toksisitas mikrobiologi pangan kel 1

29
TOKSISITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Farmakologi Toksikologi Oleh: Novy Nofyawati 31112034 Nur Fitri Budianti 31112035 Putri Pratiwi 31112038 Rizky Puspasari 31112043 Viana Rianty 31112053 1

Upload: andriana

Post on 10-Dec-2015

241 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Mikrobiologi Pangan

TRANSCRIPT

Page 1: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

TOKSISITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Farmakologi

Toksikologi

Oleh:

Novy Nofyawati 31112034

Nur Fitri Budianti 31112035

Putri Pratiwi 31112038

Rizky Puspasari 31112043

Viana Rianty 31112053

PROGRAM STUDI FARMASISTIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA2015

1

Page 2: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

2

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu 'alaikum wr. wb

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat, hidayah dan petunjuk yang dilimpahkan-Nya. sehingga penulis dapat

menyelesaikan Makalah yang berjudul “Toksisitas Mikrobiologi Makanan”.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat diajukan untuk

memenuhi mata kuliah Farmakologi Toksikologi. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam

kata-kata maupun cara penyajian uraian dan pembahasannya karena keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

penulis.

Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan,

petunjuk serta saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Nur Rahayuningsih, M.Si., Apt selaku dosen mata kuliah Farmakologi

Toksikologi yang telah membantu penulis selama menyusun makalah ini;

2. Rekan-rekan kelompok 1 yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan

penyusunan makalah ini;

3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu.

Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda.

Page 3: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

3

Akhir kata penulis panjatkan do’a ke hadirat Allah Swt, semoga segala

bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal sholeh dan Allah

membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulis mohon maaf apabila ada

kesalahan dalam penyusunan makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Tasikmalaya, Mei 2015

Penulis

Page 4: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

4

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah..................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 2

1.3 Tujuan Makalah................................................................. 3

1.4 Kegunaan Makalah............................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 5

2.1 Pengertian Mikroba............................................................ 5

2.2 Pengertian Keracunan Makanan........................................ 6

2.3 Tipe-tipe Keracunan Makanan........................................... 7

2.4 Bakteri Penyakit Bawaan Makanan................................... 11

2.5 Infeksi Bakteri Pada Produk Makanan............................... 14

2.6 Pencegahan Keracunan Pangan......................................... 15

BAB III SIMPULAN DAN SARAN..................................................... 18

3.1 Simpulan............................................................................ 18

3.2 Saran................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan

terhadap organisme. Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh

organisme, seperti hewan, bakteri, atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur

organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati

(hepatotoksisitas). Secara metafora, kata ini bisa dipakai untuk menjelaskan

dampak beracun pada kelompok yang lebih besar atau rumit,

seperti keluarga atau masyarakat.

Konsep utama toksikologi adalah bahwa dampaknya bersifat tergantung

pada dosis. Air saja bisa mengakibatkan keracunan air jika dikonsumsi terlalu

banyak, sementara zat yang sangat beracun seperti bisa ular memiliki titik rendah

tertentu yang bersifat tidak beracun. Toksisitas juga tergantung pada spesies,

sehingga analisis lintas spesies agak bermasalah jika dilakukan. Paradigma dan

standar baru sedang berusaha melompati pengujian hewan, tetapi tetap

mempertahankan konsep akhir toksisitas.

Sejarah mikrobiologi pangan sebenarnya  bersamaan dengan kehadiran

manusia di muka bumi namun sangat sulit ditentukan titik mulanya secara pasti.

Sejak manusia dapat memproduksi makanan sebenarnya juga mulai dipelajari

kerusakan makanan dan timbulnya keracunan makanan. Mikrobiologi pangan

(food microbiology) adalah salah satu cabang dari mikrobiologi yang mempelajari

Page 6: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

6

peranan mikrobia, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, pada

rantai produksi makanan sejak dari pemanenan/ penangkapan/ pemotongan,

penanganan, penyimpanan, pengolahan, distribusi, pemasaran, penghidangan

sampai siap dikonsumsi.

Makanan adalah sumber energi bagi manusia karena jumlah penduduk

yang terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus

bertambah untuk mencukupi jumlah penduduk. Kebutuhan makan yang

meningkat membuat produksi makanan dan minuman menjadi “ajang

kecurangan” dengan menambahkan beberapa zat kimia berbahaya dalam produk

yang dihasilkan seperti penambahan boraks dan formalin yang ramai diberitakan.

Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya zat kimia semacam boraks dan

formalin adalah zat bersifat toksik membuat pemakaian zat kimia tersebut

cenderung “biasa” digunakan. Kebiasaan buruk tersebut berakibat menurunnya

kualitas kesahatan akibat keracunan akut (Shibamoto dan Bjeldanes, 2009).

Kebutuhan masayarakat akan bahan pangan juga terkadang membuat

masyarakat kurang hati-hati dalam memilih bahan makanan. Ada beberapa bahan

makanan yang secara alami memiliki zat toksik seperti gadung dan ketela pohon

yang memiliki kandungan asam sianida yang tinggi serta beberapa makanan laut

seperti ikan fugu dan beberapa jenis kerang-kerangan yang memiliki kadar

neurotoxin tinggi hingga dapat menimbulkan keracunan hebat bila tidak diolah

dan dinetralisir terlebih dahulu.

Page 7: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan sebelumnya, maka

rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan mikroba ?

2. Apa yang dimaksud dengan keracunan makanan ?

3. Apa saja tipe keracunan makanan ?

4. Apa macam-macam bakteri penyakit bawaan makanan ?

5. Apa saja Infeksi Bakteri pada Produk Makanan ?

6. Bagaimana Pencegahan Keracunan Pangan ?

1.3 Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan

tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :

1. Mengetahui pengertian mikroba

2. Mengetahui pengertian keracunan makanan

3. Mengetahui tipe keracunan makanan

4. Mengetahui macam-macam bakteri penyakit bawaan makanan

5. Mengetahui Infeksi Bakteri pada Produk Makanan

6. Mengetahui Pencegahan Keracunan Pangan

1.4 Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara

teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai

Page 8: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

8

pengetahuan tentang toksisitas pelarut. Secara praktis makalah ini diharapkan

bermanfaat bagi:

1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan tentang toksisitas

mikrobiologi

2. Pembaca/ dosen, sebagai media informasi tentang toksisitas mikrobiologi

Page 9: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikroba

Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain

terdiri dari bakteri, fungi dan virus (Waluyo, 2009). Bakteri merupakan

mikroba prokariotik yang rata-rata selnya berukuran 0,5-1 x 2-5 μm,

berbentuk elips, bola, batang atau spiral (Pelczar dan Chan, 2005). Menurut

Gandjar (2006), fungi adalah organisme eukariotik, bersifat heterotrof,

dinding selnya mengandung kitin, tidak berfotosintesis, mensekresikan

enzim ekstraseluler ke lingkungan dan memperoleh nutrien dengan cara

absorpsi. Berdasarkan penampakannya, fungi dikelompokkan ke dalam

kapang (mold), khamir (yeast), dan cendawan (mushroom). Cendawan

merupakan fungi yang berukuran makroskopis, sedangkan kapang dan yeast

adalah fungi yang berukuran mikroskopis. Menurut Rachmawan (2001),

rata-rata sel kapang berukuran 1-5 x 5-30 μm dan yeast berukuran 1-5 x 1-

10 μm. Kapang adalah fungi multiseluler berfilamen dengan susunan hifa

yang menyerupai benang

Selain berinteraksi intraspesies, mikroba tersebut juga berinteraksi

secara interspesies dengan manusia, tumbuhan, dan hewan. Dalam

interaksinya dengan manusia, mikroba tersebut ada yang bersifat

menguntungkan dan merugikan. Contohnya bakteri patogen Escherichia

coli dan kelompok bakteri Coliform dapat menyebabkan diare, kolera, dan

penyakit saluran pencernaan lainnya. Kapang dan khamir menyebabkan

penyakit karena menghasilkan racun (mikotoksin) dan menginfeksi

permukaan tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut (mikosis superfisial), serta

menyerang jaringan dalam tubuh melalui peredaran darah (mikosis

sistemik).

Page 10: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

10

2.2 Keracunan Makanan

Keracunan makanan adalah penyakit yang berlaku akibat memakan

makanan yang tercemar. Makanan dikatakan tercemar jika ia mengandungi

sesuatu benda atau bahan yang tidak seharusnya berada di dalamnya.

Keracunan makanan merupakan sejenis gastroenteritis yang disebabkan oleh

makanan yang telah dicemari racun, biasanya bakteria. Bergantung kepada

jenis racun, kekejangan abdomen, demam, muntah dan cirit-birit akan

berlaku dalam tempoh 3 hingga 24 jam. Jika makanan telah dicemari

bakteria, bakteria akan menghasilkan racun yang dikenali sebagai toksin.

Toksin memberi kesan langsung pada lapikan usus dan menyebabkan

peradangan. Ada pelbagai jenis bakteria yang menyebabkan keracunan

makanan tetapi yang biasa didapati ialah salmonella, shigella,

staphylococcus dan E.coli yang merupakan punca utama keracunan

makanan di kalangan bayi, terutamanya bayi yang menyusui botol. Bagi

keracunan makanan yang berpunca daripada bahan bukan bakteria, tanda

penyakit juga timbul jika anak termakan bahan kimia, racun serangga atau

beberapa jenis tumbuh-tumbuhan.

2.3 Tipe-tipe Keracunan Makanan

Keracunan Makanan terbagi menjadi 3 tipe:

1. Infeksi Makanan

Biasanya disebabkan oleh bakteri atau mikrobia lain yang menginfeksi

tubuh setelah mengkonsumsi suatu jenis makanan. Contoh: Salmonelle,

Vibrio parahaemolyticus, Campylobacter jejuni, Vibrio cholera, Listeria

monocytogenes, Yersinia enterocolitica, Aermonas hydrophilla

2. Intoksikasi Makanan

Disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh mikrobia, termasuk

bakteri yang menghasilkan exotoxin. Exotoxin adalah racun yang dihasilkan

oleh bakteri, yang tetap ada meskipun bakterinya sudah mati. Contoh:

Clostridium botulinum, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium

perfringenes

Page 11: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

11

2.1.1 Bacillus cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong

bakteri Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora.

Keracunan akan timbul jika seseorang menelan bakteri atau bentuk

sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam

usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin

tersebut. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu

toksin yang menyebabkan diare dan toksin yang menyebabkan muntah

(emesis).

Gejala keracunan:

Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin

penyebab diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran

pencernaan bagian bawah berupa mual, nyeri perut seperti kram, diare

berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan.

Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin

penyebab muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan

akut serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas,

berupa mual dan muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi

pangan yang tercemar. Bakteri penghasil toksin penyebab muntah bisa

mencemari pangan berbahan beras, kentang tumbuk, pangan yang

mengandung pati, dan tunas sayuran. Sedangkan bakteri penghasil

toksin penyebab diare bisa mencemari sayuran dan daging.

Tindakan pengendalian khusus bagi rumah tangga atau penjual makanan

terkait bakteri ini adalah pengendalian suhu yang efektif untuk mencegah

pertunasan dan pertumbuhan spora. Bila tidak tersedia lemari pendingin,

disarankan untuk memasak pangan dalam jumlah yang sesuai untuk segera

dikonsumsi. Toksin yang berkaitan dengan sindrom muntah bersifat

resisten terhadap panas dan pemanasan berulang, proses penggorengan pangan

juga tidak akan menghancurkan toksin tersebut.

Page 12: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

12

2.1.2 Clostridium botulinum

Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif yang dapat

membentuk spora tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam

tinggi. Toksin yang dihasilkan dinamakan botulinum, bersifat meracuni

saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan paralisis. Toksin botulinum

bersifat termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu 800 C selama 30 menit

cukup untuk merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap

suhu pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam pengeringan dan

pembekuan.

Gejala keracunan:

Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala,

pandangan berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri

perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada beberapa kasus dapat

menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin

tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari.

Penanganan:

Tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali

mengganti cairan tubuh yang hilang.

Kebanyakan keracunan dapat terjadi akibat cara pengawetan pangan yang

keliru (khususnya di rumah atau industri rumah tangga), misalnya pengalengan,

fermentasi, pengawetan dengan garam, pengasapan, pengawetan dengan asam

atau minyak Bakteri ini dapat mencemari produk pangan dalam kaleng yang

berkadar asam rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik

penyimpanannya, pie beku, telur ikan fermentasi, seafood, dan madu.

Tindakan pengendalian khusus bagi industri terkait bakteri ini adalah

penerapan sterilisasi panas dan penggunaan nitrit pada daging yang dipasteurisasi.

Sedangkan bagi rumah tangga atau pusat penjualan makanan antara lain dengan

memasak pangan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk selama 15 menit),

simpan pangan dalam lemari pendingin terutama untuk pangan yang dikemas

hampa udara dan pangan segar atau yang diasap. Hindari pula mengkonsumsi

pangan kaleng yang kemasannnya telah menggembung.

Page 13: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

13

2.1.3 Staphilococcus aureus

Terdapat 23 spesies Staphilococcus, tetapi Staphilococcus aureus

merupakan bakteri yang paling banyak menyebabkan keracunan pangan.

Staphilococcus aureus merupakan bakteri berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam

bakteri Gram-positif, bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora.

Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah

rusak pada suhu memasak normal. Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap

tertinggal. Toksin dapat rusak secara bertahap saat pendidihan minimal selama 30

menit.

Pangan yang dapat tercemar bakteri ini adalah produk pangan yang kaya

protein, misalnya daging, ikan, susu, dan daging unggas; produk pangan matang

yang ditujukan dikonsumsi dalam keadaan dingin, seperti salad, puding, dan

sandwich; produk pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam;

pangan yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu

penuh atau yang suhunya kurang rendah; serta pangan yang tidak habis

dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang.

3. Infeksi dan Intoksikasi Makanan

Sebagian besar keracunan makanan disebabkan oleh bakteri patogen,

fungi, virus, dan parasit.

Gejala keracunan makanan:

- muntah, sakit perut, diare

- pusing, sakit kepala, mata berkunang-kunang

2.4 Bakteri Penyakit Bawaan Makanan

Terjadi setelah menyantap makanan yang terkontaminasi oleh bakteri

hidup atau oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri tsb. Apabila kita

mengkonsumsi makanan yang mengadung bakteri, maka bakteri tersebut

akan tumbuh dan berkembang-biak pada saluran pencernaan kita.

Bakteri penyakit bawaan Makanan disebabkan oleh:

2.4.1 Campylobacter jejuni

Page 14: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

14

C. jejuni adalah penyebab diare terbanyak. C. jejuni tumbuh optimum

pada suhu 42 C. Racun C. jejuni berasal dari bakteri dan racun yang

dihasilkan oleh bakteri ini. Gejala timbul 2-5 hari setelah konsumsi

makanan, yaitu sakit perut, demam, diare

2.4.2 Salmonella sp

Penyakit ini berasal dari hewan, ditularkan kepada manusia melalui

ternak yang terkontaminasi, seperti daging, susu, telur, salad. Terdapat lebih

dari 50 spesies Salmonella yang menyebabkan foodborne diseases, seperti

Salmonella typhimurium, S. cholerasuis, dan S. sonnei.

Mikroorganisme ini berkembang biak di dalam usus dan menimbulkan

gejala penyakit gastroenteritis akut seperti muntah, mual, diare, sakit kepala,

nyeri perut dan demam. Lama inkubasi 12 – 36 jam. Tingkat kematian 1%.

Salmonella berkembang biak pada suhu 5 – 450C. Bakteri ini akan

mati pada saat dipanaskan sampai suhu di atas 700C. Namun bakteri ini

tidak mati pada saat bahan pangan didinginkan dalam refrigerator atau

freezer. Jika suhu bahan pangan mencapai suhu kamar, maka bakteri ini

akan berkembang-biak lagi.

Untuk penanganannya, untuk pertolongan dapat diberikan cairan

untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Lalu segera bawa korban ke

puskesmas atau rumah sakit terdekat.

2.4.3 Escherichia coli

E. coli strain O157:H7 mampu menghasilkan racun. Infeksi beberapa

strain E. coli menyebabkan diare dan bahkan kematian. E. coli O157:H7

menghasilkan racun yg berbahaya. E. coli mampu hidup pada tempat yang

miskin nutrisi. Masa inkubasi adalah 3 – 9 hari setelah mengkonsumsi

makanan, yaitu sakit perut, diare, muntah, demam. Bakteri ini biasanya

menginfeksi daging sapi dan daging ayam.

Untuk penanganan lebih lanjut, sebaiknya segera bawa korban ke

puskesmas atau rumah sakit terdekat. Korban keracunan yang mengalami

diare dan tidak dapat minum (misalnya karena mual dan muntah) akan

memerlukan cairan yang yang diberikan melalui intravena. Pada

Page 15: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

15

penanganan keracunan pangan jarang diperlukan antibiotika. Pada beberapa

kasus, pemberian antibiotika dapat memperburuk keadaan. Jika korban

keracunan pangan adalah bayi, anak kecil, orang lanjut usia, wanita hamil,

dan orang yang mengalami gangguan sistem pertahanan tubuh (imun) maka

perlu segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk

mendapatkan pertolongan.

2.4.4 Listeria monocytogenes

L. monocytogenes adalah baktei gram positif yang hidup di tanah dan

air. Listeriosis jarang terjadi pada manusia sehat, tetapi berbahaya bagi

orang yang terinfeksi HIV, orang yg sedang kemoterapi, orang tua, wanita

hamil dan anak-anak. Gejala meliputi sakit perut, demam dan muntah.

Bakteri ini mengkontaminasi susu dan makanan berbasis susu.

2.4.5 Staphylococcus aureus

Disebabkan oleh enterotoksin yang dihasilkan Staphylococcus aureus.

Bakteri ini akan mati pada saat makanan dimasak, tetapi enterotoksin yang

dihasilkan oleh bakteri ini tahan pada suhu 1000C selama beberapa menit.

Bakteri ini ditemukan pada bahan pangan seperti salad, custard, susu,

dan produk berbasis susu. Masa inkubasi sekitar 1-6 jam.

2.4.6 Clostridium perfingens

Infeksi bakteri ini pada makanan terutama terjadi pada daging yang

sudah dimasak dan disimpan selama jangka waktu 24 jam, kemudian

dimasak lagi secara cepat sebelum dikonsumsi. Masa inkubasi 6-24 jam.

Bakteri ini berkembang biak pada suhu 300C dan memproduksi

berbagai jenis toksin, seperti alfa toksin dan beta toksin. Diduga alfa toksin

adalah exotoksin. Gejala klinis berupa nyeri perut, diare, dan lesu.

2.4.7 Clostridium botulisme

Disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh C. botulinum.

Infeksi bakteri ini pada makanan terutama terdapat pada makanan kaleng.

Bakteri ini berbentuk spora pada makanan kaleng. Sebaiknya makanan

kaleng dimasak dulu pada suhu 1000C selama beberapa menit sebelum

Page 16: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

16

dikonsumsi. Masa inkubasi 12 – 36 jam dengan gejala gastrointestinal

ringan.

2.5 Infeksi Bakteri pada Produk Makanan

1. Dari Unggas

- Pada saat disimpan pada suhu dingin, jumlah E. coli menurun.

- Enterobacteraceae dan Psychrophiles biasanya meningkat.

- Salmonellla spp sering menginfeksi daging unggas. Bakteri ini berasal

telur mentah dan daging mentah.

2. Seafood

- Clostridium botulinum tipe E, terutama jika seafood tsb berasal dari

dasar laut atau permukaan laut. Contoh: udang, kerang, kepiting

- Clostridium perfringenes. Bisa dihilangkan dengan pemanasan.

- Listeria monocytogenes

3. Susu dan makanan berbasis susu

- Susu segar tidak bleh langsung dikonsumsi, karena terdapat

Streptococcus sp

- Listeria monocytogenes

- Pada yogurt, kadang terdapat bakteri patogen Streptococcus faecalis

dan Streptococcus faecium

2.6 Pencegahan Keracunan Pangan

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan

pangan akibat bakteri patogen adalah:

a. Mencuci tangan sebelum dan setelah menangani atau mengolah

pangan.

b. Mencuci tangan setelah menggunakan toilet.

c. Mencuci dan membersihkan peralatan masak serta perlengkapan

makan sebelum dan setelah digunakan.

d. Menjaga area dapur/tempat mengolah pangan dari serangga dan

hewan lainnya.

Page 17: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

17

e. Tidak meletakan pangan matang pada wadah yang sama dengan bahan

pangan mentah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.

f. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah kadaluarsa atau pangan

dalam kaleng yang kalengnya telah rusak atau menggembung.

g. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah berbau dan rasanya tidak

enak.

h. Tidak memberikan madu pada anak yang berusia di bawah satu tahun

untuk mencegah terjadinya keracunan akibat toksin dari bakteri

Clostridium botulinum.

i. Mengkonsumsi air yang telah dididihkan.

j. Memasak pangan sampai matang sempurna agar sebagian besar

bakteri dapat terbunuh. Proses pemanasan harus dilakukan sampai

suhu di bagian pusat pangan mencapai suhu aman (>700C) selama

minimal 20 menit.

k. Menyimpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari

pendingin (sebaiknya suhu penyimpanan di bawah 500C).

l. Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam,

karena mikroba dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu

ruang.

m. Mempertahankan suhu pangan matang lebih dari 600C sebelum

disajikan. Dengan menjaga suhu di bawah 50C atau di atas 600C,

pertumbuhan mikroba akan lebih lambat atau terhenti.

n. Menyimpan produk pangan yang harus disimpan dingin, seperti susu

pasteurisasi, keju, sosis, dan sari buah dalam lemari pendingin.

o. Menyimpan produk pangan olahan beku, seperti nugget, es krim,

ayam goreng tepung beku, dll dalam freezer.

p. Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari

pendingin.

q. Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang.

r. Membersihkan dan mencuci buah-buahan serta sayuran sebelum

digunakan, terutama yang dikonsumsi mentah

Page 18: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

18

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

1.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri

dari bakteri, fungi dan virus.

2. Keracunan makanan adalah penyakit yang berlaku akibat memakan

makanan yang tercemar. Makanan dikatakan tercemar jika ia mengandung

sesuatu benda atau bahan yang tidak seharusnya berada di dalamnya

3. Keracunan Makanan terbagi menjadi 3 tipe yaitu infeksi makanan,

intoksikasi makanan, infeksi dan intoksikasi makanan

4. Bakteri penyakit bawaan makanan disebabkan oleh Campylobacter jejuni,

Salmonella sp, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Staphylococcus

aureus, Clostridium perfingens, Clostridiumbotulisme

5. Infeksi Bakteri pada Produk Makanan yaitu Dari Unggas, Seafood, Susu

dan makanan berbasis susu

6. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan pangan

akibat bakteri patogen adalah Mencuci tangan sebelum dan setelah

menangani atau mengolah pangan.

1.1. Saran

Karena penyebab keracunan makanan adalah kurangnya kesadaran

konsumen terhadap beberapa ancaman yang dibawa beberapa bahan makanan,

maka usaha peningkatan kesadaran akan bahaya keracunan makanan akibat

beberapa bahan makanan tertentu harus ditingkatkan.

Page 19: Toksisitas Mikrobiologi Pangan Kel 1

19

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2008. Keracunan Makanan: buku ajar ilmu gizi. Buku kedokteran

EGC :Jakarta

Budiyanto,Agus K.2003. Mikrobiologi Terapan. Malang: UMM Press

Pelczar, Michael J. Dan E.C.S Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta:

UI Press.

Winarno F.G.1983. Pencemaran Mikroba Dalam Makanan dan Makanan

Kaleng. Bandung: Institut Teknologi Bandung