laporan kimia
Post on 09-Aug-2015
277 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Penentuan Titik Didih dan Titik Beku Larutan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelumnya kita telah mempelajari apa itu titik didih dan titik beku. Titik didih
adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan di permukaan. Oleh
karena itu, titik didih bergantung pada tekanan di permukaan. Adapun titik beku adalah
suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Selain itu,
adapula yang dinamakan kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Keduanya
tergolong ke dalam sifat koligatif, sehingga kenaikan titik didih maupun penurunan titik
beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel
dalam larutan.
Oleh karena itu, kami ingin membuktikannya dengan melakukan percobaan dan
menulis laporan yang diberi judul “Penentuan Titik Didih dan Titik Beku Larutan”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perbandingan titik didih dan titik beku?
2. Larutan manakah yang titik bekunya lebih rendah dan titik didihnya lebih tinggi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbandingan titik didih dan titik beku.
2. Mengetahui larutan yang titik bekunya lebih rendah dan titik didihnya lebih
tinggi.
1.4 Asumsi Dasar
Dalam penelitian ini, kami berasumsi bahwa apabila titik beku suatu larutan semakin
rendah maka titik didihnya akan semakin tinggi, dan apabila titik beku suatu larutan
semakin tinggi maka titik didihnya akan semakin rendah. Sehingga urutan titik didih
dari yang terendah adalah Aquades < urea 0,05 m < NaCl 0,05 m < urea 1 m < NaCl 1
m dan urutan titik beku dari yang terendah adalah NaCl 1 m < urea 1 m < NaCl 0,05 m
< urea 0,05 m < Aquades
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan terdiri
dari dua jenis, yaitu :
Sifat koligatif larutan elektrolit
Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih
besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Banyaknya partikel zat terlarut hasil
reaksi ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat
koligatif larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff :
Keterangan :
= faktor Van't Hoff
n = jumlah koefisien kation
= derajat ionisasi
Sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada
interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat
terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
Molalitas dan Fraksi Mol
Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh banyaknya
partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh banyaknya partikel zat
terlarut, maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan.
2
Molalitas (m)
Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 gram)
pelarutMolalitas didefinisikan dengan persamaan berikut
Keterangan :
m = molalitas larutan (mol / kg)
n = jumlah mol zat terlarut (g / mol)
P = massa pelarut (g)
Fraksi Mol
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya dinyatakan
berdasarkan mol[. Fraksi mol komponen , dilambangkan dengan adalah jumlah mol
komponen dibagi dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan. Fraksi mol
adalah dan seterusnya[2]. Jumlah fraksi mol dari semua komponen adalah 1.
Persamaannya dapat ditulis[2]. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut:
Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku
Kenaikan Titik Didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan
uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1
atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik
didih pelarut murninya]. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam
suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena
itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar.
3
Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik
didih yang dinyatakan dengan ( ). Persamaannya dapat ditulis:
Keterangan :
Tb = kenaikan titik didih
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif
Penurunan Titik Beku
Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil
daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
Keterangan :
Tf = penurunan titik beku
Kf = penurunan titik beku molal
m = molal larutan
Mr = massa molekul relative
4
BAB III
METODE PENELITIAN
1.5 Variabel-Variabel
1 Variable Bebas : - larutannya (aquades, NaCl, urea)
- konsentrasi larutan
2 Variable Terikat : titik didih dan titik beku larutan
(indikator: angka yang ditunjukan termometer)
3 Variable Kontrol : gelas kimia, tabung reaksi, jumlah larutannya, spirtus, es batu.
3.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi
2. Stage tabung reaksi
3. Beaker plastik
4. Thermometer
5. Gelas kimia
6. Kaki tiga
5
7. Kawat kasa 8. Penjepit
9. Pembakar spiritus
Bahan
1. Aquades
2. NaCl 0.05 m
3. NaCL 1 m
4. Urea 0.05 m
5. Urea 1 m
6
6. Es batu
3.2 Langkah kerja
Percobaan 1 : Menentukan Titik Beku
1. Ambilah larutan aquades, NaCl dan urea sebanyak kurang lebih tingginya 2 cm
dan masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
2. Pecahkan es batu dan masukkan ke dalam beaker plastik.
3. Masukkan tabung reaksi yang sudah diberi larutan ke dalam beaker plastik secara
bergantian.
4. Tunggulah sampai larutan tersebut hampir membeku.
5. Ukurlah titik beku dengan menggunakan termometer.
7
6. Catatlah hasilnya.
Percobaan 2 : Menentukan Titik Didih
1. Ambilah larutan aquades, NaCl dan urea masing-masing 20 ml dan masukkan ke
dalam gelas kimia yang telah disediakan
2. Panaskan masing – masing larutan secara bergantian hingga mendidih.
Urea 0,05 m Urea 1 m Aquades
NaCl 0,05 m NaCl 1 m
3. Ukurlah titik didih masing – masing larutan dengan menggunakan termometer.
4. Catatlah hasilnya.
8
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Tabel Pengamatan
1.1 Grafik
9
No Larutan Titik didih Titik beku
1 Aquades 90 o C 0,1 o C
2 NaCl 0,05 m 89 o C 0 o C
3 NaCl 1 m 92 o C -0,2 o C
4 Urea 0,05 m 92 o C 0,1 o C
5 Urea 1 m 95o C -0,1 o C
1.2 Analisis Data
Dari data diatas dapat di ketahuin bahwa Aquades memliki titik didih pada suhu 90 o C
dan titik bekunya 0,1 o C . Sedangkan NaCl 0,05 m memiliki titik didih 89 o C dan titik
bekunya 0 o C berbeda dengan NaCl 1 m yang memiliki titik didih lebih tinggi yaitu
92 o C dan titik beku yang lebih rendah yaitu -0,2 o C . Dan pada larutan urea 0,05 m
titik didihnya mencapai 92 o C dan titik beku 0,1 o C sedangkan pada larutan urea 1 m
titik didihnya lebih tinggi yaitu 95 o C dan titik beku yang lebih rendah yaitu -0,1 o C .
10
BAB V
PEMBAHASAN
Titik didih
Pengolahan data berdasarkan teori
1. Aquades (Tb pel) : 90°
2. Urea 1 m
∆ Tb=m× kb
∆ Tb=1× 0,52
∆ Tb=0,52 °
∆ Tb=Tb lar−Tb pel
0,52 °=Tb lar−¿ 90°
Tb lar=90 , 52°
3. Urea 0,05 m
∆ Tb=m× kb
∆ Tb=0,05×0,52
∆ Tb=0,026 °
∆ Tb=Tb lar−Tb pel
0,026 °=Tb lar−¿ 90°
Tb lar=90,026 °
4. NaCl 1 m
∆ Tb=kb× m¿
∆ Tb=0,52×1¿
∆ Tb=1,04 °
∆ Tb=Tb lar−Tb pel
1,04 °=Tb lar−90 °
Tb lar=91,04 °
5. NaCl 0,05 m
∆ Tb=kb× m¿
∆ Tb=0,52 °× 0,05¿
∆ Tb=0,052 °
∆ Tb=Tb lar−Tb pel
11
0,052 °=Tb lar−90
Tb lar=90,052 °
Data penghitungan (berdasarkan teori)
Urutan titik didih dari
yang terendah
Aquades < urea 0,05 m <
NaCl 0,05 m < urea 1 m <
NaCl 1 m
Data Percobaan (Berdasarkan Praktikum)
Urutan titik didih dari
yang terendah
NaCl 0,05 m < Aquades <
urea 0,05 m dan NaCl 1 m
< Urea 1 m
Pembahasan (Alasan)
Perbedaan antara data perhitungan (berdasarkan teori) dengan data percobaan
(berdasarkan praktikum) kemungkinan terjadi karena kesalahan ketika praktek. Dimana
ketika titik didih yang di tunjukan thermometer belum stabil, kami sudah mengangkat
thermometer tersebut dari larutan yang dipanaskan sehingga suhu yang kami catat tidak
akurat dan tidak sesuai dengan teori.
Titik beku
Pengolahan data berdasarkan teori
1. Aquades (Tf pel) : 0,1°
2. Urea 1 m
∆ Tf =m× kf
∆ Tf =1× 1,86
∆ Tf =1,86
12
No Larutan Titik didih
1 Aquades 90 o C
2 NaCl 0,05 m 90,052 o C
3 NaCl 1 m 91,04 o C
4 Urea 0,05 m 90,026 o C
5 Urea 1 m 90,52o C
No Larutan Titik didih
1 Aquades 90 o C
2 NaCl 0,05 m 89 o C
3 NaCl 1 m 92 o C
4 Urea 0,05 m 92 o C
5 Urea 1 m 95o C
∆ Tf =Tf pel−Tf lar
1,86=0.1−Tf lar
Tf lar=−1,76
3. Urea 0.05 m
∆ Tf =m× kf
∆ Tf =0.05 ×1,86
∆ Tf =0,093
∆ Tf =Tf pel−Tf lar
0,093=0.1−Tf lar
Tf lar=0,007
4. NaCl 1 m
∆ Tf =kf ×m ¿
∆ Tf =1,86 ×1¿
∆ Tf =3,72
∆ Tf =Tf pel−Tf lar
3,72=0.1−Tf lar
Tf lar=−3,62
1. NaCl 0.05 m
∆ Tf =kf ×m ¿
∆ Tf =1,86 ×0,05¿
∆ Tf =0,186
∆ Tf =Tf pel−Tf lar
0,186=0.1−Tf lar
Tf lar=−0,086
Data penghitungan (data berdasarkan teori)
Urutan titik beku dari yang
terendah
NaCl 1 m < urea 1 m <
NaCl 0,05 m < urea 0,05 m
< Aquades
Data percobaan
Urutan titik beku dari yang
terendah
13
No Larutan Titik beku
1 Aquades 0,1 o C
2 NaCl 0,05 m -0,086 o C
3 NaCl 1 m -3,62 o C
4 Urea 0,05 m 0,007 o C
5 Urea 1 m -1,76o C
No Larutan Titik didih
1 Aquades 0,1 o C
2 NaCl 0,05 m 0 o C
3 NaCl 1 m -0,2 o C
4 Urea 0,05 m 0,1 o C
5 Urea 1 m -0,1o C
NaCl 1 m < urea 1 m < NaCl 0,05 m < Aquades dan urea 0,05 m
Pembahasan (Alasan)
Perbedaan antara data perhitungan dengan data percobaan kemungkinan terjadi karena
kesalahan ketika praktek. Dimana ketika kami mengukur titik beku, tidak tepat saat
larutan mulai membeku.
BAB VI
KESIMPULAN
Asumsi dasar kami ternyata tidak sesuai dengan hasil percobaan. Karena
kemungkinan terjadi beberapa kesalahan ketika kami melakukan percobaan baik saat
menentukan titik didih maupun titik beku. Dimana ketika titik didih yang di tunjukan
thermometer belum stabil, kami sudah mengangkat thermometer tersebut dari larutan yang
dipanaskan sehingga suhu yang kami catat tidak akurat dan tidak sesuai dengan teori. Dan
ketika kami mengukur titik beku, tidak tepat saat larutan mulai membeku.
14
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Michael dan Sunardi. 2012. Kimia jilid 3 untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Utami, B., Agung Nugroho, Lina Mahardiani, Sri Yatimnah, dan Bakti Mulyani. 2009. Kimia
untuk SMA/MA Kelas XII Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
15
top related