193060651 laporan tutorial 3 3 docx 2

34
LAPORAN TUTORIAL BLOK 2.6 MODUL 3 Gangguan Respirasi Pada Bayi dan Anak Kelompok : 15c TUTOR : dr. Siti Nurhajjah ,M.Si.Med Anggota Kelompok : Ade kurnia 1410312006 Afifah Aqilatul Faridah 1410311004 Atika Delly P 1410311029 Dwi fitria nova 1410312051 Fadel muhammad 1410312042 Halimah Tusadiyah 1410312102

Upload: dwi-fitria-nova

Post on 08-Jul-2016

291 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

efusoi

TRANSCRIPT

Page 1: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

LAPORAN TUTORIAL BLOK 2.6

MODUL 3

Gangguan Respirasi Pada Bayi dan Anak

Kelompok : 15c

TUTOR : dr. Siti Nurhajjah ,M.Si.Med

Anggota Kelompok :

Ade kurnia 1410312006

Afifah Aqilatul Faridah 1410311004

Atika Delly P 1410311029

Dwi fitria nova 1410312051

Fadel muhammad 1410312042

Halimah Tusadiyah 1410312102

Ledira dara ismi 1410311057

Nadrah 1410312061

Yundzir Furqan 1410314013

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Program Studi Pendidikan Dokter

2014

Page 2: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

SKENARIO 3 : NAFAS ANAKKU

Nefi Asmara, perempuan umur 8 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas karena tiba-tiba

nafasnya sesak. Dari anamnesis dokter mendapatkan terdapat batuk dan pilek, tidak ada

demam dan riwayat muntah, sesak ini baru pertama kali tidak disertai bunyi mengi dan

riwayat biru, minum ASI lancar. Anaknya baru mulai merangkak dan suka memasukkan

sesuatu ke mulut. Ibu Nefi khawatir anaknya tercekik karena benda asing. Dari pemeriksaan

fisik tampak sakit berat, sadar, takipneu, agak sianosis, suhu 37,5oC, nafas cuping hidung, ada

retraksi supra sternalis, epigastrium, bunyi nafas eksperium memanjang, tidak ada wheezing.

Dokter segera memberikan oksigen, memasang infus dan merujuk ke RS.

Di IGD RS, dokter melakukan pemeriksaan fisik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan

foto toraks dan laboratorium. Dari anamnesis tambahan didapatkan riwayat asma pada

neneknya dan kakaknya yang berumur 8 tahun mempunyai riwayat dermatitis yang sukar

sembuh dan sering hilang timbul terutama bila makan coklat. Dokter memberikan obat

suntikan pada Nefi, kemudian dirawat inap di bangsal.

Bagaimana anda dapat menjelaskan apa yang dialami oleh Nefi dan kakaknya?

Step 1: Terminologi

Page 3: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

1. Retraksi Supra Sternalis: Tertariknya kulit ke dalam dinding dada pada bagian

sternum

2. Wheezing: Suara nafas tambahan yang terjadi karena penyempitan atau obstruksi jalan

nafas terdengar seperti bunyi menciut

3. Nafas cuping hidung: Ujung hidung tampak kembang kempis saat bernafas

4. Dermatitis: Penyakit pada kulit dimana kulit tampak meradang atau iritasi karena

reaksi imunitas berlebihan atau penyebab yang lain.

5. Asma: Saluran nafas yang menyempit karena reaksi hiperaktivitas tertentu dan

terjadinya radang sehingga tampak sesak nafas.

Step 2: Identifikasi Masalah

1. Mengapa Nefi mengalami sesak nafas?

2. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik? (sakit berat, sadar, takipneu, agak

sianosis, suhu 37,5oC, nafas cuping hidung, ada retraksi supra sternalis, epigastrium,

bunyi nafas eksperium memanjang, tidak ada wheezing)

3. Bagaimana hubungan riwayat batuk dan pilek dengan sesak Nefi saat ini?

4. Bagaimana pengaruh benda asing terhadap keadaan Nefi?

5. Apa tujuan dokter memberikan oksigen, memasang infus dan merujuk ke RS?

6. Apa tujuan dokter melakukan pemeriksaan foto toraks dan laboratorium? dan apa

kemungkinan hasilnya?

7. Apakah ada hubungan riwayat asma neneknya dan dermatitis kakaknya dengan

keadaan Nefi?

8. Apa saja obat suntik yang diberikan dokter kepada Nefi dan apa saja pengobatan yang

dapat diberikan kepada Nefi?

9. Bagaimana kriteria gangguan respirasi pada anak yang bisa dirawat di RS?

10. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan sekarang?

11. Bagaimana hubungan makan coklat dengan dermatitis yang diderita kakaknya?

Step 3: Analisis Masalah

1. Sesak nafas bisa disebabkan karena:

a. Bronkitis, disebabkan oleh virus dan sistem pertahanan tubuh yang menurun,

ditandai dengan sesak sesaat

b. Bronkiolitis, disebabkan oleh virus, terjadi infeksi dan meradang, menyebabkan

bronkiolus menyempit dan timbul wheezing, ekspirasi memanjang dan bisa gagal

Page 4: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

nafas. Biasanya dimulai dengan gejala seperti flu, setelah beberapa hari menjadi

sulit bernafas.

c. Pneumonia, karena infiltrat di lapangan paru dan di alveoli terdapat pus yang

akan menganggu proses difusi. Gejalanya nafas cepat, ada retraksi intercosta,

nafas cuping hidung, pada auskultasi terdengar ronki basah halus nyaring pada

inspirasi

d. Asma, terdengar wheezing saat ekspirasi. Akan menyebabkan bronkospasme

disertai hipersekresi lendir dan edema dinding bronkus yang akan menyebabkan

terganggunya aliran udara di saluran pernafasan.

e. Aspirasi benda asing karena dapat menghambat saluran pernafasan yang

mengakibatkan terganggunya aliran udara di saluran pernafasan, terganggu

masuknya oksigen dan keluarnya karbondioksida di paru.

f. Laringotrakeobronkitis (croup)

g. Kelainan jantung

h. Kelainan darah, seperti anemia

i. Kelainan metabolik seperti Asidosis Metabolik

Sesak nafas merupakan kompensasi tubuh akibat kekurangan oksigen.

2. Interpretasi hasil pemeriksaan fisik:

a. Takipneu: Nafas yang cepat, untuk usia 8 bulan dikatakan takipneu jika frekuensi

nafas lebih dari 50x per menit.

b. Agak sianosis: menandakan kandungan oksigen dalam darah yang rendah.

Banyak penyebabnya. Jika sianosis pusat pada bayi bisa karena penyakit jantung

bawaan (TGA, Tetralogy of fallot), gangguan sistem pernafasan ( asphyxia/cidera

saat kelahiran, takipneu, sindrom stres pernafasan, pneumotoraks, edema paru,

aspirasi/tersedak, efusi pleura, obstruksi saluran nafas. Jika sianosis perifer pada

bayi bisa karena cardiak output jantung yang berkurang misalnya pada gagal

jantung atau syok, trombosis, embolism, penyempitan pembuluh darah tungkai.

c. Suhu tubuh: Normal, nilai normalnya 36,5-37,5oC

d. Nafas cuping hidung: ada usaha tambahan untuk bernafas yang lebih pada bayi.

Khas pada pneumonia

e. Retraksi supra sternalis dan epigastrium: ada usaha tambahan untuk bernafas

lebih, biasanya pada pneumonia dan asma

f. Nafas eksperium memanjang: biasanya pada asma

Page 5: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

3. Ketika alergen berikatan dengan IgE, terjadi degranulasi (pecah dinding sel) sel mast

dan sel basofil yang kemudian akan terlepas mediator kimia, terutama histamin.

Histamin menyebabkan sel goblet dan kelenjar mukosa mengalami hipersekresi dan

permeabilitas kapiler meningkat yang akan menyebabkan peningkatan produksi

mukus dan terjadinya pilek. Batuk merupakan reaksi kompensasi tubuh untuk

mengeluarkan alergen atau mukus yang terbentuk dan mekanisme pertahanan tubuh di

saluran pernafasan terhadap iritasi di saluran pernafasan dan terhadap masuknya

benda asing. Sesak nafas bisa timbul sebagai kompensasi tubuh karena kekurangan

oksigen yang bisa timbul akibat mukus yang terbentuk menghambat saluran nafas

sehingga menghambat masuknya oksigen dan keluarnya karbon dioksida.

4. Aspirasi benda asing dapat menghambat saluran pernafasan yang mengakibatkan

terganggunya aliran udara di saluran pernafasan, terganggu masuknya oksigen dan

keluarnya karbon dioksida di paru.

5. Pemberian oksigen bertujuan untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan mengatasi

sianosis. Infus merupakan upaya rehidrasi. Bayi yang berumur kurang dari 1 tahun

dengan keluhan sesak nafas dan kelelahan harus dirujuk ke rumah sakit untuk

pemeriksaan lebih lanjut dan untuk menegakkan diagnosis lebih lanjut.

6. Pemeriksaan foto toraks dan laboratorium untuk menegakkan diagnosis dan

menyingkirkan diagnosis banding. Tampak infiltrat atau konsolidasi jika terjadi

pneumonia dan tampak hiperinflasi jika terjadi asma. Dari pemeriksaan laboratorium

bisa ditemukan eosinofilia (peningkatan eosinofil)

7. Riwayat asma dan dermatitis bisa diturunkan secara genetik melalui peningkatan

kemungkinan hipersensitivitas pada keturunannya sehingga keturunan selanjutnya

bisa menderita asma dan dermatitis juga. Jika salah satu orang tua menderita asma,

maka kemungkinan anaknya juga menderita asma sebesar 25%, jika kedua orang tua

menderita asma, maka kemungkinan anaknya menderita asma sebesar 50%.

8. Obat suntik yang dapat diberikan seperti steroid dan bronkodilator untuk terapi dan

diagnostik. Terapi antibiotik jika terjadi infeksi bakteri. Jika asma tidak mempan di

nebulisasi bisa diberikan suntik epinefrin.

9. Ada tanda hipoksia, respirasi rate lebih dari 70x/menit, stridor, sulit makan,

pengawasan orang tua yang kurang karena sibuk.

10. Sesuai dengan jawaban pertanyaan nomor satu, pada usia 8 bulan, merupakan fase

oral, kemungkinan bisa mengalami aspirasi benda asing, bronkiolitis, asma,

pneumonia, croup, dan lain-lain. Angka kejadian asma lebih banyak diderita laki-laki

Page 6: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

daripada perempuan.

11. Dermatitis atopi merupakan reaksi alergi pada dasarnya. Kemungkinan dalam coklat

tersebut ditambahkan zat-zat lain yang dapat memicu reaksi alergi.

Step 4: Sistematika Pembelajaran

Step 5: Learning Objective

Mahasiswa Mampu Menjelaskan Gangguan Respirasi pada Bayi dan Anak

Nefi Asmara, perempuan, 8 Bulan

Tiba-tiba sesak nafas

Aspirasi benda asingFase oral

Bronkitis

Bronkiolitis

Kelainan Jantung

Anemia

Asidosis metabolik

Asma

Alergen

Ig E

Antibodi-antigen

Sel mast dan sel basofil pecah

HistaminProduksi mukus (+)

Biru (+/-)

Demam (-)

Pemeriksaan penunjang

Bunyi mengi (-)

ASI lancar

Batuk-pilek (+)

Radang dan penyempitan

Kemungkian infeksi virus ringan

Reaksi Hipersensitivitas

Dermatitis Atopik

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik Muntah (-)

Tatalaksana

PrognosisKomplikasi

- Laboratorium

- Foto Toraks

- Bronkoskopi

Rujukan

Sakit Berat

Sadar

Takipneu

Ekspirasi memanjang

- Nafas Cuping hidung

- Retraksi supra strenalis dan epigastrium

Page 7: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (Rinitis, Sinusitis, Tonsilofaringitis)

2. Infeksi Saluran Pernafasan Bawah (Laringotrakeobronkitis, Bronkiolitis,

Pneumonia, Tuberkulosis)

3. Asma

Step 6: Belajar Mandiri

Step 7: Pembahasan Learning Objective

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada Anak

A. Rinitis pada anak

a. Definisi

Peradangan akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh infeksi virus

atau bakteri.

b. Etiologi

Penyebab terbanyak adalah virus, yaitu rhinovirus, coronavirus, influenza,

RSV (Respiratory Syncytial Virus), parainfluenza dengan masa inkubasi 1

sampai 3 hari. Menyebar melalui droplet, inhalasi aerosol,

c. Manifestasi Klinis

Muncul setelah 1-2 inokulasi virus. Hidung gatal, bersin, hidung berair

(rinorea), hidung tersumbat, mata merah, berair.

d. Tatalaksana

Tidak ada terapi atau pengobatan untuk penyebab. Terapi simptomatis seperti

antihistamin, dekongestan, antitusif, ekspektoran, antipiretik bila diperlukan,

antibiotik jika ada infeksi sekunder Istirahat yang cukup karena dapat

sembuh sendiri

B. Sinusitis

a. Definisi

Peradangan pada mukosa sinus paranasal

b. Etiologi

Virus. Penyebab infeksi sekunder biasanya Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae

c. Manifestasi klinis

Gejala ISPA yang menetap atau makin berat dalam waktu kurang dari 30 hari

berupa post nasal discharge, batuk siang hari yang dapat memberat pada

Page 8: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

malam hari, pilek, nyeri kepala, nyeri sinus, demam

d. Diagnosis

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Prosedur

penunjang diagnostik untuk sinusitis akut meliputi transiluminasi, foto polos

sinus paranasal waters position, caldwell position, proyeksi lateral, USG, CT-

Scan, MRI

e. Tatalaksana

Sembuh dalam 7 sampai 10 hari jika tanpa komplikasi. Antibiotik jika ada

infeksi sekunder. Pada sinusitis akut, diberikan amoksisilin 40

mg/kgBB/hari, jika tidak ada perbaikan dalam 48-72 jam, berikan

amoksisilin/klavulanar. Antibiotik sebaiknya selama 10-14 hari. Pada

sinusitis kronis, antibiotik diberikan selama 4-6 minggu. Antihistamin kontra

indikasi sinusitis kecuali jelas adanya etiologi alergi karena dapat

mengentalkan sekret sehinggan menimbulkan penumpukan sekret di sinus

dam memperberat sinusitis.

C. Faringitis

a. Definisi

Peradangan pada membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya.

Jarang terjadi infeksi lokal pada faring atau tonsil saja, jadi pengertian secara

luas mencakup tonsillitis, nasofaringitis dan tonsilofaringitis.

b. Epidemiologi

Paling banyak didapatkan pada anak-anak. Insidens meningkat sesuai dengan

bertambahnya umur (puncak usia 4-7 th). Insiden dipengaruhi oleh

perubahan musim

c. Etiologi

Penyebab terbanyak adalah Virus seperti Influenza A dan B, Parainfluenza,

Adenovirus, Rhinovirus, jarang virus coxsackie, echovirus, herpes simplex,

dan Epstein-Barr. Sering pada usia ≤ 3 tahun. Selain virus juga bisa bakteri,

terbanyak Streptokokus beta hemolitikus grup A (15-20%), Streptococcus

non group A, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Moraxella

catarrhalis, Bacteroides fragilis, Corynebacteria Diphtheriae, Neisseria

gonorrhoeae, Kuman atipikal (klamidia dan mikoplasma). Faringitis berulang

diduga karena reinfeksi oleh kuman yang sama (homolog) atau berbeda

Page 9: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

(heterolog). Faktor predisposisi umum eksogen adalah musim, cuaca,

temperatur, polusi, debu, pemakaian AC dan endogen adalah anemia, kurang

zat besi, avitaminosis A, agranulositosis, alergi, hipotiroid, imunodefisiensi,

sarkoidosis, diabetes. Faktor predisposisi lokal bisa berupa bahan iritan,

pernafasan melalui mulut, refluks esofagus, paparan rokok, dan voice abuse.

d. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis bervariasi (ringan, sembuh sendiri sampai menimbulkan

gejala sisa berat seperti meningitis, demam rematik, gromerulonefritis akut.

Manifestasi klinis faringitis karena streptokokus grup A berupa nyeri

tenggorok, disfagia, eksudat tonsil/faring, demam (diatas 38oC ), pembesaran

kelenjar leher anterior, tidak ada batuk dan faringitis karena virus berupa

rhinorea, suara serak, batuk, konjungtivitis. Pada beberapa kasus disertai

diare, ulkus di palatum mole dan dinding faring serta eksudat di palatum

dan tonsil yang sulit dibedakan dengan eksudat karena faringitis

streptokokus.

e. Diagnosis

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Baku

emasnya adalah pemeriksaan kultur apusan tenggorok.

f. Tatalaksana

Istirahat cukup, pemberian nutrisi dan cairan yang cukup, pemberian obat

kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar untuk mengurangi nyeri

Tenggorok, pemberian antipiretik, dianjurkan Paracetamol atau Ibuprofen.

Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dugaan faringitis

streptokokus dan diharapkan didukung hasil Rapid antigen detection test

dan/atau kultur positif dari usap tenggorok. Tujuannya adalah untuk

menangani fase akut dan mencegah gejala sisa. Antibiotik empiris dapat

diberikan pada anak dengan klinis mengarah ke faringitis streptokokus,

tampak toksik dan tidak ada fasilitas pemeriksaan laboratorium.

Golongan penisilin (pilihan untuk faringitis streptokokus)

• penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau

• Amoksisilin 50mg/kgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari.

Bila alergi penisilin dapat diberikan

Page 10: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

• Eritromisin etil suksinat 40 mg/kgBB/hari atau

• Eritromisin estolat 20-40 mg/kgBB/hari dengan pemberian 2,3 atau 4 kali

perhari selama 10 hari.

• Makrolid baru misalnya azitromisin dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama

3 hari

Tidak dianjurkan antibiotik golongan sefalosporin generasi I dan II karena

resiko resistensi lebih besar.

Jika setelah terapi masih didapatkan streptokokus persisten, perlu dievaluasi :

• Kepatuhan yang kurang

• Adanya infeksi ulang

• Adanya komplikasi misal: abses peritonsilar

• Adanya kuman beta laktamase.

Penanganan faringitis streptokokus persisten :

• Klindamisin oral 20-30 mg/kgBB/hari (10 hari) atau

• Amoksisilin clavulanat 40 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis selama 10 hari

atau

• Injeksi benzathine penicillin G intramuskular, dosis tunggal 600.000 IU

(BB<30 kg) atau 1.200.000 IU (BB>30 kg).

2. Infeksi Saluran Pernafasan Bawah pada Anak

A. Laringotrakeobronkitis (croup)

a. Definisi

Penyakit saluran nafas yang sering pd anak-anak disebabkan virus,

menyebabkan inflamasi saluran ditandai oleh batuk menggonggong, stridor

inspirasi, suara parau, dan sesak nafas (Guideline australia, 2007). Kelompok

heterogen bersifat akut dan infeksius ditandai oleh adanya stridor inspirasi,

batuk menggonggong/brassy, suara parau, dan sesak nafas yang terjaadi pada

laring, trakea, dan bronki (Roosevelt, 2007)

b. Epidemiologi

Paling banyak dialami oleh anak-anak usia 6 bulan-5 tahun dan tersering

pada usia 1-2 tahun. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

c. Etiologi

Penyebab terbanyak adalah virus, seperti RSV (Respiratoy Syncytial Virus),

Page 11: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

adenovirus, rhinovirus, enterovirus, virus parainfluenza, Virus Influenzae A

dan B. Ditemukan di udara dan ditularkan melalui droplet dan airborne.

d. Manifestasi Klinis

Batuk menggonggong, stridor inspirasi, suara parau yang timbul mendadak,

didahului gejala infeksi saluran nafas atas (panas, batuk, pilek) dan sesak

nafas

e. Diagnosis

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Didapatkan

adanya retraksi interkosta saat inspirasi, saat auskultasi terdengar wheezing

saat inspirasi, ekspirasi memanjang, berkurangnya suara pernafasan. Pada

rontgen didapatkan adanya penyempitan trakea.

f. Tatalaksana

Jika ringan, istirahat yang cukup, gunakan humidifier di rumah. Anak dengan

croup berat atau mengancam kehidupan harus diberikan adrenalin sebagai

pengobatan pertama. Tidak ada bukti yang meneliti dosis paling efektif dari

adrenalin. Konsensus guideline Australia merekomendasikan nebulisaasi 4

ampul (4ml) adrenalin 1:1000 tanpa dilarutkan. L-epineprine tampaknya

sama efektifnya dengan rasemic epineprine dalam memperbaiki skor croup.

B. Bronkiolitis

a. Definisi

Peradangan pada bronkiolus.

b. Epidemiologi

Terjadi pada usia 2 bulan pertama dan puncak pada usia 3-6 bulan. Banyak

pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.

c. Etiologi

Penyebabnya adalah virus seperti RSV (Respiratory Syncytial Virus),

Parainfluenza, Influenza, Adenovirus. Penularan melalui airborne dan

droplet. Faktor risiko berupa tidak mendapat ASI, tinggal dilingkungan

padat, banyak perokok, dan lahir prematur.

d. Manifestasi Klinis

Dimulai dengan gejala seperti flu, hidung berair, bersin-bersin, demam tidak

terlalu tinggi, batuk, setelah beberapa hari menjadi sulit bernafas, nafas cepat,

batuk semakin parah, wheezing saat ekspirasi, retraksi interkosta, nafas

Page 12: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

cuping hidung, rewel, gelisah, ekspirasi memanjang dan sianosis.

e. Diagnosis

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Saat

auskultasi terdengar wheezing atau ronki, perlu rontgen (hiperinflasi, mikro

atelektasis), analisa gas darah dan apusan lendir di dalam hidung untuk

identifikasi penyebab.

f. Tatalaksana

Hirup udara lembab untuk mengencerkan lendir, hindari asap rokok, istirahat

yang cukup. Dapat sembuh sendiri dalam 3-5 hari. Jika terdapat sesak,

sianosis, lelah, dehidrasi, maka harus di rawat inap. Terapi oksigen, terapi

cairan, nebulisasi dengan bronkodilator, seperti salbutamol. Beri antivirus

seperti Ribavirin.

C. Pneumonia

a. Definisi

Peradangan akut pada parenkim paru meliputi alveolus dan jaringan

interstisial terutama disebabkan oleh infeksi bakteri.

b. Epidemiologi

Banyak pada usia < 5 tahun. Mortalitas masih tinggi. Penyebab kematian

balita 15,5% (83 orang perhari) yaitu kedua setelah diare (25,2%)

c. Faktor risiko

i. Bayi, BBLR, ASI tidak adekuat, tidak mendapat imunisasi, malnutrisi,

defisiensi vit A

ii. Status kesehatan anak

iii. Kepadatan penduduk

iv. Tingginya koloni bakteri patogen di nasofaring

v. Polusi udara (rokok, pabrik, lingkungan)

Spesifik:

i. Kelainan anatomi bawaan mis fistula trakeoesofageal, labiopalatoskizis,

trakeomalacia.

ii. Aspirasi benda asing

iii. Defisiensi imunitas

iv. Penyakit paru mis asma, fibrosis kistik

d. Etiologi

Page 13: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

Penyebabnya adalah bakteri Streptococcus pneumoniae (50%) dan

Haemophyllus influenzae B (20%), jarang Mycoplasma pneumoniae dan lain

lain (30%). Cara penularan dengan droplet, inhalasi aerosal, hematogen.

Jika usia <2 bulan : Streptococcus group B, E. Coli, Chlamydia trachomatis,

S. pneumoniae, H. influenzae, Staph. aureus, Bordetella pertussis,

Cytomegalo, Adeno, Influenza, Parainfluenza, Respiratory Syncytial Virus.

Jika usia 3 bln-5th : S. pneumoniae, H. Influenza, Streptococcus group A dan

B, Staph. aureus, Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Adeno,

Influenza, Parainfluenza, Respiratory Syncytial Virus.

Jika usia > 5 tahun : S. pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia

pneumoniae, H. Influenza, Staph. aureus.

e. Patogenesis

Proses radang pada pneumonia memiliki 4 stadium:

i. Kongesti

ii. Hepatisasi merah

iii. Hepatisasi kelabu

iv. Resolusi

f. Patofisiologi

Akibat peradanganàkonsolidasià udara masuk kurang à perkusi redup

Radang pada alveoli à ronki basah

Inflamasi dan oedem paru à paru kurang mengembang à pernapasan

meningkat (takipneu) agar ventilasi adekuat

Ventilasi memburuk à ventilasi perfusi tidak padu padan à hipoksemia

g. Manifestasi Klinis

Biasanya diawali dengan batuk produktif (biasanya pada anak besar, bisa

tanpa batuk pada neonatus) , pilek, demam tinggi 2-3 hari kemudian nafas

cepat, muntah, tarikan dinding dada, nafas cuping hidung, crackles.

h. Diagnosis

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan laboratorium dengan hitung jumlah leukosit, hitung jenis

leukosit, CRP (C-Reactive Protein), mikrobiologi, uji tuberkulin dan foto

rontgen dada (direkomendasikan pada penderita pneumonia yang dirawat

inap dan bila tanda klinis membingungkan)

i. Tatalaksana

Page 14: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

Terapi oksigen, terapi cairan, antipiretik dan analgetik bila diperlukan,

antibiotik, seperti kloramfenikol pada pneumonia berat, ampisilin +

gentamisin pada pneumonia berat usia 2-59 bulan, amoxicillin 3 hari untuk

pneumonia tidak berat usia 2-59 bulan

D. Tuberkulosis Paru

a. Definisi

Peradangan paru kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis

b. Epidemiologi

Penyakit tuberkulosis (TB) pada anak walaupun dikatakan merupakan “Self

limited disease” atau “Stable disease” sampai saat ini masih merupakan

masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang.

Indonesia merupakan negara dengan proporsi TB tertinggi nomor 3 (tiga)

setelah India (30%) dan Cina (15%) yaitu sebesar 10%. Sedangkan

prevalensi penyakit berkisar antara 1,2 – 2,5%.

c. Faktor Risiko

i. Sosial Ekonomi

o Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas

mengakibatkan daya tahan tubuh anak turun dan mudah terjadi

infeksi

o Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama.

ii. Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya “over crowded”

iii. Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai

sifat dan cara penularan TB

d. Klasifikasi

i. TB Primer

- Komplek Primer

- Komplikasi paru dan alat lain (sistemik)

ii. TB Post Primer

- Re infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang

indolen aktif kembali)

- Re infeksi eksogen

Page 15: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

e. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis dengan sifat tahan asam,

pertumbuhan lambat, tahan lama dalam keadaan kering berminggu-minggu,

tidak tahan sinar matahari, sinar ultraviolet, suhu > 60oC

f. Patogenesis

Transmisi TB melalui pasien TB dewasa. Melalui udara > 90%, droplet,

melalui mulut seperti minum susu sapi, kontak langsung seperti luka di kulit,

Page 16: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

g. Manifestasi klinis

Sistemik (non spesifik)

i. Demam > 2 mg

ii. Batuk > 3 mg, sebab lain (-)

iii. Anoreksia, BB tidak naik/ turun/ naik tak sesuai

iv. Pembesaran KGB

v. Diare persisten

Spesifik Organ ( lokal)

i. Meningitis:muntah, sakit kepala, kesadaran menurun, kaku kuduk, kejang.

tuberkuloma

ii. Tulang & sendi: spondilitis, gibbus, gonitis, coxitis

iii. Kulit : skrofuloderma

iv. Mata : konyungtivitis flikten, teberkel koroid

v. Peritonitis TB, TB ginjal

h. Diagnosis

Kendala dalam menegakkan diagnosis karena gejala TB pada anak tidak

khas, diagnosis pasti dengan menemukan kuman Mycobacterium

tuberculosis dalam sputum sulit karena jumlah kuman sedikit dan

pengambilan spesimen sputum pada anak sulit. Diagnosis ditegakkan dari

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

Page 17: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

darah, uji tuberkulin, foto rontgen, pemeriksaan mikrobiologis, pemeriksaan

patologi anatomi.

Uji tuberkulin

Merupakan campuran protein yang berasal dari kultur komponen presipitat

yang diambil dari kultur bakteri M tb yang telah disterilkan.

Terdapat 2 tipe tuberkulin :

– Old Tuberculin (OT)

à multiple puncture devices

– Purified Protein Derivative (PPD)

Patch test

multiple puncture devices (Tine, Heaf)

Indikasi

Anak dengan gejala dan tanda sakit TB aktif

Kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif

Anak dengan faktor risiko terpapar TB (tuna

wisma,alkoholik,pengguna narkoba suntik)

Imunokompromais (infeksi HIV, sindrom

nefrotik,keganasan,imunosupresan jangka panjang)

Bayi usia > 3 bulan yang akan di BCG

Kontraindikasi

Riwayat reaksi kulit yang hebat pada uji tuberkulin sebelumnya

Luka bakar atau kelainan kulit yang luas

Infeksi virus berat atau vaksinasi virus hidup satu bulan terakhir

Cara melakukan uji tuberkulin

Cara Mantoux : penyuntikan intrakutan

Page 18: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

2. “Multiple puncture” : cara Heaf 6 jarum

cara Tine 4 jarum

3. “Patch test”

Disuntikkan intrakutan, daerah volar lengan bawah

Pembacaan : 48-72 jam setelah penyuntikan

diukur diameter indurasi transversal

dinyatakan dalam milimeter

Diameter indurasi : 0 - 5 mm : negatif

5 - 9 mm : positif/meragukan

> 10 mm : positif

i. Tatalaksana

Obat Anti Tuberkulosis :

Isoniazid (INH) : 5 - 15 mg/Kg BB/hari, max. 300 mg/hari

oral 1 - 2 x / hari

Rifampisin (R) : 10 - 20 mg/Kg BB/hari, max. 600 mg/hari

oral 1 - 2 x / hari, perut kosong

Pirazinamid (Z) : 15 - 30 mg/Kg BB/hari, max. 2 gram/hari

oral 1 - 2 x / hari

Streptomisin (S) : 15 - 40 mg /Kg BB/hari, max. 1gram/hari

intramuskulus

Etambutol (E) : 15 - 20 mg/Kg BB/hari, max. 1,5 gram/hari

oral 1 x /hari, perut kosong

Lain-lain : Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin

- Pada TB umumnya pengobatan:

Fase intensif 3 macam obat ( R,H,Z) selama 2 bln

Page 19: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

Fase lanjutan 2 macam obat (R,H) selama 4 bln

- Pada TB berat (milier, meningitis) dan TB Tulang :

fase intensif min 4 macam obat (R, H, Z, E atau S) selama 2 bulan,

Fase lanjutan : INH dan Rif selama 7 dan 10 bulan.

- Prednison dengan dosis 1 mg/kgBB/hari dibagi tiga dosis diberikan pada :

Efusi pleura dan TB milier : 2 minggu dosis penuh diikuti 2 minggu

tapering off

Meningitis TB : 4 minggu dosis penuh diikuti 2-4 minggu tapering off

- Kombipak anak berisi :

obat fase intensif :

Rifampisin (R) 2 x 75mg (kapsul),

INH (H) 100 mg (tablet)

Pirazinamid (Z) 2 x 200 mg (tablet)

obat fase lanjutan:

Rifampicin (R) 2x75 mg (kapsul)

INH (H) 100 mg (1 tablet)

- Kombinasi dosis tetap(KDT) atau fixed dose combination (FDC) anak dibuat

dengan komposisi :

Fase intensif : RIF, INH, dan PZA, masing-masing 75 mg/50 mg/150

mg untuk 2 bulan pertama

Fase lanjutan : RIF dan INH masing-masing 75 mg dan 50 mg untuk

fase 4 bulan berikutnya

j. Komplikasi

Dapat terjadi penyebaran secara limfogen hematogen akan terjadi TB milier,

meningitis TB, bronkogenik, pleuritis, peritonitis, perikarditis, TB tulang dan

sendi.

Page 20: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

3. Asma

a. Definisi

Penyakit saluran nafas kronik yang dapat muncul berupa serangan akut.

Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik

sebagai berikut : timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari

(nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau

atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya. Kondisi berulang dimana

dicetuskan rangsangan tertentu sehingga saluran nafas menyempit untuk

beberapa waktu sehingga kesulitan bernafas. Serangan akut asma

(Ekaserbasi) merupakan episode perburukan progresif gejala : batuk, sesak

nafas, mengi, rasa tertekan, dll.

b. Klasifikasi

Derajat Asma Kronik : Asma episodik jarang, Asma episodik sering, Asma

peristen

Serangan Akut Asma : Asma serangan ringan, Asma serangan sedang, Asma

serangan berat

Klasifikasi Derajat Serangan Asma :

Page 21: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

Klasifikasi Derajat Asma :

c. Etiologi

Serangan akut asma dapat terjadi karena gagal tatalaksana jangka panjang

asma kronis atau dirangsang oleh pencetus asma seperti infeksi saluran nafas,

aktivitas fisik, alergen, tungau, iritan asap rokok, polusi udara, perubahan

cuaca, kimia, dll

d. Patogenesis

Page 22: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

Bronkospasme yang disertai hipersekresi mukus dan edema dinding bronkus

serta hiperaktivitas bronkus.

e. Patofisiologi

f. Manifestasi Klinis

Gejala serangan asma berupa batuk berat/ batuk tidak bisa berhenti, dyspnea/

sulit bernafas, wheezing/mengi, Tachypnea/nafas cepat, nyeri dada, sukar

berbicara, sianosis

g. Diagnosis

Dari manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

h. Tatalaksana

Asma Kronik menggunakan tatalaksana jangka panjang yaitu menghindari

penyebab dan pencetus, serta obat kontrol seperti steroid inhalasi, LABA,

ALTR dan asma serangan akut menggunakan tatalaksana serangan yaitu

reliever seperti β-agonis tunggal (terbutaline, salbutamol). Xanthine,

antikolinergik, kombinasi β-agonis dan ipatropium bromida, dengan rute

pemberian inhalasi atau oral.

Tujuan Managemen serangan asma akut :

Page 23: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

Mengurangi serangan asma secara cepat

Untuk mengurangi hipoksemia

Mengembalikan fungsi paru secepat mungkin

Mencegah terjadinya serangan asma

Algoritma tatalaksana :

Nama obat untuk nebulisasi :

Page 24: 193060651 Laporan Tutorial 3 3 Docx 2

Daftar Obat Steroid Sistemik untuk Serangan Asma :