laporan tekben semua

Upload: pratama-budi-sasongko

Post on 17-Oct-2015

906 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIHACARA IPENGUJIAN KEMURNIAN BENIH

Semester:Genap 2012/2013

Oleh :Pratama Budi SasongkoNIM A1L111050Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2013

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPara petani Indonesia sejak dulu dan semasa pemerintahan hindia belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas. Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan hasil atau saat panen, seperti pemilihan hasil untuk benih padi, kacang kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan termasuk benih benih untuk tanaman perdagangan seperti kopi, tembakau, cengkeh, cokelat dan beberapa jenis tanaman lainnya.Benih yang berasal dari tanaman yang baik mereka (petani) simpan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat dipertahankan dan cara pengadaan benih semacam ini dilakukan selama berabad-abad lamanya oleh petani zaman dahulu. Pemerintah hindia belanda yang sangat berkepentingan untuk memeras usaha keringat para petani Indonesia sejak tahun 1920-an telah mulai menaruh perhatian terhadap masalah pembenihan ini, seiring dengan meningkatnya perbaikan cara-cara bercocok tanam. Sesudah tahun 1930-an kegiatan pengadaan benih ini ditingkatkan lagi dengan pembangunan balai benih.Setelah Negara Indonesia merdeka, usaha-usaha untuk meningkatkan teknologi pertanian selalu dilakukan, terutama dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup petani dan dalam pengadaan benih berbagai jenis tanaman yang bermutu merupakan sasaran utama. Pada tahun 1952, Indonesia diterima menjadi anggota FAO atau Food and Agriculture Organization, dan sejak itu mulai dilaksanakan suatu pola produksi dan penyebaran benih yang lebih terarah. Dalam hal produksi benih padi misalnya, telah dilakukan penggolongan seperti benih dasar, benih pokok dan benih sebar.Benih adalah simbol dari suatu permulaan, ia merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Untuk itu sangat dibutuhkan benih-benih yang berkualitas. Berbicara mengenai kualitas benih, istilah ini dapat ditafsirkan secara umum bahwa kualitas benih harus mewakili penampilan kemampuan pada faktor-faktor seperti kebenaran varietas, presentase perkecambahan, presentase biji rerumputan, kekuatan tumbuh, bebas dari hama dan penyakit serta kontaminan-kontaminan lainnya.

B. TujuanTujuan dari praktikum ini antara lain :1. Mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan cara yang sudah diterapkan.2. Menganalisa berbagai macam jenis kultivar atau varietas atau jenis dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identitas yang telah diterapkan.

II. TINJAUAN PUSTAKABenih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan pengembangan usahatani dan mempunyai fungsi agronomis. Benih yang bermutu adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang bekualitas tinggi. Benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. (Kartasapoetra, 1986).Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman dilapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih.(Harjadi,1979).Secara historis pengujian benih pertama kali dilakukan pada tahun1869 ketikaProfesor Friedrich Nobbe mendirikan laboratorium benih pengujian pertama di Saxony Jerman, yang kemudian dengan segera diikuti oleh laboratorium di Austria, Hungaria, Belgia, Denmark, Rusia dan Amerika Serikat. Pada tahun 1876, Nobbe menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul "Handbook on Seed Testing", pendahulu dari "International Rules for Seed Testing " yang sekarang membentuk dasar pengujian benih di hampir seluruh dunia, hingga pada tahun 1924 kemudian didirikan International Seed Testing Association (ISTA) yang secara resmi menerbitkan peraturan tentang pengujian benih secara internasional (Anonim, 2013).Kemurniah benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan empat komponen benih murni, benih tanaman lain, biji gulma dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung persentase dari keempat komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih.kemurnian benih sangat berpengaruh dilapangan. Karena benih yang tidak murni dapat merugikan kita pada saat pembelian maupun pada budidaya (Anonim,2013).Dalam pengujian kemurniaan benih khususnya merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen komponen benih termasuk pula presentase berat benih murni (pure seed) yang meliputi semua varietas dari setiap spesies yang diakui bagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium. Usaha pemurnian benih juga memudahkan pengawas benih dalam pekerjaannya mengamati tingkat kemurnian suatu kegiatan dalam produksi benih maupun analisis benih di laboratorium untuk menguji kemurnian fisik benih. Bagi pengujian benih, beratnya contoh kerja untuk masing-masing benih telah ada ketentuannya, kecuali untuk beberapa benih tertentu. Dalam pelaksanaan pengujian kemurniaan benih dimana komponen-komponen telah berhasil dipisahkan, kemudian yang merupakan hasil uji benih murni, benih tanaman lain atau varietas lain, biji-bijian herba serta benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram.Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh, baru kemudian dipakai untuk uji lain yaitu kadar air dan daya kecambah. (Justice. 1990).Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah pengambilan contoh benih, kemudian pengujian kemurnian benih dan kadar air. Setelah itu barulah dilakukan uji daya kecambah, uji kekuatan tumbuh benih ataupun uji kesehatan benih terhadap contoh tersebut (Sutopo, 2010).Adapun beberapa metode untuk menguji kemurnian benih antara lain (Anonim, 2013) :1. Metode Kue (Pie Methode).Metode dengan cara benih ditebarkan di meja serata mungkin hingga membentuk bulatan seperti kue. Hamparan benih tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan diberi nomor, setelah itu secara acak dipilih nomor mana yang akan dipakai untuk pengujian.2. Metode Mangkuk (Cup methode).Mangkuk ditata di atas nampan dengan jumlah dan ukuran tertentu. Masing masing mangkuk diberi nomor dan benih ditebarkan serata mungkin sampai semua mangkuk terisi penuh dan benih habis terbagi rata. Seacara acak dipilih mangkuk nomor berapa yang akan dipakai untuk pengujian.Dalam perhitungan kemurnian benih dipengaruhi oleh komponen hasil pengujian benih. Apabila berat sampel benih kurang dari 25 gram, maka perhitungan persentase berat masing - masing komponen dengan membandingkan terhadap keseluruhan berat semua komponen (bukan terhadap berat sampel benih yang diuji), yang kemudian dikalikan dengan 100%. Jika tingkat kemurnian benih itu rendah, maka akan berpengaruh dalam keseragaman tumbuh di lapangan (rendah). Hal tersebut dapat terjadi karena dimungkinkan benih yang digunakan tercampur oleh spesies tanaman lain, gulma atau kotoran lainnya sehingga akan berpengaruh pada waktu panen yang tidak serentak dan produk yang dihasilkan tidak akan seragam/tidak sesuai dengan yang diharapkan. (Sutopo, 2010).

III. METODE PRAKTIKUMA. Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah benih murni (benih padi), biji tanaman varietas lain (kedelai), biji gulma dan kotoran benih.Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alat kertas, alat tulis dan timbangan analitik.

B. Prosedur Kerja1. Dipersiapkan alat dan bahan yang digunakan.2. Ditimbang boboawalnya dari benih yang telah dipersiapkan. 3. Diperiksa dengan teliti dan dipisahkan sesuai dengan komponen-komponennya, antara lain benih murni, biji tanaman varietas lain, biji gulma dan kotoran benih.4. Ditimbang bobotnya komponen-komponen yang telah terpisah.5. Prsentase bobot komponen-komponen terhadap bobot awal.6. Ditabulasikan hasil perhitungan pada tabel yang telah disediakan.

IV. HASIL DAN PENGAMATANA. Hasil PengamatanBerat awal= 100 gramBerat Murni= 46.6 gramBerat Varietas Lain= 5.56 gramBerat Kotoran Benih= 48.14 gram

% Berat murni = 100 % = = 46.6% Varietas Lain = 100 % = = 5.56% Kotoran Benih= 100 %= = 48.14

B. PembahasanKemurnian benih adalah persentase berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh kerja benih / contoh benih. Untuk mengetahui kemurnian suatu benih, maka perlu dilakukan pengujian kemurnian benih. Pengujian kemurnian benih merupakan suatu proses atau kegiatan yang berfungsi untuk menelaah kepositifan fisik komponen komponen pada benih. Hal hal yang termasuk kepositifan fisik benih tersebut adalah persentase berat dari benih murni, biji tanaman / varietas lain, biji gulma, dan kotoran benih (Sutopo, 2010).Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan denganmemisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benihyang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Padasaat melakukan uji kemurnian benih yang dipisahkan adalah benih murni daninner matter (bahan yang tercampur). Bahan yang tercampur perlu dipisahkansehingga menjadi dua yaitu kotoran (other material) dan biji lain (other seed). Biji lain yang tercampur perlu dipilih apakah biji dari spesies yang sama tetapi varietasnya lain atau biji gulma. Dalam pengujian kemurnian benih, contoh kerja benih dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih, antara lain : (Kuswanto, 1997)1. Benih murni.Benih murni dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori :a. Benih yang dominan dalam pengujian kemurnian benih, secara botanis/morfologis-morfologis.b. Benih immature (belum masak).c. Benih undersized (kecil).d. Benih shrivelled (berkerut).e. Benih berkecambah.f. Benih yang terserang hama/penyakit tapi tidak/belum merubah bentuk.g. Benih yang besarnya lebih setengah ukuran benih normal.h. Cluster, meskipun tidak mengandung benih lolos dari saringan trianguler. Jika disaring selama satu menit.i. Florets dan caryopses : berisi endosperm dan caryopsis lepas.2. Komponen biji tanaman/varietas lain.Komponen ini meliputi biji tanaman pertanian yang tidak termasuk varietas yang namanya tercantum dalam label.3. Komponen biji gulma, meliputi semua biji yang berasal dari tumbuhan yang dianggap sebagai tumbuhan pengganggu/gulma.4. Komponen kotoran, benih meliputi bahan/benda semacam biji dan bahan-bahan lain yang bukan biji, seperti :a. Pecahan biji dengan ukuran ukuran aslinya.b. Biji tanpa kulit (pada Leguminosae).c. Biji terserang penyakit sehingga bentuknya berubah.d. Biji rusak tanpa lembaga, glumes dan endosperm.e. Tanah, pasir, bagian-bagian tanaman selain biji, dan lain-lain.Pembersihan benih dari varietas lain dan kotoran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya mengingat antara benih yang dimaksud dengan hal-hal yang telah disebutkan itu pada dasarnya ada perbedaan fisik. Jadi tinggal ketekunan kitadalam melaksanakan cleaning tersebut. Dalam pelaksanaan pembersihan ituterdapat dua cara yaitu yang tradisional dan yang pemanfaatan mesin. Cara tradisional ini seperti yang dilakukan oleh praktikan dalam praktikum kemurnian benih ini yaitu dengan memilah-milah benih murni, varietas lain dan kotoran dengan menggunakan tangan, jadi hanya mengandalkan indera perasa dan penglihatan saja. Cara ini banyak kelemahannya karena kemampuan indera tiap orang berbeda-beda. Pembersihan dengan mesin kegiatan utamanya meliputi scalping (tertuju pada material-material kasar), hulling (tertuju pada bagian-bagian yang lengket), shelling (tertuju pada pengelupasan kotoran yang ada di permukaan benih) . Jadi pada dasarnya pembersihan fisik benih dari fisik kotoran dan material yang tidak diperlukan akan mengaburkan,mempengaruhi dan merusak kenurnian benih. Pembersihan benih sangat perlu dilakukan sehubungan adanya perbedaan-perbedaan fisik dan sifat yang dapat mengaburkan kemurnian benih. Perbedaan-perbedaan seperti tekstur permukaan dan warna harus diambil adalah yang menunjukkan kemurnian benih, sedang yang lainnya dipisahkan sehingga yang tinggal menunjukkan kemurnian benih tersebut. (Cipta, 1992).Untuk memisahkan biji lain maka perlu terlebih dahulu diketahui definisi dari biji lain tersebut karena untuk dapat dikategorikan sebagai biji lain harus memenuhi beberapa kriteria yaitu : (Kamil, 1979).1. Biji dari spesies/varietas/cultivar lain.2. Benih yang rusak dengan ukuran kurang dari setengah.3. Benih yang tidak memiliki seed coat.4. Cluster dari beta yang tertinggal di saringan setelah diayak selama satu menit.5. Floresta dan Caryopsis : Hampa dan Bagian yang ringan/berat setelah diblow.Pada Manfaat pengujian kemurnian benih antara lain : (Kamil, 1979).1. Untuk mengetahui komponen jenis benih yang ada dalam kelompoknya.2. Untuk mengetahuinya identitas dari berbagai spesies benih dan partikel lainnya yang ada dalam kelompoknya.3. Untuk melindungi konsumen benih.Pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman (Kamil, 1979). Berikut ialah skema analisis pengujian kemurnian benih :Gambar 1. Skema analisis pengujian kemurnian benih.Prinsip pengolahan benih yaitu mewujudkan benih tanaman yang unggul dan baik apabila benih ditumbuhkan akan mampu bertahan selama perkembangan hidupnya serta mampu memberikan produk yang baik dan meningkat. Untuk mendapatkan hasil produksi pertanian yang optimum dapat dilakukan dengan cara memberikan perlakuan antara lain memisahkan secara khusus benih yang kita pilih dari benih tanaman sejenis yang bervarietas lain, dari benih tanaman lain, dari biji bijian gulma, dari kotoran kotoran yang melekat atau tercampur padanya. Jangkauan dari aktivitas ini adalah agar diperoleh benih yang benar benar murni (Kuswanto, 1997).Sertifikasi benih adalah suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan dan produksi benih. Sertifikasi benih merupakan sistem bersanksi resmi untuk perbanyakan dan produksi benih yang terkontrol. Tujuannya adalah untuk memelihara dan menyediakan benih serta bahan perbanyakan tanaman bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat ditanam dan didistribusikan dengan identitas genetik yang terjamin. Dengan kata lain, tujuan sertifikasi benih adalah untuk memberikan jaminan bagi pembeli benih (petani atau penangkar benih) tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan segera, dengan hanya memeriksa benihnya saja. (Kartasapoetra, 1986).Penerimaan manfaat dari sertifikasi benih adalah perkembangan pertanian karena sistem dan program sertifikasi benih yang efektif memungkinkan benih bermutu tinggi tersedia bagi petani. Pedagang benih memperoleh manfaat karena benih yang disertifikasi merupakan sumber pasokan benih yang otentik dan tinggi mutunya. Produsen benih memperoleh manfaat karena sertifikasi benih memungkinkan tersedianya program pengendalian mutu yang ketat, yang lazimnya di luar kemampuannya. Petani memperoleh manfaat karena dapat mengharapkan bahwa benih bersertifikat yang dibelinya akan memiliki sifat-sifat varietas yang diinginkan (Mugnisjah,1991).Adapun kegiatan-kegiatan dalam proses sertifikasi benih yaitu check plot, pemeriksaan lapang pendahuluan, pemeriksaan lapang fase vegetatif, pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif, pemeriksaan lapang fase menjelang panen, pengambilan contoh benih, dan pemeriksaan alat panen dan pengolahan.1. Check PlotCheck plot/perbandingan tanaman adalah suatu kegiatan percobaan lapangan untuk membandingkan hasil pengujian di laboratorium dengan kenampakan fisik tanaman di lapangan, dalam rangka menunjang operasional sertifikasi benih, khususnya yang berkaitan dengan campuran varietas lain. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai pembanding terhadap areal sertifikasi.2. Pemeriksaan Lapang PendahuluanPemeriksaan lapang pendahuluan dilakukan bertujuan untuk mengetahui kebenaran yang ada pada formulir permohonan dengan data di lapangan. Pemeriksaan lapang pendahuluan dilakukan sebelum lahan penanaman digunakan. Produsen benih terlebih dahulu mengajukan permohonan pemeriksaan lapang untuk sertifikasi benih, diajukan paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan lapang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan lapang pendahuluan yaitu kebenaran nama dan alamat penangkar, kebenaran letak dan situasi areal sertifikasi, kebenaran sumber benih, sejarah lahan, isolasi jarak dan waktu, serta kebenaran batas-batas areal sesuai dengan data lapangan yang terlampir.3. Pemeriksaan Lapang Fase VegetatifPemeriksaan lapang fase vegetatif dapat dilaksanakan setelah menunjukkan bukti kelulusan pemeriksaan lapang pendahuluan. Pemeriksaan lapang ini bertujuan untuk memeriksa kebenaran varietas pertanaman dengan membandingkan karakteristik tanaman produksi di lapang dengan deskripsi tanaman yang sebenarnya. Waktu pemeriksaan untuk benih padi yaitu pada saat tanaman berumur kurang lebih 30 hari setelah tanam (HST).4. Pemeriksaan Lapang Fase Berbunga/GeneratifPemeriksaan lapang fase berbunga/generatif dilaksanakan apabila pemeriksaan lapang fase vagetatif dinyatakan lulus. Tujuan dari pemeriksaan lapang ini adalah untuk mempertahankan mutu genetik dengan cara memeriksa CVL dan tipe simpang yang dapat menurunkan kemurnian suatu varietas.5. Pemerikasaan Lapang Fase Menjelang PanenPemerikasaan lapang fase menjelang panen dilakukan setelah pemerikasaan lapang fase generatif/berbunga mendapatkan bukti kelulusan. Tujuan pemerikasaan lapang ini yaitu untuk mengetahui kebenaran varietas pada tanaman dan membandingkan dengan deskripsi varietas tanaman yang dimaksud.6. Pengambilan Contoh BenihContoh benih harus diambil oleh petugas pengambil contoh yang sudah mengikuti latihan dan berpengalaman dalam pengambilan contoh. Petugas harus independen, bebas tekanan komersial serta mengikuti aturan pengambilan contoh yang sudah ditetapkan. Lot benih harus ditata/disusun atau diatur secara baik sehingga setiap wadah mempunyai kemungkinan yang sama untuk diambil contohnya. Contoh primer dengan ukuran yang kira-kira sama seharusnya diambil dari setiap wadah atau dari setiap titik pengambilan., pada wadah tertentu atau tumpukan benih dari lot yang sama.7. Pemeriksaan Alat Panen dan PengolahanAlat panen dan unit pengolahan harus dilakukan pemeriksaan untuk menghindari kemungkinan terjadinya percampuran VL (varietas lain). Pemeriksaan yang dilakukan yaitu terhadap kebersihan alat baik dari sisa benih sebelumnya maupun kotoran non benih, serta kelayakan alat untuk proses pengolahan benih. Tempat penyimpanan benih seperti silo, gudang penyimpanan, tata letak penyimpanan benih juga perlu dilakukan pemeriksaan. Tata letak penyimpanan benih harus diatur sedemikian rupa sehingga mempermudah petugas saat pengambilan contoh benih.Proses sertifikasi benih adalah sebagai beikut : (Mugnisjah, 1991).1. Penangkar beniha. Peroranganb. Badan hokum atau badan usaha milik pemerintahc. Balai benihd. Swastae. Pihak lain

2. Syarat-syarat menjadi penangkar beniha. Memiliki atau menguasai lahan yang akan digunakan untuk memproduksi benih padi bermutu.b. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi benih padi bermutu.c. Mampu memelihara tanaman yang diusahakannya.d. Menguasai atau mempunyai fasilitas pengolahan dan penyimpanan benih, baik sendiri maupun kontrak dengan pihak lain.e. Wajib mengikuti petunjuk-petunjuk dan peraturan-peraturan yang diberikan oleh BPSBTPH Propinsi Jawa Barat.f. Bersedia membayar biaya sertifikasi sesuai ketentuan yang berlaku.3. Benih yang ditanamBenih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar, dan Benih Pokok.4. Permohonan sertifikasia. Diajukan maksimal 10 hari sebelum tanam.b. Dengan melampirkan label atau keterangan sumber benih dan sket peta lapangan.5. Isolasia. Harus jelas terpisah dari varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.b. Bila terdapat dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka tanggal tanam diatur sehingga pembungaan berbeda (30 hari).6. Pemeriksaan lapangana. Penangkar benih mengajukan permohonan pemeriksaan lapangan kepada BPSBTPH Propinsi Jawa Barat selambat-lambatnya 1 minggu sebelum waktu pemeriksaan.b. Pemeriksaan lapangan1) Pemeriksaan pendahuluan (1 minggu sampai dengan sebelum tanam), pemeriksaan dilakukan terhadap kelengkapan administrasi, kebenaran batas-batas areal, sejarah lapangan dan sumber benih yang digunakan.2) Pada massa pertanaman membentuk anakan (fase vegetative, 30 HST) harus dibersihkan dari rerumputan dan dilakukan seleksi atau (rouging) terhadap varietas lain atau tipe simpang dan tanaman yang terserang penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama dilakukan.3) Pada massa pertanaman fase generative (berbunga 30 hari sebelum panen) harus dilakukan seleksi (rouging) serta pembersihan dari rerumputan sebelum pemeriksaan lapangan kedua dilakukan.4) Apabila pada pemeriksaan pertama dan kedua tidak memenuhi standar lapangan, maka kesempatan mengulang masing-masing hanya dilakukan satu kali, tetapi sebelum pemeriksaan ulangan, pertanaman harus di-rouging terlebih dahulu dan apabila tidak memenuhi standar lapangan maka sertifikasi tidak bisa dilanjutkan.5) Pada massa pertanaman fase masak (7 hari sebelum panen) harus dilakukan seleksi (rouging) serta pembersihan dari rerumputan sebelum pemeriksaan lapangan ketiga dilakukan.6) Hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi (rouging); tipe pertumbuhan, kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun, warna tepi daun, warna pangkal batang, bentuk dan tipe malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna pada ujung gabah, warna gabah dan sudut daun bendera.7. Pembersihan peralatan atau perlengkapanPeralatan yang akan digunakan (alat panen atau penabur benih, gerobak, silo, gudang dan lain-lain) harus bersih dan bebas dari kemungkinan tercampurnya dengan varietas lain.8. Pemeriksaan alat pengolahanBenih yang akan disertifikasi harus diolah dengan peralatan yang telah diperiksa dan disahkan kebersihannya oleh pengawas benih.9. Contoh benih untuk pengujiana. Contoh benih untuk diuji di laboratorium akan diambil sampelnya dari kelompok benih yang telah selesai diolah dan diberi identitas kelompok benih.b. Pengawas benih akan mengambil contoh benih atas permintaan penangkar benih.

10. Pengambilan contoh beniha. Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton.b. Wadah dari setiap kelompok benih harus disusun rapi agar mempermudah dalam pengambilan contoh benih.c. Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.d. Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil sampelnya paling sedikit 700 gram.11. Labela. Massa berlaku label diberikan paling lambat 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian dan paling lama 9 bulan setalah panen. Bila diberi perlakuan khusus, maka massa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15 bulan dari tanggal panen.b. Selama massa berlaku label harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan dan dapat dilabel ulang selama masih memenuhi standar mutu.

Gambar 2. Bagan proses sertifikasi dan pelabelan benih.Pada praktikum kali ini, alat-alat yang digunakan untuk pengujian kemurnian benih adalah benih murni (benih padi), biji tanaman varietas lain (kedelai), biji gulma dan kotoran benih. Berat awal benih adalah 100 gram, berat murni adalah 46.6 gram, berat varietas lain adalah 5.56 gram dan berat kotoran lain adalah 48.14. Presentase untuk berat murni didapat sebesar 46.6%, presentase untuk varietas lain didapat sebesar 5.56% dan presentase untuk kotoran benih didapat sebesar 48.14%.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain :1. Telah mampu mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan cara yang sudah diterapkan.2. Dapat menganalisa berbagai macam jenis kultivar atau varietas atau jenis dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identitas yang telah diterapkan.3. Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih.4. Pengujian kemurnian benih merupakan suatu proses atau kegiatan yang berfungsi untuk menelaah kepositifan fisik komponen komponen pada benih.5. Persentase berat benih varietas lain sebesar 5.56 %, kotoran benih 48.14% dan benih murni sebesar 46.6%.6. Jenis kultivar dibedakan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih.

B. SaranSaran untuk praktikum ini antara lain :1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang.2. Perhatikan saat asisten seang menjelaskan prosedur kerja.3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti.4. Hati-hati dalam menggunakan alat.5. Teliti dalam maelakukan perhitungan.6. Waktu yang digunakan untuk praktikum ditambah agar praktikan dapat mencoba dan memahami prosedur kerja seluruh acara praktikum yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2013. http://bpsbtphbanten.wordpress.co diakses pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 23.01Anonim, 2013. http://rians113.blogspot.com/pengadaan-benih.html diakses pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 23.02Anonim, 2013. http://www.sribd.com diakses pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 23.04Cipta, R. 1992. Teknologi Benih. Rineka Cipta. JakartaHarjadi, S.S.1979. Pengantar Agronomi. Garmedia. Jakarta.Justice, O.L. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali. Jakarta.Kartasapoetra,A. 1986. Teknologi Benih. Bina Aksara. Jakarta.Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa Raya. Padang.Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Grasindo. Jakarta.Mugnisjah. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta.Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA IIPENGUJIAN KADAR AIR BENIH

Semester:Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama: Pratama Budi SNIM: A1L111050Asisten: Lafi Naimatul BayyinahRombongan: Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2013I. PENDAHULUANA. Latar BelakangBenih sebagai organisme hidup, baik yang mengandung karbohidrat (serealia) ataupun minyal seperti halnya benih kacang-kacangan, penyimpanan-penyimpanannya sangat ditentukan oleh kadar air benih, jenis benih, tingkat kematangannya, serta temperatur penyimpanan. Jadi dalam penyimpanannya (sebagai organisme hidup yang melakukan respirasi), dimana respirasi ini menghasilakan panas dan air dalam benih, maka makin tinggi kadar airnya respirasi dapat berlangsung cepat.Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang.Salah satu faktor pembatas produksi benih adalah tejadinya kemunduran benih selama penyimpanan. Kemunduran benih ini dapat menyebabkan berkurangnya benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih dalam jumlah yang memadai dan tepat pada waktunya sering menjadi kendala karena daya simpan yang rendah. Sementara itu, pengadaan benih bermutu tinggi merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman. Pengadaan benih sering dilakukan beberapa waktu sebelum musim tanam sehingga benih harus disimpan dengan baik agar mempunyai daya tumbuh yang tinggi saat ditanam kembali.Kemunduran benih dipengaruhi oleh kandungan air benih, sehingga penting sekali pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyerapan dan penahanan uap air oleh benih serta pengaruhnya terhadap benih. Ketebalan, struktur dan komposisi kimia kulit benih jelas mempengaruhi laju penyerapan dan penahanan uap air oleh benih. Kulit benih yang keras menghalangi penyerapan air secara total. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan umum daripada benih itu.

B. TujuanTujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji kadar air benih dengan memanfaatkan berbagai cara dan alat ukur.

II. TINJAUAN PUSTAKAKadar air benih ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut. (Anonim. 2013).Air dalam benih dapat dibagi menjadi dua, yaitu air bebas dan air yang terikat. Air bebas adalah air yang mudah bergerak dari dalam benih ke permukaan benih. Pergerakkan ini dapat terjadi dengan pemanasan atau alami dalam rangka mencapai keadaan equilibrium dengan lingkungan sekitar benih. Air yang terikat (bound water) adalah air yang terikat kuat dalam sel sehingga sukar lepas dari benih. Bound water ini dapat dilepas dengan cara pengrusakan sel atau penguapan minyak dalam benih (Kuswanto, 1997).Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling penting dalam mempengaruhi masa hidupnya. Oleh karena itu benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segenap dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus selalu dipanen. Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih.Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Justice dan Louis, 1990)Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedangkan dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan pathogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi apabila kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Sutopo, 2010).Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah.(Anonim. 2013).Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Kadar air benih sangat penting karena berkaitan dengan sebagai berikut : (Kuswanto, 1997)1. Kualitas benihSecara teoritis, semakin rendah kadar airnya maka kualitas benih bertambah baik.2. Daya simpan benihBerdasarkan hukum Harrington, semakin rendah kadar airnya maka semakin panjang umur benih tersebut. 3. Daya kecambah benihKadar air benih sangat mempengaruhi laju deteriorasi benih atau mempengaruhi proses penuaan.4. Serangan hama dan penyakitBenih yang memiliki kadar air yang tinggi lebih mudah untuk diserang hama gudang selama masa penyimpanan ataupun pada rantai pemasaran.Kadar air biji dapat ditentukan dengan memakai (Kamil, 1982) :1. Bermacam-macam alat pengukur kadar air biji otomatis (seed moisture tester) atau setengah otomatis, seperti Universal Moisture Tester, Burrow Moisture recorder, Burrows Model 700, Digital Moisture Computer dan lain-lain.2. Metode tungku (oven method).Dengan cara ini, contoh biji (biji basah) baru dipanen dikeringkan di dalam tungku (oven) listrik pada suhu 1050 1100C selama 24 jam terus menerus. Sesudah biji tadi didinginkan di dalam eksikator kemudian ditimbang lagi (didapat berat kering). Kadar air biji dihitung menurut rumus :a. Kadar air biji = disebut KA berdasarkan berat basah biasa dipakai pada industri (biji, daging dan lain-lain). b. Kadar air biji = disebut KA berdasarkan berat kering biasa dipakai untuk penelitian ilmiah.Kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Batas tertentu benih makin rendah kadar air benih makin lama pula daya hidup benih tersebut. (Anonim. 2013).

III. METODE PRAKTIKUMA. Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah oven, eksikator, cawan porselin, pinset, timbangan dan moisture tester.Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih padi dan lembar pengamatan.

B. Prosedur Kerja1. Metode Prakteka. Alat dan benih yang akan digunakan dipersiapkan.b. Alat moisture test dicek untuk meminimalisir hasil error dan kerusakan.c. Setelah alat siap, beberapa biji diambil dan dimasukkan kedalam lubang pengujian pada alat tersebut.d. Sekrup penghancur benih diputar sampai benih benar benar hancur.e. Menu uji dipilih sesuai dengan benih yang diuji dengan menekan tombol pilihan uji.f. Hasil pengujian pada display alat tersebut dibaca dan dicatat pada tabel yang telah disediakan.2. Metode Dasara. Ditimbang berat awal benih sebanyak 20 gr.b. Benih yang sudah ditimbang kemudian di oven selama 24 jam.c. Ditimbang berat akhirnya setelah 2 x 24 jamd. Dihitung kadar air benih dengan rumus :KA = Berat Awal Berat Akhir

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil PengamatanBerat Awal Benih= 20 gramBerat Akhir= 17.60 gramKA= Berat Awal Berat Akhir= 20 gram 17.60 gram= 2.4 gram% KA= = = 0.12 %B. PembahasanKadar air merupakan komponen penting yang ada pada benih, kandungan kadar air pada benih berbeda beda pada tiap jenisnya. Pada prinsipnya pembagian benih berdasarkan kadar air dibedakan menjadi dua yakni benih orthodox dan benih rekalsitran. Benih orthodox merupakan jenis benih yang dapat disimpan dengan optimal pada kadar air yang relatif rendah yakni diantara 12 15%, contohnya kedelai, jagung, padi dan lain sebagainya. Sebaliknya benih rekalsitran kadar air optimalnya minimum 20 %, contoh benih rekalsitran misalnya kakao, duren, manggis dan lain sebagainya. (Burch, 1958).Pengukuran kadar air sangat penting untuk dilakukan, penentuan kadar air dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan waktu panen, karena panenan itu harus di lakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing-masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman sereallia dan boiji-bijian legume dipanen pada kadar air 20%umumya kadar air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk dipanen.Panenan dengan kadar air biji 30 % tidak baik karena sukar untuk pengirikan, disamping ini biji akan rapuh apabila dikeringkan sampai dibawah kadar air 20% tetapi tergantung pada jenis biji,ada yang baik dipanen pada kadar air 10-12%.(Harrington, 1972).Benih yang dipanen ketika masak fisiologis akan menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang optimal sedangkan benih yang dipanen sebelum maupun sesudah masak fisiologis pertumbuhan dan produksinya tidak akan optimal. Hal ini dapat disebabkan karena benih tersebut belum sempurna (pada panen sebelum masak fisiologis) atau telah memasuki masa penuaan (pada panen sesudah masak fisiologis). Benih yang telah masak fisiologis menghasilkan bobot kering benih daya berkecambah dan vigor maksimum. Stadia sebelum masak fisiologis vigornya masih rendah karena belum terdapat keseimbangan komposisi kimia penyusun sel dan jaringan benih akan mempengaruhi pembentukan sel dan jaringan baru ketika berkecambah. Mutu fisiologik benih ditentukan oleh viabilitas benih sehingga mampu menghasilkan tanaman yang normal. Viabilitas dan vigor ditentukan oleh kondisi prapanen, panen maupun pasca panen (Nelson, 2001).Pada prinsipnya metoda penetuan kadar air yang digunakan ada dua macam, antara lain : (Kamil, 1982)1. Metoda praktis, yaitu metoda ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya kurang teliti sehingga sering perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Yang termasuk metoda ini adalah metoda Calcium carbide, metoda Electric moisture meter dan lain-lain2. Metoda dasar, yaitu kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada kondisi tertenntu dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang termasuk dalam metoda dasar adalah metoda Destilasi, metoda Karl Fisher dan lain-lain.Metode dasar diawali dengan menimbang benih padi yang sebelumnya direndam dalam air terlebih dahulu. Benih yang sudah ditimbang kemudian dioven selama 24 jam kemudian ditimbang kembali. Setelah diketahui berat awal dan berat akhir, kadar air benih dihitung dengan menggunakan rumus : Data yang diperoleh hasil pengamatan pada pengujian kadar air benih dengan metode dasar ialah 0.12 %.Metode praktik dilakukan dengan memasukkan biji padi kedalam lubang pengujian pada moisture tester kemudian sekrup penghancur benih pada alat tersebut diputar sampai benih benar benar hancur. Penggunaan alat Universal Moisture Tester akan lebih teliti dari pada menggunakan metode tungku. Dengan menggunakan oven apabila pengovenan tidak sesuai dengan ketentuan maka kadar airnya akan berbeda. Pengovenan yang terlalu lama akan mengurangi air terlalu banyak bila terlalu cepat.Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air benih antara lain : (Sadjad, 1997)1. Tipe benihSecara teknologi dikenal benih yang bersifat ortodoks dan rekalsitran.Benih ortodoks tidak mati walaupun dikeringkan sampai kadar air yang relatif sangat rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu disimpan dalam keadaan suhu yang relative rendah, contoh benih yang bersifat ortodoks antara lain adalah benih Acacia mangium Wild (Akasia), Dalbergia latifolia Roxb (sonobrit), Eucalyptus urophylla S.T (ampupu), Eucalyptus deglupta Blume (leda), Gmelina arborea Linn (gmelina), Paraserianthes falcataria Folsberg (sengon),P inus mercusii Jung et de Vriese (tusam) dan Santalum album (cendana). Benih yang bersifat rekalsitran, akan mati kalau kadar airnya diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di tempat yang bersuhu rendah, contoh benih ini adalah Agathis lorantifolia Salisb (dammar), Diosypros celebica Back (eboni), Hevea brasiliensis Aublet (Kayu karet), Macadamia hildenbrandii Steen (makadame), Shore compressa, Shorea seminis V.SI.2. Ukuran benihBenih-benih dengan ukuran yang besar dapat diduga tergolong ke dalam jenis rekalsitran, ukuran benih yang sedang dapat diduga sebagai jenis benih yang semi rekalsitran serta benih dengan ukuran yang kecil dapat diduga sebagai benih ortodoks. Oleh karena itu, untuk menduga lama durasi penyimpanan benih dapat diduga berdasarkan ukuran dari benih yang akan disimpan. Pada dasarnya teknik pendugaan jenis benih berdasarkan ukuran dapat berimplikasi kepada kandungan air benih. Benih dengan ukuran yang kecil lebih cenderung untuk memiliki kadar air yang rendah, benih dengan ukuran yang sedang memiliki kadar air yang sedang serta benih dengan ukuran besar dapat mengandung kadar air yang tinggi.3. PenyimpananMasalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemunduran tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan.Lamanya penyimpanan benih mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan benih dimana benih dapat mengalami kemunduran untuk pertumbuhan benih jika disimpan semakin lama. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga, maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu ruang khusus untuk penyimpanan benih. (Sadjad, 1997).Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang yang dilembabkan. Seperti halnya pada benih kakao, diamana benihnya jenis rekalsitran. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa benih rekalsitran adalah benih yang tidak mempunyai masa istirahat/dorman. Hal ini bertolak belakang dengan benih ortodoks sebagai benih yang memiliki masa dormansi. Pada benih rekalsitran cepatnya proses perkecambahan benih sering menjadi masalah atau kendala untuk mengirim benih ketempat produksi dalam kurun waktu tertentu. Hal ini disebabkan seringnya benih rekalsitran tersebut mengalami perkecambahan selama dalam proses pengiriman (Periode /Penyimpanan Sementara) sehingga sering dijumpai sangat sedikit benih yang dapat digunakan untuk keperluan perkecambahan karena mutu benihnya telah turun.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KESIMPULANKesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah telah mampu menguji kadar air benih dengan memanfaatkan berbagai cara dan alat ukur, yaitu dengan cara metode praktis, yaitu metode Electric moisture meter dan metoda dasar dimana benih padi yang sebelumnya direndam dalam air terlebih dahulu. Benih yang sudah ditimbang kemudian dioven selama 24 jam kemudian ditimbang kembali.

B. SaranSaran untuk praktikum ini antara lain :1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang.2. Perhatikan saat asisten seang menjelaskan prosedur kerja.3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti.4. Hati-hati dalam menggunakan alat.5. Teliti dalam melakukan perhitungan.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2013. http://argaranu.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 06.12 WIBAnonim. 2013. http://anasmahirulhakim.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 06.14 WIBAnonim. 2013. http://labpemuliaantanaman.staff.ub.ac.id diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 06.15 WIBBurch, T.A. 1958. Absorbtion of water by seeds. Thesis (M.S) Miss. State University. USA.Harrington, G.T. 1972. Use of Alternating temperature in the germination of seed. Journal Agriculture, Vol 23: 295-332.Justice, O. L dan Lois, N. Bass. 1990. Praktek dan Penyimpanan Benih. Rajawali Pers. Jakarta.Kamil, J. 1982. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Padang. Kuswanto, H. 1997. Analisis BEnih. Penerbit Andi. Yogyakarta.Nelson, Stu. 2001. Seed Stratification. University of Saskatchewan. EnglandSadjad, S. 1997. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.Sutopo,L. 2010. Teknologi Benih. PT.Rajagrafindo Persada. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA IIISCARIFIKASI DAN STRATIFIKASI BENIH

Semester:Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama: Pratama Budi SNIM: A1L111050Asisten: Lafi Naimatul BayyinahRombongan : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2013I. PENDAHULUANA. Latar BelakangBenih adalah simbol dari suatu permulaan, ia merupakan inti dari kehidupan dalam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanamn. Dan benih juga merupakan alat untuk menyebarkan kehidupan baru dari suatu tempat ke tempat lain dengan kekuatannya atau manusia dari suatu tumbuhan. Pemilihan benih merupakn langkah awal dari suatu tindakan budidaya. Dalam pemilihan benih unggul pada kriteria penilaian diantaranya daya kecambah dan index vigor. Beberapa spesies tanaman tertentu, baik sebagian maupun seluruh bagian benih tersebut mengalami dormansi sewaktu panen. Masa dorman benih tersebut berbeda-beda untuk tiap tanaman tergantung jenis tanaman tersebut. Ada yang masa dormannya singkat, sedang, lama mapun tidak memiliki dormansi. (Kamil, 1979).Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih. Selain itu, dormansi juga dapat disebabkan oleh adanya respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio dapat pula menjadi penyebab dormansi, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio.Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Adanya masa dormansi saat masa tanam benih sangat merugikan bagi petani karena akan mengurangi jumlah tanaman yang dapat berproduksi. Oleh karena itu sangat penting bagi mahasiswa pertanian untuk mempelajari dormansi pada benih dan bagaimana cara untuk mematahkan masa dormansi tersebut.

B. TujuanTujuan pada praktikum ini antara lain :1. Menunjukan kekerasan biji-biji legume yang ada pada dearah tropika dan bagaimana cara scarifikasi dijalankan.2. Mempercepat perkecambahan biji dengan metode skarifikasi benih.

II. TINJAUAN PUSTAKABiji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada legume, tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,yaitu embryo dan kulit biji (Seed coat atau testa). Embryo terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygot) dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak,sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis. Kulit biji pada legume pada umumnya mudah dilepaskan dari biji setelah perendaman dengan air panas sehingga terlihat seluruh biji atau embryo. (Kamil, 1986). Biji dapat memiliki fungsi ganda, sebagai bahan konsumsi dan sebagai bahan tanaman. Secara fungsional dalam memenuhi kepentingan budidaya. Tanaman biji itu tidak sama dengan benih.Biji tumbuhan kalau dipelihara dan ditangani untuk tujuan budidaya, maka biji berfungsi sebagai benih dalam batasan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji (Sadjad, 1993).Banyak macam benih yang tidak dapat berkecamah ketika telah berada pada kondisi yang sesuai/syarat perkecambahan telah terpenuhi. Benih demikian berada dalam keadaan dormansi. Dormansi pada benih berlangsung selama beberapa, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya atausebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya baik musim maupun variasi-variasi kebetulan terjadi sehingga, secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnaan alam (Sutopo, 2010).Benih mengalami dormansi yaitu keadaan tiak aktif yang bersifat sementara yang artinya walaupun berada dalam lingkungan yang sesuai bagi perkecambahan baginya sementara baginya tidak mau tumbuh. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor dalam benih itu sendiri, kemungkinan dikarenakan embrio yang rudimenter, embrio yang dorman, kulit benih yang kedap terhadap air dan udara atau kemungkinan pula karena adanya zat penghambat perkecambahan. Benih dikatakan quisence yaitu bila benih tidak mau berkecambah karena menghadapi lingkungan kering, artinya bila ditempatkan pada lingkungan yang basah kemampuan berkecambahnya akan timbul (Kartasapoetra, 2003).Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe antara lain : (Mugnisjah, 1990)1. Dormansi FisikDormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas gas ke dalam biji. Beberapa penyebab dormansi fisik antara lain :

a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air.Benih benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai Benih Keras karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio.Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas gas.2. Dormansi FisiologisDormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah sebagai berikut :a. Immaturity Embrio.Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.

b. After Ripening.Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka waktu After Ripening. After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya. (Kuswanto, 1997).Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh (Efendi, 2009) :1. Tidak adanya proses imbibisi air.2. Proses respirasi terhambat.3. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.4. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. (Efendi, 2009).

III. METODE PRAKTIKUMA. Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petridish, polybag, amplas, alat tulis dan pasir.Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih melinjo, benih albasia, air hangat dan air steril.

B. Prosedur Kerja1. Stratifikasia. Dipersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.b. Direndam benih albasia dalam air steril dengan suhu 0, 50, 75 dan 100 masing masing 100 buah sampai dingin.c. Kemudian air didinginkan dan benih ditanam dalam polibag yang telah disediakan.d. Pertumbuhan benih diamati setiap hari selama 1 minggu.e. Dikonversikan data yang diperoleh kedalam persen.2. Scarifikasia. Dipersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.b. Dibersihkan 6 buah benih melinjo emudian dikikir atau digosok bagian kulit bijinya menggunakan ampelas masing masing pada bagian samping, atas bawah, dan kontrol (tidak dikikir).c. Melinjo yang telah dikikir ditanam dalam polibag dan diamati pertumbuhannya setiap hari selama 7 hari.d. Dikonversikan data yang diperoleh kedalam persen.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatan% Perkecambahan Stratifikasi albasia Kontrol = = = 66.67 %% Perkecambahan Stratifikasi albasia dengan air panas= X 100= = 33.33 %% Perkecambahan Scarifikasi melinjo= = = 0 %

B. PembahasanSkarifikasi benih merupakan perlakukan pendahuluan terhadap benih, sehingga benih akan cepat berkecambah secara optimal. Ada benih yang mampu tumbuh tanpa skarifikasi, tetatpi ada pula yang memerlukan skarifikasi, baru dapat tumbuh. Skarifikasi dapat dibedakan menjadi 3 : (Anonim, 2013)1. Skarifikasi FisikSkarifikasi fisik dilakukan dengan cara mengamplas, meretakkan, membakar, merendam air panas dll. Contoh nyata adalah, benih Acacia mangium akam mampu tumbuh berkecambah dengan cepat apabila direndam dengan air panas bersuhu 85 selama beberapa saat, kemudian direndam air dingi. Dengan cara itu, benih akan mampu berkecambah lebih dari 80 % dan mulai berkecambah sejak hari ke 3-4. Jika tanpa direndam air panas, prosen kecambah cukup kecil dan mulai berkecambah akan lama. Benih aren akan cepat tumbuh apabila disekitar calon akar diampelas atau digerinda.2. Skafifikasi KimiaSkarifikasi kimia dilakukan dengan merendam benih dalam larutan tertentu, seperti asam kuat, sehingga kulit biji menjadi tipis dan lunak.3. Skarifikasi FisiologisSkarifikasi fisiologis dilakukan dengan meletakkan benih pada kondisi lembab, sehingga embrio benih dalam biji akan dapat matang secara fisiologis, karena saat masak di pohon, embrio sebenarnya belum sempurna. Contoh benih ini adalah Melinjo. Benih melinjo harus mengalami pemasakan embrio dulu baru dapat tumbuh. Itulah sebabnya, benih melinjo membutuhkan waktu cukup lama untuk berkecambah, dapat mencapai waktu 4-7 bulan, baru berkecambah. Untuk menentukan tipe skarifikasi yang tepat, tentunya harus dicermati sifat-sifat benih tersebut.Manfaat skarifikasi adalah untuk mempercepat massa dormansi. Menurut beberapa ahli menyatakan bahwa skarifikasi ditujukan untuk mematahkandormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yangseragam. Scarifikasi kimiadapat dilakukan dengan merendam cara benih dengan larutan H2SO4 pekat selama 7-10 menit dan mencuci benih dengan air mengalir. (Kartasapoetra, 2003).Stratifikasi yaitu banyaknya benih yang perlu dikenai temperatur sebelum dapat dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang cocok untuk perkecambahannya. Stratifikasi merupakan pemberian temperatur tertentu terhadap benih sebagi perlakuan. Banyak benih yang perlu dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkkan pada temperatur yang cocok untuk perkecambahannya. Cara yang paling sering dipakai dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab. Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangnya bahan bahan penghambat pertumbuhan atau terjadi pembentukan bahan bahan yang merangsang pertumbuhan. Manfaat dari stratifikasi adalah untuk mengatasi dormansi embryo (Kartasapoetra, 2003).Melinjo (Gnetum gnemon. L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gvmnospermae), dengan tanda-tanda bijinya tidak terbungkus daging tetapi hanya terbungkus kulit luar. Tanaman melinjo dapat hidup sampai mencapai umur di atas 100 tahun dan masih tetap menghasilkan buah (bagi tanaman yang memenuhi syarat bisa berbuah) . Di desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebuah pohon melinjo berumur lebih dari 100 tahun, yang setiap panen raya melinjo mampu menghasilkan buah melinjo sebanyak 80 kg 100 kg. (Anonim. 2013).Pohon melinjo diperbanyak dengan benih atau cangkokan, juga dapat dilakukan perbanyakan dengan setek atau sambungan. Uncuk sejumlah kecil pohon semai yang tumbuh spontan di bawah-bawah pohon yang berbuah dapat dikumpulkan dan dipelihara di persemaian sampai cukup besar untuk ditanam di lapangan. Untuk memperoleh pohon dalam jumlah besar, buah-buah matang berukuran besar yang telah berjatuhan dari pohonnya, dikumpulkan. Kulit buahnya dibuang dan bijinya dikering-anginkan serta disimpan sampai cerkumpul dalam jumlah yang besar. Benih yang akan ditumbuhkan diprasemaikan (pre-germinated) dalam kotak yang diisi dengan beberapa lapis pasir yang letaknya berselang-seling dengan lapisan benih. Setelah 3 bulan disirami setiap hari, perkecambahan celah cukup maju, sehingga benih ini dapac dipindahkan ke persemaian sampai berkecambah dan semai-semai itu dipelihara lebih lanjut, mula-mula di bawah naungan selama 6 bulan atau lebih, kemudian dipindahtanamkan ke lapangan pada awal musim hujan. Penggunaan cangkokan memiliki keuntungan, bahwa kita dapat memilih pohon induk cerbaik, juga tanaman mudanya dapat berbuah dalam 2-3 tahun secelah penanaman, dan hanya pohon betina (yang mampu menghasilkan biji) yang akan diperoleh. Keberhasilan pencangkokan bergantung kepada letak tempat pengirisan (cincturing): bagian atas dari cincin kulit luar yang akan dibuang harus berada di ujung buku yang membengkak. Tumbuhnya perakaran berlangsung 2 bulan atau lebih. Cangkokan itu harus dipelihara selama beberapa waktu setelah dipisahkan dari pohon induknya sebelum ditanam di lapangan. Cangkokan hendaknya dipangkas untuk menjadikan seimbang antara bagian atas dan perakarannya, dan dicumbuhkan dalam pot, serta disimpan di bawah naungan. Melinjo biasa dipelihara sebagai pohon pekarangan atau ditanam di batas-batas lahan, juga dijadikan kebun buah-campuran (seperci halnya dijumpai di sekitar Jakarta), dan bahkan sebagai tanaman monokultur (seperti dijumpai di dekat Batang, Jawa Tengah). Pohon melinjo ditanam dengan jarak 5 m, dan setelah tumbuh dengan baik praktis tidakmemerlukan pemeliharaan, selain penyiangan sewaktu-waktu. (Campbell, 2002).Gambar 3. Perkecambahan benih melinjoBakal biji (ovule) dalam tanaman melinjo ini terdapat 3 lapisan pelindung yaitu : (Anonim, 2013).1. Perianth merupakan lapisan luar dan berdaging (fleshy).2. Integumen luar merupakan lapisan bagian tengah.3. Integumen dalam merupakan lapisan bagian dalam yang memanjang membentuk saluran tangkai putik.Pada praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan bahan benih melinjo dan benih albasia. Pematahan dormansi pada benih melinjo dilakukan dengan cara scarifikasi yaitu mengkikir atau menggosok bagian kulit biji menggunakan ampelas pada bagian bagian tertentu, dalam hal ini adalah bagian samping, atas bawah, dan kontrol (tidak dikikir). Setelah dikikir, benih ditanam dalam polibag yang telah disediakan. Sedangkan pematahan dormansi pada benih albasia dilakukan dengan merendam benih tersebut dengan air steril yang memiliki suhu 0, 50, 75, dan 100 masing masing 100 buah sampai dingin. Setelah air dingin, benih ditanam dalam polibag yang telah disediakan. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 1 minggu untuk mengetahui pertumbuhannya. Kemudian data yang diperoleh dihitung prosentasenya. Stratifikasi albasia diperoleh hasil dengan perlakuan kontrol adalah sebesar 66.67 % dan presentase perekcambahan stratifikasi albasia dengan air panas sebesar 33.33 %. Sedangkan skarifikasi melinjo tidak ada yang tumbuh atau hasil 0%. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa cara stratifikasi lebih efektif dibandingkan dengan cara scarifikasi. (Effendi, 2009).Biji melinjo pada umumnya mulai berkecambah 6 bulan setelah ditanam (disemai), dan persentasinya sangat rendah yakni 1% - 2%. Makin lama, persentasi yang berkecambah makin naik, biasanya setelah12 bulan hampir semua biji berkecambah, hanya beberapa saja yang baru berkecambah setelah 14 bulan.bila ada biji yang tidak mau berkecambah setelah sekian lama berada di pesemaian, kemungkinan biji itu tidak memiliki embrio, hanya memiliki endosperm (Sadjad, 1993).Perkecambahan biji melinjo selain memakan waktu lama juga tidak serentak (bertahap) sehingga diperoleh bibit yang umur dan pertumbuhannya tidak seragam karena lama di pesemaian, biji dapat terserang mikroorganisme, sehingga bibit yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan (Kamil, 1986).Bahwa perkecambahan biji di mulai 6 bulan setelah disemai, itu tidaklah mutlak, karena perkecambahan embrio dari biji yang telah masak ternyata bervariasi sewaktu lepas dari pohon. Dapat terjadi biji berkecambah selama 3 4 bulan di pesemaian, tetapi hal ini jarang sekali terjadi, dan persentasenya sangat rendah yakni kurang dari 1% (Mugnisjah, 1990).Perkecambahan yang lama dari biji melinjo itu sebabnya terletak pada Gambar 4. Bagian-bagian tanaman melinjoembrionya ( lembaganya ). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa biji melinjosetelah lepas pohon karena telah masak (berkulit merah), belum memiliki embrio yang sempurna. Embrio baru diwujudkan oleh sekelompok sel yang belum mengalami deferensiasi (pembedaan fungsi). Perkembangan embrio berlangsung di luar pohon. Ini banyak terjadi pada tanaman dari Gymnospermae (berbiji terbuka) yang tidak dilindungi oleh daging buah. Buah melinjo sebenarnya adalah biji, dan yang tampak merah setelah tua itu adalah kulit luarnya. Waktu lama yang diperlukan untuk berkecambah itu sebenarnya adalah waktu yang diperlukan biji untuk menyempurnakan embrionya. Bila perkecambahan embrio dapat dipercepat, maka perkecambahan akan lebih cepat terjadi dan lebih serentak, sehingga dapat diperoleh bibit yang lebih seragam tumbuhnya. Hasil penelitian dilaboratorium menunjukkan sebab lamanya perkembangan embrio sudah dapat dipercepat dengan perlakuan tertentu. Langkah selanjutnya adalah menemukan cara praktis yang sederhana sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat (Sadjad, 1993).

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KESIMPULANKesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain :1. Telah mampu menunjukan kekerasan biji-biji legume yang ada pada dearah tropika dan bagaimana cara scarifikasi dijalankan.2. Telah mampu mempercepat perkecambahan biji dengan metode skarifikasi benih.3. Skarifikasi benih merupakan perlakukan pendahuluan terhadap benih, sehingga benih akan cepat berkecambah secara optimal, sedangkan stratifikasi yaitu banyaknya benih yang perlu dikenai temperatur sebelum dapat dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang cocok untuk perkecambahannya.

B. SaranSaran untuk praktikum ini antara lain :1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang.2. Perhatikan saat asisten sedang menjelaskan prosedur kerja.3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti.4. Hati-hati dalam menggunakan alat.5. Teliti dalam melakukan perhitungan.DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2013. http://www.agrotima.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 15.25Anonim, 2013. http://feniaceaebiolgy.wordpress.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 15.26Campbell, Neil A. 2002. Biologi Jilid 2. Erlangga. JakartaEfendi, Irfan. 2009. Anatomi Dan Perkecambahan Biji Dikotil Dan Monokotil. Rajawali. Jakarta.Kamil, J. 1986. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Padang. Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. CV Bina Aksara. Jakarta.Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Penerbit Andi. Yogyakarta.Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA IVPERKECAMBAHAN PADA LINGKUNGAN SUB OPTIMAL

Semester:Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama: Pratama Budi SNIM: A1L111050Asisten: Lafi Naimatul BayyinahRombongan : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2013I. PENDAHULUANA. Latar BelakangTanaman dapat hidup dengan baik di lingkungan yang menguntungkan. Suatu tanaman atau komunitas tanaman dapat berperan sebagai pengukur kondisi lingkungan tempat tumbuhnya, disebut indikator biologi atau bioindikator atau fitoindikator. atau dengan istilah lain tanaman yang dapat digunakan sebagai indikator kekhasan habitat tertentu disebut tanaman indikator. Faktor penting yang paling primer tersangkut dalam pertumbuhan tanaman adalah tanah, cahaya matahari, dan udara. Bagi ahli pertanian tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting, yang dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman.Perluasan lahan pertanian ke arah yang subur sulit dilakukan karena banyak lahan lahan yang digunakan untuk perumahan. Oleh karena itu perluasan lahan pertanian terpaksa dialihkan kepada lahan yang bermasalah. Lahan pasang surut adalah alternatif yang paling baik karena masih tersedia lahan yang luas. Kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan garam yang tinggi dibedakan dalam tanah salin, tanah sodik dan tanah salin sodik. Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Benih akan dapat berkecambah bila berada pada lingkungan yang optimum. Lingkungan yang optimum saat ini sangat jarang ditemukan di lapang. Kalaupun ada sangat sedikit jumlahnya. Sedangkan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengharuskan pembuatan tanaman untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat tersebut. Peningkatan jumlah penduduk tersebut mengharuskan lahan yang sedianya untuk pertanian dialihfungsikan menjadi areal perumahan yang mengakibatkan lahan pertanian berada pada keadaan yang tidak begitu cocok untuk perkecambahan benih tanaman. Salah satu lahan yang termasuk dalam lahan bermasalah adalah lahan pasang surut. Permasalahan pada lahan ini adalah adanya kandungan garam NaCl yang cukup tinggi di dalam tanahnya.

B. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh garam pada medium terhadap perkecambahan dan serapan air oleh benih.

II. TINJAUAN PUSTAKASecara fisiologis, perkecambahan benih adalah dimulainya lagi proses metabolisme yang tertunda serta berlangsungnya transkripsi genom. Secara biokimia, perkecambahan merupakan diferensiasi lanjutan dari lintasan oksidatif dan lintasan sintetik serta perbaikan lintasan biokimia khusus dari pertumbuhan dan perkembangan vegetative. Proses perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang berpengaruh adalah susunan kimiawi benih yang berhubungan dengan daya hidup benih. Sifat ketahanan ini meliputi masalah kadar air benih, kegiatan enzim dalam benih dan kegiatan-kegiatan fisik atau biokimiawi dari kulit benih, sedangkan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah air, gas, suhu dan oksigen. (Anonim, 2013).Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan dengan pertanian seringkali mengalami stres akibat kondisi lingkungan (environmental stresses). Stres biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang berpengaruh terhadap tanaman. Dalam kasus ini stres karena kondisi lingkungan atau abiotic stresses seperti suhu, kelembaban, salinitas, kekeringan, dan banjir. Beberapa contoh di bawah tentang efek stres karena kondisi lingkungan seperti kekeringan dan banjir, salinitas maupun suhu. (Anonim, 2013).Kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan garam yang tinggi dibedakan dalam tanah salin, tanah sodik dan tanah salin-sodik. Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Bila tanah terlalu Salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih. Konsentrasi NaCl yang terlalu pekat maka akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga dapat merusak benih sehingga benih tidak dapat berkecambah dengan baik (Harjadi, 1996).Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman (Justice dan Bass, 1990). Proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl- diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+ mengakibatkan pertukaran gas menjadi buruk. (Nelson, 2001).Benih memiliki dan membawa sifat sifat genetis tanaman induknya dan akan tampil optimal jika mutu benihnya tinggi yang diindikasikan oleh daya tumbuh dan vigor benih yang tinggi di lapangan dalam kondisi lingkungan yang optimal. Vigor benih ditentukan oleh kemampuan benih untuk berkecambah di lapangan karena informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di Laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang sebenarnya jarang ditemui keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. (Sutopo, 1998).Keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan-perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Disamping itu kecepatan tumbuh benih dapat menjadi pula petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh. (Kuswanto, 1997)Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya menentukan persentase perkecambahan total dan dibatasi oleh pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan untuk tersebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati. (Mugnisjah, 1990).Lingkungan untuk perkecambahan benih itu adalah kelembaban, temperature, oksigen dan kadang- kadang bagi benih-benih tertentu diperlukan pula cahaya. Untuk pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh lazimnya digunakan substrata kertas kering merang, filter, bloter, serta tanah, pasir, kapas, sabut kelapa, serbuk gergaji dan sering pula bubukan bata merah. Subtrata tersebut harus dalam kondisi : (Kartasapoetra, 1986)1. Tidak menyebabkan keracunan pada benih yang tengah diuji2. Tidak mengandung cendawan ataupun spora- spora, nematode maupun mikroorganisme lainnya3. Berkemampuan memelihara keseimbangan persediaan air atau oksigen yang merupakan kepentingan benih selama berlangsungnya pengujian.Zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih yaitu larutan dengan tekanan osmotik tinggi (mannitol, NaCl), bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme (sianida, azide, fluorida, dinitrofenol), herbisida, coumarin, auksin dan bahan-bahan yang terkandung dalam buah (cairan yang melapisi biji tomat dan mentimun). (Nelson, 2001).Penilaian pengujian harus dilakukan dengan membandingkan hasil perkecambahan dari berbagai substrat, misal pada penelitian pengaruh substrat dengan berbagai tekanan osmose terhadap kekuatan tumbuh benih, mungkin dapat digunakan parameter seperti laju perkecambahan, berat kering / basah dari kecambah atau kotiledon, berat epikotil atau plumula. (Kuswanto, 1997).

III. METODE PRAKTIKUMA. Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah petridish, kertas merang, alat tulis, gunting dan pinset.Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih padi, larutan garam NaCl, aquades dan lembar pengamatan.

B. Prosedur kerja1. Disiapkan larutan garam dengan konsentrasi 0 ppm, 2500 ppm dan 5.000 ppm.2. Disiapkan petridish dengan diberi alas kertas merang rangkap 3.3. Dikecambahkan 20 benih padi sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan.4. Pengamatan:a. Dilakukan penyemprotan secara merata pada benih padi sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan (jangan sampai tergenang).b. Diamati perkecambahan setiap 2 hari selama tujuh hari.c. Dihitung persentase perkecambahan dan dibandingkan untuk setiap perlakuan% Perkecambahan = x 100 %

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatan1. Jagunga. 0 ppm= = = 30 %b. 2500 ppm= = = 0 %c. 5000 ppm= = = 0 %2. Padia. 0 ppm= = = 65 %

b. 2500 ppm= = = 5 %c. 5000 ppm= = = 0 %B. PembahasanKondisi sub optimal, dimana semakin tinggi kadar garam yang dikandung suatu media tanam, maka daya kecambah atau vigor benih yang ditanam pada media tersebut akan semakin menurun(Kamil, 1984). Penurunan daya kecambah pada konsentrasi yang lebih tinggi karena dengan adanya konsentrasi garam yang lebih tinggi maka akan mengakibatkan air yang keluar dari biji semakin banyak dan garam yang masuk kedalam biji semakin banyak. Garam yang ada dalam biji akan menghambat perkecambahan biji, karena dalam perkecambahan hal yang paling utama dan yang pertama adalah adanya air yang masuk kedalam biji. Dengan semakin besarnya konsentrasi garam pada media perkecambahan berarti semakin besar air yang hilang dari dalam biji. (Anonim, 2013). Konsentrasi garam NaCl yang terlalu pekat akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga dapat merusak benih. Bahkan, benih tidak dapat berkecambah dengan baik dalam kondisi garam tinggi. Tetapi perkecambahan pada lingkungan sub optimal juga dapat melatih benih untuk tumbuh berkembang dan mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan tertentu sampai menjadi tanaman produktif yang menghasilkan (Agrawal, 1980).Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing berupa kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama. (Anonim, 2013).Daya tumbuh yang tinggi dan daya simpan yang baik, merupakan dua nilai fisiologi yang menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama, jadi daya tumbuh sangat mempengaruhi kehidupan tanaman nantinya (Qamara, 1990).Beberapa faktor yang mempengaruhi daya perkecambahan, diantaranya adalah : (Kamil, 1986)1. AirKebutuhan dasar untuk perkecambahan. Kebutuhan air itu sendiri di sesuaikan dengan jenis tanamannya. Fungsi air itu sendiri antara lain :a. Melunakan bijib. Untuk pertukaran gas atau proses respirasic. Untuk pelarutan bakteri dalam bentuk senyawa organikd. Transport dari endosperm atau embrio.

2. SuhuSuhu terbagi menjadi suhu maksimum, suhu optimum atau kondisi terbaik dan suhu minimum.3. OksigenKkomposisi yang dibutuhkan O2 (20%), CO2 (0,03%) dan N (80%).4. CahayaCahaya mempengaruhi fitokrom Pr dan Pfr, suatu pigmen penerima cahaya.Tingginya salinitas merupakan kendala utama dalam pemanfaatan hara dari air laut yang dapat berakibat negatif terhadap tanah dan tanaman. Dispersi tanah merupakan masalah utama pada tanah akibat kadar garam yang tinggi. Agregat tanah menjadi pecah, mineral berukuran kecil dan partikel organik menyumbat pori tanah mengakibatkan berkurangnya aliran air di tanah. Secara bertahap kondisi ini merubah porositas tanah dan mengurangi permeabilitas air. Akibat dispersi Na pada liat dan bahan organik mengurangi agregasi tanah, permeabilitas terhadap udara dan air, perkecambahan dan pertumbuhan akar. Dispersi tanah terjadi apabila Na dapat tukar melebihi 10 20% KTK (Anonim, 2013).Gambar 5. Ikatan garam dengan air.Efek buruk tingginya konsentrasi Na di tanah terhadap pertumbuhan tanaman dapat dibedakan atas 3 kelompok antara lain : (Justice dan Bass, 1990)1. Terhambatnya serapan air karena rendahnya potensi osmotik.2. Terganggunya metabolisme disebabkan tingginya konsentrasi Na pada jaringan tanaman3. Terhambatnya absorpsi kation lainnya. Menurut toleransinya terhadap salinitas, tanaman dibedakan atas halophytic dan glycophytic. Halophytic adalah tanaman yang toleran terhadap tingginya salinitas karena kemampuannya menyerap air dengan mempertahankan potensi osmotik yang tinggi melalui akumulasi ion-ion anorganik, sebaliknya tanaman yang tergolong glycophytic sensitif terhadap salinitas yang tinggi. (Harjadi, 1996).Lingkungan benih yang suboptimum, yang berada di sekitar benih akan mempengaruhi proses-proses dalam benih. Karena benih tersebut walaupun belum ditanam tetap melakukan proses-proses metabolisme sehingga oksigen yang tersedia, suhu dan kelembaban relatif mempengaruhinya. Lingkungan yang suboptimum yang diberikan kepada benih merupakan cara stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran benih. (Nelson, 2001)Biji menyerap air lebih lambat pada tanah kering atau tanah basa tidak hanya mengurangi air yang tersedia, tetapi karena tekanan difusi air pada tanah tersebut menjadi rendah ketika tanah menjadi kering dan salinity naik (konsentrasi air turun). Benih padi yang ditempatkan pada larutan kontrol dan larutan garam NaCl dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0, 2500, 5000 mg/l air. Diketahui dari hasil pengamatan selama 7 hari daya kecambah dengan menggunakan air biasa (kontrol) lebih besar/cepat dibandingkan dengan daya kecambah perlakuan larutan garam NaCl. Sedangkan pada perlakuan diperoleh, bahwa semakin besar konsentrasi larutan garam (NaCl) maka semakin kecil air yang diserap oleh biji sehingga daya kecambahnya juga kecil, atau sebaliknya. Dengan kata lain kandungan garam yang makin rendah pertumbuhannya. Pertumbuhan tiap benih berbeda-beda tergantung pada perlakuannya, Setiap perlakuan yang dilakukan terbukti dari hasil pertumbuhannya, perlakuan dengan pemberian NaCl sebanyak 5000 ppm dengan 2500 ppm kurang baik terhadap perkecambahan. Untuk hasil pengamatannya persentase jagung sebesar 30 % untuk kontrol, 0 % untuk perlakuan 2500 ppm NaCl, dan 0 % untuk perlakuan 5000 ppm NaCl. Sedangkan padi 65% untuk kontrol, 5 % untuk perlakuan 2500 ppm NaCl, dan 0 % untuk perlakuan 5000 ppm NaCl.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain :1. Telah mampu dan memahami pengaruh garam pada medium terhadap perkecambahan dan serapan air oleh benih.2. Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan-perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Akibatnya, benih pada kondisi tertentu tidak dapat tumbuh sempurna apabila lingkungan tidak menunjang pertumbuhannya.3. Semakin besar konsentrasi larutan garam (NaCl) maka semakin kecil air yang diserap oleh biji sehingga daya kecambahnya juga kecil, atau sebaliknya. Dengan kata lain kandungan garam yang makin rendah pertumbuhannya akan makin cepat. 4. Pertumbuhan tiap benih berbeda-beda tergantung pada perlakuannya, Setiap perlakuan yang dilakukan terbukti dari hasil pertumbuhannya, perlakuan dengan pemberian NaCl sebanyak 5000 ppm dengan 2500 ppm kurang baik terhadap perkecambahan.

B. SaranSaran untuk praktikum ini antara lain :1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang.2. Perhatikan saat asisten seang menjelaskan prosedur kerja.3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti.4. Hati-hati dalam menggunakan alat dan bahan.5. Teliti dalam melakukan perhitungan dan pengukuran.6. Asisten dapat lebih mengawasi pekerjaan praktikan agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, R. L. 1980. Seed Technology. Oxford& IBH Publishing Co. New Delhi.Anonim. 2013. http://perbenihan.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 22.37 WIBAnonim. 2013. http://www.tanindo.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 22.39 WIBHarjadi, Sri S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.Justice, O. L. dan Bass, L. N. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada. JakartaKamil, J. 1986. Teknologi Benih I. Angkasa Raya Padang. Padang.Kartasapoetra, A.G. 1986. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.Kuswanto, H. 1997. Analissi Benih. Andi. Yogyakarta.Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.Nelson, Stu.2001. Seed Stratification. University of Saskatchewan. EnglandQamara, M. 1990. Pengantar Produksi Benih. CV. Rajawali. Jakarta.Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA VPENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN

Semester:Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama: Pratama Budi SNIM: A1L111050Asisten: Lafi Naimatul BayyinahRombongan : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2013I. PENDAHULUANA. Latar BelakangBenih merupakan fase awal bagi suatu tanaman dalam siklus hidupnya. Perkembangan morfologi dan fisiologi perkecambahan sangat menentukan proses pertumbuhan tanaman pada fase-fase berikutnya. Proses perkecambahan merupakan proses berkembangnya embrio untuk tumbuh menjadi suatu bibit dengan seluruh bagiannya yang lengkap sampai dapat menjalankan proses hidupnya sendiri. Perkecambahan tidak hanya dipakai khusus untuk biji (seed) tetapi juga dipakai untuk bagian tumbuhan lainnya.Benih dikatakan berkecambah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula dari embrio. Umumnya bagian embryo axis yang pertama kali menonjol keluar dari biji adalah radicle, kemudian baru diikuti oleh plumule. Radikula akan tumbuh memanjang dan kemudian dari radikula ini akan keluar bulu-bulu akar. Plumula akan tumbuh dan membesar menuju arah atangnya sinar matahari. Plumula dan radikula yang tumbuh akan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung.Pengujian daya kecambah benih sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas dari suatu benih. Hasil dari pengujian daya kecambah benih akan memberikan informasi bagi pemakai benih akan kemampuan benih untuk tumbuh normal menjadi tanaman yang dapat berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Pengujian di laboratorium, daya kecambah benih diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya tumbuh atau daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berapa prosentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan.Parameter yang dapat digunakan dalam pengujian daya kecambah adalah persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung maupun secara tidak langsung dengan hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih. Definisi dari persentase perkecambahan dari suatu benih adalah persentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

B. TujuanTujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji daya tumbuh berbagai benih tanaman, mengidentifikasi kecambah / bibit normal dan abnormal.

II. TINJAUAN PUSTAKAPerkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh, tergantung pada viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Viabilitas benih menunjuk pada persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari kecambah-kecambah yang baru berkecambah. Perkecambahan merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embrionic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Benih dapat berkecambah pada berbagai media tumbuh dengan syarat kondisi lingkungannya menguntungkan seperti air yang cukup, oksigen yang cukup dan suhu yang cocok. Media perkecambahan untuk uji daya kecambah yaitu tanah, pasir, kertas substrat atau petridish. Pengujian daya kecambah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam usaha budidaya pertanian seperti menduga storabilitas benih, menghitung kebutuhan benih, kualitas benih dan sebagainya. (Aminah, 2006).Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Selain itu, perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami penuaan. Benih tiap-tiap spesies tanaman mempunyai daya tumbuh yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada yang memiliki daya tumbuh besar dan ada pula yang kecil. Tetapi secara ideal, semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beranekaragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. (Sadjad, 1993).Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Parameter yang digunakan dapat berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung. Atau secara tidak langsung dengan hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih. Persentase perkecambahan adalah persentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. (Sutopo.1998)Penggunaan uji daya kecambah di laboratorium agar hasil persentase perkecambahan yang didapat mempunyai korelasi positif dengan kenyataan nantinya di lapangan maka perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini : (Kamil, 1986)1. Kondisi lingkungan di laboratorium harus menguntungkan perkecambahan benih dan standarisasi.2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat kecambah mencapai suatu fase perkembangan, dimana dapat dibedakan antara kecambah normal dan kecambah abnormal.3. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian sehingga dapat dinilai mempunyai kemampuan tumbuh menjadi tanaman normal dan kuat pada keadaan yang menguntungkan di lapangan.4. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentukan.Pengujian daya tumbuh benih dapat dilakukan dalam beberapa metode. Metode yang digunakan tergantung pada jenis dan karakter tumbuh benih. Metode yang biasa dilakukan antara lain : (Anonim, 2013) 1. Uji pada KertasPada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya.2. Uji antar KertasPada metode pengujian ini benih diletakkan di antara kertas substrat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.3. Uji PasirDalam pengujian viabilitas bisa dipakai pasir sebagai media perkecambahannya. Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah besarnya butiran pasir dan kadar air media, karena pasir memiliki WHC yang rendah. 4. Uji Kertas Digulung DidirikanPada metode pengujian ini benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung dan didirikan. Dapat digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.

5. Uji Kertas Digulung diberi plastik didirikanTujuannya untuk memperkuat kertas substrat aga