pondasi sarang laba laba

29
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek keamanan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang matang sehingga setiap hambatan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang dapat teratasi dengan baik. Hal tersebut haruslah menjadi landasan utama dalam setiap pekerjaan khususnya di bidang Teknik Sipil seperti pembuatan gedung, jalan, waduk, bendung, saluran irigasi, jembatan dan struktur-struktur yang lainnya. Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem pondasi pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang dan beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya. Pemilihan sistem pondasi yang digunakan pada dasarnya merupakan studi alternatif ekonomis. Hal-hal yang ikut dipertimbangkan tidak hanya material dan tenaga kerja, tetapi juga biaya-biaya lain seperti mengendalikan air tanah, cara-cara mengatasi agar seminimal mungkin kerusakan pada bangunan didekatnya dan waktu yang digunakan untuk membangun. Selain itu perlu juga Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 1

Upload: grace-dana-ayori

Post on 03-Jan-2016

890 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

tugas mata kuliah pondasi 1

TRANSCRIPT

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus diperhatikan

beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek keamanan. Untuk

itu diperlukan suatu perencanaan yang matang sehingga setiap hambatan yang mungkin

terjadi dimasa yang akan datang dapat teratasi dengan baik. Hal tersebut haruslah menjadi

landasan utama dalam setiap pekerjaan khususnya di bidang Teknik Sipil seperti

pembuatan gedung, jalan, waduk, bendung, saluran irigasi, jembatan dan struktur-struktur

yang lainnya.

Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem pondasi

pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang

meneruskan beban yang ditopang dan beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan

batuan yang terletak dibawahnya. Pemilihan sistem pondasi yang digunakan pada dasarnya

merupakan studi alternatif ekonomis. Hal-hal yang ikut dipertimbangkan tidak hanya

material dan tenaga kerja, tetapi juga biaya-biaya lain seperti mengendalikan air tanah,

cara-cara mengatasi agar seminimal mungkin kerusakan pada bangunan didekatnya dan

waktu yang digunakan untuk membangun. Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa pada

waktu pelaksanaan pembangunan struktur tidak boleh merusak lingkungan sekitar.

Yang terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan, dimana gedung

diharapkan terjamin keutuhan strukturnya selama umur rencana termasuk di dalamnya

penentuan jenis pondasi yang digunakan. Untuk itu didalam makalah ini akan dibahas

lebih lanjut mengenai berbagai jenis pondasi terutama pondasi dangkal,selain itu akan

dibahas pula mengenai salah satu dari jenis pondasi dangkal yaitu pondasi sarang laba-laba.

1.2 Tujuan Penulisan

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 1

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas besar mata kuliah

pondasi di semester IV ini dan untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang

pondasi dangkal. Selain itu diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang berbagai jenis

dan pengklasifikasian pondasi dangkal, kelebihan dan kekurangannya serta penerapannya

di dalam dunia konstruksi sehingga mahasiswa diharapkan dapat terbantu dalam

memahami tentang materi pondasi dangkal dan dapat menerapkan konsepnya secara tepat.

1.3 Sistematika Penulisan

Kata Pengatar

Daftar Isi

Bab 1 : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Sistematika Penulisan

Bab 2 : Pengertian Pondasi dan Klasifikasinya

2.1 Pengertian Pondasi

2.2 Jenis-Jenis Pondasi

2.2.1 Pondasi Dangkal

Bab 3 : Pondasi Sarang Laba-Laba

3.1 Pengertian Pondasi Sarang Laba-Laba

3.2 Bagian-Bagian Pondasi Sarang Laba-Laba

3.3 Kelebihan Pondasi Sarang Laba-Laba

3.4 Keistimewaan Sistem Konstruksi dan Bentuk Pondasi Sarang Laba-Laba

Daftar Pustaka

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 2

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

BAB II

PENGERTIAN PONDASI DAN KLASIFIKASINYA

2.1 Pengertian Pondasi

Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk

menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah

dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada

sistem strukturnya. Ada beberapa pengertian tentang pondasi yaitu:

1. Suatu konstruksi bangunan yang memiliki fungsi untuk memindahkan

beban/bobot/gayayang ditimbulkan oleh banguna yang ada diatasnya kedalam tanah.

2. Adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan tersebut dengan tanah,

dimanatanah harus menerima beban dari bangunan tersebut (beban mati dan beban

hidup) dantugas pondasi untuk membagi beban itu sehingga tekanan tanah yang

diizinkan (dayadukung) tidak terlewati.

3. Konstruksi yang diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin

kestabilan bangunan terhadap berat sendiri dan menghindari penurunan bangunan yang

tidak merata.

Sehingga dapat disimpulkan, pengertian pondasi adalah: Bagian dari elemen bangunan

yang berfungsi meletakkan dan meneruskan beban ke dasar tanah yang kuat mengimbangi

dan mendukung (merespon) serta dapat menjamin kestabilan bangunan, paling tidak

terhadap beratnya sendiri, beban yang bekerja serta beban gempa.

Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain :

1. Terhadap tanah dasar :

Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga

tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja.

Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar / tidak merata.

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 3

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling.

2. Terhadap struktur pondasi sendiri :

Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang bekerja.

Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu

cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk

diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.

Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:

1. Keadaan tanah pondasi

2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)

3. Keadaan daerah sekitar lokasi

4. Waktu dan biaya pekerjaan

5. Kokoh, kaku dan kuat

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi,

berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air

tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak

terendam air meskipun jenis tanah sama. Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis

masing-masing memberikan nilai kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian

pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari

tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut. Suatu pondasi harus

direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar akan ada

bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :

1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.

2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.

3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 4

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

2.2 Jenis-Jenis Pondasi

Secara umum pondasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pondasi dalam (Deep

foundation) dan pondasi dangkal (Shallow Foundation)

2.2.1 Pondasi Dalam (Deep Foundation)

Menurut Dr.Ir.L.D.Wesley dalam bukunya Mekanika Tanah 1, pondasi dalam

seringkali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu struktur pondasi yang mampu

menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat

menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat

dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Untuk keperluan perencanaan, tiang dapat

dibagi menjadi dua golongan :

a. Tiang yang tertahan pada ujung (end bearing pile atau point bearing pile). Tiang

semacam ini dimasukkan sampai lapisan tanah keras, sehingga daya dukung tanah

untuk pondasi ini lebih ditekankan pada tahanan ujungnya. Untuk tiang tipe ini harus

diperhatikan bahwa ujung tiang harus terletak pada lapisan keras. Lapisan keras ini

boleh dari bahan apapun, meliputi lempung keras sampai batuan keras.

b. Tiang yang tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah (friction pile) Kadang-

kadang diketemukan keadaan tanah dimana lapisan keras sangat dalam sehingga

pembuatan tiang sampai lapisan tersebut sukar dilaksanakan. Maka untuk menahan

beban yang diterima tiang, mobilisasi tahanan sebagian besar ditimbulkan oleh gesekan

antara tiang dengan tanah (skin friction). Tiang semacam ini disebut friction pile atau

juga sering disebut sebagai tiang terapung (floating piles).

Pondasi dalam sering dibuat dalam bentuk tiang pancang maupun kaison (D/B ≥ 4)

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 5

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

gambar 2.1 Pondasi Dalam (D/B ≥ 4)

2.2.2 Pondasi Dangkal ( Shallow Foundation )

Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal,

hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan

ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan

batu,meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras.

Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :

- Pondasi Setempat ( Single Footing )

- Pondasi Menerus ( Continuous Footing )

- Pondasi Pelat ( Plate Foundation )

- Pondasi Cakar Ayam

- Pondasi Sarang Laba-laba

- Pondasi Grid

- Pondasi Gasing

a. Pondasi Setempat ( Single Footing )

Pondasi setempat dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom

pendukung/kolom struktur), tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan

kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu

alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan.

Ciri pondasi setempat :

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 6

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter

Pondasi dibuat hanya di bawah kolom

Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak

digunakan untuk mendukung beban.

Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:

Pondasi pilar, dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung.

Pondasi sumuran, dari galian tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras,

kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu besar.

Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak dipasang di

bawah setiap tiang penyangga. Antara tiang dihubungkan dengan balok kayu di

bagian bawah tiang, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya. Pondasi kayu

dibuat keluar permukaan tanah sampai ketinggian ± 1 meter

gambar 2.2.2a Pondasi Setempat

b. Pondasi Menerus ( Continuous Footing )

Pondasi menerus (Pondasi Langsung) dapat digunakan pada tanah yang seragam.

Ciri-ciri pondasi menerus :

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 7

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama

dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom

biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat

untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah diperlebar

menjadi pelat.

gambar 2.2.2b Pondasi Menerus

c. Pondasi Pelat ( Plate Foundation )

Pondasi pelat biasanya seluas ukuran gedung. Pondasi ini membagi beban secara

merata ke tanah bangunan.

Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:

daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi

raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 8

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh konstruksi atas

pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah meresapnya air dari bawah

(tanah).

gambar 2.2.2c Pondasi Pelat

d. Pondasi Cakar Ayam

Merupakan salah satu rekayasa

keteknikan di bidang pondasi, hasil temuan Prof. Dr.

Ir. Sedijatmo. Kostruksi ini terdiri dari plat beton

bertulang dengan tebal 10 - 12 cm di dan bagian

bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang yang

menempel kuat pada plat tersebut. Mirip seperti

akar serabut pada tanaman kelapa yang dapat

tumbuh tinggi menjulang di pantai berpasir yang

daya ikatnya rendah, pile atau pipa-pipa beton

mencengkeram ke dalam tanah dan plat betonnya

mengikat pile-pile tersebut sehingga menjadi satu

kesatuan yang monolit. Dasar pemikiran Iahirnya

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 9

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

pondasi cakar ayam ialah memanfaatkan tekanan tanah pasif, yang pada sistem pondasi lain

tak pernah dihiraukan.

gambar 2.2.2d Pondasi Cakar Ayam

Plat beton yang tipis itu akan mengambang di permukaan tanah, sedangkan

kekakuan plat ini dipertahankan oleh pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif.

Dengan demikian maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok. Bagi daerah

yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi

juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan

sistem drainasi dan sambungan kembang susut.

e. Pondasi Sarang Laba-Laba

Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi konvensional

yang lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik dengan penggunaan bahan

bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (full plate) lainnya, mampu

memperkecil penurunan bangunan karena dapat membagi rata kekuatan pada seluruh

pondasi dan mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi, berpotensi

digunakan sebagai pondasi untuk tanah lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang

mungkin terjadi dan tanah dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih

sedikit alat-alat berat dan bersifat padat karya,

waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan

dapat dilaksanakan secara industri (pracetak),

lebih ekonomis karena terdiri dari 80% tanah

dan 20% beton bertulang dan yang paling

penting adalah ramah lingkungan karena

dalam pelaksanaan hanya menggunakan

sedikit menggunakan kayu dan tidak

menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak

menimbulkan kebisingan disekitarnya. gambar 2.2.2e Pondasi

Sarang Laba-Laba

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 10

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Untuk lebih jelasnya di bab 3 akan dibahas lebih lajut tentang pondasi sarang laba-laba

BAB III

PONDASI SARANG LABA-LABA

3.1 Pengertian Pondasi Sarang Laba-Laba

Pondasi KSLL (Konstruksi Sarang Laba-Laba) merupakan kombinasi konstruksi

bangunan bawah konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton pipih

menerus yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi dan sistem

perbaikan tanah di antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama timbal balik yang

saling menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi yang memiliki kekakuan

(rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi dangkal lainnya. Dinamakan

sarang laba-laba karena pembesian plat pondasi di daerah kolom selalu berbentuk sarang

laba-laba. Juga bentuk jaringannya yang tarik-menarik bersifat monolit yaitu berada dalam

satu kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi didesain untuk multi fungsi, untuk septic tank,

bak reservoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan dinding. Rib (tulang iga) KSLL

berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang bekerja pada kolom. Pasir

pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk menjepit rib-rib konstruksi terhadap lipatan

puntir.

3.2 Bagian-Bagian Pondasi Sarang Laba-Laba

Sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi Sarang Laba-Laba terdiri dari 2 bagian

konstruksi, yaitu :

1. Konstruksi beton

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 11

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya

dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi.

Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib

settlement dan rib pengaku.

Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik (menghadap

kebawah).

Penempatan / susunan rib-rib tersebut sedemikian rupa, sehingga denah atas

membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku (rigid).

gambar 3.2 Konstruksi Sarang Laba-Laba

Keterangan :

1a - pelat beton pipih menerus

1b - rib konstruksi

1c - rib settlement

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 12

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

1d - rib pembagi

2a - urugan pasir dipadatkan

2b - urugan tanah dipadatkan

2c - lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan

2. Perbaikan tanah / pasir

Rongga yang ada diantara rib-rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah / pasir

yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna.

Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi

lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2

atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum

(Standart Proctor). Adanya perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut

dapat membentuk lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa

memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL

merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik.

Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem pondasi itu

sendiri dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya. Seperti diketahui bahwa jika

pondasi semakin fleksibel, maka distribusi tegangan / stress tanah yang timbul akan

semakin tidak merata, terjadi konsentrasi tegangan pada daerah beban terpusat. Dan

sebaliknya, jika pondasi semakin kaku / rigid, maka distribusi tegangan / stress tanah akan

semakin merata. Hal ini mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal penurunan yang

dialami pondasi.

Dengan pondasi KSLL, karena mempunyai tingkat kekakuan yang lebih tinggi,

maka penurunan yang terjadi akan merata karena masing-masing kolom dijepit dengan rib-

rib beton yang saling mengunci.

3.3 Kelebihan Pondasi Sarang Laba-Laba

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 13

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Menurut Lokakarya yang diadakan di Bandung pada pertengahan tahun 2004 oleh

Puslitbang Depkimpraswil yang dihadiri oleh para pakar gempa dan tanah, disimpulkan

kelebihan-kelebihan pondasi KSLL adalah sebagai berikut :

1. KSLL memiliki kekakuan yang lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan yang

hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (raft foundation).

2. KSLL memiliki kemampuan memperkecil differential settlement dan mengurangi

irregular differential settlement apabila dibandingkan dengan pondasi rakit.

3. KSLL mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi karena proses

pemadatannya akan meniadakan pengaruh lipat atau lateral buckling pada rib.

4. KSLL berpotensi untuk digunakan sebagai pondasi untuk bangunan bertingkat rendah

(2 lantai) yang dibangun di atas tanah lunak dengan mempertimbangkan total

settlement yang mungkin terjadi.

5. Pelaksanaannya tidak menggunakan alat-alat berat dan tidak mengganggu lingkungan

sehingga cocok diterapkan baik di lokasi padat penduduk maupun di daerah terpencil.

6. KSLL mampu menghemat pengunaan baja tulangan maupun beton.

7. Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lebih cepat dan dapat dilaksanakan secara

padat karya.

8. KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau tiang pancang,

lebih-lebih dengan pondasi dalam, sehingga cocok digunakan oleh negara-negara

sedang berkembang sebab murah, padat karya dan sederhana.

3.4 Keistimewaan Sistem Konstruksi Dan Bentuk Pondasi Sarang

Laba-Laba

Keistimewaan pondasi KSLL dapat dilihat dari aspek teknis, ekonomis dan dari segi

pelaksanaan :

1. Aspek Teknis

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 14

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Pelat Pipih Menerus Yang Di Bawahnya Dikakukan Oleh Rib-Rib Tegak, Pipih

Dan Tinggi.

gambar 3.4a Pelat Pipih menerus yang dikakukan oleh rib tegak, pipih dan tinggi di bawahnya

Dengan,

t = tebal plat

b = tebal rib

h = tinggi rib

te = tebal ekivalen

tb = tebal volume penggunaan beton untuk pondasi KSLL, seandainya dinyatakan sebagai

pelat menerus tanpa rib

Bentuk konstruksi seperti ini, dengan bahan yang relatif sedikit (tb) akan diperoleh

pelat yang memiliki kekakuan/tebal ekivalen (te) yang tinggi. Pada umumnya te = 2.5 - 3.5

tb, dengan variasi tergantung desain. Bentuk ketebalan ekivalen tersebut tidak berbentuk

merata, melainkan bergelombang.

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 15

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 3.4b Tampak Denah, Potongan dan Diagram Penyebaran Beban dan Kekakuan

Ekivalen pada Pondasi KSLL

Penempatan Pelat Di Sisi Atas Rib Dan Sistem Perbaikan Tanah.

Dengan susunan konstruksi seperti di atas, akan dihasilkan penyebaran beban

seperti pada gambar tersebut, di mana untuk mendapatkan luasan pendukung pada tanah

asli selebar b cukup dibutuhkan pelat efektif selebar a. Hal ini disebabkan karena proses

penyebaran beban dimulai dari bawah pelat yang berada pada sisi atas lapisan perbaikan

tanah.

Susunan Rib-Rib Yang Membentuk Titik-Titik Pertemuan Dan Penempatan

Kolom / Titik Beban Pada Titik Pertemuan Rib-Rib.

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 16

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Dengan susunan rib seperti pada gambar 2.8 diperoleh ketebalan ekivalen yang

tidak merata. Pada titik pertemuan rib-rib diperoleh ketebalan maksimum, sedangkan

makin jauh dari titik pertemuan rib-rib ketebalan ekivalen makin berkurang.

Dalam perencanaan pondasi KSLL sebagai pondasi bangunan gedung harus sedemikian

rupa sehingga titik pertemuan rib-rib berimpit dengan titik kerja beban/kolom-kolom

tersebut. Hal ini menghasilkan grafik penyebaran beban yang identik bentuknya dengan

grafik ketebalan ekivalen, sehingga dimensi konstruksi yang dihasilkan (pelat dan rib)

lebih ekonomis.

Susunan rib yang membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku

menjadikan hubungan antar rib menjadi hubungan yang stabil terhadap pengaruh

gerakan / gaya horisontal.

Rib-Rib Settlement Yang Cukup Dalam

Gambar 3.4c Rib Settlement

Penempatan rib yang cukup dalam diatur sedemikian rupa sehingga membagi

luasan konstruksi bangunan bawah dalam petak-petak segitiga yang masingmasing

luasnya tidak lebih dari 200 m2. Adanya rib-rib settlement memberi keuntungan-

keuntungan yaitu mereduksi total penurunan, mempertinggi kestabilan bangunan terhadap

kemungkinan terjadinya kemiringan, mampu melindungi perbaikan tanah terhadap

kemungkinan bekerjanya pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, misalnya

kembang susut tanah dan kemungkinan timbulnya degradasi akibat aliran tanah dan yang

terakhir yaitu menambah kekakuan pondasi dalam tinjauannya secara makro.

Kolom Mengcengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai ke Dasar Rib

-

-

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 17

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 3.4d Kolom yang mengcengkeram pertemuan rib sampai ke dasar rib

Hal ini membuat hubungan konstruksi bagian atas (upper structure) dengan

konstruksi bangunan bawah (sub structure) menjadi lebih kokoh. Sebagai gambaran,

misal tinggi rib konstruksi 120 cm, maka hubungan antara kolom dengan pondasi

KSLL juga akan setinggi 120 cm. Untuk perbandingan, pada pondasi tiang pancang,

hubungan antara kolom dengan pondasi hanya setebal pondasinya (kisarannya antara 50

- 80 cm).

Sistem Perbaikan Tanah Setelah Pengecoran Rib-Rib

Pemadatan tanah baru dilakukan setelah rib-rib selesai dicor dan berumur sedikitnya 3

hari. Pemadatan sendiri harus dilaksanakan lapis demi lapis dan harus dijaga agar

perbedaan tinggi antara petak yang sedang dipadatkan dengan petakpetak yang

bersebelahan tidak lebih dari 25 cm, sehingga mudah untuk mencapai kepadatan yang

tinggi. Di samping hasil kepadatan yang tinggi pada lapisan tanah di dalam petak rib-

rib, lapisan tanah asli di bawahnya akan ikut terpadatkan walaupun tidak mencapai

kepadatan setinggi tanah yang berada dalam petak ribrib. Hal itu pun sudah

memberikan hasil yang cukup memuaskan bagi peningkatan kemampuan daya dukung

dan bagi ketahanan kestabilan terhadap penurunan (settlement).

Adanya Kerja Sama Timbal Balik Saling Menguntungkan Antara Konstruksi

Beton Dan Sistem Perbaikan Tanah.

Rib-rib beton, di samping sebagai pengaku pelat dan sloof, juga sebagai dinding

penyekat dari sistem perbaikan tanah, sehingga perbaikan tanah dapat dipadatkan

dengan tingkat kepadatan yang tinggi (mencapai 100 % kepadatan maksimum Standar

Proctor), dan setelahnya rib-rib akan berfungsi sebagai pelindung bagi perbaikan tanah

terhadap pengaruh-pengaruh dari banjir, penguapan dan degradasi. Perbaikan tanah

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 18

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

akan memberi dampak lapisan tanah menjadi seperti lapisan batu karang sehingga dapat

memperkecil dimensi ribnya.

2. Aspek Ekonomis

Di atas telah dijelaskan aspek-aspek teknis yang juga memberi keuntungan dilihat

dari aspek ekonomis, seperti dimensi rib yang relatif kecil, penggunaan tanah sebagai

bagian dari konstruksi yang menghemat pemakaian beton dan sebagainya. Aspek ekonomis

yang juga dapat dilihat pada pondasi KSLL adalah pengerjaan pondasi yang memerlukan

waktu yang singkat karena pelaksanaannya mudah dan padat karya serta sederhana dan

tidak menuntut keahlian yang tinggi. Selain itu pembesian pada rib dan plat, cukup dengan

pembesian minimum, pada umumnya, hanya diperlukan volume beton 0,2 – 0,35 m3

beton/m2 luas pondasi, dengan pembesian 90 - 120 kg/m3 beton. Pondasi KSLL

memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur bangunan bawah dengan

komposisi sekitar 85 persen tanah dan 15 persen beton.

Dari uraian-uraian di atas dapat dirangkum dalam point-point berikut :

I. Aspek Teknis

a) Pembesian pada rib dan pelat cukup dengan pembesian minimum.

b) Ketahanan terhadap differential settlement yang tinggi karena bekerjanya tegangan

akibat beban sudah merata di lapisan tanah pendukung. Hal ini juga disebabkan oleh

penyusunan rib yang sedemikian rupa sehingga membagi luasan pondasi KSLL

menjadi petak-petak yang masing-masing luasnya tidak lebih dari 200 m2 sehingga

pondasi KSLL memiliki ketahanan tinggi terhadap differential settlement.

c) Total settlement menjadi lebih kecil karena meningkatnya kepadatan pada lapisan

tanah pendukung di bawah KSLL akibat pengaruh pemadatan yang efektif pada

lapisan tanah perbaikan di dalam KSLL serta bekerjanya tegangan geser pada rib

terluar dari KSLL.

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 19

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

d) Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi sebab KSLL merupakan suatu

konstruksi yang monolit dan kaku.

e) Perbaikan tanah di dalam KSLL memiliki kestabilan yang bersifat permanen karena

adanya perlindungan dari rib-rib KSLL

f) KSLL juga dapat menggantikan fungsi dari berbagai konstruksi selain fungsinya

sebagai pondasi, antara lain :

Sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga

Sebagai sloof/balok-balok pengaku

Sebagai konstruksi pelat lantai (dasar)

Urugan/perbaikan tanah dengan pemadatan tanah

Dinding penahan urugan di bawah lantai

Konstruksi pengaman terhadap kestabilan (kepadatan) perbaikan tanah yang ada di

bawah lantai

Pasangan dan plesteran tembok di bawah lantai dasar

Kolom di bawah peil lantai dasar

Septic tank dan resapan

Bak reservoir (bila diperlukan)

Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diatur sedemikian rupa, sehingga

dapat dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.

II. Sistem Pelaksanaan

a) Karena bentuk dan sistem konstruksi sederhana, dimungkinkan untuk dilaksanakan

dengan peralatan sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi.

b) Pelaksanaan lebih cepat dibandingkan dengan sistem pondasi lainnya.

III. Ekonomis

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 20

Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta

Dibandingkan dengan sistem pondasi lain, KSLL dapat menekan biaya yang cukup

besar. Secara umum diperoleh penghematan sebesar :

a) 30 % untuk bangunan 3 - 8 lantai

b) 20 % untuk bangunan 2 lantai

c) 30 % untuk bangunan gudang-gudang Kelas I

DAFTAR PUSTAKA

Dr.Ir.L.D.Wesley (1998). Mekanika Tanah 1. Jakarta: Badan Penerbit Pekerjaan umum.

Ir. Indrastono Dwi Atmanto M.Eng (2007). Rekayasa Fundasi II Fundasi Dangkal dan

Fundasi Dalam. Depok: Gunadarma

Ratna Sari Cipto Haryonodan Tirta Rahman Maulana (2010). Pondasi Sarang Laba-Laba.

Semarang: Universitas Diponegoro

Pusparini A. (2007). http://eprints.undip.ac.id/34231/7/1767_chapter_II.pdf. Diakses pada

tanggal 4 Juni 2013.

Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 21