acne vulgaris

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, dan kista. Predileksi akne vulgaris pada daerah-daerah wajah, bahu bagian atas, dada, dan punggung. 1 Akne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada remaja, dengan 85% terjadi pada remaja dengan beberapa derajat keparahan. Dimana didapatkan frekuensi yang lebih besar pada usia antara 15-18 tahun pada kedua jenis kelamin. Pada umumnya, involusi penyakit terjadi sebelum usia 25 tahun. 2 Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang pasti belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis, pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya. 3 Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne yakni, peningkatan sekresi sebum, ACNE VULGARIS 1

Upload: aga-perdana

Post on 18-Jul-2016

68 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

P

TRANSCRIPT

Page 1: Acne Vulgaris

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai

dengan adanya komedo, papul, pustul, dan kista. Predileksi akne vulgaris pada

daerah-daerah wajah, bahu bagian atas, dada, dan punggung.1

Akne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada remaja, dengan 85%

terjadi pada remaja dengan beberapa derajat keparahan. Dimana didapatkan

frekuensi yang lebih besar pada usia antara 15-18 tahun pada kedua jenis kelamin.

Pada umumnya, involusi penyakit terjadi sebelum usia 25 tahun.2

Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang

pasti belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat

menyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic

factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis,

pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan

bahan kimia lainnya.3

Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne yakni,

peningkatan sekresi sebum, adanya keratinisasi folikel, bakteri, dan peradangan

(inflamasi).2,3

Tidak terdapat sistem grading yang seragam dan terstandarisasi untuk

beratnya akne yang diderita. Akne pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan

tipe (komedoal/papular, pustular/noduokistik) dan atau beratnya penyakit

( ringan/sedang/sedang-berat/berat). Lesi kulit dapat digambarkan sebagai

inflamasi dan non-inflamasi.4

Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisis, dan tes laboratorium. Diagnosis banding akne vulgaris antara

lain erupsi akneiformis, rosasea, dan dermatitis perioral.2,8

Penatalaksanaan akne vulgaris berupa terapi sistemik, topikal, fisik, dan

diet. Pada umumnya prognosis dari akne ini cukup baik, pengobatan sebaiknya

ACNE VULGARIS 1

Page 2: Acne Vulgaris

dimulai pada awal onset munculnya akne dan cukup agresif untuk menghindari

sekuele yang bersifat permanen.2,5,6

1.2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk melengkapi persyaratan tugas kepanitraan klinik stase Kulit dan

Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam.

b. Tujuan Khusus

Memberikan penjelasan tentang acne vulgaris et causa demodex

folicullorum

ACNE VULGARIS 2

Page 3: Acne Vulgaris

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Acne Vulgaris

Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai

dengan adanya komedo, papul, pustul, dan kista. Predileksi akne vulgaris pada

daerah-daerah wajah, bahu bagian atas, dada, dan punggung.1

2.2. Epidemiologi

Akne vulgaris pertama kali dipublikasikan pada tahun 1931 oleh Bloch.

Pada saat itu dinyatakan bahwa insiden terjadinya akne vulgaris lebih banyak pada

anak perempuan dibanding anak laki-laki dengan usia sekitar 13% pada anak usia

6 tahun dan 32% pada anak usia 7 tahun. Sejak saat itu tidak ada evolusi yang

signifikan mengenai usia timbulnya jerawat. Menurut studi yang berbeda dari

literatur berbagai negara, usia awal rata-rata 11 tahun pada anak perempuan dan

12 tahun pada anak laki-laki.5

Akne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada remaja, dengan 85%

terjadi pada remaja dengan beberapa derajat akne. Hal tersebut terjadi dengan

frekuensi yang lebih besar pada usia antara 15-18 tahun pada kedua jenis kelamin.

Pada umumnya, involusi penyakit terjadi sebelum usia 25 tahun. Bagaimanpun,

terdapat variabilitas yang besar pada usia saat onset dan resolusi 12% perempuan

dan 3% laki-laki akan berlanjut secara klinis sampai usia 44 tahun. Sebagian kecil

akan menjadi papul dan nodul inflamasi sampai usia dewasa akhir.7

Akne vulgaris derajat ringan biasanya terjadi pada bayi yang terjadi oleh

karena stimulasi folikular oleh kelenjar androgen adrenal yang berlanjut pada

periode neonatal. Akne juga biasanya bermanifestasi awal pada pubertas, dengan

komedo sebagai lesi predominan pada pasien yang sangat muda. Jumlah kasus

terbanyak terjadi pada periode pertengahan sampai akhir remaja, setelah itu

insidennya akan menurun. Namun pada wanita dapat terus berlanjut sampai lebih

dari dekade ketiga.2

ACNE VULGARIS 3

Page 4: Acne Vulgaris

2.3. Etiopathogenesis Acne Vulgaris

Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang

pasti belum diketahui secara jelas, namun terdapat beberapa faktor yang dapat

menyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic

factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis, musim,

infeksi bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.3

1. Sebum

Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Pada

akne terjadi peningkatan sebum. Sebum yang meningkat tidak hanya

terjadi pada akne, tetapi dapat juga pada penyakit parkinson dan

akromegali.3

2. Bakteri

Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne

adalah Propionibacterium aknes,  Stafilococcus epidermidis, dan

Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting

yakni Propionibacterium aknes. Bakteri ini merupakan bakteri komensal

pada kulit. Pada keadaan patologik, bakteri ini membentuk koloni pada

duktus pilosebasea yang menstimulasi trigliserida untuk melepas asam

lemak bebas, memproduksi substansi kemotaktik pada sel-sel inflamasi,

dan menginduksi duktus epitel untuk mensekresi sitokin pro-inflamasi.3

3. Herediter

Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas

kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai

parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.3

4. Hormon

Hormon androgen berasal dari testis, ovarium, dan kelenjar

adrenal. Hormon ini menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan

produksi sebum meningkat pada remaja laki-laki dan perempuan.1

Hormon androgen merupakan stimulus utama pada sekresi

sebum oleh kelenjar sebasea. Pada penderita akne, kelenjar sebasea

ACNE VULGARIS 4

Page 5: Acne Vulgaris

berespon sangat cepat pada peningkatan kadar hormon ini di atas

normal. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan aktivitas 5α-

reductase yang lebih tinggi pada kelenjar sebasea dibanding kelenjar lain

dalam tubuh.3

5. Diet

Pada beberapa pasien, akne dapat diperburuk oleh beberapa jenis

makanan, seperti coklat, kacang, kopi, dan minuman ringan.1

6. Iklim

Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne

bertambah hebat pada musim dingin, dan dapat pula meningkat oleh

paparan cahaya matahari langsung.1

7. Faktor iatrogenik

Kortikosteroid baik topikal maupun sistemik dapat meningkatkan

keratinisasi duktus polisebasea. Androgen, gonadotropin, dan

kortikotropin dapat menginduksi akne pada dewasa muda. Kontrasepsi

oral dapat pula menginduksi terjadinya akne.1

Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks, dipengaruhi banyak faktor dan

kadang-kadang masih kontroversial. Ada empat hal penting yang berhubungan

dengan terjadinya akne, yakni peningkatan sekresi sebum, adanya keratinisasi

folikel, bakteri, dan peradangan (inflamasi).2

1. Peningkatan sekresi sebum

Faktor pertama yang berperan dalam patogenesis akne ialah

peningkatan produksi sebum oleh glandula sebacea. Pasien dengan akne

akan memproduksi lebih banyak sebum dibanding yang tidak terkena akne

meskipun kualitas sebum pada kedua kelompok tersebut adalah sama.

Salah satu komponen dari sebum yaitu trigliserida mungkin berperan

dalam patogenesis akne. Trigliserida dipecah menjadi asam lemak bebas

oleh P.aknes, flora normal yang terdapat pada unit pilosebacea. Asam

lemak bebas ini kemudian menyebabkan kolonisasi P.aknes, mendorong

terjadinya inflamasi dan dapat menjadi komedogenik.1,2

ACNE VULGARIS 5

Page 6: Acne Vulgaris

Hormon androgen juga mempengaruhi produksi sebum. Serupa

dengan aktifitasnya pada keratinosit infundibuler follikular, hormon

androgen berikatan dan mempengaruhi aktifitas sebosit. Orang-orang

dengan akne memiliki kadar serum androgen yang lebih tinggi dibanding

dengan orang yang tidak terkena akne. 5α-reduktase, enzim yang

bertanggung jawab untuk mengubah testosteron menjadi DHT poten

memiliki aktifitas yang meningkat pada bagian tubuh yang menjadi

predileksi timbulnya akne yaitu pada wajah, dada, dan punggung.1,2

Peranan estrogen dalam produksi sebum belum diketahui secara

pasti. Dosis estrogen yang diperlukan untuk menurunkan produksi sebum

jauh lebih besar jika dibandingkan dengan dosis yang diperlukan untuk

menghambat ovulasi. Mekanisme dimana estrogen mungkin berperan ialah

dengan secara langsung melawan efek androgen dalam glandula sebacea,

menghambat produksi androgen dalam jaringan gonad melalui umpan

balik negatif pelepasan hormon gonadotropin, dan meregulasi gen yang

yang menekan pertumbuhan glandula sebacea atau produksi lipid.2

P

a b c d

Gambar. 1. Patogenesis Akne: a) Hiperkeratosis primer b) Komedo c)

Inflamasi papul (pustul) d) Nodul

(Diambil dari kepustakaan 2 )

2. Keratinisasi folikel

Hiperproliferasi epidermis follikular menyebabkan pembentukan

lesi primer akne yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut paling atas,

ACNE VULGARIS 6

Page 7: Acne Vulgaris

yaitu infundibulum menjadi hiperkeratosis dengan meningkatnya kohesi

dari keratinosit. Kelebihan sel dan kekuatan kohesinya menyebabkan

pembentukan plug pada ostium follikular. Plug ini kemudian

menyebabkan konsentrasi keratin, sebum, dan bakteri terakumulasi di

dalam folikel. Hal tersebut kemudian menyebabkan pelebaran folikel

rambut bagian atas, yang kemudian membentuk mikrokomedo. Stimulus

terhadap proliferasi keratinosit dan peningkatan daya adhesi masih belum

diketahui. Namun terdapat beberapa faktor yang diduga menyebabkan

hiperproliferasi keratinosit yaitu stimulasi androgen, penurunan asam

linoleat, dan peningkatan aktifitas interleukin (IL)-1α.2

Hormon androgen dapat berperan dalam keratinosit follikular

untuk menyebabkan hiperproliferasi. Dihidrotestosteron (DHT)

merupakan androgen yang poten yang memegang peranan terhadap

timbulnya akne. 17β-hidroksisteroid dehidrogenase dan 5α-reduktase

merupakan enzim yang berperan untuk mengubah dehidroepiandrosteron

(DHEAS) menjadi DHT. Jika dibandingkan dengan keratinosit epidermal,

keratinosit follikular menunjukkan peningkatan aktifitas 17β-

hidroksisteroid dehidrogenase dan 5α-reduktase yang pada akhirnya

meningkatkan produksi DHT. DHT dapat menstimulasi proliferasi

keratinosit follikular. Hal lain yang mendukung peranan androgen dalam

patogenesis akne ialah bahwa pada orang dengan insensitivitas androgen

komplet tidak terkena akne.1,2

Proliferasi keratinosit follikular juga diatur dengan adanya asam

linoleic. Asam linoleic merupakan asam lemak esensial pada kulit yang

akan menurun pada orang-orang yang terkena akne. Kuantitas asam linolic

akan kembali normal setelah penanganan dengan isotretinoin. Kadar asam

linoleic yang tidak normal dapat menyebabkan hiperproliferasi keratinosit

follikular dan memproduksi sitokin proinflamasi. Terdapat asumsi bahwa

asam linoleic diproduksi dengan kuantitas yang tetap tetapi akan

mengalami dilusi seiring dengan meningkatnya produksi sebum.2

ACNE VULGARIS 7

Page 8: Acne Vulgaris

IL-1 juga memiliki peranan dalam hiperproliferasi keratinosit.

Keratinosit follikular pada manusia menunjukkan adanya hiperproliferasi

dan pembentukan mikrokomedoe ketika diberika IL-1. Antagonis reseptor

IL-1 dapat menghambat pembentukan mikrokome.2

3. Bakteri

Faktor ketiga yakni bakteri. Propionibacterium aknes juga

memiliki peranan aktif dalam proses inflamasi yang terjadi. P.aknes

merupakan bakteri gram-positif, anaerobik, dan mikroaerobik yang

terdapat pada folikel sebacea. Remaja dengan akne memiliki konsentrasi

P.aknes yang lebih tinggi dibanding orang yang normal. Bagaimanapun

tidak terdapat korelasi antara jumlah P.aknes yang terdapat pada glandula

sebacea dan beratnya penyakit yang diderita.2

Dinding sel P.aknes mengandung antigen yang karbohidrat yang

menstimulasi perkembangan antibodi. Pasien dengna akne yang paling

berat memiliki titer antibodi yang paling tinggi pula. Antibodi

propionibacterium meningkatkan respon inflamasi dengan mengaktifkan

komplemen, yang pada akhirnya mengawali kaskade proses pro-inflamasi.

P.aknes juga memfalisitasi inflamasi dengan merangsang reaksi

hipersensitifitas tipe lambat dengna memproduksi lipase, protease,

hyaluronidase, dan faktor kemotaktik. Disamping itu, P.aknes tampak

menstimulasi regulasi sitokin dengan berikatan dengan Toll-like receptor 2

pada monosit dan sel polimorfonuklear yang mengelilingi folikel sebacea.

Setelah berikatan dengan Toll-like receptor 2, sitokin proinflamasi seperti

IL-1, IL-8, IL-12, dan TNF-α dilepaskan.2

4. Inflamasi

Pada awalnya telah diduga bahwa inflamasi mengikuti proses

pembentukan komedo, namun terdapat bukti baru bahwa inflamasi dermal

sesungguhnya mendahului pembentukan komedo. Biopsi yang diambil

pada kulit yang tidak memiliki komedo dan cenderung menjadi akne

menunjukkan peningkatan inflamasi dermal dibandingkan dengan kulit

ACNE VULGARIS 8

Page 9: Acne Vulgaris

normal. Biopsi kulit dari komedo yang baru terbentuk menunjukkan

aktifitas inflamasi yang jauh lebih hebat.1,2

Mikrokomedo akan meluas menjadi keratin, sebum, dan bakteri

yang lebih terkonsentrasi. Walaupun perluasan ini akan menyebabkan

distensi yang mengakibatkan ruptur dinding follikular. Ekstrusi dari

keratin, sebum, dan bakteri ke dalam dermis mengakibatkan respon

inflamasi yang cepat. Tipe sel yang dominan pada 24 jam pertama ruptur

komedo adalah limfosit. CD4+ limfosit ditemukan di sekitar unit

pilosebacea dimana sel CD8+ ditemukan pada daerah perivaskuler. Satu

sampai dua hari setelah ruptur komedo, neutrofil menjadi sel yang

predominan yang mengelilingi mikorkomedo.2

Keempat elemen dari patogenesis akne yaitu hiperprofliferasi

keratinosit follikular, seboroik, inflamasi, dan P.aknes merupakan langkah-

langkah yang saling berkaitan dalam pembentukan akne.1,2

2.4. Gejala Klinis Acne Vulgaris

Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik dari folikel

pilosebacea yang memiliki karakteristik komedo, papul, pustul, dan nodul.

Komedo merupakan lesi primer dari akne. Hal tersebut dapat dilihat sebagai papul

yang datar atau sedikit meninggi dengan pembukaan sentral yang melebar berisi

keratin hitam ( komedo terbuka ). Komedo tertutup biasanya berupa papul

kekuningan berukuran 1 mm yang membutuhkan peregangan pada kulit untuk

dapat terlihat. Makrokomedo, yang jarang terjadi, dapat mencapai ukuran 3-4 mm.

Papul dan pustul biasanya berukuran 1-5 mm dan disebabkan oleh inflamasi, oleh

sebab itu pasti terdapat eritema dan edema. Bentuk tersebut dapat membesar dan

membentuk nodul dan bergabung membentuk plak yang terindurasi mengandung

traktus sinus dan cairan apakan itu serosaginosa atau pus kekuningan.7,8,9

Pasien secara umum akan memiliki lesi yang bervariasi. Pada pasien

dengan kulit yang lebih terang, lesi biasanya pecah dengan makula kemerahan

sampai keunguan yang memiliki umur yang lebih pendek. Pada pasien dengan

ACNE VULGARIS 9

Page 10: Acne Vulgaris

warna kulit yang lebih gelap, makula hiperpigmentasi akan terlihat dan bertahan

sampai beberapa bulan. Skar dari akne memiliki penampakan yang heterogen.

Morofologi yang dibentuk termasuk skar yang dalam, narrow ice-pick yang

terlihat kebanyakan pada dahi dan pipi, lesi canyon-type atrophic pada wajah, skar

papular putih kekuningan pada badan dan dagu, skar tipe anetoderma pada badan,

serta skar hipertrofik dan keloidal yang meninggi pada badan dan leher.7

Predileksi akne umunya pada wajah, leher, badan bagian atas, dan lengan

atas. Pada wajah hal tersebut paling sering terjadi pada pipi, dan sebagian kecil

pada hidung, dahi, dan dagu. Telinga dapat terlibat, dengan komedo yang besar

pada concha, kista pada lobus, dan kadang-kadang komedo dan kista pre dan

retro-aurikuler. Pada leher khususnya pada daerah nuchae, lesi kistik yang besar

dapat mendominasi.7

Akne umumnya muncul pada saat pubertas dan seringkali merupakan

tanda awal dari produksi hormon seks yang meningkat. Ketika akne muncul pada

usia 8-12 tahun, yang tampak biasanya berupak komedo yang utamanya muncul

pada dahi dan pipi. Hal tersebut dapat tetap menjadi ringan dalam ekspresinya

dengan papul inflamasi yang kadang-kadang terjadi. Bagaiman pun, sebagaimana

kadar hormon meningkat pada usia-usia pertengahan remaja, pustul dan nodul

inflamasi yang lebih berat dapat terjadi yang dapat menyebar pada tempat lainnya.

Laki-laki muda cenderung memiliki kompleks yang lebih berminyak dan

penyebaran penyakit yang lebih berat dibanding perempuan usia muda.

Perempuan dapat mengalami perjalanan penyakit yang berat dari lesi

papulopustular seminggu sebelum mensturasi. Akne juga dapat muncul pada

perempuan usia 20-35 tahun yang belum mendapatkan akne pada saat remaja.

Akne ini kebanyakan bermanifestasi sebagai papul, pustul, dan nodul dalam

persisten yang nyeri pada daerah dagu dan leher bagian atas.7

2.5. Klasifikasi Acne Vulgaris

Tidak terdapat sistem grading yang seragam dan terstandarisasi untuk

beratnya akne yang diderita. Akne pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan

tipe ( komedoal/papular, pustular/noduokisitk) dan/atau beratnya penyakit

ACNE VULGARIS 10

Page 11: Acne Vulgaris

( ringan/sedang/sedang-berat/ berat). Lesi kulit dapat digambarkan sebagai

inflamasi dan non-inflamasi.4

1. Klasifikasi sederhana

Akne ringan ( Mild akne ) : Komedo merupakan lesi utama. Papul

dan pusutl mungkin ada tetapi memiliki ukuran yang kecil serta jumlah

yang sedikit ( umumnya < 10 ).4

Akne sedang (Moderate akne ): Jumlah papul dan pustul yang

cukup banyak (10-40). Jumlah komedo yang cukup banyak (10-40) juga

ada. Kadang-kadang disertai penyakit yang ringan pada badan.4

Akne sedang berat (Moderately severe akne ): Jumlah papul dan

pustul yang sangat banyak ( 40-100), biasanya dengan banyak komedo

(40-100) dan kadang-kadang terdapat lesi nodular dalam yang besar dan

terinflamasi ( mencapai 5 ). Area yang luas biasanya melibatkan wajah,

dada, dan punggung.4

Akne sangat berat (Very severe akne ) : Akne nodulokistik dan

akne konglobata dengan lesi yang parah; banyak lesi nodular/pustular

yan besar dan nyeri bersama dengan banyak komdeon, papul, pustul, dan

komedo yang lebih kecil.4

2. FDA global grade

Grade 0 : Kulit yang bersih tanpa lesi inflamasi atau non-inflamasi

Grade 1 : Hampir bersih dengan lesi inflamasi atau non-inflamasi

Grade 2 : Ringan, grade 1 ditambah dengan beberapa lesi non-inflamasi

dengan sangat sedikit lesi inflamasi yang ada ( papul/pustul, tidak ada

lesi nodular )

Grade 3 :Sedang, grade 2 ditambah dengan banyak lesi non-inflamasi dan

mungkin terdapat beberapa lesi inflamasi, tetapi tidak lebih dari satu lesi

nodular

Grade 4 : Berat, grade 3 ditambah dengan banyak lesi non-inflamasi dan

inflamasi, dengna sedikit lesi nodular.4

ACNE VULGARIS 11

Page 12: Acne Vulgaris

Gambar.2 Akne vulgaris grade 1 Gambar.3 Akne vulgaris

grade 2

Gambar.4 Akne vulgaris grade 3 Gambar.5 Akne konglobata

2.6. Diagnosis Acne Vulgaris

Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisis, dan tes laboratorium. 1,2,4

Berdasarkan anamnesis, akne vulgaris biasanya terjadi pada saat pubertas,

tetapi gejala klinis yang muncul sangatlah bervariasi. Perempuan mungkin

memperhatikan bentuk yang berfluktuasi berdasarkan siklus mensturasinya. Akne

fulminan merupakan subtipe akne yang jarang dan terjadi pada berbagai

ACNE VULGARIS 12

Page 13: Acne Vulgaris

manifestasi sistemik, termasuk demam, arthralgia, myalgia, hepatosplenomegaly,

dan lesi tulang osteolitik.4

Pada pemeriksaan fisis akne non-inflamasi tampak sebagai komedo

terbuka dan tertutup. Lesi inflamasi dimulai dengan adanya mikrokomedo tetapi

dapat berkembang menjadi papul, pustul, nodul, atau kista. Kedua tipe lesi

ditemukan pada area dengan glandula sebacea yang banyak.4

Tes fungsi endokrin rutin tidak diindikasikan pada sebagian besar pasien

dengan akne. Pada pasien dengan akne dan terdapat bukti hiperandrogenisme,

evaluasi hormonal untuk testeteron bebas, dehidroepiandrostenedion sulfat

(DHEA-S), lutenizing hormone (LH), FSH dapat dilakukan. Tes mikrobiologi

rutin tidak perlu pada evaluasi dan dan penanganan pasien dengan akne. Jika lesi

terpusat pada peri oral dan area nasal dan tidak responsif terhadap penanganan

akne konvensional, tes kultur dan sensitivitas bakteri untuk mengevaluasi

follikulitis gram-negatif dapat dilakukan.4

2.7. Diagnosis Banding Acne Vulgaris

Meskipun terdapat satu jenis lesi yang dominan, akne vulgaris didiagnosis

dengan adanya beberapa variasi dari lesi akne (komedo, pustul, papul, dan nodul)

yang erdapat pada wajah, punggung, dan dada. Diagnosis banding akne vulgaris

antara lain erupsi akneiformis, rosasea, dan dermatitis perioral.2,8

1. Erupsi akneiformis

Erupsi akneiformis merupakan akne yang disebabkan oleh induksi

obat, seperti kortikosteroid, Isoniazid, barbiturat, bromida, iodida,

difenilhidantoin, dan ACTH. Klinis erupsi berupa papul di berbagai

tempat tanpa komedo, timbul mendadak tanpa disertai demam.8

2. Rosasea

Rosasea adalah penyakit kronik yang etiologinya belum diketahui

secara pasti, dengan karakteristik adanya eritema pada sentral wajah

dan leher. Penyakit ini terdiri atas dua komponen klinik, yakni

perubahan vaskuler yang terdiri atas eritema intermiten dan persisten

serta erupsi akneiform yang terdiri atas papul, pustul, kista, dan

ACNE VULGARIS 13

Page 14: Acne Vulgaris

hiperplasia sebasea. Pada rosasea tidak terdapat hubungan antara

eksresi sebum dengan beratnya gejala rosasea.2,8,10

3. Dermatitis perioral

Perioral dermatitis adalah penyakit kulit dengan karakteristik papul

dan pustul kecil yang terdistribusi pada daerah perioral, dengan

predominan di sekitar mulut. Dermatitis perioral biasanya pada wanita

muda, sering ditemukan di sekitar mulut, namun dapat pula di sekitar

hidung dan mata. Etiologinya belum diketahui secara pasti, namun

diduga penyebabnya oleh karena: candida, iritasi pasta gigi berflouride,

dan kontrasepsi oral.2,8,10

Dermatitis perioral erpsi simetris yang terbatas pada area hidung,

mult, dan dagu, yang terdiri atas mikropapul, mikrovesikel, atau

papulopustulosa dengan diameter kurang dari 2 mm. Penyebab pasti

belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor yang mungkin

menjadi penyebab antara lain faktor hormonal, emosional, sensitif

terhadap kosmetik, pasta gigi berfluoride, agen infektif, dan

kortikosteroid topikal.12

2.8. Penatalaksanaan Acne Vulgaris

Terapi akne vulgaris terdiri atas terapi sistemik, topikal, fisik, operasi dan

diet.2,5,6

1. Terapi Sistemik

a. Antibiotik oral

Antibiotik oral diindikasikan untuk pasien dengan akne yang

mansih meradang. Antibiotik yang diberikan adalah Tetrasiklin

(tetrasiklin, doksisiklin,minosiklin) eritromisin, kotrimoksasole, dan

klindamisin. Antibiotik ini mengurangi peradangan akne dengan

menghambat pertumbuhan dari P.Aknes.2,5,13

Tetrasiklin generasi pertama (tetrasiklin, oksitetrasiklin,

tetrasiklin klorida) merupakan obat yang sering digunakan unutk

ACNE VULGARIS 14

Page 15: Acne Vulgaris

akne.Obat ini digunakan sebagai terapi lini pertama karena manfaat

dan harganya yang murah, walaupun angka kejadian resistensinya

cukup tinggi. Dalam 6 minggu pengobatan menurunkan reaksi

peradangan 50% dan biasa diberikan dalam dosis 1 gram/hari

(500mg diberikan dalam 2 kali), setelah beberapa bulan dapat

diturunkan 500 mg/hari. Karena absorbsinya dihambat oleh

makanan, maka obat ini diberika 1 jam sebelum makan dengan air

untuk absorbs yang optimal. 2,5,13

Alternatif lain, tetrasiklin generasi kedua (doksisiklin)

diberikan 100mg-200mg/ hari dan 50 mg/hari sebagai maintainance

dose, (minosiklin) biasanya diberikan 100mg/hari. Golongan obat ini

lebih mahal akan tetapi larut lemak dan diabsorbsi lebih baik di

saluran pencernaan. 2,5,13

Eritromisin 1g/hari dapat diberikan sebagai regimen

alternative. Obat ini sama efektifnya dengan tetrasiklin, tapi

menimbulkan resistensi yang tinggi terhadap P.aknes dan sering

dikaitkan dengan kegagalan terapi. 2,5,13

Klindamisin merupakan jenis obta yang sangat efektif, akan

tetapi tidak baik digunakan untuk jangka panjang karena dapat

menimbulkan perimembranous colitis. Kotrimoksasole

(sulfometoksasol/trimetoprim, 160/800mg, dua kali sehari)

direkomendasikan untuk pasien dengan inadequate respon dengan

antibiotik yang lain dan untuk pasien dengan gram negative

folikulitis. 2,5,13

b. Isotretionoin oral

Isotretinoin oral merupakan obat sebosupressive paling

efektif dan diberikan untuk akne yang berat. Seperti retinoid lainnya,

isotretinoin mngurangi komedogenesis, mengecilkan ukuran

glandula sabaseus hingga 90% dengan menurunkan proliferasi dari

basal sebocyte, menekan produksi sebum invivo dan menghambat

diferensiasi termina sebocyte. Walaupun tidak berefek langsung

ACNE VULGARIS 15

Page 16: Acne Vulgaris

terhadap P.aknes, ini menghambat efek dari produksi sebum dan

menurunkan jumlah P.Aknes yang mengakibatkan inflamasi. 2,13

Masih terjadi perdebatan untuk dosis pemeberian

(1gram/kgBB/hari atau 50mg/kgBB/hari), walaupun hasil yang

ditunjukkan kedua dosis untuk pengobatan jangka panjang adalah

sama, tapi angka kejadian kambuh dan memerlukan pengobatan

ulang sering didapatkan pada dosis rendah yang diberikan untuk akn

yang berat. 2,6

Terapi awal yang diberikan 1gram/kgBB/hari untuk 3 bulan

pertama, dan diturunkan 0.5mg/kgBB/hari, jika memungkinkan

dapat diberikan 0.2 untuk 3-9 bulan tambahan untuk mngoptimalkan

hasil terapi. 2,13

Hasil terapi dari isotretinoin menunjukkan perbaikan yang

lebih cepat untuk lesi inflamasi dibandingkan dnegan

komedo.Pustule menghilang lebih cepat daripada papul atau nodul,

dan lesi yang berlokasi di wajah, lengan atas, dan kaki daripada di

punggung dan badan.2,5

c. Hormonal

Terapi hormonal diindikasikan pada wanita yang tidak

mempunyai respon terhadap terapi konvensional. Mekanisme kerja

obat-obat hormonal ini secara sistemik mengurangi kadar testosteron

dan dehidroepiandrosterone, yang pada akhirnya dapat mengurangi

produksi sebum dan mengurangi terbentuknya komedo. Ada tiga

jenis terapi hormonal yang tersedia, yaitu: estrogen dengan

prednisolon, estrogen dengan cyproterone acetate(Diane, Dianette)

dan spironolakton. Terapi hormonal harus diberikan selama 6-12

bulan dan penderita harus melanjutkan terapi topikal. Seperti halnya

antibiotik, tingkat respon obat-obat hormonal juga lambat, dalam

bulan pertama terapi tidak didapatkan perubahan dan perubahan

kadang-kadang baru dapat terlihat pada bulan ke enam pemakaian.

Terapi setelah itu akan terlihat perubahan yang nyata. Perubahan

ACNE VULGARIS 16

Page 17: Acne Vulgaris

yang dihasilkan pada penggunaan diane hampir mirip dengan

tetrasiklin 1 g/hari. Diane merupakan kombinasi antara 50 µg

ethinylestradiol dan 2 mg cyproterone acetate. Pada wanita usia tua

(> 30 tahun) dengan kontraindikasi relatif terhadap pil kontrasepsi

yang mengandung estrogen, salah satu terapi pilihan adalah dengan

penggunaan spironolakton. Dosis efektif yang diberikan antara 100-

200 mg. 2,5

Anti androgen hormone dapat diberikan pada pasien

perempuan dengan target pilosabaseus unit dan menghambat

produksi serum 12.5-65%. Jika keputusan untuk hormonal terapi

telah dibuat, ada berbagi macam pilihan disekitar androgen reseptor

blocker dan inhibitors of androgen synthesis pada ovarium dan

glandula adrenal.2

2. Topikal

Penggunaan obat-obatan sebagai terapi topikal merupakan satu

cara yang banyak dipilih dalam mengatasi penyakit akne vulgaris.

Tujuan diberikan terapi ini adalah untuk mengurangi jumlah akne yang

telah ada, mencegah terbentuknya spot yang baru dan mencegah

terbentuknya scar (bekas jerawat). Terapi topikal diberikan untuk

beberapa bulan atau tahun, tergantung dari tingkat keparahan akne.

Obat-obatan topikal tidak hanya dioleskan pada daerah yang terkena

jerawat, tetapi juga pada daerah disekitarnya.8,13

Ada berbagai macam obat-obatan yang dipakai secara topikal,

yaitu:

a. Retinoid topical.

Mekanisme kerja dari retinoid topical:

- Mengeluarkan komedo yang telah matur.

- Menghambat pembentukan dan jumlah dari mikrokomedo.

- Menghambat reaksi inflamasi.

- Menekan perkembangan mikrokomedo baru yang penting untuk

maintenance terapi.13

ACNE VULGARIS 17

Page 18: Acne Vulgaris

b. Tretinoin

Tretinoin merupakan retinoid pertama yang diperkenalkan

oleh Stuttgen dan Beer.Mengurangi komedo secara signifikan dan

juga lesi peradangan akne.Hal ini ditunjukkan pada percobaan untuk

12 minggu menurunkan 32-81% untuk non-inflamnatory lesi dan 17-

71% untuk inflammatory lesi. Tretinoin tersedian dalam galanic

formulation: cream 0.025%, 0.1%, gel 0.01%, 0.025%) dan dalam

solution (0.05%). Formula topical gel ini mengandung

polyoprepolymer-2, tretinoin prenetration.11,13

c. Isotretinoin

Isotretinoin tersedia dalam sediaan gel, mempunyai efikasi

yang sama dengan tretinoin, mereduksi komedo antara 48-78% dan

inflammatory lesi antar 24 dan 55% setelah 12 minggu pengobatan.13

d. Adapalene

Adapalene adalah generasi ketiga dari retinoid tersedia dalam

gel, cream, atau solution dalam konsentrasi 0.1%.dalam survey yang

melibatkan 1000 pasienditunjukkan bahwa adapalen 0.1% gel

mempunya efikasi yang sama dengan tretinoin 0.025%. 13

e. Tazarotene

Disamping untuk psoriasis, tazarotene juga digunakan

sebagai terapi untuk akne, di US 0.5 dan 0.1% gel atau cream. 13

f. Antibiotik Topikal

Keguanaan paling penting dan mendasar dari antibiotik

topical adalah rendah iritasi, tapi kerugiannya adalah menambah

obat-obat yang resisten terhadap P.aknes dan S. Aureus.Untuk

mengatasi masalah ini, klindamisin dan eritromisin ditingkatkan

konsentrasinya dari 1 menjadi 4% dan formulasi baru dengan zinc

atau kombinasi produk denganBPOs atau retinoid. 2,5,13

Antibiotika topikal banyak digunakan sebagai terapi akne.

Mekanisme kerja antibiotik topikal yang utama adalah sebagai

antimikroba. Hal ini telah terbukti pada efek klindamisin 1% dalam

ACNE VULGARIS 18

Page 19: Acne Vulgaris

mengurangi jumlah P.aknes baik dipermukaan atau dalam saluran

kelenjar sebasea.Lebih efektif diberikan pada pustul dan lesi

papulopustular yang kecil. Eritromisin 3% dengan kombinasi benzoil

peroksida 5% tersedia dalam bentuk gel. Thomas dkk melakukan

penelitian dengan membandingkan eritromisin 1,5% dengan

klindamisin 1% mendapatkan hasil yang sama-sama efektif,

duapertiga pasien mendapatkan respon yang sangat baik dalam

waktu 12 minggu, tetapi penggunaan eritromisin secara tunggal tidak

direkomendasikan karena dapat menyebabkan resistensi.

Penggunaan eritromisin kombinasi dengan benzoil peroksida lebih

direkomendasikan. 2,5,13

Keefektifan antibiotik topikal pada akne terbatas karena

mekanisme kerja dalam mengeliminasi bakteri membutuhkan jangka

waktu yang panjang. Bakteri dapat timbul di mana-mana dan tidak

secara langsung menyebabkan akne. Pada keadaan di mana kelenjar

sebasea memproduksi sebum berlebihan, pori-pori kulit juga akan

lebih mudah terbuka sehingga banyak bakteri yang akan masuk dan

berkembang. Adanya sel kulit mati juga bisa memperburuk keadaan.

Bila kelenjar sebasea tidak memproduksi sebum berlebihan, maka

bakteri tidak mudah masuk ke dalam kulit. Dengan kata lain, jumlah

produksi sebum menjadi masalah utama dalam akne. Antibiotik

topikal kerjanya terbatas, karena tidak mengatasi masalah dalam

jumlah produksi sebum. 2,5,13

g. Asam Salisilat

Asam salisilat efek utamanya adalah keratolitik,

meningkatkan konsentrasi dari substansi lain, selain itu juga

mempunyai efek bakteriostatik dan bakteriosidal. 2,5,13

h. Anti-androgen

Sejak diketahui bahwa akne merupakan salah satu penyakit

yang berhubungan dengan aktivitas hormon androgen, beberapa

dermatologis dan industri farmakologi mengembangkan anti

ACNE VULGARIS 19

Page 20: Acne Vulgaris

androgen topikal sebagai salah satu terapi akne yang tidak

mempunyai efek sistemik. Studi yang dikembangkan adalah tentang

penggunaan topikal dari 17α-propylmesterolone, akan tetapi preparat

ini belum tersedia secara komersial. 2,5,13

3. Terapi Fisik

Selain terapi topikal dan terapi oral, terdapat beberapa terapi

tambahan dengan menggunakan alat ataupun agen fisik, diantaranya

adalah:

a. Ekstraksi komedo

Pengangkatan komedo dengan menekan daerah sekitar lesi

dengan menggunakan alat ekstraktor dapat berguna dalam mengatasi

akne. Secara teori, pengangkatan closed comedos dapat mencegah

pembentukan lesi inflamasi. Dibutuhkan keterampilan dan kesabaran

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.13

b. Kortikosteroid Intralesi

Akne cysts dapat diterapi dengan triamsinolon intralesi atau

krioterapi. Nodul-nodul yang mengalami inflamasi menunjukkan

perubahan yang baik Dalam kurun waktu 48 jam setelah disuntikkan

dengan steroid. Dosis yang biasa digunakan adalah 2,5 mg/ml

triamsinolon asetonid dan menggunakan syringe 1ml. Jumlah total

obat yang diinjeksikan pada lesi berkisar antara 0,025 sampai 0,1 ml

dan penyuntikan harus ditengah lesi. Penyuntikan yang terlalu dalam

atau terlalu superfisial akan menyebabkan atrofi.5,13

Injeksi glukokortikoid dapat menurunkan secara drastic ukuran

dari lesi nodular.Injeksi 0.05-0.25 ml perlesi dari triamcinolone

acetat dengan suspense (2.5-10mg/ml) direkomendasikan sebagai

anti inflamasi. Terapi jenis ini sangat bermanfaat dibandingkan

terapi lain untuk akne tipe nodular. Akan tetapi harus diulang dalam

2-3 minggu.Manfaat utamanya adalah menghilangkan lesi nodular

tanpa insisi sehingga mengurangi pembentukan scar.5,13

c. Liquid Nitrogen

ACNE VULGARIS 20

Page 21: Acne Vulgaris

Cara lain untuk terapi akne cysts adalah dengan

mengaplikasikan nitrogen cair selama 20 detik, aplikasi kedua

diberikan 2 menit berikutnya. Terapi ini bekerja dengan

mendinginkan dinding fibrotik dari akne cysts sehingga akan terjadi

kerusakan pada dinding tersebut. 13

d. Radiasi Ultraviolet

Radiasi UV mempunyai efek untuk menghambat inflamasi

dengan menghambat aksi dari sitokin. Radiasi UVA dn UVB

sebaiknya diberikan secara bersama-sama untuk meningkatkan hasil

yang ingin dicapai. Fototerapi dapat diberikan dua kali

seminggu.Radiasi ultraviolet alami (UVR) yang didapat dari paparan

matahari, 60% dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada akne,

tetapi sekarang terapi ini tidak dianjurkan lagi. 2,5,13

4. Diet

Beberapa artikel menyarankan pengaturan diet untuk penderita

akne vulgaris. Implikasi dari penelitian tentang diet coklat, susu, dan

makanan berlemak dan hubungannya dengan akne masih diteliti. Hingga

saat ini belum ada evidence base yang mendukung bahwa eliminasi

makanan akan berdampak pada akne, akan tetapi beberapa pasien akan

mengalami kemunculan akne setelah mengkonsumsi makanan tersebut. 5

ACNE VULGARIS 21

Page 22: Acne Vulgaris

2.9. Prognosis Acne Vulgaris

Onset dari akne vulgaris sangat bervariasi, dimulai dari 6 hingga 8 tahun

dan kemudian tidak timbul lagi hingga umur 20 atau lebih.Kejadian akne ini

biasanya diikuti oleh remisi yang terjadi secara spontan. Walaupun rata-rata

pasien akan mengalami penyembuhan pada usia awal 20an tapi ada juga yang

masih menderita akne hingga decade ketiga sampai decade keempat.2

Akne pada wanita biasanya berfluktuasi berkaitan dengan siklus haid dan

biasanya bermunculan sesaat sebelum menstruasi.Kemunculan akne ini tidak

seharusnya berhubungan dengan perubahan aktivitas glandula sabaseus, dimana

tidak terjadi peningkatan produksi sebum pada fase luteal dalam siklus

menstruasi.2

Pada umumnya prognosis dari akne ini cukup menyenangkan, pengobatan

sebaiknya dimulai pada awal onset munculnya akne dan cukup agresif untuk

menghindari sekuele yang bersifat permanen.2

Pada kebanyakan kasus, akne biasanya sembh secara spontan ketika

melewati usia remaja dan memasuki usia 20an. Alasan untuk hal ini masih belum

diketahui secara jelas, tidak ada penurunan secara bersama-sama pada produksi

sebm ataupun perubahan komposisi lemak.14

2.10. Demodex folicullorum

A. Defenisi demodex folicullorum

Demodex adalah parasit kecil yang hidup di dekat folikel rambut mamalia.

Sekitar 65 spesies Demodex diketahui, mereka adalah yang terkecil di antara

arthropoda. Demodex sp. adalah penghuni yang lazim dijumpai di unit

pilosebaseus manusia. Infestasi oleh Demodex folliculorum disebut demodisiosis.

Dua spesies yang hidup pada manusia telah di identifikasi yaitu Demodex

folliculorum dan Demodex brevis, keduanya sering disebut sebagai tungau bulu

mata. Kutu dengan tungau Demodex umum dan biasanya tidak menyebabkan

gejala apapun, meskipun kadang-kadang beberapa penyakit kulit dapat disebabkan

oleh tungau.

B. Morfologi Demodex Folicullorum

ACNE VULGARIS 22

Page 23: Acne Vulgaris

Demodex tidak dapat dilihat melalui mata kasar seperti kutu, karena

ukuranya yang sangat kecil biasanya berukuran antara 300 mikrometer panjang 50

mikrometer lebar (0,3 mm dan 0,4 mm) dengan Demodex brevis sedikit lebih

pendek dari Demodex folliculorum. Mereka mempunyai panjang tubuh semi

transparan yang terdiri dari dua segmen menyatu serta mempunyai abdomen

dengan garis-garis transversal. Bagian anterior badan ada gnothosoma (mulut)

untuk makan sel kulit, hormone dan minyak (sebum) yang terakumulasi dalam

folikel rambut dan posodoma (4 pasang kaki pendek) atau delapan tersegmentasi

kaki pendek yang melekat pada segmen tubuh pertama.. Sistem pencernaan sangat

efisien dan menghasilkan sedikit limbah yang tidak ada lubang ekskretoris.

Tungau ini dapat meninggalkan folikel rambut dan perlahan-lahan berjalan-jalan

di kulit, pada kecepatan sekitar 8 – 16 cm/jam, terutama di malam hari, mereka

mencoba untuk menghindari cahaya.

Demodex folliculorum betina agak lebih pendek dan membulat daripada

jantan. Baik jantan dan betina tungau Demodex memiliki pembukaan genital, dan

pembuahan internal. Perkawinan berlangsung di folikel pembukaan, dan telur

diletakkan di dalam folikel rambut atau kelenjar sebasea. Selepas mengawan di

sekitar permukaan kulit kepala, ia akan kembali ke liang rambut untuk membiak

kira-kira 25 telur. Larva berkaki enam menetas setelah 3-4 hari, dan itu

membutuhkan waktu sekitar tujuh hari untuk berkembang menjadi dewasa. Total

umur dari tungau Demodex adalah beberapa minggu. Tungau yang mati

membusuk di dalam folikel rambut atau kelenjar sebasea. Ia melalui lima

peringkat kiraran hidup. Mengambil masa kira-kira 10 hari untuk menjadi dewasa,

jangka hayat akan bertahan kira-kira 3 minggu sebelum menjadi bangkai yang

membawa bakteria di kulit kepala. Tungau-tungau demodex tersebut di transfer

antara host melalui kontak rambut, alis dan kelenjar sebasea di hidung. Namun

demodex tidak menular antar spesies yang berbeda.

ACNE VULGARIS 23

Page 24: Acne Vulgaris

Gambar 1. Demodex

folliculorum

Gambar 3. Siklus hidup Demodex

ACNE VULGARIS 24

Page 25: Acne Vulgaris

Gambar 4. Demodex folliculorum dewasa

Gambar 5. Gambaran mikroskopik tungau Demodex

(a) Demodex folliculorum, (b) Demodex brevis, (c) Larva Demodex dengan

tiga telur (d) telur Demodex

Gambar 6. Tungau Demodex yang ditemukan di dalam folikel rambut

C. Lokasi demodex folliculorum

Parasit ini hidup di folikel rambut dan kelenjar keringat terutama lokasinya

di kulit wajah, pipi, dahi, bulu mata sebagai parasit permanen dan menyerang

ACNE VULGARIS 25

Page 26: Acne Vulgaris

ketika sistem imun lemah yang disebabkan oleh stress atau penyakit. Kadang-

kadang tungau ini ditemukan di bagian tubuh lain seperti kulit kepala.

Demodex memakan minyak, sebum, protein seluler, kulit mati, hormone,

cairan, ragi sistemik, ragi makanan, dan atau gula dalam sistem yang mencakup

folikel. Tungau dapat ditularkan melalui kontak rambut, bulu mata, kelenjar

sebasea di hidung dan dapat juga bantal atau pakaian yang di gunakan oleh

mereka yang terserang oleh infestasi Demodex.

Sepanjang lima fase siklus hidup mereka, tungau ini menghancurkan kulit

dengan limbah buang air dan sekresi, bertelur dan mati dalam lapisan tersebut.

Setelah kematian, mayat mereka menjadi cair dan membusuk di dalam kulit.

Demodex dewasa segera mati setelah reproduksi dan tubuh membusuk dan

melikuidasi di dalam kelenjar sebaceous. Sejak demodex menghabiskan seluruh

hidup mereka di dalam kelenjar sebaceous, mereka secara fisik dan kimia

mempengaruhi kulit, mengurangi kompetensi kekebalan tubuh, dan menyebabkan

reaksi alergi pada beberapa bagian jaringan kulit, dimana bintik-bintik merah

(jerawat) pecah. Ini kadang-kadang dikenal sebagai jerawat remaja untuk alasan

yang jelas.

Gambar 7. Lokasi Demodex folliculorum

D. Diagnosis Demodex Folliculorum

ACNE VULGARIS 26

Page 27: Acne Vulgaris

Diagnosisnya dengan menemukan Demodex folliculorum dari folikel

rambut dan kelenjar keringat.

E. Pengobatan

Pengobatan demodisiosis pada kulit dapat dilakukan dengan olesan salep

linden atau salep yang mengandung sulfur. Pengobatan lainnya adalah asam

salisilat, metronidazol, krotamiton, oral metronidazole, oral ivermektin dan topical

permethrin, dan oral atau topical retinoid. Papula pada wajah dapat disembuhkan

setelah pengbatan dengan metronidazol secara sistemik dan topical selama tiga

minggu dan terapi prednisolon dosis rendah secara oral.

ACNE VULGARIS 27

Page 28: Acne Vulgaris

BAB III

KESIMPULAN

Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai

dengan adanya komedo, papul, pustul, dan kista. Predileksi akne vulgaris pada

daerah-daerah wajah, bahu bagian atas, dada, dan punggung.

Akne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada remaja, dengan 85%

terjadi pada remaja dengan beberapa derajat keparahan. Dimana didapatkan

frekuensi yang lebih besar pada usia antara 15-18 tahun pada kedua jenis

kelamin. Pada umumnya, involusi penyakit terjadi sebelum usia 25 tahun.

Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang pasti

belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat

menyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic

factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis,

pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan

bahan kimia lainnya.

Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne yakni,

peningkatan sekresi sebum, adanya keratinisasi folikel, bakteri, dan

peradangan (inflamasi)

Demodex sp. adalah penghuni (resident) yang lazim dijumpai di unit

pilosebaseus manusia. Tungau ditemukan pada folikel di wajah, kulit kepala,

dan dada bagian atas. Demodex folliculorum hominis hidup di dalam folikel

rambut, dan Demodex brevis lebih menyukai infundibulum dari kelenjar

sebasea. Parasit ini hidup di folikel rambut dan kelenjar keringat terutama

lokasinya di kulit wajah, pipi, dahi, bulu mata sebagai parasit permanen dan

menyerang ketika sistem imun lemah yang disebabkan oleh stress atau

penyakit.

ACNE VULGARIS 28

Page 29: Acne Vulgaris

DAFTAR PUSTAKA

1. Boxton PK. ABC of Dermatology 4th ed. London:BMJ Group;2003. p:47-9.

2. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and

Acneiform Eruptions. In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller

A, Leffell D, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7 th ed. New

York: McGraw-Hill; 2007. p: 690-703.

3. Hunter John, Savin John, Dahl Mark. Clinical Dermatology 3rd ed.

Massachusetts: Blackwell Science,Inc.;2002. p:148-156.

4. Anonim. Acne Vulgaris. Cited on 02 June 2011. Available from:

http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/basics/classification.html

5. Dreno B, Poli F. Epidemiology of Acne. Dermatology, Acne Symposium at

the World Congres of Dermatology Paris July 2002. p:7-9. 2003

6. Webster, Guy. Overview of the Patogenesis of Acne. In: Webster GF,

Rawlings AV, eds. Acne and its Therapy. London:Informa Healthcare;2007.

p:1-5

7. James WD, Berger TG, Elston DM. Acne. In : James W, Berger T, Elston

DM, eds. Andrews’ disease of the skin Clinical Dermatology 10th ed.

Canada : El Sevier; 2000. p: 231-44.

8. Batra, Sonia. Acne. In: Ardnt KA, Hs JT, eds. Manual of Dermatology

Therapeutics 7th ed. Massachusetts:Lippincot Williams and Wilkins; 2007.

P:4-18

9. Sheen, Barbara. Diseases and Disorders Acne. Framington Hills: Lucent

Books;2005. p:10-20.

10. Schalock PC. Rosaceae and perioral (periorificial) dermatitis. In: Manual of

Dermatology Therapeutics 7th ed. Massachusetts:Lippincot Williams and

Wilkins; 2007. P:175-180

11. Boothroyd, Steve. Topical therapy and formulation priciples. In: Webster GF,

Rawlings AV, eds. Acne and its Therapy. London:Informa Healthcare;2007.

ACNE VULGARIS 29

Page 30: Acne Vulgaris

p:253-256

12. Gupta AK, Swan JE. Perioral dermatitis. In: Wiiliams H, Bigbi Mc, Diepgen

T, Herxheimer H, Nalgi L, Rzany B. Evidence-Based Dermatology.

London:BMJ Books;2003. p:125-131.

13. Zouboulis, Christos C. Update and Future of Systemic Acne Treatment.

Dermatology, Acne Symposium at the World Congres of Drematology Paris

July 2002. p:37-42. 2003

14. Garner SE. Acne vulgaris. In: Wiiliams H, Bigbi Mc, Diepgen T, Herxheimer

H, Nalgi L, Rzany B. Evidence-Based Dermatology. London:BMJ

Books;2003. p:87-98.

15. Anonim. Acne Vulgaris. Cited on 02 June 2011. Available from :

http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/basics/classification.html

ACNE VULGARIS 30

Page 31: Acne Vulgaris

STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama : Cindi Monica

Umur : 22 tahun

Status Menikah : belum menikah

Pekerjaan : pegawai swasta

Suku Bangsa : jawa

Agama : Islam

Alamat : jl. Thamrin, Lubuk Pakam

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Timbul jerawat pada wajah

RPS : Hal ini dirasakan pasien lebih kurang 2 bulan yang lalu,

pasien mengeluhkan timbulnya jerawat setelah

menggunakan kosmetik. Awalnya timbul jerawat kecil,

lama kelamaan timbul jerawat yang lebih besar berisi

nanah. Gatal (+), pedih (-), demam (-).

RPO : kosmetik pemutih wajah

RPK : -

RPT : -

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

Keadaan Umum

Kesadaran : compos mentis

Gizi : Baik

TD : 120/80 mmHg

HR : 80 x/i

ACNE VULGARIS 31

Page 32: Acne Vulgaris

T : 36,50C

Status Dermatologis

Lokasi : Wajah

Efloresensi

Wajah : Papul eritem

Pustul

Black head

Kelainan kuku dan rambut : -

Pemeriksaan Laboratorium: -

IV. RESUME :

Pasien datang ke poli klinik Kulit dan Kelamin RSUD Deli Serdang

Lubuk Pakam dengan keluhan timbul jerawat pada wajah. Hal ini dirasakan

pasien lebih kurang 2 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan timbulnya jerawat

setelah menggunakan kosmetik. Awalnya timbul jerawat kecil, lama kelamaan

timbul jerawat yang lebih besar berisi nanah. Gatal (+), pedih (-), demam (-).

Status Dermatologis

Lokasi : Wajah

Efloresensi

Wajah : Papul eritem, Pustul, Black head

V. DIAGNOSA BANDING

Acne Vulgaris Grade IV et causa Demodex Follicularis

Erupsi akneiformis

Rosasea

ACNE VULGARIS 32

Page 33: Acne Vulgaris

VI. DIAGNOSA

Acne Vulgaris Grade IV et causa Demodex Follicularis

VII. TERAPI

Umum

- Menjaga kebersihan kulit

- Hindari berkeringat

- Diet rendah lemak

Khusus

Topical

- Tretinoin 0,05% cream 2x sehari, dioleskan pada wajah yang berjerawat

- Klindamisin 1% cream 2 x sehari

Sistemik

- Doksisiklin tab 100 mg 2 x 1

- Metronidazole 2 x 1

VIII. PROGNOSA : baik jika di berikan obat dengan tepat

ACNE VULGARIS 33

Page 34: Acne Vulgaris

FOTO PASIEN

ACNE VULGARIS 34

Page 35: Acne Vulgaris

ACNE VULGARIS 35