trump model management.pdf
TRANSCRIPT
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.28833/PP/M.VII/13/2011
Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26
Tahun Pajak : 2005
Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah koreksi Dasar
Pengenaan Pajak Pajak Penghasilan Pasal 26 Masa Pajak Januari sampai
dengan Desember 2005 adalah Rp 2.776.292.501,00 dengan perincian sbb :
1. Biaya Trump Model Management Rp 822.560.230,00
2. Biaya Incenplus Marketing Sdn Bhd Rp 20.724.810,00
3. Service and Management Fee Rp 1.159.751.195,00
4. Marketing Research Rp 773.256.266,00
Biaya Trump Model Management sebesar Rp 822.560.230,00
Menurut Terbanding: bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pembayaran kepada Trump Model
Management berupa fee yang diterima Miss xxx vsebagai bintang iklan
produk “You C 1000” sebesar Rp 822.560.230,00, bahwa Terbanding menilai
fee yang diterima Miss xxx sebagai bintang iklan produk “You C 1000”
adalah kegiatan keartisan dan sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat pada Pasal 17
butir (1) dan butir (2), harus dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan
tarif 20%.
Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena
Pembayaran kepada Trump Model Management karena merupakan
pembayaran atas jasa promosi yang dilakukan oleh Trump Model
Management untuk memasarkan produk “You C 1000” sehingga bukan
merupakan obyek pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26, bahwa Trump
Model Management LLC merupakan Wajib Pajak yang terdaftar di USA,
berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik
Indonesia dengan Amerika Serikat, Jasa Promosi/Pemasaran akan dikenakan
pajak di Indonesia apabila Trump Model Management LLC mempunyai BUT
di Indonesia.
Pendapat Majelis : bahwa setelah Majelis mempelajari keterangan Terbanding dan Pemohon
Banding tersebut di atas serta berdasarkan hasil pemeriksaan dalam
persidangan dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap Agreement yang disampaikan
Pemohon Banding dalam persidangan diketahui bahwa pada tanggal 12
September 2005, Pemohon Bandingdan Trump Model Management telah
sepakat untuk melakukan kerjasama dalam mempromosikan produk dari PT
Djojonegoro C 1000 yaitu “You C 1000” dengan menggunakan model Miss
xxx (Miss Universe 2005).
bahwa atas pembuatan iklan yang dibintanginya tersebut, Miss xxx akan
menerima fee sebesar USD 100.000,00 dari total pembayaran kepada Trump
Model Management sebesar USD120.000,00.
bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Terbanding Nomor : LAP-
73/WPJ.06/KP.1605/2007 tanggal 26 Maret 2007 diketahui bahwa
Terbanding melakukan koreksi terhadap total pembayaran kepada Trump
Model Management sebesar USD120.000,00 (Rp1.207.680.000,00) tersebut,
yang terdiri dari :
- Pembayaran Royalti Rp 222.666.440,00
- Pembayaran Royalti Rp 162.453.330,00
- Fee Ms Natalia Glebova Rp 822.560.230,00
bahwa koreksi atas pembayaran royalti sebesar Rp222.666.440,00 dan
Rp162.453.330,00 telah disetujui oleh Pemohon Banding dan tidak diajukan
banding ke Pengadilan Pajak.
bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pembayaran kepada Trump Model
Management berupa fee yang diterima Miss xxx sebagai bintang iklan produk
“You C 1000” sebesar Rp 822.560.230,00, karena menurut Terbanding fee
yang diterima Miss Xxxtersebut adalah kegiatan keartisan dan sesuai dengan
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan
Amerika Serikat pada Pasal 17 butir (1) dan butir (2), harus dikenakan Pajak
Penghasilan Pasal 26 dengan tarif 20%.
bahwa Article 17 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik
Indonesia dengan Amerika Serikat, menyatakan :
1. Notwithstanding Articles 15 (Independent Personal Services) and 16
(Dependent Personal Services), income derived by public entertainers,
such as theatre, motion picture, radio or television artistes, and musicians,
and by athletes, from their personal activities as such may be taxed in the
Contracting State in which those activities are exercised if the gross
amount of such remuneration, including expenses reimbursed to him or
borne on his behalf, exceeds in the aggregate 2,000 United States dollars
or its equivalent in Indonesian rupiahs in any consecutive 12-month
period.
2. Where income in respect of personal activities exercised by an entertainer
or an athlete in his capacity as such accrues not to the entertainer or
athlete himself but is diverted to another person, that income may,
notwithstanding the provisions of Articles 8 (Business Profits) and 15
(Independent Personal Services), be taxed in the Contracting State in
which the activities of the entertainer or athlete are exercised.
bahwa perjanjian pembuatan iklan antara Pemohon Banding dengan Trump
Model Management (USA) untuk pembuatan iklan yang dibintangi oleh Miss
xxx dengan kapasitasnya sebagai Miss Universe 2005 tersebut dilakukan di
Jakarta, Indonesia.
bahwa Perjanjian antara Pemohon Banding dengan Trump Model
Management antara lain adalah sebagai berikut :
AGREEMENT
A. Mr. x, as the President Director of Pemohon Banding, a company duly
established and existing under the laws of the Republic Indonesia, having
its domicile in Jakarta, 10270, Indonesia (hereinafter reffered to as the
“First Party”), and
B. Mrs. S, as the Vice President of Trump Model Management, a company
duly incorporated under the laws of New York, having its domicile in 91
Fifth Avenue, 3rd
Floor, New York, NY 10003 (hereinafter reffered to as
the “Second Party”)
(The First Party and the Second Party together hereinafter shall be reffered
to as the “Parties”).
RECITALS
A. WHEREAS the First Party has been engaged by PT Djojonegoro C 1000
(the “Client”), to produce a new commercial advertising material for the
Client’s product “You C 1000” (the “Product”), therefore First Party in
this matter is acting on behalf of the Client.
B. WHEREAS, the Second Party is the agent of Miss Universe L.P., LLLP
(“MU”), the employer of Miss Natalia Glebova, in her capacity asa Miss
Universe 2005 (the “Miss Universe 2005”).
C. WHEREAS, the First Party wishes to engege Miss Universe 2005 in the
production of the advertising material of the Product and the Second Party
accepts the engagement pursuant to the (e-mail/letter) dated September
12th
2005.
Article 1 DEFINITION
“ADVERTISING MATERIAL” shall mean the finished advertising
material for media usage such as television, print ad, magazine anda
newspaper, posters, press, cinema and point of sale, as described in
Schedule 1 of the Agreement.
Article 2 THE ENGAGEMENT
1.1. The First Party engages the Second Party and the Second Party
accept the engagement to arrange Miss Universe 2005 to deliver the
Work for the Advertising Material. The Work shall take place in
Malaysia or Singapore or any other location as determined and
agreed in writing by the Parties hereto.
bahwa berdasarkan kesepakatan tersebut diatas yang merupakan bagian dari
Perjanjian antara Pemohon Banding dengan Trump Model Management,
Majelis berpendapat bahwa :
- Trump Model Management adalah agen dari Miss Universe L.P., LLLP,
yaitu lembaga yang menaungi kegiatan-kegiatan Miss Universe,
- Pemohon Banding berniat untuk melibatkan Miss Universe 2005 yaitu
Miss xxx dalam kegiatan promosi produknya, dan disepakati oleh Trump
Model Management,
- Miss xxx merupakan pihak yang menerima penghasilan dari kegiatan
promosi produk Pemohon Banding.
bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap Agreement antara Pemohon
Banding dengan Trump Model Management yang disampaikan Pemohon
Banding dalam persidangan diketahui pembayaran kepada Trump Model
Management sebesar Rp 822.560.230,00 merupakan pembayaran fee kepada
Miss xxx sebagai bintang iklan produk “You C 1000”.
bahwa Majelis berpendapat fee yang diterima oleh Miss xxx sebesar Rp
822.560.230,00 tersebut merupakan pendapatan sehubungan dengan
kegiatannya sebagai seorang artis (Miss Universe 2005), sehingga sesuai
dengan Pasal 17 Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Republik
Indonesia dengan Amerika Serikat, harus dikenakan Pajak Penghasilan Pasal
26 dengan tarif 20%.
bahwa berdasarkan hasil penilaian pembuktian, peraturan perundang-
undangan perpajakan yang bersangkutan, serta keyakinan Majelis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis berkesimpulan Koreksi Terbanding
atas Pembayaran kepada Trump Model Management berupa fee yang diterima
Miss xxx sebagai bintang iklan produk “You C 1000” sebesar
Rp822.560.230,00 tetap dipertahankan.
Biaya Incenplus Marketing Sdn Bhd sebesar Rp20.724.810,00
Menurut Terbanding: bahwa walaupun Imbalan Jasa Konsultan yang diterima oleh Incenplus
Marketing Sdn Bhd dilakukan di Malaysia akan tetapi Surat Keterangan
Domisilinya sudah tidak berlaku lagi, dengan kondisi seperti itu maka
Terbanding berpendapat bahwa imbalan jasa tersebut tetap dikenakan Pajak
Penghasilan Pasal 26, hal ini ditegaskan dalam angka (2) Surat Edaran Dirjen
Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996.
Menurut Pemohon : bahwa atas penghasilan atau imbalan jasa yang diterima Wajib Pajak Luar
negeri (Malaysia) dari Indonesia seharusnya tidak dikenakan Pajak
Penghasilan Pasal 26 karena :
- Telah ada Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik
Indonesia dengan Kerajaan Malaysia,
- Telah adaSurat Keterangan Domisili,
- Jasa Konsultasi dilakukan di luar negeri, dalam hal ini Malaysia.
Menurut Majelis : bahwa setelah Majelis mempelajari keterangan Terbanding dan Pemohon
Banding tersebut di atas serta berdasarkan hasil pemeriksaan dalam
persidangan dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pembayaran kepada Incenplus
Marketing Sdn Bhd berupa Imbalan Jasa Konsultasi Iklan Honda sebesar
Rp20.724.810,00, dan dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarif
20% karena Surat Keterangan Domisili yang diberikan sudah tidak berlaku
lagi.
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena
menurut Pemohon Banding Surat Keterangan Domisili tersebut masih
berlaku, sehingga Pembayaran Jasa kepada Incenplus Marketing Sdn Bhd
sebesar Rp20.724.810,00 tidak terutang Pajak Penghasilan Pasal 26.
bahwa angka 2 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996
tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) menyatakan : “untuk memberikan kemudahan bagi semua
pihak, penerapan Pajak Penghasilan Pasal 26 sesuai dengan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dilaksanakan sebagai berikut : Wajib
Pajak luar negeri wajib menyerahkan asli Surat Keterangan Domisili kepada
pihak yang berkedudukan di Indonesia yang membayar penghasilan dan
menyampaikan fotokopi Surat Keterangan Domisili tersebut kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat pihak yang membayar penghasilan
terdaftar”.
bahwa berdasarkan penelitian Majelis diketahui bahwa Pemohon Banding
telah melampirkan Surat Keterangan Domisili dari Incenplus Marketing Sdn
Bhd sebagai sebagai bukti bahwa pihak rekanan adalah Wajib Pajak yang
telah melakukan kewajiban perpajakannya dinegaranya.
bahwa angka 3 huruf c Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996
tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) menyatakan : “Surat Keterangan Domisili berlaku selama 1
(satu) tahun sejak tanggal diterbitkan, kecuali untuk Wajib Pajak bank. Bagi
Wajib Pajak bank, Surat Keterangan Domisili tersebut berlaku selama bank
tersebut tetap mempunyai alamat yang sama dengan alamat yang tercantum
dalam Surat Keterangan Domisili”.
bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap bukti Surat Keterangan
Domisili Incebplus Marketing Sdn Bhd Nomor : C6897750-06 diketahui
bahwa Surat Keterangan Domisili tersebut dikeluarkan oleh Lembaga Hasil
Dalam Negeri Malysia pada tanggal 19 Juli 2004, sehingga sesuai angka 3
huruf c Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29
Maret 1996 diatas, maka Surat Keterangan Domisili tersebut berlaku sampai
dengan tanggal 19 Juli 2005 (satu tahun sejak tanggal diterbitkan).
bahwa berdasarkan uraian diatas, Majelis sependapat dengan Terbanding
bahwa Surat Keterangan Domisilinya sudah tidak berlaku lagi di Tahun 2005.
bahwa Pasal 21 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia
Dan Pemerintah Malaysia mengenai Penghindaran Pajak Berganda Dan
Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berkenaan Dengan Pajak Atas
Penghasilan (P3B Indonesia-Malaysia) menyatakan :
PENGHASILAN YANG TIDAK DIATUR SECARA TEGAS
“Jenis-jenis penghasilan dari seorang penduduk salah satu Negara pihak
pada Persetujuan, yang tidak diatur dalam Pasal-pasal terdahulu pada
Persetujuan ini hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut kecuali jika
penghasilan tersebut diperoleh dari sumber-sumber di Negara pihak pada
Persetujuan lainnya, maka penghasilan tersebut boleh dikenakan pajak di
Negara lainnya tersebut”.
bahwa berdasarkan hasil penilaian pembuktian tersebut pada uraian diatas,
peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta
keyakinan Majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis berkesimpulan
Pembayaran kepada Incenplus Marketing Sdn Bhd berupa Imbalan Jasa
Konsultasi Iklan Honda sebesar Rp20.724.810,00 tetap dipertahankan.
Service and Management Fee sebesar Rp 1.159.751.195,00
Menurut Terbanding: bahwa Terbanding melakukan Koreksi atas Pembayaran Service and
Management Fee kepada Pusat sebesar Rp1.159.751.195,00 yang semula
adalah imbalan jasa direklasifikasikan sebagai dividen terselubung, sesuai
dengan koreksi di Pajak Penghasilan Badan.
Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena
sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik
Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Biaya Service and Management Fee
yang dibayarkan kepada Pusat sebesar Rp1.159.751.195,00 tersebut tidak
terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26, Pemohon Banding telah melampirkan
Surat Keterangan Domisili dari Pusat sebagai sebagai bukti bahwa pihak
rekanan adalah Wajib Pajak yang telah melakukan kewajiban perpajakannya
dinegaranya.
Menurut Majelis : bahwa setelah Majelis mempelajari keterangan Terbanding dan Pemohon
Banding tersebut di atas serta berdasarkan hasil pemeriksaan dalam
persidangan dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
bahwa Terbanding melakukan Koreksi Obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 atas
Pembayaran Service and Management Fee kepada Pusatsebesar
Rp1.159.751.195,00 yang semula adalah imbalan jasa direklasifikasikan
sebagai dividen terselubung, sesuai dengan koreksi di Pajak Penghasilan
Badan.
bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Terbanding Nomor : LAP-
73/WPJ.06/KP.1605/2007 tanggal 26 Maret 2007 diketahui bahwa di Pajak
Penghasilan Badan, Terbanding melakukan Koreksi atas Pembayaran Biaya
Service & Agreement Fee kepada Chuo Senko Adv. Co.Ltd, Jepang sebesar
Rp1.159.751.195,00 karena secara substansi kepemilikan Pemohon Banding
sebenarnya ada ditangan Pusat sehingga Pembayaran Biaya Service &
Agreement Fee tersebut merupakan bentuk pembayaran dividen terselubung,
yang sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan jo
KEP-141/PJ./2004 tidak boleh dijadikan sebagai Pengurang Penghasilan
Bruto.
bahwa dengan Surat Banding Nomor : 105/CSI/IX/08 tanggal 24 September
2008, Pemohon Banding juga mengajukan banding terhadap Keputusan
Terbanding Nomor : KEP-1002/WPJ.06/BD.06/2008 tanggal 25 Juni 2008
mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak
Penghasilan Badan Tahun Pajak 2005 Nomor : 00019/406/05/077/07 tanggal
27 Maret 2007, dengan alasan Biaya Service & Agreement Fee ke Pusat
sebesar Rp1.159.751.195,00 adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Pusat
dalam rangka membina hubungan baik dengan klien unit terutama dengan
kantor pusat mereka yang berada di Jepang.
bahwa atas banding tersebut, Pengadilan Pajak dengan Putusan Nomor : Put.
28831/PP/M.VII/15/2011 tanggal 27 Januari 2011 telah memutuskan untuk
membatalkan koreksi Terbanding atas Biaya Service & Agreement Fee
sebesar Rp 1.159.751.195,00, karena berdasarkan hasil penilaian pembuktian
dapat diyakini bahwa Pembayaran Service dan Agreement Fee sebesar
Rp1.159.751.195,00 kepada Pusat bukan merupakan pembayaran dividen
tetapi merupakan pembayaran atas biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Pusat
dalam rangka membina hubungan baik dengan klien unit terutama dengan
kantor pusat mereka yang berada di Jepang.
bahwa Pemohon Banding dalam Surat Banding menyatakan tidak setuju
dengan koreksi Terbanding karena sesuai dengan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Biaya
Service and Management Fee yang dibayarkan kepada Pusat sebesar
Rp1.159.751.195,00 tersebut tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26;
bahwa angka 2 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996
tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) menyatakan : “untuk memberikan kemudahan bagi semua
pihak, penerapan Pajak Penghasilan Pasal 26 sesuai dengan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dilaksanakan sebagai berikut : Wajib
Pajak luar negeri wajib menyerahkan asli Surat Keterangan Domisili kepada
pihak yang berkedudukan di Indonesia yang membayar penghasilan dan
menyampaikan fotokopi Surat Keterangan Domisili tersebut kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat pihak yang membayar penghasilan
terdaftar”;
bahwa berdasarkan penelitian Majelis diketahui bahwa Pemohon Banding
telah melampirkan Surat Keterangan Domisili dari Pusat sebagai sebagai bukti
bahwa pihak rekanan adalah Wajib Pajak yang telah melakukan kewajiban
perpajakannya dinegaranya;
bahwa angka 4 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996
tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) menyatakan :
“ Dalam penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang telah
berlaku, perlu diperhatikan pula ketentuan-ketentuan yang menyangkut
beberapa hal sebagai berikut : Jasa yang dilakukan di luar Indonesia oleh
penduduk negara treaty partner:
1). Berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang telah
berlaku, pada umumnya imbalan atas jasa yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak luar negeri merupakan laba usaha sehingga pengenaan
pajaknya hanya dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak luar
negeri tersebut melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di
Indonesia. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa dalam Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda dengan Jerman,Luxembourg, Swiss dan
Pakistan, khususnya yang berhubungan dengan pemberian jasa teknik,
manajemen dan konsultasi yang dilakukan di Indonesia,dikenakan
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 meskipun pemberi jasa tidak
mempunyai BUT di Indonesia. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 26
tersebut adalah dengan Jerman sebesar 7,5%, dengan Luxembourg
sebesar 10%, dengan Swiss sebesar 5%,dan dengan Pakistan sebesar
15%.
2). Penentuan adanya BUT di Indonesia ditentukan berdasarkan jangka
waktu (time test) yang berlaku di masing-masing Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda .
- Dalam hal persyaratan jangka waktu untuk adanya BUT di Indonesia
dipenuhi maka atas imbalan jasa tersebut dikenakan pajak di
Indonesia dan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
- Dalam hal jangka waktu mengenai adanya BUT tidak dipenuhi maka
atas imbalan jasa tersebut tidak dapat dikenakan Pajak di
Indonesia,kecuali yang dibayar atau terutang kepada penduduk
Jerman,Luxembourg, Swiss dan Pakistan. Hak pemajakannya
dilakukan oleh negara treaty partner tempat kedudukan (residence)
dari Wajib Pajak luar negeri tersebut.
3). Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka perlu ditegaskan bahwa
sesuai dengan ketentuan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda, atas jasa yang dilakukan di luar negeri oleh penduduk negara
treaty partner, Indonesia tidak dapat mengenakan Pajak Penghasilan atas
imbalan jasa tersebut”.
bahwa karena dengan Putusan Nomor : Put. 28831/PP/M.VII/15/2011 tanggal
27 Januari 2011 Majelis telah memutuskan bahwa pembayaran sebesar
Rp1.159.751.195,00 tersebut merupakan pembayaran atas imbalan jasa maka
sesuai angka 4 huruf a point 1 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-
03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 diatas, pengenaan pajaknya hanya
dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak Luar Negeri tersebut
melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di Indonesia.
bahwa Pasal 22 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia
Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan
Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas
Pendapatan, menyatakan :
1. Bagian-bagian dan pendapatan dari seorang penduduk suatu Negara,
darimanapun asalnya, yang tidak diatur dalam Pasal-pasal terdahulu dari
persetujuan ini hanya akan dikenakan pajak di Negara itu.
2. Ketentuan-ketentuan ayat (1) tidak akan berlaku terhadap pendapatan
yang berasal dari harta tak gerak seperti dirumuskan dalam Pasal 6 ayat
(2), jika penerimaan pendapatan itu merupakan penduduk dari suatu
Negara, menjalankan perusahaan dengan suatu pendirian tetap di Negara
lain, atau melakukan pekerjaan bebas dengan suatu tempat tertentu di
Negara lain, dan hak atau kekayaan sehubungan dengan mana
pendapatan itu dibayarkan mempunyai hubungan efektif dengan pendirian
tetap atau tempat tertentu itu. Dalam hal demikian, melihat pada
masalahnya berlaku ketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14.
bahwa Pasal 7 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia
Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan
Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas
Pendapatan, menyatakan :
1. Laba perusahaan disuatu Negara hanya akan dikenakan pajak di Negara
itu kecuali perusahaan itu menjalankan usahannya di Negara lainnya,
melalui suatu pendirian tetap yang berkedudukan disitu. Jika perusahaan
menjalankan usahannya seperti yang dikatakan sebelumnya, laba dari
perusahaan itu bisa dikenakan pajak di Negara lain itu, tetapi hanya
mengenai bagian laba yang dianggap berasal dari pendirian tetap
tersebut.
2. Mengikuti ketentuan-ketentuan pada ayat 3, jika suatu perusahaan dari
suatu Negara menjalankan usahannya di Negara lain melalui suatu
pendirian tetap yang berkedudukan disitu, masing-masing Negara akan
memperhitungkan laba pendirian tetap itu sama dengan laba seandainya
pendirian tetap tersebut merupakan suatu perusahaan lain yang terpisah
dan berdiri sendiri, yang melakukan kegiatan-kegiatan yang sama atau
sejenis dalam keadaan yang sama atau serupa, dan yang mengadakan
hubungan sepenuhnya bebas dengan perusahaan yang mempunyai
pendirian tetap tersebut.
3. Dalam menentukan laba suatu pendirian tetap, akan diijinkan
pengurangan-pengurangan seperti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
kepentingan-kepentingan pendirian tetap itu termasuk biaya untuk para
pimpinan dan biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara
tempat pendirian tetap itu berkedudukan maupun tempat lainnya.
4. Selama menjadi kebiasaan di suatu Negara untuk menetapkan laba yang
diperkirakan diperoleh suatu pendirian tetap berdasarkan suatu
pembagian laba dari keseluruhan laba perusahaan terhadap pelbagai
bagiannya, ketentuan-ketentuan dalam ayat 2 tidak akan menutup
kemungkinan bagi perusahaan di Negara itu untuk menetapkan laba yang
dikenakan pajak atas suatu pembagian laba seperti itu yang mungkin
merupakan kebiasaan; bagaimanapun cara penghitungan pembagian
yang dianut, akan menjadikan hasilnya sesuai dengan azas-azas yang
terkandung dalam pasal ini.
5. Tidak ada laba yang diperoleh suatu pendirian tetap hanya karena
pembelian barang-barang atau barang-barang dagangan oleh pendirian
tetap itu bagi perusahaannya.
6. Untuk kepentingan-kepentingan ayat-ayat terdahulu, laba yang diperoleh
suatu pendirian tetap akan ditentukan dengan cara perhitungan yang
sama dari tahun ke tahun kecuali bila ada alasan yang cukup kuat untuk
melakukan penyimpangan.
7. Jika dalam jumlah laba termasuk unsur-unsur pendapatan yang diatur
secara tersendiri oleh Pasal-pasal lain dari Persetujuan ini, maka
ketentuan-ketentuan dalam Pasal-pasal itu tidak akan terpengaruh oleh
ketentuan-ketentuan dalam Pasal ini.
bahwa Pasal 14 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia
Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan
Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas
Pendapatan, menyatakan :
1. Pendapatan yang diterima seorang penduduk suatu Negara sehubungan
dengan pekerjaan bebas atau pekerjaan lain yang bersifat sama, hanya
akan dikenakan pajak di Negara itu, kecuali ia mempunyai tempat tertentu
yang secara teratur dipergunakan untuk melakukan pekerjaannya di
Negara lain atau ia berada di Negara lain itu untuk suatu masa atau masa
masa yang tidak melebihi jumlah 183 hari dalam suatu tahun takwim,
apabila ia mempunyai tempat tertentu atau tinggal di Negara lain seperti
disebut diatas, maka pendapatannya dikenakan pajak di Negara lain itu,
tetapi hanya bagian pendapatan yang dianggap berasal dari tempat
tertentu itu atau pendapatan yang diterima selama masa ia berada di
Negara lain tersebut.
2. Istilah "pekerjaan bebas" meliputi terutama, pekerjaan bebas dibidang
ilmu pengetahuan, kesusastraan, kesenian pendidikan atau pengajaran
demikian pula pekerjaan bebas yang dilakukan oleh dokter, ahli hukum,
ahli tehnik, arsitek, dokter gigi dan akuntan.
bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap Laporan Pemeriksaan Pajak
Nomor : LAP-73/WPJ.06/KP.1605/2006 tanggal 26 Maret 2007 diketahui
bahwa Status Pemohon Banding adalah Perusahaan Swasta dan bukan
merupakan BUT (Bentuk Usaha Tetap) dari Pusat.
bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap bukti dan keterangan yang
disampaikan Terbanding dan Pemohon Banding dalam persidangan, diketahui
hal-hal sebagai berikut :
- terjadi Imbalan Jasa Service dan Agreement Fee yang diterima oleh Wajib
Pajak Luar Negeri (Pusat) dari Wajib Pajak Dalam Negeri (Pemohon
Banding),
- Jasa Service dan Agreement Fee tersebut digunakan Wajib Pajak di
Indonesia,
- Telah ada Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Pemerintah
Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang,
- tidak ada bukti bahwa untuk melakukan Jasa Service dan Agreement Fee
tersebut Pemohon Banding mendatangkan pegawai Pusat ke Indonesia, hal
ini membuktikan bahwa Jasa Service dan Agreement Fee dilakukan di
Jepang, bukan di Indonesia.
bahwa karena berdasarkan hasil penilaian pembuktian diketahui bahwa Jasa
Service dan Agreement Fee tersebut dilakukan di Luar Negeri oleh penduduk
negara treaty partner yang telah memiliki Surat Keterangan Domisili yang
masih berlaku maka sesuai angka 4 huruf a point 3 Surat Edaran Dirjen Pajak
Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, maka sesuai Pasal 22 Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda Indonesia Jepang Majelis berpendapat
Indonesia tidak dapat mengenakan Pajak Penghasilan atas imbalan jasa
tersebut.
bahwa berdasarkan hasil penilaian pembuktian, peraturan perundang-
undangan perpajakan yang bersangkutan, serta keyakinan Majelis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis berkesimpulan Koreksi Terbanding
atas Biaya Service dan Agreement Fee sebesar Rp1.159.751.195,00 tidak
dapat dipertahankan.
Marketing Research sebesar Rp 773.256.266,00
Menurut Terbanding: bahwa Terbanding melakukan Koreksi atas Pembayaran Marketing Research
kepada Pusatsebesar Rp 773.256.266,00 yang semula adalah imbalan jasa
direklasifikasikan sebagai dividen terselubung, sesuai dengan koreksi di Pajak
Penghasilan Badan.
Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena
sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik
Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Biaya Marketing Research yang
dibayarkan kepada Pusat sebesar Rp773.256.266,00 tersebut tidak terhutang
Pajak Penghasilan Pasal 26, bahwa Pemohon Banding telah melampirkan
Surat Keterangan Domisili dari Pusat sebagai sebagai bukti bahwa pihak
rekanan adalah Wajib Pajak yang telah melakukan kewajiban perpajakannya
dinegaranya.
Menurut Majelis : bahwa setelah Majelis mempelajari keterangan Terbanding dan Pemohon
Banding tersebut di atas serta berdasarkan hasil pemeriksaan dalam
persidangan dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
bahwa Terbanding melakukan Koreksi Obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 atas
Pembayaran Marketing Research kepada Pusatsebesar Rp 773.256.266,00
yang semula adalah imbalan jasa direklasifikasikan sebagai dividen
terselubung, sesuai dengan koreksi di Pajak Penghasilan Badan.
bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Nomor : LAP-
73/WPJ.06/KP.1605/2007 tanggal 26 Maret 2007 diketahui bahwa di Pajak
Penghasilan Badan, Terbanding melakukan Koreksi atas Marketing Research
kepada Pusatsebesar Rp 773.256.266,00 karena secara substansi kepemilikan
Pemohon Banding sebenarnya ada ditangan Chuo Senko Adv. Co.Ltd
sehingga Pembayaran Biaya Marketing Research tersebut merupakan bentuk
pembayaran dividen terselubung, yang sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (3)
Undang-undang Pajak Penghasilan jo KEP-141/PJ./2004 tidak boleh dijadikan
sebagai Pengurang Penghasilan Bruto.
bahwa dengan Surat Banding Nomor : 105/CSI/IX/08 tanggal 24 September
2008, Pemohon Banding juga mengajukan banding terhadap Keputusan
Terbanding Nomor : KEP-1002/WPJ.06/BD.06/2008 tanggal 25 Juni 2008
mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak
Penghasilan Badan Tahun Pajak 2005 Nomor : 00019/406/05/077/07 tanggal
27 Maret 2007, dengan alasan Biaya Marketing Research kepada Pusatsebesar
Rp 773.256.266,00 merupakan pembayaran jasa dalam rangka memperoleh
masukan dari konsumen, analisa trend pemasaran, perilaku konsumen dan
juga untuk membuat suatu strategi pemasaran guna meningkatkan penjualan
dari produk klien Pemohon Banding.
bahwa atas banding tersebut, Pengadilan Pajak dengan Putusan Nomor : Put.
28831/PP/M.VII/15/2011 tanggal 27 Januari 2011 telah memutuskan untuk
membatalkan koreksi Terbanding atas Biaya Marketing Research sebesar
Rp773.256.266,00, karena berdasarkan hasil penilaian pembuktian dapat
diyakini bahwa Pembayaran Marketing Research kepada Pusat sebesar
Rp773.256.266,00 bukan merupakan pembayaran dividen tetapi merupakan
pembayaran atas biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Pusat, Jepang dalam
rangka memperoleh masukan dari konsumen, analisa trend pemasaran,
perilaku konsumen dan juga untuk membuat suatu strategi pemasaran guna
meningkatkan penjualan dari produk klien Pemohon Banding.
bahwa Pemohon Banding dalam Surat Banding menyatakan tidak setuju
dengan koreksi Terbanding karena sesuai dengan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Biaya
Marketing Research yang dibayarkan kepada Pusat, sebesar
Rp773.256.266,00 tersebut tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26.
bahwa angka 2 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996
tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) menyatakan : “untuk memberikan kemudahan bagi semua
pihak, penerapan Pajak Penghasilan Pasal 26 sesuai dengan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dilaksanakan sebagai berikut : Wajib
Pajak luar negeri wajib menyerahkan asli Surat Keterangan Domisili kepada
pihak yang berkedudukan di Indonesia yang membayar penghasilan dan
menyampaikan fotokopi Surat Keterangan Domisili tersebut kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat pihak yang membayar penghasilan
terdaftar”.
bahwa berdasarkan penelitian Majelis diketahui bahwa Pemohon Banding
telah melampirkan Surat Keterangan Domisili dari Pusat (Jepang) sebagai
sebagai bukti bahwa pihak rekanan adalah Wajib Pajak yang telah melakukan
kewajiban perpajakannya dinegaranya.
bahwa angka 4 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996
tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) menyatakan : “ Dalam penerapan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda yang telah berlaku, perlu diperhatikan pula ketentuan-
ketentuan yang menyangkut beberapa hal sebagai berikut : Jasa yang
dilakukan di luar Indonesia oleh penduduk negara treaty partner:
1). Berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang telah
berlaku, pada umumnya imbalan atas jasa yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak luar negeri merupakan laba usaha sehingga pengenaan
pajaknya hanya dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak luar
negeri tersebut melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di
Indonesia. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa dalam Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda dengan Jerman,Luxembourg, Swiss dan
Pakistan, khususnya yang berhubungan dengan pemberian jasa teknik,
manajemen dan konsultasi yang dilakukan di Indonesia,dikenakan
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 meskipun pemberi jasa tidak
mempunyai BUT di Indonesia. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 26
tersebut adalah dengan Jerman sebesar 7,5%, dengan Luxembourg
sebesar 10%, dengan Swiss sebesar 5%,dan dengan Pakistan sebesar
15%.
2). Penentuan adanya BUT di Indonesia ditentukan berdasarkan jangka
waktu (time test) yang berlaku di masing-masing Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda .
- Dalam hal persyaratan jangka waktu untuk adanya BUT di Indonesia
dipenuhi.
maka atas imbalan jasa tersebut dikenakan pajak di Indonesia dan
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
- Dalam hal jangka waktu mengenai adanya BUT tidak dipenuhi maka
atas imbalan jasa tersebut tidak dapat dikenakan Pajak di
Indonesia,kecuali yang dibayar atau terutang kepada penduduk
Jerman,Luxembourg, Swiss dan Pakistan. Hak pemajakannya
dilakukan oleh negara treaty partner tempat kedudukan (residence)
dari Wajib Pajak luar negeri tersebut.
3). Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka perlu ditegaskan bahwa
sesuai dengan ketentuan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda, atas jasa yang dilakukan di luar negeri oleh penduduk negara
treaty partner, Indonesia tidak dapat mengenakan Pajak Penghasilan atas
imbalan jasa tersebut”.
bahwa karena dengan Putusan Nomor : Put. 28831/PP/M.VII/15/2011 tanggal
27 Januari 2011 Majelis telah memutuskan bahwa pembayaran sebesar
Rp773.256.266,00 tersebut merupakan pembayaran atas imbalan jasa maka
sesuai angka 4 huruf a point 1 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-
03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 diatas, pengenaan pajaknya hanya
dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak Luar Negeri tersebut
melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di Indonesia.
bahwa Pasal 22 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia
Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan
Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas
Pendapatan, menyatakan :
1. Bagian-bagian dan pendapatan dari seorang penduduk suatu Negara,
darimanapun asalnya, yang tidak diatur dalam Pasal-pasal terdahulu dari
persetujuan ini hanya akan dikenakan pajak di Negara itu.
2. Ketentuan-ketentuan ayat (1) tidak akan berlaku terhadap pendapatan
yang berasal dari harta tak gerak seperti dirumuskan dalam Pasal 6 ayat
(2), jika penerimaan pendapatan itu merupakan penduduk dari suatu
Negara, menjalankan perusahaan dengan suatu pendirian tetap di Negara
lain, atau melakukan pekerjaan bebas dengan suatu tempat tertentu di
Negara lain, dan hak atau kekayaan sehubungan dengan mana
pendapatan itu dibayarkan mempunyai hubungan efektif dengan pendirian
tetap atau tempat tertentu itu. Dalam hal demikian, melihat pada
masalahnya berlaku ketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14.
bahwa Pasal 7 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia
Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan
Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas
Pendapatan, menyatakan :
1. Laba perusahaan disuatu Negara hanya akan dikenakan pajak di Negara
itu kecuali perusahaan itu menjalankan usahannya di Negara lainnya,
melalui suatu pendirian tetap yang berkedudukan disitu. Jika perusahaan
menjalankan usahannya seperti yang dikatakan sebelumnya, laba dari
perusahaan itu bisa dikenakan pajak di Negara lain itu, tetapi hanya
mengenai bagian laba yang dianggap berasal dari pendirian tetap
tersebut.
2. Mengikuti ketentuan-ketentuan pada ayat 3, jika suatu perusahaan dari
suatu Negara menjalankan usahannya di Negara lain melalui suatu
pendirian tetap yang berkedudukan disitu, masing-masing Negara akan
memperhitungkan laba pendirian tetap itu sama dengan laba seandainya
pendirian tetap tersebut merupakan suatu perusahaan lain yang terpisah
dan berdiri sendiri, yang melakukan kegiatan-kegiatan yang sama atau
sejenis dalam keadaan yang sama atau serupa, dan yang mengadakan
hubungan sepenuhnya bebas dengan perusahaan yang mempunyai
pendirian tetap tersebut.
3. Dalam menentukan laba suatu pendirian tetap, akan diijinkan
pengurangan-pengurangan seperti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
kepentingan-kepentingan pendirian tetap itu termasuk biaya untuk para
pimpinan dan biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara
tempat pendirian tetap itu berkedudukan maupun tempat lainnya.
4. Selama menjadi kebiasaan di suatu Negara untuk menetapkan laba yang
diperkirakan diperoleh suatu pendirian tetap berdasarkan suatu
pembagian laba dari keseluruhan laba perusahaan terhadap pelbagai
bagiannya, ketentuan-ketentuan dalam ayat 2 tidak akan menutup
kemungkinan bagi perusahaan di Negara itu untuk menetapkan laba yang
dikenakan pajak atas suatu pembagian laba seperti itu yang mungkin
merupakan kebiasaan; bagaimanapun cara penghitungan pembagian
yang dianut, akan menjadikan hasilnya sesuai dengan azas-azas yang
terkandung dalam pasal ini.
5. Tidak ada laba yang diperoleh suatu pendirian tetap hanya karena
pembelian barang-barang atau barang-barang dagangan oleh pendirian
tetap itu bagi perusahaannya.
6. Untuk kepentingan-kepentingan ayat-ayat terdahulu, laba yang diperoleh
suatu pendirian tetap akan ditentukan dengan cara perhitungan yang
sama dari tahun ke tahun kecuali bila ada alasan yang cukup kuat untuk
melakukan penyimpangan.
7. Jika dalam jumlah laba termasuk unsur-unsur pendapatan yang diatur
secara tersendiri oleh Pasal-pasal lain dari Persetujuan ini, maka
ketentuan-ketentuan dalam Pasal-pasal itu tidak akan terpengaruh oleh
ketentuan-ketentuan dalam Pasal ini.
bahwa Pasal 14 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia
Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan
Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas
Pendapatan, menyatakan :
1. Pendapatan yang diterima seorang penduduk suatu Negara sehubungan
dengan pekerjaan bebas atau pekerjaan lain yang bersifat sama, hanya
akan dikenakan pajak di Negara itu, kecuali ia mempunyai tempat tertentu
yang secara teratur dipergunakan untuk melakukan pekerjaannya di
Negara lain atau ia berada di Negara lain itu untuk suatu masa atau masa
masa yang tidak melebihi jumlah 183 hari dalam suatu tahun takwim,
apabila ia mempunyai tempat tertentu atau tinggal di Negara lain seperti
disebut diatas, maka pendapatannya dikenakan pajak di Negara lain itu,
tetapi hanya bagian pendapatan yang dianggap berasal dari tempat
tertentu itu atau pendapatan yang diterima selama masa ia berada di
Negara lain tersebut.
2. Istilah "pekerjaan bebas" meliputi terutama, pekerjaan bebas dibidang
ilmu pengetahuan, kesusastraan, kesenian pendidikan atau pengajaran
demikian pula pekerjaan bebas yang dilakukan oleh dokter, ahli hukum,
ahli tehnik, arsitek, dokter gigi dan akuntan.
bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap Laporan Pemeriksaan Pajak
Nomor : LAP-73/WPJ.06/KP.1605/2006 tanggal 26 Maret 2007 diketahui
bahwa Status Pemohon Banding adalah Perusahaan Swasta dan bukan
merupakan BUT (Bentuk Usaha Tetap) dari Pusat.
bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap bukti dan keterangan yang
disampaikan Terbanding dan Pemohon Banding dalam persidangan, diketahui
hal-hal sebagai berikut :
- terjadi Imbalan Jasa Marketing Research yang diterima oleh Wajib Pajak
Luar Negeri (Pusat) dari Wajib Pajak Dalam Negeri (Pemohon Banding),
- Jasa Marketing Research tersebut digunakan Wajib Pajak di Indonesia,
- Telah ada Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Pemerintah
Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang,
- tidak ada bukti bahwa untuk melakukan Jasa Marketing Research tersebut
Pemohon Banding mendatangkan pegawai Pusat ke Indonesia, hal ini
membuktikan bahwa Jasa Marketing Research dilakukan di Jepang, bukan
di Indonesia.
bahwa karena berdasarkan hasil penilaian pembuktian diketahui bahwa Jasa
Marketing Research tersebut dilakukan di Luar Negeri oleh penduduk negara
treaty partner yang telah memiliki SKD yang masih berlaku maka sesuai
angka 4 huruf a point 3 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-
03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda, maka sesuai Pasal 22 Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda Indonesia Jepang Majelis berpendapat
Indonesia tidak dapat mengenakan Pajak Penghasilan atas imbalan jasa
tersebut.
bahwa berdasarkan hasil penilaian pembuktian, peraturan perundang-
undangan perpajakan yang bersangkutan, serta keyakinan Majelis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis berkesimpulan Koreksi Terbanding
atas Biaya Marketing Research sebesar Rp773.256.266,00 tidak dapat
dipertahankan.
bahwa dalam perkara banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif
pajak.
bahwa dalam perkara banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit
pajak.
bahwa dalam perkara banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi
Administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada
penyelesaian sengketa lainnya.
bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan
untuk mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding,
sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 26 Masa Pajak Januari sampai
dengan Desember 2005menjadi sbb :
Dasar Pengenaan Pajak cfm Keputusan Rp 3.191.378.107,00
Koreksi yang tidak dapat dipertahankan:
- Biaya Marketing Research Rp 773.256.266,00
- Biaya Service & Agreement Fee Rp1.159.751.195,00
Jumlah Koreksi yang tidak dapat dipertahankan Rp 1.933.007.461,00
Dasar Pengenaan Pajak cfm Majelis Rp 1.258.370.646,00
Pajak Penghasilan yang terutang Rp 211.954.551,00
Kredit Pajak Rp 42.134.778,00
Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Rp 169.819.773,00
Sanksi Administrasi Pasal 13 ayat (2) KUP Rp 50.945.032,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 220.764.805,00
Memperhatikan : Surat Banding Pemohon Banding, Surat Uraian Banding Terbanding dan
Surat Bantahan Pemohon Banding serta hasil pemeriksaan dan pembuktian
dalam persidangan serta kesimpulan di atas.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2000,
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2000.
4. Ketentuan Perundang-undangan terkait.
Memutuskan : Mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-1073/WPJ.06/BD.06/2008 tanggal 2
Juli 2008 mengenai Pembetulan atas Surat Keputusan DJP Nomor : KEP-
1004/WPJ.06/BD.06/2008 tanggal 25 Juni 2008 tentang keberatan atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 26 Nomor :
00005/204/05/077/07 tanggal 27 Maret 2007 Masa Pajak Januari sampai
dengan Desember 2005, sehingga penghitungan pajak adalah sebagai berikut :
Dasar Pengenaan Pajak Rp 1.258.370.646,00
Pajak Penghasilan yang terutang Rp 211.954.551,00
Kredit Pajak Rp 42.134.778,00
Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Rp 169.819.773,00
Sanksi Administrasi Pasal 13 ayat (2) KUP Rp 50.945.032,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 220.764.805,00