tugas referat tetanus
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
1/30
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan eksotoksin bakteri Gram positif
Clostridium tetani yang bersifat obligat anaerob dan membentuk spora. Spora
banyak terdapat di dalam tanah dan feses hewan dan infeksi terjadi akibat kontak
dengan jaringan melalui luka. Toksin mempengaruhi saraf yang mengontrol fungsi
otot(1).
Tetanus sudah dikenal sejak zaman Mesir uno! tetapi isolasi C. tetani dari
manusia baru pertama kali dilakukan pada tahun 1""# oleh itasato. $munisasi
pasif terhadap tetanus pertama kali diperkenalkan oleh %o&ard pada tahun 1"#' dan
digunakan selama erang unia $. ada tahun 1#*+ es&ombey mengembangkan
imunisasi aktif tetanus toksoid dan digunakan se&ara luas selama erang unia $$ (*!
,).
Tetanus terutama ditemukan pada negara-negara kurang dan sedang berkembang
dengan iklim hangat dan lembap yang padat penduduk misalnya razil! /ilipina!
0ietnam! $ndonesia! dan negara-negara di frika. Tetanus merupakan salah satu
penyakit yang menjadi target program imunisasi World Health Organization(,! +)
.$nsidensi tahunan tetanus di dunia adalah 2!3-1 juta kasus dengan tingkat
mortalitas sekitar +34. i merika Serikat pada tahun 1#+' dilaporkan terdapat
352 kasus! sedangkan antara 1##"-*222 hanya +, kasus per tahunnya. enurunan
tersebut disebabkan oleh penemuan dan penggunaan imunisasi aktif terhadap
tetanus. i negara berkembang tetanus banyak ditemukan pada populasi neonatus
dan merupakan salah satu penyebab mortalitas bayi yang penting. i negara maju
tetanus terutama terjadi setelah luka tusuk yang tidak disengaja! misalnya saat
bertani atau berkebun! yang tidak mendapatkan perawatan luka yang adekuat (3! 5).
6ingkungan tanah $ndonesia yang kaya akan C. tetani dan angka mortalitas yang
tinggi menuntut dokter umum untuk menguasai pen&egahan dan penanganan
tetanus.
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
2/30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
enyakit klinis yang ditandai dengan onset akut hipertonia dan kontraksi otot
yang nyeri (biasanya otot rahang dan leher) dan spasme otot general tanpa
penyebab medis lain yang tampak dengan7tanpa bukti laboratoris C. tetani atau
toksinnya dengan atau tanpa riwayat trauma. Tetanus adalah penyakit dengan tanda
utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran yang disebabkan
oleh kuman Clostridium tetani. Gejala ini bukan disebabkan kuman se&ara
langsung! tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh
kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang! sambungan
neuromuskular (neuromuscular junction) dan saraf otonom.(,! ').
2.3 Ei!e"i#l#gi
akteri C. tetani dapat ditemukan di semua tempat di dunia tetapi tetanus
terutama ditemukan pada negara-negara kurang dan sedang berkembang yang padat
penduduk dengan iklim hangat dan lembap dan tanah yang kaya dengan material
organik. Tanah dan usus manusia serta hewan merupakan reser8oir spora C. tetani.
Transmisi spora C. tetani terjadi melalui luka yang kotor (terkontaminasi) atau
&idera jaringan lain. $nsiden pun&ak tetanus terutama terjadi pada musim panas atau
hujan. Tetanus tidak menular dari manusia ke manusia (*! #).
/aktor risiko utama terhadap tetanus yaitu status imunisasi tetanus yang tidak
lengkap! adanya &idera jaringan! serta praktik obstetrik dan injeksi obat yang tidak
aseptik. /aktor risiko lainnya meliputi tindakan bedah abdomen! akupunktur! tindik
telinga! tusuk gigi! dan infeksi telinga tengah
(12)
.Terdapat satu juta kasus tetanus di dunia per tahunnya yang terutama ditemukan
di negara kurang berkembang. Tetanus neonatorum berkontribusi terhadap +2-324
mortalitas akibat tetanus di negara berkembang dan terutama disebabkan kondisi
higiene persalinan yang buruk dan praktik sosial atau tradisi seperti mengoleskan
kotoran sapi ataughee (sema&am mentega) pada tali pusat bayi di $ndia (5! 11).
$nsiden tetanus di merika Serikat telah menurun dengan ditemukannya
imunisasi aktif. 6aporan menyatakan bahwa pada tahun 1#+' terjadi 352 kasus!
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
3/30
tahun 1#'+ terjadi 121 kasus! tahun 1#"2-an terjadi 52-"2 kasus per tahunnya! dan
tahun 1##"-*222 terjadi rata-rata +, kasus per tahunnya. 9ampir semua kasus
terjadi pada orang yang tidak pernah diimunisasi atau status imunisasinya tidak
lengkap. $nsiden tetanus pada orang dengan imunisasi lengkap sangat jarang yaitu
+:122.222.222. Se&ara umum mortalitas akibat tetanus adalah ,24. Sekitar '34
kasus terjadi antara bulan pril - September. $nsiden dan mortalitas lebih tinggi
pada kelompok usia neonatus dan ; 32 tahun dibandingkan kelompok umur lain.
Sekuele neurologis residual jarang ditemukan. ematian biasanya diakibatkan oleh
disfungsi autonomik! misalnya peningkatan tekanan darah ekstrim! disritmia! atau
henti jantung (3! 5). Tetanus tersebar di seluruh dunia dengan angka kejadian
tergantung pada jumlah populasi masyarakat yang tidak kebal! tingkat pen&emaran
biologik lingkungan peternakan7pertanian! dan adanya luka pada kulit atau mukosa.
Tetanus pada anak tersebar diseluruh dunia! terutama pada daerah risiko tinggi
dengan &akupan imunisasi T yang rendah. ngka kejadian pada anak laki-laki
lebih tinggi! akibat perbedaan akti8itas fisiknya. Tetanus tidak menular dari
manusia ke manusia.
Gambar 1.1 ata $nsidensi tetanus menurut
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
4/30
>S?M >S >S/ >S9S
Tahun kasus m (4) kasus m (4) kasus m (4) kasus m (4)
*22, 12 *2 , 2 5 2 ' 1+!,
*22+ 1* "!, 1 2 * 2 + *3!2
*223 11 *'!, 1 2 11 2 1 2*225 " 2 1 122 + 2 5 15!'
*22' 1" 2 3 2 # 2 " *3!2
eterangan >S?M @ >umah sakit &ipto Mangunkusumo! AakartaB >S @ >umah
sakit harapan kita B >S/ @ >umah sakit /atmawatiB >S9S @ >umah sakit hasan
sadikin! bandungB (Cm @ meninggal)
1.$ Eti#l#gi
Tetanus disebabkan oleh toksin bakteri Clostridium tetani yang memiliki dua
bentuk! yaitu bentuk 8egetatif dan spora. entuk 8egetatif C. tetani adalah basil!
Gram positif! tidak berkapsul! motil! dan bersifat obligat anaerob. entuk 8egetatif
rentan terhadap efek bakterisidal dari proses pemanasan! desinfektan kimiawi! dan
antibiotik. entuk ini merupakan bentuk yang dapat menimbulkan tetanus (*).
ada basil yang mengandung spora terdapat bentukan endospora pada salah satu
ujungnya sehingga memberikan penampilan seperti stik drum. Spora C. tetani
relatif resisten terhadap desinfeksi kimiawi dan pemanasan. Spora tahan terhadap
paparan fenol! merbromin! dan bahan kimia lain yang efektif untuk desinfeksi.
emanasan di dalam air mendidih selama 13 menit dapat membunuh hampir semua
spora. Sterilisasi menggunakan uap tersaturasi dengan tekanan 13 lbs selama 13-*2
menit pada suhu 1*1D? juga dapat membunuh semua bentuk kehidupan. Sterilisasi
menggunakan panas kering lebih lambat dibandingkan uap panas (1-, jam pada
suhu 152D?) tetapi efektif terhadap spora. Sterilisasi menggunakan etilen oksida
juga dapat membunuh spora (3).
Spora banyak terdapat di dalam tanah! saluran &erna! dan feses hewan. Tanah
yang mengandung kotoran hewan mengandung spora dalam jumlah banyak. Spora
dapat bertahan beberapa bulan bahkan tahun. ada lingkungan pertanian! manusia
dewasa dapat menjadi reser8oir spora. Spora dapat ditemukan pada permukaan kulit
dan heroin yang terkontaminasi (*).
Spora bersifat non-patogenik di dalam tanah atau jaringan terkontaminasi
sampai ter&apai kondisi yang memadai untuk transformasi ke bentuk 8egetatif.
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
5/30
Transformasi terjadi akibat penurunan lokal kadar oksigen akibat: (a) terdapat
jaringan mati dan benda asing! (b) crushed injury! dan (&) infeksi supuratif (*).
%a"&ar 2.
ewarnaan Gram C.
tetani. akteri
tersebut bersifat Gram positif tetapi memiliki ke&enderungan 8ariabilitas dalam pewarnaan Gram.
entuk 8egetatifnya berupa basil. Endospora dibentuk se&ara intraseluler pada ujung sporangium
dan memberikan bentuk yang khas yaitu menyerupai stik drum. Sumber: Todar! *22' (1*)
Germinasi spora dan produksi toksin terjadi pada kondisi anaerobik. entuk
8egetatif C. tetani menghasilkan dua ma&am toksin! yaitu tetanolisin dan
tetanospasmin. Tetanolisin merupakan enzim hemolisin yang menyebabkan
potensiasi infeksi tetapi perannya dalam patogenesis tetanus belum jelas.
Tetanospasmin berperan penting dalam patogenesis tetanus. Tetanospasmin atau
toksin tetanus merupakan neurotoksin poten yang dilepaskan seiring pertumbuhan
C. tetani pada tempat infeksi. Tetanospasmin merupakan salah satu toksin yang
paling poten berdasarkan berat. osis letal minimum untuk manusia diperkirakan
*!3 ng7kg berat badan (*).
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
6/30
2.'. Pat#genesis
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Masa inkubasi antara
inokulasi spora dengan manifestasi klinis awal ber8ariasi antara beberapa hari
sampai , minggu. Spora hanya dapat mengalami germinasi pada kondisi anaerob
yang paling sering terjadi pada luka dengan nekrosis jaringan dan benda asing.
danya organisme lain juga memper&epat transformasi spora ke bentuk 8egetatif.
Masa inkubasi panjang biasanya terjadi pada lokasi infeksi yang jauh dari sistem
saraf pusat. Masa inkubasi merupakan salah satu faktor penentu prognosis (3).
C. tetani merupakan mikroorganisme yang relatif non-in8asif yang kehadirannya
di jaringan sulit dibuktikan. ada kondisi yang jarang! C. tetani dapat dikultur dari
darah. akteri ini menimbulkan reaksi lokal yang minimal pada luka yang biasanya
tanpa supurasi. Spora yang mengalami transformasi ke bentuk 8egetatif melepaskan
toksin solubel tetanospasmin yang bertanggung jawab terhadap manifestasi klinis
tetanus. Tetanospasmin dapat men&apai lima persen dari berat bakteri.
Tetanospasmin awalnya terdiri dari rantai polipeptida tunggal dengan berat molekul
132-ka yang tidak aktif. Toksin tersebut kemudian terbagi menjadi dua subunit
oleh enzim protease jaringan yaitu rantai berat dengan berat molekul 122-ka dan
rantai ringan dengan berat molekul 32-ka yang dihubungkan oleh ikatan disulfida.
Fjung karboksil dari rantai berat berikatan dengan membran neural dan ujung
amino men&iptakan pori untuk masuknya rantai ringan ke dalam sitosol. /aktor
genetik yang mengontrol produksi tetanospasmin terdapat pada plasmid bakteri (3! 5!
1,).
Setelah rantai ringan memasuki motorneuron! senyawa tersebut ditranspor
melalui akson se&ara intraaksonal dan retrograd dari tempat infeksi ke korda
spinalis dalam *-1+ hari. Transpor awalnya terjadi pada neuron motorik kemudianpada neuron sensorik dan autonom. etika men&apai badan sel toksin dapat
berdifusi keluar dan mempengaruhi neuron-neuron lain. pabila terdapat toksin
dalam jumlah besar sebagian toksin akan masuk ke dalam sirkulasi dan berikatan
dengan ujung-ujung saraf di seluruh tubuh. etika men&apai korda spinalis! rantai
ringan memasuki neuron inhibitori sentral kemudian meme&ah sinaptobre8in!
senyawa yang penting dalam pengikatan 8esikel neurotransmiter ke membran sel.
Tetanospasmin memiliki efek predominan terhadap neuron inhibitori dan yang
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
7/30
pertama terkena adalah neuron yang menginhibisi alfa motor neuron. Setelahnya
neuron simpatetik preganglionik di kornu lateralis dan pusat parasimpatetik juga
terkena. kibatnya 8esikel yang mengandunggamma amino-butyric acid (G)
dan glisin tidak dilepaskan dan terjadi hilangnya aksi inhibitori pada neuron
motorik dan autonomik. 9ilangnya inhibisi sentral menimbulkan kontraksi otot
yang terus menerus (spasme) yang terjadi sebagai respon terhadap stimuli normal
seperti suara atau &ahaya dan hiperakti8itas autonomik. Transpor intraneural
retrograd yang lebih lanjut terjadi dan toksin men&apai batang otak dan diensefalon
(5! 1,). Efek fisiologis tetanospasmin serupa dengan striknin(*! 3).
Motor neuron juga dipengaruhi oleh tetanospasmin dan pelepasan asetilkolin
ke &elah neuromuskular menurun. Efek ini serupa dengan efek toksin botulinum
yang menimbulkan gejala paralisis flasid. Meskipun demikian! pada tetanus efek
disinhibitori motoneuron melampaui penurunan fungsi pada sambungan
neuromuskular sehingga yang tampak adalah akibat dari gangguan inhibisi. Efek
pre-junctional pada sambungan neuromuskular dapat menyebabkan terjadinya
kelemahan diantara spasme dan dapat merupakan penyebab paralisis ner8us
kranialis yang ditemukan pada tetanus sefalik dan miopati yang ditemukan setelah
penyembuhan(1,)
.
elepasan impuls eferen yang tidak terkontrol dan tanpa inhibisi dari
motoneuron pada medula spinalis dan batang otak menyebabkan rigiditas muskuler
dan spasme yang dapat menyerupai kon8ulsi. >efleks inhibisi dari kelompok otot
antagonis hilang sehingga otot-otot agonis dan antagonis berkontraksi se&ara
bersamaan. Spasme otot sangat nyeri dan dapat menyebabkan fraktur serta ruptur
tendon. =tot-otot rahang! wajah! dan kepala merupakan yang pertama kali
terpengaruh karena jalur aksonal yang lebih pendek kemudian diikuti otot-otottubuh dan ekstremitas tetapi otot perifer pada tangan dan kaki sering tidak
terpengaruh. elepasan impuls autonom tanpa inhibisi menyebabkan gangguan
kontrol autonomik dengan o8erakti8itas simpatetik dan kadar katekolamin plasma
meningkat. Toksin yang telah terikat pada neuron tidak dapat dinetralisir oleh
antitoksin. engikatan toksin terhadap neuron bersifat ire8ersibel dan proses
penyembuhan memerlukan pertumbuhan ujung saraf yang baru sehingga perbaikan
klinis baru terlihat *-, minggu setelah terapi dimulai (,! 11! 1,).
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
8/30
2.$ (anifestasi klinis
Tetanus biasanya terjadi setelah luka dengan penetrasi yang dalam dimana
pertumbuhan bakteri anaerob dapat terjadi. Tempat infeksi yang paling umum
adalah luka pada ekstremitas bawah! infeksi uterus post-partum atau post-abortus!
injeksi intramuskular nonsteril! dan fraktur terbuka. enting untuk menekankan
bahwa trauma minor dapat menimbulkan tetanus. ada ,24 pasien tidak tampak
adanya tempat masuk (portal of entry). Tetanus telah diidentifikasi setelah berbagai
&idera jaringan! termasuk injeksi intra8ena dan intramuskular! akupunktur! tindik
telinga! dan bahkan luka akibat tusuk gigi. Tetanus dapat juga terjadi pada infeksi
kronis seperti otitis media dan setelah ulkus dekubitus. Tetanus dapat dibedakan
menjadi empat bentuk berdasarkan manifestasi klinisnya (3! 12).
2.$.1 Tetan)s l#kal
Tetanus lokal merupakan bentuk yang jarang ditemukan. asien
dengan tetanus lokal mengalami spasme dan peningkatan tonus otot
terbatas pada otot-otot di sekitar tempat infeksi tanpa tanda-tandasistemik. ontraksi dapat bertahan selama beberapa minggu sebelum
perlahan-lahan menghilang. Tetanus lokal dapat berlanjut menjadi
tetanus general tetapi gejala yang timbul biasanya ringan dan jarang
menimbulkan kematian. Mortalitas akibat tetanus lokal hanya 14 (*! 3).
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
9/30
2.$.2. Tetan)s sefalik
Tetanus sefalik juga merupakan bentuk yang jarang ditemukan
(insiden sekitar 54) dan merupakan bentuk khusus tetanus lokal yang
mempengaruhi otot-otot ner8us kranialis terutama di daerah wajah.
Tetanus sefalik dapat timbul setelah otitis media kronik maupun &idera
kepala (kulit kepala! mata dan konjungti8a! wajah! telinga! atau leher).
Manifestasi klinis yang dapat timbul dalam 1-* hari setelah &idera antara
lain fasial palsi akibat paralisis ner8us 0$$ (paling sering)! disfagia! dan
paralisis otot-otot ekstraokuler serta ptosis akibat paralisis ner8us $$$.
Tetanus sefalik dapat berlanjut menjadi tetanus general. Tingkat
mortalitas yang dilaporkan tinggi! yaitu 13-,24 (*! ,! 11).
%a"&ar '. aralisis ner8us fasialis kiri dan tampak luka baru pada pasien dengan tetanus sefalik. Sumber: ?ook! *221
2.$.3. Tetan)s general
Sekitar "24 kasus tetanus merupakan tetanus general. Tanda khas
dari tetanus general adalah trismus (lockjaw) yaitu ketidakmampuan
membuka mulut akibat spasme otot maseter. Trismus dapat disertai
gejala lain seperti kekakuan leher! kesulitan menelan! rigiditas otot
abdomen! dan peningkatan temperatur *-+D? di atas suhu normal.
Spasme otot-otot wajah menyebabkan wajah penderita tampak
menyeringai dan dikenal sebagai risus sardoni&us (sardonic smile).
Spasme otot-otot somatik yang luas menyebabkan tubuh penderita
membentuk lengkungan seperti busur yang dikenal sebagai opistotonus
dengan fleksi lengan dan ekstensi tungkai serta rigiditas otot abdomen
yang teraba seperti papan (3).
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
10/30
ejang otot yang akut! paroksismal! tidak terkoordinasi! dan
menyeluruh merupakan karakteristik dari tetanus general. ejang
tersebut terjadi se&ara intermiten! ireguler! tidak dapat diprediksi! dan
berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. ada
awalnya kejang bersifat ringan dan terdapat periode relaksasi diantara
kejang! lama kelamaan kejang menimbulkan nyeri dan kelelahan
(paroksismal). ejang dapat terjadi se&ara spontan atau dipi&u berbagai
stimulus eksternal dan internal. istensi 8esika urinaria dan rektum atau
sumbatan mukus dalam bronkus dapat memi&u kejang paroksismal.
Fdara dingin! suara! &ahaya! pergerakan pasien! bahkan gerakan pasien
untuk minum dapat memi&u spasme paroksismal. Sianosis dan bahkan
kematian mendadak dapat terjadi akibat spasme tersebut. Terkadang
pasien dengan tetanus general menampakkan manifestasi autonomik
yang mempersulit perawatan pasien dan dapat mengan&am nyawa.
=8erakti8itas sistem saraf simpatis lebih sering ditemukan pada pasien
usia tua atau pe&andu narkotik dengan tetanus. =8erakti8itas autonom
dapat menyebabkan fluktuasi ekstrim tekanan darah yang ber8ariasi dari
hipertensi ke hipotensi serta takikardia! berkeringat! hipertermia! dan
aritmia jantung (3).
ada tetanus kesadaran penderita tidak terganggu dan penderita
mengalami nyeri hebat pada setiap episode spasme. Spasme berlanjut
selama *-, minggu! yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
transpor toksin yang sudah berada intraaksonal! setelah antitoksin
diberikan. pabila antitoksin tidak diberikan! pemulihan lengkap akan
terjadi dalam beberapa bulan sampai produksi dan pengikatantetanospasmin selesai dan terjadi pembentukan neuromuscular junction
yang baru (*)
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
11/30
%a"&ar $. (a) >isus sardonikusB (b) =pistotonusB (&) nak penderita tetanus yang menangis
akibat kontraksi otot yang nyeri. Sumber: ?ook! *221
2.$.4. Tetan)s ne#nat#r)"
Tetanus neonatorum disebabkan infeksi C. tetani yang masuk
melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora masuk
disebabkan proses pertolongan persalinan yang tidak steril! baik karena
penggunaan alat maupun obat-obatan yang terkontaminasi spora C.
tetani. ebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat
tradisional yang tidak steril merupakan faktor utama dalam terjadinya
tetanus neonatorum (1+).
Gambaran klinis tetanus neonatorum serupa dengan tetanus
general. Gejala awal ditandai dengan ketidakmampuan untuk menghisap
,-12 hari setelah lahir. Gejala lain termasuk iritabilitas dan menangis
terus menerus (rewel)! risus sardonikus! peningkatan rigiditas! dan
opistotonus (,).
.
%a"&ar $. Tetanus neonatorum (Sumber: ng! *22+)
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
12/30
2.*. Diagn#sis
iagnosis tetanus lebih sering ditegakkan berdasarkan manifestasi
klinis dibandingkan berdasarkan penemuan bakteriologis. iagnosis
relatif lebih mudah pada daerah dengan insiden tetanus yang sering!
tetapi lebih lambat di negara-negara berkembang dimana tetanus jarang
ditemukan. Selain trismus! pemeriksaan fisik menunjukkan hipertonisitas
otot-otot! refleks tendon dalam yang meningkat! kesadaran yang tidak
terganggu! demam derajat rendah! dan sistem saraf sensoris yang normal.
Spasme paroksismal dapat ditemukan se&ara lokal maupun general.
Sebagian besar pasien memiliki riwayat luka dalam * minggu terakhir
dan se&ara umum tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus toksoid yang
jelas (3! ").
emeriksaan bakteriologis dapat mengkonfirmasi adanya C.
tetani pada hanya sekitar sepertiga pasien yang memiliki tanda klinis
tetanus. 9arus diingat bahwa isolasi C. tetani dari luka terkontaminasi
tidak berarti pasien akan atau telah menderita tetanus. /rekuensi isolasi
C. tetani dari luka pasien dengan tetanus klinis dapat ditingkatkan
dengan memanaskan satu set spesimen pada suhu "2D? selama 13 menit
untuk menghilangkan bentuk 8egetatif mikroorganisme kompetitor tidak
berspora sebelum media kultur diinokulasi (3).
emeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis sedang.
emeriksaan &airan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat
akibat kontraksi otot. 9asil elektromiografi dan elektroensefalografi
biasanya normal dan tidak membantu diagnosis. ada kasus tertentu
apabila terdapat keterlibatan jantung elektrokardiografi dapatmenunjukkan in8ersi gelombang T. Sinus takikardia juga sering
ditemukan. iagnosis tetanus harus dibuat dengan hati-hati pada pasien
yang memiliki riwayat dua atau lebih injeksi tetanus toksoid yang
terdokumentasi. Spesimen serum harus diambil untuk memeriksa kadar
antitoksin. adar antitoksin 2!21 $F7m6 dianggap protektif (3! #).
Setelah diagnosis tetanus dibuat harus ditentukan derajat keparahan
penyakit. eberapa sistem skoring tetanus dapat digunakan! diantaranya
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
13/30
adalah skor hillips! akar! blett! dan Fdwadia. Sistem skoring tetanus
juga sekaligus bertindak sebagai penentu prognosis (11! 13).
Tabel 1. Skor hillips untuk menilai derajat tetanus
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
14/30
Sistem skoring menurut hillips dikembangkan pada tahun 1#5'
dan didasarkan pada empat parameter! yaitu masa inkubasi! lokasi
infeksi! status imunisasi! dan faktor pemberat. Skor dari keempat
parameter tersebut dijumlahkan dan interpretasinya sebagai berikut: (a)
skor # tetanus ringan! (b) skor #-1" tetanus sedang! dan (&) skor ; 1"
tetanus berat.
Tabel * . Sistem skoring tetanus menurut blett
Grade $ (ringan) Trismus ringan h ingga sedang! spastisitas
general! tidak ada distres pernapasan! tidak
ada spasme dan disfagia.Grade $$ (sedang) Trismus sedang! rigiditas yang tampak!
spasme ringan hingga sedang dengan durasi
pendek! takipnea H ,2 kali7menit! disfagia
ringan.
Grade $$$ (berat) Trismus berat! spastisitas menyeluruh!
spasme spontan yang memanjang! distres
pernapasan dengan takipnea H +2
kali7menit! apneic spell! disfagia berat!
takikardia H 1*2 kali7menit.
Grade $$$ (sangat berat) eadaan seperti pada grade $$$ ditambah
disfungsi otonom berat yang melibatkan
sistem kardio8askuler. 9ipertensi berat dan
takikardia bergantian dengan hipotensi
relatif dan bradikardia! salah satunya dapat
menjadi persisten.Sumber : ?ottle! *211
Sistem skoring menurut blett juga dikembangkan pada tahun
1#5' dan menurut beberapa literatur merupakan sistem skoring yang
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
15/30
paling sering digunakan (#!1,!15). Fdwadia (1##*) kemudian sedikit
memodifikasi sistem skoring blett dan dikenal sebagai skor Fdwadia
(1').
Tabel , . Sistem skoring tetanus menurut Fdwadia
Grade $ (ringan) Trismus ringan hingga sedang! spastisitas general!
tidak ada distres pernapasan! tidak ada spasme dan
disfagia.
Grade $$ (sedang) Trismus sedang! rigiditas yang tampak! spasme
ringan hingga sedang dengan durasi pendek!
takipnea H ,2 kali7menit! disfagia ringan.
Grade $$$ (berat) Trismus berat! spastisitas menyeluruh! spasme
spontan yang memanjang! distres pernapasan
dengan takipnea H +2 kali7menit! apneic spell!
disfagia berat! takikardia H 1*2 kali7menit! keringat
berlebih! dan peningkatan sali8asi.
Grade $0 (sangat berat) eadaan seperti pada grade $$$ ditambah disfungsi
otonom berat yang melibatkan sistem
kardio8askuler: hipertensi menetap (; 1527122
mm9g)! hipotensi menetap (tekanan darah sistolik
#2 mm9g)! atau hipertensi episodik yang sering
diikuti hipotensi.
Sumber : Fdwadia! 1##*
Sistem skoring lainnya diajukan pada pertemuan membahas
tetanus di akar! Senegal pada tahun 1#'3 dan dikenal sebagai skor
akar. Skor akar dapat diukur tiga hari setelah mun&ul gejala klinis
pertama (#).
Tabel + . Sistem skoring akar untuk tetanus
+akt#r r#gn#stik Sk#r 1 Sk#r ,
Masa inkubasi ' hari H ' hari atau tidak diketahui
eriode onset * hari H * hari
Tempat masuk Fmbilikus! luka bakar!
uterus! fraktur terbuka!
enyebab lain dan penyebab yang
tidak diketahui
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
16/30
luka operasi! injeksi
intramuskular
Spasme da Tidak ada
emam ; ,".+o? ,".+o?
Takikardia ewasa ; 1*2 kali7menit%eonatus ; 132 kali7menit
ewasa 1*2 kali7menit%eonatus 132 kali7menit
Sumber : =gunrin! *22,
Skor total mengindikasikan keparahan dan prognosis penyakit sebagai berikut:
Skor 2-1 : tetanus ringan dengan tingkat mortalitas 124
Skor *-, : tetanus sedang dengan tingkat mortalitas 12-*24
Skor + : tetanus berat dengan tingkat mortalitas *2-+24
Skor 3-5 : tetanus sangat berat dengan tingkat mortalitas ; 324
2.-. Diagn#sis &an!ingerbagai keadaan dapat memberikan gambaran klinis yang
menyerupai tetanus. ondisi lokal tersering yang dapat menyebabkan
trismus adalah abses al8eolar. namnesa dan pemeriksaan fisik yang baik
serta pemeriksaan radiologis dapat menentukan adanya abses al8eolar.
Meningitis purulenta dapat dieksklusi dengan pemeriksaan &airan
serebrospinal. Ensefalitis terkadang disertai gejala trismus dan spasme otot!
tetapi kesadaran pasien biasanya berkabut. >abies harus dipertimbangkan
dalam diagnosis banding meskipun pada rabies tidak ada trismus. Spasme
otot terjadi lebih awal dalam perjalanan penyakit rabies dan melibatkan otot-
otot pernapasan dan deglutition. ada anak-anak * tahun! tetani
hipokalsemia harus dipertimbangkan. ostur tangan dan kaki yang khas
(spasme karpo-pedal)! tidak adanya trismus! dan kadar kalsium serum dapat
mengkonfirmasi diagnosis tetani hipokalsemia. >eaksi terhadap fenotiazin
dapat menyebabkan trismus! tetapi disertai dengan gejala lain yang tidak
ditemukan pada tetanus seperti tremor! gerakan athetoid! dan tortikolis. ada
kera&unan striknin harus digali kemungkinan per&obaaan bunuh diri atau
per&obaan pembunuhan. Selain itu! pada kera&unan striknin trismus mun&ul
lebih lambat serta tanda dan gejala mun&ul lebih &epat dibandingkan tetanus
(3). erbagai kelainan yang merupakan diagnosis banding tetanus
dirangkum dalam tabel 3.
Tabel 3 . iagnosis banding tetanus
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
17/30
Penakit %a"&aran Differnsial
IN+EKSI
Meningoensefalitis emam! trismus ridak ada!
penurunan kesadaran! &airan
serebrospinal abnormal.
olio Trismus tidak ada! paralisis
tipe flasid! &airan
serebrospinal abnormal.
!abies Gigitan binatang! trismus tidak
ada! hanya spasme orofaring.
"esi Orofaring ersifat lokal! rigiditas atau
spasme seluruh tubuh tidak
ada.
eritonitis Trismus dan spasme seluruh
tubuh tidak ada.
KELAINAN (ETAB/LIK
#eracunan striknin >elaksasi komplit diantara spasme.
!eaksi fenotiazin istonia! menunjukkan respondengan difenhidramin
PEN0AKIT SISTE( SAA+
PUSAT
$tatus %pileptikus enurunan kesadaran.
erdarahan atau tumor Trismus tidak ada! penurunankesadaran
KELAINAN PSIKIATIK Histeria Trismus inkonstan! relaksasi komplit
antara spasme.
KELAINAN
(USKUL/SKELETAL
&rauma 9anya lokal.
Sumber : >itarwan! *22+
2.. Penatalaksanaan
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
18/30
rioritas awal dalam manajemen penderita tetanus adalah kontrol
jalan napas dan mempertahankan 8entilasi yang adekuat. ada tetanus
sedang sampai berat risiko spasme laring dan gangguan 8entilasi tinggi
sehingga harus dipikirkan untuk melakukan intubasi profilaksis. !apid
se'uence intubation dengan midazolam dan suksinilkolin dianggap aman
dan efektif untuk mendapatkan patensi jalan napas. $ntubasi nasotrakeal
dihindari karena stimulasi sensoris yang berlebihan. eberapa rumah sakit
yang sering merawat pasien dengan tetanus memiliki ruangan yang khusus
dibangun. asien ditempatkan di ruang perawatan khusus yang sunyi dan
gelap untuk meminimalisir stimulus ekstrinsik yang dapat memi&u spasme
paroksismal. asien harus diistirahatkan dengan tenang untuk membatasi
stimulus periferal dan diposisikan se&ara hati-hati untuk men&egah
pneumonia aspirasi. emberian &airan intra8ena dilakukan dan hasil
pemeriksaan elektrolit dan analisa gas darah penting untuk menentukan
terapi (11! 1").
enatalaksanaan berikutnya memiliki tiga tujuan utama! yaitu: (1)
menetralisir toksin dalam sirkulasiB (*) menghilangkan sumber
tetanospasminB dan (,) memberikan terapi suportif sampai tetanospasmin
yang terfiksir pada neuron dimetabolisme (3).
%etralisasi toksin dalam sirkulasi dilakukan dengan memberikan
human tetanus immunoglobulin (9T$G). elum ada konsensus mengenai
dosis tepat 9T$G untuk tetanus. hatia (11)menyarankan pemberian dosis
tunggal ,222-5222 $F se&ara intramuskular! sedangkan dosis yang
disarankan dalam formularium nasional $nggris adalah 3222-12.222 $F(1#).
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
19/30
diberikan se&ara intramuskular pada daerah sekitar luka. TS berasal dari
serum kuda sehingga berpotensi besar menimbulkan reaksi hipersensiti8itas
sehingga pemberiannya harus didahului oleh skin test yaitu 2!1 m6 TS
dien&erkan menggunakan &airan garam fisiologis dengan perbandingan 1:12
kemudian diinjeksikan intradermal. 9T$G dan TS hanya berguna terhadap
tetanospasmin yang belum memasuki sistem saraf (1+! 15).
Eradikasi sumber toksin dilakukan dengan pemberian antibiotik dan
debridemen luka. enggunaan antibiotik enisilin G (122.222-*22.222
$F7kg per hari dibagi *-+ dosis) dahulunya merupakan terapi pilihan.
enisilin G merupakan antagonis reseptor G sehingga dapat bekerja
se&ara sinergis dengan tetanospasmin. Saat ini Metronidazole merupakan
antibiotik pilihan pertama untuk tetanus karena relatif murah dan penetrasi
lebih baik ke jaringan anaerobik. osis Metronidazole adalah 322 mg setiap
5 jam diberikan melalui jalur intra8ena atau per oral selama 12-1+ hari.
ntibiotik yang dapat digunakan sebagai alternatif terhadap Metronidazole
adalah oksisiklin 122 mg setiap 1* jam selama '-12 hari. Makrolida!
lindamisin! Sefalosporin! dan loramfenikol juga efektif ada perawatan
luka dilakukan debridemen luka dengan membuang benda asing! eksisi
jaringan nekrotik! serta irigasi luka. 6arutan hidrogen peroksida (9*=*)
dapat digunakan dalam perawatan luka. erawatan luka dilakukan 1-* jam
setelah pemberian 9T$G atau TS dan antibiotik (1+! 15).
erawatan suportif meliputi sedasi! blokade neuromuskuler! dan
manajemen instabilitas autonomik. Sedasi se&ara efektif mengatasi spasme
otot dan rigiditas. enzodiazepin seperti midazolam dan diazepam
merupakan obat lini pertama untuk men&apai sedasi. osis benzodiazepinyang digunakan dapat men&apai 122 mg7jam intra8ena. ntikon8ulsan
seperti fenobarbital dan se&obarbital yang meningkatkan akti8itas G
juga dapat memberikan efek sedasi dan digunakan dengan dosis awal 1.3-
*.3 mg7kg untuk anak atau 122-132 mg untuk dewasa diberikan
intramuskular. osis pemeliharaan harus dititrasi. pabila spasme menjadi
lebih berat atau lebih sering dapat digunakan fenobarbital 1*2-*22 mg
intra8ena dan ditambahkan diazepam dalam dosis terbagi sampai 1*2
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
20/30
mg7hari diberikan intra8ena. lorpromazin dosis +-1* mg untuk bayi atau
32-132 mg untuk dewasa diberikan setiap +-" jam dapat digunakan untuk
mengendalikan kejang tetani (3! 1#).
Morfin memiliki efek sentral yang dapat meminimalisir efek
tetanospasmin. Meskipun morfin merupakan pilihan yang potensial sebagai
sedatif kerja pendek dan analgesik penggunaannya terbatas karena harga
yang mahal dan berkaitan dengan beberapa efek samping. ropofol juga
telah digunakan dalam manajemen tetanus tetapi memiliki keterbatasan
karena untuk men&apai konsentrasi plasma yang adekuat membutuhkan
8entilasi mekanis (1#).
=bat lain yang dapat digunakan untuk mengontrol spasme adalah
magnesium sulfat dan baklofen. Magnesium bekerja sebagai antagonis
kalsium dan dalam penggunaannya harus dimonitor refleks patella!
respiratory rate! serta tanda-tanda hipokalsemia seperti tanda ?h8ostek dan
Trousseau yang positif. emberiannya didahului dengan loading dose 3 mg
diberikan selama *2 menit diikuti maintenance dose * gram7jam.
Magnesium sulfat tidak boleh digunakan pada pasien dengan gagal ginjal
berat. aklofen merupakan agonis G fisiologis yang menstimulasi
reseptor G post-sinaptik sehingga mengembalikan inhibisi fisiologis
motorneuron. emberiannya se&ara intratekal dengan dosis ber8ariasi antara
1222 m&g untuk orang dewasa 33 tahun! 322 m&g 15 tahun! dan "22
m&g ; 33 tahunB diberikan awalnya dengan bolus intermiten pada inter8al
12-*2 jam tergantung respon pasien atau diberikan dengan infus kontinyu
apabila dibutuhkan. antrolene merupakan relaksan otot kerja langsung
yang bekerja dengan menginhibisi pelepasan kalsium dari retikulumsarkoplasma dan seara langsung mempengaruhi coupling eksitasi-kontraksi.
antrolene telah digunakan dalam beberapa kasus dan memiliki keuntungan
karena tidak membutuhkan pernapasan buatan! tetapi antrolene belum
dapat direkomendasikan untuk penggunaan rutin karena belum banyak
penelitian melibatkan obat ini! harga yang mahal! dan potensi efek
hepatotoksik. Spasme otot yang tidak dapat dikontrol dengan benzodiazepin
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
21/30
harus ditangani dengan pemberian agen blokade neuromuskuler! diantaranya
atrakurium dan 8ekuronium. 0ekuronium memiliki sifat kardiostabil (11! 1#).
enyebab utama mortalitas pada tetanus adalah kolaps sirkulasi yang
disebabkan oleh instabilitas autonomik. 9enti jantung tiba-tiba sering terjadi
dan diperkirakan dipi&u oleh kadar katekolamin yang tinggi dan efek
langsung toksin terhadap miokardium. kti8itas simpatetik yang
memanjang dapat berakhir dengan hipotensi dan bradikardia. =8erakti8itas
parasimpatetik dapat menyebabkan henti sinus! yang telah dikaitkan dengan
efek langsung perusakan nukleus 8agal oleh toksin. tropin dosis tinggi
(hingga 122 mg7jam) dianjurkan apabila bradikardia merupakan manifestasi
utama (1#).
Sedasi merupakan tindakan awal untuk mengendalikan instabilitas
autonomik terutama menggunakan morfin yang efektif menurunkan output
katekolamin. lokade beta! meskipun se&ara teoritis berguna mengontrol
episode hipertensi dan takikardia! berhubungan dengan kolaps
kardio8askular tiba-tiba! edema pulmoner! dan kematian. =bat lain yang
telah digunakan termasuk klonidin dan magnesium. lonidin merupakan
agonis I*-adrenergik yang menurunkan aliran simpatis! tekanan arteri!
denyut jantung! dan pelepasan katekolamin. lonidin dapat diberikan se&ara
oral dan parenteral. Magnesium telah meningkat penggunaannya sebagai
terapi multimodal tetanus. Magnesium bekerja melalui beberapa &ara
diantaranya memblok pelepasan katekolamin dari saraf dan medula adrenal
dan mengurangi respon reseptor terhadap katekolamin. Magnesium juga
merupakan bloker neuromuskular presinaptik sehingga berguna untuk
mengontrol rigiditas dan spasme. osis yang direkomendasikan adalah *2mmol7jam dan disesuaikan untuk men&apai konsentrasi plasma *!3-+!2
mmol7liter. onsentrasi kalsium plasma harus dimonitor selama pemberian
magnesium karena dapat menghambat pelepasan hormon paratiroid (1#).
9al lain yang tidak boleh dilupakan adalah pengaturan diet yang
adekuat. ebutuhan energi pada tetanus meningkat karena spasme berulang
dan o8erakti8itas sistemik. emberian nutrisi harus dimulai sejak dini!
idealnya melalui jalur enteral untuk mempertahankan integritas
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
22/30
gastrointestinal. ada penderita tetanus diberikan diet &ukup kalori dan
protein melalui jalur enteral maupun parenteral. entuk makanan tergantung
kemampuan membuka mulut dan menelan. Selama pasase usus baik
diberikan nutrisi enteral. pabila ada trismus makanan dapat diberikan lewat
pipa lambung maupun gastrostomi (12! 1+! 13! 1#).
enderita yang sembuh dari tetanus tidak memiliki imunitas terhadap
infeksi tetanus ulangan karena jumlah tetanospasmin yang dibutuhkan untuk
menyebabkan tetanus tidak &ukup untuk menstimulasi sistem imunitas
tubuh. asien yang sembuh dari tetanus harus memulai atau melengkapi
imunisasi aktif dengan tetanus toksoid selama proses penyembuhan (*).
2.1,. K#"likasi
omplikasi tetanus dapat berupa komplikasi primer atau efek langsung dari
toksin seperti aspirasi! spasme laring! hipertensi! dan henti jantung! atau
komplikasi sekunder akibat imobilisasi yang lama maupun tindakan suportif
seperti ulkus dekubitus! pneumonia akibat 8entilasi jangka panjang! stress
ulcer! dan fraktur serta ruptur tendon akibat spasme otot (*! 11). erbagai
komplikasi akibat tetanus dirangkum dalam tabel 5.
Sistem organ omplikasi
Aalan napas spirasi! spasme laring! obstruksi terkait penggunaan sedatif.
>espirasi pneu! hipoksia! gagal napas tipe $ dan $$! >S! komplikasiakibat 8entilasi mekanis jangka panjang (misalnya pneumonia)!komplikasi trakeostomi.
ardio8askular Takikardia! hipertensi! iskemia! hipotensi! bradikardia! aritmia!asistol! gagal jantung.
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
23/30
>enal Gagal ginjal! infeksi dan stasis urin.
Gastrointestinal Stasis! ileus! perdarahan.
Mus&uloskeletal>abdomiolisis! myositis ossificans circumscripta! fraktur akibatspasme.
6ain J lain enurunan berat badan! tromboembolisme! sepsis! sindromdisfungsi multiorgan.
Sumber : ng! *22,
2.11. Pr#gn#sis
/aktor yang mempengaruhi mortalitas pasien tetanus adalah masa
inkubasi! periode awal pengobatan! status imunisasi! lokasi fokus infeksi!
penyakit lain yang menyertai! serta penyulit yang timbul. erbagai sistem
skoring yang digunakan untuk menilai berat penyakit juga bertindak sebagai
penentu prognostik. Sistem skoring yang dapat digunakan antara lain skor
hillips! akar! Fdwadia! dan blett. Tingkat mortalitas men&apai lebih dari
324 di negara-negara berkembang dengan gagal napas menjadi penyebab
utama mortalitas dan morbiditas. Mortalitas lebih tinggi pada kelompok usia
neonatus dan ; 52 tahun(11).
2.12. Penegaan
Tindakan pen&egahan merupakan usaha yang sangat penting dalam
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat tetanus. da dua &ara men&egah
tetanus! yaitu perawatan luka yang adekuat dan imunisasi aktif dan pasif (13).
$munisasi aktif dilakukan dengan memberikan tetanus toksoid yang
bertujuan merangsang tubuh untuk membentuk antitoksin. $munisasi aktif dapat
dimulai sejak anak berusia * bulan dengan pemberian imunisasi T atau T.
Fntuk orang dewasa digunakan tetanus toksoid (TT). Aadwal imunisasi dasar
untuk profilaksis tetanus ber8ariasi menurut usia pasien.
Tabel ' . Aadwal imunisasi aktif terhadap tetanus
ayi dan anak normal. (munisasi )& pada usia *+,++ dan
/-0 bulan.
)osis ke-/ diberikan pada usia ,-
tahun.
$epuluh tahun setelahnya 1usia ,-
tahun2 diberikan injeksi && dan diulang
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
24/30
setiap 3 tahun sekali.
ayi dan anak normal sampai
usia ' tahun yang tidak
diimunisasi pada masa bayi awal.
)& diberikan pada kunjungan
pertama+ kemudian * dan , bulan
setelah injeksi pertama.
)osis ke-, diberikan -* bulan
setelah injeksi pertama.
)osis ke-/ diberikan pada usia ,-
tahun.
$epuluh tahun setelahnya 1usia ,-
tahun2 diberikan injeksi && dan diulang
setiap 3 tahun sekali.
Fsia H ' tahun yang belum
pernah diimunisasi.
(munisasi dasar terdiri dari 4 injeksi
&& yang diberikan pada kunjungan
pertama+ ,-0 minggu setelah injeksipertama+ dan -* bulan setelah injeksi
kedua.
(njeksi && diulang setiap 3 tahun
sekali.
$bu hamil yang belum pernah
diimunisasi.
Wanita hamil yang belum pernah
diimunisasi harus menerima * dosis
injeksi && dengan jarak * bulan 1lebih
baik pada * trimester terakhir2.
$etelah bersalin+ diberikan dosis ke-4
yaitu bulan setelah injeksi ke-* untukmelengkapi imunisasi.
(njeksi && diulang setiap 3 tahun
sekali.
5pabila ditemukan neonatus lahir dari
ibu yang tidak pernah diimunisasi
tanpa perawatan obstetrik yang
adekuat+ neonatus tersebut diberikan
*/3 (6 human tetanus immunoglobulin.
(munitas aktif dan pasif untuk ibu juga
harus diberikan.Sumber : Edli&h! *22,
$munisasi aktif dan pasif juga diberikan sebagai profilaksis tetanus pada
keadaan trauma. >ekomendasi untuk profilaksis tetanus adalah berdasarkan
kondisi luka khususnya kerentanan terhadap tetanus dan riwayat imunisasi
pasien. Tanpa memperhatikan status imunitas aktif pasien! pada semua luka
harus dilakukan tindakan bedah segera dengan menggunakan teknik aseptik
yang hati-hati untuk membuang semua jaringan mati dan benda asing. ada
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
25/30
luka yang rentan terhadap tetanus harus dipertimbangkan untuk membiarkan
luka terbuka. Tindakan yang demikian penting sebagai profilaksis terhadap
tetanus (*2).
Tabel ". lasifikasi menurut 5merican Collage of $urgeon Committee on
&rauma 177/2
Ta"ilan klinis L)ka rentan tetan)s L)ka ti!ak rentan
tetan)s
Fsia luka ; 5 jam 5 jam
onfigurasi entukstellate! a8ulsi entuk linier! abrasi
edalaman ; 1 &m K 1 &m
Mekanisme &idera Misil! crush injury!
luka bakar!frostbite
enda tajam (pisau!
ka&a)
Tanda-tanda infeksi da Tidak ada
Aaringan mati da Tidak ada
ontaminan (tanah!
feses! rumput! sali8a!
dan lain-lain)
da Tidak ada
Aaringan
dener8asi7iskemik
da Tidak ada
Sumber :5merican Collage of $urgeon Committee on &rauma 177/2
Satu-satunya kontraindikasi terhadap tetanus toksoid untuk pasien
trauma adalah reaksi neurologis atau hipersensiti8itas terhadap dosis
sebelumnya. Efek samping lokal tidak menjadi alasan untuk tidak
memberikan tetanus toksoid. erikut adalah panduan pemberian profilaksis
tetanus pada pasien trauma. $ndi8idual dengan faktor risiko status imunisasi
tetanus yang inadekuat (imigran! kemiskinan! orang tua tanpa riwayat
injeksi booster yang jelas) harus diterapi sebagai yang riwayatnya tidak
diketahui (*2).
Tabel #. anduan pemberian profilaksis tetanus pada pasien trauma
>iwayat imunisasi
tetanus sebelumnya
(osis)
6uka rentan tetanus 6uka tidak rentan tetanus
TT 9T$G TT 9T$G
Tidak diketahui atau La La La Tidak
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
26/30
,
H , dosis Tidak
(ke&uali H 3
tahun sejakdosis
terakhir)
Tidak
Tidak
(ke&uali H 12
tahun sejakdosis
terkahir)
Tidak
Sumber :5merican Collage of $urgeon Committee on &rauma 177/2
Fntuk anak K ' tahun dapat digunakan T sebagai pengganti TT. osis
profilaksis 9T$G yang direkomendasikan adalah *32 $F diberikan intramuskular.
pabila diberikan imunisasi tetanus (TT atau T) dan 9T$G se&ara bersamaan!
gunakan alat injeksi yang berbeda dan tempat injeksi yang terpisah. pabila tidaktersedia 9T$G dapat digunakan anti tetanus serum (TS) yang berasal dari serum
kuda dengan dosis ,222-5222 $F. TS lebih sering menimbulkan reaksi
hipersensiti8itas dibandingkan T$G karena mengandung protein asing bahkan
pada pasien dengan tes kulit atau konjungti8a negatif sebelum pemberian (insiden
3-,24). TS hanya diberikan apabila tidak tersedia T$G dan kemungkinan tetanus
melebihi reaksi yang potensial terhadap produk ini (3! *2! *1).
Seseorang yang pernah menderita tetanus tidak imun terhadap serangan
ulangan! artinya penderita tersebut memiliki kemungkinan yang sama untuk
menderita tetanus seperti orang lain yang tidak pernah diimunisasi. Tidak
terbentuknya kekebalan pada penderita setelah sembuh dikarenakan toksin yang
masuk ke dalam tubuh tidak mampu merangsang pembentukan antitoksin.
Tetanospasmin merupakan toksin yang sangat poten sehingga dalam konsentrasi
yang sangat ke&il dapat menimbulkan tetanus. Aumlah toksin yang masuk ke
dalam tubuh dan menimbulkan tetanus tidak &ukup untuk merangsang imunitas
aktif penderita (1+).
ada kondisi tertentu dapat dijumpai antitoksin pada serum seseorang
yang tidak memiliki riwayat imunisasi atau peninggian titer antitoksin yang
karakteristik sebagai respon imun sekunder pada beberapa orang yang diberikan
imunisasi tetanus toksoid untuk pertama kali. 9al ini disebut sebagai imunitas
alami. $munitas alami dapat terjadi karena C. tetani telah diisolasi dari feses
manusia. akteri yang berada di dalam lumen usus merangsang terbentuknya
imunitas pada host. $munitas alami dapat menjelaskan mengapa insiden tetanus
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
27/30
tidak tinggi pada beberapa negara dimana pemberian imunisasi tetanus tidak
terlaksana dengan baik (1+).
BAB III
KESI(PULAN
Tetanus yang disebabkan oleh basil Clostridium tetani merupakan penyakit yang telah
dikenal sejauh peradaban manusia! tetapi sampai sekarang belum berhasil dieradikasi
karena sifat alami spora bakteri tersebut yang hidup dalam tanah dan feses hewan.
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
28/30
Tetanus dapat di&egah melalui pemberian imunisasi aktif tetanus toksoid! higiene
persalinan yang baik! dan manajemen perawatan luka yang adekuat.
emberian imunitas pasif tetanus dengan antitetanus serum (TS) sudah tidak
dianjurkan karena risiko reaksi alergi tinggi! tetapi kebanyakan dokter umum di
$ndonesia pasti akan berhadapan dengan penggunaan TS. 9al yang perlu diingat
adalah melakukan tes sensiti8itas sebelum pemberian TS. esensitisasi dengan metode
edreska dapat digunakan untuk pasien yang sangat membutuhkan antitoksin (TS)
tetapi hasil tes sensiti8itas positif.
Skor hillips masih merupakan pilihan dalam menentukan derajat keparahan penyakit
tetanus pada saat pasien masuk dan juga dapat digunakan untuk menilai kemajuan
perjalanan penyakit selama perawatan karena menilai banyak parameter dan penilaian
unsur-unsurnya bersifat objektif.
DA+TA PUSTAKA
1. Tolan Ar >
-
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
29/30
*. le&k T. ?lostridium tetani (tetan)s). $n: Mandell G6! ennett AE! olin >! eds.Man-
dell+ )ouglas+ and 8ennett9s principles and practice of infectious diseases. hiladelphia:
?hur&hill 6i8ingstone! *222: *3,'-+,.
,. Thwaites ?6! /arrar AA. re8enting and treating tetan)s. The &hallenge &ontinues in the
fa&e of negle&t and la&k of resear&h.8M: *22,B,*5: 11'-".
+. iskesdas *22'
". Sumarmo SS! Garna 9! 9adinegoro S>! Satari 9$. uku jar $nfeksi dan penyakit
Tropis : Tetanus. Edisi *. $$. *22"#. ??. Tetanus.
12. E. Tetanus in TePtbook of ediatri& $nfe&tions iseases! 3th ed.!
0ol.*. Sauders. *22+B1'55-'5.
1*. olin >! ed. rin&iples and pra&ti&e of infe&tious disease. +th ed %ew Lork: ?hur&hill
6i8ingstone! 1##3:*1',.1,. and A! ennet A0. Tetanus. $n:9oepri&h ! ed. $nfe&tious disease. hiladelphia:
9arper and >ow! 1#",:112'.
1+. 9otez ! . karnad (1##3-12)RShort report: The spatula test: simple
edside Test to iagnose Tetanus
(http:www.ajtmh.org7&gi7&ontent7abstra&t73,7+7,"5).m A Trop.Med.9yg.pp ,"5-'.
15. le&k T! rauner AS. Tetanus. $n: S&held a8en
ublishersB1##':5*#-3,.
1'. Miranda-/ilho ! imenes >! arone ! 0az 60! et al. >andomised &ontrolled trial
of tetanus treatment with antitetanus immunoglobulin by the intrathe&al or
intramus&ular route MA *22+B,*":513.
1". Tetanus neonatorum. epartemen esehatan >$ Subdirektoraat Sur8eilans
Epidemiologi iunduh dari http:77www.sur8eilans.org7general.phptpl@enid@1*
tanggal 1* Auli *21+
http://www.who.int/vaccines/globalsummary/immunization/timeseries/tsincidencente.htmhttp://www.who.int/vaccines/globalsummary/immunization/timeseries/tsincidencente.htmhttp://www.who.int/vaccines/globalsummary/immunization/timeseries/tsincidencente.htmhttp://www.who.int/vaccines/globalsummary/immunization/timeseries/tsincidencente.htm -
7/23/2019 Tugas Referat Tetanus
30/30
1#. /air E! Murphy T0! Golaz ! isk for Tetanus mong ?hildren Lounger Than 13 Lears. ediatri&s 12#
(1)*22*!pp.e*.
20.enatalaksanaan tetanus pada anak! epartemen kesehatan! *22".