valuasi ekonomi banjir lumpur sidoarjo - finished

Upload: aldonsinaga

Post on 14-Jul-2015

145 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

VALUASI EKONOMI

BENCANA LUMPUR SIDOARJO

Banjir Lumpur Sidoarjo

Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau lebih dikenal sebagai bencana Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian

selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan denganKecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan. Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-PasuruanBanyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi.

Page |1

Valuasi Ekonomi Bencana Lumpur Sidoarjo

Penetapan Banjir Lumpur Panas Sidoarjo sebagai bencana alam oleh pemerintah menempatkan peristiwa dan fenomena alam ini sebagai salah satu bentuk peristiwa alam, yang mengesampingkan campur tangan manusia sebaagai penyebabnya. Mencermati hal tersebut, maka pengukuran dampak secara ekonomi atas aktivitas disekitarnya dapat dilakukan. Pengukuran maupun penilaian ekonomi atas dampak banjir lumpur Sidoarjo akan dapat memberikan gambaran tingkat pentingnya bencana tersebut, kepantasan alokasi anggaran untuk pelaksanaan tindakan pengendalian dampak serta pemberian ganti rugi. Sejak tahun 2006 saat awal terjadinya bencana, telah banyak upaya yang dilakukan guna menilai dampak ekonomi dari peristiwa ini. Kantor negara Lingkungan hidup mencatat bahwa kerugian yang dakibatkan peristiwa lumpur Sidoarjo selama lima bulan pertama adalah sebesar 5 triliun rupiah. Angka ini meliputi kerusakan sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan serta mencakup wilayah hingga pesisir pantai. Tuntutan untuk menilai setiap dampak aktivitas manusia pada lingkungan semakin besar. Undang-undang nomor 30 / 2007 tentang Energi dan 32 / 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah secara tegas memsyaratkan estimasi nilai ekonomi sebagai dampak aktivitas manusia harus di lakukan dan di tetapkan sebagai Biaya dalam pengelolaan sumberdaya alam. Mendukung hal tersebut berbagai metode juga telah makin berkembang untuk mengukur / menilai potensi ekonomi maupun potensi kerusakan yang dihasilkan aktivitas manusia terhadap alam / lingkungan. Dengan prinsip yang sama sebagaimana dengan penilaian nilai ekonomi sumberdaya alam, dampak dari bencana alam dapat pula dinilai secara ekonomis. Dengan prinsip berkebalikan, kita dapat memberikan nilai Deplesi dan Depresiasi daya dukung lingkungaan dan sumberdaya alm sebagai akibat peristiwq Banjir Lumpur Sidoarjo. Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya. Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan pengelolaan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh. Degradasi merupakan nilai penurunan yang diperoleh dari penyusutan asset / sektor yang dinilai. Pengukuran degradasi ini dapat menggunakan pendekatan valuasi ekonomi yang akan dijelaskan kemudian.

Page |2

Bila kita menambahkan nilai Deplesi Sumberdaya yang dieksploitasi dengan nilai Degradasi Lingkungan sebagai akibat eksploitai sumberdaya alam, akan dapat diperoleh Nilai Depresiasi sektor, sesuai sektor sumberdaya yang dieksploitasi (Depertemen Kehutanan, 2001).

Page |3

Gambaran Umum Bencana Lumpur Sidoarjo

Berdasarkan beberapa pendapat ahli lumpur keluar disebabkan karena adanya patahan, banyak tempat di sekitar Jawa Timur sampai ke Madura seperti Gunung Anyar di Madura, "gunung" lumpur juga ada di Jawa Tengah (Bleduk Kuwu). Fenomena ini sudah terjadi puluhan, bahkan ratusan tahun yang lalu. Jumlah lumpur di Sidoarjo yang keluar dari perut bumi sekitar 100.000 meter kubik perhari, yang tidak mungkin keluar dari lubang hasil "pemboran" selebar 30 cm. Dan akibat pendapat awal dari WALHI maupjun Meneg Lingkungan Hidup yang mengatakan lumpur di Sidoarjo ini berbahaya, menyebabkan dibuat tanggul di atas tanah milik masyarakat, yang karena volumenya besar sehingga tidak mungkin menampung seluruh luapan lumpur dan akhirnya menjadikan lahan yang terkena dampak menjadi semakin luas. Ada beberapa pendapat mengenai penyebab terjadinya semburan lumpur. Pertama menyatakan bahwa semburan gas disebabkan pecahnya formasi sumur pengeboran. Hal itu terjadi pada Senin, 29 Mei 2006 sekitar pukul 04.30 WIB, setelah bor macet saat akan diangkat ke atas, untuk mengganti rangkaian bor. Akibat gas tidak bias keluar ke atas melalui saluran fire pit dalam rangkaian pipa bor, gas menekan kesamping dan akhirnya keluar ke permukaan lewat rawa. Kebocoran gas berupa asap putih disertai Lumpur, membumbung tinggi sekitar 10 m, baunya mirip telur busuk (Jawa Pos, 3 Mei 2006). Penyebaba kedua adalah, Lapindo diduga lalai karena mengabaikan salah satu prosedur dalam program acuan pengeboran sumur BJP-1. Dalam proyek itu, Lapindo tidak memasang pipa selubung ataucasing berdiameter 9 5/8 inchi pada kedalaman bor 8.500 kaki. Pemasangan casing merupakan salah satu rambu keselamatan dalam pengeboran. Dari dokumen surat yang diperoleh Kompas, pada rapat teknis tanggal 18 Mei 2006 lalu, Lapindo diingatkan soal pemasangan casing itu oleh rekan proyeknya PT Medco. Pipa selubung harus sudah dipasang sebelum pengeboran mencapai sasaran, yaitu formasi kujung pada kedalaman 9.297 kaki atau sekitar 2804 meter. Dari paper ilmiah yg dipublikasikan AAPG (American Association of Petroleum Geologist) dan ditulis oleh Arse Kusumastuti tahun 2002 diketahui bahwa adanya colapse pada masa lampau. Pada saat operasi terjadi liquifaction (pencairan) atau seperti agar-agar yg dihentakkan secara mendadak sehingga mecotot keluar. Pada kondisi stabil mobile shale (mobile clay), berbetuk seperti tanah lempung yg sering kita lihat dipermukaan yg sangat liat. Namun

Page |4

ketika kondisi dinamis (karena mengalir), percampuran dengan air bawah tanah menjadikan lempung ini seperti bubur. Sumur Banjar Panji-1 tidak berada persis dalam line seismik. Kedalaman sumur ini sudah 9200 feet atau secara verikal mungkin sekitar 3.5 Km. Diketahui bahwa yang keluar saat ini adalah lumpur dengan material berasal dari formasi berumur Pliosen. Lumpur mengandung material volkanik. Mud volkano tersebut bisa terjadi melalui crack (patahan) yang sudah ada dan dapat juga melalui pinggiran sumur dengan membentuk crack/fracture yang baru. Keduanya akan menyebabkan kejadian yang sama yaitu keluarnya lumpur. Pendapat Lain, lumpur panas terangkat ke permukaan melalui celah batuan yang terbentuk. Ada beberapa mekanisme terjadinya rekahan yang sampai ke lapisan lumpur. Pemicunya bisa karena guncangan gempa atau ada zona yang mengalami tekanan berlebih (overpressure zone). Shale yang belum kompak dapat lepas atau keluar bila ada rekahan. Menurutnya, kondisi geologi Sidoarjo mirip dengan Purwodadi yang dekat dengan lapisan lempeng gunung api masa lampau. Di bawah permukaannya ditemukan lapisan lempung akibat aktivitas vulkanik. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya semburan gas. Pada kondisi geologi seperti ini terindikasi sumber migas yang melimpah.

Page |5

Keadaan Kimiawi Lumpur SidoarjoBerdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo, Corelab dan Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata lumpur Sidoarjo tidak termasuk limbah B3 baik untuk bahan anorganik seperti Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa, Sianida Bebas dan sebagainya, maupun untuk untuk bahan organik seperti Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene, Chloroform dan sebagainya. Hasil pengujian menunjukkan semua parameter bahan kimia itu berada di bawah baku mutu.[1] Hasil pengujian LC50 terhadap larva udang windu (Penaeus monodon) maupun organisme akuatik lainnya (Daphnia carinata) menunjukkan bahwa lumpur tersebut tidak berbahaya dan tidak beracun bagi biota akuatik. LC50 adalah pengujian konsentrasi bahan pencemar yang dapat menyebabkan 50 persen hewan uji mati. Hasil pengujian membuktikan lumpur tersebut memiliki nilai LC50 antara 56.623,93 sampai 70.631,75 ppm Suspended Particulate Phase (SPP) terhadap larva udang windu dan di atas 1.000.000 ppm SPP terhadap Daphnia carinata. Sementara berdasarkan standar EDP-BPPKA Pertamina, lumpur dikatakan beracun bila nilai LC50-nya sama atau kurang dari 30.000 mg/L SPP. Di beberapa negara, pengujian semacam ini memang diperlukan untuk membuang lumpur bekas pengeboran (used drilling mud) ke dalam laut. Jika nilai LC50 lebih besar dari 30.000 Mg/L SPP, lumpur dapat dibuang ke perairan. Tabel 1. Hasil Analisa Toxiditas Pada Materi Beberapa hasil pengujian Parameter Arsen Barium Boron Timbal Raksa Sianida Bebas Trichlorophenol Hasil uji maks 0,045 Mg/L 1,066 Mg/L 5,097 Mg/L 0,05 Mg/L 0,004 Mg/L 0,02 Mg/L 0,017 Mg/L Baku Mutu (PP Nomor 18/1999) 5 Mg/L 100 Mg/L 500 Mg/L 5 Mg/L 0,2 Mg/L 20 Mg/L 2 Mg/L (2,4,6 Trichlorophenol) 400 Mg/L (2,4,4 Trichlorophenol)

Namun Simpulan dari Wahana Lingkungan Hidup menunjukkan hasil berbeda, dari hasil penelitian Walhidinyatakan bahwa secara umum pada area luberan lumpur dan sungai Porong telah tercemar oleh logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang cukup berbahaya bagi manusia apalagi kadarnya jauh di atas ambang batas. Dan perlu sangat Page |6

diwaspadai bahwa ternyata lumpur Lapindo dan sedimen Sungai Porong kadar timbal-nya sangat besar yaitu mencapai 146 kali dari ambang batas yang telah ditentukan. (lihat: Logam Berat dan PAH Mengancam Korban Lapindo) Berdasarkan PP No 41 tahun 1999 dijelaskan bahwa ambang batas PAH yang diizinkan dalam lingkungan adalah 230 g/m3 atau setara dengan 0,23 g/m3 atau setara dengan 0,23 g/kg. Maka dari hasil analisis di atas diketahui bahwa seluruh titik pengambilan sampel lumpur Lapindo mengandung kadar Chrysene di atas ambang batas. Sedangkan untukBenz(a)anthracene hanya terdeteksi di tiga titik yaitu titik 7,15 dan 20, yang kesemunya di atas ambang batas. Tabel 2. Hasil Analisa Logam Pada Materi Parameter Kromium (Cr) Satuan mg/L Kep. MenKes no 907/2002 0,05 0,003 1 0,05 Lumpur Lapindo nd 0,3063 0,4379 7,2876 Air Lumpur Lapindo nd 0,0314 0,008 0,8776 Sedimen Sungai Porong nd 0,2571 0,4919 3,1018 Air Sungai Porong nd 0,0271 0,0144 0,6949

Kadmium (Cd) mg/L Tembaga (Cu) mg/L Timbal (Pb) mg/L

Dengan fakta sedemikian rupa, yaitu kadar PAH (Chrysene dan Benz(a)anthracene) dalam lumpur Lapindo yang mencapai 2000 kali di atas ambang batas bahkan ada yang lebih dari itu. Maka bahaya adanya kandungan PAH (Chrysene dan Benz(a)anthracene) tersebut telah mengancam keberadaan manusia dan lingkungan:

Bioakumulasi dalam jaringan lemak manusia (dan hewan) Kulit merah, iritasi, melepuh, dan kanker kulit jika kontak langsung dengan kulit Kanker Permasalahan reproduksi Membahayakan organ tubuh seperti liver, paru-paru, dan kulit

Dampak PAH dalam lumpur Lapindo bagi manusia dan lingkungan mungkin tidak akan terlihat sekarang, melainkan nanti 5-10 tahun kedepan. Dan yang paling berbahaya adalah keberadaan PAH ini akan mengancam kehidupan anak cucu, khususnya bagi mereka yang tinggal di sekitar semburan lumpur Lapindo beserta ancaman terhadap kerusakan lingkungan. Namun sampai Mei 2009 atau tiga tahun dari kejadian awal ternyata belum terdapat adanya korban sakit atau meninggal akibat lumpur tersebut.

Page |7

Keadaan Fisik Lumpur Sidoarjo

Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah masyarakat maupun membuat tanggul sebesar Rp. 6 Triliun.

Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi sarana pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.

Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.

Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini.

Page |8

Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja. Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon) Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit. Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit. Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal persawahan Pihak Lapindo melalui Imam P. Agustino, Gene-ral Manager PT Lapindo Brantas, mengaku telah menyisihkan US$ 70 juta (sekitar Rp 665 miliar) untuk dana darurat penanggulangan lumpur. Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik PDAM Surabaya patah . Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan lumpur dan sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam . Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-Porong dan jalur Waru-tol-Porong.

Tak kurang 600 hektar lahan pertanian terendam. Sebuah SUTET milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan listrik di empat desa serta satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat difungsikan.

Page |9

Penutupan ruas jalan tol ini juga menyebabkan terganggunya jalur transportasi SurabayaMalang dan Surabaya-Banyuwangi serta kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.

Bagaimanapun Masyarakat adalah korban yang paling dirugikan, di mana mereka harus mengungsi dan kehilangan mata pencaharian tanpa adanya kompensasi yang layak. Pemerintah hanya membebankan kepada Lapindo pembelian lahan bersertifikat dengan harga berlipat-lipat dari harga NJOP yang rata-rata harga tanah dibawah Rp. 100 ribu- dibeli oleh Lapindo sebesar Rp 1 juta dan bangunan Rp 1,5 juta masing-masing permeter persegi. untuk 4 desa (Kedung Bendo, Renokenongo, Siring, dan jatirejo) sementara desa-desa lainnya ditanggung APBN, juga penanganan infrastruktur yang rusak. PT Lapindo Brantas Inc sendiri dituntut untuk memenuhi perjanjian-perjanjian yang telah disepakati bersama dengan korban. Menurut sebagian media, tidak kurang dari 12.883 buah dokumen Mei 2009 yang harus dibayarkan.

P a g e | 10

Aktivitas dan Upaya PenanggulanganSejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur. Namun demikian, lumpur terus menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul dapat jebol, yang mengancam tergenanginya lumpur pada permukiman di dekat tanggul. Jika dalam tiga bulan bencana tidak tertangani, adalah membuat waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektar, dengan mengungsikan 12.000 warga. Kementerian Lingkungan Hidup menyiapkan 150 hektare waduk baru, juga ada cadangan 342 hektare lagi. Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) memperkirakan, musim hujan bisa membuat tanggul jebol, waduk-waduk lumpur meluber, jalan tol terendam, dan lumpur diperkirakan mulai melibas rel kereta. Ini adalah bahaya yang bakal terjadi dalam hitungan jangka pendek. Sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk memadamkan lumpur berikut menanggulangi dampaknya. Tujuan jangka pendeknya adalah memadamkan lumpur dan mencari penyelesaian cepat untuk jutaan kubik lumpur yang telah terhampar di atas tanah. Berbagai skenario di kemukakan untuk memberikan solusi menghentikan luapan lumpur ini, namun asumsi luapan bisa dihentikan sampai tahun 2009 tidak berhasil sama sekali, yang mengartikan luapan ini adalah fenomena alam. Kendalanya pekerjaan ini mahal dan memakan waktu. Salah satu skenario sebagai contohnya, sebuah rig (anjungan pengeboran) berikut ongkos operasionalnya membutuhkan Rp 95 miliar. Biaya bisa membengkak karena kontraktor dan rental alat pengeboran biasanya memasang tarif lebih mahal di wilayah berbahaya. Paling tidak kelima sumur akan membutuhkan Rp 475 miliar. Saat ini pun sulit mendapatkan rig yang menganggur di tengah melambungnya harga minyak. Pada 9 September 2006, diterbitkan surat keputusan presiden pembentukan Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo, yaitu Keppres Nomor 13 Tahun 2006. Keppres itu ditujukan untuk membentuk tim yang bertugas menyelamatkan penduduk di sekitar lokasi bencana, menjaga infrastruktur dasar, dan menyelesaikan masalah semburan lumpur dengan risiko lingkungan paling kecil. Seluruh biaya untuk pelaksanaan tugas tim nasional ini dibebankan pada PT Lapindo Brantas. Namun upaya Timnas ternyata gagal total walaupun telah menelan biaya 900 milyar rupiah. Jika skenario penghentian lumpur terlambat atau gagal maka tanggul yang disediakan tidak akan mampu menyimpan lumpur panas sebesar 126,000 m3 per hari. Pilihan penyaluran lumpur panas yang tersedia pada pertengahan September 2006 hanya tinggal dua. Skenario ini dibuat kalau luapan lumpur adalah kesalahan manusia, seandainya luapan P a g e | 11

lumpur dianggap sebagai fenomena alam, maka skenario yang wajar adalah 'Bagaimana Mengalirkan Lumpur Kelaut' dan Belajar Bagaimana Hidup Dengan Lumpur. Pilihan pertama adalah meneruskan upaya penangangan lumpur di lokasi semburan dengan membangun waduk tambahan di sebelah tanggul-tanggul yang ada sekarang. Dengan sedikit upaya untuk menggali lahan ditempat yang akan dijadikan waduk tambahan tersebut agar daya tampungnya menjadi lebih besar. Masalahnya, untuk membebaskan lahan disekitar waduk diperlukan waktu, begitu juga untuk menyiapkan tanggul yang baru, sementara semburan lumpur secara terus menerus, dari hari ke hari, volumenya terus membesar. Pilihan kedua adalah membuang langsung lumpur panas itu ke Kali Porong. Sebagai tempat penyimpanan lumpur, Kali Porong ibarat waduk yang telah tersedia, tanpa perlu digali, memiliki potensi volume penampungan lumpur panas yang cukup besar. Dengan kedalaman 10 meter di bagian tengah kali tersebut, bila separuhnya akan diisi lumpur panas Sidoardjo, maka potensi penyimpanan lumpur di Kali Porong sekitar 300,000 m3 setiap kilometernya. Dengan kata lain, kali Porong dapat membantu menyimpan lumpur sekitar 5 juta m3, atau akan memberikan tambahan waktu sampai lima bulan bila volume lumpur yang dipompakan ke Kali Porong tidak melebihi 50,000 m3 per hari. Bila yang akan dialirkan ke Kali Porong adalah keseluruhan lumpur yang menyembur sejak awal Oktober 2006, maka volume lumpur yang akan pindah ke Kali Porong mencapai 10 juta m3 pada bulan Desember 2006. Volume lumpur yang begitu besar membutuhkan frekuensi dan volume penggelontoran air dari Sungai Brantas yang tinggi, dan kegiatan pengerukan dasar sungai yang terus menerus, agar Kali Porong tidak berubah menjadi waduk lumpur. Sedangkan untuk mencegah pengembaraan koloida lumpur Sidoardjo di perairan Selat Madura,diperlukan upaya pengendapan dan stabilisasi lumpur tersebut di kawasan pantai Sidoardjo. Para pakar menyampaikan informasi bahwa kawasan pantai di Kabupaten Sidoardjo mengalami proses reklamasi pantai secara alamiah dalam beberapa dekade terakhir disebabkan oleh proses sedimentasi dan dinamika perairan Selat Madura. Setiap tahunnya, pantai Sidoardjo bertambah 40 meter. Sehingga upaya membentuk kawasan lahan basah di pantai yang terbuat dari lumpur panas Sidoardjo, merupakan hal yang selaras dengan proses alamiah reklamasi pantai yang sudah berjalan beberapa dekade terakhir. Dengan mengumpulkan lumpur panas Sidoarjo ke tempat yang kemudian menjadi lahan basah yang akan ditanami oleh mangrove, lumpur tersebut dapat dicegah masuk ke Selat Madura sehingga tidak mengancam kehidupan nelayan tambak di kawasan pantai Sidoardjo dan nelayan penangkap ikan di Selat Madura. Pantai rawa baru yang akan menjadi lahan reklamasi tersebut dikembangkan menjadi hutan bakau yang lebat dan subur, yang bermanfaat bagi pemijahan ikan, daerah penyangga untuk pertambakan udang. Pantai baru P a g e | 12

dengan hutan bakau di atasnya dapat ditetapkan sebagai kawasan lindung yang menjadi sumber inspirasi dan sarana pendidikan bagi masyarakat terhadap pentingnya pelestarian kawasan pantai.. Pada 27 September 2006 diputuskan untuk membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur dari 50,000 meter kubik per hari menjadi 126,000 meter kubik per hari, untuk memberikan tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur tersebut dan sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo. Walaupun banyak pihak yang menolak rencana pembuangan ke laut

(diantaranya Walhi dan ITS . Menteri Kelautan dan Perikanan saat itu, Freddy Numberi), Pemerintah menetapkan langkah tersebut sebagai alternatif. Akibat dari keputusan tersebut luapan lumpur Lapindo yang di alirkan ke laut mengakibatkan produksi tambak pada lahan seluas 989 hektar di dua kecamatan mengalami kegagalan panen. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) memperkirakan kerugian akibat luapan lumpur pada budidaya tambak di kecamatan Tanggulangin dan Porong Sidoarjo, Jawa Timur, mencapai Rp 10,9 miliar per tahun. Dan rencana pembuangan lumpur yang dilakukan dengan cara mengalirkannya ke laut melalui Sungai Porong, bisa mengakibatkan dampak yang semakin meluas yakni sebagian besar tambak di sepanjang pesisir Sidoarjo dan daerah kabupaten lain di sekitarnya, karena lumpur yang sampai di pantai akan terbawa aliran transpor sedimen sepanjang pantai. Dampak lumpur itu bakal memperburuk kerusakan ekosistem Sungai Porong. Ketika masuk ke laut, lumpur otomatis mencemari Selat Madura dan sekitarnya. Areal tambak seluas 1.600 hektare di pesisir Sidoarjo akan terancam dan terpengaruh.

P a g e | 13

Valuasi Ekonomi Dampak LangsungSebagai bagian dari Nilai Guna, dampak langsung dari bencana lumur Sidoarjo meliputi beberapa aspek. Sebaran dampak yang terjadi meliputi : 1. Industri. Tidak kurang dari 35 Industri yang terdiri dari kantor dan pabrik, tidak dapat beroperasi lagi. Berdasarkan data disnaker, sebagai akibat tidk beroperasinya ke 35 pabrik dan kantor tersebut tidak kuaran dari 2.411 orang tenaga kerja kehilangan pekerjaannya. Untuk valuasi ekonominya bisa dipergunakan pendekatan Harga Pasar, dengan teknik Change of Productivity Approach (untuk pabrik) dan Loss of Earnings / Human Capital Approach (HC) untuk tenaga kerja 2. Transportasi. Sejak semburan Lumpur panas terjadi, ruas jalan tol Porong-Gempol pada Km 37-39 ditutup akibat luberan Lumpur yang menggenangi badan jalan.Selain itu 4 bentang fly over dibongkar untuk mencegah ambruknya jembatan. Sejak ditutupnya jalan tol Porong-Gempol, kendaraan dialihkan ke jalan raya Porong. Akibatnya pengguna jalan raya Porong semakin padat, mulai dari kendaraan bertonase ringan hingga berat, termasuk alat transportasi umum seperti bus. Selain menimbulkan kemacetan, juga menyebabkan jalanan rusak parah. Kerusakan ini memicu terjadinya kemacetan yang lebih parah. Akibat penutupan jalan tol Surabaya Gempol, banyak perusahaan yang hendak mengirim hasil produksinya ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya harus mengeluarkan biaya ekstra hingga 1 juta rupiah per kontainer karena bertambahnya waktu tempuh dan biaya tunggu kapal. Bisnis transportasi bus/travel juga mengalami imbas penutupan berupa turunnya jumlah penumpang hingga 50%. Selain itu jalur kereta api Surabaya-Malang / Surabaya-Banyuwangi juga terkena imbas. Posisi rel yang berada dekat dengan tanggul menyebabkan seringkali rel ikut terendam Lumpur, jika tanggul bocor. Untuk valuasi ekonominya bisa dipergunakan pendekatan Nilai Pasar Implisit (Surrogate Market) dengan teknik Travel Cost Approach untuk peningkatan biaya transportasi. (HC) 3. Demografi. Bencana lumpur ini mengakibatkan 60.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan hidup sebagai pengungsi, hal ini sebagai akibat lebih dari 10.000 rumah Sedang untuk penurunan penumpang bisa didekati dengan pendekatan Harga Pasar, dengan teknik Loss of Earnings / Human Capital Approach

P a g e | 14

terendam lumpur.

Selain itu terdapat 33 sekolah yang tidak beroperasi yang

mengakibatkan 5.397 siswa kehilangan kesempatan belajar. Untuk valuasi ekonomi atas berbagai indikator demografi bisa dipergunakan pendekatan dan teknik sebagai berikut :

Indikator Pengungsi Rumah Sekolah Rumah Ibadah Siswa

Pendekatan Nilai Pengeluaran Implisit Nilai Pengeluaran Langsung Harga Pasar Nilai Pengeluaran Langsung Harga Pasar

Teknik Relocation Cost Compensation Payments (CP) Loss of Earnings / Human Capital Approach (HC) Compensation Payments (CP) Loss of Earnings / Human Capital Approach (HC)

4. Kesehatan. Sebagai dampak langsung dari cemaran udara dan penurunan kualitas lingkungan tidak kurang dari 55.319 pasien tercatat membutuhkan perawatan kesehatan selama fase awal bencana. Kebanyakan gangguan kesehatan yang dialami muncul sebagai akibat paparan H2S yang dilepas ke udara. Hidrogen Sulfida (H2S), gas berbau busuk telah terpapar dimana-mana. Akibat gas ini banyak warga yang mengeluh pusing, mual, sakit perut, muntah, bahkan kehilangan indra penciuman mereka. Selain itu gas ini juga sering menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA), yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan kematian. Selain itu, ketersediaan air bersih juga mendorong terjadinya gangguan kesehatan. Tidak kurang dari 15.000 sumur tidak dapat digunakan lagi karena tercemar rembesan minyak dan senyawa lain yang mengikuti lumpur. Dampak terhadap kesehatan masyarakat juga sangat dirasakan di tempat pengungsian. Pengungsi mengalami masalah keterbatasan air bersih akibat tercemarnya sumber-sumber air bersih. Di tempat pengungsian, hanya tersedia 30 unit kamar mandi untuk pengungsi yang jumlahnya ribuan. Sehingga setiap harinya ratusan orang harus mengantri hanya untuk sekedar buang air kecil ataupun mandi. Selain itu, dari segi gizi, makanan yang diberikan kepada pengungsi bisa dikatakan tidak tepat. Artinya, jenis makanan tidak disesuaikan dengan jenis orang yang memakannya. Menu makanan nasi keras, telur dan tumis kacang menjadi menu wajib bagi setiap pengungsi, tak peduli bayi, balita, ibu hamil, orang sakit magh ataupun manula. P a g e | 15

Valuasi ekonomi untuk peningkatan jumlah pasien dapat dilakukan dengan pendekatan Nilai Pengeluaran Langsung dengan teknik Compensation Payment. Sedang untuk jumlah sumur yang tercemar bisa digunakan pendekatan Harga Pasar dengan teknik Opportunity Cost Approach (OC) 5. Perikanan. Tidak kurang dari 989 ha tambak diapstikan mengalami gagal panen dan 1.600 ha lainnya terancam akan mengalami hal yang sama setelah dilakukan tindakan mengalirkan lumpur ke sungai porong. Sedimentasi yang terjadi meyebabkan menurunnya daya dukung perairan untuk aktivitas pertambakan. Selain itu keberadaan 496,32 hektar tambak organik bandeng dan udang windu saat ini juga dalam ancaman. Sebab sungai Sanggangewu sumber pengairan tambak seringkali tercemar Lumpur lapindo. Akibatnya petani bendeng dan udang windu Sidoarjo yang biasanya tiap tahunnya memperoleh keuntungan mencapai 900 milyar, akan mengalami kerugian. Hasil penelitian BPK RI bersama UNIBRAW memperkirakan kerugian petambak Sidoarjo, sepanjang tahun 2006-2015 akan mencapai Rp. 2,745 triliyun . Valuasi dari indikator bidang perikanan dan pertanian dapat menggunakan pendekatan Harga Pasar dengan Teknik Effect of Production. 6. Pertanian. Luas sawah dan tegal yang terendam lumpur mencapai 600 ha. Jumlah ini juga menggambarkan penurunan produksi pertanian Kabupaten Sidoarjo yang signifikan. Valuasi Ekonomi dari indikator bidang perikanan dan pertanian dapat menggunakan pendekatan Harga Pasar dengan Teknik Effect of Production. 7. Sedimentasi Sungai. Pemantauan terhadap kali Porong yang digunakan untuk mengalirkan / membuang Lumpur menunjukkan bahwa selain sedimen yang dilepaskan terdapat kontaminasi oleh bahan pencemar lain; salinitasnya tinggi; dan partikelnya halus sehingga akan menyebabkan sedimentasi dan kekeruhan. Pembuangan lumpur ke sungai dalam jangka panjang sangat membahayakan kelestarian ekosistem dan akan memperluas wilayah yang terkena dampak luapan lumpur. Dampak-dampak tersebut antara lain: y Karakter lumpur dengan salinitas yang sangat tinggi akan membunuh tumbuhan dan hewan di sepanjang alirannya hingga ke muara Kali Porong. y Menurunkan kandungan Oksigen Terlarut dalam air dan meningkatkan peningkatan zat terlarut. Perubahan salinitas dan DO mempengaruhi kehidupan

P a g e | 16

biota perairan, termasuk makroinvertebrata benthos (biota perairan yang tidak bertulang belakang yang hidup sungai, berukuran > 1 mm). y Percepatan sedimentasi dasar sungai Kali Porong, yang untuk mengatasinya diperlukan tindakan teknis seperti penggelontoran dan pengerukan terusmenerus y Menurunkan produksi perikanan pesisir Sidoarjo dan sekitarnya.

Valuasi ekonomi dari dampak ini dapat menggunakan pendekatan Nilai Pengeluaran Langsung dengan teknik Compensation Payment (CP) 8. Pengendalian. Untuk mengendalikan dampak dalam jangka panjang terdapat tuntutan untuk menyediakan pond atau tempat penampungan luapan lumpur. Untuk itu harus dibebaskan lahan seluas 331 ha, guna mengendapkan dan menampung lumpur. Valuasi ekonomi dari dampak ini dapat menggunakan pendekatan Nilai Pengeluaran Langsung dengan teknik Cost Effectivenes Analysis (CEA)

P a g e | 17

Valuasi Ekonomi Dampak Tidak LangsungSelain dampak langsung, juga terdapat dampak tidak langsung yang memberikan kontribusi pada valuasi ekonomi bencana lumpur Sidoarjo. 1. Logistik. Tidak kurang dari 3.000 pelanggan air bersih PDAM di wilayah Sidoarjo dan Surabaya, mengalami kesulitan pasokan air bersih. Hal ini disebabkan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun terdapat lebih dari 30 tindakan perbaikan pipa air yang melintasi wilayah genangan lumpur 2. Disefisiensi BBM. Disefisiensi konsumsi bahan bakar minyak, disebabkan terjadinya antrian, kemacetan dan rute yang lebih panjang yang harus ditempuh kendaraan bermotor yang melewati wilayah bencana. 3. Problem Sosial dan Mental. Pengungsian merupakan wilayah yang memiliki karakteristik yang unik. Kehidupan sosial yang berbeda menyebabkan terjadinya perubahan mental dan pandangan yang mendasar. Kehidupan sosial bersama, yang mengesampingkan banyak batas batas privat, dalam jangka waktu yang panjang menyebabkan adanya perubahan sikap dan perilaku. Sebuah lembaga swadaya masyarakat mengemukakan bahwa terjadi banyak sekali peristiwa perceraian, penyimpangan perilaku pada anak-anak, kasus asusila dan berbagai permasalahan sosial lain yang terjadi dalam komunitas pengungsi. Hal ini juga memberikan kerugian fisik yang tidak kecil.

Untuk ketiga indikator nilai dampak diatas pendekatan dan teknik valuasi ekonomi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : Indikator Pelanggan PDAM Surabaya dan Sidoarjo Perbaikan Pipa Distribusi Pendekatan Nilai Pasar Implisit (Surrogate Market) Nilai Pengeluaran Implisit Nilai Pasar Implisit (Surrogate Market) Teknik Hedonic Value / Property Value Approach Replacement Cost

Pemborosan konsumsi BBM

Travel Cost Approach (TCA)

P a g e | 18

Valuasi Ekonomi Nilai Bukan GunaSelain Nilai guna yang didefinisikan sebagai dampak langsung maupun tidak langsung, juga terdapat nilai bukan guna. Nilai bukan guna banyak berkaitan dengan keberadaan obyek bencana lumpur Sidoarjo. 1. Biodiversitas Pantai. Pelepasan luapan lumpur ke sungai porong, merupakan tindakan yang memberikan kontribusi penting bagi ekosistem sungai porong. Perubahan sedimentasi pada air sungai lambat laun akan mempengaruhi struktur kimiawi air dari masjid dan mempengaruhi aktivitas potensial di H2S. 2. Perubahan Sosial. Perubahan Sosial yang paling akhir diharapkan adalah adanya perubahan pandangan, persepsi dan sikap dalam keseharian

Untuk kedua nilai diatas pendekatan dan teknik valuasi ekonomi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : Indikator Penurunan biodiversitas secara sistematis Perubahan perilaku dan budaya "hidup disekitar lumpur" Pendekatan Harga Pasar Artificial Market Teknik Opportunity Cost Approach Contingent Valuation Method

Secara keseluruhan metode pendekatan dan teknik yang dapat digunakan untuk Fenomena bencana Lumpur Sidoarjo dapat dsampaikan sebagai berikut :

P a g e | 19

UraianIndustri dan Perdagangan

Volume35

Satuan / KeteranganKantor / Pabrik

PendekatanHarga Pasar

Teknik ValuasiChange in Productivity Approach /Efect of Production (EOP) Loss of Earnings / Human Capital Approach (HC) Travel Cost Approach (TCA) Loss of Earnings / Human Capital Approach (HC) Relocation Cost Compensation Payments (CP) Loss of Earnings / Human Capital Approach (HC) Compensation Payments (CP) Loss of Earnings / Human Capital Approach (HC) Compensation Payments (CP) Opportunity Cost

2.411

Tenaga Kerja

Harga Pasar

Transportasi

1.000.000

rupiah per kontainer tambahan biaya transportasi Penurunan penumpang Jiwa Pengungsi rumah

Nilai Pasar Implisit (Surrogate Market) Harga Pasar

Nilai Dampak Langsung

Nilai Ekonomi Total

50%

Nilai Guna

Demografi

60.000

10.426 33 Sekolah

Nilai Pengeluaran Implisit Nilai Pengeluaran Langsung Harga Pasar

65 5.397

Rumah Ibadah Siswa

Nilai Pengeluaran Langsung Harga Pasar

Kesehatan

55.312 15.000

Pasien Sumur tercemar

Nilai Pengeluaran Langsung Harga Pasar

P a g e | 20

Uraian

Volume

Satuan / Keteranganha tambak Gagal Panen ha tambak Sidoarjo ha tegal dan sawah Percepatan Pendangkalan

Pendekatan

Teknik ValuasiApproach Efect of Production (EOP) Efect of Production (EOP) Efect of Production (EOP) Compensation Payments (CP) Cost Effectivenes Analysis (CEA) Hedonic Value / Property Value Approach Replacement Cost Travel Cost Approach (TCA) Contingent Valuation Method Opportunity Cost Approach Contingent Valuation Method

Perikanan

989 1.600

Harga Pasar Harga Pasar Harga Pasar Nilai Pengeluaran Langsung Nilai Pengeluaran Langsung Nilai Pasar Implisit (Surrogate Market) Nilai Pengeluaran Implisit Nilai Pasar Implisit (Surrogate Market) Artificial Market Harga Pasar

Pertanian Sedimentasi Sungai Sewa Pond Logistik

600

331 3.000

ha Pelanggan PDAM Surabaya dan Sidoarjo Perbaikan Pipa Distribusi Pemborosan konsumsi BBM Temporer hingga Permanen Penurunan biodiversitas secara sistematis Perubahan perilaku dan budaya "hidup disekitar lumpur"

Nilai Dampak Tidak Langsung

30 Bahan Bakar Minyak Permasalahan Sosial dan Mental Biodiversitas Pantai

Nilai Bukan Guna

Social Change

Artificial Market

P a g e | 21