tugas terstruktur tekben padi hibrida
TRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTUR
TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH
( TEKNIS PRODUKSI BENIH TANAMAN PADI HIBRIDA )
Disusun oleh :
Nurul Purwaningsih (A1L010109)
Wahyu Septiyojati (A1L010110)
Adiyaksa Danu Rihasta ( A1L010111)
Elga Ergena Pradaya ( A1L010112)
Sepsi Dwi Kusuma (A1L010114)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat komoditas padi, meningkat
dari tahun ke tahun. Meningkatnya penggunaan benih unggul, menunjukkan
meningkatnya kesadaran petani akan pentingnya penggunaan benih bermutu yang
telah terbukti memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan benih yang tidak
bersertifikat. Untuk memenuhi target-target, dapat ditempuh dengan tujuh gema
revitalisasi, yaitu revitalisasi lahan, revitalisasi perbenihan dan perbibitan, revitalisasi
infrastruktur dan sarana, revitalisasi sumber daya manusia, revitalisasi pembiayaan
petani, revitalisasi kelembagaan petani dan revitalisasi teknologi dan industri hilir.
Terkait revitalisasi perbenihan dan pembibitan dilakukan karena pentingnya peran
benih dalam mendukung pembangunan pertanian. "Bibit varietas unggul bersertifikat
merupakan alat pembawa teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas,".
Karena ketersediaan komoditas pangan (padi) sangat diperlukan sepanjang
tahun terutama sebagai bahan makanan pokok masyarakat Indonesia pada umumnya,
maka upaya peningkatan produksi yang dilaksanakan oleh pemerintah selain untuk
meningkatkan kesejahteraan petani, juga merupakan salah satu tugas utama
pemerintah dalam penyediaan bahan pangan pokok masyarakat.
Padi hibrida juga berpotensi dikembangkan untuk dapat mengatasi
kemandekan produktivitas padi saat ini. Padi hibrida dihasilkan melalui pemanfaatan
fenomena heterosis turunan pertama (F1) dari hasil persilangan antara dua induk yang
berbeda. Fenomena heterosis tersebut menyebabkan tanaman F1 lebih vigor, tumbuh
lebih cepat, anakan lebih banyak, dan malai lebih lebat sekitar 1 t/ha lebih tinggi
daripada Varietas unggul biasa (inbrida).
Namun keunggulan tersebut, tidak diperoleh pada populasi generasi kedua
(F2) dan berikutnya. Oleh karena itu produksi benih F1 dalam pengembangan padi
hibrida memegang peran penting dan strategis.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu padi hibrida
2. Mengetahui mengapa benih padi hibrida hanya dapat ditanam satu kali
3. Dapat mengetahui produksi persilangan benih padi hibrida
BAB II
PEMBAHASAN
Padi hibrida yang merupakan tanaman F1 hasil persilangan antara GMJ (A)
dengan galur pemulih kesuburan (R) hanya dapat ditanam satu kali karena bila hasil
panen hibrida ditanam lagi akan mengalami perubahan yang signifikan sebagai akibat
adanya segregasi F2 sehingga pertanaman tidak seragam dan tidak baik. Oleh karena
itu, benih F1 harus diproduksi dan petani juga harus selalu menggunakan benih F1.
Produksi benih padi hibrida mencakup dua kegiatan utama yaitu: produksi benih
galur tetua dan produksi benih hibrida. Galur tetua meliputi GMJ, B dan R. GMJ
bersifat mandul jantan, produksi benihnya dilakukan melalui persilangan GMJ x B.
Galur B dan R bersifat normal (fertil), produksi benihnya dilakukan seperti pada
varietas padi inbrida. Benih hibrida diproduksi melalui persilangan GMJ dan R.
Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida
A. Pemilihan lahan
1. Pemilihan lokasi yang tepat, yaitu bersih dari benih-benih tanaman lain, bukan
daerah endemik hama dan penyakit utama, tanah subur, cukup air, mempunyai
sistem irigasi dan drainasi yang baik, dan tingkat keseragaman (homogenitas)
tanah yang tinggi.
2. Kondisi cuaca yang optimum, yaitu:Suhu harian 20-30ºC, kelembapan relatif
80%, sinar matahari cukup (cerah) dan kecepatan angin sedang, tidak ada
hujan selama masa berbunga (penyerbukan)
3. Isolasi dari pertanaman padi lainnya. Untuk menghindari terjadinya
kontaminasi penyerbukan dari polen yang tidak diinginkan, areal pertanaman
produksi benih harus diisolasi dari pertanaman padi lainnya. Ada tiga macam
isolasi yaitu: isolasi jarak, isolasi waktu, dan isolasi penghalang fisik.
Isolasi jarak. Pada produksi benih F1 hibrida, isolasi jarak dengan pertanaman
padi lainnya minimal 50 m, sedangkan pada produksi benih galur A minimal
100 m.
Isolasi waktu. Pada isolasi ini perbedaan waktu berbunga antara pertanaman
produksi benih dengan tanaman padi di sekitarnya minimal 21 hari.
Isolasi penghalang fisik. Pada isolasi ini dapat digunakan plastik sebagai
penghalang dengan ketinggian 3 m.
B. Jenis benih yang digunakan
Padi hibrida merupakan hasil persilangan dari dua induk (genetically-fixed
varieties) yang mampu menunjukkan sifat superior (efek heterosis), terutama potensi
hasilnya. Akan tetapi efek heterosis ini akan hilang pada generasi berikutnya. Oleh
sebab itu, benih yang dihasilkan padi hibrida tidak dapat digunakan sebagai benih
untuk musim tanam berikutnya. Hal ini menyebabkan bisnis benih hibrida menjadi
menarik, karena petani akan tergantung pada pasokan benih dari produsennya.
Padi merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri (self-pollinated) dimana
serbuk sari dan ovarium dihasilkan pada bunga yang sama. Oleh sebab itu, diperlukan
tanaman jantan-steril sebagai salah satu induk agar proses hibridisasi dapat
berlangsung sempurna.
Pengembangan padi hibrida dimulai sekitar tahun 1970, saat ditemukan
tanaman jantan steril dari populasi padi liar (Oryza sativa f. Spontanea) di Hainan,
Cina. Padi liar ini disebut sebagai wild rice with abortive pollen atau disingkat padi
WA. Padi WA ini disilang dengan padi lain untuk menghasilkan jantan steril yang
disebut sebagai galur maintainer.
Jadi, jenis benih yang diperlukan dalam produksi benih padi hibrida antara
lain yaitu:
1. Diperlukan adanya galur mandul jantan (GMJ atau Galur A atau CMS line) –
varietas padi tanpa serbuk sari yang hidup dan dianggap berfungsi sebagai
tetua betina dan menerima serbuk sari dari tetua jantan untuk menghasilkan
benih hibrida.
2. Diperlukan adanya galur pelestari (Galur B atau maintainer line) – varietas
atau galur yang berfungsi untuk memperbanyak atau melestarikan keberadaan
GMJ.
3. Diperlukan adanya tetua jantan (restorer) – varietas padi dengan fungsi
reproduksi normal yang dianggap sebagai tetua jantan untuk menyediakan
serbuk sari bagi tetua betina di lahan produksi benih yang sama.
4. Benih padi hibrida dapat dihasilkan (diproduksi) dengan cara menyilangkan
antara GMJ dengan restorer yang terpilih secara alami di lapangan.
Benih yang dihasilkan merupakan benih hibrida F1 yang mempunyai sifat
superior (daya hasil tinggi), tetapi potensi hasil ini tidak dapat diturunkan ke generasi
berikutnya (F2 dan seterusnya).
C. Jarak tanam
1. Pada perbanyakan benih A, digunakan perbandingan baris tanaman 2B : 4-6A,
dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Jarak tanam antar baris tanaman A terluar
dengan baris tanaman B terluar adalah 30 cm. Jarak tanam di dalam baris B
adalah 20 cm.
2. Pada produksi benih F1 hibrida, digunakan perbandingan baris tanaman 2R :
8-12A, dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Jarak tanaman A terluar dengan
baris tanaman R terluar adalag 30 cm. Jarak tanam di dalam baris R adalah 20
cm.
3. Arah barisan tanaman. unutk meningkatkan penyebaran polen,arah barisan
tanaman galur A dan B dibuat tegak lurus arah angin pada waktu
pembungaan.
D. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada padi hibrida antara lain yaitu:
1. Penyulaman pada Rumpun-Rumpun yang Mati
Lahan sawah dijaga dalam keadaan macak-macak sampai tanaman pulih
dalam 4-5 hari. Pemberian air ditingkatkan sampai 5 cm di atas permukaan.
Sulam semua rumpun mati dalam kurun waktu 7 hari dari waktu tanam.
Hati-hati dalam penyulaman, jangan mencampur bibit galur A dan R
2. Penyiangan
Penyiangan dapat dilakukan dengan tangan (dirambet), dengan menggunakan
landak/gesrok atau dengan menggunakan herbisida Butachlor + 2,4 DEE atau
Anilophos + 2,4 DEE. Pemberian herbisida dilakukan pada saat tanaman
berumur 5-7 hari setelah tanam, diikuti dengan penyiangan secara dirambet
dengan tangan atau menggunakan landak/gasrok. Penyiangan dengan cara
dirambet atau dengan landak/gasrok dapat dilakukan pada umur 21 hari dan
35 hari setelah tanam, tergantung keadaan rumput.
3. Pemupukan
Pupuk diberikan sesuai dengan rekomendasi untuk varietas padi lahan irigasi
di area yang bersangkutan. Jangan mempergunakan pupuk majemuk, seperti
NPK, karena dalam produksi benih hibrida unsur nitrogen diberikan terpisah
dari unsur fosfat dan kalium. Berikan seluruh pupuk P dan K pada saat
sebelum pelumpuran terakhir. Sedangkan pupuk N (nitrogen) yang diberikan
untuk setiap tetua dibagi dalam tiga waktu pemberian.
Jadwal pemupukan yang umum:
- 1/3 pada saat 5-7 hari setelah tanam
- 1/3 pada saat 20-25 hari pemberian pertama
- 1/3 saat pembentukan anakan maksimum
Pada petakan produksi benih padi hibrida, bibit tidak ditanam pada waktu
yang sama. Untuk itu, pemberian N perlu diatur sebagai berikut.
Pemberian pertama:
- Jangan memberikan N kepada baris galur R sampai 5-7 hari setelah tanam
galur R terakhir.
- Bagi atau pecahlah pupuk N untuk galur A dan R secara proporsional sesuai
dengan luas/kebutuhan.
Pemberian kedua:
- Berikan pupuk N (1/3 dosis) pada seluruh petak produksi.
- Pemberian kedua ini diberikan pada saat 20-25 hari setelahpemberian pupuk
terakhir.
Pemberian ketiga:
- Berikan pupuk N tersisa (1/3 dosis) ke seluruh petakan pada waktu
pembentukan anakan maksimum.
4. Pengairan
Tanaman padi hibrida pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan padi non
hibrida dalam kebutuhan air untuk pertumbuhannya. Tanaman padi hibrida
peka terhadap kekurangan air pada waktu fase bunting sampai pengisian
gabah, sehingga bila terjadi kekurangan air pada fase tersebut dapat
menimbulkan kehampaan gabah dan menurunkan hasil. Sejak tanam sampai
fase primordia bunga (42 hst), pertanaman padi hibrida perlu diberi air macak-
macak agar tanaman dapat membentuk anakan dalam jumlah optimal.
Pemberian air secara berselang (intermittent) dianjurkan agar tanaman
memperoleh oksigen yang cukup untuk kebutuhan pertumbuhan akar. Oleh
karena itu, Airi tanah setinggi 5 cm dari permukaan tanah sampai 10 hari
sejak tanam.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Strategi pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan dengan
mengintegrasikan komponen pengendalian seperti:
- Menggunakan bibit sehat
- Menerapkan pola tanam yang sesuai
- Waktu tanam yang sesuai
- Melakukan pembersihan lapangan/sawah seperti singgang yang biasa
dijadikan tempat vektor hama dan sumber inokulum penyakit
- Pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
- Penerapan irigasi berselang;
- Menggunakan pestisida sebagai alternatif akhir
E. Roguing
Roguing adalah membuang tanaman padi yang tidak diinginkan pada petak
produksi. Tanaman yang tidak diinginkan adalah tanaman selain galur A atau galur R
yang ada dalam barisan dan berbeda dengan tipe yang sebenarnya. Tanaman tersebut
mungkin tanaman .volunteer. dari pertanaman sebelumnya (tipe simpang). Roguing
mencegah terjadinya penyerbukan silang antara off type dengan galur A, dan
mencegah menurunnya kemurnian benih. Roguing dapat menjamin benih yang
diproduksi diperolehnya hanya dari persilangan antara tetua-tetua galur A dan R dan
menjamin benih yang dihasilkan memberikan hasil tinggi. Karena kemurnian yang
tinggi dari benih hibrida akan meningkatkan reputasi penangkarnya.
1. Fase Tanaman untuk Roguing
Roguing dapat dikerjakan pada setiap fase tanaman. Tipe simpang dapat
dibuang setiap kali dia timbul. Fase yang yang paling penting untuk Roguing
adalah:
Saat pembentukan anakan maksimum
- Buang semua tanaman diluar barisan
- Buang tanaman yang diperkirakan ukurannya lebih tinggi atau lebih pendek
dibandingkan dengan masing-masing tetua (tetua betina dan tetua jantan).
- Buang tanaman yang memiliki kelainan ukuran dan bentuk daun.
- Buang tanaman yang memiliki kelainan warna pelepah daun.
Saat pembungaan
- Buang tanaman tipe simpang yang berbunga terlalu awal atau terlalu akhir.
- Buang tanaman tipe simpang yang berbeda dalam hal ukuran daun, sudut
daun, bentuk dan ukuran malai.
- Buang tanaman dari galur A yang mempunyai kepalasari yang montok dan
berwarna kuning. Tanaman dalam galur A harus tidak punya serbuk yang
hidup.
- Buang tanaman dengan malai yang keluar sempurna dari galur A.
- Buang semua tanaman yang terserang penyakit.
Sebelum panen
- Pada barisan galur A, buanglah tanaman yang mempunyai pembentukan biji
normal
- Buang tipe simpang yang mempunyai butir gabah dengan ciri yang berbeda
dari tanaman normal galur A.
- Cari perbedaan dalam bentuk gabah, ukuran gabah, atau ada tidaknya bulu.
F. Panen
Pemanenan produksi benih padi hibrida berbeda dengan panen pertanaman padi
biasa. Pertama panen galur R, kemudian galur A, panen galur A benar-benar hanya
galur yang layak dijual sebagai benih padi hibrida, penanaman galur R hanya untuk
dijual sebagai gabah konsumsi atau untuk keperluan rumah tangga. Panen galur A
dan galur R harus tetap dipisahkan satu sama lain selama panen, perontokan,
penjemuran, dan pengarungan.
1. Kapan Panen Dilakukan
Panen dilakukan jika 90% dari bulir malai tanaman galur A tampak bersih,
tegak, dan berwarna jerami. Bulir sisa harus dalam fase masak. Padi dipanen
jika kadar air biji kurang dari 20%. Pertama keringkan dahulu petakan sawah
7-10 hari sebelum panen. Pengeringan sawah akan menyebabkan tanaman
matang lebih cepat dan seragam.
Panen Galur B atau R
Pertama-tama panen semua baris pertanaman galur B atau R secara manual,
memotong pangkal batang dengan arit. Pindahkan galur R yang telah dipanen
dan disimpan, selanjutnya dilakukan perontokan (threshing). Jangan
meninggalkan malai satupun di lapangan. Hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya pencampuran terhadap galur A, menurunkan kemurnian benih
hibrida.
Panen Galur A
Sebelum panen, lakukan roguing sekali lagi terhadap barisan galur A. Galur
A dapat dipanen secara manual atau menggunakan alat pemanen mekanis
(combine karossin). Bila alat tersebut dipakai, mesin tersebut mempunyai
kecepatan yang dapat diatur untuk mencegah dari kehilangan hasil dan
kerusakan gabah.
G. Pasca Panen
1. Perontokan
Persiapan Melakukan Perontokan
Selama threshing, panenan tetua betina dan tetua jantan harusterpisah, tetua
betina tidak boleh tercampur dengan biji-bijian lain baik yang ada di lantai
ataupun di mesin perontok. Sebelum perontokan dimulai, semua peralatan
perontok termasuk lantainya harus bersih, karung goni yang baru harus
tersedia untuk pengarungan benih. Jika karung yang baru tidak tersedia, dapat
digunakan karung bekas namun bersih, tidak ada atau tercampur biji-bijian
padi lainnya dengan benih hibrida. Buat dua label setiap karung, satu
disimpan dalam karung dan yang satunya ditempelkan di luar karung. Setiap
label harus berisi informasi: Nama dan alamat produsen, Nama varietas padi
hibrida, Lokasi kebun produksi benih dan Musim tanam.
Perontokan Tetua Betina
Pertama kali, rontokan benih tetua betina untuk menjaga agar tidak tercampur
dengan biji lainnya. Perontokan benih secara manual dengan tangan atau
dengan mesin perontok. Keringkan benih tetua betina segera setelah dirontok.
Perontokan Tanaman Tetua Jantan
Tetua jantan harus dirontokan terpisah dan dimanfaatkan untuk beras dan
tidak bisa digunakan sebagai benih.
2. Pengeringan Benih
Mengapa benih perlu dikeringkan
Benih dapat disimpan dengan aman, apabila benih tersebut telah dikeringkan
sampai kadar air 13%. Pengeringan membantu benih mempertahankan
kemampuan daya kecambah dan vigor, jangka waktu lebih lama. Di samping
itu, memberantas pertumbuhan jamur dan efektivitas organisme lain yang
dapat mengurangi kualitas benih yang disimpan. Pengeringan dapat
mengurangi noda-noda pewarnaan kulit benih (seed-discoloration) yang
menyebabkan harga benih di pasar turun.
Pengeringan dengan Sinar Matahari
Benih dijemur pada lantai jemur di bawah sinar matahari. Jangan
mengeringkan benih langsung di atas lantai jemur. Tempatkan benih pada
karung goni ataukarung plastik lainnya. Sewaktu-waktu, benih diaduk/dibalik
agar pengeringan merata.
Pengeringan dengan Alat Pengering (Dryer)
Benih dapat dikeringkan dengan dryer menggunakan aliran udara panas 40-
450C. Jangan mengeringkan benih secara tiba-tiba sampai kadar air 13%, bila
kadar air semula di atas 20%. Ketebalan benih dalam bak pengering sekitar
45 cm.
3. Prosesing Benih Padi
Pembersihan dan Pemisahan
Maksud dari pembersihan biji adalah: Menghilangkan ketidak murnian seperti
batu, daun, biji yang pecah, pasir, atau kotoran lainnya. Benih dapat
dibersihkan secara manual, seperti ditampi. Penampian hanya untuk
menghilangkan benda yang ringan dan kecil. Mesin penghembus udara selain
membersihkan benih, juga memisahkan ukuran yang seragam dari ukuran
yang terlalu kecil/besar. Proses pemisahan benih yang seragam ukurannya
disebut grading. Mesin penghembus udara terlalu mahal bagi petani.
Cleaning and Grading biasanya dikerjakan oleh perusahaan benih
pemerintah/swasta yang mengadakan kontrak kerja dengan penangkar benih
hibrida.
Pengujian Daya Kecambah
Sebelum dikemas dan dijual sebagai benih hibrida, benih harus diuji daya
kecambah dan kemurniannya. Balai pengujian benih melakukan pengujian
dan pemberian sertifikasi. Daya kecambah benih minimal 85% agar dapat
memperoleh sertifikasi. Sebelum benih diuji, dapat melakukan uji daya
kecambah sendiri di rumah dengan mengikuti petunjuk berikut:
- Sebarkan dengan rata 200 biji di atas karung goni yang baru dan bersih yang
telah dibasahi air.
- Tutuplah biji yang sudah disebar dengan karung goni basah.
- Gulung karung goni tersebut (dengan biji di dalamnya) dan simpan ditempat
yang teduh selama 7 hari. Jaga kondisi gulungan tetap lembab, jangan
biarkan mengering.
- Buat 3 set (3 ulangan).
- Setelah 7 hari, hitung jumlah bibit yang tumbuh normal (bibit yang normal)
mempunyai akar dan batang.
- Dari 3 set (3 ulangan) jumlah biji yang berkecambah paling sedikit harus
85%. Maka dari 200 biji (tiap set) harus ada 170 bibit yang
tumbuh/berkembang normal.
Bila daya kecambah benih 85%, benih dapat dikantungi (packing)
Pengepakan dan Pelabelan Benih
Pengepakan benih dilakukan dalam keadaan bersih, dalam karung yang baru.
Seandainya benih di simpan dalam karung, kantungnnya harus disuci
hamakan terlebih dahulu untuk menjaga dari serangan serangga selama di
simpan. Ikuti petunjuk untuk menyucihamakan kantung yang akan digunakan
- Tarik bagian dalam kantung keluar, kemudian dikebutkan supaya tidak ada
benda-benda adalam karung.
- Celupkan kantung: dalam larutan Malathion 0,15 % selama 10 menit
(membuat larutan yakni dengan mencampur satu bagian malathion 50 EC
dengan 300 bagian air).
- Keringkan kantung, sebelum di isi dengan benih.
Jangan memasukan benih dalam kantung bilamana kadar air biji benih di atas
13%. Benih akan rusak selama penyimpanan. Buatkan dua label untuk setiap
kantung, satu diletakan di dalam kantung dan satu lagi di luar. Setiap label
harus berisi informasi sebagai berikut: Nama pemulia/perusahaan dan alamat,
Nama varietas padi hibrida, Lokasi kebun produksi benih dan Musim tanam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Padi hibrida merupakan hasil persilangan dari dua induk (genetically-fixed
varieties) yang mampu menunjukkan sifat superior (efek heterosis),
terutama potensi hasilnya.
2. Padi hibrida merupakan tanaman F1 hasil persilangan GMJ (A) dengan
galur pemulih kesuburan (R) hanya dapat ditanam satu kali karena bila
hasil panen hibrida ditanam lagi akan mengalami perubahan yang
signifikan sebagai akibat adanya segregasi F2 sehingga pertanaman tidak
seragam dan tidak baik.
3. Produksi benih padi hibrida mencakup dua kegiatan utama yaitu: produksi
benih galur tetua dan produksi benih hibrida. Benih hibrida diproduksi
melalui persilangan GMJ dan R.
Daftar Pustaka
Abdullah, Irsal Las, B., dan Daradjat, Aan A.2003. Padi Tipe Baru dan Padi
Hibrida Mendukung Ketahanan Pangan.Jakarta:Sinar Tani.
Anonim.2006.Petunjuk Teknis Produksi Benih Padi Hibrida.Bogor:PUSAT
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN.
Anonim.2008.Padi Hibrida.Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi
Indonesia.http://www.pustaka-deptan.go.id diakses pada 10 juni
2012.
Anonim.2010.Pedoman Umum Budi Daya Padi Hibrida. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Lakitan, Benyamin.Padi Hibrida:Apakah Ini Jawabanya?. Jurnal Nasional, 4
Juli 2007.