ukik maning

63
ANALISIS PENGARUH LEVERAGE TERHADAP RISIKO SISTEMATIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN NON MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010 Di susun oleh : Luci Bimbi Margareta F.1209043 PROGRAM SWADANA TRANSFER S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: rizca-maulida

Post on 22-Jul-2015

124 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGARUH LEVERAGE TERHADAP RISIKO SISTEMATIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN NON MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010

Di susun oleh : Luci Bimbi Margareta F.1209043

PROGRAM SWADANA TRANSFER S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Melalui pasar modal dimungkinkan terciptanya usahawan yang dapat menggalang penyerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Hal ini sejalan dengan fungsi pasar modal yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor (Suad Husnan, 2004). Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat berasal dari utang maupun ekuitas. Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Perusahaan menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham dikarenakan adanya biaya bunga yang dapat mengurangi penghitungan pajak sehingga menurunkan biaya hutang dan debt holder mendapatkan pengembalian yang tetap sehingga stockholder tidak perlu mengambil

bagian laba mereka ketika perusahaan dalam kondisi prima. Dengan menggunakan pendekatan Modigliani- Miller dalam kondisi tidak terdapat1

2

pajak penghasilan maka nilai perusahaan akan terus meningkat apabila penggunaan hutang semakin besar. Sebaliknya leverage juga meningkatkan risiko keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Penggunaan leverage menyebabkan bankruptcy cost juga meningkat, sehingga dapat mengurangi keuntungan dari penggunaan leverage dan menyebabkan leverage menjadi kurang menarik. Selain itu penggunaan leverage dalam struktur modal perusahaan akan menimbulkan munculnya financial distress dan agency cost. Apabila financial distress dan agency cost menjadi begitu besar, maka risiko perusahaan juga akan semakin besar, akibatnya manfaat penggunaan utang menjadi lebih kecil dibandingkan manfaat yang mungkin timbul. Karenanya, terlalu banyak utang juga dapat menghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat membuat pemegang saham berpikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya. Sebelum melakukan investasi di pasar modal, investor mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berguna akan dalam

pengambilan keputusan investasi tersebut. Informasi yang dibutuhkan antara lain harga saham, kinerja perusahaan (laporan keuangan maupun laporan operasional lainnya) dan faktor eksternal perusahaan. Informasi dapat diperoleh investor dari berbagai sumber yang ada salah satunya adalah dengan melihat laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan menurut SFAC No.1 (1978) sebagaimana dikutip oleh Setiawan (2004) adalah memberikan

3

bantuan kepada investor, kreditur, investor potensial untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi atau tidak. Di pasar modal, laporan keuangan berguna bagi investor dalam mengambil keputusan apakah membeli, menahan, atau menjual saham tertentu dan untuk membentuk portofolio (Brigham dan Houston, 2001). Investor akan mempertimbangkan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) atas investasinya untuk suatu periode tertentu di masa yang akan datang. Namun setelah periode investasi berlalu, belum tentu tingkat pengembalian terealisasi (realized return) sesuai dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return). Ketidakpastian merupakan unsur inti dari investasi, sehingga investor harus mempertimbangkan ketidakpastian ini sebagai risiko investasi (Jogiyanto,2001). Berdasarkan karakteristik ini investor ingin memaksimumkan tingkat utilitas mereka dengan memilih (portofolio) investasi yang mempunyai tingkat kembalian yang tertinggi pada suatu tingkat risiko tertentu. Dalam literatur keuangan ada dua jenis risiko yaitu risiko ansistematik (unsystematick risk) dan risiko sistematik (Hamada 1972; Rubinstein 1973). Risiko ansistematik adalah risiko yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi dalam portofolio, sedangkan risiko sistematik merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversikfikasi dalam portofolio. Salah satu ukuran dari risiko sistematis adalah beta (Jogiyanto,2001). Beta sendiri dapat diukur dengan melakukan uji regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan tingkat keuntungan portofolio pasar (excess return of the

4

market portofolio) dan kelebihan keuntungan suatu saham (excess return of stock) (Husnan, 2001:166). Beta saham mencerminkan kondisi fundamental dari suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena pergerakan beta ditentukan dari pergerakan harga saham harian perusahaan. Harga saham perusahaan merupakan cerminan dari kondisi keuangan perusahaan sendiri secara umum. Jogiyanto (2000:89), menyatakan bahwa faktor-faktor fundamental adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor fundamental adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Penelitian mengenai leverage telah banyak dilakukan baik di dalam maupun diluar negeri. Diantaranya oleh Hamada (1972), dia melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur modal perusahaan terhadap risiko sistematik saham biasa. Berdasarkan sampel 304 perusahaan selama tahun 1948-1967, Hamada menunjukkan leverage mempunyai pengaruh terhadap risiko sistematik. Bowman (1979) mengadakan penelitian teoritis mengenai

hubungann antara risiko sistematis dan variabel finansial. Variabel yang diteliti meliputi leverage perusahaan, variabilitas pendapatan, dividen, ukuran dan pertumbuhan, denagan menggunakan analisis regresi linier berganda dan berdasarkan asumsi-asumsi yang berlaku pada CAPM. Hasil penelitianya

5

menunjukkan bahwa Secara teoritis tidak ada hubungan antara leverage perusahaan dengan risiko sistematis. Demikian juga diketahui bahwa risiko sistematis bukan merupakan fungsi dari variabilitas keuntungan, dividen, ukuran dan pertumbuhan. Budiarti (1996) meneliti pengaruh leverage finansial, likuiditas, pertumbuhan aktiva, variabilitas keuntungan, dan ukuran perusahaan terhadap beta saham. Sampel data yang digunakan meliputi 19 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode Juli 1992 sampai Desember 1994. Budiarti menemukan bahwa secara simultan variabel beta akuntansi dan ukuran perusahaan mempunyai hubungan negatif yang signifikan terhadap beta saham. Sampel yang sangat kecil mungkin berpengaruh terhadap hasil yang ditemukan oleh peneliti Budiarti. Tandelilin (1997) melihat pengaruh variabel-variabel ekonomi makro dan ekonomi mikro (keadaan keuangan perusahaan) terhadap beta. Variabel ekonomi makro yang diteliti meliputi perubahan tingkat pendapatan bruto (gross domestic products/GDP) dan tingkat inflasi, sedangkan variabelvariabel mikro yang dipertimbangkan meliputi rasio-rasio liikuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan rasio pasar (seperti harga terhadap laba dan harga terhadap nilai buku dan sebagainya). Tandelilin menemukan bahwa variabel-variabel ekonomi makro tidak berpengaruh, tetapi variabel-variabel keuangan perusahaan berpengaruh terhadap beta perusahaan. Temuan Tandelilin mengenai pengaruh leverage ini tidak konsisten dengan penelitian

6

Budiarti (1996) yang menemukan pengaruh negatif leverage keuangan pada beta perusahaan. Sufiati dan naim (1998) meneliti tentang pengaruh leverage operasi dan leverage finansial terhadap risiko sistematis. Studi dilakukan pada 60 perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Periode penelitian antara Januari 1993 sampai Desember 1996. Leverage operasi diukur dengan rata-rata dari peresentase perubahan Net Operating Income (NOI) dan Earning Before Interest and Taxes (EBIT) dibagi dengan persentase perubahan penjualan dalam rupiah. Leverage finansial diukur dengan rata-rata persentase perubahan Earnings After Interest And Taxes (EAT) dibagi dengan persentase perubahan NOI atau EBIT. Ukuran perusahaan dinilai dengan rata-rata total aktiva perusahaan, jenis industri dinilai dengan angka dummy. Hasil penelitian sufiati dan naim menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap resiko beta. Sedangkan variabel lain (leverage operasi, leverage fianansial dan jenis industri) tidak secara konsisten memberikan pengaruh. Leverage finansial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap beta (ketika leverage diukur dengan EBIT) dan menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan (ketika leverage diukur dengan NOI). Natarsyah (2000) meneliti tentang pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap Beta saham. Variabel yang teliti meliputi asset growth, financial leverage, asset size, profitability, dan book value. Sampel yang digunakan perusahaan barang konsumsi di BEI periode 1990-1997. Hasilnya bahwa

7

variabel asset growth, financial leverage, size, profitability, dan book value secara simultan berpengaruh terhadap Beta saham. Secara parsial variabel yang mempunyai koefisien regresi positif dan berpengaruh signifikan adalah return on asset, debt to equity ratio, dan book value terhadap Beta saham. Sedangkan secara parsial variabel asset growth dan asset size mempunyai koefisien regresi negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Beta saham. Nissim dan Penman (2001) yang memberikan analisis laporan keuangan yang membedakan leverage yang muncul pada aktivitas keuangan dan leverage yang muncul pada aktivitas operasi. Analisis dilakukan pada perusahaan-perusahaan COMPUSTAT selama 38 tahun dari tahun 19632000. Kesimpulannya bahwa item-item neraca pada kewajiban operasi ditetapkan secara berbeda daripada kewajiban finansial. Maka analisis laporan keuangan yang membedakan dua jenis kewajiban membantu dalam memperkirakan profitabilitas dimasa yang akan datang dan mengevaluasi price-to-book ratio yang tepat. Chen dan Zhao (2006) meneliti mengenai hubungan negatif antara market-to-book ratio dan rasio leverage. Data keuangan yang digunakan dalam penelitian ini dari perusahaan COMPUSTATS dengan periode tahun 1971-2002. Ditunjukkan bahwa perusahaan dengan market-to-book ratio yang lebih tinggi menghadapi biaya utang yang lebih rendah dan menggunakan utang lebih banyak dan perusahaan-perusahaan dengan markettobook ratio yang lebih rendah berhenti menambah utang. Hubungan antara

8

market-to-book ratio dengan rasio leverage tidak mendatar dan positif untuk sebagian besar perusahaan (lebih dari 88% perusahaan-perusahaan

COMPUSTAT dan lebih dari 95% total kapitalisasi pasar). Hubungan negatif yang sebelumnya dibicarakan digerakkan oleh sekumpulan perusahaan dengan market-to-book ratio yang tinggi. Fallon dan Sabogal (2006) meneliti mengenai pengaruh leverage perusahaan sebagai satu-satunya faktor dalam mengestimasi risiko sistematis menggunakan analisis unlevered beta pada perusahaan-perusahaan dari 20 sektor ekonomi yang berbeda yang terdaftar di New York Stock Exchange sebanyak 1008 perusahaan. Hasilnya 15 dari 20 sektor ekonomi yang diteliti, peneliti tidak dapat menemukan bukti empiris untuk menegaskan asumsi teoritis bahwa unlevered beta untuk semua sektor ekonomi sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi resiko sistematis. Sivaprasad dan Muradoglu (2007) melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh leverage perusahaan pada pengembalian saham (stock returns). Sampel yang diambil sejumlah 792 perusahaan yang terdaftar di London Stock Exchange selama tahun 1965-2004. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa leverage mempunyai hubungan yang negatif dengan return. Kemudian saat variabel ukuran, risiko dan market-to-book dilibatkan, ditemukan bahwa returns meningkat dengan adanya leverage. Michael Ricky (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh dan hubungan leverage dengan risiko sistematis. Dalam penelitian ini risiko

9

sistematis (beta saham) dihitung dengan meregresi return saham dengan return pasar sedangkan leverage dihitung dengan rasio antara total hutang dengan total aktiva. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2001-2005. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang signifikan dan hubungan yang cukup erat dengan risiko sistematis. Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut menunjukkan hasil yang diberikan oleh para peneliti memberikan informasi tentang adanya pengaruh leverage terhadap risiko sistematis. Hasil penelitian yang tidak konsisten ini mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang hubungan atau pengaruh leverage terhadap risiko sistematis. Dengan memperhatikan besarnya leverage yang digunakan oleh perusahaan sekiranya bisa digunakan sebagai bahan referensi, pertimbangan, informasi dan masukan bagi investor agar dapat memperoleh kepastian tentang kegiatan investasi yang akan dilakukannyaterhadap perusahaan dandapat melakukan pengambilan keputusan investasi secara tepat. Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Leverage Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Pada Perusahaan

Manufaktur Dan Non Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010.

10

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan penjelasan pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh positif leverage terhadap risiko sistematis pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI? 2. Apakah terdapat pengaruh positif leverage terhadap risiko sistematis pada perusahaan Non Manufaktur yang terdaftar di BEI? C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap risiko sistematis pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI? 2. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap risiko sistematis pada perusahaan Non Manufaktur yang terdaftar di BEI? D. MANFAAT PENELITIAN Dengan adanya penelitian ini, diharapakan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan yang dapat memperluas wawasan yang terkait dengan ilmu pengetahuan, khususnya manajemen keuangan dan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah di Fakultas Ekonomi UNS.

11

2.

Bagi Pihak Manajemen (Perusahaan) Bagi pihak manajemen, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang terkait dengan penggunaan leverage sehingga dapat memberikan pandangan atau alternatif yang lain dalam pengelolaannya.

3.

Bagi Investor, Calon Investor, Dan Emiten Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi, pertimbangan, informasi dan masukan dalam pengambilan keputusan investasi khususnya untuk menganalisis nilai perusahaan.

4.

Manfaat Teoritis a. Menambah pemahaman dan wawasan serta lebih mendukung teoriteori yang telah ada berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. b. Sebagai bahan referensi bagi ilmu-ilmu manajemen, khususnya manajeman keuangan. c. Sebagai bahan perbandingan dan tambahan masukan bagi peneliti selanjutnya.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PASAR MODAL 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal secara formal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun oleh perusahaan swasta (Husnan, 2003). Menurut Usman (1990:60), umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal dengan nama obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan. Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna

memperdagangkan saham, obligasi dan jenis surat berharga lainnya

13

dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Berdasarkan pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa pasar modal juga merupalan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat. 2. Fungsi Pasar Modal Perkembangan suatu pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara sebagai alat ukur melihat perkembangan ekonomi. Pasar modal merupakan leading indikator bagi tren perekonomian suatu negara.

Dalam suatu perekonomian tradisional dimana unit-unit ekonomi memenuhi kebutuhan dasar mereka melalui barter terbatas tentu tidak memiliki dorongan untuk mengembangkan suatu sistem keuangan. Setelah suatu sistem perekonomian menampakkan jenjang yang lebih tinggi dalam mengembangkan ekonomi warga negara mulai mengambil spesialisasi masing-masing dalam bidang produksi dan jasa.

Kecenderungan untuk menyimpan kekayaan dalam real asset (aktiva fisik) secara pelahan hilang dan bergeser kearah aktiva keuangan (finansial asset) pada tahap awal dalam perkembangan perekonomian uang muncul sebagai alat tukar yang menggantikan sistem barter. Apabila pembangunan ekonomi berkembang lebih jauh, rumah tangga mulai mampu menyisihkan sebagian dari pendapatan dalam bentuk tabungan. Peningkatan arus tabungan ini, dimobilisir kedalam sistem perbankan, asuransi, mutual fund atau investasi langsung kedalam efek.

14

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi yaitu : sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk

mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja tanpa harus hutang ke bank yang bunganya cukup besar, dengan syarat yang rumit. Selain itu pasar modal juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Masyarakat dapat menempatkan dana yang dimiliknya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. Dengan demikian masyarakat dapat menikmati keuntungan dari perusahaan walaupun mereka bukan pendiri atau pengelola. 3. Macam Pasar Modal Pasar modal dapat dibedakan menjadi: a. Primary Market Primary Market adalah penawaran saham yang dilakukan oleh emiten kepada calon investor selama batas waktu tertentu yang ditetapkan oleh emiten sebelum hal tersebut dijual melalui bursa/ sebelum listing.

15

b.

Secondary Market Secondary Market biasanya diistilahkan sebagai transaksi jual beli saham/ sekuritas setelah masa penawaran terlewati yaitu ditandai dengan dilakukannya listing bursa.

c.

Third Market Third Market adalah perdagangan saham yang dilakukan diluar bursa/ OTC (Over The Counter Market), biasa disebut sebagai bursa paralel.

d.

Fourth Market Fourth Market merupakan bentuk perdagangan efek antar investor yang dilakukan tanpa melalui perantara pedagang efek.

B. PENGERTIAN RESIKO INVESTASI Seorang investor sebelum melakukan investasi diharapkan tidak hanya memperhatikan besar tingkat keuntungan (return) yang akan diperoleh saja, tetapi juga memperhatikan variabilitas pendapatan (risiko) dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan di dalam pelaksanaan investasi mengandung dua unsur, yakni risiko dan waktu (Husnan, 1998: 14). Hal ini dikarenakan return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah karena pertimbangan suatu investasi dan merupakan trade off dari kedua faktor ini. Pada dasarnya risiko muncul sebagai akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi di masa yang akan datang. Pengertian risiko investasi menurut Van Horne dan Wachowich, Jr (2009) bahwa risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Sedangkan pengertian

16

risiko pada umumnya sering dikaitkan dengan memperoleh penghasilan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti yang dinyatakan oleh Tan Lian Soei (1997) bahwa risiko dikatakan sebagai kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dari pemegang saham akan menyimpang dari pendapatan yang diharapkan (expected return). Menurut Riyanto (1995) apabila ditinjau dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan yang diterima menyimpang dari yang diharapkan, yaitu menyimpang lebih besar maupun lebih kecil. Semakin besar penyimpangan keuntungan yang sesungguhnya dengan keuntungan yang diharapkan, maka semakin besar tingkat risiko yang harus ditanggung. Hal ini dikarenakan salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus ditanggung (Sartono, 2001: 139). Pembagian risiko total investasi dalam sekuritas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Risiko Sistematis (Systematic Risk) Risiko sistematis merupakan risiko berkaitan dengan perubahan yang terjadi di luar pasar secara keseluruhan, misal perubahan suku bunga, inflasi, resesi ekonomi, kebijakan ekonomi secara menyeluruh, dan perubahan harapan investor terhadap perkembangan ekonomi. Perubahan tersebut mempengaruhi variabilitas return investasi. Risiko sistematis disebut sebagai risiko tidak dapat didiversifikasikan atau risiko pasar atau risiko umum.

17

Menurut Munawir (2002) risiko sistematis dibedakan menjadi empat, antara lain : a. Risiko ekonomi (economic risk), meliputi : risiko fluktuasi aktivitas bisnis (fluctuation in business activities), risiko pasar modal (capital market risk), dan risiko daya beli (purchasing power risk). b. Risiko bisnis (business risk), meliputi : faktor persaingan, kombinasi produk, dan faktor kemampuan manajemen. c. Risiko keuangan (financial risk). d. Risiko akuntansi (accounting risk). 2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk) Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan, dan terjadi karena karakteristik perusahaan atau institusi keuangan yang mengeluarkan sekuritas, misal dalam kemampuan manajemen, kebijakan investasi, kondisi dan lingkungan kerja. Risiko tidak sistematis disebut sebagai risiko yang dapat didiversifikasikan atau risiko unik atau risiko spesifik (risiko perusahaan). Menurut Munawir (2002) risiko tidak sistematis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : a. Risiko manajemen (management risk), yaitu risiko kegagalan dari manajemen (mismanagement) dalammenjalankan perusahaan yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memperkirakan

kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang, sehingga

18

perusahaan kehilangan supplier, pangsa pasar menurun, pemogokan buruh,dan lain-lain. b. Risiko keuangan (financial risk), yaitu penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan, hal ini berakibat pada meningkatnya biaya tetap (bunga), dan efeknya akan meningkatkan laba per lembar saham. Apabila kondisi perekonomian mengalami peningkatan yang cukup pesat dan perusahaan dikelola dengan baik, tetapi terjadi resesi, maka hal ini akan menurunkan laba per saham. c. Risiko industri (industrial risk), yaitu risiko yang disebabkan dari industri itu sendiri atau industri yang bersangkutan. Risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dijumlahkan disebut sebagai risiko total dan menjadi dasar pertimbangan manajer investasi dalam mengambil keputusan investasi. Hasil keputusan investasi yang baik adalah harapan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan besar dengan tingkat risiko yang dapat diminimalisasi sekecil mungkin. Sedangkan hal mendasar dalam proses pengambilan keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara keuntungan yang diharapkan dan risiko suatu investasi. C. RETURN 1. Pengertian Return Menurut Samsul (2006:370) return adalah hasil investasi (capital gain) yang dinyatakan dalam persentase modal awal dan ditambah dividenyang diterima. Return yang tinggi akan memberikan

19

gambaran kepadainvestor bahwa kompensasi yang diterima besar, demikian pula sebaliknya. 2. Jenis Return Terdapatbeberapa konsep mengenai return, yaitu : a. Return Realisasi (Realized Return) Return realisasi adalah return yang benar-benar diterima investor atas investasi yang dilakukan dalam periode tertentu. Return realisasi sangat tergantung pada cash flow yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Return ini akan diketahui setelah return diterima sehingga investor tidak dapat memperbaiki atau mengubah return yang diterimanya. Yang dapat dilakukan investor hanya melakukan investasi yang baru. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return ini digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa mendatang. b. Return yang Diharapkan (Expected Return) Returnyang diharapkan adalah besarnya return yang

diharapkan akan diterima pada saat melakukan investasi. Karena sifatnya merupakan estimasi maka dalam menentukan return ini, investor akan menghadapi ketidakpastian apakah return tersebut akan terealisasi atau tidak. Pada pasar sempurna dan

menggunakan CAPM, expected returnpada perusahaan dalam

20

kondisi ekonomi ekuilibrium dihitung dengan cara berikut (Bowman, 1979 dalam Fallon dan Sabogal, 2005 : 2) : E(Rit)=Rft+ it[E( Rmt )-Rft ] Keterangan : E(Rit) = tingkat pengembalian yang diharapkan perusahaan i pada periode t Rft = tingkat bunga pasar bebas resiko pada periode yang sama

it

= risiko sistematis asset i pada periode t

E( Rmt ) = tingkat pengembalian yang diharapkan pada pasar portfolio pada periode t. c. Return yang Disyaratkan (Required Return) Return yang disyaratkan adalah tingkat return yang merefleksikan risiko yang akan dihadapi dimasa mendatang. Return ini merupakan tingkat return yang disyaratkan oleh investor atau oleh pasar atas risiko yang akan dihadapi pada saat berinvestasi. Pasar akan mengevaluasi semua informasi yang tersedia mengenai investasi dan harga saham suatu perusahaan dan akan diperbandingkan dengan investasi lain yang sejenis. Proses inilah yang akan menghasilkan return yang disyaratkan. Return yang disyaratkan dinilai sebagai return yang adil atau layak atas suatu investasi.

21

D. BETA SAHAM 1. Pengertian Beta Saham Untuk mengetahui besar sumbangan suatu saham terhadap risiko suatu portofolio yang didiversifikasikan dengan baik, tidak perlu melihat seberapa besar risiko saham tersebut apabila dimiliki secara terpisah, tetapi harus mengukur risiko pasarnya. Kepekaan tingkat keuntungan saham terhadap perubahan-perubahan kondisi pasar yang sedang terjadi saat itu disebut sebagai Beta saham.Dengan adanya karakteristik yang berbeda dari masing-masing perusahaan (unique risk) menyebabkan masing-masing saham memiliki kepekaan berbeda terhadap perubahan pasar. Menurut Jogiyanto (2003) Beta merupakan pengukur volatilitas return sekuritas atau return portofolio terhadap pasar. Volatilitas adalah fluktuasi dari return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian Beta merupakan pengukur risiko sistematis dari sekuritas atau portofolio relatif terhadap pasar. Beta sebagai ukuran risiko sistematis banyak digunakan sebagai ukuran risiko karena mempunyai dua alasan (Warsono, 2000), yakni : a. Memperbaiki ukuran risiko total yang menggunakan varians dan standar deviasi. Dengan ukuran ini, masalah yang timbul adalah jumlah perhitungan koefisien korelasi yang banyak.

22

b.

Beta relatif cukup stabil, sehingga memungkinkan penggunaan data historis sebagai prediktor ukuran beta di masa yang akan datang. Harga pasar sekuritas yang memiliki koefisien Beta sama

dengan satu cenderung bergerak atau berubah mengikuti perubahan pasar secara sempurna. Dengan demikian koefisien Beta sekuritas yang mengukur pengaruh perubahan pasar terhadap sebuah sekuritas dapat dicari dengan meregresi tingkat keuntungan sekuritas dengan tingkat keuntungan pasar portofolio yang efisien. Koefisien Beta yang diperoleh dengan meregresikan return saham masa lalu dengan return pasar disebut dengan historitical Beta. Dapat pula koefisien Beta dicari dengan meregresi accounting return dengan return pasar, koefisien Beta yang dihasilkan disebut accounting Beta. Disamping itu koefisien Beta dapat pula dicari dengan membagi kovarian antara tingkat keuntungan saham dan tingkat keuntungan portofolio pasar dengan varian tingkat keuntungan portofolio pasar (Sartono, 2001: 178). Dalam penelitian ini teknik regresi yang dilakukan adalah dengan menggunakan return sekuritas sebagai variabel independen dan return pasar sebagai variabel dependen. Dengan demikian koefisien Beta sangat ditentukan oleh tiga faktor utama, antara lain : Korelasi antara tingkat keuntungan saham dengan tingkat keuntungan portofolio pasar secara keseluruhan.

23

Volatility atau variabilitas tingkat keuntungan saham, yang ditunjukkan oleh standar deviasi tingkat keuntungan saham.

Variabilitas tingkat keuntungan portofolio pasar. Peniilaian Beta saham dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu : lebih kecil dari 1 ( < 1) disebut sebagai saham defensive (defensive stock), karena perubahan tingkat pengembalian saham (return of stock) lebih kecil daripada yang terjadi di pasar, artinya saham memiliki return yang kurang

berfluktuatif dengan perubahan return pasar. lebih besar dari 1 ( > 1) disebut sebagai saham agresif (agresif stock), karena perubahan tingkat pengembalian saham (return of stock) lebih besar daripada yang terjadi di pasar, artinya saham memiliki return yang berfluktuatif dengan perubahan return pasar. sama dengan 1 ( = 1) disebut sebagai saham netral (neutral stock), karena perubahan tingkat pengembalian saham (return of stock) sama dengan yang terjadi di pasar, artinya saham memiliki return yang bervariasi secara proporsional dengan excess return pasar. Beta return pasar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari Beta return pasar ini adalah Beta ini mengukur respon dari masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Sedangkan kelemahan adalah tidak langsung mencerminkan perubahan

24

karakteristik

perusahaan

karena

Beta

return

pasar

dihitung

berdasarkan hubungan data pasar (return perusahaan yang merupakan perubahan dari harga saham dengan return pasar) dan tidak dihitung berdasarkan data karakteristik (fundamental perusahaan), seperti data fundamental pembayaran deviden secara langsung (Jogiyanto, 2003: 268). Hal ini dipertegas oleh pernyataan Rosenberg dan McKibben (1973) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang kuat antara Beta untuk industri-industri yang berbeda. 2. Pengukuran Beta Saham Dalam mengukur risiko sistematis dilakukan dengan

menggunakan ukuran Beta (). Tingkat fluktuasi besar kecilnya Beta menunjukkan besar kecilnya kepekaan perubahan pendapatan saham terhadap pendapatan pasar. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan (rate of return) oleh investor adalah model pasar. Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa model pasar merupakan bentuk dari model indeks tunggal dengan batasan lebih sedikit. Model pasar bentuknya sama dengan model indeks tunggal. Perbedaan antara model pasar dengan model indeks tunggal terletak di asumsinya. Dalam model indeks tunggal diasumsikan bahwa kesalahan residu masing-masing sekuritas tidak berkovarian satu dengan yang lainnya. Sedangkan dalam model pasar asumsi ini tidak digunakan atau kesalahan residu masing-masing sekuritas dapat

25

berkorelasi.

Kenyataannya

bahwa

sekuritas

berkovarian

atau

berkorelasi satu dengan yang lainnya. Penggunaan sekuritas membuat model pasar lebih realistis. Dalam penelitian ini untuk mengukur besar kecilnya Beta menggunakan single index model. Menurut Jogiyanto (2003) untuk mengukur Beta dalam model indeks tunggal secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Ri = i + i . RM + ei Keterangan : Ri =Return sekuritas ke-i. i = Nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen

terhadap return pasar. i = Beta, merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat dari perubahan RM. RM = Tingkat return dari indeks pasar, merupakan variabel acak. ei = Kesalahan residu, merupakan variabel acak dengan nilai

ekspektasi sama dengan nol atau E(ei) = 0. Pemilihan dari indeks pasar tidak tergantung dari suatu teori tetapi lebih tergantung dari hasil empirisnya. Indeks pasar dapat dipilih untuk pasar BEI, misal indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks harga saham gabungan menggambarkan suatu rangkaian historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham selama periode tertentu (Halim, 2005: 12).

26

Untuk menghitung besar nilai return pasar dengan menggunakan indikator indeks harga saham gabungan (IHSG) menggunakan persamaan sebagai berikut : Rm = IHSGt IHSGt-1 Keterangan : Rm IHSGt IHSGt-1 = Return indeks pasar saham pada periode ke-t. = IHSG pada periode ke-t (periode saat ini). = IHSG pada periode ket-1 (periode yang lalu).

Untuk mengukur saham individual, maka digunakan harga saham perusahaan untuk menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan masing-masing saham sampai pada menunjukkan perubahan dari harga saham suatu perusahaan. Untuk menggunakan menghitung indikator besar harga nilai saham return saham dengan

penutupan

perusahaan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan : Rit = Return saham I pada periode ke-t. Pt = Harga saham penutupan pada periode ke-t (periode saat ini). Pt-1 = Harga saham penutupan pada periode ket-1 (periode yang lalu).

27

E. LEVERAGE 1. Pengertian Leverage Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Sartono : 2001, 257). Apabila perusahaan memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka dikatakan perusahaan menggunakan leverage. Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. 2. Macam Leverage a. Operating Leverage Operating leverage didefinisikan dengan tingkat sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan didalam operasi sebuah perusahaan. Dengan menggunakan operating leverage perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Multiplier effect hasil penggunaan biaya operasi tetap terhadap laba sebelum bunga dan pajak disebut dengan Degree of

28

Operating Leverage (DOL). Degree of operating leverage dapat juga didefinisikan sebagai persentase perubahan laba sebelum bunga dan pajak sebagai akibat persentase perubahan penjualan, maka :

Leverage operasi menggambarkan sejauh mana perusahaan menanggung beban biaya tetap dalam operasinya. Jika prosentase biaya tetap dari biaya total tinggi, maka perusahaan dikatakan mempunyai tingkat leverage operasi tinggi. Sebaliknya jika prosentase biaya tetap dari biaya tetap rendah, maka perusahaan dikatakan mempunyai leverage operasi yang rendah. Jika leverage operasi tinggi maka sedikit perubahan pada penjualan (cateris paribus) akan mengakibatkan perubahan besar dalam pendapatan operasi (Return on Equity). b. Financial Leverage Financial leverage menggambarkan sampai sejauh mana sekuritas dengan pendapatan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan. Perusahaan yang menggunakan sumber dana dengan beban tetap dikatakan bahwa perusahaan mempunyai financial leverage. Penggunaan financial leverage ini dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada perubahan

29

laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Multiplier effect yang dihasilkan karena penggunaan dana dengan biaya tetap ini disebut dengan Degree of Financial Leverage (DFL). Degree of financial leverage adalah perubahan EPS karena perubahan EBIT atau rasio antara persentase perubahan EPS dibanding dengan persentase perubahan EBIT, maka :

Leverage finansial menggambarkan proporsi surat berharga dengan beban tetap (hutang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan. Perusahaan dikatakan mempunyai leverage finansial tinggi jika proporsi surat berharga dengan beban tetap dalam struktur modal tinggi. Sebaliknya jika proporsi surat berharga dengan beban tetap dalam struktur modal rendah, maka perusahaan dikatakan mempunyai leverage finansial rendah. c. Combined Leverage Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating leverage maupun financial leverage. Degree of combined leverage adalah multiplier effect atas perubahan laba per lembar saham karena perubahan penjualan. Dengan kata lain degree of combined leverage adalah rasio antara persentase perubahan EPS dengan persentase perubahan penjualan, maka :

30

Degree of combined leverage adalah sama dengan hasil perkalian degree of operating leverage dengan degree of financial leverage, sehingga DCL = DOLxDFL d. Dampak Penggunaan Leverage Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Akan tetapi penggunaan leverage juga menyebabkan peningkatan variabilitas keuntungan. Hal ini terjadi apabila keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih rendah dibandingkan biaya tetap yang ditanggung, sehingga menurunkan keuntungan para pemegang saham. Konsep leverage sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat trade off antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial. Alasan perusahaan menggunakan unsur leverage ialah karena adanya biaya bunga yang dapat mengurangi penghitungan pajak (tax deductible) sehingga menurunkan biaya hutang dan debt holder mendapatkan pengembalian yang tetap sehingga stockholder tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika

31

perusahaan

dalam

kondisi

prima.

Dengan

menggunakan

pendekatan Modigliani-Miller dalam kondisi tidak terdapat pajak penghasilan maka nilai perusahaan akan terus meningkat apabila penggunaan hutang semakin besar. Tetapi pada suatu titik tertentu penggunaan leverage menyebabkan bankruptcy cost yang juga meningkat, sehingga dapat mengurangi keuntungan dari

penggunaan leverage dan menyebabkan leverage menjadi kurang menarik. Penggunaan leverage dalam struktur modal perusahaan akan menimbulkan munculnya financial distress dan agency cost. Apabila financial distress dan agency cost menjadi begitu besar, maka risiko perusahaan akan semakin besar, akibatnya manfaat penggunaan utang menjadi lebih kecil dibandingkan manfaat yang mungkin timbul. e. Rasio Leverage Debt Ratio Rasio ini dihitung dengan cara membagi total hutang dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan rasio asset perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Total hutang mencakup baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang. Kreditur lebih menyukai rasio hutang yang rendah karena akan semakin besar perlindungan Disisi terhadap kerugian apabila akan terjadi lebih

likuidasi.

lain

pemegang

saham

32

menginginkan tingkat leverage yang lebih besar karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan.

Debt/Equity Ratio Debt/Equity Ratio adalah total hutang dibagi dengan total ekuitas yang digunakan per lembar saham.

Equity Multiplier Equity Multiplier yaitu total asset per total saham biasa yang merupakan jumlah total asset per lembar saham.

33

F. PENELITIAN TERDAHULU No 1. Nama Peneliti Hamada Tahun 1972 Penelitian Penelitian mengenai pengaruh struktur modal perusahaan terhadap risiko sistematis saham biasa Penelitian teoritis mengenai hubungann antara risiko sistematis dan variabel finansial Variabel Variabel yang diteliti meliputi : Leverage perusahaan,risiko sistematis saham biasa Metode Penelitian dan Sampel Metode Penelitian : Regresi. Sampel yang diambil adalah 304 perusahaan selama tahun 1948-1967 Hasil Leverage perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap risiko sistematis (beta)

2.

Bowman

1979

Variabel yang diteliti meliputi : Leverage perusahaan, Variabilitas pendapatan, dividen, ukuran dan pertumbuhan

Menggunakan analisis regresi linier berganda dan berdasarkan asumsiasumsi yang berlaku pada CAPM

Secara teoritis tidak ada hubungan antara leverage perusahaan dengan risiko sistematis. Demikian juga diketahui bahwa risiko sistematis bukan merupakan fungsi dari variabilitas keuntungan, dividen, ukuran dan pertumbuhan. Secara simultan variabel beta dan ukuran perusahaan

3.

Budiarti

1996

Meneliti tentang Variabel-variabel faktor-faktor yang yang diteliti meliputi

Model Penelitian : Regresi Sampel data yang

34

mempengaruhi beta saham

leverage finansial, likuiditas, pertumbuhan aktiva, variabilitas keuntungan, beta dan ukuran perusahaan

digunakan budiarti meliputi 19 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sedangkan periode pengamatan yaitu periode Juli 1992 sampai dengan Desember 1994 Sampel data yang digunakan yaitu 60 perusahaan non finansial yang tercatat di BEJ. Periode pengamatan dilakukan pada Januari 1990-Desember 1994

mempunyai hubungan negatif yang signifikan terhadap beta saham. Sedangkan variabel leverage finansial, likuiditas, pertumbuhan aktiva dan variabilitas keuntungan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap beta saham. Variabel ekonomi makro tidak berpengaruh terhadap risiko sistematis. Sedangkan Variabel ekonomi mikro (variabel keuangan perusahaan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap risiko sistematis.

4.

Tandelilin

1997

Penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi risiko sistematis (beta) pada beberapa saham di bursa efek jakarta (BEJ)

Variabel-variabel yang diteliti terdiri dari variabel ekonomi makro (meliputi perubahan tingkat pendapatan bruto/gross domestic product dan tingkat inflasi) dan variabel ekonomi mikro (meliputi rasio-rasio likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan rasio pasar)

35

5.

Sufiati dan 1998 naim

Meneliti tentang pengaruh leverage operasi dan leverage finansial terhadap risiko sistematis saham

Variabel yang diteliti meliputi : Ukuran perusahaan, leverage operasi, laverage finansial, beta

Leverage operasi diukur dengan rata-rata dari peresentase perubahan net operating income (NOI) dan earning before interest and taxes (EBIT) dibagi dengan persentase perubahan penjualan dalam rupiah. Leverage finansial diukur dengan rata-rata persentase perubahan earnings after interest and taxes (EAT) dibagi dengan persentase perubahan NOI atau EBIT. Ukuran perusahaan dinilai denan rata-rata total aktiva perusahaan. Jenis industri dinilai dengan angka dummy Studi dilakukan pada 60 perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Periode penelitain antara januari

Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap resiko beta. Sedangkan variabel lain (leverage operasi, leverage fianansial dan jenis industri) tidak secara konsisten memberikan pengaruh. Leverage finansial memiliki pengaruh negatif, yang signifikan terdahap beta (ketika leverage diukur dengan EBIT) dan menunjukkan tidak ada pegaruh yang signifikan (ketika leverage diukur dengan NOI).

36

1993-desember 1996 6. Natarsyah 2000 Meneliti tentang pengaruh faktorfaktorfundamental terhadap Beta saham Variabel yang teliti meliputi : asset growth, financial leverage, asset size,profitability, dan book value. Model menggunakan Regresi. Sampel yang digunakan perusahaan barang konsumsi di BEIperiode 1990-1997 Penelitian menunjukkan bahwa variabel assetgrowth, financial leverage, size, profitability, dan book value secara simultanterdapat pengaruh terhadap Beta saham. Secara parsial variabel yang mempunyaikoefisien regresi positif dan berpengaruh signifikan adalah return on asset, debt toequity ratio, dan book value terhadap Beta saham. Sedangkan secara parsialvariabel asset growth dan asset size mempunyai koefisien regresi negatif dantidak berpengaruh signifikan terhadap Beta saham Item-item neraca pada kewajiban operasi ditetapkan secara berbeda daripada kewajiban finansial. Maka

7.

Nissim dan Penman

2001

Penelitian mengenai laporan keuangan yang membedakan

Variabel yang diteliti meliputi : Neraca (kewajiban operasi dan kewajiban

Analisis dilakukan pada perusahaan-perusahaan COMPUSTAT selama 38 tahun dari tahun 1963

37

leverage yang muncul pada aktivitas keuangan dan leverage yang muncul pada aktivitas operasi 8. Chen dan Zhao 2006 Meneliti mengenai hubungan negatif antara market-tobook ratio dan rasio leverage

finansial),price-tobook ratio

sampai tahun 2000

analisis laporan keuangan yang membedakan dua jenis kewajiban membantu dalam memperkirakan profitabilitas dimasa yang akan datang dan mengevaluasi price-to-book ratio yang tepat. Perusahaan dengan market-tobook ratio yang lebih tinggi menghadapi biaya utang yang lebih rendah dan menggunakan utang lebih banyak dan perusahaan-perusahaan dengan market-to-book ratio yang lebih rendah berhenti menambah utang. Hubungan antara market-to-book ratio dengan rasio leverage tidak mendatar dan positif untuk sebagian besar perusahaan (lebih dari 88% perusahaan-perusahaan COMPUSTAT dan lebih dari 95% total kapitalisasi pasar). Hubungan negatif yang

Variabel yang diteliti meliputi : market-tobook ratio, Rasio Leverage

Data keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari perusahaan-perusahaan COMPUSTATS dengan periode tahun 1971 sampai tahun 2002

38

sebelumnya dibicarakan digerakkan oleh sekumpulan perusahaan dengan market-tobook ratio yang tinggi. 9. Fallon dan Sabogal 2006 Meneliti Variabel yang diteliti mengenai meliputi : Beta pengaruh leverage saham perusahaan sebagai satusatunya faktor dalam mengestimasi risiko sistematis Menggunakan analisis unlevered beta pada perusahaan-perusahaan dari 20 sektor ekonomi yang berbeda yang terdaftar di New York Stock Exchange sebanyak 1008 perusahaan 15 dari 20 sektor ekonomi yang diteliti, peneliti tidak dapat menemukan bukti empiris untuk menegaskan asumsi teoritis bahwa unlevered beta untuk semua sektor ekonomi umum mestinya sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi resiko sistematis. Kesimpulan yang didapatkan adalah, bahwa leverage mempunyai hubungan yang negatif dengan return. Kemudian saat variabel ukuran, risiko dan market-to-book dilibatkan, ditemukan bahwa

10. Sivaprasad 2007 dan Muradoglu

Melakukan Variabel yang diteliti penelitian empiris meliputi : Leverage mengenai dan Return Saham pengaruh leverage perusahaan pada pengembalian saham (stock

Sampel yang diambil sejumlah 792 perusahaan yang terdaftar di London Stock Exchange selama tahun 1965-2004

39

returns)

returns meningkat dengan adanya leverage Variabel yang diteliti meliputi Risiko Sistematis dan Leverage risiko sistematis (beta saham) dihitung dengan meregresi return saham dengan return pasar. Leverage dihitung dengan rasio antara total hutang dengan total aktiva. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2001-2005. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang signifikan dan hubungan yang cukup erat dengan risiko sistematis.

11. Ricky

2007

penelitian mengenai pengaruh dan hubungan leverage dengan risiko sistematis

40

G. KERANGKA PEMIKIRAN Bila kita melakukan pengamatan maka akan nampak bahwa pada saat pasar membaik (yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar memburuk maka harga-harga saham akan turun. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat keuntungan suatu saham nampaknya berkorelasi dengan perubahan pasar. Besarnya risiko sistematis dipengaruhi oleh nilai return saham individual dan return pasar. Apabila return saham individual jumlahnya semakin kecil dari return pasar, maka risiko sistematisnya akan semakin besar karena return saham individual yang diharapkan tidak sebanding dengan return pasar. Rasio leverage memiliki pengaruh terhadap risiko sistematis. Apabila rasio leverage finansial perusahaan makin tinggi, berarti persentase hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang yang semakin besar berarti risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi pula. Hal ini bisa berakibat pada berkurangnya pendapatan bagi perusahaan atau bahkan bisa menimbulkan kerugian bagi perusahaan, oleh karena itu leverage perusahaan diharapkan mempunyai hubungan yang signifikan dengan risiko sistematis (beta saham). Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap risiko sistematis, maka kerangka pemikiran penelitian kali ini digambarkan seperti berikut ini :

41

Return Pasar Rasio Leverage Risiko Sistematis

Return Saham Individual

Gambar II.1 Kerangka Pikiran H. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah yang hendak diteliti. Berikut uraian hipotesis mengenai pengaruh penggunaan leverage terhadap risiko sistematis. Berdasarkan temuan Robert Hamada (1972) dalam Ricky (2007), yang melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur modal perusahaan terhadap risiko sistematis saham biasa, penelitian ini bertujuan

menghubungkan secara empiris masalah keuangan perusahaan dengan analisis sekuritas dan portfolio melalui pengaruh leverage perusahaan terhadap risiko sistematis saham biasa. Selanjutnya studi ini bertujuan untuk membuktikan metode estimasi biaya modal perusahaan. Hamada

menyimpulkan bahwa leverage perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap risiko sistematis (beta). Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian Hamada tersebut maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut : H1: Terdapat pengaruh positif antara leverage terhadap risiko sistematis pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

42

H2 :Terdapat pengaruh positif antara leverage terhadap risiko sistematis pada perusahaan-perusahaan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

43

BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian merupakan proses memikirkan dan mempersiapkan penelitian yang akan dilakukan. Mendesain suatu penelitian dapat berarti menentukan jenis penelitian, menentukan data yang digunakan dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis secara statistik (Hartono, 2004). Penelitian ini bersifat survey data sekunder. Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) yang memfokuskan pada hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang dirumuskan. B. SUMBER DAN METODE PENGUMPULAN DATA Penelitian ini mengambil data sekunder, data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi terhadap laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan harga penutupan saham . Periodisasi data penelitian mencakup data periode tahun 2006 sampai tahun 2010 yang dipublikasikan dari berbagai sumber seperti IDX dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Jenis data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : 1. Data harga saham bulanan tahun 2006 sampai tahun 2010. 2. Data IHSG bulanan tahun tahun 2006 sampai tahun 2010. 3. Data total aktiva perusahaan tahun 2006 sampai tahun 2010.

44

4. Data total hutang perusahaan tahun 2006 sampai tahun 2010. C. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi Penelitian Populasi menunjukkan pada sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Sekaran, 2000). Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai tahun 2010. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian-bagian dari populasi yang menunjukkan beberapa anggota melalui proses seleksi dari populasi (Sekaran, 2000).Perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dibatasi pada perusahaan non-lembaga keuangan selama periode tahun 2006 sampai tahun 2010. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai sampel dengan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Beberapa kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai tahun 2010.

45

b. Perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang cukup aktif (saham sering diperdagangkan) selama periode tahun 2006 sampai tahun 2010. c. Perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang mempunyai equity positif. Artinya jumlah aktiva perusahaan lebih besar dari hutang perusahaan tersebut (modal sendiri tidak negatif). D. PERUMUSAN VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 1. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah risiko sistematis (beta saham). Beta saham mengukur tingkat kepekaan saham terhadap perubahan pasar. Beta pada perusahaan ter-leverage dapat dihitung dengan persamaan Konsep Model Indeks Tunggal. Return saham ditentukan dengan menggunakan perubahan harga saham yang terjadi. Return pasar (Rmt) dihitung dengan menggunakan data IHSG. 2. Variabel Independen Variabel independen (bebas), yaitu variabel yang dapat

mempengaruhi variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio leverage dari laporan-laporan keuangan perusahaan. Apabila rasio leverage finansial perusahaan makin tinggi, berarti persentase hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang yang semakin besar berarti risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi dan sebaliknya, oleh

46

karena itu leverage perusahaan diharapkan mempunyai hubungan yang signifikan dengan risiko sistematis (beta saham). E. METODE ANALISIS DATA. Langkah-langkah perhitungan data : 1. Mencari total return individual dari setiap saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan rumus :

Keterangan : Ri = Return saham i (Rit). Pt = Harga saham pada periode t. Pt-1 = Harga saham sebelum periode t atau periode t-1. 2. Mencari total return IHSG yang merupakan tingkat keuntungan portfolio pasar. Persamaannya :

Keterangan : Rmt = Return pasar pada periode t. RIHSG = Return IHSG (Rmt). It = Indeks harga pada periode t. It-1 = Indeks harga sebelum periode t atau pada periode t-1. 3. Menghitung risiko sistematis atau beta saham setiap perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan persamaan:

47

Rit = i + i.Rmt Keterangan : Rit = Return saham i selama periode t (variabel dependen). i = Suatu besaran yang mewakili komponen bukan pasar dari returnasset i. i = Suatu besaran yang menghubungkan perubahan return asset iterhadap perubahan portfolio pasar. Rmt = Return dari portfolio pasar selama periode t, dalam hal ini IHSG (variabel independen). 4. Mencari rasio leverage setiap perusahaan dengan rumus :

5. Melakukan regresi linear untuk setiap risiko sistematis perusahaan. Persamaan analisis regresinya : = a + bLi Keterangan : = Risiko sistematis (variabel dependen). a = Konstanta. b = Suatu besaran yang menghubungkan perubahan rasio leverage terhadap risiko sistematis. Li = rasio leverage (variabel independen). F. PENGUJIAN ASUMSI KLASIK Dalam penggunaan persamaan regresi terdapat beberapa asumsiasumsi dasar yang harus dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :

48

Uji Normalitas Data Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah model yang dibentuk oleh variabel yang mempunyai atau mendekati distribusi normal. Pengujian normalitas data dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov pengujian dua arah (two-tailed test). Suatu distribusi dikatakan normal apabila nilai signifikansi (p-value) lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05 atau apabila p > 0,05 maka data berdistribusi normal. G. UJI HIPOTESIS Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara Parsial (Uji Statistik t) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan nilai rata-rata tertentu dari dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Signifikansi pengaruh suatu varibel dapat diketahui dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat tingkat profitabilitas (P) dari nilai t. Suatu koefisien regresi dikatakan signifikan apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel ( P < 0,05 ). Kriteria pengujiannya adalah : H0 ditolak bila t-hitung > t-tabel. H1 diterima bila t-hitung < t-tabel.

49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan analisis terhadap data penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang telah ditentukan. Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan yaitu untuk memperoleh bukti empiris pengaruh penggunaan leverage terhadap risiko sistematis pada perusahaan manufaktur dan non-manufaktur. Data diproses dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16 for windows. A. HASIL PENGUMPULAN DATA Penelitian ini mengambil data dari sampel perusahaan manufaktur dan nonmanufaktur di Indonesia dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Peneliti menggunakanmetode purporsive samplinguntuk memperoleh sampel yang dianggap mampu mewakili populasi. Tabel IV.1 Hasil Pengambilan Sampel Perusahaan Manufaktur 108 (78) (0) 30 Perusahaan Non Manufaktur 103 (60) (3) 40

Kriteria Sampel 1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 20062010. 2. Perusahaan yang tidak aktif berturutturut dari tahun 2006-2010. 3. Perusahaan yang tidak mempunyai equity positif selama periode tahun 20062010. JumlahSumber :Data ICMD 2006-2010

50

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah sampel untuk perusahaan manufaktur dari tahun 2006 sampai tahun 2010 adalah sebanyak 30 perusahaan. Kemudian 30 perusahaan tersebut dikalikan dengan tahun pengamatan (5 tahun) menjadi 150 perusahaan.Hasil uji outlier menunjukkan data outlier sebanyak 3 sehingga harus dikeluarkan dari analisis dan jumlah sampel perusahaan manufaktur menjadi sebanyak 147 sampel. Sedangkan jumlah sampel untuk perusahan non manufaktur dari tahun 2006 sampai tahun 2010 adalah sebanyak 40 perusahaan. Kemudian 40 perusahaan tersebut dikalikan dengan tahun pengamatan (5 tahun) menjadi 200 perusahaan.Hasil uji outlier menunjukkan data outlier sebanyak 5 sehingga harus dikeluarkan dari analisis dan sampel perusahaan non manufaktur menjadi 195 sampel. Selanjutnya data perusahaan manufaktur sebanyak 147 sampel dan perusahaan non manufaktur sebanyak 195 sampel inilah yang diolah untuk memperoleh bukti mengenai pengaruh penggunaan leverage terhadap risiko sistematis

pada perusahaan manufaktur dan nonmanufaktur B. DESKRIPSI DATA Pada subbab ini akan diberikan gambaran secara umum mengenai data rasio utang (LEV) dan risiko sistematis (BETA).Tabel dibawah ini memberikan informasi secara ringkas mengenai nilai rata-rata, median, standar deviasi, serta nilai maksimum dan minimum dari data yang menjadi obyek penelitian.

51

TABEL IV.2 Statistik Deskriptif Perusahaan Manufaktur Variabel LEV BETA Valid N (listwise) N 147 147 147 Minimum Maximum 0.05 -1.17 0.86 3.48 Mean 0.4929 1.0476 Std. Deviation 0.19450 0.80410

Sumber : Hasil olahan data SPSS (lampiran)

Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif yang tercantum pada tabel IV.2, diketahui nilai rata-rata variabel rasio utang (LEV) sebesar 0,4929. Hal ini berarti kurang dari 50% total aktiva perusahaan-perusahaan manufaktur dibiayai dengan menggunakan total hutang. Nilai terkecil variabel rasio utang dimiliki olehPT Jaya Pari Steel sebesar 0,05. Sedangkan nilai terbesar variabel inidimiliki oleh PT Sumalindo Lestari Jaya sebesar 0,86. Variabel rasio sistematis (BETA) memiliki nilai rata-rata sebesar 1,0476. Nilai terkecil variabel BETA dimiliki PT Davomas Abadi sebesar 1,17. Sedangkan nilai terbesar variabel ini dimiliki oleh PT Sumalindo Lestari Jaya sebesar 3,48. TABEL IV.3 Statistik Deskriptif Perusahaan Non Manufaktur Variabel LEV BETA Valid N (listwise) N 195 195 195 Minimum Maximum 0.15 -1.29 0.88 4.28 Mean 0.4974 1.2237 Std. Deviation 0.18364 0.89170

Sumber : Hasil olahan data SPSS (lampiran)

52

Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif yang tercantum pada tabelIV.3, diketahui nilai rata-rata variabel rasio utang (LEV) sebesar 0,4974. Hal iniberarti kurang dari 50% total aktiva perusahaan-perusahaan non manufaktur dibiayaidengan menggunakan total hutang. Nilai terkecil variabel rasio utang dimiliki olehPT kawasan Industri Jababekasebesar 0,15. Sedangkan nilai terbesar variabel ini dimilikioleh PT Adhi Karyasebesar 0,88. Variabel rasio sistematis (BETA) memiliki nilai rata-rata sebesar 1.2237.Nilai terkecil variabel BETA dimiliki PT AKR Corporindo sebesar 1,29. Sedangkannilai terbesar variabel ini dimiliki oleh PT Surya Citra Media sebesar 4,28. C. PENGUJIAN DATA DAN ASUMSI KLASIK Pengujian Normalitas Data Uji yang digunakan untuk melihat normalitas data yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari0,05, maka data dinyatakan berdistribusi normal.Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnovdapat ditunjukkan pada tabelberikut : Tabel IV.4 Hasil Uji Kolmogorov- Smirnov Perusahaan Manufaktur Variabel LEV BETA K-S 0,990 1,015 Nilai Sig (P value) 0,281 0,254 Kesimpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal

Sumber : Hasil olahan data SPSS (lampiran)

Hasil output SPSS menunjukkan nilai K-S untuk variable LEV 0,990 dengan probabilitas signifikansi 0,281 dimana nilainya diatas 0,05. Hal ini

53

berarti variabel LEV terdistribusi secara normal. Sedangkan nilai K-S untuk variabel BETA 1,015 dengan probabilitas signifikansi 0,254 dimana nilainya juga diatas 0,05. Hal ini berarti variabel BETA terdistribusi secara normal. Tabel IV.5 Hasil Uji Kolmogorov- Smirnov Perusahaan Non Manufaktur Variabel LEV BETA K-S 1,058 0,877 Nilai Sig (P value) 0,213 0,426 Kesimpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal

Sumber : Hasil olahan data SPSS (lampiran)

Nilai K-S untuk variabel LEV 1,058 dengan probabilitas signifikansi 0,213 dimana nilainya diatas 0,05. Hal ini berarti variabel LEV terdistribusi secara normal. Sedangkan nilai K-S untuk variabel BETA 0,877 dengan probabilitas signifikansi 0,426 dimana nilainya juga diatas 0,05. Hal ini berarti variabel BETA terdistribusi secara normal. D. PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN Analisis Regresi. Setelah lolos pengujian asumsi klasik selanjutnya dilakukan pengujian model persamaan untuk menjawab permasalahan yang dihipotesiskan. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan dengan menggunakanmodel regresi berikut ini : = a + bLi keterangan : = Risiko sistematis atau beta (variabel dependen). a = Konstanta.

54

b = Suatu besaran yang menghubungkan perubahan rasioleverage terhadap risiko sistematis. Li = Rasioleverage (variabel independen) Hasil analisis regresi untuk pengujian model regresi, dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel IV.6 Hasil Analisis Regresi Untuk Pengujian Model Pada Perusahaan Manufaktur Variabel (Konstanta) LEV R Square Adjusted R Square Std. Error of The Estimate t t (Sig.) Variabel Dependen Koefisien 0.682 0.742 : 0.032 : 0.026 : 0.79377 : 2.196 : 0.030 : BETA Std. Error 0.179 0.338 t 3.813 2.196 Sig. 0.000 0.030

Sumber : Hasil olahan data SPSS (lampiran)

Dari tampilan output SPSS model summary besarnya koefisien determinasi regresi (R2) adalah 0,032. Hal ini berarti 3,2 % variasi BETA dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen LEV. Sedangkan sisanya (100 % - 3,2 % = 96,8%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Dari uji statistik t, variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi variabel LEV adalah signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk LEV sebesar 0,030 atau kurang dari 0,05.

55

Tabel IV.7 Hasil Analisis Regresi Untuk Pengujian Model Pada Perusahaan Non Manufaktur Variabel (Konstanta) LEV R Square Adjusted R Square Std. Error of The Estimate t t (Sig.) Variabel Dependen Koefisien 0.863 0.726 : 0.022 : 0.017 : 0.88397 : 2.100 : 0.037 : BETA Std. Error 0.183 0.346 t 4.709 2.100 Sig. 0.000 0.037

Sumber : Hasil olahan data SPSS (lampiran)

Dari tampilan output SPSS model summary besarnya koefisien determinasi regresi (R2) adalah 0,022. Hal ini berarti 2,2 % variasi BETA dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen LEV. Sedangkan sisanya (100 % - 2,2 % = 97,8%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Dari uji statistik t, variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi variabel LEV adalah signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk LEV sebesar 0,037 atau kurang dari 0,05. E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dari hasil pengujian analisis regresi dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diajukan dalam penelitian ini layak digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Berdasarkan analisis di atas, penelitian ini menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut:

56

Analisis Regresi 1. Perusahaan Manufaktur Berdasarkan hasil output SPSS nilai probabilitas signifikansi 0,030 atau kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara BETA dengan LEV. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: BETA = 0,682 +0,742 LEV Hasil persamaan regresi tersebut menunjukan bahwa LEV

mempunyai arah koefisien regresi positif dengan BETA perusahaan sebesar 0,742.Artinya setiap kenaikan rasio perbandingan total hutang terhadap total aktiva sebesar 1% maka beta perusahaan akan naik sebesar 0,742% dengan asumsi variabel lainnya konstan. Dengan demikian semakin besar LEV maka akan semakin besar BETA begitu pula sebaliknya. 2. Perusahaan Non Manufaktur Berdasarkan hasil output SPSSnilai probabilitas signifikansi 0,037 atau kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara BETA dengan LEV. Dari hasil perhitungan diperolehpersamaan regresi sebagai berikut: BETA = 0,863 +0,726 LEV Hasil persamaan regresi tersebut menunjukan bahwa LEV

mempunyai arah koefisien regresi positif dengan BETA perusahaan sebesar 0,726.Artinya setiap kenaikan rasio perbandingan total hutang

57

terhadap total aktiva sebesar 1% maka beta perusahaan akan naik sebesar 0,726% dengan asumsi variabel lainnya konstan. Dengan demikian semakin besar LEV maka akan semakin besar BETA begitu pula sebaliknya Pengaruh leverage terhadap risiko sistematis Dari pengujian persamaan regresi pada sektor perusahaan

Manufaktur dan Non Manufaktur, rasio hutang (LEV) memperlihatkan variabel tersebut mempunyai pengaruh yang positif terhadap risiko sistematis (BETA). Hal ini menunjukkan bahwa risiko sistematis perusahaan yang diukur dengan koefisien beta meningkat dengan adanya rasio hutang yang tinggi. Hasil pada penelitian kali ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Michael Ricky (2007) pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Pada penelitian tersebut menyebutkan bahwa leveragememiliki pengaruh yang signifikan dan hubungan dengan risiko sistematis.

58

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada perusahaan manufaktur diketahui nilai rata-rata variabel rasio utang (LEV) sebesar 0,4929. Nilai terkecil variabel rasio utang dimiliki oleh PT Jaya Pari Steel sebesar 0,05. Nilai terbesar variabel ini dimiliki oleh PT Sumalindo Lestari Jaya sebesar 0,86. Sedangkan variabel rasio sistematis (BETA) memiliki nilai rata-rata sebesar 1,0476. Nilai terkecil variabel BETA dimiliki PT Davomas Abadi sebesar -1,17. Nilai terbesar variabel ini dimiliki oleh PT Sumalindo Lestari Jaya sebesar 3,48. 2. Pada perusahaan non manufaktur diketahui nilai rata-rata variabel rasio utang (LEV) sebesar 0,4974. Nilai terkecil variabel rasio utang dimiliki oleh PT kawasan Industri Jababeka sebesar 0,15. Nilai terbesar variabel ini dimilikioleh PT Adhi Karya sebesar

0,88.Sedangkan Variabel rasio sistematis (BETA) memiliki nilai ratarata sebesar 1,2237. Nilai terkecil variabel BETA dimiliki PT AKR Corporindo sebesar -1,29. Nilai terbesar variabel ini dimiliki oleh PT Surya Citra Media sebesar 4,28. 3. Dari pengujian persamaan regresi pada sektor perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur, rasio hutang (LEV) memperlihatkan variabel

59

tersebut mempunyai pengaruh yang positif terhadap risiko sistematis (BETA). Hal ini menunjukkan bahwa risiko sistematis perusahaan yang diukur dengan koefisien beta meningkat dengan adanya rasio hutang yang tinggi.. B. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan penulis memiliki kekurangan dan keterbatasanketerbatasan penelitian antara lain : jumlah sampel pertahun yang digunakan untuk penelitian relatif kecil. Keterbatasan jumlah sampel penelitian ini mengakibatkan daya ujinya rendah, sehingga membuka peluang untuk dilakukannya kembali penelitian yang sama dimasa mendatang dengan jumlah sampel penelitian yang lebih memadai dalam rangka memperkuat hasil penelitian. C. SARAN Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian diatas, maka saran yang diajukan adalah sebagai berikut : Dari hasil penelitian telah didapatkan kesimpulan bahwa dengan adanya penggunaan leverage pada suatu perusahaan akan berkonsekuensi pada meningkatnya risiko sistematis perusahaan tersebut. Maka bagi investor yang hendak menanamkan modalnya di bursa efek sebaiknya komponen

mempertimbangkan

keputusannya

dengan

melihat

penggunaaan leverage tiap-tiap perusahaan. Karena perusahaan yang menggunakan leverage diatas rata-rata cenderung tinggi risikonya

60

dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan leverage dibawah rata-rata.

61

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene dan Houston, Joel. 2004. Manajemen KeuanganEdisi Kesepuluh, Terjemahan. Jakarta. Penerbit Erlangga. Chen, Long dan Zhao, Xinlei. 2006. On the Relation between the Market-toBook Ratio, Growth Opportunity, and Leverage Ratio. SSRN. Cooper, Donald R. and Schindler, Pamela S. 2006. Metode Riset Bisnis Edisi 9. Jakarta. PT Media Global Edukasi. Fallon, Edgardo Cayon and Sabogal, Julio Sarmiento. 2005. The Relevance of Firms Leverage as the Only Factor in Estimation of Systematic Risk : An Empirical Analysis Using the Unlevered Betas for a Group of Firms in a Common Economic Sector. SSRN. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitosudarmo, M.Com (Hons), Drs. H. Indriyo dan Drs. H. Basri, M.M. 2002. Manajemen Keuangan Edisi 4. Yogyakarta. BPFE. Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar, Terjemahan. Jakarta. Penerbit Erlangga. Gray, Stephen, Jason Hall, Drew Klease and Alan McCrystal. 2008. Bias, Stability and Predictive Ability In The Measurement of Systematic Risk. UQ Business School, The University of Queensland. SSRN. Husnan, Suad. 1996. Dasar-Dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas Edisi Kedua. Yogyakarta. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.

62

Jones, Charles P. 2007. Investment-Analysis and Management. Tenth Edition. John Wiley and Sons, Inc. North Carolina State University. Nissim, Doron and Penman, Stephen H. 2001. Financial Statement Analysis of Leverage and How It Informs About Profitability and Price-to-Book Ratios. SSRN. R., Michael Ricky. 2007. Analisis Pengaruh Leverage terhadap Risiko Sistematis (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur di BEJ). Skripsi FE UNS. Samsul Msi., Ak , Dr. Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sartono, Drs. R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi 4. Yogyakarta. BPFE. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business 4th Edition. Jakarta. Penerbit Salemba Empat. Sivaprasad, Sheeja and Muradoglu, Gulnur. 2007. An Empirical Test on Leverage and Stock Returns. www.google.com. Sufiyati dan Ainun Naim. 1998. Pengaruh Leverage Operasi dan Leverage Finansial Terhadap Risiko Sistematik Saham : Studi Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 13, No. 3. Hal : 57-69. Warsono. 2000. Penerapan CAPM Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Di Pasar Modal. www.google.com.