library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2011-2... · web viewsejak jaman...

48
BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Sejarah Perkembangan Hotel Di Indonesia Perkembangan hotel modern di Indonesia diawali dengan dibukanya Hotel Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Sejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial, walaupun pada waktu itubelum dikelola secara modern , sebagai contoh Hotel Savoy Homan, Bandung dibangun pada tahun 1888, kemudian direnovasi pada tahun 1937 dan selesai 1939. Kemudian hotel Preanger dibangun pada tahun 1897 dan pada waktu itu masih menyatu dengan took, kemudian dibangun kembali sebagai suatu hotel yang lebih terkonsep pada tahun 1928. Hotel Mij De Boer di Medan, Sumatera Utara didirikan oleh Aeint Herman de Boer orang Belanda, pada tahun 1898. Pada saat itu hotel Mij de Boer merupakan hotel yang paling megah di Medan yang diperuntukkan bagi penguasa perkebunan dan para pejabat pemerintahBelanda yang datang ke Sumatera Utara. Kemudian pada tanggal 14 Desember 1957 , dalam rangka nasionalisasi perusahaan – perusahaan asing, 7

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Sejarah Perkembangan Hotel Di Indonesia

Perkembangan hotel modern di Indonesia diawali dengan dibukanya Hotel

Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Sejak jaman penjajahan Belanda sudah

terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial, walaupun pada waktu

itubelum dikelola secara modern , sebagai contoh Hotel Savoy Homan, Bandung

dibangun pada tahun 1888, kemudian direnovasi pada tahun 1937 dan selesai

1939. Kemudian hotel Preanger dibangun pada tahun 1897 dan pada waktu itu

masih menyatu dengan took, kemudian dibangun kembali sebagai suatu hotel

yang lebih terkonsep pada tahun 1928.

Hotel Mij De Boer di Medan, Sumatera Utara didirikan oleh Aeint Herman

de Boer orang Belanda, pada tahun 1898. Pada saat itu hotel Mij de Boer

merupakan hotel yang paling megah di Medan yang diperuntukkan bagi penguasa

perkebunan dan para pejabat pemerintahBelanda yang datang ke Sumatera Utara.

Kemudian pada tanggal 14 Desember 1957 , dalam rangka nasionalisasi

perusahaan – perusahaan asing, hotel Mij de Boer diambil alih pemerintah

Republik Indonesia diganti namanya menjadi hotel Dharma Bhakti, dan sekarang

namanya diganti lagi menjadi hotel Dharma Deli.

Di Yogyakarta juga terdapat sebuah hotellama yaitu Grand Hotel de Djokya

berlokasi di jalan Malioboro, didirikan tahun 1908 dan beroperasi pada tahun

1911. Setelah mengalami beberapa kali proses renovasi , saat ini hotel tersebut

berganti nama menjadi hotel Garuda. Dengan adanya usaha - usaha renovasi

bangunan hotel pada waktu itu telah menunjukkan suatu keinginan untuk

memperbaiki fasilitas hotel menjadi lebih baik.

Setelah periode pemerintahan Orde Baru, pembangunan dan kehadiran

hotel di Indonesia jauh dan sangat berkembang pesat. Terutama setelah masuknya

7

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

beberapa chains ‘management’ hotel international yang banyak merambah ke

kota-kota besar di Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya hotel di

indonesia ,wajah arsitektur hotel di Indonesia pun sangat berkembang dan

inovative. Akan tetapi hal ini menjadi satu tolak ukur sejarah baru untuk Hotel di

Indonesia.

II.1.2 Pengertian Hotel

Hotel merupakan suatu bentuk bangunan, perusahaan atau badan usaha

akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan

minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan

bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun

mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu.

Pengertian hotel ini dapat disimpulkan dari beberapa definisi hotel seperti

tersebut di bawah ini :

a. Salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan

bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman

serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil

(Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987).

b. Bangunan yang dikelola secara komersil dengan memberikan fasilitas

penginapan untuk masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut :

1. Jasa penginapan

2. Pelayanan makanan dan minuman

3. Pelayanan barang bawaan

4. Pencucian pakaian

5. Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya.

(Endar Sri,1996)

c. Sebuah tempat usaha yang menyediakan akomodasi hunian bersifat sementara dan fasilitas bersama, terutama bagi orang-orang dalam perjalanan, wisatawan, dan mereka yang sedang berlibur atau berbisnis. (Davies dan Jokiniemi, 2008)

8

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Dalam Kamus bahasa Indonesia arti kata kapsul adalah pembungkus kecil

dari sejenis agar-agar tempat obat yg harus ditelan. Selain itu kapsul dapat juga

diartikan sebagai ruang khusus yg bertekanan udara tertentu yang digunakan oleh

penerbang ruang angkasa (astronaut) dalam penerbangan ke angkasa luar.

Menurut webster kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam

cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Dari segi arsitektural, penyusun

menyimpulkan bahwa kapsul merupakan pembungkus kecil yang membentuk

suatu ruangan khusus menyerupai cangkang yang disesuaikan dengan fungsinya.

Sehingga pengertian Hotel Kapsul itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu

bentuk bangunan yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang memiliki

ruang istirahat khusus dengan ukuran yang lebih kecil dari pada hotel pada

umumnya dan disesuaikan dengan fungsinya yang diterapkan pada unit kamar

hotel.

II.1.3 Jenis Hotel

Penentuan jenis hotel tidak terlepas dari kebutuhan dan ciri atau sifat khas

yang dimiliki penghuni hotel tersebut (Trizna Tarmoezi, 2000). Berdasarkan hal

tersebut, hotel dapat dikelompokkan berdasarkan:

lokasi dimana hotel tersebut dibangun, yaitu:

a. City Hotel

Hotel yang berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi

masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka

waktu pendek). City Hotel disebut juga sebagai transit hotel karena

biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas dan

pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut.

b. Residential Hotel

Hotel yang berlokasi di daerah pinnggiran kota besar yang jauh dari

keramaian kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha.

Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena

diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka waktu

9

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

lama. Dengan sendirinya hotel ini diperlengkapi dengan fasilitas tempat

tinggal yang lengkap untuk seluruh anggota keluarga.

c. Resort Hotel

Hotel yang berlokasi di daerah pengunungan (mountain hotel) atau

di tepi pantai (beach hotel), di tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel

seperti ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin beristirahat

pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin berekreasi.

d. Motel (Motor Hotel)

Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang

menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran

jalan raya dekat dengan pintu gerbang atau batas kota besar. Hotel ini

diperuntukkan sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka yang

melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum atau mobil

sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi untuk

mobil.

e. Transit Hotel

Hotel yang dekat denga lintas antar kota berada didekat stasiun

kereta api, pelabuhan udara, terminal, atau disekitar Bandar udara

II.1.4 Klasifikasi Hotel

Maksud dari klasifikasi atau penggolongan hotel ialah suatu sistem

pengelompokkan hotel-hotel ke dalam berbagai kelas atau tingkatan, berdasarkan

ukuran penilaian tertentu. Sistem klasifikasi atau penggolongan hotel di dunia

berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Sebagai contoh,

klasifikasi hotel di negara tertentu antara lain :

1. Republik Rakyat Cina (RRC) mempergunakan klasifikasi :

Tourist Class, Standard dan Superclass Hotel

2. Bulgaria, Columbia, Equador, Syria, Quait, mempergunakan klasifikasi :

Hotel kelas 3, 2, 1 dan Deluxe

3. Yunani menggunakan klasifikasi :

10

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Hotel kelas A, B, C, D, E

Di Indonesia pada tahun 1970, pemerintah menentukan klasifikasi hotel

berdasarkan penilaian-penilaian tertentu sebagai berikut :

1. Luas Bangunan

2. Bentuk Bangunan

3. Perlengkapan (fasilitas)

4. Mutu Pelayanan

Namun pada tahun 1977 ternyata sistem klasifikasi yang telah ditetapkan

tersebut dianggap tidak sesuai lagi. Maka dengan Surat Keputusan Menteri

Perhubungan No. PM.10/PW. 301/Pdb – 77 tentang usaha dan klasifikasi hotel,

ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel secara minimum didasarkan pada :

1. Jumlah Kamar

2. Fasilitas

3. Peralatan yang tersedia

4. Mutu Pelayanan

Berdasarkan pada penilaian tersebut, hotel-hotel di Indonesia kemudian

digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu :

Hotel Bintang 1 (*)

Hotel Bintang 2 (**)

Hotel Bintang 3 (***)

Hotel Bintang 4 (****)

Hotel Bintang 5 (*****)

Persyaratan dalam klasifikasi hotel berbintang meliputi:

Hotel Bintang 1, persyaratannya meliputi:

1. Jumlah kamar standar minimum 15 kamar

2. Kamar mandi terletak di dalam kamar

3. Luas kamar standar minimum 20 m2

Hotel Bintang 2, persyaratannya meliputi:

1. Jumlah kamar standar minimum 20 kamar

2. Kamar mandi terletak di dalam kamar

11

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

3. Luas kamar standar minimum 22 m2

4. Kamar suite minimum 1 kamar

5. Luas kamar suite minimum 44 m2

Hotel Bintang 3, persyaratannya meliputi:

1. Jumlah kamar standar minimum 30 kamar

2. Kamar mandi terletak di dalam kamar

3. Luas kamar standar minimum 24 m2

4. Kamar suite minimum 2 kamar

5. Luas kamar suite minimum 48 m2

Hotel Bintang 4, persyaratannya meliputi:

1. Jumlah kamar standar minimum 50 kamar

2. Kamar mandi terletak di dalam kamar

3. Luas kamar standar minimum 24 m2

4. Kamar suite minimum 3 kamar

5. Luas kamar suite minimum 48 m2

Hotel Bintang 5, persyaratannya meliputi:

1. Jumlah kamar standar minimum 100 kamar

2. Kamar mandi terletak di dalam kamar

3. Luas kamar standar minimum 26 m2

4. Kamar suite minimum 4 kamar

5. Luas kamar suite minimum 52 m2

Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut,

ataupun yang berada di bawah standar minimum yang ditentukan oleh Menteri

Perhubungan disebut Hotel Non Bintang. Tujuan umum daripada penggolongan

kelas hotel adalah :

1. Untuk menjadi pedoman teknis bagi calon investor (penanam modal) di

bidang usaha perhotelan.

2. Agar calon penghuni hotel dapat mengetahui fasilitas dan pelayanan yang

akan diperoleh di suatu hotel, sesuai dengan golongan kelasnya.

3. Agar tercipta persaingan (kompetisi) yang sehat antara pengusahaan hotel.

12

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

4. Agar tercipta keseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran

(supply) dalam usaha akomodasi hotel.

Pada tahun 1970-an sampai dengan tahun 2001, penggolongan kelas hotel

bintang 1 sampai dengan bintang 5 lebih mengarah ke aspek bangunannya

seperti luas bangunan, jumlah kamar dan fasilitas penunjang hotel dengan bobot

penilaian yang tinggi. Tetapi sejak tahun 2002 berdasarkan Keputusan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 3/HK 001/MKP 02 tentang penggolongan

kelas hotel, bobot penilaian aspek mutu pelayanan lebih tinggi dibandingkan

dengan aspek fasilitas bangunannya.

Walaupun demikian seorang perencana dan perancang bangunan yang

ingin membuat sebuah Hotel dapat mengacu pada Ketentuan dan Kriteria

Klasifikasi Hotel Prinsip Hotel yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Pariwisata tahun 1995. Akan tetapi untuk jumlah kamar tidak diharuskan sesuai

dengan golongan kelas hotel asalkan seimbang dengan fasilitas penunjang serta

seimbang antara pendapatan dan pengeluaran dari hotel tersebut. Hal ini

berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor. KM 3/HK

001/MKP/02.

II.2 Tinjauan Khusus

II.2.1 Tinjauan Terhadap Perilaku Istirahat

1. Menurut Dr. Matius Edlund (2010) ada beberapa jenis istirahat aktif, antara lain :

1. Sosialisasi

Hal ini didefinisikan sebagai menghabiskan waktu maupun mengobrol

bersama teman ataupun dengan rekan-rekan. Menurut penelitian terbaru,

sosialisasi membantu manusia terhindar dari kanker, melawan penyakit

menular dan kemudahan depresi serta mengurangi resiko kematian akibat

serangan jantung. Hanya mengobrol dengan orang lain telah terbukti

mengurangi tingkat hormon stres dan memberikan manfaat hormonal dan

psikologis. 

13

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

2. Istirahat Mental

Salah satu ide dari pentingnya istirahat mental adalah untuk mendapatkan

kondisi 'khusyuk' pada suatu hal yang sederhana. Membaca buku dapat

dikategorikan sebagai istirahat mental.

3. Istirahat Fisik

Cara terbaik untuk melakukan istirahat fisik ini adalah dengan tidur. Tidur

berasal dari kata bahasa latin "somnus" yang berarti alami periode

pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran. Tidur

merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik

(Lanywati, 2001) Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami

seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan

yang cukup (Guyton 1981).

4. Istirahat Spiritual

Istirahat Spiritual meliputi meditasi dan berdoa.

2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Istirahat Penghuni:

1. Menurut wahid dan Nurul (2007) ) faktor yang mempengaruhi istirahat

individu meliputi emosi, lingkungan yang tenang, dan kegelisahan.

2. Menurut Kozier (2004) faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas istirahat

meliputi faktor penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosi,

obat, alkohol, diet, merokok, motivasi.

3. Menurut Potter dan Perry (1993) faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas

istirahat meliputi keadaan sakit fisik, obat dan zat, gaya hidup, pola tidur,

stres emosional, lingkungan, latihan dan kelelahan, dan asupan kalori.

4. Menurut Craven dan Hirnle (2000) faktor yang mempengaruhi istirahat

individu meliputi kebutuhan (need); lingkungan, hubungan kerja shift,

nutrisi dan metabolisme, pola eliminasi, latihan dan termoregulasi,

kewaspadaan (vigilance), kebiasaan dan gaya hidup, sakit, medikasi dan

zatkimia, dan kondisi alam perasaan (mood).

Dari teori - teori tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi istirahat individu yaitu faktor lingkungan. Oleh sebab itu perlu

14

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

adanya penyesuaian perencanaan dan perancangan terhadap perilaku istirahat

penghuni agar tercipta lingkungan yang nyaman bagi penggunanya.

II.2.2 Tinjauan Mengenai Kualitas Lingkungan

Kualitas lingkungan meliputi dua aspek yaitu Ambient Condition dan

Architectural Features.

1. Ambient Condition

Berbicara mengenai kualitas fisik (Ambient Condition), Rahardjani

(1987) dan Antok (1988) menyajikan beberapa kualitas fisik yang

mempengaruhi perilaku yaitu kebisingan, temperature dan kualitas udara,

pencahayaan, dan warna.

a. Kebisingan

Kebisingan dapat berpengaruh pada perilaku manusia. Beberapa

penelitian menunjukan bahwa kebisingan yang tidak disukai telah

mempengaruhi hilangnya beberapa aspek perilaku sosial.

b. Temperature dan kualitas udara

Menurut Holahan, tingginya suhu dan polusi udara paling tidak

dapat menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan dan efek perilaku. Suhu

yang paling nyaman adalah kurang lebih 25 derajat celcius. Apabila suhu

menjadi tidak nyaman (diatas 25 derajat celcius) maka akan

mengakibatkan gangguan tidur maupun istirahat.

c. Pencahayaan dan warna

Menurut Fisher dkk terdapat banyak efek pencahayaan yang

berkaitan dengan perilaku. Pada dasarnya, cahaya dapat mempengaruhi

kinerja seseorang, mempengaruhi suasana hati, dan mempengaruhi

perilaku sosial. Efek ini mungkin tergantung pada isi lingkungan dimana

kita berada. Cahaya dan warna sulit untuk dipisahkan, karena kedua hal

tersebut saling mempengaruhi. Warna dapat juga menentukan seberapa

baik pencahayaan suatu ruangan tampak oleh kita.

15

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Warna yang amat terang juga akan berpengaruh terhadap

penglihatan. Area - area yang diberi warna terlalu amat terang di satu

pihak menimbulkan kelelahan mata, juga akan menghasilkan bayangan

yang mengganggu. Warna - warna yang terlalu kontras, selain

mengganggu juga memberikan terlalu banyak terjadi penangkapan bayang

pada mata dan memberi kesan membingungkan (Lang,1987).

Menurut Heimstra dan Mc Farling, warna memiliki tiga dimensi

yaitu : kecerahan (brightness), corak warna (hue) dan kejenuhan

(saturation). Kecerahan adalah intensitas warna, corak warna adalah

warna yang melekat dari suatu objek, kejenuhan adalah tingkatan unsur

warna putih yang dicampurkan pada warna lainnya, suatu warna tertentu

akan berisikan unsur putih yang dicampurkan pada warna lainnya.

2. Architectural features

Architectural features, di dalamnya mencakup setting yang bersifat

permanent. Terdapat dua unsur dalam hal ini yaitu meliputi unsur estetika dan

pengaturan perabot.

a. Estetika

Pengetahuan mengenai estetika memberi gambaran terhadap

identifikasi dan pengetahuan yang mempengaruhi persepsi dari suatu

pengalaman yang menyenangkan. Dan dengan adanya estetika maka

kemampuan manusia untuk menciptakan dan untuk menikmati karya

dapat disalurkan.

Setiap orang tentunya memiliki nilai estetika (nilai seni/ keindahan)

walaupun kadarnya berbeda- beda. Menurut Fisher dkk. (1984) salah satu

tujuan utama dalam desain yaitu untuk memunculkan respon tertentu

terhadap setting yang telah diselesaikan. Kualitas estetika memegang

penting dalam hal ini.

b. Pengaturan perabot

Pengaturan perabot dan aspek- aspek lain ruang dalam merupakan

salah satu penentu perilaku yang penting. Pengaturan perabot dalam ruang

dapat pula mempengaruhi cara orang mempersepsi ruangan tersebut.

16

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Imamoglu (dalam heimstra dan Mc Farling, 1978; Fisher., dkk 1984)

menemukan bahwa ruang yang kosong mdipersepsikan lebih besar dari

pada ruangan dengan perabot, yang pada gilirannya dipersepsikan lebih

besar dari pada ruang yang terlalu banyak perabot.

Pengaturan perabot dapat digunakan untuk membantu mengatur

perencanaan tata ruang arsitektur suatu setting. Pada kebanyakan konteks

lingkungan, dinding, lokasi pintu dan sebagainya sudah ditetapkan dan

bagian - bagian ini sulit untuk dipindah - pindahkan. Sampai batas- batas

tertentu elemen- elemen ini memang membentuk ruang di dalam sebuah

bangunan.

II.2.3 Tinjauan Mengenai Desain Ruang

“People modify the spaces they live in, in turn are modified by them”,

(Edward Soja, 2005). Yang mempunyai arti “Manusia membentuk ruang, ruang

membentuk manusia”. Teori ini menggambarkan bahwa ruang dan manusia

merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Teori lain yang mendukung pernyataan tersebut yaitu perilaku manusia

akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik (Rapoport. A, 1969).

Pendekatan perilaku ini, menekankan pada keterkaitan ekletik antara ruang

dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan ruang atau menghuni ruang

tersebut. Adanya pendekatan interaksi antara manusia dan ruang cenderung

menggunakan setting dari pada ruang. Istilah setting memberikan penekanan

pada unsur - unsur kegiatan manusia yang mengandung beberapa hal yaitu :

pelaku, macam kegiatan, tempat, dan waktu berlangsungnya kegiatan.

Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu kegiatan dengan tempat

yang lebih spesifik. Behaviour setting mengandung unsur-unsur sekelompok

orang yang melakukan kegiatan, tempat di mana kegiatan tersebut dilakukan dan

waktu spesifik saat kegiatan dilakukan. Setting perilaku terdiri dari 2 macam

yaitu:

17

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

3. System of setting (sistem tempat atau ruang), sebagai rangkaian unsur-unsur

fisik yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai

untuk suatu kegiatan tertentu.

4. System of activity (sistem kegiatan), sebagai suatu rangkaian perilaku yang

secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang.

Desain behaviour setting yang baik dan tepat adalah desain yang sesuai

dengan struktur perilaku penggunanya di mana desain tersebut dapat

diadaptasikan, fleksibel atau terbuka terhadap pengguna berdasarkan pola

perilakunya. Dari pemahaman tersebut selanjutny pendesain dapat memunculkan

pola ruang yang akan dirancang. Menurut Edward T. Hall (dalam Laurens, 2004)

ada tiga tipe dasar dalam mengidentifikasi pola ruang :

Ruang Berbatas Tetap (Fixed-Feature Space), ruang berbatas tetap dilingkupi

oleh pembatas yang relatif tetap dan tidak mudah digeser, seperti dinding

masif, jendela, pintu atau lantai.

Ruang Berbatas Semi Tetap (SemiFixed- Feature Space), ruang yang

pembatasnya bisa berpindah, seperti ruang-ruang pameran yang dibatasi oleh

partisi yang dapat dipindahkan ketika dibutuhkan menurut setting perilaku

yang berbeda.

Ruang Informal, ruang yang terbentuk hanya untuk waktu singkat, seperti

ruang yang terbentuk kedua orang atau lebih berkumpul. Ruang ini tidak tetap

dan terjadi di luar kesadaran.

Dengan adanya pengidentifikasian pola ruang tersebut, pendesain dapat

mengelompokkan batasan ruang sehingga tercipta pengkoordinasian ruang yang

memberikan privasi ataupun kenyamanan bagi penggunanya.

Konsep dasar yang pembentuk sebuah ruang fisikal dalam perancangan

yaitu meliputi :

1. Antropometri

Dalam buku Dimensi Manusia Dan Ruang Interior antropometri diartikan

sebagai ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh

manusia guna merumuskan perbedaan- perbedaan ukuran pada tiap individu

18

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

ataupun kelompok dan lain sebagainya. Sedangkan fungsi dari Antropometri

ini menurut Grandjean dalam buku Psikologi Arsitektur yaitu digunakan

untuk menentukan spesifikasi dimensi fisik ruang, perabotan, peralatan

sampai ke pemakaiannya. Tujuannya adalah untuk memberikan kenyamanan

bagi penggunanya dengan menyocokkan dimensi desain dengan dimensi

pemakai.

Gambar II-1 : Antropometri Manusia

(Sumber : Dimensi Manusia Dan Ruang Interior)

2. Privasi

Privasi dalam arsitektur bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang atau

kelompok dalam mengontrol panca indranya dengan pihak lain. Hal ini

dinyatakan dalam suatu ruang yang tertutup dari jangkauan pandangan

maupun fisik dari pihak luar. Jadi jelas ada batasan- batasan fisik untuk

mencapainya. Ruang personal dan territorial merupakan mekanisme utama

bagian privasi.

19

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Ruang Personal (personal space)

Ruang personal adalah salah satu mekanisme perilaku untuk

mencapai tingkat privasi tertentu. Beberapa karakterisitik ruang personal

menurut Sommer dan Goffman (Altman,1975) meliputi:

1. Batas diri yang tidak boleh dimasuki oleh orang lain.

2. Ruang personal itu tidak berupa pagar yang tampak mengelilingi

seseorang dan terlerak di suatu tempat tetapi batas itu melekat pada

diri dan dibawa kemana-mana.

3. Ruang personal adalah batas kawasan yang dinamis, yang berubah-

ubah besarnya sesuai dengan waktu dan situasi.

4. Pelanggaran ruang personal ini akan dirasakan sebagai ancaman

sehingga daerah ini dikontrol dengan kuat.

5. Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak- jarak

antar manusia walaupun ada tiga orientasi dari orang lain yaitu

berhadapan, saling membelakangi dan searah.

Hayduk (1984) menyamakan ruang personal dengan gelembung

yang mengepung manusia. Menurutnya ruang personal merupakan ruang

tiga dimensional berbentuk silinder yang makin menyempit di area

pinggang ke bawah.

Ukuran gelembung setiap orang tidaklah sama disetiap situasi. Hal

ini dikarenakan setiap orang memiliki zona- zona spasial yang beragam

dan jumlah ruang yang dibutuhkan juga berbeda. Selain itu seseorang

mungkin memperoleh pengertian bahwa ruang personal tersebut lekat

dengan individu dalam semua situasi. Hal ini memiliki pengertian yang

berhubungan dengan rasa hormat kepada individu lain dan tidak

diterapkan dalam jarak antar manusia dan perabot.

20

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Gambar II-2 : Gelembung Ruang Personal

(Sumber : Fisher dkk., 1984)

Teritorialitas (Territoriality)

Holahan (dalam Iskandar, 1990) mengungkapkan bahwa

teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilik tempat

atau area yang sering melibatkan ciri pemiliknya dari serangan orang lain.

Dengan demikian menurut Altman (1975) penghuni tempat tersebut dapat

mengontrol daerahnya atau unitnya dengan benar, atau merupakan suatu

territorial primer.

Adapun perbedaan antara ruang personal dan teritorialitas yaitu

ruang personal dibawa ke manapun seseorang pergi, sedangkan teritory

memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang

tidak berubah- ubah.

Altman membagi teritorialitas menjadi 3 yaitu territorial primer,

sekunder dan umum.

1. Teritorial Primer

Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi

pemiliknya. Salah satu contoh ruang dalam teritori ini adalah ruang

tidur.

2. Teritorial Sekunder

Jenis teritori ini lebih longgar pemakaian dan pengontrolannya

oleh perorangan. Teritorial ini dapat digunakan oleh orang lain yang

21

Page 16: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai

kepentingan kepada kelompok itu. Sifat territorial sekunder adalah

semi publik. Yang termasuk territorial ini adalah sirkulasi di dalam

hotel, toilet, zona servis, dan sebagainya.

3. Teritorial Umum

Teritorial umum dapat digunakan oleh semua orang dengan

mengikuti aturan- aturan yang lazim di dalam masyarakat di mana

territorial umum itu berada. Teritorial umum dapat digunakan secara

sementaradalam jangka waktu lama maupun singkat. Contoh

territorial umum ini adalah taman, tempat duduk, parkiran, dan

sebagainya. Berdasarkan pemakaiannya territorial umum dapat dibagi

menjadi tiga yaitu Stalls, Turns, dan Uses Space.

a. Stalls merupakan suatu tempat yang dapat disewakan dan

dipergunakan dalam jangka waktu tertentu, biasanya berkisar

antara jangka waktu lama dan agak lama. Contohnya adalah kamar

hotel. Kontrol terhadap stalls hanya berbeda dalam jangka waktu

penggunaan saja dan akan berhenti pada saat penggunaan waktu

habis.

b. Turns mirip dengan stall, hanya berbeda dalam jangka waktu

penggunaannya saja. Turns dipakai dalam waktu yang singkat,

misalnya tempat antrian.

c. Use Space adalah teritori yang berupa ruang yang dimulai dari

titik kedudukan seseorang ke titik kedudukan objek yang sedang

diamati seseorang.

3. Kesesakan dan Kepadatan

Kepadatan dan kesesakan adalah dua dari konsep gejala persepsi manusia

terhadap lingkungannya. Stokols (dalam Arsitektur dan Perilaku Manusia,

2004) menyatakan bahwa kepadatan adalah kendala keruangan (spatial

constraint). Sementara itu, kesesakan adalah respons subjektif terhadap ruang

yang sesak. Kesesakan dan kepadatan saling berhubungan, semakin banyak

jumlah manusia berbanding luasnya ruangan, makin padatlah keadaannya.

22

Page 17: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Baun dan Paulus (1987) menerangkan bahwa proses kepadatan dapat

dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh dapat ditentukan

oleh penilaian berdasarkan empat factor, yaitu:

1. Karakteristik setting fisik

2. Karakteristik setting social

3. Karakteristik personal

4. Kemampuan beradaptasi

Gambar II-3 : Kerangka Penilaian kepadatan dan kesesakan

Kepadatan

Karakteristik Karakteristik setting fisik personal

Evaluasi PenilaianTerhadap Dampak

Dari Setting

Karakteristik KemampuanSetting social beradaptasi

Kesesakan Tidak Terjadi Kesesakan

(Sumber : Baun dan Paulus, 1987)

II.2.4 Tinjauan Mengenai Perilaku Penghuni Hotel Kapsul

Penghuni hotel secara umum bisa dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu

kelompok business person dan non business person. Dalam kasus hotel kapsul

Tanah Abang ini, business person lebih didominasi oleh pedagang. Sedangkan

non business person bisa merupakan wisatawan maupun orang- orang yang

membutuhkan tempat peristirahatan sementara.

Karakteristik tamu hotel yang merupakan business person meliputi:

1. Bepergian seorang diri atau berkelompok.

23

Page 18: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

2. Menginap dalam jangka waktu relatif singkat.

3. Ingin cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga mempertimbangkan jarak

terhadap pencapaian ke objek tujuan harus sedekat mungkin.

4. Pertimbangan ekonomi dan fasilitas.

5. Rekreasi tidak diprioritaskan.

Interaksi yang dilakukan di luar hotel menuntut tamu beraktivitas di luar

dan memanfaatkan fasilitas hotel dalam waktu yang singkat, misalnya

beristirahat. Interaksi yang dilakukan dalam lingkungan hotel menuntut

disediakannya ruang yang nyaman, mempunyai privasi yang tinggi dan dapat

mendukung proses relasi bisnis yang diinginkan.

Karakteristik tamu hotel yang merupakan non business person meliputi:

1. Bepergian seorang diri atau berkelompok.

2. Menginap dalam jangka waktu singkat maupun lama.

3. Lebih mengutamakan fasilitas yang mendukung istirahat penghuni.

4. Pertimbangan kenyamanan dan fungsional.

5. Rekreasi diprioritaskan bagi wisatawan, kecuali bagi wisatawan yang hanya

transit memungkinkan rekreasi bukan merupakan prioritas utamanya.

II.3 Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung

II.3.1 Studi Banding Hotel

Studi hotel ini bertujuan untuk membantu penyusun agar lebih memahami karakteristik dan kebutuhan hotel yang meliputi studi dari beberapa proyek sejenis.

1. The Nakagin Capsule Tower

Nakagin Capsule Tower terletak di daerah Ginza Tokyo. Bangunan ini

dirancang oleh Kisho Kurokawa, arsitek metabolist termuda. Bangunan ini

selesai dibangunan pada tahun 1972. Nakagin Capsule Tower ini adalah

bangunan berbentuk kapsul yang pertama kali dibangun. 24

Page 19: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Gambar II - 4: Nakagin Capsule Tower

(Sumber : Google Image Search)

Nakagin Capsule Tower menggunakan konsep arsitektur metabolism

dengan menekankan pada aspek seperti siklus metabolisme tubuh yang dapat

diperbaharui, dapat diperbaharui disini diartikan dapat diganti, dipindah,

ditambahkan maupun dikurangi sehingga berkelanjutan.

Bangunan ini terdiri dari dua menara inti beton dengan 140 kapsul

terhubung ke menara. Semua kapsul – kapsul ruang adalah prefabrikasi dan

dirancang untuk dapat dilepas dan diganti. Setiap kapsul berukuran sekitar 10

meter persegi dengan sudah dibekali berbagai fasilitas antara lain tempat

tidur, meja, kulkas, TV, ruang penyimpanan, toilet dan shower.

Bagi para arsitek Jepang dalam Kelompok Metabolisme mengartikan

kata tersebut seperti menciptakan lingkungan yang dinamis yang dapat hidup

dan tumbuh dengan membuang bagian-bagian yang sudah usang dan

menggantinya dengan yang lebih baru dan unsur-unsur yang lebih layak

untuk mengembangkan sistem bangunan yang dapat mengatasi masalah-

masalah masyarakat kita yang cepat berubah, dan pada saat yang sama

mempertahankan kestabilan kehidupan manusia.

Konsep Nakagin Capsule Tower :

1. Bangunan ini didasarkan pada ide transformasi

2. Dunia kota yang fleksibel dimana bangunan, seperti manusia,

bersifatsementara dan terus berubah

3. Kota masa depan : mimpi dan visi rekonstruksi Jepang

pasca perang dan masa kini.

25

Page 20: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Dengan konsep tersebut, Nakagin Capsule Tower menerapkan

penggunaan ruang dengan lebih bijaksana dan memiliki desain yang ramping

dan pada akhirnya memberi manfaat bagi pertumbuhan masyarakat.

Gambar II - 5: Desain unit kamar Nakagin Capsule Tower

(Sumber : Google Image Search)

Konsep utama yang ditonjolkan dalam metabolism adalah change

ability dan flexibility. Bangunan Nakagin Capsule Tower merupakan

bangunan yang dibangun dengan Metabolism dan mengusung dua konsep

utama tersebut. Penerapan utamanya sudah sangat terlihat,yaitu bangunan

tersusun dari kapsul - kapsul yang dapat dengan mudah disusun dan diubah-

ubah menyesuaikan dengan lingkungan.

Kurokawa mengembangkan teknologi untuk menginstal unit kapsul

kedalam inti beton dengan hanya 4 baut tegangan tinggi, serta membuatunit

dilepas dan diganti. Setiap kapsul terpasang secara independen dankantilever

dari poros, sehingga setiap kapsul dapat dihilangkan denganmudah tanpa

mempengaruhi yang lain. Interior pada tiap kapsulmerupakan ruangan yang

kecil, namun terjangkau, menyenangkan, efisien, futuristik, dan nyaman.

Teknologi yang diterapkan Kurokawa pada bangunan ini membuat

konsep “changeability dan flexibility” yang ada pada metabolism dapat

teraplikasikan. Pembangunan dilakukan di dua tempat, pembangunan yang

dilaksanakan di dalam site dan di luar site yaitu pabrik. Pekerjaan

pembangunan yang dilakukan langsung pada site, yaitu penyusunan kapsul -

26

Page 21: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

kapsul da nmembangun dua menara. Selain itu juga dilakukan pemasokan

energy pada sistem dan peralatan pada bangunan.

Gambar II-6 : Teknologi untuk menginstal unit kapsul

(Sumber : Google Image Search)

2. 9 Hours Hotel

Hotel kapsul 9 hours ini dibuka di shimogyo-ku, kyoto, Jepang pada bulan Desember 2009. Hotel ini terdiri dari 9 lantai dengan jumlah kamar sebanyak 125 kamar, dan dilengkapi berbagai fasilitas.

Gambar II-7 : Hotel 9 Hours

(Sumber : http://9hours.jp)

Konsep utama dari hotel ini yaitu berdasarkan aktifitas penghuni yang terdiri dari 1 jam mandi, 7 jam tidur, dan 1 jam beristirat. Itulah sebabnya hotel ini di beri nama hotel

27

Page 22: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

9 hours. Hotel ini hanya diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin beristirahat paling lama 17 jam.

Gambar II-8 : Konsep 9 Hours

(Sumber : http://9hours.jp)

Setiap unit kapsul memiliki ukuran yang sama dan dilengkapi dengan teknologi yang maju.

Gambar II - 9 : Unit kapsul 9 hours

(Sumber : http://9hours.jp)

Hotel ini memliki berbagai fasilitas untuk para pengunjung dengan desain yang di dominasi warna hitam putih. Selain itu disediakan lift yang dipisahkan antara wanita dan pria karena adanya pemisahan unit kapsul antara pria dan wanita.

Gambar II-10 : Lobby di hotel 9 Hours

28

Page 23: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

(Sumber : http://9hours.jp)

Gambar II-11 : Fasilitas- fasilitas di hotel 9 Hours

Loker sepatu Loker barang

Toilet Wastafel

(Sumber : http://9hours.jp)

Gambar II-12 : Lift hotel 9 Hours

(Sumber : http://9hours.jp)

29

Page 24: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Hotel 9 hours juga memberikan fasilitas berupa perlengkapan individu

seperti pakaian tidur, sandal, minuman, perlengkapan mandi, hairdryer

dan sebagainya.

Gambar II-13 : Fasilitas individu hotel 9 Hours

(Sumber : http://9hours.jp)

3. Hotel First Cabin

Gambar II-14 : Hotel First Cabin

30

Page 25: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

(Sumber : www.tripadvisor.com.sg)

Hotel ini terletak di pusat kebudayaan dan perbelanjaan kota Kyoto,

First Cabin Kyoto terletak 0.1 km dari pusat kota dan menyediakan

kemudahan akses ke fasilitas-fasilitas penting kota ini, selain itu hotel ini juga

terletak dekat dengan Stasiun Metro Shijo, Kyoto Cinema, dan Stasiun Metro

Karasuma.Gambar II-15 : Unit kamar hotel First Cabin

(Sumber : www.tripadvisor.com.sg)

Dengan menawarkan pelayanan superior dan sejumlah fasilitas kepada

para tamu hotel, First Cabin juga menyediakan sejumlah pelayanan, termasuk

ruang merokok , bar/pub, lift, layanan laundry/dry cleaning. Semua

akomodasi tamu dilengkapi dengan fasilitas yang telah dirancang dengan baik

demi menjaga kenyamanan.

4. Hotel Formule 1

Hotel formula 1 Menteng

Hotel Formule 1 berlokasi di Menteng yang terletak di pusat bisnis

tersibuk di Jakarta,dan hanya berjarak 5 menit dari kawasan Segitiga

Emas dan pusat bisnis kota. Formule 1 Menteng menawarkan akomodasi

31

Page 26: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

terjangkau yang menyatu dengan pusat perbelanjaan di mana pelanggan

dapat menikmati fasilitas hiburan dan kuliner yang ditawarkan di areal

Menteng. Gambar II-16 : Fasade hotel formule 1 Menteng

(Sumber : www.1001malam.com)

Hotel ini terdapat 135 unit kamar, yang terdiri dari 117 double

badrooms, dan 18 triple badrooms.

Gambar II-17 : Double dan Triple badrooms formule 1

(Sumber : Google Image Search)

Fasilitas yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan hotel lainnya,

antara lain TV Cable, AC, Breakfast, Extra Bed, dan lain-lain. Hal yang

menarik dari konstruksi bangunannya kerena di desain seperti lapangan

Race Balap Mobil, dengan nuansa kuning cerah memudahkan hotel ini

untuk ditemukan.

Hotel formula 1 CikiniGambar II-18 : Fasade hotel formule 1 Cikini

32

Page 27: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

(Sumber : Google Image Search)

Hotel Formule 1 berlokasi di pusat kota, di sebelah Taman Ismail

Marzuki pusat seni budaya dan dekat dengan pusat bisnis Jakarta,

kawasan Segitiga Emas, Gambir Train dan Universitas Indonesia. Hotel

Bintang 2 di Jakarta ini memiliki 150 kamar yang di desain minimalis

modern yang terdiri dari type Standard Queen Bed di mana di dalam

ruangan ini terdapat 1 tempat tidur berukuran Queen dan type lain

Standard Quenn Bunkbed, ruangan ini terdapat 2 tempat tidur atas bawah.

Hotel dekat Stasiun Gambir ini menjadi pilihan favorit bagi para

pelancong sebagai tempat peristirahatan mereka dari berlibur atau yang

melakukan perjalanan Bisnis.

Gambar II-19 : Unit kamar hotel formule 1 Cikini

(Sumber : Google Image Search)

Fasilitas hotel-hotel berbintang Indonesia juga semakin ketat

berkompetisi dalam mengakomodasi tiap kebutuhan dan keinginan

customer, dari fasilitas akses wi-fi dan ball room juga mengunggulkan

keunikkan dan pesona tersendiri tanpa meninggalkan modernisasi serta

33

Page 28: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

profesionalitas pelayanan. Lokasi mereka yang biasanya terletak di area

strategis, hingga mempermudah jangkauan pusat perkantoran, area

komersil, niaga serta hiburan.

Tabel II-1: Perbandingan Hotel

Nama hotel

The Nakagin

Capsule

Tower

9 Hours First

Cabin

formule 1

Menteng

formule 1

Cikini

Lokasi

Ginza, Tokyo

Jepang

Shimogyo,

Kyoto, Jepang

Kyoto-

Karasuma

Jepang

Jl. HOS

Cokroaminoto

No.

79 .Menteng,

Jakarta Pusat

Jl. Cikini

raya No. 75

Menteng,

Jakarta

Pusat

Jenis hotel City Hotel

(Hotel kapsul)

Transit Hotel

(Hotel kapsul)

City Hotel City Hotel City Hotel

Jumlah

Kamar

140 125 121 135 150

Fasilitas

Kamar

Kulkas,

Televisi,

Tempat Tidur,

Lemari

Pakaian,

Perlengkapan

dapur, Kamar

mandi dalam,

Radio, Alarm

Tempat tidur,

AC, alarm

layanan kamar

24 jam,

televisi,

tempat tidur

Room service,

Tempat Tidur,

Lemari

Pakaian, Air

Conditioning

(AC), deposit

box, TV Cable,

AC, Breakfast,

Extra Bed

Tempat Tidur,

Lemari

Pakaian,

Televisi, Air

Conditioning

(AC), Televisi

Berlangganan,

Kamar Mandi

Dalam, Water

Heater,

Wastafel,

Kulkas, Sofa,

Telepon

Kamar,

Internet

Tipe

Kamar

Ukuran kapsul

hanya 1 jenis:

2.3 m (7.5 ft) ×

3.8 m (12 ft) ×

Ukuran

kapsul hanya

1 jenis:

2 m x 0,8 m

First Class

4,2m2

Business

Class 2,5m2

69 double

badrooms, dan

18 triple

badrooms

Standard dan

Bunkbed

34

Page 29: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

2.1 m (6.9 ft) x0,8 m

Fasilitas

Lain

Lobby,

Resepsionis.

Akses internet

nirkabel gratis

tersedia di

area publik,

Loker barang

dan sepatu,

fasilitas

pribadi seperti

sepatu,

pakaian tidur,

sandal,dll.

Toilet

bersama,

Resepsionis.

bar/pub,

coffee shop,

fasilitas orang

cacat,

fasilitas rapat,

kasino,

kotak

penyimpanan

layanan

laundry/dry

cleaning,

lift,

penitipan bayi,

pusat bisnis,

restoran,

ruang

merokok,

salon,

sewa sepeda,

toko,

transfer

bandara/hotel,,

wi-fi

Airport

transfer,

meeting

room,

elevator,

laundry/dry

clean,

smoking

room, wi-fi,

concierge,

restaurant,

café, bar/

pub, lobby

lounge,

cctv, money

changer,

kids corner.

Lobby,

Resepsionis,

Room Service,

Restoran /

Cofee Shop,

Fitness / Gym,

Kolam

Renang,

Keamanan 24

Jam, CCTV.

II.3.2 Studi Literatur Terkait Tema dan Topik

Prinsip rumah multifungsi di Jepang

Menurut Altman (1975) ruang keluarga di dalam rumah pada rumah-

rumah di daerah pinggiran Amerika Serikat umumnya dijadikan tempat untuk

berinteraksi social dan keluarga. Rumah- rumah di sana menggunakan ruang-

ruang tertentu seperti ruang baca, ruang tidur, dan kamar mandi sebagai

tempat untuk menyendiri, dan tempat untuk berpikir. Dengan cara itu ruangan

menjadi bertambah banyak untuk memenuhi kebutuhan penghuninya.

35

Page 30: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Selama ini kita terpaku bahwa suatu desain tertentu memiliki fungsi

tunggal. Kita tidak pernah berpikir untuk memiliki ruang yang sama dengan

beberapa fungsi serta dapat diubah sesuai dengan kebutuhan kita. Untuk

berubahnya kebutuhan, kita tidak mengubah dimensi tempat.

Prinsip ini telah dipakai oleh orang Jepang, di mana di dalam rumah

dinding dapat dipindah- pindahkan ke luar dan ke dalam ruangan. Satu area

yang sama kemungkinan dapat dipindah- pindahkan ke dalam dan ke luar

ruangan. Satu area dapat difungsikan untuk makan, tidur, dan interaksi sosial

dalam waktu yang berbeda. Logikanya adalah bahwa penggunaan lingkungan

yang mudah diubah- ubah tersebut adalah cara agar lingkungan tersebut

fleksibel terhadap perubahan kebutuhan.

Gambar II-20 : Pemanfaatan ruang untuk beberapa fungsi

(Sumber : elearning.gunadarma.ac.id)

Berdasarkan pernyataan tersebut kita dapat menerapkan prinsip desain

tersebut ke dalam unit-unit kamar hotel kapsul, di mana keterbatasan dimensi

ruang dapat memenuhi kebutuhan penghuni dengan menambah beberapa fungsi

desain ruang dalam unit kamar tersebut dengan memodifikasi konsep tersebut

tanpa mengubah prinsipnya.

Desain interior dan perilaku pengunjung Di ruang publik di Kelapa Gading Mall Jakarta

36

Page 31: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

Menurut Taufan Hidjaz Hubungan timbal balik antara suasana ruang

(atmosphere) dengan perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor desain interior

ruang dan karakteristik dominan dari manusia yang berinteraksi di dalamnya.

Suasana ruang sebagai kualitas lingkungan, merupakan masukan pada manusia

yang kemudian dikonversikan oleh manusia menjadi persepsi dan keluaran pada

perilaku, sebaliknya kegiatan atau perilaku manusia itu sendiri dapat

mempengaruhi suasana ruang. Suasana ruang di Kelapa Gading mall dapat

tercipta dan merupakan resultan dari komponen - komponen fisik interior,

kegiatan pengunjung di dalamnya dan interaksi sosial yang menyertainya.

Suasana ini akan menjadi stimulan bagi perilaku pengunjung, yang menjadi

bagian dari suasana ruang itu sendiri. Sebagai stimulan, suasana ruang yang

terbentuk akan mempengaruhi persepsi, kognisi dan proses motivasi dalam

sistem kepribadian individu, kemudian membentuk respons - respons terhadap

suasana ruang tersebut yang diwujudkan oleh perilaku atau kegiatan.

Gambar II-21 : Lobby utama dan koridor Kelapa Gading Mall

(Sumber : Google Image Search)

Analisis ini pada dasarnya menguraikan secara spesifik tentang lobi utama

dan koridor Kelapa Gading Mall. Salah satu contoh yaitu mengenai warna pada

ruang lobi ini, merupakan fenomena pencahayaan dan interpretasi visual yang 37

Page 32: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

menjelaskan persepsi pengunjung terhadap corak, intensitas dan nada, sangat

terkait dengan material yang digunakan pada lantai, dinding, langit-langit, dan

furnitur yang ada di dalamnya. Warna lantai merupakan gabungan warna terang

granit jenis bianco sardo, granit blue pearl yang hampir hitam, dan granit pink

porino. Pola lantai geometris berukuran besar dan bersifat repetitive memenuhi

hampir seluruh luas bidang lantai lobi, sangat dominan terhadap unsur-unsur

ruang yang lain. Tiap lantai menggunakan pola berulang yang berbeda pada

koridor, lift hall, dan jembatannya, dimaksudkan agar pengunjung bisa

membedakan masing-masing lantai. Faktor penggunaan warna yang terbatas dan

kontras pada pola repetitif ini memperkuat dominasi pola lantai terhadap unsur-

unsur ruang yang lain, seperti warna dinding coklat terang dengan bidang-bidang

vertikal.

II.4 Kesimpulan

Pengaruh perilaku istirahat penghuni terhadap rancangan Hotel Kapsul cukup

besar, karena kegiatan utama di dalam hotel merupakan kegiatan istirahat.

Sehingga perlu adanya penyesuaian desain terhadap faktor- faktor yang

mempengaruhi perilaku istirahat agar dapat menciptakan kenyamanan bagi

penghuninya. Hal- hal yang ikut mempengaruhi perilaku istirahat bukan hanya

meliputi jenis penghuni yang menggunakan hotel tersebut tetapi aspek kualitas

lingkungan dan pembentukan desain ruang juga perlu ditinjau agar mendukung

privasi dan kualitas isrirahat penghuni.

38

Page 33: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSejak jaman penjajahan Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,

39