konsep dasar isolasi sosial
Post on 06-Aug-2015
176 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL ; MENARIK DIRI
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain. (Carpenito, 1998 : 381).
Sedangkan perilaku menarik diri merupakan percoban untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain (Rawlins, 1993 : 336)
Dari teori-teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menarik diri
merupakan perilaku menghindari interaksi, kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi dan
kegagalan dengan orang lain karena orang lain menyatakan sikap negatif dan
mengancam.
2. Rentang Respon Sosial
Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif
(Stuart & Sundeen, 1991 : 346), yaitu :
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung Narcissisme
Saling tergantung
Gambar 1. Rentang respon sosial
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku dimana individu
masih dalam batasan yang adaptif dalam menyelesaikan masalahnya. Respon
adaptif meliputi perilaku menyendiri (solitude), yaitu respon adaptif yang
dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan, otonomi
(respon adaptif individu untuk menentukan sikap sendiri berdasarkan
tanggung jawab yang lahir dari dirinya), Bekerjasama / mutualisme dengan
orang lain yang menggunakan prinsip saling menguntungkan, dan
interdependent/hubungan saling ketergantungan dengan pihak yang satu
dengan yang lain.
Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada
rentang respon maladaptif (Stuart & Sundeen, 1991), yaitu :
a. Menarik diri ; individu menemukan kesulitan dalam
membina hubungan dengan orang lain.
b. Tergantung (dependen) ; individu sangat tergantung dengan
orang lain, individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.
c. Manipulasi ; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain,
orang lain hanya sebagai objek.
Curiga ; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan lingkungan.
3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen, perilaku menarik diri dipengaruhi oleh
faktor predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya
gangguan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial
yang maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :
1). Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan
seseorang akan mempunyai masalah respon maladaptif.
2. biologik
Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan umum yang
lalu dan sekarang.Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya
neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, tetepi masih perlu
penelitian.
3. Sosiokultural
Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang
berbeda dari kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat
perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan
dan lain-lain.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1). Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,
misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik sosial
budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2). Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan
cemas yang mengambang, merasa terancam.
4. Tanda dan Gejala
Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri
akan ditemukan (data objektif), yaitu apatis, ekspresi sedih, afeks tumpul,
menghindari dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari
orang lain, misalnya pada saat makan, komunikasi kurang/tidak ada, klien
tidak tampak bercakap-cakap dengan klien atau perawat, tidak ada kontak
mata, klien lebih suka menunduk, berdiam diri di kamar/tempat terpisah, klien
kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan, posisi janin pada saat tidur.
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi.
Beberapa data subjektif adalah menjawab dengan kata-kata singkat dengan
kata-kata “tidak”, “ya”, atau “tidak tahu”.
Karakteristik Perilaku
Perilaku yang muncul dan dapat diamati pada individu dengan
perilaku menarik diri antara lain : gangguan pola makan; tidak nafsu makan
atau berlebihan, berat badan menurun atau meningkat secara drastis,
kemunduran kesehatan fisik, tidur berlebihan, tinggal di tempat tidur dalam
waktu lama, banyak tidur siang, kurang bergairah, tidak memperdulikan
lingkungan, kegiatan menurun, imobilisasi, mondar-mandir/sikap mematung,
melakukan gerakan secara berulang, keinginan seksual menurun.
5. Penatalaksanaan
Bila sudah terbina hubungan saling percaya dan terjadinya kontak
mata untuk selanjutnya dilakukan pembinaan terhadap hal-hal yang praktis,
misalnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien, kebutuhan berinteraksi,
baik di rumah maupun di luar rumah secara bertahap didukung dengan
pengobatan.
Adapun penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada klien dengan
perilaku menarik diri, meliputi :
a. Psikofarmaka
b. ECT (Electro Confulsive Teraphy)
Sangat bermanfaat untuk pasien dengan keadaan depresi. Efek dari
konvulsator yang mengandung gelombang sinusoid yang
berguna menimbulkan aktifitas listrik otak yang mempengaruhi susunan
biokimiawi otak.
c. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi ( kembali memfungsikan )
dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat dan mandiri untuk melaksanakan
kebutuhannya. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasional, terapi
lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya memperbaiki
perilaku klien dengan menarik diri.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Klien Dengan
Menarik Diri
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
1. Pengkajian
Patricia A Potter l (1993) mengatakan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan
perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai
sumber data, yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder,
seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas
dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : dengan observasi, wawancara dan
pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal
dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
1). Perawat yang merawat melakukan kontak dengan klien
tentang : nama klien, nama panggilan klien, nama perawat, panggilan
perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2). Usia
3). Nomor rekam medik
4). Perawat menuliskan sumber data yang didapat
b. Keluhan utama/alasan
masuk
Menanyakan pada klien atau keluarga penyebab klien datang ke rumah
sakit saat ini dan bagaimana koping keluarga yang sudah dilakukan untuk
mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami ,
disaksikan oleh orang lain, apakah ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Aspek fisik
Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanya
keluhan fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.
e. Aspek psikososial
1). Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang
menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2). Konsep diri, meliputi :
Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan
singkat, meliputi :
a). Citra tubuh
Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya,
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b). Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya
(sekolah, tempat kerja, kelompok), kepuasan klien sebagai
perempuan atau laki-laki.
c). Peran
Tanyakan tentang tugas / peran yang diemban dalam
keluarga/kelompok, kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
/ peran.
d). Ideal diri
Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status,
tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,
sekolah, tempat kerja, masyarakat).
e). Harga diri.
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien
dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan
kehidupannya.
3). Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)
a). Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang
paling berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat
bicara, minta bantuan atau sokongan.
b). Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja
yang diikuti dalam masyarakat.
c). Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh
mana klien terlibat dalam kelompok di masyarakat.
4). Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap
gangguan jiwa sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah
yang biasa dilakukan di rumah.
f. Status mental
Nilai aspek-aspek meliputi :
1). Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.
2). Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat,
inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3). Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan,
kegelisahan, agitasi, tik (gerakan involunter pada otot), grimasen
(gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol
klien), tremor atau kompulsif.
4). Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.
5). Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
6). Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak
mata kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.
7). Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.
8). Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai
pada tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit
tidak sampai pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi
(pembicaraan yang tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya),
flight of ideas (pembicaraan yang meloncat-loncat), blocking
(pembicaraan terhenti sejenak tanpa gangguan eksternal, kemudian
dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-
kali).
9). Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien
berusaha menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada
objek / situasi tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya
gangguan organ di dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada),
depersonalisasi (merasa asing terhadap diri sendiri, orang lain atau
lingkungan), ide yang terkait (keyakinan klien terhadap kejadian
yang banyak di lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya),
pikiran magis dan waham.
10).Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat
dan orang.
11).Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan
daya ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
12).Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah
dialihkan, tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.
13).Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan
kemampuan penilaian bermakna.
14).Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita,
menyalahkan hal-hal di luar dirinya.
g. Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,
istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di
dalam dan di luar rumah
h. Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan
klien dengan menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat
perkembangan yang lebih rendah dengan respon yang kurang matang),
represi (koping yang menekan keadaan yang tidak menyenangkan ke
alam bawah sadar), isolasi (respon memisahkan diri dari lingkungan
sosial).
i. Aspek medik
Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi
lainnya.
Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data
objektif dan subjektif. Data objektif ditemukan secara nyata dan didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung, sedangkan data subjektif
merupakan data yang disampaikan oleh klien secara lisan dan keluarga yang
didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respon
klien baik aktual maupun potensial (Stuart & Sundeen, 1995).
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klienis tentang respon
individu, keluarga, kelompok, komunitas terhadap proses kehidupan atau
masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
mendasari intervensi keperawatan yang menjadi tanggungjawab perawat
(Keliat, 1998).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
menarik diri, yaitu :
a. Resiko terjadinya perubahan sensori persepsi ; halusinasi lihat
berhubungan dengan menarik diri.
b. Isolasi sosial ; menarik diri berhubunagan dengan Harga Diri
Rendah.
c. Resiko perilaku kekerasan (amuk) berhubungan dengan Harga Diri
Rendah.
d. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif.
e. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga merawat klien.
POHON MASALAH
Pohon masalah kerusakan interaksi sosial; menarik diri
(Proses Keperawatan Jiwa, Budi Anna Keliat, dkk. 1999)
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan terdiri dari 3 aspek utama, yaitu :
a. Tujuan Umum.
Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa. Tujuan umum
dapat dicapai jika serangkaian tugas khusus dapat dicapai.
b. Tujuan Khusus.
Berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus
merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki
klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi 3
aspek (Stuart & Sundeen, 1995), yaitu : kemampuan kognitif yang
Resiko masalah kekerasan(amuk)
HDR
Tidak efektifnya koping individu
Ketidaktahuan keluarga merawat
klien
Ketidakefektifan penatalaksanaan
regimen terapeutik
Resiko perubahan sensori persepsi ; halusinasi lihat
Isolasi sosial : menarik diri
C.P
diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan,
kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan
kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan
kemampuannya menyelesaikan masalah. Untuk tujuan khusus pada klien
dengan masalah utama menarik diri yaitu :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain.
6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang
lain.
c. Rencana Tindakan Keperawatan.
Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus.
Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan keperawatan mandiri,
kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok dan kolaborasi dengan tim
kesehatan jiwa lainnya.
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan jiwa berbeda
dengan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit fisik di rumah sakit
umum. Dalam perawatan kesehatan jiwa, perawat melakukan tindakan yang
bertujuan untuk mengatasi penyebab dari masalah yang muncul.
Diagnosa keperawatan klien dengan masalah utama isolasi sosial ;
menarik diri;
a. Menerapkan komunikasi yang baik, melalui tahap :
1). Membina hubungan saling percaya, melalui :
a) Membuat kontrak dengan pasien: memperkenalkan nama perawat,
tujuan dan waktu interaksi
b) Ajak pasien bercakap-cakap dengan memanggil nama panggilan
pasien untuk menunjukkan penghargaan yang tulus.
c) Jelaskan kepada pasien bahwa informasi tentang pribadi pasien
tidak akan diberitahu kepada orang lain yang tidak
berkepentingan.
2). Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka, dengan cara :
a) Bicarakan dengan pasien tentang suatu hal yang nyata dengan
istilah sederhana dengan topik pembicaraan yang disukai klien.
b) Gunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang sesuai dengan
singkat, jelas dan teratur.
c) Bersama pasien menilai manfaat pembicaraannya dengan
perawat.
d) Tunjukkan sikap empati dan beri kesempatan kepada pasien
untuk mengungkapkan perasaannya.
3). Kenal dan dukung kelebihan pasien, melalui :
a) Tanyakan pada klien dan keluarga cara penyelesaian masalah
(koping) yang biasa digunakan untuk pasien.
b) Bahas bersama pasien tentang koping yang konstruktif.
c) Dukung koping pasien yang konstruktif.
d) Anjurkan kepada pasien menggunakan koping yang konstruktif.
4). Bantu pasien mengurangi ansietasnya ketika berhubungan
interpersonal.
a) Batasi jumlah orang yang ingin berhubungan dengan pasien pada
awal terapi.
b) Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.
c) Temani pasien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.
d) Libatkan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap dimulai dari pasien dengan satu orang perawat atau “one
by one”, kemudian dengan dua perawat, kemudian ditambah
dengan satu pasien dan seterusnya.
b. Libatkan pasien dalam aktivitas kelompok.
c. Pendidikan kesehatan
1) Jelaskan kepada pasien cara mengungkapkan perasaan selain dengan
kata-kata seperti dengan menulis, menangis, menggambar,
berolahraga, bermain musik.
2) Bicarakan dengan pasien peristiwa yang menyebabkan pasien
menarik diri.
3) Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap mengadakan
hubungan dengan pasien.
4) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan pasien dalam
kegiatan di lingkungan masyarakat.
d. Pemenuhan kegiatan hidup sehari-hari, dengan :
1) Bantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat
melaksanakannya secara mandiri.
2) Bimbing pasien berpakaian rapi.
3) Batasi kesempatan untuk tidur siang.
4) Sediakan informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar, radio,
televisi.
e Menciptakan lingkungan yang terapeutik, meliputi :
1) Fisik
a). Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
pasien maupun orang lain dari ruangan pasien.
b). Usahakan agar pasien tidak berada di dalam ruangannya
sendiri dalam jangka waktu lama.
c). Beri rangsang sensori seperti suara musik dan gambar
hiasan yang ceria di ruangan pasien .
2) Sosial
a) Libatkan klien dalam interaksi dengan perawat lain secara
bertahap.
b) Fasilitasi klien untuk berperan serta dalam therafi
kelompok, okupasi, rekriasi, serta therafi keluarga.
f Memenuhi kebituhan biologik klien ; memonitor intake output,
mempertahankan kebersihan diri klien, mempertahankan sikap empati
dan kesabaran perawat untuk menggali kebutuhan klien.
g. Menerapkan komunikasi verbal dan non verbal saat kontak dengan klien,
melalui pemilihan topik pembicaraan yang menarik / di sukai klien,
menggunakan pertanyaan yang terbuka, mempertahankan kontak mata,
menggunakan sentuhan, sikap tubuh perawat membungkuk ke depan.
h. Menyertakan orang lain di luar diri klien, dari perawat dengan klien
hingga meningkatkan pada hubungan dengan klien lain, perawat lainnya
dan kelompok.
i. Intervensi juga keluarga dengan membantu keluarga mengerta kebutuhan
klien, membantu keluarga mempertahankan hubungan dengan klien dan
proses pengobatan.
j. Terminasi dengan membantu klien melewati perasaan kehilangan rasa
takut tidak dapat di pertahankannya hubungan yang sehat dengan orang
lain.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
yang berfungsi untuk menilai apakah tujaun dalam rencana keperawatan
tercapai atau tidak untuk melakukan tindak lanjut, adapun hal yang di
evaluasi pada klien dengan perilaku menarik diri adalah ;
a Klien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan
masalah
b Harga diri klien meningkat.
c Kilen dapat melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain.
d Klien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.
e Klien berinisiatif melakukan kom secara verbal.
f. ien, menggunakan pertanyaan yang terbuka, mengkaji dengan bahasa
tubuh klien, menggunakan pertanyaan terbuka, mempertahankan kontak
mata, menggunakan sentuhan, sikap tubuh perawat membungkuk ke
depan .
g. Menyertakan orang lain di luar diri klien, dari perawat dengan klien atau
“one to one” hingga meningkatkan pada hubungan dengan pasien lain,
perawat lainnya dan kelompok.
h. Intervensi juga keluarga dengan membantu keluarga mengerti kebutuhan
klien, membantu keluarga mempertahankan hubungan dengan klien dan
proses pengobatan
i. Terminasi, dengan membantu klien melewati perasaan kehilangan, rasa
takut tidak dapat dipertahankannya hubungan yang sehat dengan orang
lain.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan (Lismidar, 1990), yang berfungsi untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan tindak
lanjut (follow up). Adapun hal yang perlu dievaluasi pada klien dengan
perilaku menarik diri adalah :
a. Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan
masalahnya.
b. Harga diri pasien meningkat.
c. Pasien dapat melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain.
d. Pasien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.
e. Pasien berinisiatif melakukan komunikasi secara verbal.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA DENGAN MENARIK DIRI
TGLNO
DIAGNDIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
I N T E R V E N S ITUJUAN
KRITERIA
EVALUASI
1 2 3 4 5 6
Resiko perubahan sensorik
persepsi (halusianasi
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap)
berhubungan dengan menarik diri
TUM :
Klien dapat
berinteraksi
dengan orang
lain sehingga
tidak terjadi
halusinasi
TUK 1 :
Klien dapat
membina
hubungan saling
1.1. Ekspre
si wajah
bersahabat,
menunjukkan
1.1.1. Bin
a hubungan saling
percaya dengan
mengungkapkan
percaya rasa senang, ada
kontak mata,
mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan
nama, mau
menjawab salam,
klien mau duduk
berdampingan
dengan perawat,
mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
prinsip komunikasi
terapeutik :
a. Sapa klien
dengan ramah,
baik verbal
maupun
nonverbal.
b. Perkenalkan
diri dengan
sopan.
c. Tanyakan
lengkap klien
dan nama
panggilan yang
disukai klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Jujur dan
menepati janji.
f. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
klien apa
adanya.
g. Beri perhatian
kepada klien
dan perhatikan
kebutuhan
dasar klien.
TUK 2 :
Klien dapat
menyebutkan
penyebab
menarik diri
2.1.Klien dapat
menyebutkan
penyebab
menarik diri
yang berasal dari
:
- Diri sendiri
- Orang lain
- Lingkungan
2.1.1. Kaji pengetahuan
klien tentang
perilaku menarik
diri dan tanda-
tandanya.
2.1.2. Berikan
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan penyebab
menarik diri atau
tidak mau bergaul.
2.1.3. Diskusikan
bersama klien
tentang perilaku
menarik diri,
tanda-tanda serta
penyebab yang
muncul.
2.1.4. Berikan pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3 :
Klien dapat
menyebutkan
keuntungan
3.1.Klien dapat
menyebutkan
keuntungan
berhubungan
3.1.1. Kaji pengetahuan
klien tentang
manfaat dan
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain dan kerugian
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
dengan orang
lain.
berhubungan
dengan orang lain.
3.1.2. Beri kesempatan
pada klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang lain.
3.1.3. Diskusikan
bersama klien
tentang manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
3.1.4. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
3.2. Klien dapat
menyebutkan
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
keuntungan
berhubungan
dengan orang lain.
3.2.1. Kaji pengetahuan
klien tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang lain.
3.2.2. Beri kesempatan
kepada klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan
dengan orang lain.
3.2.3. Diskusi bersama
klien kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.2.4. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang lain.
TUK 4 :
Klien dapat
melakukan
hubungan sosial
secara bertahap
4.1.Klien dapat
mendemonstrasi
kan hubungan
sosial secara
bertahap antara :
-Klien &
perawat.
-Klien & perawat
& klien.
4.1.1. Kaji kemampuan
klien membina
hubungan dengan
orang lain.
4.1.2. Dorong dan bantu
klien untuk
berhubungan
dengan orang lain,
melalui tahap :
-Klien & perawat
& keluarga.
-Klien & perawat
& kelompok.
- Klien &
perawat.
- Klien &
perawat &
pasien lain.
- Klien &
perawat &
perawat lain &
pasien lain.
- Klien &
keluarga/kelom
pok/
masyarakat.
4.1.3. Beri reinforcement
positif terhadap
keberhasilan yang
telah dicapai.
4.1.4. Bantu klien untuk
mengevaluasi
manfaat
berhubungan.
4.1.5. Diskusikan jadwal
kegiatan harian
yang dapat
dilakukan bersama
klien dalam
mengisi waktu.
4.1.6. Motivasi klien
untuk mengikuti
kegiatan harian.
4.1.7. Beri reinforcement
positif atas
kegiatan klien di
ruangan.
TUK 5 :
Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
5.1.Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
setelah
5.1.1. Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaannya bila
berhubungan
setelah
berhubungan
dengan orang
lain
berhubungan
dengan orang
lain untuk :
- Diri sendiri
- Orang lain
dengan orang lain.
5.1.2. Diskusikan dengan
klien tentang
perasaan manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
5.1.3. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
TUK 6 :
Klien dapat
memberdayakan
sistem
pendukung atau
keluarga mampu
6.1. Keluarga dapat :
- Menjelaskan
perasaannya.
- Menjelaskan
cara merawat
klien menarik
6.1.1. Bina hubungan
saling percaya
dengan keluarga :
- Salam,
perkenalkan
diri.
mengembangkan
kemampuan
klien untuk
berhubungan
dengan orang
lain
diri.
- Mendemonstr
asikan cara
perawatan
klien menarik
diri.
- Berpartisipasi
dalam
perawatan
klien menarik
diri.
- Sampaikan
tujuan.
- Buat kontrak.
- Ekspresikan
perasaan
keluarga.
6.1.2. Diskusikan dengan
anggota keluarga
tentang :
- Perilaku
menarik diri.
- Penyebab
perilaku
menarik diri.
- Akibat yang
akan terjadi jika
perilaku
menarik diri
tidak
ditanggapi.
- Cara keluarga
klien
menghadapi
klien menarik
diri.
6.1.3.Dorong anggota
keluarga untuk
memberi dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi
dengan orang lain.
6.1.4. Anjurkan anggota
keluarga secara
rutin dan
bergantian
menjenguk klien
minimal satu kali
seminggu.
6.1.5. Beri reinforcement
positif atas hal-hal
yang telah dicapai
oleh keluarga.
top related