: wanita hamil, pasien dgn alergi mebendazolES: mual, muntah, diare, sakit perut ringan, sakit kepala, rx hipersensitivitas.Sediaan: bentuk tablet 100mg, sirup 20mg/mL.

  • 1.2. Pirantel PamoatMekanisme kerja : penghambat depolarisasi neumuskular parasit shgga cacing menjadi lumpuh, sulit di absorbsi oral, tdk larut dalam alkohol maupun air.Indikasi : Askariasis, ankilostomiasis, dan enterobiasis. Untuk infestasi campuran dgn T.trichiura perlu dikombinasikan dgn oksantel pamoat.KI : wanita hamil, anak usia < 2th, dan pasien dengan riwayat Penyakit hati.ES : mual, muntah, diare, demam, dan sakit kepala.Sediaan : bentu sirup 50mg pirantel basa/mL, tablet 25mg dan 250mg.

  • 1.3. AlbendazolMeknisme kerja : menghambat polimerisasi mikrotubulus dan memblok pengambilan glukosa sehingga persediaan glikogen me dan pembentukan ATP berkurang.Indikasi : infeksi cacing tambang, cacing kremi, cacing askaris atau trikuris.KI : anak umur < 2th, wanita hamil, dan sirosis hati.ES : nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, mual, lemah, dan insomnia.

  • 1.4. TiabendazolMekanisme kerja : menghambat enzim asetilkolinesterase cacing strongyloides dan menyebabkan kematian cacing. Dapat menekan perkembangan dan migrasi larva Trichinella spiralis. Tiabendazole juga dpt menghancurkan sebagian larva yang terdapat di dlm otot, tetapi tdk efektif untuk Encysted larva.Indikasi : untuk S. stercoralis dan cutaneus larva migrans. Sebaiknya tdk digunakan lagi untuk mengobati ascaris, trichuris, cacing tambang dan cacing kremi, bila obat lain yg lbh aman sudah ada

  • ES: mual, muntah, anoreksia dan pusing. Dlm frekuensi yg lbh rendah terjadi diare, nyeri epigestrium, sakit kepala, lelah, gatal dan kantuk. Perubahan fungsi hati yg selintas dpt terjadi.KI: anak-anak dgn BB < 15 kg; aktivitas yg memerlukan kewaspadaan; dan reaksi hipersensivitas pd g3 fx hati atau ginjal; wanita hamil, sebaiknya digunakan obat alternatif.Sediaan: dosis standar 2 x 25 mg/kgBB (max 1,5 kg) dlm bentuk tablet. Dan ada juga yg dlm bentuk topikal salep .

  • 1.5. IvermektinMekanisme kerja : memperkuat peranan GABAH pd proses transmisi di saraf tepi, shgga cacing mati pd keadaan paralisis. Obat bersefek terhadap mikrofilaria di jaringan dan embriogenesis pd cacing betina. Tdk menyebabkan palalisis pd hospes. Ivermektin juga efektif terhadap strongyloidosis dan merupakan obat alternatif untuk pasien yg tdk mempan dgn tiabendazol. Tdk memiliki efek makrofilarisid bagi filariasis brancofty.Indikasi : onkoserkiasis, untuk mengurangi gatal dan g3 kulit, strogyloidiasis.

  • KI: pd wanita hamil obat ini jangan diberikan bersama-sama barbiturat, benzodiazepin, atau asam falproat.ES: demam, pluritus, sakit otot dan sendi, sakit kepala, hipotensi, nyeri di kelenjar limfe.

    1.6. PrazikuantelMekanisme Kerja : menimbulkan kontraksi dan paralisis spastik yg sifatnya reversibel yg mengakibatkan terlepasnya cacing dari tempat normal pd hospes. Pd dosis terapi yg lbh tinggi prazikuantel dpt mengakibatkan vakuolisasi dan vesikulasi tegumen cacing, shgga cacing keluar.

  • Indikasi: investasi S. haematobium dan S. mansoni, infeksi S. japonium, D. latum, H. nana, T. saginata dan T. solium, Paragonimus westermani fascioliasis, clonorchiasis, opisthorchiasis. KI: sebaiknya tdk diberikan pd wanita hamil dan menyusui, pekerjaan yg memerlukan koordinasi fisik dan kewaspadaan. KI mutlak adlh pd ocular cysticerchosis. Pasien dgn g3 fungsi hati memerlukan penyesuaian dosis.ES: sakit kepala, pusing, mengantuk dan lelah. Yg lainnya adlh mual, muntah, nyeri perut, diare, pruritus, urtikaria, nyeri sendi dan otot serta peningkatan enzim hati selintas.

  • 1.7. NiklosamidMekanisme kerja: mengobati cacing pita pd manusia dan hewan. Cacing yg dipengaruhi akan dirusak shgga sbgian skoleks dan segmen dicerna dan tdk dpt ditemukan lagi dlm tinja.ES: hampir bebas dari ES kecuali sedikit keluhan sakit perutIndikasi: infeksi T. saginata, D. latum, H.nana, T.solium.Sediaan: tersedia dlm bentuk tablet kunyah 500 mg yg harus dimakan dlm perut kosong.

  • 2.1. KlorokuinMekanisme kerja : hanya efektif terhadap parasit dlm fase eritrosit, sama sekali td efektif terhadap parasit di jaringan. Efektifitasnya sangat tinggi terhadap P. vivax, P.malariae, P. ovale, P. falciparum. Indikasi : infeksi P.malariae dan P.falciparum yg sensitif. Juga infeksi P.vivax dan P.ovale.ES : sakit kepala ringan, g3 pencernaan, g3 penglihatan dan gatal-gatal. Pd pengobatan kronik menimbulkan diplopia erupsi kulit likenoid,rambut putih dan perubahan gambaran EKG.

  • KI : hrs digunakan secara hati-hati pd pasien dgn px hati, g3 saluran cerna, neurologik, dan darah yg berat. Pd pasien dgn defisiensi G6PD dpt menyebabkan hemolisis.Sediaan : bentuk tablet 250 mg dan 500 mg yg masing2 setara dgn 150 mg dan 300 mg bentuk basahnya; juga tersedia bentuk sirup 50 mg/5 mL.

    2.2. PirimetaminMekanisme kerja: menggagalkan pembelahan inti pd pertumbuhan skizon dlm hati dan eritrosit.ES: dgn dosis besar dpt terjadi anemia makrositik yg serupa dgn yg terjadi pd defisiensi asam folat.

  • Indikasi: untuk profilaksis dan supresi malaria, terutama yg disebabkan oleh strain P.falciparum yg resisten klorokuin, untuk terapi toksoplomosis yg disebabkan oleh T.gondii.KI: sebaiknya disertai pemberian suplemen asam folat.Sediaan: tablet 20 mg dan sediaan kombinasi tetap dgn sulfadoksin 500 mg.

    2.3. PrimakuinMekanisme kerja: hal ini belum diketahui. Intermediet dianggap bekerja sbgai oksidan yg bertanggungjawab untuk hemolisis dan methemoglobinemia

  • ES: anemia haemolitik pd pasien dgn kadar enzim G6PD heterogenetik. Jarang menimbulkan mual, nyeri epigastric, kejang perut dan sakit kepala, leukositosis, aritmia dan gatal.Indikasi: penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale, untuk profilaksis terminal primakuin, untuk memutuskan transmisi malaria.KI: wanita hamil, pasien dgn px sistemik yg berat yg cenderung mengalami granulositopenia, tdk dianjurkan diberikan bersamaan dgn obat lain yg dpt menimbulkan hemolisis dan depresi sumsum tulang. Sediaan: tablet yg setara dgn 15 mg basa, dosis tunggal 45 mg.

  • 2.3. MeflokuinMekanisme kerja : mempunyai aktivasi skizontisid darah yg kuat terhadap P.falsiparum dan P.vivax. Indikasi : profilaksis strain dan pengobatan infeksi P.falsiparum yg resisten terhadap klorokuin.KI : anak-anak dgn BB < 15 kg, penderita malaria berat tdk boleh diberikan, wanita hamil terutama kehamilan < 3 bln, pasien dgn riwayat kejang, g3 neuropsikiatri berat, g3 konduksi jantung dan adanya rx samping terhadap antimalaria kuinolon.ES : mual, muntah, nyeri abdomen, diare, skt kepala, dan pusing merupakan ES yg sering terjadi. Neurotoksisitas juga dpt terjadi namun bersifat reversibel bila obat dihentikan.

  • Sediaan : hanya diberikan secara oral dlm bentuk tablet (250 mg).

    2.4. Kina dan Alkoloid sinkonaMekanisme kerja: bekerja secara cepat dan merupakan skizontisid darah yg paling efektif terhadap keempat spesies malaria. Diketahui bhwa menekan sistem enzim.Indikasi: terapi malaria P.falsiparum yg resisten terhadap klorokuin.KI: diberikan secara ekstra hati2 pd pasien yg sebelumnya menggunakan meflokuin. Tdk boleh secara SC dan pd wanita hamil atau penderita dgn riwayat tinitus, neuritis optik, atau miastenia gravis.

  • ES: efek pencernaan, sinkonisme, efek hematologik, hipoglikemia, black water fever, demam, erupsi kulit, efek SSP.Sediaan: Pemberiaan peroral dlm bentuk tablet

  • Dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan t4 kerjanya:Amubisid jaringan: bekerja pd dinding usus, hati dan jaringan ekstraintestinal. Ex: emetin, klorokuin, dehidroemetin.Amubisid Luminal: bekerja dlm rongga usus. Ex: diloksamidfuroad, kiniofon, paromomisin, tetrasiklin dan eritomisin, iodokuinol dan kliokuinol.Amubisid Campuran : bekerja pd lumen usus dan jaringan. Ex: metronidazol dan tinidazol.

  • 3.1. MetronidazolMekanisme kerja : membunuh organisme dgn bereaksi terhadap makromolekul intraselular. Obat ini mempunyai efek radiosensitisasi pd sel tumor. Pada amobiasis metronidazol membunuh trofozoid E.histolityca tetapi tdk terhadap bentuk cysta.ES : mual, skt kepala, dan mulut kering sering terjadi. Urine mungkin menjadi gelap atau merah kecoklatan. ES lainnya muntah ,diare, susah tidur, lemah, pusing, rasa terbakar di uretra, vertigo dan parestesia.

  • Indikasi: pengobatan trikominiasis saluran kencing, infeksi amobiasis intestinal dan ekstraintestinal, infeksi bakteri anaerob.KI: trimester I kehamilan. Pd pasien dgn px obstruksi dan sirosis hati yg berat serta g3 fungsi ginjal yg berat dosis perlu dikurangi.Sediaan : tersedia dlm bentuk tablet 250 dan 500 mg, suspensi 125 mg/5 mL dan supositoria 500 mg dan 1 gr.

  • 3.2. Derivat 8-HidroksikuinolinMekanisme kerja : hanya bekerja terhadap amoeba dlm lumen usus dan tdk efektif untuk akses amoeba atau amubiasis hati.ES : subacute mylo-optic neuropathy (SMON)Sediaan : hanya tersedia bentuk topikal.

    3.3. Diloksanid FuroatMekanisme kerja : memperlihatkan sifat amubisid langsung dgn mekanisme yg blm diketahui. Obat ini efektif untuk mengobati pasien dgn kista.

  • ES: sering timbul keluhan saluran cerna yg ringan. Kram perut, mual, muntah, pruritus dan urtikaria kadang2 terjadi.Indikasi: untuk pengobatan pembawa kista amoeba, pengobatan amoebiasis intestinal.KI: wanita hamil dan anak < 2 th Sediaan: dlm bentuk tablet oral 500 mg.

  • ********************************************************