analisis kinerja perawat pelaksana dalam pemberiasn …
TRANSCRIPT
Volume 2, Agustus 2018 Miming Oxyandi1, Suherwin2
Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 140
ANALISIS KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PEMBERIASN ASUHAN
KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP TAHUN 2018
Miming Oxyandi1, Suherwin
2
STIKES ‘Aisyiyah Palembang, Program Studi DIII Keperawatan1,2
[email protected], [email protected]
2
ABSTRAK
Latar belakang: Kinerja perawat terutama dalam pelaksnaan proses keperawatan masih belum sesuai
standar yang ditetapkan. Banyak ditemukan data dilapangan dalam proses pengkajian sampai tahap
evaluasi masih banyak yang belum sesuai standar asuhaan keperawatan. Penelitian ini bertujuan:
untuk mengidentifikasi dan menganalisi faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan asuhan
keperawatan rumah sakit Islam di kota Palembang. Metode penelitian: Desain penelitian yang
digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini berjumalah
83 perawat pelaksana. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik
Proportionate Random Sampling, Besaran sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 responden. Hasil
penelitian: Hasil penelitian ini secara kumulatif kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan
asuhan keperawatan hanya Intervensi keperawatan (75,5%) yang mencapai standar Depkes RI yaitu
dengan nilai pencapai 75 %. Ruang VIP, standar kinerja perawat hampir semua dari komponen proses
keperawatan memenuhi Standar minimal Depkes 75% (diagnosa sebesar 77%, intervensi sebesar 82%,
impelementasi sebesar 78% dan evaluasi sebesar 75%) kecuali komponen pengkajian sebesar 67%.
Sedangkan rawat inap biasa sebaliknya didapatkan nilai rata-rata dibawah nilai standar minimal
Depkes RI 75% yaitu pengkajian sebesar 58%, diagnosa sebesar 62%, intervensi sebesar 70%,
impelementasi sebesar 74% dan evaluasi sebesar 62%. rawat inap intensif didapatkan nilai rata-rata
dibawah nilai standar minimal Depkes RI 75% yaitu pengkajian sebesar 64%, diagnosa sebesar 79%,
intervensi sebesar 69%, impelementasi sebesar 68% dan evaluasi sebesar 68%. Saran: Penelitian ini
merekomendasikan perlu mengembangkan kebijakan terhadap upaya evaluasi penerapan asuhan
keperawatan rumah sakit, begitu juga evaluasi terhadap penerapan standar praktek keperawatan serta
faktor yang mempengaruhinya.
Kata Kunci : Kinerja, Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
ABSTRACT
Background: The performance of nurses, especially in the implementation of the nursing process is
still not in accordance with the standards set. Many data found in the field in the assessment process to
the evaluation stage there are still many that do not meet nursing care standards. This study aims: to
identify and analyze the factors related to the implementation of nursing care of Islamic hospitals in
the city of Palembang. Research method: The research design used was observational with a cross
sectional approach. The population of this study were 83 nurses. Determination of the number of
samples in this study using the proportional random sampling technique, the sample size in this study
were 68 respondents. The results of the study: The results of this study cumulatively the performance
of the implementing nurses in implementing nursing care was only nursing intervention (75.5%)
which reached the standard of the Ministry of Health of Republic of Indonesia with an achievement
value of 75%. VIP room, nurse performance standards almost all of the nursing process components
meet the MOH minimum standard 75% (diagnosis of 77%, intervention of 82%, implementation of
78% and evaluation of 75%) except the assessment component of 67%. Whereas ordinary
hospitalization on the contrary obtained the average value below the minimum standard value of the
MOH 75%, namely assessment of 58%, diagnosis of 62%, intervention of 70%, implementation of
74% and evaluation of 62%. intensive hospitalization obtained an average value below the minimum
standard value of MOH 75%, namely assessment of 64%, diagnosis of 79%, intervention of 69%,
implementation of 68% and evaluation of 68%. Suggestion: This study recommends the need to
develop policies to evaluate the implementation of hospital nursing care, as well as evaluation of the
application of nursing practice standards and the factors that influence them.
Keywords: Performance, Implementation of Nursing Care
Volume 2, Agustus 2018 Miming Oxyandi1, Suherwin2
Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 141
PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan merupakan
Pelayanan profesional, sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang
mempunyai daya ungkit besar terhadap
pembangunan bidang kesehatan. Kualitas
pelayanan kesehatan ditentukan salah
satunya dari kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh perawat
yang berkualitas (PPNI, 2016).
Peningkatan mutu pelayanan
keperawatan diberikan dalam bentuk
kinerja perawat dan harus didasari
kemampuan yang tinggi sehingga kinerja
mendukung pelaksanaan tugas dalam
pelayanan keperawatan. Kinerja
merupakan suatu hasil kerja seseorang
yang dilakukan sesuai dengan tugas dalam
suatu organisasi (Nursalam, 2014).
Penelitian Gomes, F., & Proenca
(2015) Indikator kinerja perawat adalah
variabel untuk mengukur prestasi suatu
pelaksanaan kegiatan dalam waku tertentu.
Indikator yang berfokus pada hasil asuhan
keperawatan kepada pasien dan proses
pelayanannya disebut indikator kinerja.
Kinerja perawat dapat dilihat sesuai
dengan peran fungsi perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan.
Hal ini didukung oleh standar
praktek keperawatan Undang-Undang No
38 Tahun 2014 dan peraturan tentang
kewewenang praktek perawat oleh
kepmenkes RI no 1239 tahun 2001 dan
permenkes RI No 148 tahun 2010 yaitu
kinerja perawat ditinjau dari pelaksanaan
asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi,
implentasi dan evaluasi.
Penelitian Alhasanah (2016)
menyatakan kinerja perawat pelaksana
dalam pelaksanan asuhan keperawatan
belum sesuai dengan standar asuhan
keperawatan PPNI dari pengkajian yang
tidak dilakukan secara terus menerus,
merumuskan diagnosa keperawatan yang
hanya bersifat aktual, perencanaan
keperawatan hanya beberapa pasien saja,
hampir semua perawat tidak melakukan
pengkajian ulang bagaimana respon pasien
atas tindakan yang dilakukan dan tidak
semua perawat mencatat hasil evaluasi
setiap pasiennya.
Berdasarkan studi pendahuluan dan
laporan mahaisswa residensi manajemen
keperawatan, tentang pelayanaan asuhan
keperawatan oleh perawat pelaksana di 7
ruang rawat inap dari 86 perawat pelaksana
di Instalasi Rawat Inap, didapatkan
sebanyak 65% perawat tidak melakukan
pengkajian secara komprensif pada pasien
baru baik yang datang dari ruang UGD
mauapun dari ruang poliklink, sebanyak
70% perawat pelaksana dalam menentukan
diagnosa sifatnya hanya diagnosa aktual
saja yang diangkat dan rata-rata perawat
pelaksana mengangkat 2 diagnosa
keperawatan saja, dan sebanyak 77%
Volume 2, Agustus 2018 Miming Oxyandi1, Suherwin2
Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 142
perawat pelaksana tidak membuat rencana
keperawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan dan sebanyak 75% perawat
pelaksana melaksanakan implementasi
keperawatan tidak berdasarkan intervensi
keperawatan hanya bersifat rutinitas dan
bersifat kolaborasi, selanjutnya 70%
perawat pelaksana tidak melakukan
evaluasi keperawatan secara konferensif,
evalausi keperawatan sebagian besar hanya
berdasarkan keluhan dari pasien dan
pemeriksaan tanda-tanda vital.
Berdasarkan penomena diatas, maka
penelitian tertarik untuk meneliti tentang
kinerja perawat pelaksana dalam
melakukan asuhan keperawatan.
Tujuan penelitian
Mengidentifikasi dan menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan
penerapan asuhan keperawatan di salah
satu rumah sakit Islam di kota Palembang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode
penelitian Relationship dengan rancangan
cross sectional untuk melihat faktor apa
saja yang berhubungan dengan kinerja
praktek pelaksana asuhan keperawatan.
Populasi penelitian ini berjumalah 83
perawat pelaksana. Penentuan jumlah
sampel dalam penelitian ini menggunakan
tehnik Proportionate Random Sampling,
dimana pengambilan sampel akan
dipilih secara acak. Peneliti menggunakan
rumus berdasarkan proporsi pengambilan
sampel sebagai berikut (Sugiyono, 2016).
Besaran sampel dalam penelitian ini
sebanyak 68 responden. Dengan sebaran
sample penelitian yang dapat dilihat tabel 1
sebagai berikut.
Tabel 1.
Sebaran Sampel Penelitian
N0 Satuan Pelayanan Σ Perawat Σ Sampel
1 Ruang VIP (Kelas I) 17 17/83x68 = 14 Responden
2 Ruang VIP Bawah 13 13/83x68 = 10 Responden
3 Ruang VIP Atas 7 7/83x68 = 6 Responden
4 Ruang ICU/ICCU/NICU/PICU 7 7/83x68 = 6 Responden
5 Ruang Bedah 12 12/83x68 = 10 Responden
6 Ruang Anak 9 9/83x68 = 7 Responden
7 Ruang Penyakit Dalam 18 18/83x68 = 15 Responden
Jumlah 83 68 Sampel
Volume 2, Agustus 2018 Miming Oxyandi1, Suherwin2
Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 143
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus 2017 sampai dengan Juli 2018.
Sedangkan tempat penelitian dilaksanakan
di salah satu rumah sakit Islam di kota
Palembang. Ruangan yang digunakan
terdiri dari 7 ruangan yaitu ruang Anak,
ruang Bedah, ruang penyakit Dalam, ruang
ICU/ICCU/PICU/NICU, ruang VIP kelas
1, ruang VIP Bawah dan ruang VIP Atas.
Dimana dalam pengelolaan dan analisa
datanya dibagi juga berdasarkan ruangan
rawat inap intensif, rawat inap VIP dan
rawat inap biasa. Alat pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner yang meliputi pertanyaan
tentang Karekteristik dan kinerja perawat
pelaksana dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan berbentuk lembar cek list
dengan metode observasi.
Analisa yang dilakukan dengan
melihat distribusi frekuensi dan persentase
Pada penelitian ini analisa univariat
dilakukan untuk mendapatkan distribusi
frekuensi variabel tiap-tiap variabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisa univariat
dihasilkan distribusi frekuensi kinerja
perawat pelaksana dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan sebagai berikut:
Demografik Perawat Pelaksana
Dari hasil penelitian pada
demografik perawat pelaksana, dapat
dilihat dalam tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Demografik Responden
No Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Umur
Dewasa Akhir (36 s.d 45 Tahun) 15 22.1
Dewasa Awal (26 s.d 35 Tahun) 53 72.9
2 Jenis Kelamin
Laki-Laki 4 5.9
Perempuan 64 95.1
3 Pendidikan
Vokasional (D3/SKep) 64 95.1
Profesional (>Ners) 4 5.9
4 Masa Kerja
Baru (Massa kerja ≤ 2 Tahun) 2 2.9
Lama (Massa kerja > 2 Tahun) 66 98.1
Volume 2, Agustus 2018 Miming Oxyandi1, Suherwin2
Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 144
Berdasarkan table 2. tentang data
demografik perawat pelaksana didapatkan
umur perawat sebagian besar berumur
dewasa awal (72,9%), berpendidikan
vokasional (95,1%), berjenis kelamin
perempuan (95,1%), dan memiliki masa
kerja lebih dari dua tahun (98.1%).
Kinerja Perawat
Hasil penelitian pada variable kinerja
perawat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan, dapat dilihat dalam tabel 3
sebagai berikut:
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat Pelaksana dalam
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
No Kinerja Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Kurang 39 57.4
2 Baik 29 42.6
Total 68 100
Berdasarkan tabel 4 dari 68
responden diketahui bahwa jumlah
responden yang mempunyai kinerja kurang
sebesar 57.4%, lebih besar dibanding
dengan responden yang mempunyai
kinerja baik sebesar 42.6%.
Kinerja Perawat pelaksana dalam
Melaksanakan Proses Keperawatan
Dari hasil penelitian pada variable
Kinerja Perawat pelaksana dalam
melaksanakan proses keperawatan, dapat
dilihat dalam tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat Pelaksanan dalam Melaksanakan
Asuhan Keperawatan di IRNA VIP, IRNA Biasa dan IRNA Intensif
No Proses Keperawatan
Kumulatif
IRNA VIP IRNA Biasa IRNA
Intensif
(f) (%) (%) (%) (%)
1 Pengkajian
Melakukan 41 62,9 67 58 64
Tidak Melakukan 27 37,1 33 42 36
2 Diagnosa
Melakukan 46 70,5 77 68 79
Tidak Melakukan 22 29,5 33 32 21
3 Intervensi
Melakukan 50 75,7 82 70 69
Tidak Melakukan 11 24,3 18 30 31
4 Impelementasi
Melakukan 49 72,9 78 74 68
Tidak Melakukan 19 27,1 22 26 32
5 Evaluasi
Melakukan 44 68,7 75 62 68
Tidak Melakukan 24 31,3 25 38 32
145
Berdasarkan tabel 4. Kinerja perawat
pelaksana dalam asuham keperawatan
berdasarkan standar Depkes dengan
pencapian 75% didapatkan di IRNA VIP
semua memenuhi standar, sebaliknya di
IRNA Biasa semuanya tidak memenuhi
standard an di ruang IRNA Intensif hanya
komponen diganosa keperawatan yang
memenuhi standar asuhan keperawatan
departemen kesehatan.
PEMBAHASAN
Kinerja Perawat Pelaksana
Berdasarkan hasil penelitian dari 68
responden secara kumulatif diketahui
responden yang mempunyai kinerja kurang
sebesar 57.4%, lebih besar dibanding
dengan responden yang mempunyai
kinerja baik sebesar 42.6%. Sedangkan
kinerja perawat pelaksana dari 68
responden pencapaian kinerja perawat
pelaksana dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan didapatkan perawat
melakukan pengkajian sebesar 62,2%,
diagnosa keperawatan sebesar 70,5%,
intervensi keperawatan sebesar 75,5%,
implementasi keperawatan sebesar 72,9%
dan evaluasi keperawatan sebesar 68,3%.
Kinerja perawat pelaksana dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
merupakan upaya meningkatan mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan
dalam bentuk kinerja perawat dan harus
didasari kemampuan yang tinggi sehingga
kinerja mendukung pelaksanaan tugas
dalam pelayanan keperawatan. Kinerja
merupakan suatu hasil kerja seseorang
yang dilakukan sesuai dengan tugas dalam
suatu organisasi (Nursalam, 2015).
Sedangkan menurut Efendi (2015) kinerja
perawat yang baik merupakan jembatan
dalam menjawab jaminan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan
terhadap pasien baik yang sakit maupun
sehat. Kunci utama dalam peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan adalah
perawat yang mempunyai kinerja tinggi.
Perilaku kerja (performance) yang
dihasilkan perawat tidak lepas dari faktor
yang mempengaruhinya.
Penelitian oleh Mandagi (2015)
menyatakan kinerja perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan
merupakan indikator mutu pada suatu
rumah sakit. Dimana hasil penelitiannya
kinerja perawat pelaksana sebanyak 63,8
% berkategori kurang baik dan sebanyak
36,2 % berkategori baik dalam kinerja
perawat pelaksana terhadap penerapan
asuhan keperawatan. Tingginya kinerja
perawat yang berkategori kurang baik, hal
ini karena penerapan asuhan keperawatan
belum optimal yaitu dari 3934 berkas
status pasien yang ada, hanya 702 berkas
yang terisi lengkap, sedangkan 3232
berkas lainnya tidak terisi lengkap, ini
menunjukkan bahwa pengisian format
146
secara lengkap sebesar 17,8%, sedangkan
yang tidak lengkap adalah 82,2%.
Sedangkan penelitian oleh
Wicaksana (2016) mengatakan salah satu
yang harus dipertimbangkan dalam
mencapai kualitas atau mutu pelayanan
rumah sakit yang sesuai dengan arahan dan
tangggung jawab adalah kinerja. Kinerja
perawat cenderung menurun dan
mangakibatkan terganggunya pasien
karena pelayanan yang kurang optimal.
Dimana kinerja dalam kategori kinerja
sedang yaitu 80 (66,7%), kinerja dalam
kategori tinggi sebanyak 20 (16,7%) dan
kinerja dalam kategori rendah sebanyak 20
responden (16,7%). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut kinerja perawat
pelaksana merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari indikator mutu pelayanan
keperawatan dan serta kepuasan pasien
yang bermuara pada pelayanan asuhan
keperawatan yang berkualitas berdasarkan
kinerja perawat yang profesional. Senada
hasil penelitian oleh Meli (2014)
menggambakan kinerja pengkajian perawat
93,5% berkategori cukup, kinerja diagnosa
perawat 95,2% berkategori cukup, kinerja
perencanaan perawat 92,7% berkategori
cukup, kinerja implementasi perawat
94,4% berkategori cukup dan kinerja
evaluasi perawat 93,5% berkategori cukup.
Hal ini sudah mencapai standar yang telah
ditetapkan oleh Depkes RI (75,0%).
Penelitian Sutrisnoputri (2017)
menyatakan bahwa kinerja perawat adalah
aktivitas perawat dalam
mengimplementasikan sebaik–baiknya
suatu wewenang, tugas dan tanggung
jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan
tugas pokok profesi dan terwujudnya
tujuan dan sasaran unit organisasi. Standar
pelayanan keperawatan adalah pernyataan
deskriptif mengenai kualitas pelayanan
yang diinginkan untuk menilai pelayanan
keperawatan yang telah diberikan kepada
pasien. Dalam menilai kualitas pelayanan
keperawatan kepada pasien digunakan
standar praktik keperawatan yang
merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Hasil
penelitian tersebut didapatkan sebagian
besar responden 56%, mempersepsikan
kinerjanya perawat sudah baik, sementara
itu sekitar 44% mempersepsikan kinerja
kurang baik.
Dari hasil penelitian ini, maka
peneliti berpendapat bahwa secara
kumulatif kinerja perawat pelaksana dalam
melaksanakan melaksanakan asuhan
keperawatan berkatagorik kurang yaitu
57.4%, Berdasarkan Depkes RI, standar
pencapaian kinerja dalam pemberian
asuhan keperawatan minimal 75%. Dari
hasil penelitian ini menunjukkan 42.6%
perawat memiliki kinerja baik namun nilai
ini belum mencapai standar Depkes RI.
147
Berdasarkan penelitian ini sebanyak
62,9% responden telah melakukan
pengkajian. Kinerja perawat dalam
pengkajian ini belum mencapai standar
yang telah ditetapkan oleh Depkes RI
(75%). Hal ini karena pada saat pengkajian
perawat pelaksana berdasaarkan analisi
instrument pada pengkajian sebagian besar
tidak melakukan pengkajian fisik secra
head to to dan pengkajian psiko, sosial dan
budaya. Penelitian (Siahaan, 2011)
didapatkan informasi sebanyak 65,45%
responden telah melakukan pengkajian.
Kinerja dalam pengkajian ini belum
mencapai standar yang telah ditetapkan
oleh Depkes RI. Pengkajian merupakan
hal yang terpenting dalam melakukan
asuhan keperawatan karena didalamnya
rangkaian pengumpulan data dan akan
mempengaruhi pekerjaan selanjutnya
yaitu diagnosa sampai evaluasi.
Kinerja perawat pelaksanan pada
penulisan diagnosa keperawatan, penelitian
ini menemukan diagnosa keperawatan
belum mencapai standar yaitu hanya
70,5% responden telah melakukannya. Hal
ini karena sebagian besar perawat
pelaksana dalam menentukan diagnose
keperawatan lebih banyak bersifat actual
dari pada potensil. Diagnosa keperawatan
tidak akan berfungsi jika pengkajian data
kurang atau tidak lengkap. Diagnosa
keperawatan merupakan kesimpulan yang
ditarik dari data yang dikumpulkan tentang
pasien. Hal ini menunjukkan jika
pengkajian tidak dilakukan maka diagnosa
keperawatan tidak akan berarti bahkan
mengacam klien karena tindakan yang
dilakukan tidak sesuai dengan kondisi
pasien yang sebenarnya oleh sebab itu
perawat harus melakukan pengkajian
secara lengkap dan akurat (Doenges,
2011). Penelitian Wirdah (2016)
mengatakan dengan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan responden yang tinggi maka
pemahaman dan ketampilan responden
dalam menegakkan diagnosa keperawatan
juga semakin meningkat. Dari hasil
penelitian tersebut 77.6% atau 45
responden kebanyakan berada pada
kategori baik. Hasil ini menunjukkan
bahwa perawat telah melakukan diagnosa
keperawatan kepada pasien dengan baik.
Penelitian ini menunjukkan
perencanaan keperawatan telah mencapai
standar yang ditetapkan Depkes RI yaitu
75,7%. Rencana asuhan keperawatan yang
di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas asuhan perawatan dari satu
perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil,
semua perawat mempunyai kesempatan
untuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten. Sedangkan
implementasi yang merupakan tindakan
atau aplikasi dari rencana asuhan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan diperoleh nilai pencapaian
148
sebesar 72,9% belum memnuhi standar
Depkes.
Dalam melakukan tindakan sesuai
dengan rencana keperawatan maka
diperlukan jumlah tenaga perawat yang
cukup, pengetahuan dan keterampilan yang
baik. Tenaga perawat yang paling
dibutuhkan ketika jumlah klien meningkat
dan kondisi klien menurun Potter & Perry.,
(2015). Penelitian Alhasanah (2016)
diperoleh informasi tidak semua perawat
menentukan rencana keperawatan. Hal ini
karena untuk membuat rencana keperawatn
memerlukan waktu, disatu sisi perawat
harus memberikan pelayanan keperawatan
secara cepat. Sedangkan penelitian
Siahaan, (2011) menunjukkan perencanaan
dan implementasi juga belum mencapai
standar yang ditetapkan Depkes RI.
Implementasi merupakan tindakan atau
aplikasi dari rencana asuhan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil penelitian ini
evaluasi keperawatan didapatkan perawat
yang melakukan evaluasi keperawatan
sebesar 68,7%, belum mencapai standar
Depkes RI. Hal ini karena sebagian
perawat pelaksana dalam melakukan
evaluasi keperawatan bersifat rutinitas
yang berdasarkan atas terapi kolaborasi
khusus dengan dokter penangung jawab
pasien (DPJP). Evaluasi keperawatan
merupakan tahapan untuk mengetahui
apakah hasil yang diharapkan telah dicapai
(Doenges, 2011). Penelitian Siahaan
(2011) Berdasarkan hasil penelitian ini
evaluasi keperawatan telah mencapai
76,29% responden, perawat melakukan
tindakan evaluasi sudah sesuai dengan
standar. Hasil akan dicapai jika semua.
Kegiatan proses asuhan keperawatan dari
pengkajian sampai evaluasi dilakukan
dengan benar dan tepat. Semua proses
asuhan keperawatan keperawatan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya,
dengan ini semua tahapan asuhan
keperawatan harus sesuai dengan standar
agar hasil dapat dicapai.
Dalam pembahasan, peneliti juga
melakukan analisa kinerja perawat
berdasarkan jenis ruangan yang dipakai
dalam penelitian. Dalam penelitian ini ada
7 ruangan yang dibagi menjadi tiga
ruangan utama yaitu ruang rawat inap VIP
(ruang VIP kelas 1, VIP Bawah dan VIP
Atas); ruang rawat inap biasa (ruang
penyakit dalam, ruang bedah dan ruang
anak); serta ruang rawat inap intensif
(ruang ICU/ICCU/PICU/NICU). Peneliti
mengunakan teknik observasi terhadap
kinerja perawat pelaksana dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
Ditemukan adanya perbedaan signifikan
terutama antara ruang rawat inap VIP
dengan ruang rawat inap lainnya. di Ruang
VIP, standar kinerja perawat hampir semua
dari komponen proses keperawatan
memenuhi Standar minimal Depkes 75%
149
(diagnosa sebesar 77%, intervensi sebesar
82%, impelementasi sebesar 78% dan
evaluasi sebesar 75%) kecuali komponen
pengkajian sebesar 67%. Hal dikarena
perawat diruang rawat inap terutama VIP
Ibnu Sina Bawah dan atas secara rasio
antara perawat dengan pasien telah
memenuhi standar Depkes yaitu 1: 2 atau 3
pasien, sehingga memungkinkan perawat
pelaksana untuk melakuan proses
keperawatan dari melakukan pengkajian
secara konferensi sampai melakukan
evaluasi keperawatan secara
berkesinambungan.
Sedangkan hasil penelitian ini
menunjukan diruang rawat inap biasa
sebaliknya didapatkan nilai rata-rata
dibawah nilai standar minimal Depkes RI
75% yaitu pengkajian sebesar 58%,
diagnosa sebesar 62%, intervensi sebesar
70%, impelementasi sebesar 74% dan
evaluasi sebesar 62%. Hal ini karena
secara rasio rata-rata perbandingan perawat
pelaksana dengan pasien yaitu 1: 8 sampai
12 pasien, dan ini makin diperkuat dengan
beban kerja tambahan yang lain seperti
administrasi, keamanan, pemeliharan, dan
kebersihan.
Senada dengan hasil penelitian
diruang rawat inap intensif didapatkan nilai
rata-rata dibawah nilai standar minimal
Depkes RI 75% yaitu pengkajian sebesar
64%, diagnosa sebesar 79%, intervensi
sebesar 69%, impelementasi sebesar 68%
dan evaluasi sebesar 68%. Ada beberapa
faktor yang membuat belum tercapainya
standar kinerja berdasarkan standar Depkes
RI di ruang rawat inap internsif salah
satunya masih ruang rawat inap belum
terpisah anatra ICU, ICCU, PICU dan
NICU masih menjadi satu ruangan dan
satu pelayanan. Sedangakan beban kerja
perawat diruangan intensif yang khusus
yang menangani pasien-pasien gawat
karena penyakit, trauma atau komplikasi
penyakit. Perawat ICU bertanggung jawab
untuk mempertahankan homeostasis pasien
untuk berjuang melewati kondisi kritis atau
terminal yang mendekati kematian. Hal-hal
tersebut merupakan unsur menjadikan
rendahnya kinerja perawat pelaksana
dalam melaksanakan asuhan keperawatan,
sehingga dalam melaksanakan asuhan
keperawatan belum optimal dari
melakukan pengkajian sampai melakukan
evaluasi keperawatan sehingga
mempengaruhi kualitas pelayanan
keperawatan di rumah sakit.
KESIMPULAN
Simpualan
1) Secara kumulatif kinerja perawat
pelaksana dalam melaksanakan asuhan
keperawatan hanya Intervensi
keperawatan (75,5%) yang mencapai
standar Depkes RI yaitu dengan nilai
pencapai 75 % .
150
2) Ruang VIP, standar kinerja perawat
hampir semua dari komponen proses
keperawatan memenuhi Standar
minimal Depkes 75% (diagnosa
sebesar 77%, intervensi sebesar 82%,
impelementasi sebesar 78% dan
evaluasi sebesar 75%) kecuali
komponen pengkajian sebesar 67%.
3) Rawat inap biasa sebaliknya
didapatkan nilai rata-rata dibawah
nilai standar minimal Depkes RI 75%
yaitu pengkajian sebesar 58%,
diagnosa sebesar 62%, intervensi
sebesar 70%, impelementasi sebesar
74% dan evaluasi sebesar 62%.
4) Rawat inap intensif didapatkan nilai
rata-rata dibawah nilai standar
minimal Depkes RI 75% yaitu
pengkajian sebesar 64%, diagnosa
sebesar 79%, intervensi sebesar 69%,
impelementasi sebesar 68% dan
evaluasi sebesar 68%.
Saran
1) Direktur Rumah Sakit
Membuat kebijakan penerapan
standar praktek keperawatan, serta
dalam rangka meningkatkan kinerja
para perawat agar diberikan kesempatan
kepada perawat untuk melanjutkan
pendidikan atau mengikuti pelatihan
terkait bidang tugasnya, serta
mengupayakan pemberian penghargaan
terhadap perawat yang berprestasi
dengan kinerja yang baik untuk
meningkatkan motivasi perawat dalam
mempertahankan atau meningkatkan
kinerja.
2) Kepala Bidang Keperawatan
a) Bidang keperawatan mengadakan
pelatihan tentang standar
pelaksanaan asuhan keperawatan
maupun pelatihan tentang
pendokumentasian NANDA, NIC
dan NOC.
b) Melakukan resosialisasi Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) yang
ada atau yang telah direvisi
c) Pengawasan secara ber-
kesinambungan tentang sistim
pelaporan, sehingga dari tahap awal
yaitu pengkajian keperawatan sampai
evaluasi, perawat sudah
memperhatikan pentingnya data
dasar dari setiap pasien.
d) Mengoptimalkan fungsi supervisi
keperawatan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan kepada pasien.
3) Kepala Ruangan
a) Kepala ruangan disetiap unit
perawatan dapat memastikan
efektifitas dan kondusitivitas anggota
tim dan struktur tim kerja melalui
kegiatan supervisi kepala ruangan
dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh perawat baik
secara pendokumentasian maupuan
saat melakukan proses asuhan
keperawatan dengan tehnik observasi
151
dari melakukan pengkajian sampai
melakukan evaluasi keperawatan.
b) Turut resosialisasi Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) guna untuk
meningkatkan kinerja perawat dalam
penerapan asuhan kepada pasien.
c) Mengoptimalkan pengisian form
proses keperawatandari pengkajian
sampai catatan perkembangan yang
dilakukan oleh perawat pelaksana.
d) Mengoptimalkan sistem reward dan
punishment terkait pelaksanaan
asuhan keperawatan.
4) Perawat Pelaksana
a) Mengikuti pelatihan yang diadakan
untuk menambah pemahaman terkait
proses asuhan keperawatan
berdasarkan standar asuhan
keperawatan.
b) Menelaah kembali standar asuhan
keperawatan (SAK) yang ada
diruangan.
c) Mengoptimalkan pengisian form
asuhan keperawatan sesuai dengan
standar pendokumentasian asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alhasanah, N. H. (2016). Gambaran kinerja Perawat Berdasarkan Beban Kerja di Instalasi
Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan,
Skripsi. PKM Universitas Islam Negeri Syarif Hiday.
Doenges, M. (2011). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. (EGC).
Jakarta.
Efendi, F. dan M. (2015). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Gomes, F., & Proenca, T. (2015). Nurses’ Motivation and Satisfaction at Work: An
Exploratory Study at the Centro Hospitalar S. Joao (1st Ed.). Retrieved
https://www.google.tt/?gfe_rd=cr&ei=rl8YVqqfGKmm8wfFvbjADw&gws_rd=ssl#q=N
urses%27+Motivation+and+Satisfaction+at+Work+ISSN:+0870-8541.
Mandagi. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Dalam
Penerapkan Asuhan Keperawatan Dirumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon.
Jurnal e-Biomedik. Tesis. Pascasarjana Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Potter & Perry. (2015). Fundamentals of Nursing. (5th ed.). Mosby: Toronto. ISBN: 978-1-
926648-53-8.
PPNI. (2016). Perubahan Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Perawat
Indonesia, Dewan Pengurus Pusat.
152
Siahaan. (2011). Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit TK
II Putri Hijau Medan, Skripsi. PSIK Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang No 38. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan.
Wicaksana. (2016). Pengaruh Beban Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja
Perawat pada Rumah Sakit Islam Yogyakarta, SKripsi, Prodi Manajemen Universitas
Negeri Yogyakarta.
Wirdah, H., & Yusuf, M. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Oleh Perawat Pelaksana
di Rumah Sakit Bandar Aceh, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas .