ppt referat tetanus
DESCRIPTION
ttTRANSCRIPT
TETANUSOleh :
Angie Beatrice 03011032Astrid Fiyoni 03011047Dimas Arya Pradana 03011078Eufrasia Victa 03011090Hana Kashira 03011120Putri Maharani 03011235Venty Rachma Y. 03011295Vicky Oktaviani 03011297
KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF RUMAH SAKIT TNI AL DR. MINTOHARDJO
PERIODE 7 MARET – 9 APRIL 2016FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
PendahuluanTetanus merupakan penyakit toksemik akut dan fatal yang menjadi salah satu penyebab tingginya mortalitas di dunia.
Penyakit ini terutama ditemukan pada negara-negara kurang dan sedang berkembang dengan iklim hangat dan lembab yang padat penduduk dan jarang terjadi di negara-negara maju.
Di negara berkembang tetanus banyak ditemukan pada populasi neonatus dan merupakan salah satu penyebab mortalitas tinggi pada bayi.
Lingkungan tanah indonesia kaya akan Clostridium tetani sehingga angka kematian akibat tetanus di Indonesia masih cukup tinggi.
Definisi• Gangguan neurotransmisi akut•Mematikan• Eksotoksin Clostridium tetani• Karakteristik : • Rigiditas menyeluruh• Konvulsi spasme periodik otot skeletal
Etiologi
Epidemiologi• Th. 2002 : 213.000 - 293.000 kematian akibat tetanus di seluruh dunia
setiap tahunnya, termasuk kematian 180.000 bayi akibat tetanus neonatorum.
• Pada penelitian di Kota Benin, Nigeria, ditemukan bahwa tetanus lebih sering terjadi pada kelompok usia muda akibat lebih rentan terkena luka. Meskipun demikian, pada negara berkembang dengan program vaksinasi tetanus yang efektif, kelompok usia ≥60 tahun yang lebih sering terkena
Klasifikasi tetanus
Tetanus lokal• Jarang, gejala lebih ringan• Spasme dan rigiditas pada
area dekat luka• Beberapa kasus dapat
berkembang jadi tetanus generalisata
Tetanus Cephalic• Disebabkan OMK, luka
pada wajah, kepala, leher• Gangguan pada nervus
kranialis ne. VII• Dapat berkembang jadi
tetanus generalisata
Tetanus generalisata• Paling sering• Penyebaran toxin secara
hematogen• Menyerang kepala leher
spasme dan rigiditas penyebaran desenden
Tetanus neonatorum• 50% kasus kematian pd
penderita tetanus• Penyebab hygiene saat
persalinan, vaksinasi saat hamil
• Gangguan pertumbuhan bayi, rigiditas, spasme muncul ±7hr
Klasifikasi berdasarkan beratnya gejala (Ablett)I (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, spastisitas generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
II (sedang)Trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang dengan frekuensi pernafasan lebih dari 30 x/ menit, disfagia ringan.
III (berat)Trismus berat, spastisitas generalisata, spasme dan kejang spontan berkepajangan, yang berlangsung lama. Gangguan pernapasan dengan takipnea > 40 x/menit, kadang apnea, disfagia berat dan takikardia > 120x/menit. Terdapat peningkatan aktivitas saraf otonom yang moderat dan menetap.
IV (sangat berat)Gambaran tingkat III disertai gangguan saraf otonom berat dimana dijumpai hipertensi berat dengan takikardi berselang dengan hipotensi relatif dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.
Patofisologi
Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang
dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya
benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal
dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari
tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan
luka pada pembedahan dan pemotonga tali pusat yang tidak steril.
Toksin tetanus dibawa hingga ke saraf terminal dari lower motor
neuron, sel saraf yang mengaktivasi otot secara sadar. Toksin tetanus
adalah sebuah zinc-dependent metalloproteinase yang bekerja pada
sebuah protein (synaptobrevin/vesicle-associated membrane protein –
VAMP) yang diperlukan untuk pelepasan neurotransmitter dari nerve
endings melalui penggabungan vesikel sinap dengan membrane plasma
neuronal.
Gejala awal dari infeksi tetanus lokal dapat berupa paralisis ringan,
yang disebabkan oleh gangguan pelepasan vesikuler asetikolin pada
neuromuscular junction. Toksin tetanus ditransportasi secara retrograde
dan luas pada akson lower motor neuron dan mencapai medulla spinalis
atau batang otak. Disini, toksin tetanus ditransportasikan menyebrangi
sinap dan ditangkap oleh nerve ending dari saraf glycinergic dan/atau
GABAergic inhibitor yang mengatur aktivitas lower motor neuron.
Setelah berada didalam saraf terminal inhibitor, toksin tetanus
membelah VAMP dan menghambat pelepasan GABA dan glycine. Hasilnya
hiperaktivitas LMN dan peningkatan aktivitas otot berupa kekakuan otot
dan spasme/kejang.
Gejala klinis• Masa inkubasi : 3-21 hari (±8 hari)• Karakteristik gejala :• Diawali dgn ketegangan otot rahang leher• Trismus, lockjaw• Kejang bertambah berat 3 hari pertama, menetap 5-7 hari, berkurang
setelah 10 hari, menghilang setelah 2 minggu• Kejang otot berlanjut kaku kuduk• Risus sardonicus, ophistotonus• Nyeri pada otot yang mengalami spasme• Demam 38°C atau lebih, berkeringat
Anamnesis
Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan/patah tulang terbuka, luka dengan nanah atau gigitan binatang
Apakah pernah menderita gigi berlubang
Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT atau TT, kapan imunisasi yang terakhir
Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme lokal) dengan spasme yang pertama (period of onset)
Apakah pernah keluar nanah dari telinga ?
• Trismus• Risus sardonikus• Opistotonus• Dinding perut seperti papan• Spasme intermiten
Pemeriksaan Fisik
• Gangguan pernapasan, Suhu badan yang tinggi, Retentio alvi, Retentio urinae, Spasme laring • Uji spatula
Pemeriksaan Penunjang
• Biakan kuman C. tetani• Darah rutin Leukositosis• Pemeriksaan cairan serebrospinal • Antitoksin serum • Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) meningkat• EMG• EKG
PENYAKIT GAMBARAN DIFFERENTIALINFEKSI
Meningoencephalitis
Polio
Rabies
Lesi oropharyngeal
Peritonitis
Demam, trismus tidak ada, sensorium depresi, abnormal CSF
Trismus tidak ada, paralisa tipe flaccid, abnormal CSF
Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya oropharingeal spasme
Hanya local, regiditas seluruh tubuh atau spasme tidak ada
Trismus atau spasme seluruh tubuh tidak ada
KELAINAN METABOLIK
Tetani
Keracunan strychnine
Relaksasi phenothiazine
Hanya carpopedal dan laryngeal spasme, hypocalcemia
Relaksasi komplet diantara spasme
Dystonia, respons dengan diphenydramine
PENYAKIT CNS
Stastus epilepticus
Hemorrhage atau tumor
Sensorium depressi
Trismus tidak ada, sensorium depressi
KELAINAN PSIKIATRI
Hysteria
Trismus inkonstan, relaksasi komplet diantara spasme
KELAINAN MUSCULOSKLETAL
Trauma
Hanya local
DIAGNOSIS BANDING
Perawatan Luka
Imunoterapi
Antibiotik
Kontrol Spasme Otot
Tatalaksana Tetanus
Vaksin Luka Minor Luka Lainnya*Riwayat Vaksinasi (+)
TT/Tdap / Td
TIG TT/Tdap / Td
TIG
- Riwayat vaksinasi tidak diketahui
- Dosis vaksinasi < 3x
Yes No Yes Yes
Dosis vaksinasi ≥ 3x No§ No No© No
* : Luka dengan kotoran, feces, tanah dan saliva, luka tusuk, avulsi, luka tembak, hancur, bakar, frostbite : Tdap lebih di sarankan dibandingkan dengan Td pada dewasa yang tidak pernah mendapat vaksinasi. Single Antigen Tetanus Toxoid (TT) sudah tidak tersedia di U.S§ : Diberikan, jika vaksinasi terakhir lebih dari 10 tahun© : Diberikam, jika vaksinasi terakhir lebih dari 5 tahunPerlu diwaspadai bila terdapata alergi, penyakit akut sedang atau beratTIG : 500 IU I.M, TT/Tdap/Td 0.05 IU I.M
Vaksin tetanus
Anak <7 tahun
DTaP
• Diptheria and Tetanus toxoids and acellular Pertussis vaccine
• Diptheria and Tetanus toxoids and acellular Pertussis vaccine
DT• Diptheria and Tetanus
toxoids vaccine
Anak > 7 tahun dan dewasa
Tdap
• Diptheria and Tetanus toxoids and acellular Pertussis vaccine
• Diptheria and Tetanus toxoids and acellular Pertussis vaccine
Td• Diptheria and Tetanus
toxoids vaccine
Timing Dosis Umur IntervalI (DTaP) 2 bulan --II (DTaP/DT) 4 bulan 4 mingguIII (DTaP/DT) 6 bulan 4 mingguIV (DTaP/DT) 15-18 bulan 6 bulan
Dosis Umur IntervalI (Tdap /Boostrix®)
>7 tahun&
dewasa
--
II (Td/Tdap/TT) 4 mingguIII (Td/ Tdap /TT) 4 mingguIV (Td/ Tdap /TT) 6 bulan Booster 10 tahun
Dosis awal tetanus toxoid tidak menginduksi imunitas hanya mematangkan (priming immunityPemberian TIG memberikan imunitas sementara (efek antitioksin) untuk memastikan adanya proteksi walaupun
respon imun belum terbentuk
Antibiotik
Metronidazol • 500 mg tiap 6 jam I.V atau Peroral
Penisilin G • 100.000-200.000 IU/kg/hari dibagi dalam 2-4 dosis
DiazepamLorazepam
• 5 mg I.V• 2 mg I.V• dititrasi untuk mengontrol spasme otot tanpa sedasi dan
hipoventilasi berlebih
Magnesium Sulfat (MgSO4)
• Dapat diberikan loading dose 75mg/kg I.V, dan dosis maintenance 2-3 gram per jam sampai spasme otot terkontrol.
Kontrol Spasme Otot
• Fraktur
• Akibat imobilisasi DVT, Pulmonary Thromboembolism,
kontraktur, ulkus dekubitus
• Pneumonia aspirasi
• Neurological sequelae
• Gangguan SSO
• Laserasi lidah
Komplikasi
• Bervariasi : • inkubasi• kecepatan generalisasi gejala • keparahan gejala klinis • akses terhadap regimen terapi yang sesuai
• Mortalitas 50% kasus• Infeksi + komplikasi respirasi, metabolik & KV
• Tetanus merupakan penyakit toksemik akut dan fatal • Diagnosis tetanus sepenuhnya didasarkan pada temuan klinis, yaitu anamnesis dan
pemeriksaan fisik, karena pemeriksaan laboratorium tidak spesifik. • Prinsip tatalaksana pada tetanus meliputi perawatan luka, imunoterapi atau vaksinasi,
pemberian antibiotik, dan mengontrol spasme otot. • Prognosis tetanus sendiri bervariasi tergantung dari durasi inkubasi, kecepatan
generalisasi gejala dan keparahan gejala klinis serta akses terhadap regimen terapi yang sesuai.
Kesimpulan
TERIMA KASIH