alwan sri kustono perataan laba kualitas laba dan nilai an jurnal ekonomi akuntansi manajemen

22

Upload: alwan-kustono

Post on 29-Jul-2015

338 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen
Page 2: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen
Page 3: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen
Page 4: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 41

PERATAAN LABA, KUALITAS LABA DAN NILAI PERUSAHAAN

Alwan Sri Kustono1

Abstract

This study was aimed to analyze the influence of the income smoothingtendency towards income quality and firm value on non financial publiccompanies at the Jakarta Stock Exchange. This study was performed usingfield research. Data were collected from Indonesian Capital MarketDirectories. Sample in this study is 100 non financial firms which listed atthe Jakarta Stock Exchange from 2000-2006 and is derived using somecriteria. This study used Partial Least Square regression technique. Theresult showed that income quality influenced firm value. The findingsrefused third hypothesis. The study contributed to the literature in that ithigh income quality information drive to increase the firm value. Managersshould not exercise income smoothing because public did not care thepractice.

Key words: income smoothing, income quality, firm value.

1. PendahuluanPraktek perataan laba merupakan upaya sengaja untuk menekan variabilitas laba pada

sejumlah periode tertentu dengan tujuan untuk memperoleh tingkat laba yang sesuai dengan yangdiharapkan. Definisi perataan laba dikemukakan secara berbeda-beda oleh Copeland (1968),Beidleman (1973), Ronen dan Sadan (1975), Barnea dkk. (1976), Ronen dan Sadan (1981), Imhoff(1977), Koch (1981), Givoly dan Ronen (1981), Moses (1987), Ma (1988), Ashari dkk. (1994),Beattie dkk. (1994), Fern dkk. (1994), Fudenberg dan Tirole (1995), Assih dan Gudono (2000),serta Kustono (2008).

Dari banyak pendapat tersebut perataan laba dapat didefinisi sebagai suatu cara yangdipakai manajemen untuk mengurangi variabilitas laba di antara deretan jumlah laba, yang timbulkarena adanya perbedaan antara jumlah laba yang seharusnya dilaporkan dengan laba yangdiharapkan (laba normal). Usaha tersebut dapat berupa meningkatkan jumlah laba yang dilaporkan,jika laba yang seharusnya dilaporkan lebih kecil dari laba normal, atau menurunkan jumlah labayang dilaporkan jika laba yang seharusnya dilaporkan lebih besar dari laba normal. Perataan labaadalah cara untuk menggeser volatilitas laba dengan menurunkan pada saat laba mencapai puncakdan menaikkan ketika berada di bawah.

1 Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi Univ. Jember

Page 5: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:42 JEAM Vol. VIII No.I/2009

Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu teknik perekayasaan laba dengantujuan menampilkan figur arus laba yang stabil. Perataan laba hanya dapat dilakukan padabeberapa periode pelaporan dan ini berbeda dengan teknik perekayasaan laba lainnya sepertipengungkitan laba (income increasing) atau penurunan laba (income decreasing) yang dapatdilakukan pada satu periode saja.

Dari berbagai studi yang telah dilakukan, motivasi untuk melakukan perataan labadisebabkan dalam jangka panjang serial perataan laba memberikan banyak manfaat bagi manajerperusahaan dan untuk publik. Pada studi-studi perataan terdahulu dihipotesiskan bahwamanajemen dimotivasi untuk mengurangi laba dan variabilitas arus kas dalam upaya untukmengurangi risiko yang diterima perusahaan.

Brayshaw dan Eldin (1989) mengungkapkan bahwa alasan utama mengapa manajemensangat diuntungkan dengan adanya praktek perataan laba adalah fluktuasi dalam kinerjamanajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan carapengambilalihan atau penggantian manajemen secara langsung. Dengan alasan adanya ancamanpenggantian ini, maka manajemen terdorong untuk membuat laporan yang sesuai dengankeinginan pemilik. Secara implisit hal ini menyatakan bahwa dorongan manajemen melakukanpraktik perataan laba adalah karena ingin memuaskan pemegang saham.

Wang dan Williams (1994) menyatakan bahwa perataan justru sebuah tindakan yangseharusnya dilakukan manajer. Mereka menganggap bahwa perataan laba memiliki nilaiinformasi atas laba yang dilaporkan. Hasil studi yang dilakukannya menyediakan bukti-bukti yangmengindikasi bahwa laba yang diratakan lebih disukai pasar, dan perusahaan dengan serial labadianggap memiliki risiko yang lebih rendah. Temuan ini mendukung bahwa perataan laba dapatmemberikan manfaat baik bagi pemegang saham dan investor yang potensial.

Bukti-bukti empiris yang ada mendukung bahwa manipulasi laba yang dilaporkanmerupakan tuntutan pasar. Pasar menggunakan tekanan kepada manajer untuk memanipulasiearnings salah satunya meratakan laba (Barth dkk., 1999; Bushee, 1998; Burgstahler dan Dichev,1997). Hal in juga diungkapkan oleh Moses (1987). Menurutnya perataan mengimplikasikanadanya hubungan direct dan cause-effect antara fluktuasi laba dan risiko pasar.

Laba yang rata mengindikasi kekuatan dan stabilitas. Investor dan kreditur lebihmenginginkan untuk menanam ataumeminjamkan danaya kepada perusahaan yang kelihatan kuat.Pemasok juga lebih menyukai bekerja sama dengan perusahaan semacam ini sebab merekaberharap pembayarannya dapat tepat waktu dan perusahaan akan dapat melakukan pembeliansecara berlanjut. Pekerja juga akan merasa lebih tenang dan bersemangat bekerja sebab merekaberpikir perusahaan akan hidup terus dan karenanya memperoleh keamanan kerja (job security)yang lebih tinggi (Atik dan Sensoy (2005).

Badrinath, Gay dan Kale (1989) menemukan bahwa kelompok investor tertentumenghindari perusahaan yang memiliki variasi laba yang tinggi atau perusahaan yang dirasakanberisiko. Bagaimanapun, kelompok investor ini cenderung untuk lebih menyukai perusahaandengan arus laba yang rata. Dye (1988) menyatakan bahwa persepsi investor terhadap nilaiperusahaan dapat dipengaruhi dengan menggunakan praktek perataan laba. Ronen dan Sadan(1981) mengatakan bahwa perataan laba memperbaiki kemampuan investor untuk memprediksiarus kas mendatang, dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

Page 6: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 43

Michelson dkk. (2000) menguji apakah respon pasar saham terhadap ukuran kinerjaakuntansi yang dikaitkan dengan perataan laba yang dilaporkan. Mereka menemukan bahwaperusahaan yang melaporkan income yang lebih rata memiliki signifikansi cumulative averageabnormal returns dibanding perusahaan yang tidak.

Bitner dan Doan (1996) menganggap nilai pasar ekuitas sebagai motivasi untuk perataan.Studi ini menunjukkan dukungan keterkaitan teoritis antara perataan laba dengan nilai pasar.Mereka mengembangkan dua hipotesis bahwa pasar menunjukkan preferensi terhadap arus labayang diratakan. Hasilnya mengindikasi bahwa selaras dengan pertumbuhannya, pasarmengapresiasi laba yang diratakan. Namun demikian, pasar juga sensitif terhadap cara perataanyang dilakukan. Ini menunjukkan adanya bentuk pasar yang setengah efisien. Hasil empirismenunjukkan bahwa penilaian pasar ekuitas sebanding baik perataan yang artifisial maupunsenyatanya.

Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu:1. menguji kecenderungan perataan laba berpengaruh terhadap kualitas laba2. menguji kecenderungan perataan laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan3. menguji kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2. Tinjauan Teori

2.1 Perataan Laba Dan Nilai Perusahaan

Perataan laba menjadi topik penting penelitian akuntansi karena menganalisis upayamanajemen dalam merekayasa laba laporan dengan mengambil keuntungan dari celah-celahstandar akuntansi. McHugh (1992) menganggap perataan laba sebagai rekayasa informasikeuangan. Perataan laba adalah suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan kepada pihakeksternal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Ketika perataan diratakan secaraartifisial, pengungkapan laba menjadi menyesatkan. Perataan laba seringkali merupakan upayauntuk mengelabuhi pemegang saham dan calon investor. Investor tidak memperoleh informasisecara akurat mengenai laba untuk mengevaluasi kembalian dan risiko portofolionya. Praktikperataan laba dapat saja berakhir pada suatu bentuk kecurangan.

Praktik perataan laba merupakan rekayasa manajemen untuk menekan variabilitas labapada sejumlah periode tertentu dengan tujuan untuk memperoleh tingkat laba sesuai dengan yangdiharapkan. Pengurangan variabilitas itu dilakukan karena adanya perbedaan antara laba yangseharusnya dilaporkan dengan laba yang diharapkan. Dengan kata lain, perataan laba adalahrekayasa laba yang dilakukan manajemen sehingga laba laporan memiliki fluktuasi yang relatifrendah.

Pada praktik perataan laba , laba laporan kadang-kadang lebih tinggi dibanding denganlaba yang seharusnya dan kadang-kadang lebih rendah. Perusahaan boleh jadi menyembunyikan(menyimpan) beberapa bagian dari laba sekarang untuk laporan di periode mendatang ketika labamendatang diprediksi rendah. Penyembunyian itu juga dapat terjadi jika pelaporan laba mendatangyang lebih tinggi diasumsi akan direaksi pasar dengan sangat positif.

Hand (1989) menganggap manajer melakukan perataan laba untuk mengarahkan hasildengan ekspektasi pasar, dan meningkatkan kualitas laba. Jika laba diratakan untuk mengurangiefek transitory cash flows dan menyesuaikan laba yang dilaporkan agar lebih stabil, menurutnya

Page 7: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:44 JEAM Vol. VIII No.I/2009

perataan laba akan dapat meningkatkan relevansi laba. Sementara Subramanyan (1996)menyimpulkan bahwa akrual dikresionari diapresiasi oleh pasar dan bahwa terdapat bukti perataanlaba memperbaiki persistensi dan prediktibilitas earning.

Menurut Kirschenheiter dan Melumad (2002), pihak eksternal seringkali memintaperusahaan untuk melakukan perataan dengan tujuan meningkatkan harga saham. Hal yang samadiungkapkan oleh Makaryanawati (2003). Ia menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positifantara praktek perataan laba dengan nilai perusahaan. Pasar modal membayar premium danmemberi preferensi terhadap perusahaan yang melakukan perataan.

Sepanjang alasan manfaat perataan laba yang dilaporkan adalah untuk memuaskanpemegang saham, maka indikatornya tentu adanya peningkatan nilai perusahaan. Gordon (1964)menyatakan bahwa level perataan akan menghasilkan rata-rata deviden yang lebih tinggi dantentunya harga saham yang lebih tinggi. Dengan menggunakan agensi model, Demski, dkk. (1984)menyimpulkan bahwa dengan mengijinkan manajemen untuk memilih metode akuntansi alternatif,pemilik dapat menmanfaatkan sebesar-besarnya keahlian manajer.

Trueman dan Titman (1988) menyatakan proposisi bahwa perataan laba dapatmeningkatkan nilai perusahaan melalui efeknya terhadap cost of debt. Semakin rendah volatilitaslaba maka akan menurunkan kemungkinan perusahaan bangkrut, dan bagaimana pun akanmenurunkan biaya utang. Semakin rendah biaya untuk berutang, seharusnya memiliki efek positifterhadap nilai pasar perusahaan. Sementara menurut Beattie dkk. (1994), laba yang lebih rata akanmenurunkan kemungkinan batasan rasio keuangan dan mengurangi biaya renegoisasi dan defaultekspektasian.

Manajemen memiliki insentif untuk perataan laba dengan tujuan untuk memperbaikiakuransi peramalan laba. Peramalan umumnya dipertimbangkan sebagai sumber informasi untukpenting investor yang diindikasi dengan reaksi pasar untuk mengungkapkan peramalannya. Labayang diratakan akan memberikan manfaat informasi kepada pemegang saham dari pengumumanlaba. bahwa perusahaan yang tidak meratakan laba memiliki return tak terduga yang lebih tinggidibanding perusahaan yang meratakan laba (Easton dan Zmijewski, 1989; Booth dkk., 1996).Bricker dkk. (1995) menunjukkan bukti asosiasi antara kualitas laba dengan kapabilitas manajerperusahaan untuk melakukan manajemen laba sehingga menghindarkan kejutan laba yang negative(negative earnings surprises).

Badrinath dkk. (1989) beralasan bahwa investor institusional secara normal akanmenghindari perusahaan yang memiliki variasi besar pada laba perusahaan yang dirasakan sebagaiperusahaan yang berisiko. Investor institutional cenderung untuk menyukai perusahaan denganarus laba yang lebih rata. Hal ini mengisyaratkan bahwa pemegang saham umumnyamenghendaki fluktuasi laba yang rendah.

Chaney dan Lewis (1994) mengembangkan model yang menunjukkan bahwa perusahaanyang meratakan laba dengan tujuan untuk memberi sinyal nilai perusahaan pada investor. Levellaba dilaporkan yang konsisten merupakan cara untuk memberi signal nilai perusahaan kepadainvestor. Permintaan terhadap rekayasa laba dihasilkan dari keinginan pemegang saham untukmempengaruhi persepsi investor terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan Easton dkk.(1992) yang menyatakan bahwa dalam studi jangka panjang, return akuntansi secara agregatmenjelaskan bahwa investor sebenarnya membeli laba.

Page 8: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 45

Berdasarkan teori dan temuan empiris di atas, diduga terdapat pengaruh perataan labaterhadap nilai perusahaan.

2.2 Perataan Laba Dan Kualitas laba

Proses perataan laba berkaitan dengan pemahaman manajer mengenai kinerja perusahaandi masa mendatang (Chaney dan Lewis, 1995). Mereka menganggap bahwa derajat laba laporanyang konsisten sebagai cara untuk memberikan sinyal kualitas perusahaan. Jadi, pengetahuan iniakan memberikan efek yang menyenangkan bagi kesejahteraan pemegang saham dan pada saatyang sama akan mengurangi risiko. Pemilik perusahaan akan merasa lebih konfiden denganperusahaan yang melaporkan laba yang stabil. Perataan laba memperbaiki kemampuan investoruntuk memprediksi arus kas mendatang.

Adanya pertimbangan keamanan kerja (job security) akan mendorong manajer untukmelakukan perataan laba dengan mempertimbangkan kinerja relatif sekarang dan masa depan.Kinerja yang buruk akan memberikan anacaman pemecatan bagi manajemen dan juga kinerjasekarang yang baik tidak akan memberi kesempatan atau kelonggaran bagi manajer ketika kinerjamendatang buruk. Hal ini memunculkan pendapat bahwa ketika kinerja sekarang buruk, makamanajer akan menggeser laba mendatang ke periode sekarang. Jika kinerja mendatang diprediksiburuk, manajer dapat menggeser laba periode sekarang untuk mengurangi kemungkinan di pecat.Kondisi ini berimplikasi pada dua hal yakni, (1) ketika kinerja sekarang relatif buruk tetapi labamendatang diekspektasi baik, manajer akan mengambil pilihan akuntansi yang meningkatkanakrual diskresionari sekarang. Artinya manajer akan mengambil sebagian laba tahun depan. (2)Ketika kinerja sekarang adalah tinggi, tetapi laba mendatang diekspektasikan buruk, manajer akanmembuat pilihan akuntansi yang menurunkan laba periode sekarang. Manajer melakukanpenyimpanan laba untuk laba periode mendatang.

Beaver (2002) menyatakan bahwa rekayasa laba dapat memperbaiki kualitas laba.Peningkatan kualitas laba dapat mengakibatkan informasi laba tahun berjalan menjadi lebihbermanfaat dalam memprediksi laba di masa depan. Easton dan Zmijewski (1989) menyatakanbahwa perataan laba memberikan kemampuan kepada investor untuk mengumpulkan informasiyang lebih banyak dari pengumuman laba. Proses perataan laba dapat dianggap berhubungandengan pemahaman manajer mengenai kondisi perusahaan dan kinerja perusahaan di masa depan.

Gordon (1964) menyatakan perataan laba dapat menghindarkan bias pemegang sahamdalam mengekstrapolasi laba masa lalu untuk mengestimasi laba periode mendatang. Perataanlaba memberikan kemampuan bagi pengguna laporan keuangan untuk memprediksi laba periodemendatang dengan mendasarkan pada informasi laba sekarang.

Penelitian yang menguji pengaruh perataan laba terhadap kualitas laba belum banyakdilakukan. Logika pengaruh perataan laba terhadap kualitas laba adalah bahwa perataan labadilakukan dengan menekan fluktuasi laba antar periode. Penekanan ini dilakukan denganmenyimpan laba pada periode baik dan meminjam laba dari periode yang lain pada periode yangburuk. Rendahnya volatilitas ini memberikan kemampuan laba laporan sekarang sebagaiinstrumen untuk memprediksi laba laporan pada periode mendatang.

Perataan laba mengurangi ancaman terhadap volatilitas laba laporan. Manajermenggunakan perataan laba untuk menyampaikan informasi privat yang dimilikinya mengenai

Page 9: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:46 JEAM Vol. VIII No.I/2009

kinerja perusahaan di masa mendatang. Dalam kasus ini, perataan laba memuat lebih banyakinformasi mengenai laba dan arus kas mendatang.

Moses (1987) serta Atik dan Sensoy (2004) menemukan bahwa terdapat hubungan antaraperataan laba dan laba sebelum perubahan. Perusahaan yang memiliki perbedaan laba realisasiandan laba ekspektasian yang cukup besar akan melakukan upaya perataan laba. Ini mengindikasikanbahwa laba perata lebih dapat dipergunakan untuk memprediksi laba periode mendatang.

Assih dan Gudono (2000) menyatakan bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaanmerupakan sinyal mengenai laba di masa yang akan datang, sehingga penggunaan laporankeuangan dapat memprediksi laba perusahaan untuk masa yang akan datang berdasarkan sinyalyang disediakan oleh manajemen melalui laba yang dilaporkan. Dalam hal ini perataan labamerupakan suatu teknik pensinyalan yang dimaksudkan untuk menyediakan sinyal guna akurasiprediksi.

Tucker dan Zarowin (2005) mengungkapkan bahwa perataan laba dapat menyebabkanlaba sekarang dan periode lalu lebih informatif jika manajer menggunakan diskresinya untukmengkomunikasikan keyakinannya mengenai laba periode mendatang. Hasil penelitiannyamenemukan bahwa perusahaan perata memberikan informasi mengenai prospek perusahaan dimasa depan dibandingkan yang bukan perata.

Pudjiastuti dan Mardiyah (2006) mengungkapkan bahwa tindakan manajemen untukmengatur laba laporan memiliki kontribusi 47.56% terhadap kualitas laba. Ini berarti bahwasemakin tinggi derajat pengaturan akan diikuti dengan kenaikan kualitas laba. Pengguna laporankeuangan mengasumsikan bahwa laba laporan menunjukkan kinerja manajerial dan prospeknya dimasa depan.

Perataan laba dilakukan dengan menekan fluktuasi laba antar periode sehingga labalaporan lebih dapat dipergunakan untuk memprediksi laba periode berikutnya. Karena kualitas labamerupakan kemampuan laba sekarang memprediksi laba tahun mendatang, maka diharapkanperataan laba dapat meningkatkan kualitas laba. Hipotesis studi ini adalah kecenderungan perataanlaba berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.

2.3 Perataan Laba , Kualitas laba, Dan Nilai PerusahaanPerspektif informasi merupakan penjabaran dari asumsi dasar mengenai informasi

asimetri antara manajer dan pemegang saham. Pendekatan ini menganggap diskresi untukmeratakan dapat sejalan dengan kepentingan pemegang saham.

Manfaat yang muncul adalah dengan melihat persepsi pemegang saham terhadap nilaiperusahaan (Dye, 1988), atau dengan mengurangi kemungkinan risiko kebangkrutan, yang padaujungnya meningkatkan nilai perusahaan (Trueman dan Titman, 1988). Perspektif ini menyatakanbahwa metode akuntansi diambil oleh manajer merujuk pada ekpektasi manajer mengnai arus kasperusahaan di masa depan (Suh, 1990). Jadi perataan yang efektif adalah jika pilihan akuntansimanajer dapat diobservasi.

Argumen yang lain menyatakan bahwa perataan mungkin mengurangi ancaman terhadaplaba yang dilaporkan, mengurangi kovarian dari return harapan dengan return pasar, membawa kearah harga saham yang tinggi. Hal ini secara nyata menggambarkan hubungan antara fluktuasi labadengan risiko pasar. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pasar mengindikasikan ukuran resiko pasar

Page 10: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 47

yang dikaitkan dengan ukuran akuntansi semacam varaibilitas laba (Lev dan Kunitzky, 1974).Asumsi yang jamak adalah bahwa terdapat hubungan langsung antara ukuran akuntansi danparameter pasar.

Variabilitas laba yang redah akan berakibat risiko pasar yang rendah pula, tetapi laba yangdilaporkan semakin tinggi mengimplikasi return akuntansi dan return pasar yang semakin tinggi.Konsekuensinya, manajemen seharusnya dimotivasi untuk menggunakan perubahan akuntansiuntuk meningkatkan level laba sekaligus mengurangi variabilitas laba yang menurun (Moses,1987). Perusahaan dengan kecenderungan perataan yang lebih tinggi memiliki harga saham yanglebih informatif. Pasar menganggap manajer menggunakan perataan laba untuk menyampaikaninformasi privat mengenai laba perusahaan di masa depan (Zarowin, 2002).

Hipotesis tiga: Kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.4. Model PenelitianAsosiasi antar variabel pengujian dapat dibentuk sebagai model penelitian yang mendasari

penelitian ini. Gambar berikut menyajikan model penelitian.

Kualitas laba

Perataan Laba Nilai Perusahaan

.

3. Konsep dan Definisi Operasional3.1 Variabel Kualitas laba

Variabel endogen pertama dalam penelitian ini adalah kualitas laba. Kualitas laba diukurdengan persistensi laba yaitu kemampuan laba laporan dipergunakan untuk memprediksi labaperiode berikutnya.

Persistensi laba diukur dengan menggunakan model autoregresif (AR1) kualitas laba.Model ini dihitung dengan menggunakan data tahun 2001 sampai dengan tahun 2006.

Persistensi laba diklasifikasi berdasarkan tujuan perataan laba yakni kualitas laba usahadan kualitas laba bersih. Pengukurannya mengikuti Lipe (1990) yang menggunakan modelpersistensi laba yakni:

Laba t+1 = α + β Laba t + εt+1.

Nilai beta yang semakin mendekati 1 menunjukkan adanya persistensi laba yang lebihbaik. Persistensi yang baik menunjukan kualitas laba yang baik.

Page 11: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:48 JEAM Vol. VIII No.I/2009

3.2. Variabel Nilai PerusahaanVariabel endogen kedua dalam penelitian ini adalah nilai nilai perusahaan. Nilai

perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham, sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhanperusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilaiperusahaan.

Nilai perusahaan diukur dengan Price Book Value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yangdiberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuahperusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999: 92).

Harga Pasar per Lembar SahamPBV = ---------------------------------------

Nilai Buku per Lembar Saham

3.3.Perataan labaVariabel kecenderungan perataan laba diukur dalam bentuk indeks yang diukur

menggunakan indeks Eckel (1981). Angka indeks 1 (satu) atau kurang menunjukkan bahwaperusahaan tersebut melakukan praktek perataan laba.

Tidak seperti ukuran lainnya, indeks Eckel mengukur timbulnya perataan laba tanpamemilah-milah prediksi laba, modeling laba dan beban ekspektasi, dan judgement yang subyektif.Indeks ini mengukur perataan laba dengan mengumpulkan seluruh variabel-variabel potensial danmenginvestigasi perilaku perataan laba selama beberapa waktu (Ashari et. al., 1994).

Pendekatan Eckel (1981) dilakukan dengan membandingkan variabilitas laba denganvariabilitas penjualan untuk mengendalikan efek dari perataan riil dan secara inheren arus labayang rata. Karena bank merupakan industri jasa, variabel penjualan dikonversi dengan variabelpendapatan sehinggan perhitungan indeks Eckel dilakukan dengan perhitungan:Indeks perataan laba =[(CVΔI/CVΔS )]

DimanaΔI = perubahan laba dalam satu periodeΔS = perubahan pendapatan dalam satu periodeCVΔS = Koefisien variasi untuk perubahan dalam runtun waktu (time series)

pendapatanCVΔI = Koefisien variasi untuk perubahan dalam runtun waktu (time series)

laba

∑ (ΔX – Δ)²CVΔI dan CVΔS = : Δ

n-1

Page 12: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 49

dimana :ΔX = Perubahan pendapatan (S) atau laba (I) antara tahun n dengan n-1

Δ = mean dari perubahan pendapatan (S) atau laba (I) dari tahun 2001-2006.n = Banyaknya tahun yang diamati.

Untuk menentukan koefisien variasi dihitung dalam periode amatan lima tahun yakni 2001-2006.Dalam penelitian ini, tujuan perataan tujuan perataan laba yang diteliti meliputi (a) laba usaha danlaba bersih.4.Hasil Panelitian

Keseluruhan data yang diolah berasal dari laporan keuangan auditan perusahaan padaperiode 2001-2006. Laporan keuangan auditan 2000 digunakan untuk menyeleksi pemenuhankriteria populasi. Statistik deskriptif seluruh variabel menunjukkan hasil seperti pada tabel 1.

Tabel 1STATISTIK DESKRIPTIF

Min. Max. Mean Std. Dev. MedianPerataan Laba (Laba Usaha) 0,07 19,24 3,4503 3,79948 2,0470Perataan Laba (Laba Bersih) 0,11 17,15 3,6643 3,63422 2,4130Nilai Perusahaan (PBV) 0,13 7,97 1,290 1,2355 0,875Kualitas laba (Laba Usaha) 0,003 0,99 0,4768 0,32079 0,4266Kualitas laba (Laba Bersih) 0,001 0,99 0,4335 0,29192 0,3774

Rentang nilai perataan laba memperlihatkan kisaran antara 0,07 sampai dengan 19,24untuk objek perataan laba usaha dan 0,11 sampai dengan 17,51 untuk objek perataan laba bersih.Angka ini mengindikasi bahwa beberapa perusahaan publik di Indonesia melakukankecenderungan perataan laba. Mean berada pada angka 3,4 dan 3,5 serta median 2,04 dan 2,4.Dengan kata lain perusahaan publik di Indonesia lebih cenderung menghindari praktik perataanlaba.

Nilai perusahaan berkisar 0,13 sampai dengan 7,97 dengan mean 1,290 mengindikasibahwa beberpa perusahaan publik dinilai undervalued dan beberapa yang lain dinilai lebih tinggidari nilai bukunya. Mean menunjuk angka 1,23 dan median 0,875. Hal ini berarti bahwa rata-rataperusahaan publik dinilai mendekati dengan nilai bukunya.

Kualitas laba menunjukkan kisaran angka 0,01 sampai dengan 0,99 mengindikasi bahwabeberapa laporan keuangan perusahaan melaporkan laba yang tidak persisten sementara yang lainmelaporkan laba cukup persisten. Mean variabel ini memperlihatkan kisaran 0,4 dan median 0,42untuk objek perataan laba usaha serta 0,37 untuk objek perataan laba bersih mengindikasi bahwarata-rata perusahaan publik melaporkan laba dengan tingkat persistensi yang rendah.

Deskripsi Variabel

Kecenderungan perataan laba dihitung dengan menggunakan kerangka kerja Eckel(1981) untuk objek laba usaha dan laba bersih. Data laba usaha dan bersih diperoleh dari

Page 13: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:50 JEAM Vol. VIII No.I/2009

laporan keuangan tahunan auditan dari yahun 2001-2005. Nilai perataan laba dengan objeklaba usaha berada pada rentangan 0,067 sampai dengan 19,24 dan rata-rata 3,45. Perataan labadengan objek laba bersih 0,11 sampai 17,15 dengan rata-rata 3,663. Hasil ini memperlihatkanadanya indikasi bahwa perusahaan yang melakukan perataan laba. Dari hasil pengklasifikasianperata dan bukan perata berdasarkan kerangka kerja Eckel (1981), laba usaha adalah yangpaling banyak menjadi objek perataan (tabel 5.2). Perusahaan yang terindikasi melakukanperataan laba pada objek laba usaha adalah 29 perusahaan (29%). Perusahaan yang terindikasimelakukan perataan laba pada objek laba bersih adalah 24 perusahaan (24%).

Tabel 2Klasifikasi Perusahaan Perata Dan Bukan Perata

Klasifikasi*Objek Perataan Perata Non PerataLaba Usaha 29% 71%Laba Bersih 24% 76%

*Klasifikasi berdasarkan kerangka kerja Eckel (1981)

Variabel kualitas laba yang diproksi dengan kualitas laba usaha dan kualitas lababersih. Data persistensi diperoleh dari nilai koefisien beta untuk model autoregresive (AR1)laba usaha dan laba bersih perusahaan antara tahun 2001-2005. Kualitas laba untuk perusahaanobservasian memperlihatkan kisaran angka 0,003 sampai dengan 0,99. Rata-rata kualitas laba(usaha) observasian adalah 0,477. Kualitas laba yang diproksi dengan kualitas laba bersihmemperlihatkan kisaran angka 0,001 sampai dengan 0,99 dan rata-rata 0,433. Hasil inimengindikasikan bahwa secara rata-rata perusahaan observasian kurang menunjukkan kualitaslaba yang baik karena nilai beta hanya menunjukkan skor kurang dari 0,5. Persistensi yangbaik adalah jika angka persistensi (beta) mendekati nilai 1.

Variabel nilai perusahaan diukur dengan rasio price to book value. Data PBV diperolehdari Capital Market Indonesia Directory. Hasilnya menunjukkan PBV perusahaan observasianberada pada rentangan 0,13 sampai dengan 7,97. Angka ini menunjukkan bahwa pasarmempersepsi sebagian perusahaan dibawah nilai buku (0,13) dan sebagian perusahaan yanglain dinilai jauh di atas nilai buku (7,97). Rata-rata nilai perusahaan observasian adalah 1,29.Angka ini berarti bahwa secara rata-rata, pasar menilai perusahaan di atas nilai bukuekuitasnya perusahaan. Dengan kata lain, pasar mempersepsi perusahaan yang terdaftar diBursa Efek Jakarta lebih tinggi dibanding nilai perusahaan tercatat.

4.1 Hasil PengujianPengujian hipotesis satu sampai dengan hipotesis tiga dilakukan dengan teknik regresi

partial least squares dengan perangkat Visualpls. Hasil pengujian analisis jalur partial leastsquare dilakukan dengan menspesifikasi hubungan antar variabel dalam inner model.

Dalam laporan laba rugi perusahaan publik non keuangan di Indonesia, setidaknyamemuat klasifikasi laba yakni laba usaha dan laba bersih. Dalam pengujian hipotesis dilakukanpengujian perataan laba pada dua objek perataan tersebut. Persamaan model I menggunakan laba

Page 14: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 51

usaha sebagai objek perataan laba dan model II menggunakan laba bersih sebagai objek perataanlaba.

Model I ModelII

EstimasiSampel

EstimasiSampel

Perataan Laba Nilai Perusahaan -0,009 -0,0450,1774 0,8283

Perataan Laba Kualitas laba -0,151 0,0861,4307 1,4189

Kualitas laba Nilai Perusahaan 0,122 0,3220,0734 0,0498*

RSq (Kualitas laba ) 0,023 0,007RSq (Nilai Perusahaan) 0,013 0,019RSq (total) 0,036 0,026

*) signifikan pada 0,05

Beberapa penelitian terdahulu menggunakan laba operasi sebagai objek perataan laba(Albrecht dan Richardson, 1990; Ashari dkk., 1994; Sheikholeslami, 1994; Godfrey dan Jones,1999; Subekti, 2006). Hasil pengujian koefisien jalur inner model untuk model persamaan I sepertidalam tabel 5.4 dapat diikhtisarkan sebagai berikut:1. Pengaruh variabel dalam model tidak menunjukkan signifikansi yang cukup.2. Variabel perataan laba tidak berpengaruh terhadap variabel nilai perusahaan.3. Variabel perataan laba tidak berpengaruh terhadap variabel kualitas laba.4. Variabel kualitas laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Beberapa penelitian terdahulu menggunakan laba bersih sebagai objek perataan laba(Brayshaw dan Eldin, 1989; Craig dan Walsh, 1989; Albrecht dan Richardson, 1990; Asharidkk., 1994; Sheikholeslami, 1994; Michelson dkk., 1995; Breton dan Chenail, 1997; Juniarti,2005; Subekti, 2006). Dari tabel hasil pengujian inner model pada tabel 5.4 dapat diikhtisarkansebagai berikut.

1. Variabel perataan laba tidak berpengaruh terhadap variabel nilai perusahaan.2. Variabel perataan laba tidak berpengaruh terhadap variabel kualitas laba.3. Variabel kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

4.2 Hasil Pengujian HipotesisStatistik deskriptif pada tabel 5.3 memperlihatkan bahwa praktik perataan laba

merupakan sesuatu yang ada dan dilakukan oleh sebagian perusahaan yang terdaftar di Bursa EfekJakarta.

Indeks perataan laba merupakan formula yang dihitung dari pembandingan koefisienvariasi laba dibagi dengan variasi laba. Angka ini dapat dinterpretasi bahwa angka kurang dari satuberarti perusahaan adalah perata dan lebih dari satu berarti bukan perata. Koefisien ini bermakna

Page 15: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:52 JEAM Vol. VIII No.I/2009

negatif terhadap kecenderungan perataan laba. Semakin besar angka koefisien variasi perataan lababerarti perusahaan semakin tidak melakukan praktik laba , demikian sebaliknya.

Berdasarkan pengujian koefisien jalur sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 5.4, makadiperoleh hasil pengujian hipotesis untuk laba usaha sebagai objek perataan adalah:1. Kecenderungan perataan laba (Y1) tidak berpengaruh terhadap kualitas laba (Y2) dengan

koefisien jalur sebesar 0,151. Temuan studi ini gagal mendukung pernyataan hipotesis delapanyang menyatakan bahwa kecenderungan kecenderungan perataan laba berpengaruh terhadappraktik perataan laba perusahaan publik di Indonesia.

2. Kecenderungan perataan laba (Y1) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Y3) dengankoefisien jalur sebesar 0,009. Temuan studi ini gagal mendukung hipotesis dua yangmenyatakan kecenderungan perataan laba perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaanpublik di Indonesia.

3. Kualitas laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan koefisien jalur 0,122.Temuan studi ini gagal mendukung hipotesis tiga yang menyatakan bahwa kualitas lababerpengaruh terhadap nilai perusahaan publik di Indonesia.Tabel 5.4 pengujian inner model untuk model persamaan III menunjukkan hasil pengujian

hipotesis penelitian sebagai berikut.1. Kecenderungan Perataan laba (Y1) tidak berpengaruh terhadap kualitas laba (Y2) dengan

koefisien jalur sebesar 0,086. Temuan studi ini gagal membuktikan pernyataan hipotesis keduayang menyatakan bahwa kecenderungan perataan laba berpengaruh terhadap praktik perataanlaba perusahaan publik di Indonesia.

2. Kecenderungan Perataan laba (Y1) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Y3) dengankoefisien jalur sebesar 0,045. Temuan studi ini gagal membuktikan hipotesis pertama bahwakecenderungan perataan laba perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan publik diIndonesia.

3. Kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan koefisien jalur 0,332. Temuanstudi berhasil mendukung hipotesis tiga yang menyatakan bahwa kualitas laba berpengaruhterhadap nilai perusahaan publik di Indonesia.

4.3. Pembahasan

Studi ini bertujuan membuktikan pengaruh perataan laba terhadap kualitas laba dan nilaiperusahaan. Dua objek perataan laba yakni laba usaha dan laba bersih memberikan hasil yangberbeda. Baik pada pengujian perataan laba dengan objek laba usaha (model I) dan perataan labadengan objek perataan laba bersih (model II) menunjukkan hasil bahwa perataan laba tidakberpengaruh terhadap kualitas laba atau nilai perusahaan. Kualitas laba hanya berpengaruhterhadap nilai perusahaan jika yang diukur hádala laba bersih perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perataan laba tidak berpengaruhterhadap kualitas laba. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesissatu yang menyatakan terdapat pengaruh kecenderungan perataan laba terhadap kualitas labagagal didukung.

Hasil studi ini bertentangan dengan Feltham dan Pae (2000) serta Pudjiastuti danMardiyah (2006). Feltham dan Pae (2000) mengungkapkan bahwa tindakan manajemen

Page 16: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 53

merekayasa laba berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Pemakai laporan beranggapan bahwalaba laporan dapat menunjukkan kinerja manajemen. Pudjiastuti dan Mardiyah (2006)menunjukkan bahwa rekayasa laba mempengaruhi kualitas laba. Manajer memanfaatkan keluasaanpilihan akuntansi untuk mempengaruhi persepsi dan keputusan investor. Menurut mereka semakintinggi kecenderungan manajemen melakukan perekayasaan maka kualitas laba akan meningkat.Beaver (2002) beralasan bahwa perataan laba dapat memperbaiki kualitas laporan keuangan danlaba. Bao dan Bao (2004) menyimpulkan bahwa semakin rendah variabilitas laba maka labalaporan lebih berkualitas. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa penurunan variablitas labaakan memperbaiki kualitas laba.

Studi ini juga berlawanan dengan Sugiri (2004). Menurut Sugiri, semakin tinggi hubunganantara laba dan arus kas atau kembalian saham, maka kualitas laba akan semakin meningkat. Lababersih yang direkayasa secara artifisial merefleksikan asosiasi yang rendah dengan arus kas. Labayang direkayasa tersebut berarti memiliki kualitas yang rendah.

Hasil studi ini mendukung penelitian Boediono (2005) yang membuktikan bahwa besarnyapengaruh rekayasa laba terhadap kualitas laba adalah sangat lemah. Boediono (2005) mengatakanbahwa hubungan antara kedua variabel dalam arah positif tetapi tidak cukup signifikan untuk dapatdisimpulkan adanya hubungan. Hasil ini mengindikasi bahwa perusahaan memiliki kesempatanuntuk melakukan rekayasa laba dengan tidak melanggar standar akuntansi keuangan.

Studi ini menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan di antara kedua variabel. Dilihat darimotivasinya, perataan laba yang dilakukan perusahaan publik di Indonesia mungkin tidakbertujuan untuk memberi sinyal informasi tetapi lebih pada motivasi opportunitas manajemensehingga tidak diketemukan adanya signifikansi pengaruh dengan kualitas laba.. Manajemenbermaksud untuk menyelaraskan dengan kepentingan biaya politik dan agensi.

Kedua, manajemen melakukan perataan laba dengan mengabaikan komponen transitoridan permanen sehingga menghilangkan kualitas laba. Hasil ini membenarkan pendapatKirschenheiter dan Melumad (2005) yang menyimpulkan bahwa perataan laba dapatmeningkatkan kualitas laba ketika manajer dapat membedakan komponen laba transitori danpermanen. Manajer yang memiliki pengetahuan lebih baik melaporkan laba yang rata denganmenggunakan komponen transitori. Jika ini tidak terjadi, maka perataan laba tidak berpengaruhterhadap kualitas laba.

Hasil pengujian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa kecenderungan perataan laba tidakberpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis sembilanyang menyatakan bahwa kecenderungan perataan laba berpengaruh terhadap nilai perusahaantidak terbukti.

Fudenberg dan Tirole (1995) mengemukakan bahwa manajemen yang melakukan perataanlaba mengasumsikan investor adalah orang yang menolak risiko. Investor lebih menyukaistabilitas laba perusahaan. Laba periodik yang stabil dapat mendukung tingkat dividen yang lebihtinggi diperoleh investor dibandingkan pola laba periodik yang fluktuatif (Beidelman, 1973). Salahsatu risiko yang dihindari adalah adanya laba perusahaan yang tidak stabil. Laba yang tidak stabilmemberikan ketidakjelasan prospek masa depan yang berkaitan dengan dividen, arus kas, dan laba.

Hasil studi ini bertentangan dengan studi yang dilakukan Zhang dkk. (2004). Merekamenyimpulkan adanya penurunan nilai perusahaan karena manajemen melakukan rekayasa labadengan akrual. Bao dan Bao (2004) membuktikan bahwa perataan laba dapat memperbaiki

Page 17: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:54 JEAM Vol. VIII No.I/2009

kualitas laba dan nilai perusahaan. Asih, dkk (2005) menyatakan bahwa praktik rekayasa labayang dilakukan manajemen adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Hasil studi ini konsisten dengan temuan Bitner dan Dolan (1996), Mursalim (2005), danSubekti (2006). Bitner dan Dolan (1996) meneliti tentang hubungan antara perataan laba dengannilai perusahaan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pasar mengabaikan perataan riildan perataan akuntansi. Lebih lanjut hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perilaku perataanlaba dapat dideteksi oleh pasar tetapi pasar mengabaikannya.

Mursalim (2005) menunjukkan bukti empiris bahwa perataan laba melalui perataan riildan akuntansi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap motivasi investor untuk berinvestasipada perusahaan publik di Indonesia. Pasar tidak menggunakan perataan laba yang dilakukanperusahaan sebagai pertimbangan keputusan berinvestasi.

Subekti (2006) membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan reaksi pasar antaraperusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata laba ketika laporan keuangan diumumkan.Hal ini mengindikasikan bahwa pasar modal Indonesia belum merespon secara lebih detailinformasi laba perusahaan. Kesimpulannya adalah bahwa berdasarkan teori hipotesis pasar efisien,pasar modal Indonesia belum efisien.

Hasil studi ini dapat dianalisis sebagai berikut. Pertama, keberadaan perataan laba tidakdapat dideteksi oleh pihak yang menggunakan informasi laporan keuangan, sehingga pasar tidakmemberikan reaksi yang berlebihan. Karena tidak dapat mendeteksi perilaku perataan maka pasartidak bereaksi apapun terhadap perekayasaan laba yang dilakukan manajemen.

Kedua, pasar dapat mendeteksi perataan laba tetapi tidak memberikan reaksi apapun padapraktik tersebut karena investor lebih menyandarkan kepercayaannya kepada variabel perusahaanlainnya semisal ukuran aset dan auditornya untuk menilai perusahaan.

Hasil pengujian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa untuk laba bersih, kualitas lababerpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis tiga yang menyatakanbahwa kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan berhasil didukung.

Hasil studi ini dapat dianalisis sebagai berikut. Investor lebih memperhatikan laba bersihdibandingkan dengan laba usaha. Alasannya karena laba bersih menjadi acuan kebijakan devidendan laba bersih merupakan pengukur kinerja keuangan secara keseluruhan. Perusahaan yangmemiliki kualitas laba, dalam hal ini persistensi laba yang lebih baik, lebih meyakinkan investoratas prospek masa depan perusahaan dalam menghasilkan laba. Ini memberikan sentimen positifpada nilai perusahaan.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil studi dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, makakesimpulan dalam studi ini adalah sebagai berikut.1. Perusahaan-perusahaan publik di Indonesia sebagian terindikasi melakukan perataan laba.

Kesimpulan ini menunjukkan bahwa praktik perataan laba juga dilakukan oleh perusahaan diIndonesia.

Page 18: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 55

2. Kecenderungan perataan laba tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Hipotesis delapanyang menyatakan bahwa kecenderungan perataan laba berpengaruh terhadap praktik perataanlaba perusahaan publik di Indonesia tidak dapat diterima. Kesimpulan ini mengindikasikanbahwa tujuan perataan laba bukanlah untuk kepentingan memberikan informasi privat kepadainvestor tetapi karena opportunitas manajemen. Perataan laba bukan merupakan mekanismepensinyalan seperti yang diprediksi dalam teori sinyal.

3. Kecenderungan perataan laba tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.Hipotesis sembilan yang menyatakan kecenderungan perataan laba perusahaan berpengaruhterhadap nilai perusahaan publik di Indonesia tidak dapat diterima. Kesimpulan inimemperkuat indikasi bahwa perataan laba lebih ditujukan untuk kepentingan manajemen danbukannya untuk menyampaikan informasi privat mengenai kemampuan perusahaanmenghasilkan laba dana arus kas di masa depan.

4. Kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada objek laba bersih. Hipotesis tigayang menyatakan bahwa kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan tidak dapatditerima. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas laba merupakan pertimabangan investordalam menilai perusahaan.

5.2. Keterbatasan StudiStudi ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari studi secara keseluruhan. Keterbatasan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagaibahan rujukan dan memiliki implikasi perbaikan penelitian berikutnya. Beberapa keterbatasanstudi ini adalah sebagai berikut.1. Studi ini dilakukan pada populasi perusahaan dengan kriteria-kriteria tertentu sehingga hasil

analisis data tidak dapat dipergunakan untuk generalisasi seluruh semesta perusahaan publik diBursa Efek Jakarta. Hasil analisis dan kesimpulan hanya berlaku pada perusahaan dengankarakteristik yang sesuai. Populasi perusahaan yang diuji hanya 30% dari keseluruhan semestapopulasi perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta pada periode pengujian. Untuk penelitianselanjutnya penelitian dapat memperluas populasi untuk seluruh perusahaan publik diIndonesia.

2. Perusahaan yang menjadi populasi tidak diklasifikasi kondisi keuangannya. Perusahaan yangmengalami tekanan keuangan dan yang sehat tentu memiliki perbedaan motivasi dan kebijakanakuntansi yang dipilih. Rivest (1999) menyatakan bahwa pengukuran kebijakan akuntansiperusahaan perlu memisahkan antara perusahaan yang sehat dan perusahaan yang ada dalamtekanan keuangan. Penelitian mendatang dapat mengklasifikasi keadaan perusahaan untukmemastikan perbedaan motivasi perataan laba.

3. Studi ini menggunakan angka indeks yang dihasilkan dari formula Eckel untuk mengukurkecenderungan. Formula ini mengklasifikasi perusahaan sebagai perata jika memiliki indekskurang dari satu. Penggunaan kategorikal ini mengurangi nuansa pengaruh masing-masingvariabel. Studi ini memperbaikinya dengan melihat kecenderungan untuk melakukan perataanlaba. Dalam studi ini pergerakan angka indeks ke angka yang lebih kecil diidentifikasi sebagaikecenderungan melakukan perataan laba. Namun demikian, pada angka indeks yang tinggisimpulan yang diambil dapat menjadi bias. Penelitian mendatang perlu untukmenyempurnakan metode pengukuran ini sehingga tidak menimbulkan kerancuan simpulan.Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonversi dalam matriks ordinal.

Page 19: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:56 JEAM Vol. VIII No.I/2009

4. Perataan laba pada studi ini dianggap sebagai penomena yang konstan. Perusahaan dianggapmelakukan perataan laba dari tahun ke tahun dengan motivasi yang sama. Penelitianmendatang perlu kiranya menggunakan studi peristiwa untuk menguji motivasi utama perataanlaba. Penggunaan data pooling dapat mengurangi kelemahan cross sectional dan runtun waktusehingga pengambilan kesimpulan dapat lebih baik.

Page 20: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 57

Daftar Pustaka

Albrecht, W.D., and F.M. Richardson. 1990. Income smoothing by economy sector.Journal of Business Finance and Accounting 17(5): 713-730.

Ashari, N., H.C. Koh, S.L. Tan. and W.H. Wong. 1994. Factors affecting incomesmoothing among listed companies in Singapore. Accounting and Business Research24 (96): 291-301.

Assih, P., dan Gudono. 2000. Hubungan tindakan perataan penghasilan dengan reaksipasar atas pengumuman informasi laba perusahaan yang terdapat di Bursa EfekJakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 3 (1): 35-53

________, Parawiyati, dan A.W. Hastuti. 2005. Pengaruh manajemen laba pada nilai dankinerja perusahaan periode penawaran publik perdana. Jurnal Akuntansi danKeuangan Indonesia. Volume 2 – Nomor 2, Desember, pp:l 125-144

Atik, A. and N. Şensoy. 2004. Detecting income smoothing behaviours of Turkish listedfirms through discretionary accounting changes. www.SSRN.com

Bao, B.H and D.H. Bao. 2004. Income Smoothing, Earnings Quality and Firm Valuation.Journal of Business Finance &Accounting 31: 0306-686X

Barnea, A., J. Ronen and S. Sadan, 1976. Classificatory smoothing of income withextraordinary items. The Accounting Review: 110-122.

Barth, M. E., J. A. Elliott, and M. W. Finn. 1999. Market rewards associated with patternsof increasing earnings. Journal of Accounting Research 37: 387-413.

Beattie, V., S. Brown, D. Ewers, B. John, S. Manson, D.Thomas and M. Turner. 1994.Extraordinary items and income smoothing: A positive accounting approach. Journalof Business Finance and Accounting 216: 0306-686X

Beaver, W.H. 2002. Perspectives on recent capital market research. The AccountingReview: 453–74.

Beidleman, C.R. 1973. Income smoothing: The role of management. The AccountingReview 48(4): 653-667.

Bitner, L.N., and R. Dolan. 1996. Assessing the relationship between income smoothingand the value of the firm. Quarterly Journal of Business and Economics. Winter :16-35.

Boediono, G S. B. 2005. Prediktabilita Laba: Studi Pengaruh Mekanisme CorporateGovernance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisa Jalur.Makalah. Simposium Nasional Akuntansi IX.

Booth, G.G., J.P. Kallunki and T. Martikainen. 1996. Post-announcement drift and incomesmoothing: Finnish evidence. Journal of Business Finance & Accounting 23(8):1197-1211.

Burgstahler, D. and I. Dichev. 1997. Earnings management to avoid earnings decreasesand losses. Journal of Accounting and Economics 24: 99-126.

Page 21: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:58 JEAM Vol. VIII No.I/2009

Bushee, B. 1998. The influence of institutional investors on myopic R and D investmentbehavior. The Accounting Review 73 (3): 305–333.

Chaney, P.K. and C.M. Lewis. 1995. Earnings management and firm valuation underasymmetric information. Journal of Corporate Finance 1: 319-345.

Dye, R.A. 1988. Earnings management in an overlapping generations model. Journal ofAccounting Research 26(2): 195-235.

Easton and E. Zmijewski. 1989. Cross-sectional variation in the stock market response toaccounting earnings announcements. Journal of Accounting and Economics 11: 117-141.

Fern, R.H., B. Brown and S.W. Dickey. 1994. An empirical test of politically-motivatedincome smoothing in the oil refining industry. Journal of Applied Business Research10(1): 92.

Fudenberg, D. and J. Tirole. 1995. A theory of income and dividend smoothing based onincumbency rents. Journal of Political Economy 103(1): 75-93.

Godfrey, J.M., and K.L. Jones. 1999. Political cost influences on income smoothing viaextraordinary item classification. Accounting and Finance 39 (3): 229-254.

Gordon, M.J. 1964. Postulates, principles and research in accounting. The AccountingReview 39: 251-263.

Hand, J. 1989. Did firms undertake debt-equity swaps for an accounting paper profit ortrue financial gain? The Accounting Review 64: 587-623.

Imhoff, E.A. 1977. Income smoothing – A case for doubt. Accounting Journal: 85-100.Kirschenheiter, M., and N. Melamud. 2002. Can Big bath and earnings smoothing co-exist

as equilibrium financial reporting strategies? Journal of Accounting Research 40(3):761-796.

_______________. and N. Melumad. 2005. Earnings’ Quality and Smoothing. September.Working Paper

Klein, A. 2002. Audit committee, board of director characteristics, and earningsmanagement. Journal of Accounting and Economics 33: 375–400

Koch, B.S. 1981. Income smoothing: An experiment. The Accounting Review 56(3): 574-586.

Lipe, R.C. 1990. The Relation between stock returns and accounting earnings givenalternative information. The Accounting Review 65: 49-71.

Makaryanawati, 2003. Analisis perbedaan praktik perataan penghasilan melalui ukuranperusahaan. Ekuitas, Jurnal Ekonomi dan Keuangan 7 (1): 1-15.

Mediastusi, P.P., dan M. Machfoedz. 2003. Analisis hubungan mekanisme corporategovernance dan indikasi manajemen laba. Makalah. Simposium Nasional AkuntansiVI 2003. Surabaya. Hal 176-199

Michelson, S., J.J. Wagner and C.W. Wooton. 1995. A Market based analysis of incomesmoothing. Journal of Business Finance and Accounting 228:0306-686X.

Page 22: Alwan Sri Kustono Perataan Laba Kualitas Laba Dan Nilai an Jurnal Ekonomi Akuntansi Manajemen

Alwan Sri Kustono: Paerataan Laba, Kualitas Laba…. ISSN: 1412-5366

Artikel ini dimuat dalam jurnal:JEAM Vol. VIII No.I/2009 59

_____________________________________. 2000.The Relationship between theSmoothing of Reported Income and Risk-Adjusted Returns. Journal of Economicsand Finance 24 (2) :141-159.

Moses, O.D. 1987. Income Smoothing and Incentives: Empirical Test Using AccountingChanges. The Accounting Review 62 (2): 358-377.

Mursalim. 2005. Income Smoothing dan Motivasi Investor: Studi Empiris pada Investor diBEJ.Kumpulan Makalah. SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

Peasnell, K.V., P.F. Pope, and S. Young. 2000. Detecting earnings management usingcross sectional abnormal accruals models. Accounting and Business Research 30(4): 313-326.

Pudjiastuti, W., dan A.A. Mardiyah. 2006. The influence of earnings manajemen onearnings quality. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Universitas SebelasMaret, Surakarta.

Ronen, J. and S. Sadan. 1975. Classificatory smoothing: Alternative income models.Journal of Accounting Research (Spring): 133-149.

____________________. 1981. Smoothing income numbers, objectives, means, andImplications. Reading, MA, Addison Wesley.

Stolowy, H., and G. Breton. 2000. A framework for the classification of accountsmanipulations. Paper. EAA Annual Meeting (Munich).

Subekti, I. 2005. Asosiasi antara praktik Perataan Penghasilan dan reaksi pasar modal diIndonesia. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi VIII: 223-237.

Suh, Y.S. 1990. Communication and income smoothing through accounting methodchoice. Management Science 36(6): 704-723.

Sugiri. S. 2004. Does earning quality moderate the perdictive content of nonoperatingincome. Gadjah Mada International Journal of Business. Vol.4 No. 6. pp: 275-291

Trueman, B. and S. Titman, 1988. An explanation for accounting income smoothing.Journal of Accounting Research 26 (Supplément): 127-139.

Tucker, X.J. and P. Zarowin, 2004. Does income smoothing improve earningsinformativeness? www.SSRN.com.

Wang, Z. and T.H. Williams. 1994. Accounting income smoothing and stockholderwealth. Journal of Applied Business Research 10(3): 96-110.

Zarowin, P. 2002. Does income smoothing make stock prices more informative? WorkingPaper. New York University. June

Zhang, Y, D.R. Deis, P. Huang, and J.S. Moffitt. 2004. Earnings smoothing choice, firmvalue and corporate monitoring. www.SSRN.com.