urologi

36
1 BAB I LAPORAN KASUS 1.1 Identifikasi Pasien  Nama : Muhammad Fahmi Umur : 2 tahun 8 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Lrg. Darma Bakti No.946, Ilir Barat II, Palembang Kebangsaan : WNI MRS : 16 Juni 2014  No. Registrasi/RM : RI14016303/ 8 16446 1.2 Anamnesis Alloanamnesis dengan ibu penderita pada 16 Juli 2014 Keluhan utama : tidak teraba testis di kedua skrotum sejak lahir Keluhan tambahan : timbul benjolan pada skrotum kiri dan BAK tidak keluar dari ujung penis 1.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang Sejak penderita lahir, ibu mengeluh tidak teraba testis di kantung kemaluan anaknya. Ia juga mengeluh penderita BAK tidak keluar dari ujung penis melainkan dari bawah penis. Penis bengkok ke bawah sehingga saat BAK selalu merembes dan tidak bisa diarahkan. Ibu penderita tidak membawa pasien berobat karena mengira nantinya testis akan muncul sendiri. Sejak ± 2 tahun yang lalu, ibu mengeluh testis di kemaluan anaknya masih belum muncul. Ia juga mengeluh timbul benjolan yang hilang timbul di skrotum kiri. Benjolan timbul saat anaknya menangis kuat,

Upload: raymond-fox

Post on 10-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

BAB ILAPORAN KASUS

1.1 Identifikasi PasienNama: Muhammad FahmiUmur: 2 tahun 8 bulanJenis Kelamin: Laki-lakiAgama: IslamAlamat: Lrg. Darma Bakti No.946, Ilir Barat II, PalembangKebangsaan: WNIMRS: 16 Juni 2014 No. Registrasi/RM: RI14016303/ 816446

1.2 AnamnesisAlloanamnesis dengan ibu penderita pada 16 Juli 2014 Keluhan utama:tidak teraba testis di kedua skrotum sejak lahirKeluhan tambahan: timbul benjolan pada skrotum kiri dan BAK tidak keluar dari ujung penis

1.2.1 Riwayat Penyakit SekarangSejak penderita lahir, ibu mengeluh tidak teraba testis di kantung kemaluan anaknya. Ia juga mengeluh penderita BAK tidak keluar dari ujung penis melainkan dari bawah penis. Penis bengkok ke bawah sehingga saat BAK selalu merembes dan tidak bisa diarahkan. Ibu penderita tidak membawa pasien berobat karena mengira nantinya testis akan muncul sendiri.Sejak 2 tahun yang lalu, ibu mengeluh testis di kemaluan anaknya masih belum muncul. Ia juga mengeluh timbul benjolan yang hilang timbul di skrotum kiri. Benjolan timbul saat anaknya menangis kuat, mengedan, dan pada sore hari, lalu menghilang secara spontan setelah penderita istirahat. Keluhan benjolan yang semakin membesar disangkal. Keluhan penderita menangis kesakitan saat benjolan timbul disangkal. Keluhan demam disangkal. Keluhan muntah dan perut kembung juga disangkal. Penderita dibawa berobat ke dokter dan dikatakan harus dioperasi saat usia lebih dari 2 tahun.

1.2.2 Riwayat Penyakit DahuluTidak ada

1.2.3 Riwayat Penyakit Dalam KeluargaKeluhan serupa yang dialami oleh keluarga disangkal.

1.2.4Riwayat Kehamilan dan KelahiranMasa kehamilan: cukup bulan, sesuai masa kehamilan Partus : spontan, presentasi kepala, janin tunggal, G1P0A0, oligohidramnion (-) Ditolong oleh : DokterPenyakit kehamilan:tidak ada Berat badan lahir : 1000 gr Panjang badan lahir : -

1.2.5Riwayat PerkembanganBerat Sekarang : 10 kgTinggi Sekarang: 70 cmTengkurap: 3 bulanDuduk: 8 bulanBerdiri: 11 bulanBerjalan: 1 tahun Kesan: Riwayat pertumbuhan dan perkembangan normal1.3 Pemeriksaan FisikTanggal pemeriksaan: 16 Juli 2014Keadaan UmumKesadaran: Kompos mentisNadi: 118 x/menit, reguler, isi dan tegangan, cukupPernapasan: 26 x/menitSuhu: 36,6cBerat Badan: 10 kgTinggi Badan: 70 cm

Keadaan SpesifikKepalaBentuk: Normosefali, simetris, Lingkar kepala : 46 cmRambut: hitam, lurus, tidak mudah dicabut. Mata: Pupil bulat, isokor 2mm, refleks cahaya +/+, anemis (-), sklera ikterik (-)Hidung: Sekret (-), nafas cuping hidung (-).Telinga: Sekret (-).Mulut: Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-).Tenggorokan: Dinding faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemisLeher: Pembesaran KGB (-)

Thorak Paru-paruInspeksi: Statis dan dinamis simetrisPerkusi: Sonor pada kedua lapangan paruAuskultasi: Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)JantungInspeksi: Iktus kordis tidak terlihatPalpasi: Iktus kordis tidak terabaAuskultasi: HR: 118 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, murmur (-), Gallop (-)AbdomenInspeksi: cembung, distensi (-)Palpasi: lemas, hepar dan lien tidak terabaPerkusi: TimpaniAuskultasi: bising usus (+) normalInguinal: benjolan (-)Genitalia:benjolan (+) skrotum sinistra, konsistensi kenyal, permukaan rata, hiperemis (-), bising usus (+), transluminasi (-), nyeri tekan (-), chordae penis (+), MUE di penoscrotal, finger tip test (+) menyentuh ujung jari.Ekstremitas: akral dingin (-), sianosis (-), CRT 2 detik

1.4Status LokalisRegio inguinal sinistraInspeksi: Tidak tampak adanya benjolan.

Regio genitalia eksterna Inspeksi: Pembengkakan skrotum pada sisi kiri, warna sama dengan sekitarnya, hiperemis (-), MUE berada pada di antara skrotum dan batang penis, tampak chordae penis Palpasi : Teraba massa kenyal yang dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen, permukaan rata, nyeri tekan (-), finger tip test (+) menyentuh ujung jari, transluminasi (-) Auskultasi: bising usus (+)

GaG

Gambar 1. Pembengkakan skrotum kiri Gambar 2. Tampak penis dan MUE di Penoskrotal1.5Diagnosa Banding Hernia Hidrokel Abses Tumor Testis UDT Retractile testis Nonpalpable testis Hipospadi

1.6 Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratorium (13-7-2014)Jenis PemeriksaanHasil

Hemoglobin11,7 g/dl

Leukosit10,3 103/mm3

Hematokrit34%

Trombosit284 103/L

Glukosa sewaktu114 mg/dL

Natrium141 mEq/L

Kalium4,2 mEq/L

Kesan : hasil pemeriksaan laboratorim dalam batas normal

2. Pemeriksaan USG TestisHasil pemeriksaan : Testis kanan : terletak di canalis inguinalis bagian proksimal. Besar dan bentuk normal, intensitas ekoparenkim homogen, tak tampak nodul/kista, tak tampak kalsifikasi. Testis kiri : terletak di cavum pelvis sisi kiri. Besar dan bentuk normal, intensitas ekoparenkim homogen tak tampak nodul/kista, tak tampak kalsifikasiKesan : UDT bilateral

1.7 Diagnosis KerjaHernia inguinalis lateralis sinistra reponible + UDT bilateral + hipospadi penoscrotal

1.8 Penatalaksanaan Edukasi Pro/ Herniotomi Pro/ Orchiopexy bilateral Pro/Chordectomy+Ureteroplasti

1.9 PrognosisQuo ad vitam: bonamQuo ad functionam: bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hernia2.1.1 DefinisiHernia yang dalam bahasa latin sering disebut sebagai rupture, merupakan suatu penonjolan abnormal isi suatu rongga melewati defek atau suatu dinding rongga yang terbuka atau dinding yang lemah (Iscan, 2010).Hernia terdiri atas tiga bagian, yaitu:a. Kantong hernia (prosesus vaginalis) merupakan divertikulum dari peritoneum dan mempunyai leher dan badan.b. Isi hernia Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilewati oleh kantong hernia.

Gambar 1. Bagian-bagian hernia (Iscan, 2010).

2.1.2 Klasifikasi Menurut Lokasi (Iscan, 2010)1. Hernia inguinalisPenonjolan isi perut yang tampak di regio inguinalis. Terjadi apabila kantong dan isi hernia masuk ke dalam annulus internus dan penonjolan pada trigonum Hasselbach 2. Hernia femoralisAdalah penonjolan isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis. Terjadi bila kantong dan isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis melalui annulus femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih dua cm dan keluar pada fossa ovalis di lipat paha3. Hernia ScrotalisLanjutan dari hernia inguinalis lateralis bila hernia ini masuk ke dalam skrotum. Isi dari hernia ini bisa berupa omentum atau usus. Gejala dari hernia scrotalis antara lain timbul benjolan yang semakin besar pada posisi berdiri dan akan mengecil pada posisi tidur. Pada anak kecil sering menangis, mengejan, batuk, dan buang air kecil tidak lancar.4. Hernia umbilikalisPenonjolan isi perut yang tampak di daerah perut. Merupakan hernia kongenital pada umbilicus yang hanya ditutup dengan peritoneum dan kulit5. Hernia diafragmatik atau hiatus Terjadi apabila benjolan terjadi pada diafragma

Berdasarkan Sifat (Setiawan, 2011; Suryawati dkk, 2012)1. Hernia reponibelBila isi hernia dapat keluar masuk dari rongga abdomen ke kantong hernia dan sebaliknya. Usus keluar bila berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.2. Hernia ireponibelBila isi hernia tidak dapat masuk atau dimasukkan ke dalam cavum abdomen. Biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri atau tanda obstruksi. Disebut juga hernia akreta.3. Hernia inkarserataBila kantong hernia terjepit oleh cincin hernia (usus terjepit), tidak dapat kembali ke dalam cavum abdomen sehingga menyebabkan gangguan pasase usus, memberikan tanda-tanda ileus obstruktif.4. Hernia strangulataHernia inkarserata yang mengalami gangguan vaskularisasi/sirkulasi lokal karena ada iskemia atau nekrosis dari isi hernia.

2.1.3Hernia InguinalisHernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Faktor yang dapat menyebabkan hernia inguinalis yang paling sering adalah: (Iscan, 2010)1. Prosesus vaginalis (kantong hernia) yang terbuka2. Peningkatan tekanan intraabdomen3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria. Angka kejadian pria adalah 12 kali lebih sering dibanding wanita. Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu: (Iscan, 2010)1. Kanalis inguinalis yang berjalan miring2. Adanya struktur m. oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi3. Adanya fascia transversa yang kuat menutupo trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme di atas dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya usia, yang mungkin disebabkan karena kelemahan otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus ikut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut terjadi akibat kerusakan nervus ilionguinalis dan nervus iliofemoralis (Iscan, 2010).

Gambar 2. Hernia Inguinalis (Iscan, 2010).

2.1.4Klasifikasi Hernia Inguinalis1. Hernia inguinalis lateralis (indirect)Suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis (saluran berbentuk tabung yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut ke dalam skrotum sesaat sebelum bayi lahir). Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua buah pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong (Suryawati dkk, 2012). Benjolan tersebut berjalan melewati annulus internus dan kanalis inguinalis yang terletak di lateral pembuluh darah arteri dan vena epigastrika inferior dan hernia dapat sampai ke scrotum yang disebut hernia scrotalis (Iscan, 2010).2. Hernia inguinalis medialis (direct)Hernia inguinalis medialis hampir selalu disebabkan oleh faktor peningkatan tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hasselbach, yaitu kelemahan fascia transversalis yang terletak di medial dari pembuluh darah arteri dan vena epigastrika inferior meyebabkan munculnya benjolan pada trigonum hasselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya bilateral, khususnya pada lelaki tua (Suryawati dkk, 2012)

2.1.5 EpidemiologiInsiden hernia inguinalis pada anak belum ditegakkan tetapi antara 10-20:1000 kelahiran hidup. Hernia dapat terjadi pada waktu lahir dan dapat terlihat pada usia berapa pun. Rasio antara anak laki-laki dan wanita adalah 4:1. Sekitar 50% akan muncul sebelum umur 1 tahun, kebanyakan akan muncul pada umur 6 bulan. Sebanyak 60% dari hernia inguinalis ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri, dan 10% bilateral (Napitupulu, 2010). Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis (Ramadhani, 2010).Insiden pada bayi populasi umum 1% dan pada bayi-bayi premature dapat mendekati 5% (Ramadhani, 2010). Bayi prematur mempunyai insiden hernia inguinalis dan inkarserata yang lebih tinggi. Sampai dengan 7% anak laki-laki yang dilahirkan < 30 minggu usia kehamilan menderita hernia inguinalis dibanding dengan hanya 0,6% bayi laki-laki yang lahir >36 minggu usia kehamilan. Hernia terjadi 20 kali lebih sering pada bayi dengan berat badan