laporan praktek kimia

27
Sel Volta I. Tujuan : Mengamati terjadinya reaksi sel pada sel volta. Dasar teori : Elektrokimia adalah disiplin ilmu kimia yang mempelajari tentang perubahan zat yang menghasilkan arus listrik atau perubahan kimia yang disebabkan oleh arus listrik. Terdapat dua macam sel elektrokimia. Sel elektrolisis dan sel volta (sel Galvani). Dalam sel volta, energi kimia diubah menjadi energi listrik atau reaksi redoks menghasilkan arus listrik. Reaksi redoks berlangsung pada elektroda-elektroda. Elektroda tempat terjadi reaksi oksidasi disebut anoda sedangkan elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda. Reaksi yang terjadi di anoda atau katoda masing-masing merupakan setengah reaksi. Dalam menyetarakan reaksi redoks, kita dapat memecahkan reaksi itu menjadi dua bagian yaitu setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi. Pada reaksi redoks, zat-zat yang direaksikan dicampur dalam satu wadah sehingga terjadi reaksi yang disertai pelepasan atau penyerapan kalor. Jika reaksi oksidasi dapat dipisahkan dari reaksi reduksi, kemudian elektronnya dapat dialirkan melalui kawat di hubungan luar maka akan terjadi aliran elektron atau arus listrik. Hal ini yang terjadi pada elektroda-elektroda sel volta. Jika diibaratkan batang zink yang di celupkan pada larutan ZnSO 4 (agar Zn berubah menjadi Zn 2+ dan melepaskan elektron, reaksi oksidasi) merupakan anoda bermuatan negatif dan batang tembaga yang dicelupkan pada larutan CuSO 4 (agar elektron-elektron dari batang Cu diikat oleh Cu 2+ , reaksi reduksi) merupakan katoda bermuatan positif. Namun karena larutan dan ion dari batang akan bermuatan sama akan terjadi tolak menolak dan berakibat reaksi berhenti. Maka dari itu dilakukan dengan memasang jembatan garam. Jembatan garam berbentuk pipa U yang berisi campuran agar- agar dari suatu elektrolit. Cara kerja jembatan garam yaitu dengan pertukaran ion-ion yang berlawanan dari

Upload: makati-wandansari

Post on 26-Oct-2015

225 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Sekilas laporan praktikum kimia SMA

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktek Kimia

Sel Volta

I. Tujuan : Mengamati terjadinya reaksi sel pada sel volta.

Dasar teori : Elektrokimia adalah disiplin ilmu kimia yang mempelajari tentang

perubahan zat yang menghasilkan arus listrik atau perubahan kimia yang disebabkan oleh arus listrik. Terdapat dua macam sel elektrokimia. Sel elektrolisis dan sel volta (sel Galvani). Dalam sel volta, energi kimia diubah menjadi energi listrik atau reaksi redoks menghasilkan arus listrik. Reaksi redoks berlangsung pada elektroda-elektroda. Elektroda tempat terjadi reaksi oksidasi disebut anoda sedangkan elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda. Reaksi yang terjadi di anoda atau katoda masing-masing merupakan setengah reaksi.

Dalam menyetarakan reaksi redoks, kita dapat memecahkan reaksi itu menjadi dua bagian yaitu setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi. Pada reaksi redoks, zat-zat yang direaksikan dicampur dalam satu wadah sehingga terjadi reaksi yang disertai pelepasan atau penyerapan kalor. Jika reaksi oksidasi dapat dipisahkan dari reaksi reduksi, kemudian elektronnya dapat dialirkan melalui kawat di hubungan luar maka akan terjadi aliran elektron atau arus listrik. Hal ini yang terjadi pada elektroda-elektroda sel volta.

Jika diibaratkan batang zink yang di celupkan pada larutan ZnSO4 (agar Zn berubah menjadi Zn2+ dan melepaskan elektron, reaksi oksidasi) merupakan anoda bermuatan negatif dan batang tembaga yang dicelupkan pada larutan CuSO4 (agar elektron-elektron dari batang Cu diikat oleh Cu2+, reaksi reduksi) merupakan katoda bermuatan positif. Namun karena larutan dan ion dari batang akan bermuatan sama akan terjadi tolak menolak dan berakibat reaksi berhenti. Maka dari itu dilakukan dengan memasang jembatan garam. Jembatan garam berbentuk pipa U yang berisi campuran agar-agar dari suatu elektrolit. Cara kerja jembatan garam yaitu dengan pertukaran ion-ion yang berlawanan dari jembatan garam dengan ion-ion muatan larutan. Maka larutan di tiap bejana menjadi netral. Dengan demikian , reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dapat berlangsung lagi dan aliran elektron berjalan terus.

Arus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan karena elektron-elektron mengalir dari elektroda negatif ke elektroda positif. Hal itu disebabkan adanya perbedaan potensial antara kedua elektroda. Harga mutlak suatu elektroda tidak dapat diukur. Oleh karena itu, diperlukan elektroda hidrogen sebagai elektroda standar. Tiap unsur memiliki harga potensial reduksi dan oksidasi masing-masing. Nilai (positif/negatif) suatu potensial reduksi (Eº) berbanding terbalik dengan harga potensial oksidasinya. Penjumlahan Eº reaksi redoks dua unsur yang berbeda akan menentukan berlangsung atau tidaknya suatu reaksi redoks. Jika penjumlahan bertanda positif maka reaksi akan berlangsung. Hal ini juga dapat dilihat dengan menjepit kedua logam dengan voltmeter.

Page 2: Laporan Praktek Kimia

II. Alat & bahan : a. Alat

1. Voltmeter2. Gelas kimia 500 ml3. Tabung U4. Botol semprot

III. Langkah kerja : Percobaan 1

1. Masukan 100 ml larutan CuSO4 1M ke dalam gelas kimia.2. Masukan 100ml larutan ZnSO4 1M ke dalam gelas kimia yang lain.3. Celupkan jembatan garam (tabung U yang sudah diisi dengan sel agar-agar) pada

gelas kimia kedua larutan.4. Tempatkan logam Cu pada (penjepit voltmeter) katoda dan logam Zn pada

(penjepit voltmeter) anoda.5. Masukan kedua logam ke dalam larutannya serta dihubungkan dengan voltmeter.

Baca pengukuran arus listrik yand dihasilkan.Percobaan 2

1. Tanpa mengubah model percobaan 1, tempatkan logam Cu pada anoda dan logam Zn pada katoda.

2. Baca pengukuran voltmeter. Kemudian cuci jembatan garam.Percobaan 3

1. Masukan 100 ml larutan Al2(SO4)3 1M ke dalam gelas kimia.2. Masukan 100ml larutan PbSO4 1M ke dalam gelas kimia yang lain.3. Celupkan jembatan garam (tabung U yang sudah diisi dengan sel agar-agar) pada

gelas kimia kedua larutan.4. Tempatkan logam Al pada (penjepit voltmeter) katoda dan logam Pb pada

(penjepit voltmeter) anoda.5. Masukan kedua logam ke dalam larutannya serta dihubungkan dengan voltmeter.

Baca pengukuran arus listrik yand dihasilkan.Percobaan 4

1. Tanpa mengubah model percobaan 3, tempatkan logam Al pada anoda dan logam Pb pada katoda.

2. Baca pengukuran voltmeter. Kemudian cuci jembatan garam.Percobaan 5

1. Masukan 100 ml larutan CuSO4 1M ke dalam gelas kimia.2. Masukan 100ml larutan Al2(SO4)3 1M ke dalam gelas kimia yang lain.3. Celupkan jembatan garam (tabung U yang sudah diisi dengan sel agar-agar)

pada gelas kimia kedua larutan.4. Tempatkan logam Cu pada (penjepit voltmeter) katoda dan logam Al pada

(penjepit voltmeter) anoda.5. Masukan kedua logam ke dalam larutannya serta dihubungkan dengan

voltmeter. Baca pengukuran arus listrik yand dihasilkan.Percobaan 6

b. Bahan1. Logam Cu2. Logm Al3. Logam Zn4. Logam Pb5. Sel agar-agar6. Larutan CuSO4 1M7. Larutan Al2(SO4)3 1M8. Larutan ZnSO4 1M9. Larutan PbSO4 1M10. Air

Page 3: Laporan Praktek Kimia

1. Tanpa mengubah model percobaan 5, tempatkan logam Cu pada anoda dan logam Al pada katoda.

2. Baca pengukuran voltmeter. Kemudian cuci jembatan garam.Percobaan 7

1. Masukan 100 ml larutan PbSO4 1M ke dalam gelas kimia.2. Masukan 100ml larutan ZnSO4 1M ke dalam gelas kimia yang lain.3. Celupkan jembatan garam (tabung U yang sudah diisi dengan sel agar-agar)

pada gelas kimia kedua larutan.4. Tempatkan logam Pb pada (penjepit voltmeter) katoda dan logam Zn pada

(penjepit voltmeter) anoda.5. Masukan kedua logam ke dalam larutannya serta dihubungkan dengan

voltmeter. Baca pengukuran arus listrik yand dihasilkan.Percobaan 8

1. Tanpa mengubah model percobaan 7, tempatkan logam Pb pada anoda dan logam Zn pada katoda.

2. Baca pengukuran voltmeter. Kemudian bereskan peralatan praktikum.

IV. Data Pengamatan : Percobaan ke- Penempatan

Katoda ( + )Penempatan Anoda ( - )

Hasil pembacaan voltmeter

1 Logam Cu Logam Zn -2 Logam Zn Logam Cu + 0,84 Volt3 Logam Al Logam Pb -4 Logam Pb Logam Al + 0,08 Volt5 Logam Cu Logam Al -6 Logam Al Logam Cu + 0,2 Volt7 Logam Pb Logam Zn -8 Logam Zn Logam Pb + 0,4 Volt

V. Pembahasan :

Percobaan 1Anoda (oksidasi) : Cu → Cu2+ + 2e- Eº = - 0,34 VKatoda (reduksi) : Zn2+ + 2e- → Zn Eº = - 0,76 V

Eº = - 1,10 VReaksi redoks tidak berlangsung.

Percobaan 2Anoda (oksidasi) : Zn → Zn2+ + 2e- Eº = + 0,76 VKatoda (reduksi) : Cu2+ + 2e- → Cu Eº = + 0,34 V

Eº = + 1,10 VReaksi redoks berlangsung.

Percobaan 3Anoda (oksidasi) : 2Al → 2Al3+ + 6e- Eº = + 1,66 VKatoda (reduksi) : 3Pb2+ + 6e- → 2Pb Eº = - 0,13 V

Eº = + 1,53 V

+

+

+

Page 4: Laporan Praktek Kimia

Reaksi redoks berlangsung.

Percobaan 4Anoda (oksidasi) : 2Pb → 3Pb2+ + 6e- Eº = + 0,13 VKatoda (reduksi) : 2Al3+ + 6e- → 2Al Eº = - 1,66 V

Eº = - 1,53 VReaksi redoks tidak berlangsung.

Percobaan 5Anoda (oksidasi) : 3Cu → 3Cu2+ + 6e- Eº = - 0,34 VKatoda (reduksi) : 2Al3+ + 6e- → 2Al Eº = - 1,66 V

Eº = - 2,00 VReaksi redoks tidak berlangsung.

Percobaan 6Anoda (oksidasi) : 2Al → 2Al3+ + 6e- Eº = + 1,66 VKatoda (reduksi) : 3Cu2+ + 6e- → 3Cu Eº = + 0,34 V

Eº = + 2,00 VReaksi redoks berlangsung.

Percobaan 7Anoda (oksidasi) : Pb → Pb2+ + 2e- Eº = + 0,13 VKatoda (reduksi) : Zn2+ + 2e- → Zn Eº = - 0,76 V

Eº = - 0,63 VReaksi redoks tidak berlangsung.

Percobaan 8Anoda (oksidasi) : Zn → Zn2+ + 2e- Eº = + 0,76 VKatoda (reduksi) : Pb2+ + 2e- → Pb Eº = - 0,13 V

Eº = + 0,47 VReaksi redoks berlangsung

A. Kesimpulan1. Reaksi redoks hanya dapat berlangsung jika ada perbedaan potensial positif di antara kedua setengah reaksi reduksi dan setengah oksidasi.2. Jembatan garam berfungsi untuk tetap menjaga sirkulasi ion-ion positif dan

negatif terus berpindah antar larutan.3. Rangkaian logam beserta larutan dimana pada logam akan terjadi

pelepasa/pengikatan elektron, disebut Sel Volta.4. Pada batang yang terjadi oksidasi/pelepasan elektron, menjadi kutub (-).5. Pada batang yang terjadi reduksi/pelepasan elektron, menjadi kutub (+).

I.Judul:Sifat larutan garam

II.Tujuan: Mengetahui sifat larutan garam

III.Dasar teori:Garam terbentuk dari reaksi antara asam dan basa.

+

+

+

+

+

Page 5: Laporan Praktek Kimia

Asam + basa → garam + air

Garam mudah larut dalam air dan dapat bersifat asam basa atau netral. Garam yang berasal

dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa

kuat bersifat basa. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam.

Sementara garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemat dapat bersifat asam, basa,

atau netral tergantung pada besar nilai Kbnya.

IV.Alat dan bahan:

1. Alat-alat yang diperlukan a. Plat tetesb. Pipet tetesc. Kertas lakmus merah dan biru

2. Bahan-bahan yang diperlukana. Larutan: - CH3COONH4

- HCOOK- Na2SO4

- Na2CO3

- NaCl- CH3COONa- KI- NH4Cl- MgCl2

- Pb(NO3)2

- BaCl2

- Mg2SO4

V.Langkah kerja: 1. Teteskanlah masing-masing larutan yang akan diuji ke dalam plat tetes dengan

menggunakan pipet tetes.

2. Ujilah masing-masing larutan dengan mencelupkan kertas lakmus merah dan kertas

lakmus biru ke dalam masing-masing larutan.

3. Amatilah perubahan yang terjadi pada kertas lakmus.

4. Catat hasilnya pada tabel hasil pengamatan.

VII. Pembahasan:

Larutan yang merubah warna lakmus merah menjadi biru dan warna biru tetap menjadi

biru adalah: HCOOK, Na2CO3, CH3COONa. Larutan ini dikelompokan ke dalam larutan

garam yang bersifat basa karena larutan garam ini terbentuk dari asam lemah dan basa

kuat.

Larutan yang merubah warna lakmus biru menjadi warna merah dan warna merah tetap

menjadi merah adalah NH4Cl. Larutan ini dikelompokan ke dalam larutan garam yang

bersifat asam karena larutan garam ini terbentuk dari asam kuat dan basa lemah yaitu

NH4OH + HCl → NH4Cl + H2O

Larutan yang tidak merubah warna lakmus sama sekali, lakmus merah tetap berwarna

merah dan lakmus biru tetap berwarna biru adalah: CH3COONH4, Na2SO4, NaCl, KI,

Page 6: Laporan Praktek Kimia

MgCl2, Pb(NO3)2, BaCl2, Mg2SO4. Larutan ini dikelompokan ke dalam larutan garam yang

bersifat netral karena larutan garam ini terbentuk dari asam kuat dan basa kuat maupun

basa lemah dan basa lemah (harga Kb sama) seperti pada larutan CH3COONH4 terbentuk

dari reaksi CH3COOH + NH4OH → CH3COONH4 + H2O

VIII. Kesimpulan:

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan:

1. Larutan garam yang termasuk dalam larutan garam asam adalah NH4Cl.

2. Larutan garam yang termasuk dalam larutan garam basa adalah HCOOK, Na2CO3,

CH3COONa.

3. Larutan garam yang termasuk dalam larutan garam netral adalah CH3COONH4, Na2SO4,

NaCl, KI, MgCl2, Pb(NO3)2, BaCl2, Mg2SO4.

4. Penentuan penggolongan sifat larutan garam dapat dilakukan dengan kertas lakmus

maupun dilihat dari reaksi kimianya.

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP LAJU REAKSI

I. Tujuan : Mengamati pengaruh konsenterasi terhadap laju reaksi untuk pualam dengan asam klorida.

Dasar teori :

Reaksi terjadi karena adanya tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi. Tumbukan yang terjadi harus mempunyai energi yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan pada zat yang bereaksi. Laju reaksi adalah berkurangnya jumlah reaktan atau bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu. Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi bukan oleh konsentrasi reaksi. ”Makin besar konsenterasi pereaksi, laju reaksi makin besar. Makin kecil konsenterasi pereaksi, laju reaksi makin kecil”.

Persamaan laju reaksi (hukum laju reaksi) menyatakan hubungan antara konsentrasi pereaksi dengan laju reaksi.:

Di mana:

v = laju reaksik = ketetapan laju reaksi. Harga khas untuk setiap reaksi dan hanya dipengaruhi oleh suhux = orde reaksi terhadap zat Ay = orde raksi terhadap zat Bx + y = orde reaksi

Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi pereaksi dalam rumus laju reaksi. Biasanya orde reaksi dinyatakan dalam bilangan bulat sederhana, tetapi kadang-kadang dapat berupa bilangan pecahan

pA + qB rC +sD

v = k[A]x[B]y

Page 7: Laporan Praktek Kimia

II. Alat & bahan :

No. Alat dan Bahan Ukuran/Satuan Jumlah

1 Tabung reaksi 250 mL 1

2 Scapula 1

3 Stopwatch 1

4 Balon karet 3

5 Pualam 1 gram

6 Larutan asam klorida 1 M, 2 M, 3 M 25 mL

III. Langkah kerja :1. Tuangkan 1 gram pualam ke dalam tiap balon karet.2. Isi 3 tabung reaksi dengan masing-masing, larutan asam klorida 1M, 2M, dan 3M.3. Tutup masing-masing mulut tabung dengan balon yang sudah diisi pualam.4. Pada tabung reaksi berisi larutan asam klorida 1M, mulailah menghitung waktu yang

diperlukan sampai balon berdiri tegak, dimulai dari dijatuhkannya pualam ke tabung reaksidari balon.

2. Lakukan hal yang sama seperti langkah 4. untuk tabung reaksi yang berisi larutan asamklorida 2 M dan 3 M.

IV. Data Pengamatan :

V. Pembahasan :

CaCo3 (s) + 2HCl (aq) CaCl2 (aq) + H2O(l) + CO2(g)

Berdasarkan data pengamatan, ketika memakai larutan HCl dengan konsetrasi 1 M dibutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan memakai konsentrasi 2 M maupun 3 M. Begitu pula sebaliknya, ketika memakai larutan HCl dengan konsetrasi 3 M dibutuhkan waktu yang lebih singkat dibanding dengan memakai konsentrasi 2 M maupun 1 M. Inilah yang dimaksud dengan, ”Makin besar konsenterasi pereaksi, laju reaksi makin besar. Makin kecil konsenterasi pereaksi, laju reaksi makin kecil”.

Selain kadar (nilai) konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, suhu, luas permukaan sentuh, dan pemberian katalisator juga mempengaruhi laju reaksi.

Larutan HCl (mol/L) Waktu reaksi (detik)

1 M 24

2 M 19

3 M 15

Page 8: Laporan Praktek Kimia

Pertanyaan :

1. Dalam percobaan diatas, digunakan 10 gram pualam (Mr = 100) dan larutan HCl 3 M

berlebihan. Berapa volume gas CO2 yang dihasilkan?

M =

= x

3 = x = x

V = x = L

2. Diketahui suatu reaksi

A + B hasil

PercobaanKonsentrasi Awal (M) Waktu Reaksi

(detik)A B

1 0,1 0,1 128

2 0,2 0,1 64

3 0,1 0,2 32

4 0,2 0,4 ?

*waktu berbanding terbalik dengan kecepatan

a. Orde reaksi terhadap zat A

= = =

v = k[A]x[B]y

Page 9: Laporan Praktek Kimia

b. Orde reaksi terhadap zat B

c. Orde reaksi = x + y = (-1) + (-2) = -3

d. Ketetapan laju reaksi (k)

v = k[A]x[B]y

32 = k [0,1]1[0,2]2

k = = 8000

e. Waktu untuk percobaan ke-4

v = k[A]x[B]y

v = 8000 [0,2][0,4]2

v = 266 m/s

A. Kesimpulan

Kecepatan laju reaksi berbanding lurus dengan nilai konsentrasi pereaksi.

Dengan diketahuinya nilai molarits suatu zat, juga dapat menentukan nilai orde pereaksi.

=x

¼ =

x = 1

= = =

=

=

y y = 2

Page 10: Laporan Praktek Kimia

PENGARUH LUAS PERMUKAAN SENTUH TERHADAP LAJU REAKSI

I. Tujuan : Mengamati pengaruh luas permukaan sentuhan terhadap laju reaksi gula dengan air.

Dasar teori :

Reaksi terjadi karena adanya tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi. Tumbukan yang terjadi harus mempunyai energi yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan pada zat yang bereaksi. Laju reaksi adalah berkurangnya jumlah reaktan atau bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu. Laju reaksi selain dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi juga dipengaruhi luas permukaan sentuh zat. Semakin luas permukaan sentuhan zat yang bereaksi (semakin halus zat yang bereaksi) semakin cepat reaksi berlangsung. Oleh karena semakin luas permukaan sentuhan, berarti semkin banyak frekuensi tumbukan yang terjadi sehingga makin cepat reaksi berlangsung.

II. Alat & bahan :

No. Alat dan Bahan Jumlah

1 Wadah air 2

2 Sendok 2

3 Stopwatch 1

4 Gula serbuk

5 Gula pasir

6 Air

III. Langkah kerja :

1. Tuangkan gula serbuk ke wadah1.2. Tuangkan gula pasir ke wadah2. 3. Mulailah menghitung waktu yang diperlukan gula (serbuk dan pasir) untuk larut.4. Bantulah pelarutan dengan mengaduk kedua air dengan kecepatan aduk yang sama.

IV. Data Pengamatan :

Bentuk gula Waktu yang diperlukan untuk larut

Serbuk 1,5 menit

Pasir 3,5 menit

Page 11: Laporan Praktek Kimia

V. Pembahasan :

Berdasarkan data pengamatan, gula serbuk yang memiliki luas permukaan sentuh lebih besar dapat larut dalam waktu yang lebih cepat dibanding dengan gula pasir yang memiliki luas permukaan sentuh sempit. Makin luas luas permukaan sentuhnya, makin singkat waktu reaksinya. Begitu pula dengan laju reaksinya. Laju reaksi adalah berkurangnya jumlah reaktan atau bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu. Sedangkan orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dari zat yang bereaksi (reaktan). Sementara energi pengaktifan adalah energi minimal yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi.

A. Kesimpulan

Luas permukaan sentuh zat berbanding lurus dengan laju reaksi.

PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU REAKSI

I. Tujuan : Mengamati pengaruh suhu terhadap laju reaksi larutan natrium tiosulfat dengan asam klorida.

Dasar teori : Reaksi terjadi karena adanya tumbukan antara partikel-partikel zat

yang bereaksi. Tumbukan yang terjadi harus mempunyai energi yang cukup untuk

memutuskan ikatan-ikatan pada zat yang bereaksi. Laju reaksi adalah berkurangnya jumlah

reaktan atau bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu. Laju reaksi selain

dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi, luas permukaan sentuh zat, juga dipengaruhi suhu zat

pereaksi. Semakin tinggi suhu dalam suatu reaksi, semakin cepat reaksi berlangsung karena

semakin tinggi suhu maka kecepatan gerakan molekul semakin bertambah sehingga jumlah

tumbukan juga bertambah. Pada umumnya setiap kenaikan 10°C maka laju reaksi naik dua

kali lebih besar dari semula, yang secara matematika dapat dihitung dengan rumus:

Di mana:vt = laju reaksi pada suhu akhirvo = laju reaksi awal∆v = kenaikan laju reaksi (kostanta)t = suhu akhirto = suhu awal∆t = tiap kenaikan suhu

II. Alat & bahan :

No. Alat dan Bahan Ukuran/Satuan Jumlah

1 Gelas kimia 3

2 Silinder ukur 1

vt = (∆v) vo

Page 12: Laporan Praktek Kimia

3 Stopwatch 1

4 Termometer -20C s/d 100°C 1

5 Alat pembakar spirtus 1

6 Kaki tiga + kasa 1

7 Sehelai kertas dan alat tulis 1 set

8 Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,2 M 25 mL

9 Larutan asam klorida (HCl) 2 M 5 mL

III. Langkah kerja :1. Buatlah tanda silang pada sehelai kertas.2. Ukur 25mL larutan HCl 0,2 M lalu masukkan ke dalam gelas kimia.3. Letakkan gelas kimia tersebut di atas kertas bertanda silang.4. Ukurlah suhu larutan dan catat dalam tabel pengamatan!5. Tambahkan 5 mL larutan HCl 2 M ke dalam larutan Na2S2O3 dan segera jalankan

stopwatch.6. Hentikan stopwatch bila tanda silang tidak terlihat lagi (tertutup). Catat waktunya!7. Ulangi langkah 5-6 dengan mengganti 25 mL larutan Na2S2O3 yang sudah dipanaskan

10°C di atas percobaan pertama.8. Sekali lagi langkah 5-6 dengan mengganti 25 mL larutan Na2S2O3 yang sudah

dipanaskan20°C di atas percobaan pertama.

IV. Data Pengamatan :

V. Pembahasan : Selisih suhu dari percobaan sebelumnya sampai ke percobaan berikutnya (misal dari percobaan 2 dengna percobaan 3) adalah 10°C. Lalu selisih waktu yang dibutuhkan juga 10 detik. Makin tinggi suhu zat, waktu reaksi makin cepat. Ini berarti tiap kenaikan 10°C, waktu lebih cepat 10 detik.

A. Kesimpulan

Semakin tinggi temperatur, semakin cepat laju reaksi.

PercobaanSuhu percobaan

( °C)Waktu yang diperlukan sejak penambahan

HCl sampai tanda silang tertutup

1 27.5 56 detik

2 37.5 16 detik

3 47.5 6 detik

Page 13: Laporan Praktek Kimia

PENGARUH KATALISATOR TERHADAP LAJU REAKSI

I. Tujuan : Mengamati pengaruh katalisator terhadap laju reaksi pada penguraian hidrogen peroksida.

Dasar teori :

Reaksi terjadi karena adanya tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi. Tumbukan yang terjadi harus mempunyai energi yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan pada zat yang bereaksi. Laju reaksi adalah berkurangnya jumlah reaktan atau bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu. Laju reaksi selain dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi, luas permukaan sentuh zat, dan dipengaruhi suhu zat pereaksi, juga faktor penambahan katalisator dalam suatu reaksi. Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi (bukan pereaksi), tetapi tidak mengalami perubahan yang kekal dalam reaksi. Cara kerja katalisator yaitu menurunkan energi pengaktifan sehingga pada suhu yang sama akan memperbesar harga tetapan laju reaksi (k), akibatnya laju reaksi bertambah.

II. Alat & bahan :

No. Alat dan Bahan Ukuran/Satuan Jumlah

1 Gelas kimia 3

2 Selinder ukur 2

3 Pipet tetes 3

4 Larutan H2O2 5% 30 mL

5 Larutan FeCl3 0,1 M 20 tetes

6 Larutan NaCl 0,1 M 20 tetes

III. Langkah kerja :1. Masukkan masing-masing 30 mL larutan H2O2 5% ke dalam tiga gelas kimia. Amati

kecepatan timbulnya gelembung pada ketiga gelas kimia tersebut! Catat hasil pengamatan!

2. Pada gelas kimia pertama tidak ditambahkan apa-apa. Pada gelas kimia kedua ditambahkan 20 tetes larutan NaCl 0,1 M. Pada gelas kimia ketiga ditambahkan 20 tetes larutan FeCl3

0,1 M. Amati perbedaan kecepatan timbulnya gelembung pada gelas kimia kedua dan ketiga!

IV. Data Pengamatan :

Percobaan Larutan Pengamatan

1 H2O2 Tidak ada gelembung

2 H2O2 + NaCl Ada gelembung

3 H2O2 + FeCl3 Ada gelembung kecil (banyak)

Page 14: Laporan Praktek Kimia

V. Pembahasan :

Senyawa NaCl dan FeCl3 bertindak sebagai katalisator dalam reaksi dengan H2O2. Terbukti dari data pengamatan dihasilkanya gelmbung-gelembung gas atas dicampurnya katalisator dengan H2O2. Katalis menurunkan energi pengaktifan, di mana jika energi pengaktifan kecil maka akan banyak tumbukan yang berhasil, sehingga reaksi lebih cepat terjadi. Begitu pula sebaliknya. Katalis terbagi atas 2 jenis: Katalisator homogen (yang dapat bercampur secara homogen dengan zat pereaksinya karena berwujud sama), dan Katalis heterogen (yang tidak dapat bercampur karena wujudnya berbeda dengan zat pereaksinya). Salah satu bentuk katalis heterogen adalah autokatalis, di mana zat hasil reaksi bertindak sebagai katalis.

A. Kesimpulan

Penambahan katalis pada reaksi kima mempercepat laju reaksi.

I. Judul : Larutan elektrolit dan larutan tidak elektrolit.

II. Tujuan : Untuk mengetahui hantaran listrik dalam berbagai larutan.

III. Dasar teori : Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. Dari semua larutan, terbagi menjadi dua kelompok; larutan yang dapat menghantarkan arus listrik (elektrolit) dan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik (non-elektrolit). Larutan dapat menghantarkan arus listrik (elektrolit) karena adanya zat terlarut yang dapat terurai menjadi ion-ion yang bergerak bebas. Makin banyak zat-zat yang terurai menjadi ion-ion, maka akan semakin kuat sifat elektrolitnya.

V. Langkah kerja : Membuat alat penguji elektrolit:

1. Susun baterai 9 volt, lalu diselotip/dibungkus agar tidak goyang. Tiap kutub

1. Susunlah alat penguji elektrolit sehingga berfungsi dengan baik.2. Masukkan air suling ke dalam gelas kimia dan uji daya hantarnya. Catat apakah

lampu menyala dan apakah timbul gelembung pada elektroda.3. Bersihkan elektroda dengan air, lalu keringkan. Kemudian, dengan cara yang

sama, ujilah daya hantar larutan lain yang tersedia.VIII. Kesimpulan : Larutan yang tidak menimbulkan lampu menyala dan gelembung

tidak ada (muncul) disebut larutan non-elektrolit, yang berarti larutan tidak menghantarkan arus listrik. Larutan yang menimbulkan lampu menyala redup dan muncul sedikit gelembung disebut larutan elektrolit lemah, yang berarti ada potensial listrik lemah dan mampu mengubah zat terlarut menjadi gas. Larutan yang menimbulkan

Page 15: Laporan Praktek Kimia

lampu menyala (terang) dan muncul banyak gelembung disebut larutan elektrolit kuat, yaitu larutan memiliki potensial listrik kuat dan mampu mengubah zat terlarut menjadi gas

I. Judul : Hukum kekekalan massa.

II. Tujuan : Menyelidiki berlakunya hukum kekekalan massa.

III. Dasar teori : Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. Dari semua larutan, terbagi menjadi dua kelompok; larutan yang dapat menghantarkan arus listrik (elektrolit) dan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik (non-elektrolit). Larutan dapat menghantarkan arus listrik (elektrolit) karena adanya zat terlarut yang dapat terurai menjadi ion-ion yang bergerak bebas. Makin banyak zat-zat yang terurai menjadi ion-ion, maka akan semakin kuat sifat elektrolitnya.

. Reaksi antara larutan KI dengan larutan Pb(CH3COO)2

a. Masukkan 5 mL larutan KI 0,5 M ke dalam salah satu kaki tabung Y terbalik, dan 5 mL larutan Pb(CH3COO)2 ke dalam kaki yang satu lagi.

b. Masukkan tabung Y terbalik ke dalam sebuah gelas kimia 300 mL dengan hati-hati, kemudian timbanglah gelas itu beserta isinya. Catat massanya!

c. Miringkan tabung Y terbalik sehingga larutan pada kedua kakinya bercampur. Perhatikan reaksi yang terjadi. Timbang kembali gelas kimia beserta tabung berisi larutan itu, dan tak lupa catat massanya.

d. Bandingkan massa tabung beserta isinya sebelum dan sesudah reaksi.

2. Lakukan percobaan yang sama dengan menggunakan larutan CuSO4 dan larutan KI.3. Reaksi antara pualam dengan larutan HCl

a. Masukkan kira-kira 5 gram serbuk pualam ke dalam satu gelas kimia 100 mL.

b. Ambil 20 mL larutan HCl 4 M dan masukkan ke dalam sebuah gelas kimia lain. Masukkan kedua gelas kimia itu ke dalam gelas kimia 500 mL, lalu timbang.

c. Tuangkan larutan HCl ke dalam gelas berisi serbuk pualam dan biarkan hingga reaksi berhenti. Kemudian kedua gelas dimasukkan kembali ke dalam gelas kimia 500 mL tadi, lalu timbang sekali lagi, tak lupa catat massanya!

VIII. Kesimpulan : Jumlah total massa zat sebelum reaksi memiliki massa yang sama setelah reaksi

I. Judul : Molaritas larutan.

II. Tujuan : Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.

Page 16: Laporan Praktek Kimia

B. Bahan

1. Glukosa2. NaOH3. Gula (NaCl)

III. Dasar teori : Dalam satuan internasional satuan untuk molekul adalah mol, biasanya dinyatakan dengan lambang n. Kemudian, massa 1 mol molekul sama dengan massa molekul relatif (Mr) tersebut dalam gram. G = n x Mr. Kemolaran/molaritas merupakan slah satu cara yang digunakan untuk menyatakan konsentrasi dalam perhitungan kimia. Kemolaran ditulis dengan notasi M. Larutan 1 molar (M) adalah larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. M = n/V. Dalam membuat larutan dengan konsentrasi tertentu perlu adanya penambahan zat pelarut (air) dalam jumlah tertentu.

IV. Alat & bahan : Alat

1. Silinder ukur2. Gelas kimia3. Corong kaca4. Spatula baja5. Pengaduk kaca6. Pipet tetes7. Kaca arloji8. Labu takar 250 mL9. Botol semprot10. Neraca digital11. Magnetic stirrer

V. Langkah kerja :

1. Membuat 100 mL NaOH 1 Ma. Timbang 4 gram NaOHb. Masukan NaOH pada gelas kimia.c. Masukan larutan NaOH pada labu takar. Tambahkan air sampai

batas garis.d. Pindahkan larutan ke dalam botol penampung dan beri label

”NaOH 1 M”.2. Lakukan dengan cara yang sama untuk membuat larutan ;

a. 250 mL larutan glukosa 0,1Mb. Larutan NaCl 0.5 M jika tersedia 5,85 fram NaClDiketahui Ar C = 12, H = 1, O = 16, Na = 23, Cl = 35,5

VI. Pembahasan :Untuk membuat 250 mL glukosa 0,1 M. Maka, glukosa yang akan ditimbang....Dicari massa molekul realtif C6H12O6 (gula), Mr C6H12O6 = (6.12) + (1.12) + (6.16) = 72 + 12 + 96 = 180Cari jumlah mol C6H12O6, M = n/V → 0,1 = n/0,25 L → n = 2,5 x 10-2

Kemudian cari massa C6H12O6 yang dibutuhkan, G = n x Mr = 2,5 x 10-2 x 180 = 4,5 gram Untuk membuat larutan NaCl 0,5 M dengan 5,85 gram. Maka, dibutuhkan air sebesar...

Massa molekul relatif NaCl, Mr NaCl = 23 + 35,5 = 58,5Cari jumlah mol, n = G/Mr = 5,85/58,5 = 1/10 = 0,1Lanjuti mencari volume larutan yang dihasilkan, V = n/M = 0,1/0,5 = 1/5 L = 200 mLSehingga jmlah air yang ditambahkan adalah,...Vair = Vlarutan – massa NaCl

= 200 – 5,85 = 194,5 mL

Page 17: Laporan Praktek Kimia

PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI REAKSI I. Tujuan : Menentukan perubahan entalpi pada reaksi antar larutan natrium hidroksida

dengan larutan asam klorida yang menghasilkan satu mol air.Dasar teori :

Entalpi adalah besarnya energi yang dimiliki suatu zat pada tekanan tetap. Ternyata besarnya entalpi suatu zat tidak dapat diukur karena yang dapat diukur adalah perubahan entalpi (∆H). Perubahan entalpi (∆H) adalah besarnya energi yang dibebaskan atau yang diperlukan dalam suatu reaksi. Secara matematika dapat ditulis sebagai berikut:

Di mana: ∆H = perubahan entalpi Hp = entalpi produk (zat hasil reaksi) HR = entalpi reaktan (zat pereaksi)

II. Alat & bahan :

No. Alat dan Bahan Ukuran/Satuan Jumlah

1 Bejana plastik 250 mL 1

2 Gelas ukur 100 mL 1

3 Termometer 0° - 100°C 1

4 Larutan NaOH 1 M 50 mL

5 Larutan HCl 1 M 50 mL

6 Larutan H2SO4 1 M 50 mL

III. Langkah kerja :

A. Perubahan entalpi larutan NaOH dan larutan HCl

1. Masukkan 50 mL larutan NaOH 1M ke dalam bejana plastik dan masukkan 50mL larutan HCl 1M ke dalam gelas ukur.

2. Ukur suhu kedua larutan tersebut. Termometer harus dibersihkan dan dikeringkan sebelum dipindahkan dari suatu larutan ke larutan yang lain. Jika suhu kedua larutan berbeda, tentukan suhu rata-rata (suhu awal).

3. Tuangkan HCl ke dalam bejana plastik yang berisi larutan NaOH, aduk dengan termometer dan perhatikan suhu yang ditunjukkan oleh termometer. Suhu akan naik kemudian menjadi

tetap dan selanjutnya turun. Catatlah suhu yang tetap itu (suhu akhir).

B. Perubahan entalpi larutan NaOH dan larutan H 2SO4

∆H = Hp - HR

Page 18: Laporan Praktek Kimia

1. Masukkan 50 mL larutan NaOH 1M ke dalam bejana plastik dan masukkan 50mL larutan H2SO4 1M ke dalam gelas ukur.

2. Ukur suhu kedua larutan tersebut. Termometer harus dibersihkan dan dikeringkan sebelum dipindahkan dari suatu larutan ke larutan yang lain. Jika suhu kedua larutan berbeda, tentukan suhu rata-rata (suhu awal).

3. Tuangkan H2SO4 ke dalam bejana plastik yang berisi larutan NaOH, aduk dengan termometer dan perhatikan suhu yang ditunjukkan oleh termometer. Suhu akan naik kemudian menjadi

tetap dan selanjutnya turun. Catatlah suhu yang tetap itu (suhu akhir).

IV. Data Pengamatan :

Suhu larutan NaOH 1M = 27°C

Suhu larutan HCl 1M = 29°C

Suhu rata-rata (suhu awal) = 28°C

Suhu akhir = 33°C

Kenaikan suhu = 5°C

V. Pembahasan :

A. Perubahan entalpi larutan NaOH dan larutan HCl

1. Jumlah mol NaOH di dalam 50mL larutan NaOH 1 M sama dengan jumlah mol HCl di dalam 50mL larutan HCl 1M, berdasarkan hasil penghitungan dengan rumus n = M x V

2. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

NaOH(l) + HCl(aq) H2O(g) + NaCl(aq)

Disetarakan sehingga menjadi,

NaOH(l) + HCl(aq) H2O(g) + NaCl(aq)

3. Perubahan entalpi (∆H) per mol H2O yang terbentuk dalam reaksi adalah,

Q = m x C x ∆t

= (massa NaOH + massa HCl) x 4,2J/g°C x 5°C

= (50mL + 50mL) x 21J/g = 100g x 21J/g

Suhu larutan NaOH 1M = 27°C

Suhu larutan H2SO4 1M = 29°C

Suhu rata-rata (suhu awal) = 28°C

n = M x V

= 1 x (50mL)

= 1 x 0,05L

n = 0,05 mol

Page 19: Laporan Praktek Kimia

Q = 2100 J

∆H =

= = 15000 J =

1,5 KJ

Karena reaksi termasuk eksoterm (terjadi kenaikan temperatur), maka ∆H = - 1,5 KJ

4. Persamaan termokimia untuk reaksinya

NaOH(l) + HCl(aq) H2O(g) + NaCl(aq) ∆H = - 1,5 KJ

B. Perubahan entalpi larutan NaOH dan larutan H 2SO4

1. Jumlah mol NaOH di dalam 50mL larutan NaOH 1 M sama dengan jumlah mol H2SO4 di dalam 50mL larutan H2SO4 1M, berdasarkan hasil penghitungan dengan rumus n = M x V

2. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

NaOH(l) + H2SO4 (aq) H2O(g) + NaSO4(aq) + H(g)

Disetarakan sehingga menjadi,

NaOH(l) + H2SO4 (aq) H2O(g) + NaSO4(aq) + H(g)

3. Perubahan entalpi (∆H) per mol H2O yang terbentuk dalam reaksi adalah,

Q = m x C x ∆t

= (massa NaOH + massa HCl) x 4,2J/g°C x 6°C

= (50mL + 50mL) x 25,2J/g = 100g x 25,2J/g

Q = 2520 J

∆H =

= = 50400 J = 50,4 KJ

Karena reaksi termasuk eksoterm (terjadi kenaikan temperatur), maka ∆H = - 50,4 KJ

4. Persamaan termokimia untuk reaksinya

n = M x V

= 1 x (50mL)

= 1 x 0,05L

n = 0,05 mol

Page 20: Laporan Praktek Kimia

NaOH(l) + H2SO4 (aq) H2O(g) + NaSO4(aq) + H(g) ∆H = - 50,4 KJ

Untuk mengetahui entalpi suatu zat hanya bisa ditentukan dari perubahan entalpi yang terjadi bila zat tersebut bereaksi dengan zat lain atau zat tersebut terurai menjadi zat lain.