uji serat dan organoleptik nata buah kersen dengan …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. pdf naskah...

14
UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BELIMBING WULUH DAN EKSTRAK KACANG TUNGGAK Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Oleh: ARIFIN A420160081 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

Upload: others

Post on 27-Feb-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN

VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BELIMBING WULUH DAN

EKSTRAK KACANG TUNGGAK

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

ARIFIN

A420160081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

Page 2: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

i

HALAMAN PERSETUJUAN

UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN

VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BELIMBING WULUH DAN

EKSTRAK KACANG TUNGGAK

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ARIFIN

A420160081

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

Dra. Titik Suryani, M. Sc.

NIDN. 0511046402

Page 3: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

ii

HALAMAN PENGESAHAN

UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN

VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BELIMBING WULUH DAN

EKSTRAK KACANG TUNGGAK

OLEH

ARIFIN

A420160081

Telah dipertahankan di depan dewan penguji

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Jumat, 24 Juli 2020

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan penguji:

1. Dra. Titik Suryani, M.Sc. ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Endang Setyaningsih, S.Si., M.Si. ( )

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Efri Roziaty, S.Si., M.Si. ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum

NIP. 196550428 1999303 001

Page 4: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 20 Juli 2020

Penulis

ARIFIN

A420160081

Page 5: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

1

UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN

VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BELIMBING WULUH DAN

EKSTRAK KACANG TUNGGAK

Abstrak

Nata merupakan salah satu produk olahan pangan hasil fermentasi oleh

Acetobacter xylinum yang terbentuk pada permukaan media cair asam dan

mengandung gula dan kaya serat tinggi. Kualitas pembuatan nata dipengaruhi

sumber karbon, pH fermentasi dan sumber nitrogen. Salah satu bahan untuk

membuat nata yaitu buah kersen digunakan sebagai sumber karbon, belimbing

wuluh sebagai bahan pengatur pH dan kacang tunggak sebagai sumber nutrisi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar serat dan sifat organoleptik nata

buah kersen dengan variasi konsentrasi ekstrak belimbing wuluh dan sumber

nutrisi kacang tunggak. Jenis penelitian ini eksperimen dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu

konsentrasi ekstrak belimbing wuluh (9%, 11% dan 13%). Faktor kedua yaitu

konsentrasi kacang tunggak (15% dan 20%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kadar serat nata tertinggi pada perlakuan W3K1 (ekstrak belimbing wuluh 13%

dan kacang tunggak 15%) sebesar 5,15% dengan ketebalan 1,45 dan rendemen

56,4% dan kualitas nata terbaik pada W2K1 (ekstrak belimbing wuluh 11% dan

kacang tunggak 15%) yaitu kenyal, putih keruh, tidak asam dan paling disukai

panelis.

Kata kunci: nata, buah kersen, kacang tunggak, belimbing wuluh, serat, sifat

organoleptik

Abstract

Nata is one of the processed food products from fermentation by Acetobacter

xylinum which is formed on the surface of liquid media which is acidic and

contains high sugar and high fiber. The quality of nata is influenced by carbon

sources, fermentation pH and nitrogen sources. One of the ingredients that can be

used to make nata is cherry fruits used as carbon source, starfruit as pH

regulation, and a from cowpea as nutrition source. The purpose of this study was

to determine the fiber content and organoleptic quality of cherry nata with

concentration variations of starfruit extract and nutritional sources of cowpea.

This type of research was an experimental research with a completely randomized

design (RAL) factorial pattern with two factors. The first factor was the starfruit

extract concentration of (9%, 11% and 13%). The second factor was the cowpea

concentration of (15% and 20%). The results of the study showed that the highest

levels of nata fiber in W3K1 treatment (13% starfruit extract and 15% cowpea

extract) was 5.15% with thickness 1.45 and yield of 56.4% The best quality of

nata was W2K1 (11% starfruit extract and 15% cowpea extract) was chewy,

cloudy white, non-acidic and most preferred by panelist.

Key words: nata, cherry fruit, cowpea, starfruit, fiber, organoleptic

Page 6: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

2

1. PENDAHULUAN

Program diversifikasi pangan di Indonesia dimaksudkan agar

masyarakat tidak hanya menganggap nasi menjadi satu-satunya makanan

pokok. Paradigma ini harus pelan-pelan dirubah. Salah satu cara merubahnya

yaitu dengan mengenalkan makanan pendamping yang kaya akan serat untuk

memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sehingga nutrisi yang diterima oleh

tubuh bervariasi dan seimbang (Dewi, 2012). Salah satu makanan yang dapat

dijadikan pendamping makanan pokok yaitu nata .

Nata merupakan salah satu produk makanan pencuci mulut yang tinggi

akan serat. Struktur nata menyerupai gel yang terbentuk dipermukaan medium

yang mengandung gula dan asam produk dari bakteri Acetobacter xylinum

(Kumalaningsih, 2014). Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) tahun 1996

ciri nata yang perlu adalah rasa, tekstur, aroma, warna dan kandungan seratnya.

Kandungan serat nata tersebut sangat bermanfaat untuk sistem pencernaan.

Keberhasilan dan kualitas dalam pembuatan nata disebabkan beberapa faktor

yang meliputi sumber karbon, pH fermentasi dan sumber nitrogen. Nata

memerlukan substrat yang banyak mengandung karbon. Faktor penting untuk

pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum yaitu sumber karbon yang

digunakan. Karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa dan kemudian diubah

menjadi selulosa oleh mikroba. Bahan baku untuk pembuatan nata dapat

memanfaatkan berbagai jenis buah-buahan yang banyak mengandung

karbohidrat. Salah satu buah yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku

nata yaitu buah kersen.

Buah kersen mengandung begitu banyak senyawa kimia yang

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam 100 g buah kersen mengandung

air (77,8 g), protein (0,384 g), lemak (1,56 g), karbohidrat (17,9 g), serat (4,6

g), abu (1,14 g), kalsium (1,24 mg),fosfor (84 mg), besi (1,18 mg), karoten

(0,019 g), tianin (0,065 g), riboflavin (0,037 g),niacin (0,55 g), dan vitamin C

(80,5 mg) (Kosasih, 2013). Di Indonesia, buah kersen selama ini hanya

dimanfaatkan oleh masyarakat dengan cara langsung dimakan. Berdasarkan

kandungan buah kersen tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan

Page 7: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

3

nata. Proses fermentasi nata juga membutuhkan asam untuk mengatur pH

subsrat. Asam yang digunakan yaitu asam cuka atau asam asetat glasial sebagai

pengatur pH pembuatan nata.asam asetat glasial merupakan bahan yang paling

mahal. Usaha nata skala rumahan umumnya kesulitan mendapatkan asam

asetat glasial. Oleh sebab itu perlu digunakan bahan substitusi yang banyak

terdapat di lingkungan sekitar. Selain asam asetat glasial bahan yang digunakan

untuk mengatur pH yaitu asam sitrat. Asam sitrat dapat ditemukan pada

belimbing wuluh.

Belimbing wuluh merupakan jenis buah yang memiliki kandungan

asam organik yang tinggi sehingga dapat dijadikan pengganti asam asetat..

Kandungan mentah dalam 100 g mengandung 25 mg vitamin C dengan pH

sekitar 2,18 (Agustin, 2014). Menurut penelitian Pratiwi (2015) konsentrasi

ekstrak sumber asam yang baik dalam proses fermentasi nata yaitu 12%. Nata

juga memerlukan sumber nitrogen. Sumber nitrogen dalam pembuatan nata

berasal dari senyawa anorganik seperti garam amonia dan NH3, sedangkan

sumber nitrogen organik dapat berasal protein. Salah satu bahan organik

sumber nitrogen yang murah dan mudah didapat yaitu kacang tunggak.

Menurut Pagarra (2013) Pada 100 g kacang tunggak mengandung 22 g

protein, 51 g karbohidrat, 1,4 g lemak. Berdasarkan kandungan protein pada

kacang tunggak tersebut, maka dapat digunakan sebagai bahan sumber nitrogen

nata. Menurut penelitian Lestari (2019) konsentrasi ekstrak kacang tunggak

yang baik untuk sumber nitrogen nata yaitu 15%. Hal ini akan berpengaruh

pada proses fermentasi oleh bakteri dan akan mempengaruhi hasil akhir. Selain

itu penambahan sumber energi untuk bakteri Acetobacter xylinum juga penting.

Dalam 100 g gula kelapa mengandung energi sebesar 386 kalori, karbohidrat

76 g, lemak 10 g, protein 3 g, kalsium 76 mg, fosfor 37 mg, besi 2,6 mg dan air

10 g (Direktorat gizi,1979). Kandungan gizi gula kelapa tersebut dapat

dijadikan sumber energi bakteri Acetobacter xylinum. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui kadar serat dan kualitas organoleptik nata buah kersen

dengan variasi konsentrasi ekstrak belimbing wuluh dan ekstrak kacang

tunggak .

Page 8: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

4

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode eksperimental dan

desain rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu

variasi konsentrasi ekstrak belimbing wuluh (W) terdiri dari 9% (W1), 11%

(W2), dan 13% (W3). Faktor kedua yaitu konsentrasi ekstrak kacang tunggak

(K) terdiri dari 15% (K1) dan 20% (W2). Masing-masing perlakuan dengan 2

kali ulangan.

Prosedur pelaksanaan penelitian diawali dengan tahap persiapan alat

dan bahan, kemudian tahap pelaksanaan pembuatan media nata, penambahan

starter dan proses fermentasi nata. Selanjutnya dilakukan pemanenan,

perendaman dan perebusan. Selanjutnya dilaksanakan pengujian kadar serat

dengan metode gravimetri di Laboratorium Fakultas Sains Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana dan uji organoleptik serta daya terima

masyarakat di dusun Dregan RT 003/ RW 006, Pabelan, Kartosuro, Sukoharjo

dengan melibatkan 15 panelis. Untuk mengetahui hasil penelitian nata buah

kersen maka analisis data yang digunakan peneliti adalah deskriptif kuantitatif

dan deskriptif kualitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk menguji kadar

serat, sedangkan deskriptif kualitatif untuk menguji kualitas organoleptik.

Analisis pengujian data kuantitatif menggunakan uji analisis varian dua jalur

(Two Way ANOVA) dan analisis kualitatif menggunakan Excel.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kualitas Nata Buah Kersen Berdasarkan Kadar Serat. Ketebalan, Dan

Rendemen

Tabel 1. Rata-Rata Kadar Serat, Ketebalan Dan Rendemen Nata Buah Kersen

Perlakuan Kadar

Serat (%)

Ketebalan

(cm)

Rendemen

(%)

Keterangan

W1K1 3,45 1,06 34,4 Konsentasi ekstrak belimbing

wuluh 9% + ekstrak kacang

tunggak 15%

W2K1 5,01 1,24 39,6 Konsentasi ekstrak belimbing

wuluh 11% + ekstrak kacang

tunggak 15%

W3K1 5,15” 1,46** 56,4## Konsentasi ekstrak belimbing

wuluh 13% + ekstrak kacang

tunggak 15% W1K2 2,68’ 0,94* 22,5# Konsentasi ekstrak belimbing

Page 9: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

5

wuluh 9% + ekstrak kacang

tunggak 20%

W2K2 4,69 1,04 23,8 Konsentasi ekstrak belimbing

wuluh 11% + ekstrak kacang

tunggak 20%

W3K2 4,71 1,2 35 Konsentasi ekstrak belimbing

wuluh 13% + ekstrak kacang

tunggak 20%

Keterangan:

** : Ketebalan tertinggi ## : Rendemen tertinggi

* : Ketebalan terendah # : Rendemen terendah ^^ : Kadar serat kasar tertinggi ^ : Kadar serat kasar terendah

3.1.1 kadar serat

Penentuan kadar serat nata buah kersen dalam penelitian ini

menggunakan metode gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kadar serat nata buah kersen tertinggi pada perlakuan W3K1 (ekstrak

belimbing wuluh 13% dan ekstrak kacang tunggak 15%) sebesar 5,15%

dan kadar serat terendah pada perlakuan W1K2 (ekstrak belimbing wuluh

9% dan ekstrak kacang tunggak 20%) sebesar 2,68%. Perbedaan kadar

serat nata buah kersen dapat dipengaruhi oleh konsentrasi sumber nutrisi

nitrogen dan derajat keasaman medium. Pembuatan nata memerlukan

nitrogen sebagai nutrisi Acetobacter xylinum untuk biosintesis selulosa.

Jumlah nitrogen memberikan kontribusi terhadap jumlah selulosa yang

dihasilkan. Serat selulosa akan semakin banyak terbentuk bila aktivitas

bakteri Acetobacter xylinum semakin meningkat. Kadar serat secara

statistik dilihat dari penambahan ekstrak kacang tunggak diperoleh asym

sig. 0,047<0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak artinya ada

pengaruh pemberian ekstrak kacang tunggak terhadap kadar serat nata

buah kersen. Penambahan ekstrak kacang tunggak 15% menghasilkan

kadar serat nata buah kersen rata-rata lebih tinggi dibandingkan pada

penambahan ekstrak kacang tunggak 20%. Kadar serat nata buah kersen

secara statistik dilihat dari penambahan ekstrak belimbing wuluh diperoleh

asym sig. 0,003<0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak artinya

ada pengaruh pemberian ekstrak belimbing wuluh terhadap kadar serat

nata buah kersen. Secara berurutan kadar serat rata-rata nata tertinggi

hingga terendah dengan ekstrak belimbing wuluh yaitu 13%, 11%, 9%.

Page 10: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

6

Sedangkan analisis uji interaksi antara variasi konsentrasi ekstrak

belimbing wuluh dan ekstrak kacang tunggak terhadap kadar serat nata

buah kersen didapat Fhit 203.625 dan Ftab 3,68 sehingga Fhit>Ftab yang

berarti bahwa H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat interaksi

antara variasi konsentrasi ekstrak belimbing wuluh dan ekstrak kacang

tuggak terhadap kadar serat nata buah kersen.

3.1.2 Ketebalan

Hasil uji ketebalan nata buah kersen menunjukkan ketebalan nata

buah kersen tertinggi pada perlakuan W3K1 (ekstrak belimbing wuluh

13% dan ekstrak kacang tunggak 15%) sebesar 1,46 cm. perbedaan

ketebalan nata buah kersen dapat dipengaruhi oleh sumber nitrogen.

Nitrogen diperlukan dalam sintesis selulosa. Penambahan ekstrak kacang

tunggak 15% menghasilkan ketebalan nata buah kersen rata-rata lebih

tinggi dibandingkan pada penambahan ekstrak kacang tunggak 20%. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Lestari (2019) yang menyatakan

bahwa semakin banyak konsentrasi kacang tunggak yang ditambahkan

maka ketebalan nata tidak maksimal. Selain pengaruh nitrogen pada

protein nabati, ekstrak belimbing wuluh berperan sebagai pengatur

keasaman media juga berpengaruh terhadap tingkat ketebalan nata.

Acetobacter xylinum memiliki batasan pH tertentu untuk dapat

melangsungkan hidupnya. Menurut Sutarminingsih (2004) aktivitas

pembentukan nata terjadi pada pH 3,5-7,5 dan optimal pada pH 4.

Perlakuan ekstrak belimbing wuluh 13% memiliki rata-rata tebal yang

lebih tinggi dikarenakan berada pada batas pH optimal yaitu 4.

3.1.3 Rendemen

Hasil uji rendemen nata buah kersen menunjukkan bahwa

rendemen tertinggi pada perlakuan W3K1 (ekstrak belimbing wuluh 13%

dan ekstrak kacang tunggak 15%) sebesar 56,4%. Kecukupan nitrogen

mempengaruhi bakteri Acetobacter xylinum untuk menghasilkan serat

selulosa yang lebih besar sehingga nata buah kersen semakin tebal dan

semakin berat, oleh karena itu rendemen semakin besar. Sependapat

Page 11: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

7

dengan Putriana (2013) yang menyatakan bahwa pada kondisi jumlah

nutrisi mencukupi kebutuhannya, selulosa yang terbentuk dalam jumlah

besar dan nata semakin tebal dan berat. Pada tabel di atas memperlihatkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak belimbing wuluh yang

diberikan pada medium nata maka rendemen semakin besar, begitu pula

sebaliknya. Besar kecilnya rendemen ikut dipengaruhi oleh pH medium.

Pada penambahan ekstrak belimbing wuluh 13% menghasilkan pH

medium 4 (pH optimum ) dalam pembuatan nata. Fifendy (2011)

menyatakan bahwa jika media fermentasi mengandung sumber nitrogen

yang cukup, karbon yang cukup, pH yang sesuai dan kondisi

lingkungan yang mendukung, maka Acetobacter xylinum akan bekerja

secara optimum.

3.2 Kualitas Nata Buah Kersen Berdasarkan Uji Organoleptic Dan Daya

Terima

Tabel 2. Hasil sifat Organoleptik Dan Daya Terima Nata Buah Kersen

Perlakuan Aspek

Tekstur Warna Aroma Daya Terima

W1K1 Cukup Kenyal Putih keruh Tidak asam suka

W2K1 Kenyal Putih keruh Tidak asam Sangat suka

W3K1 kenyal Putih keruh Tidak asam suka

W1K2 Cukup kenyal Putih keruh Tidak asam suka

W2K2 kenyal Putih keruh Tidak asam suka

W3K2 kenyal Putih keruh Cukup asam suka

Keterangan:

W1K1 : Konsentasi ekstrak belimbing wuluh 9% + ekstrak kacang tunggak 15%

W2K1 : Konsentasi ekstrak belimbing wuluh 11% + ekstrak kacang tunggak 15% W3K1 : Konsentasi ekstrak belimbing wuluh 13% + ekstrak kacang tunggak 15%

W1K2 : Konsentasi ekstrak belimbing wuluh 9% + ekstrak kacang tunggak 20%

W2K2 : Konsentasi ekstrak belimbing wuluh 11% + ekstrak kacang tunggak 20%

W3K2 : Konsentasi ekstrak belimbing wuluh 13% + ekstrak kacang tunggak 20%

3.2.1 Tekstur

Tekstur nata buah kersen menunjukkan bahwa setiap perlakuan

memiliki tekstur kenyal seperti nata kontrol kecuali perlakuan W1K1

(ekstrak belimbing wuluh 9% dan ekstrak kacang tunggak 15%) dan

W1K2 (ekstrak belimbing wuluh 9% dan ekstrak kacang tunggak 20%)

cukup kenyal. Semakin banyak kandungan seratnya maka semakin kenyal

tekstur nata tersebut. Menurut Fifendy (2011) menyatakan bahwa jika

Page 12: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

8

media fermentasi mengandung sumber nitrogen dan karbon yang cukup,

pH yang sesuai serta kondisi lingkungan yang mendukung, maka

Acetobacter xylinum akan bekerja secara optimum membentuk nata

yang tebal dan mengandung banyak serat. Semakin tebal nata yang

dihasilkan, maka semakin tinggi serat yang terkandung di dalamnya

dan mempengaruhi kekenyalannya.

3.2.2 Warna

Warna nata buah kersen menunjukkan bahwa semua perlakuan

menghasilkan nata berwarna putih keruh. Hal ini dapat dipengaruhi oleh

jenis bahan yang digunakan yaitu terdapat penambahan ekstrak kacang

tunggak yang berwarna putih keruh. Proses pengolahan pasca panen

meliputi pencucian, perendaman dan perebusan mempengaruhi hasil

kenampakan warna nata buah kersen. Lestari (2019) menyatakan bahwa

warna putih kotor (putih kecoklatan) akan menjadi putih bersih bila

dilakukan perendaman atau pencucian dan perebusan yang berkali-kali.

3.2.3 Aroma

Aroma nata buah kersen menunjukkan bahwa semua perlakuan

tidak beraroma asam kecuali perlakuan W3K2 cukup asam. Aroma asam

disebabkan oleh pH yang rendah dikarenakan penggunakan ekstrak

belimbing wuluh dan efek metabolisme bakteri Acetobacter xylinum. Pada

perlakuan W3K2 ( ekstrak belimbing wuluh 13% dan ekstrak kacang

tunggak 20%) yang cukup asam karena dapat dipengaruhi perlakuan pasca

panen yaitu perebusan yang kurang maksimal sehingga masih beraroma

asam. Sependapat dengan Putriana (2013) bahwa aroma asam pada nata

akan hilang setelah pencucian dan perebusan. Nata buah kersen tidak

ditambahkan gula dan perasa sehingga aroma masih asli yaitu tidak

beraroma atau tawar.

3.2.4 Daya terima

Hasil uji daya terima nata buah kersen menunjukkan bahwa semua

perlakuan disukai oleh panelis kecuali perlakuan W2K1 (ekstrak

belimbing wuluh 11% dan ekstrak kacang tunggak 15%) sangat disukai.

Page 13: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

9

Hal ini dikarenakan ketertarikan nata buah kersen dari tekstur, warna dan

aroma. Perlakuan W2K1 (ekstrak belimbing wuluh 11% dan ekstrak

kacang tunggak 15%) sangat disukai karena memiliki tekstur, warna dan

aroma yang tidak jauh berbeda dengan nata kontrol (nata de coco) yaitu

kenyal, putih keruh dan tidak asam.

4. PENUTUP

Kualitas nata buah kersen terbaik dengan kadar serat tertinggi pada

perlakuan W3K1 (ekstrak belimbing wuluh 13% dan ekstrak kacang tunggak

15% ) sebesar 5,15%. Ketebalan dan rendemen terbaik pada perlakuan W3K1

(ekstrak belimbing wuluh 13% dan ekstrak kacang tunggak 15% ) sebesar 1,46

cm dan 56,4%. Karakteristik organoleptik nata buah kersen terbaik pada

perlakuan W2K1 (ekstrak belimbing wuluh 11% dan ekstrak kacang tunggak

15%) yaitu bertekstur kenyal, berwarna putih keruh, tidak beraroma dan daya

terima sangat suka.

DAFTAR PUSTAKA

Abdani, L, A. (2019). Kualitas Nata Biji Nangka Dengan Variasi Konsentrasi

Ekstrak Markisa Dan Sumber Nutrisi Kacang Merah. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Ami, M.S., Faizah, M., & Fithriyah, Z. (2019). Potensi Sari Buah Kersen

(Muntingia calabura) sebagai Bahan Baku Nata. Agrosaintifik. 1(2).

Ernawati, E. (2012). Pengaruh Sumber Nitrogen terhadap Karakteristik Nata

De Milko. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Fifendy, M., Putri, D. H., & Maria, S.S. (2011). Pengaruh Penambahan Touge

sebagai Sumber Nitrogen terhadap Mutu Nata De Kakao. Jurnal Sains

dan Teknologi, 3(2).

Hamad, A., Hidayah, B. I., Solekhah, A., & Septhea, A. G. (2017). Potensi

Kulit Nanas sebagai Substrat dalam Pembuatan Nata De Pina. Jurnal

Riset Sains dan Teknologi. 1(1).

Hartati., Muhiddin, P. (2010). Pengaruh Umur Biakan Acetobacter xylinum

terhadap Rendeman Nata Aren. Jurnal Chemical. 2(1).

Holt, J. C., & Bergey, D. H. (1994). Bergey’s manual of determinative

bacteriology. Baltimore: Williams & Wilkins.

Page 14: UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN DENGAN …eprints.ums.ac.id/84561/11/1. PDF NASKAH PUBLIKASI ARIFIN... · 2020. 8. 11. · UJI SERAT DAN ORGANOLEPTIK NATA BUAH KERSEN

10

Lestari , D. (2011) Uji Karbohidrat Dan Protein Pada Nata Dari Buah Kersen

(Muntingia calabura) Dengan Pemberian Gula Jawa Dan Gula Pasir.

Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lestari, E. P. (2019). Kualitas Nata Biji Nangka Dengan Variasi konsentrasi

ekstrak Nanas Dan Sumber Nutrisi Kacang Tunggak. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Kosasih, E., Supriatna, N., & Ana, E. (2013). Informasi singkat benih

kersen/talok (Muntingia calabura L.). Balai pembenihan Tanaman Hutan

Jawa dan Madura.

Kumalaningsih, S. (2014). Pohon Industri Komoditi Hasil Pertanian pada

Sistem Agroindustri. Malang: UB Press.

Majesty, J., Argo, B. D., & Nugroho, W. A. (2015). Pengaruh Penambahan

Sukrosa dan Lama Fermentasi terhadap Kadar Serat Nata dari Sari

Nanas(Nata de Pina). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan

Biosistemol, 3(1).

Pambayun, R. (2002). Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Yogyakarta:

Kanisius.

Parwiyanti. (2006). Potensi Belimbing Wuluh Dan Jeruk Sitrun Sebagai Bahan

Pengatur pH Fermentasi Nata De Coco.Jurnal Penelitian Sains. 19(3).

Poedjiadi, Anna. (2011). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Pratiwi, I. D. (2015). Kualitas dan Kadar Protein Nata Biji Kluwih dengan

Penambahan Ekstrak Markisa dan Sumber Nutrisi Yang Berbeda.

Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Putriana, I. (2013). Mutu Fisik, Kadar Serat dan Sifat Organoleptik Nata de

Cassava Berdasarkan Lama Fermentasi. Jurnal Pangan dan Gizi. 4(7).

Rizal, H. M., Pandiangan, D. M., & Saleh, A. (2013). Pengaruh Penambahan

Gula, Asam Asetat dan Waktu Fermentasi terhadap Kualitas Nata De

Corn. Jurnal Teknik Kimia. Jurnal Teknik Kimia, 19(1).

Suparti., Yanti., & Asngad, A. (2007). Pemanfaatan Ampas Buah Sirsak

(Annona muricata) sebagai Bahan Dasar Pembuatan Nata dengan

Penambahan Gula Aren. MIPA, 17(1).

Sutanto, R. S., & Rahayuni, A. (2013). Pengaruh Pemberian pH Substrat

terhadap Kadar Serat, Vitamin C, dan Tingkat Penerimaan Nata De

Cashew (Anacardium occidentale L.). Journal of Nutrition College, 2(1).

Sutarminingsih, Lilies. (2004). Peluang Usaha Nata De Coco. Yogyakarta :

Kanisius.

Tjitrosoepomo, G. (2010). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).

Yogyakarta: UGM Press.