akmen abc system

33
1. SISTEM “ JUST IN TIME “ &“ ACTIVITY BASED COSTING “ PRESENTASI AKUNTANSI MANAJEMEN S 1 MANAJEMEN STIE AMA SALATIGA 2013 2. HERMANSEPTIANA ERMA NDARUSUWONO 3. DEFINISI Secara umum pengertian Activity Based CostingSystem (ABC System) adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya- biaya ke dalam aktivitas- aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalumembebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitasdan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan. (Charles T. Hongren, Sundem, & Stratton, 1996 : 502). 4. Kelompok Tingkatan Aktivitas 1. Tingkat Unit (Unit level activity) Aktivitas yang besar kecilnya dipengaruhi langsung oleh unit produksi. 2. Tingkat partai (Bacth level activity) Aktivitas yang besar kecilnya dipengaruhi oleh banyaknya partai (batch) yang terjadi didalam satu periode.3. Aktivitas mempertahankan produk (Sustain level activity) Aktivitas yang berfungsi untuk mendukung dan mempertahankan suatu produk secara individual.4. Aktivitas mempertahankan fasilitas (Facility level Activity) Aktivitas yang berkait dengan pengadaan fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan perusahaan secara menyeluruh. 5. Tradisional vs ABC TradisionalDasar aktivitas yang dipakai biasanya berkaitan denganvolume (volume-related activity base) seperti ekuivalen unit, jam kerja langsung atau jam mesin langsung ABCMemakai pemicu biaya dasar unit maupun non unit,yang jumlah pemicu biayanya lebih besar ketimbang jumlah pemicu pada system tradisional, sehinggameningkatkan akurasi penentuan biaya pokok produk. 6. DEFINISI JIT (Just In Time) merupakan suatu filosofi yang memusatkan pada eliminasi aktivitaspemborosan dengan cara memproduksi produksesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhanproduksi dengan tujuan strategis meningkatkan laba, meningkatkan mutu, mengendalikan

Upload: evanaja

Post on 19-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

AKMEN ABC SYSTEM.docx

TRANSCRIPT

Page 1: Akmen ABC System

1. SISTEM “ JUST IN TIME “ &“ ACTIVITY BASED COSTING “ PRESENTASI AKUNTANSI MANAJEMEN S 1 MANAJEMEN STIE AMA SALATIGA 2013

2. HERMANSEPTIANA ERMA NDARUSUWONO

3. DEFINISI Secara umum pengertian Activity Based CostingSystem (ABC System) adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas- aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalumembebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitasdan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan. (Charles T. Hongren, Sundem, & Stratton, 1996 : 502).

4. Kelompok Tingkatan Aktivitas 1. Tingkat Unit (Unit level activity) Aktivitas yang besar kecilnya dipengaruhi langsung oleh unit produksi. 2. Tingkat partai (Bacth level activity) Aktivitas yang besar kecilnya dipengaruhi oleh banyaknya partai (batch) yang terjadi didalam satu periode.3. Aktivitas mempertahankan produk (Sustain level activity) Aktivitas yang berfungsi untuk mendukung dan mempertahankan suatu produk secara individual.4. Aktivitas mempertahankan fasilitas (Facility level Activity) Aktivitas yang berkait dengan pengadaan fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan perusahaan secara menyeluruh.

5. Tradisional vs ABC TradisionalDasar aktivitas yang dipakai biasanya berkaitan denganvolume (volume-related activity base) seperti ekuivalen unit, jam kerja langsung atau jam mesin langsung ABCMemakai pemicu biaya dasar unit maupun non unit,yang jumlah pemicu biayanya lebih besar ketimbang jumlah pemicu pada system tradisional, sehinggameningkatkan akurasi penentuan biaya pokok produk.

6. DEFINISI JIT (Just In Time) merupakan suatu filosofi yang memusatkan pada eliminasi aktivitaspemborosan dengan cara memproduksi produksesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhanproduksi dengan tujuan strategis meningkatkan laba, meningkatkan mutu, mengendalikan persediaan, dan memperbaiki kinerja pengiriman (RA. Supriyono, 1999).

7. Empat Aspek Pokok JIT 1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol. 2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga produk rusak dan cacatsedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat. 3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement) dalam meningkatkan efisiensi kegiatan. 4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.

8. SISTEM JIT Sistem Pull-through Persediaan tidak signifikan Sel-sel pemanufakturanTenaga kerja terinterdisipliner Pengendalian mutu (TQC) Desentralisasi jasa

9. TRADISIONAL Sistem Push-through Persediaan signifikan Berstruktur departemen Tenaga kerja terspesialisasiLevel mutu akseptabel (AQL) Sentralisasi jasa

Page 2: Akmen ABC System

10. Analisis Biaya-Volume-Laba Konvensional Analisis biaya-volume-laba (CPV)konvensional menganggap bahwa semuabiaya, produksi dan non produksi, dapat digolongkan ke dalam dua kelompok: Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap.

11. Analisis CPV (cost profit volume) dalam JIT Dalam sistem JIT, biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya tetapnya naik. Dalam JIT, biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch menjadi satu kali

12. SEKIAN & TERIMAKASIH

Menurut Mulyadi dalam bukunya “Activity Based Cost System : Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya” ( 2003 : 25 ), Pengertian ABC( Activity Based Costing )system merupakan : “ sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas ”.

 

            Menurut Blocher ( 2005 ) yang dikutip oleh Yulianti ( 2011 ), memberikan definisi mengenai Activity Based Costing ( ABC ) :

“ Activity Based Costing adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Dasar pemikiran pendekatan perhitungan biaya ini adalah produk dan jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya ”.

            Konsep tentang ABC system berubah sesuai dengan perkembangan implementasi ABC System itu sendiri. Pada awal perkembangannya, ABC System dipakai sebagai alat untuk memperbaiki akurasi perhitungan biaya produk, namun perkembangannya terkini, ABC System telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi “cara baru dalam menjalankan bisnis”.

Tujuan dan Peranan Metode Activity Based Costing System

            Konsep penting lainnya untuk mengerti tentang metode Activity-Based Costing (ABC)adalah tujuan biaya (cost objective). Tujuan biaya didefinisikan sebagai "item" akhir (final) dimana semua biaya terakumulasi. Tujuan biaya final ini berupa akumulasi biaya untuk mentransfer barang atau jasa kepada konsumen diluar perusahaan. Tujuan biaya final dapat berupa produk atau jasa pelayanan yang disediakan oleh sauatu perusahaan untuk konsumen.

Page 3: Akmen ABC System

            Peranan Activity Based Costing system yaitu: (a) Pembebanan biaya tidak langsung dan biaya pendukung, dan (b) Pembebanan biaya dan alokasi biaya yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung

Manfaat metode Activity-based Costing (ABC) bagi pihak manajemen perusahaan adalah :

1.      Suatu pengkajian metode ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinkan. Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya.

2.     Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar.

3.         Metode ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management decision making) membuat - membeli yang manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya yang lebih akurat maka keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini.

4.      Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continius improvement). Melalui analisa aktivitas, metode ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien.Hal ini berkaitan erat dengan masalah produktivitas   perusahaan.

5.      Memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction). Pada metode tradisional, banyak biaya - biaya yang kurang relevan yang tersembunyi. Metode ABC yang transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi.

6.      Dengan analisis biaya yang diperbaiki, pihak manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah.

Beberapa keunggulan dari metode Activity Based Costing (ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut :

1.        Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.

2.     Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis metode ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.

Page 4: Akmen ABC System

3.        Metode ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.

4.         Metode ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.

5.     Metode ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modern dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemicu       biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.

6.     Metode ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang ( long run variabel product cost ) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.

7.    Metode ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.

Page 5: Akmen ABC System

Activity Based Costing (ABC)

Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya

konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan unit / kuantitas produk yang dihasilkan

sebagai dasar pembebanan. Metode pembebanan semacam ini sering disebut juga Unit Based

System. Pada sistem ini biaya-biaya yang timbul dicatat, dikumpulkan, dan dikendalikan berdasar atas

elemen-elemennya ke dalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka biaya-

biaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang diserap oleh masing-masing pusat

biaya. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk yaitu sebagai berikut :

1. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing)

Metode harga pokok penuh merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan

semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode

harga pokok penuh ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak eksternal perusahaan.

2.Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing)

Metode harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya

mempehitungkan biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi. Biaya tersebut

meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Metode

harga pokok variabel ini lebih ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak internal.

Lingkungan teknologi manufaktur maju memerlukan sistem informasi akuntansi yang dirancang untuk

mengelola aktivitas dan mempertahankan keunggulan bersaing. Sistem tersebut dinamakan akuntansi

aktivitas (Activity Accounting) atau disebut pula Activity Based Costing System (ABC System). Sistem ini

juga dapat digunakan untuk menilai kinerja dengan cara-cara yang baru. Dalam ABC System, aktivitas

dianggap sebagai penyebab timbulnya biaya produksi. Namun lebih dari itu, ABC System juga

menekankan pada aspek perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan oleh manajer.

Hongren mendefinisikan ABC Sistem sebagai : ”… is a System that first accumulates the costs of each

activity of an organization and then applies the costs of activities to the products, services, or other cost

objects using appropriate cost drivers”. (Charles T. Hongren, Sundem, & Stratton, 1996 : 502). Secara

umum pengertianActivity Based Costing System (ABC System) adalah suatu sistem biaya yang

mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu

membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan

produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan,

pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.

Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi

akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk

menghasilkan produk. Kebutuhan akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal-hal

sebagai berikut:

1. Persaingan global (Global Competition) yang dihadapi perusahaan manufaktur memaksa manajemen

untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective.

Page 6: Akmen ABC System

2. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik

dalamproduct cost menjadi dominan.

3. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan manufaktur harus

menerapkanmarket–driven strategy.

4.   Market–driven strategy menuntut manajemen untuk inovatif.

5. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya

pengolahan berbagai informasi biaya yang sangat bermanfaat dengan cukup akurat.

Manfaat sistem biaya Activity-Based Costing (ABC) bagi pihak manajemen perusahaan adalah :

1. Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus

mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha

untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinkan.

Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, hal ini pada

gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi

biaya.

2.  Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih

wajar.

3. Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management decision making)

membuat-membeli yang manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya yang lebih

akurat maka maka keputusan yang akan diambil oleh phak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini

didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam iklim

kompetisi dewasa ini.

4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continuous  improvement), melalui analisa aktivitas,

sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap aktivitas yang tidak bernilai

tambah atau kurang efisien. Hal ini berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.

5. Memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction), pada sistem tradisional,

banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang tersembunyi. Sistem ABC yang transparan menyebabkan

sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi.

6. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, piliak manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat

mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang

bervolume rendah.

Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing (ABC) dalam penentuan biaya produksi

adalah sebagai berikut :

a. Biaya produk yang lebih realistis, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana

biayaoverhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.

b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modem, terdapat sejumlah

aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian

pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.

c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost)

bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.

Page 7: Akmen ABC System

d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu dalam

mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.

e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan menggunakan

banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis

transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.

f.  Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka

panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.

g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggungjawab

manajerial, dan juga biaya produk.

Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah ketidaktepatan dalam

menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing. Hal ini berbeda dengan

sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat. Sistem biaya ABC menelusuri

biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktivitas

tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih

realistis.

Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity-Based Costing (ABC)

yang dikemukakan oleh Amin Widjaya dalam bukunya “Activity-Based Costing untuk manufakturing dan

pemasaran”, adalah sebagai berikut:

1.Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya (cost driver) untuk

menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional

mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non

representatif.

2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional terfokus

pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan

untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.

3.Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya ABC memerlukan

masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan

memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.

4.Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem

tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan

jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya

aktual apabila kebutuhan muncul.

5.Pada sistem biaya tradisional penentuan tarif suatu produk berdasar aktivitas level unit (bahan baku

dan tenaga kerja). Sedangkan pada ABC System pembebanan biaya overhead berdasarkan aktivitas

berlevel unit maupun non unit sehingga penentuan biaya lebih akurat karena ditelusuri ke masing-masing

produk.

Sistem biaya tradisional mengutamakan satu atau dua pemacu biaya yang berbasis unit sebagai

pembeban biaya sehingga menciptakan biaya produk yang terdistorsi. Distorsi yang terjadi berupa

subsidi silang (crosssubsidy) antar produk, satu produk mengalami kelebihan biaya (overcosting) dan

Page 8: Akmen ABC System

produk lainnya mengalami kekurangan biaya (undercosting). Tingkat distorsi yang terjadi tergantung pada

proporsi biaya overheadterhadap biaya produksi total. Semakin besar proporsinya, semakin besar distorsi

yang terjadi demikian juga sebaliknya. Hal inilah yang melandasi dikembangkannya sistem biaya Activity-

Based Costing.

Perkembangan aktivitas berdasarkan pembiayaan (ABC system) pada awalnya didasari oleh adanya

perbaikan kecermatan dalam perhitungan biaya produk dalam perusahaa manufaktur yang pada

umumnya menghasilkan banyak produk. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya

adalah bagaimana menghasilkan banyak jenis produk dengan membebankan biaya overhead pabrik ke

produk-produk tersebut. Dalam aplikasi akuntansi biaya tradisional, konsep  volume-related

drivers digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke pabrik, sehingga beban biaya produk

yang dihasilkan dari cara pembebanan ini menjadi tidak akurat.  Pada sistem ABC menawarkan dasar

pembebanan yang lebih bervariasi, seperti batch-related drivers, product sustaining drivers dan facility

sustaining drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yan

dihasilkan oleh perusahaan .  Dengan berbagai drivers yang sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan

maka akuntansi biaya dapat menghasilkan informasi beban biaya produk yang akurat, sehingga hal ini

akan memudahkan pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan tentang harga jual dan

dalam melakukan analisis profitabilitas setiap jenis produk.

Pada perkembangan selanjutnya, ABC system tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk

menghasilkan informasi beban biaya produk yang akurat. ABC sistem pada saat ini merupakan konsep

yang didefinisikan secara luas sebagai sistem informasi untuk memotivasi individu dalam

melakukan improvement terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan

produk/jasa bagi customer. ABC sistem dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan akuntansi baiaya

tradisional yang didesain khusus untuk perusahaan manufaktur. Semua jenis perusahaan (manufaktur,

jasa, dagang) dan organisasi (sektor publik dan nirlaba) sekarang dapat memanfaatkan ABC

system sebagai sistem akuntansi biaya, baik untuk tujuan pengurangan biaya (cost reduction) maupun

untuk perhitungan secara akurat beban biaya fitur produk/jasa. Jika pada tahap awal

perkembanannya, ABC system hanya difokuskan pada biaya overhead pabrik, sedangkan pada tahap

perkembangan selanjutnya, ABC system diterapkan ke semua biaya, mulai dari biaya desain, biaya

produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai biaya administrasi dan umum. ABC sistem

menggunakan aktivitas sebagai titik pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh

karena aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan manufaktur, dan tidak terbatas di tahap produksi,

maka ABC system dapat dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi dan mencakup biaya di luar produksi.

Activity-Based Costing (ABC) telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk masalah-

masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh sistem biaya tradisional. Sistem ABC

merupakan suatu sistem yang baru sehingga konsepnya masih dan terus berkembang, sehingga ada

berbagai definisi yang menjelaskan tentang sistem biaya ABC itu sendiri. Beberapa ahli manajemen

biaya memberikan defenisi mengenai sistem biaya Activity-Based Costing sebagai berikut :

1. Wayne J. Morse, James R. Davis dan A. L. Hartgraves

Dalam bukunya Management Accounting (1991) memberikan defenisi mengenai Activity-Based

Costing (ABC), sebagai sistem pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya dengan

dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini didasarkan pada pemikiran bahwa aktivitas

penyebab biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya

Page 9: Akmen ABC System

tersebut dikonsumsikan. Sistem ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang

digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.

2. Ray H. Garrison

Dalam bukunya Managerial Accounting (1991) memberikan definisi mengenai Activity-Based

Costing (ABC), sebagai suatu metode kalkulasi biaya yang menciptakan suatu kelompok biaya untuk

setiap kejadian atau transaksi (aktivitas) dalam suatu organisasi yang berlaku sebagai pemacu biaya.

Biaya overhead kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar jumlah dari kejadian atau

transaksi produk atau jasa yang dihasilkan tersebut.

3. Douglas T. Hicks

Dalam bukunya Activity-Based Costing for Small and Mid-sized Busines An Implementation Guide (1992)

memberikan defenisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai merupakan sebagai suatu konsep

akuntansi biaya yang berdasarkan atas pemikiran bahwa produk mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas

yang menimbulkan biaya. Dalam sistem biaya ABC ini dirancang sedemikian rupa sehingga setiap biaya

yang tidak dapat dialokasikan secara langsung kepada produk, dibebankan kepada produk berdasarkan

aktivitas dan biaya dari setiap aktivitas kemudian dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi

masing-masing aktivitas tersebut.

4. L. Gayle Rayburn

Dalam bukunya Cost Accounting-Using Cost Management Approach (1993) memberikan definisi

mengenaiActivity-Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang mengakui bahwa pelaksanaan

aktivitas menimbulkan konsumsi sumber daya yang dicatat sebagai biaya, atau dengan kata lain bahwa

ABC tersebut adalah merupakan pendekatan kalkulasi biaya yang berbasis pada transaksi. Sistem biaya

ABC itu sendiri adalah mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu

organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan

pemakaian aktivitas setiap produk.

5. Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O. Stratton

Dalam bukunya Introduction to Management Accounting (1996) memberikan defenisi mengenai Activity-

Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang merupakan pendekatan kalkulasi biaya yang

memfokuskan pada aktivitas sebagai objek biaya yang fundamental istem ABC ini menggunakan biaya

dari aktivitas tersebut sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya keobjek biaya yang lain seperti produk,

jasa, atau pelanggan.

Konsep tentang ABC System berubah sesuai dengan perkembangan implementasi ABC System itu

sendiri. Pada awal perkembangannya, ABC System dipakai sebagai alat untuk memperbaiki akurasi

perhitungan biaya produk, namun perkembangannya terkini, ABC System telah berkembang sedemikian

rupa sehingga menjadi ”cara baru dalam menjalankan bisnis”. Tabel 1. menggambarkan mitos dan

realitas tentang ABC System dalam perkembangannya.MITOS

REALITAS

1

ABC Systemmerupakan sistem pencatatan, penggolongan, peringkasan, penyajian, dan pengintepretasian informasi biaya. 1

ABC System merupakan sistem analisis biaya berbasis aktivitas untuk memenuhi kebutuhan personel dalam pengambilan keputusan, baik yang bersifat strategik dan maupun operasional

Page 10: Akmen ABC System

2

ABC Systemmerupakan sistem akuntansi dengan perusahaan manufaktur sebagai modelnya 2

ABC Systemmerupakan sistem informasi biaya yang dapat diterapkan dalam semua jenis organisasi-perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang, serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba.

3 ABC System berfokus ke biaya produksi 3

ABC System mencakup seluruh biaya. Dalam perusahaan manufaktur, ABC Systemmencakup biaya desain dan pengembangan, biaya produksi, biaya dukungan intern, biaya pemasaran, biaya distribusi, biaya layanan purna jual.

4ABC Systemberfokus ke perhitungan biaya produk dan cost control 4

ABC System berfokus ke long-term strategic cost reduction

5ABC Systemdapat diselenggarakan secara manual 5

ABC System hanya akan optimum hasilnya jika diselesaikan dengan teknologi infornasi.

6ABC Systemmerupakan tanggung jawab fungsi akuntansi 6

ABC System mengubah cara menjalankan bisnis, oleh karena itu ABC System menjadi tanggung jawab semua personel, terutamaoperating persone

Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System :1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian,

pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personal perusahaan pada posisi yang dapat mempengaruhi biaya. ABC System berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya harus dialokasikan.

2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadi biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.

Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System tersebut disajikan lebih jelas  pada Gambar 3. Pada

Gambar 3, menggambarkan bahwa pengelolaan aktivitas ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas

organisasi ke penyediaan produk/jasa bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan costumers. Seluruh yang

digunakan untuk menghasilkan produk/jasa dinilai manfaatnya ditinjau dari sudut pandang costumers.

Contoh informasi tentang aktivitas adalah: customers yang mengkonsumsi keluaran aktivitas, value-and

non-value-added activities, resources driver, activity driver, driver quantity, cycle effectiveness (CE),

capacity resource, budget type (fixed type, variable type, step type).

Meskipun secara teoritis dapat diketahui bahwa ABC System memberikan banyak manfaat bagi

perusahaan, namun tidak semua perusahaan dapat menerapkan sistem ini. Ada dua hal mendasar yang

harus dipenuhi oleh perusahan yang akan menerapkan ABC System, yaitu :1. Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan persentase signifikan dari biaya overhead. Jika

biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada tiap produk.

Page 11: Akmen ABC System

2. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar non-unit harus berbeda. Jika berbagai produk menggunakan semua aktivitasoverhead dengan rasio kira-kira sama, maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau ABC System membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produknya rendah) dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah.

Sistem akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik melalui dua tahap pembebanan

yaitu pembebanan biaya overhead seperti sistem akuntansi biaya tradisional. Perbedaan antara kedua

metode tersebut terletak pada dasar pembebanan (cost driver) yang digunakan. Sistem akuntansi biaya

tradisional hanya menggunakan satu dasar pembebanan (cost driver) yaitu unit produksi, sedangkan

ABC Systemmenggunakan lebih dari satu cost driver sehingga informasi yang dihasilkan juga lebih

akurat dan teliti. Tahap-tahap pembebanan biaya overhead pabrik pada ABC System adalah :

Tahap 11. Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai.2. Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool yang homogen.3. Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif dihitung dengan cara membagi

jumlah semua biaya didalam cost pool dengna suatu ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini juga berarti biaya per unit pemacu biaya (cost driver).

Tahap II

Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau permintaan aktivitas oleh

masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-biaya tiap pool aktivitas ditelusur ke produk dengan

menggunaan tarifpool dan ukuran besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran

besarnya sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemacu biaya dikonsumsi oleh

tiap produk.

Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan kepada aktivitas, aktivitas yang

berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok, kelompok biaya sejenis dibentuk, dan tarif kelompok

dihitung. Pada tahap kedua, setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok diukur dan biaya-

biaya dibebankan kepada produk dengan menggunakan permintaan ini dan tarif kelompok yang mewakili.

Namun, untuk menghindari kerancuan pada konsep dasar, kita menghindari setiap pembahasan detail

dari beberapa langkah prosedur tahap pertama. Kita sekarang beralih ke penjelasan yang lebih rinci dari

dua langkah pertama : (1) identifikasi aktivitas dan (2) klasifikasi aktivitas ke dalam kelompok sejenis.

Bagaimana biaya-biaya dibebankan ke aktivitas dibahas dalam bagian yang berbeda.

Konsep ABC System, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan

dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak berkaitan dengan volume produk. BOP merupakan

biaya yang akan diatribusikan kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan

berdasarkan volume produk.

Aktivitas merupakan tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi fungsi bisnis. Setiap aktivitas dapat

ditentukan sebagai value added atau non value added. Kaplan (1991), menyatakan bahwa, sistem

manajemen biaya mempunyai dua sisi pengukuran kinerja, yaitu finansial dan non finansial. Pengukuran

kinerja yang bersifat finansial digunakan untuk pengukuran kinerja periodik dan untuk penentuan biaya

produk yang akurat. Sedangkan pengukuran kinerja non finansial dapat digunakan untuk

mengembangkan dan memperbaiki secara terus menerus proses produksi dengan

Page 12: Akmen ABC System

mengurangi non value added time. Continuous improvement ini mengacu pada falsafah pengolahan

bernilai tambah (value added manufacturing), yang mengacu pada kegiatan manufaktur yang terbaik dan

sederhana, sehingga sistem manufaktur menjadi lebih efisien.

Dalam value added manufaturing, pemborosan diartikan secara luas, yaitu setiap kegiatan dalam

pengolahan yang tidak menghasilkan nilai tambah, seperti inspection time, waiting

time dan moving time. Dengan demikian apabila tidak terdapat pemborosan maka nilai masing-

masing inspection time, waiting time dan moving timesama dengan nol. Non value added dapat

disebabkan oleh faktor yang bersifat sistemik, fisik dan manusiawi, misalnya mesin mempunyai sistem

yang mengharuskan setiap proses produksi harus dalam batch yang besar, tenaga kerja yang kurang

terampil mengakibatkan meningkatnya biaya tenaga kerja.

1.Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit

Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk

diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Sebagai

contoh tenaga langsung, jam mesin, dan jam listrik (energi) digunakan setiap saat satu unit produk

dihasilkan.

2.Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch

Aktivitas-aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk

diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh

aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi,

aktivitas pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi.

3.Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk

Aktivitas-aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk

yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk

atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini

adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, spesifikasi produk,

perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk.

4.Aktivitas Berlevel Fasilitas

Aktivitas berlevel fasilitas adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara

umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk

namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang

diproduksi. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan,

keamanan, pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta

depresiasi pabrik.

Cost Pool adalah kelompok biaya yang disebabkan oleh aktivitas yang bersama dengan satu dasar

pembebanan (cost driver). Cost pool digunakan untuk mempermudah manajemen dalam membebankan

biaya-biaya yang timbul. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki korelasi positif

antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-

transaksi yang homogen. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam

perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut.

Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost poolakan lebih menjelaskan hubungan sebab-akibat

antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan.

Page 13: Akmen ABC System

Cost pool berguna untuk menentukan cost pool rate yang merupakan tarif biaya overhead pabrik per unit

cost driver yang dihitung untuk setiap kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total

biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.

Cost driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output yang secara

struktural berbeda dengan yang digunakan dalam sistem biaya konvensional. Atau faktor-faktor

penyebab yang menjelaskan konsumsi overhead. Cost driver merupakan dasar yang digunakan untuk

membebankan biaya yang terkumpul pada cost pool kepada produk.

Identifikasi cost driver adalah komponen yang penting dalam pengendalian biaya tak bernilai tambah.

Jika kinerja individual dipengaruhi oleh kemampuannya untuk mengendalikan biaya tak bernilai tambah,

maka pemilihan cost driver dan bagaimana cost driver tersebut digunakan dapat mempengaruhi perilaku

para individu. Jika cost driver biaya untuk biaya setup yang dipilih adalah waktu setup, maka insentif

harus diciptakan bagi pekerja agar mereka dapat mengurangi waktu setup.

Sumber :

<a href=”http://gakmesti.wordpress.com/tag/tahap-tahap-abc/&#8221;

target=”_blank”>http://gakmesti.wordpress.com</a&gt;

Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System :1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian,

pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personal perusahaan pada posisi yang dapat mempengaruhi biaya. ABC System berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya harus dialokasikan.

2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadi biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.

Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System tersebut disajikan lebih jelas  pada Gambar 3. Pada

Gambar 3, menggambarkan bahwa pengelolaan aktivitas ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas

organisasi ke penyediaan produk/jasa bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan costumers. Seluruh yang

digunakan untuk menghasilkan produk/jasa dinilai manfaatnya ditinjau dari sudut pandang costumers.

Contoh informasi tentang aktivitas adalah: customers yang mengkonsumsi keluaran aktivitas, value-and

non-value-added activities, resources driver, activity driver, driver quantity, cycle effectiveness (CE),

capacity resource, budget type (fixed type, variable type, step type).

Meskipun secara teoritis dapat diketahui bahwa ABC System memberikan banyak manfaat bagi

perusahaan, namun tidak semua perusahaan dapat menerapkan sistem ini. Ada dua hal mendasar yang

harus dipenuhi oleh perusahan yang akan menerapkan ABC System, yaitu :1. Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan persentase signifikan dari biaya overhead. Jika

biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada tiap produk.

2. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar non-unit harus berbeda. Jika berbagai produk menggunakan semua aktivitasoverhead dengan rasio kira-kira sama, maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau ABC System membebankan overhead

Page 14: Akmen ABC System

pabrik dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produknya rendah) dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah.

Sistem akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik melalui dua tahap pembebanan

yaitu pembebanan biaya overhead seperti sistem akuntansi biaya tradisional. Perbedaan antara kedua

metode tersebut terletak pada dasar pembebanan (cost driver) yang digunakan. Sistem akuntansi biaya

tradisional hanya menggunakan satu dasar pembebanan (cost driver) yaitu unit produksi, sedangkan

ABC Systemmenggunakan lebih dari satu cost driver sehingga informasi yang dihasilkan juga lebih

akurat dan teliti. Tahap-tahap pembebanan biaya overhead pabrik pada ABC System adalah :

Tahap 11. Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai.2. Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool yang homogen.3. Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif dihitung dengan cara membagi

jumlah semua biaya didalam cost pool dengna suatu ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini juga berarti biaya per unit pemacu biaya (cost driver).

Tahap II

Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau permintaan aktivitas oleh

masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-biaya tiap pool aktivitas ditelusur ke produk dengan

menggunaan tarifpool dan ukuran besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran

besarnya sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemacu biaya dikonsumsi oleh

tiap produk.

Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan kepada aktivitas, aktivitas yang

berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok, kelompok biaya sejenis dibentuk, dan tarif kelompok

dihitung. Pada tahap kedua, setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok diukur dan biaya-

biaya dibebankan kepada produk dengan menggunakan permintaan ini dan tarif kelompok yang mewakili.

Namun, untuk menghindari kerancuan pada konsep dasar, kita menghindari setiap pembahasan detail

dari beberapa langkah prosedur tahap pertama. Kita sekarang beralih ke penjelasan yang lebih rinci dari

dua langkah pertama : (1) identifikasi aktivitas dan (2) klasifikasi aktivitas ke dalam kelompok sejenis.

Bagaimana biaya-biaya dibebankan ke aktivitas dibahas dalam bagian yang berbeda.

Konsep ABC System, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan

dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak berkaitan dengan volume produk. BOP merupakan

biaya yang akan diatribusikan kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan

berdasarkan volume produk.

Aktivitas merupakan tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi fungsi bisnis. Setiap aktivitas dapat

ditentukan sebagai value added atau non value added. Kaplan (1991), menyatakan bahwa, sistem

manajemen biaya mempunyai dua sisi pengukuran kinerja, yaitu finansial dan non finansial. Pengukuran

kinerja yang bersifat finansial digunakan untuk pengukuran kinerja periodik dan untuk penentuan biaya

produk yang akurat. Sedangkan pengukuran kinerja non finansial dapat digunakan untuk

mengembangkan dan memperbaiki secara terus menerus proses produksi dengan

mengurangi non value added time. Continuous improvement ini mengacu pada falsafah pengolahan

bernilai tambah (value added manufacturing), yang mengacu pada kegiatan manufaktur yang terbaik dan

sederhana, sehingga sistem manufaktur menjadi lebih efisien.

Page 15: Akmen ABC System

Dalam value added manufaturing, pemborosan diartikan secara luas, yaitu setiap kegiatan dalam

pengolahan yang tidak menghasilkan nilai tambah, seperti inspection time, waiting

time dan moving time. Dengan demikian apabila tidak terdapat pemborosan maka nilai masing-

masing inspection time, waiting time dan moving timesama dengan nol. Non value added dapat

disebabkan oleh faktor yang bersifat sistemik, fisik dan manusiawi, misalnya mesin mempunyai sistem

yang mengharuskan setiap proses produksi harus dalam batch yang besar, tenaga kerja yang kurang

terampil mengakibatkan meningkatnya biaya tenaga kerja.

1.Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit

Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk

diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Sebagai

contoh tenaga langsung, jam mesin, dan jam listrik (energi) digunakan setiap saat satu unit produk

dihasilkan.

2.Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch

Aktivitas-aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk

diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh

aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi,

aktivitas pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi.

3.Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk

Aktivitas-aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk

yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk

atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini

adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, spesifikasi produk,

perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk.

4.Aktivitas Berlevel Fasilitas

Aktivitas berlevel fasilitas adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara

umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk

namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang

diproduksi. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan,

keamanan, pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta

depresiasi pabrik.

Cost Pool adalah kelompok biaya yang disebabkan oleh aktivitas yang bersama dengan satu dasar

pembebanan (cost driver). Cost pool digunakan untuk mempermudah manajemen dalam membebankan

biaya-biaya yang timbul. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki korelasi positif

antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-

transaksi yang homogen. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam

perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut.

Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost poolakan lebih menjelaskan hubungan sebab-akibat

antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan.

Cost pool berguna untuk menentukan cost pool rate yang merupakan tarif biaya overhead pabrik per unit

cost driver yang dihitung untuk setiap kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total

biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.

Page 16: Akmen ABC System

Cost driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output yang secara

struktural berbeda dengan yang digunakan dalam sistem biaya konvensional. Atau faktor-faktor

penyebab yang menjelaskan konsumsi overhead. Cost driver merupakan dasar yang digunakan untuk

membebankan biaya yang terkumpul pada cost pool kepada produk.

Identifikasi cost driver adalah komponen yang penting dalam pengendalian biaya tak bernilai tambah.

Jika kinerja individual dipengaruhi oleh kemampuannya untuk mengendalikan biaya tak bernilai tambah,

maka pemilihan cost driver dan bagaimana cost driver tersebut digunakan dapat mempengaruhi perilaku

para individu. Jika cost driver biaya untuk biaya setup yang dipilih adalah waktu setup, maka insentif

harus diciptakan bagi pekerja agar mereka dapat mengurangi waktu setup.

Sumber : http://gakmesti.wordpress.com

Page 17: Akmen ABC System

A.   Pengertian Activity Based Costing(ABC)

Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem akuntansi yang berfokus pada

aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa. Dalam ABC, harus

dilakukan penelitian aktivitas apa saja yang dilakukan untuk memproduksi produk. Ketelitian

penemuan aktivitas akan menyebabkan ketelitian perhitungan harga pokok produk. Dasar

pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan

oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang

menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas

dibebankan ke objek biaya berdasarkan penggunaannya.

ABC menjadi alat biaya populer di kalangan perusahaan manufaktur pada tahun 1980.

Perusahaan manufaktur memiliki tingkat biaya tidak langsung mulai dari 70 sampai 95 persen.

Berdasarkan sistem akuntansi manajemen tradisional, biaya-biaya tidak langsung diserap ke

dalam produk dengan, Misalnya, alokasi pada £1 per jam tenaga kerja langsung atau, £1 per jam

mesin atau persen biaya primer atau, persen biaya bahan langsung dan sebagainya. Singkatnya,

melalui sistem akuntansi manajemen tradisional, semua biaya secara tidak langsung dalam

sebuah produk dapat ditelusuri. Sumber daya yang dikonsumsi dialokasikan secara proporsional

dengan volume masing-masing produk yang mengalami proses produksi.

Di sinilah letak masalahnya. Seperti yang dikemukakan oleh Pieper (1999), bahwa volume

biaya driver gagal diterapkan dalam produk yang beragam dalam bentuk ukuran atau

kompleksitas. Demikian pula tidak ada hubungan langsung antara volume produksi dan

konsumsi biaya. Bagaimanapun juga, ABC menelusuri keterlibatan biaya untuk kegiatan

perusahaan.

B.     Tahap-tahap dalam Perancangan Sistem ABC

Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam tiga tahap yaitu :

1.      Mengidentifikasikan Biaya Sumber Daya dan Aktivitas

Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah mengidentifikasikan biaya sumber

daya dan melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya adalah biaya yang dikeluarkan untuk

melakukan berbagai aktivitas. Sebagian besar biaya sumber daya ada dalam subrekening buku

besar, seperti bahan, supplies, pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang kantor, mebel,

Page 18: Akmen ABC System

dan peralatan lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas gaji, dan tunjangan, teknik dan akuntansi.

Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas) dalam organisasi.

Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan yang ada, dan

penelitian/survei dengan menggunakan daftar pertanyaan, observasi, dan wawancara secara

terus-menerus terhadap orang-orang kunci. Anggota tim proyek ABC biasanya menanyakan hal-

hal ini kepada karyawan atau manajer kunci :

a)      Apa pekerjaan/aktivitas yang Anda lakukan?

b)      Berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?

c)       Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?

d)      Nilai apa yang dimiliki oleh aktivitas tersebut bagi perusahaan?

Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan observasi dan

membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.

Proses pemanufakturan mempunyai empat kategori aktivitas:

a)      Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit

produk. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume atau unit) adalah pemakaian bahan,

pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas

menjalankan mesin.

b)      Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok

produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin diproduksi. Contoh aktivitas

berlevel batch adalah setup, mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk

setiap batch dan penanganan bahan.

c)       Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung

produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk mendukung produk adalah merancang

produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa

dan ekspedisi.

d)      Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung

produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah keamanan, keselamatan kerja, pemeliharaan,

manajemen pabrik, depresiasi pabrik dan pembayaran pajak properti.

2.      Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas

Page 19: Akmen ABC System

Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya (Resources driver)

digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Kriteria penting untuk memilih

cost driver yang baik adalah hubungan sebab akibat. Driver sumber daya biasanya meliputi:

a)      meter untuk utilitas;

b)      jumlah tenaga kerja untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggajian;

c)       jumlah setup untuk aktivitas setup mesin;

d)      jumlah pemindahan untuk aktivitas penanganan bahan;

e)      jam mesin untuk aktivitas menjalankan mesin dan (6) luas lantai untuk aktivitas kebersihan.

3.      Membebankan Biaya ke Objek Biaya

Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas per unit.

Hal ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang diproduksi oleh

aktivitas tersebut. Perbandingan selama beberapa waktu dengan organisasi lain dapat digunakan

untuk menentukan efisiensi (produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.

Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output untuk sebuah sistem

biaya, biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek, atau unit bisnis. Contohnya, dalam

perusahaan asuransi, output dapat berupa produk atau jasa individual yang ditawarkan kepada

pelanggan, pelanggan, agen asuransi atau divisi yang menerima manfaat dari sumber daya

perusahaan.

Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Driver

aktivitas biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan penerimaan barang, jumlah

laporan, atau jam inspeksi, jumlah suku cadang yang disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja

langsung, jam mesin, jumlah setup dan waktu siklus produksi.

C.    Pengertian Activity Based Management(ABM)

Activity Based Management (ABM) adalah pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai

(value) yang diterima oleh pelanggan dan untuk meningkatkan laba melalui peningkatan nilai

tersebut. ABM menggunakan ABC sebagai sumber informasi utamanya. Keunggulan utama

pendekatan ABM meliputi:

1.      ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas tersebut bisnis kunci  dan mengidentifikasi

bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa diperbaiki untuk menurunkan biaya dan

meningkatkan nilai bagi pelanggan.

Page 20: Akmen ABC System

2.        ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan  sumber daya untuk

menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk

mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.

Manajer sekarang akan memiliki pandangan yang jelas dari banyak masalah yang akan

membantu pengambilan keputusan mereka. Fokus pada biaya yang signifikan akan memberikan

dorongan untuk meningkatkan proses - dengan demikian mengurangi biaya, misalnya melalui:

1.      Total Quality Management (TQM)

TQM atau manajemen kualitas total, menurut Ibid, merupakan upaya yang dilakukan secara terus

menerus oleh setiap orang dalam organisasi untuk memahami, memenuhi dan melebihi harapan

pelanggan.

2.      Just-In-Time (JIT);

JIT merupakan suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan

biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis

pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan

produknya sesuai kehendak konsumen secara tepat waktu.

3.      proses re-engineering

Proses re-engineering merupakan proses pengaturan kembali seluruh kebijakan organisasi atau

unit.

D.    Aktivitas yang Bernilai Tambah dan tidak Bernilai Tambah

Activity Based Management(ABM) berfokus pada pengidentifikasian aktivitas yang dapat

dieliminasi dan meyakinkan bahwa aktivitas yang diperlukan sudah dijalankan secara efisien.

Untuk memperbaiki operasi,  manajemen harus menghilangkan aktivitas yang tidak efisien dan

tidak perlu, menentukan ‘cost driver’ aktivitas, dan mengubah level ‘cost driver’. Tugas utama

dalam analisis aktivitas adalah mengidentifikasi aktivitas bernilai tambah dan aktivitas yang

tidak bernilai tambah.

1.      Aktivitas bernilai tambah

Adalah aktivitas yang memberi kontribusi terhadap ‘customer value’ dan memberikan kepuasan

kepada pelanggan atau organisasi yang membutuhkannya. Contohnya meliputi perancangan

produk, pemrosesan oleh tenaga kerja langsung, penambahan bahan langsung, aktivitas yang

berkaitan dengan mesin dan pengiriman produk.

2.      Aktivitas tidak bernilai tambah

Page 21: Akmen ABC System

Adalah aktivitas yang tidak memberikan kontribusi terhadap ‘customer value’ dan memberikan

kepuasan kepada pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi. Contohnya aktivitas  setup,

perpindahan, waktu menunggu, reparasi, inspeksi dan penyimpanan.

E.   Jurnal Dari Artikel Sumber

1.     Pakaian dan Tekstil, UKM, dan ABC/ABM

Industri pakaian dan tekstil (serta sepatu) memiliki sejumlah besar perusahaan berkembang

yang tergolong dalam UsahaKecil Menengah(UKM). Industri ini sangat terkonsentrasi pada

keadaan geografis - tekstil katun di wilayah utara-barat, wol dan worsteds di Yorkshire, linen di

Irlandia Utara, rajutan halus di Skotlandia, pakaian rajut dan alas kaki di Timur Midlands.

Produksi pakaian lebih banyak tersebar tapi dengan konsentrasi ukuran pada masyarakat etnis

mapan di West Midlands, London Utara, London Timur (Departemen Perdagangan dan Industri,

2000). “Sektor industri tekstil dan pakaian di UK telah menggunakan tenaga kerja

dalam 142,000 pekerjaan, atau 28 persen penyerapan tenaga kerja, selama dekade terakhir "(UK

Fashion Laporkan, 1998/1999). Laporan yang sama menyoroti sejumlah faktor yang

menyebabkan penurunan penyerapan tenaga kerja:

a)      Inflasi rendah telah memungkinkan pengecer untuk menahan harga produk agar tetap murah

yang akan menciptakanlingkungan yang menantang daya saing masing-masing produsen;

b)      Turunnya biaya produksi di luar negeri khususnya, tenaga kerja;

c)      Meningkatnya biaya produksi dalam negeri.

Peningkatan biaya produksi industri pakaian dan tekstil dalam negeri lebih lambat dibandingkan

dengan industri lainnya. Hal ini disebabkan oleh "insiden sub-kontrak yang lebih besar dan

pengolahan perdagangan ke luar negeri" dalam industri tekstil dan pakaian manufaktur.

d)     Tuntutan dan harapan pelanggan telah berubah – perputaran yang rendah, siklus hidup

produk tidak lama dan kualitas yang lebih tinggi.

2.      Isu pada Perusahaan UKM Pakaian dan Tekstil: Pasar Ekspor Menurun

Pada tahun 2001, survei tekstil dan pakaian yang dilakukan oleh kantor pemerintah

London menemukan bahwa sektor (di ibukota) didominasi oleh Usaha Kecil Menengah

(UKM). Hal ini tergolong karena semakin sedikitnya jumlah karyawan (55 persen unit usaha

hanya memiliki kurang dari lima orang karyawan), memiliki omzet kurang dari

£ 500.000.000 (47 persen dari sampel) dan dimiliki oleh orang yang berasal dari  etnis

minoritas. Perusahaan Cut Make and Trim (CMT) yang menyusun 27,5 persen dari sampel, lebih

Page 22: Akmen ABC System

mungkin dimiliki oleh seseorang dari etnis minoritas (82 persen), dan memiliki omzet kurang

dari £ 500.000.000 (lebih dari 75 persen).

Dibandingkan dengan sektor kecil lainnya (desainer, spesialis dan wanita) pemilik CMT

jauh lebih pesimis tentang masa depan (64 persen percaya bahwa bisnis CMT menurun). Pada

tahun 2001, survei tekstil dan pakaian yang dilakukan oleh kantor pemerintah

London menemukan bahwa sektor (di ibukota) didominasi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM).

Namun ada pengakuan bahwa kelanjutan industri pakaian dan tekstil di UK diinginkan. Jim

Hodgkinson, mantan kepala eksekutif dari New Look berkomentar "Kita peduli manufaktur

Inggris karena jika kita meninggalkan basis manufaktur kami di Inggris, kita menghancurkan

pekerjaan Inggris. Kami mengambil uang dari kantong pelanggan kami sendiri yang berarti

mereka tidak bisa lagi mampu untuk berbelanja pada kami "(Busana Dunia, 1999).

"Memiliki basis manufaktur sendiri meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Hal ini sangat mudah

untuk membuat transisi dari ‘sedang di kontrol’ menjadi berada ‘di luar kendali’ " (Pakaian

Dunia, 1998).

Kebutuhan untuk merespon dengan cepat telah menerima makna yang lebih besar dengan

sukses masuk ke pasar pakaian Inggris pengecer Swedia Hennes & Maritz – yang menjual murah

busana bekas. Demikian pula, perusahaan Spanyol, Zara dengan rantai pasokannya yang terletak

dekat kantor pusatnya, mampu merespon permintaan  "Fast Fashion" yaitu pembeli

masyarakat yangbersemangat untuk memakai pakaian yang mereka lihat dipakai oleh selebriti

dalam majalah Heat atau Hello.

Pengecer Inggris yang dipimpin oleh Phillip Greens Top Shop menanggapi tantangan dari

pemasok mereka dalam waktu tempuhyang lebih pendek- kurang dari enam minggu, dan

kemampuan untuk cepat merespon perubahan selera mode - meningkatkan produksi item yang

populer sementara berhenti memproduksi untuk pedagang kecil. Bukti ini menunjukkan ada

kesempatan untukmengembangkan ABC/ABM agar meningkatkan profitabilitas Unit

Usaha UKM  pakaian dan tekstil.

3.      Perbandingan penerapan   traditional accounting management system   dan   activity based

costing

PT XYZ merupakan sebuah Unit usaha UKM dalam industri pakaian dan tekstil yang

berbasis di London Selatan - didirikan pada tahun 1995. Perusahaan ini

memproduksi pakaian formal dan kasual wanita untuk satu pengecer -

Page 23: Akmen ABC System

hubungan positif  di dasari oleh kedua belah pihak. Mereka juga mengambil alih pekerjaan

pengguntingan pola dan pemasangan kancing  untuk produsen lingerie (mewakili 5% dari

kegiatan). Strategi masa depan didasarkan pada memuaskan kebutuhan pelanggan utama, dan

mempertahankan neraca keuangan yang sehat.

Di perusahaan ada persepsi bahwa penghasil laba terbesar

adalah produk Celana panjang (45% kegiatan), diikuti oleh produkRok (35% kegiatan),

dan Dresses (15% kegiatan), mendapatkan margin terendah. Produksi ditentukan oleh

ukuran pemesanan dan sepenuhnya di buat sendiri - yang dipandang sebagai positif oleh

manajemen. Metode biaya saat ini telah digunakan oleh XYZ sejak pembentukannya pada tahun

1995 adalah :

a)      Penyerapan biaya overhead pabrik untuk semua produk digunakan.

b)      Tenaga kerja langsung dan material langsung  dihitung berdasarkan penggunaan.

c)      Biaya dan keuntungan hanya dihitung dengan menambahkan £ 0,50 untuk setiap unit (terlepas

dari jenis produk).

Menurut literature, metode biaya di atas,  tidak biasa bagi organisasi manufaktur tradisional

untuk menggunakan penyerapan biaya overheadpabrik untuk semua produk

dalam mengalokasikan biaya overhead biaya produk. Esculier (1997) berpendapat pada dasarnya

ada dua konsepbiaya, "biaya langsung dan biaya penyerapan - yang terakhir yang berhubungan

dengan aturan pajak daerah untuk penilaian persediaan produk jadi dan laba fiskal turunan".

Tabel I menggambarkan total cost incurred pada XYZ untuk semua aktivitas dan lini produk.

 Tabel IDirect Labor 250.000Direct Materials 75.000

325.000 Prime CostProduction Overheads 50.000 375.000 Production CostAdmin Expenses 25.000Selling expenses 20.000Distribution expenses 13.000Finance expenses 12.000 445.000 Total Cost

Jika misalnya, kita sekarang mengambil produk tunggal (Tabel II) yaitu celana panjang (45

persen kegiatan). Struktur biaya terlihat jelas dalam Tabel II.  Dalam ABC - tenaga kerja

langsung dan biaya overhead produksi akan dialokasikan oleh tingkat kegiatan. Tabel III

menerapkan proses ABC untuk pembuatan celana panjang. Alokasi biaya diberikan pada Tabel

Page 24: Akmen ABC System

III. Dengan hanya memeriksa kegiatan yang terlibat dalam pembuatan celana itu jelas bahwa ini

adalah aktivitas yang jauh lebih menguntungkan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Karena perusahaan menggunakan harga jual yang sama, laba yang dihasilkan oleh celana

panjang beranjak naik dari £ 5.000 ke £ 28.500.  Keuntungan "tersembunyi" ini kemungkinan

dikonsumsi, saat ini, sebagai biaya oleh salah satu rentang produk lainnya, yaitu rok atau dress,

atau terjadi dalam proses pengguntingan pola dan pemasangan kancing untuk produsen pakaian.

Perusahaan sekarang harus memeriksa  kondisi ini. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang

mengkonsumsi biaya manajer terbesar akan mampu membuat keputusan, yang pada akhirnya

akan meningkatkan profitabilitas. Mereka bisa menerapkannya, misalnya, dengan

memberhentikan produksi lini produk yang mahal atau mengambil alternatif

denganoutsourced memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada perluasan profitable

lines.

Tabel IICelana Panjang (TMAS) 10.000 unitsDirect Labor 112.500Direct Materials 33.750

146.250 Prime CostProduction Overheads 22.500 168.750 Production CostExpenses 31.500 200.250 Total Cost

20,03 Total Cost Per Unit20,53 Selling Price205.250 Total Revenue5.000 Profit

Tabel IIICelana Panjang (ABC) 10.000 unitsDirect Materials

33.750

Direct Labor Pattern Cutting 22.000Grading 19.000Lay Planning 18.500Sewing 21.000Finishing 14.300Inspection 6.500Boxing Up etc. 3.500Storage 7.000

111.800 145.550 Production CostExpenses 31.500 177.050 Total Cost

Page 25: Akmen ABC System

17.71 Total Cost Per unit20.53 Selling Price205.250 Total revenue28.200 Profit

ABC memungkinkan untuk melacak biaya sebenarnya dari produk dengan melihat

kegiatan yang terlibat dalam pembuatannya. Misalnya, dengan memeriksa sumber daya (upah,

bahan mentah, dan fasilitas) yang dikonsumsi dalam pembuatan celana, melalui kegiatan

komponen yang terlibat dalam pembuatan dan pengolahan - yaitu pengguntingan pola,

pemasangan kancing, perancangan letak jahitan, penyelesaian produk, inspeksi, pengemasan

kotak (kemasan plastik, ayunan merk dll), penyimpanan, dan menghitung berapa banyaknya

setiap biaya dari setiap aktivitas, hal ini dapat memberikan nilai atribut secara akurat pada bagian

produksi perusahaan tersebut.

Gunasekaran (1999) menunjukkan jelas bahwa hasil dari proses ABC memungkinkan

manajer untuk:

a)      Pengurangan target biaya, mengidentifikasi dan mempromosikan praktek yang baik;

b)      Mengukur kinerja sehingga meningkatkan efisiensi;

c)      Membuat keputusan tentang harga produk dan profitabilitas;

d)     Mengelola dan mengendalikan anggaran, dan

e)      Akhirnya menentukan