thypoid fix
TRANSCRIPT
MAKALAH
SISTEM PENCERNAAN
“THYPOID”
Dosen Pengajar : Indah Mukaromah, S Kep.Ners
Oleh:
1. Masitoh Ika Cahyani
2. Erlinda Sofiana
3. Ach. Hoirul Mukhtar
4. Sri Ekawati
5. Tri Septi A
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
i
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Sistem Pencernaan
“Thypoid”
Di Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi S1 Keperawatan
Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum
Tahun Pelajaran 2013/2014
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1. Masitoh Ika Cahyani
2. Erlinda Sofiana
3. Ach. Hoirul Mukhtar
4. Sri Ekawati
5. Tri Septi A
disetujui dan disahkan pada 14 Mei 2013
MENYETUJUI / MENGESAHKAN
Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing
Indah Mukaromah, S Kep.Ners
Kata Pengantar
ii
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah "Thypoid" ini dapat
dipergunakan sebagai acuan dan pedoman maupun petunjuk bagi pembaca dalam proses
belajar mengajar.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi kami dan pembaca, sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan
dikembangkan bentuk maupun isinya agar kedepannya menjadi lebih baik.
Makalah yang sederhana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena
pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Jombang, 14 Mei 2013
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan Umum....................................................................................2
1.4 Tujuan Khusus...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Definisi..............................................................................................3
2.2 Etiologi..............................................................................................3
2.3 Patofisiologi dan PNP........................................................................3
2.4 Tanda dan Gejala, Manifestasi Klinis................................................6
2.5 Komplikasi..........................................................................................7
2.6 Penatalaksanaan.................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................10
3.1 Pengkajian.......................................................................................10
3.2 Analisis data....................................................................................12
3.3 Diagnosa keperawatan........................................................................13
3.4 Intervensi Keperawatan...................................................................13
3.5 Evaluasi...........................................................................................15
3.6 Pemeriksaan Penunjang...................................................................16
BAB IV PENUTUP...............................................................................................17
4.1 Kesimpulan......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak
negaraberkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap
penyakit ini tiap tahunnya. DiIndonesia diperkirakan insiden demam
typhoid adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan
angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari
penyakitinfeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini
merupakan penyakit infeksiterbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh
24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkandemam typhoid melebihi
2500/100.000 penduduk (Sudono, 2006).Demam tifoid atau typhus
abdominalls adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada ususkecil yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.
Typhi dengan masa tunas 6-14 hari.Demam tifoid yang tersebar di
seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan peroranganyang
buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup
umumnya adalahbaik. Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak
diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana.
Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama padamusim panas.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering
padaanak besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan
dengan perbandingan 2-3: 1.12 Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan
saja, sejak usia seseorang mulai dapatmengkonsumsi makanan dari luar,
apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurangbersih. Biasanya
baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus-menerus
lebihdari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan
diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak
buang air besar atau diare beberapa hari
Pada dasarnya kita tahu bahwa dalam sistem pencernaan terdapat empat
proses mencerna, yakni salah satunya adalah “absorbsi”.
1
Organ yang paling berperan pada proses absorbsi adalah usus. Pada
usus terdapat lapisan mukosa, lapisan submukosa, otot, dan serosa.
Thypoid adalah infeksi atau peradangan pada usus halus yang
disebabkan oleh bakter. Penyakit ini bisa menular melalui air dan makanan.
Presentase untuk penderita penyakit ini pria dan wanita seimbang dan sama-
sama beresiko, terutama pada usia 12-30 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah definisi Thypoid?
b. Apa etiologi dari Thypoid?
c. Bagiamana patofisiologi Thypoid?
d. Apa saja tanda dan gejala Thypoid?
e. Bagaimana penatalaksanaan Thypoid?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan Thypoid?
g. Apa pemeriksaan penunjang untuk penderita Thypoid?
1.3 Tujuan Umum
Secara umum, makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Sistem
Pencernaan.
1.4 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengertian dari Thypoid.
2. Mengetahui etiologi dari Thypoid.
3. Mengetahui tanda dan gejala dari Thypoid.
4. Mengetahui patofisiologi dari Thypoid.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien Thypoid.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien Thypoid
7. Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari Thypoid
8. Memahami berbagai macam pemeriksaan penunjang pada penderita
Thypoid
2
BAB II
PEMBAHASAN
THYPOID
3
2.1 DefinisiTyphoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang
terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).Demam typhoid
dan demam paratyphoid merupakan penyakit infeksi akut usus
halus.Demam paratyphoid biasanya lebih ringan dan menunujukkan
manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan enteritis akut.
(Tjokronegoro,arjatmo.1996) 2.2
EtiologiEtiologi thypoid abdominalis adalah salmonella typhi yang berhasil
diisolasi pertama kali dari seorang pasien thypoid abdominalis oleh Gaffkey
di Jerman pada tahun 1884, mikroorganisme ini merupakan bakteri gram
negatif yang motil dan bersifat aerob. Kuman Salmonella thypii masuk ke
dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar.
(Soegeng Soegijanto, 2002)2.3 PatofisiologiPada dasarnya, thypoid
merupakan penyakit sistem retikuloendotelial yang menunjukkan diri
terutama pada jaringan limf usus, limpa, hati, dan sumsum tulang. Di usus,
jaringan limf terletak antemesenterial pada dindingnya, dan dinamai plakat
peyer.Usus yang terserang tifus umumnya ileum terminale, tetapi kadang
bagian lain usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada mulanya,
plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol dan tampak seperti
infiltrat atau hiperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu pertama
infeksi, terjadi nekrosis dan tukak. Terkadang tukak dapat menimbulkan
perdarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Jaringan
sistem lain juga hampir terlibat. Kamdung empedu selalu terinfeksi, dan
bakteria hidup dalam empedu. Sel ginjal juga mengalami pembengkakan
4
karuh yang mengandung koloni bakteria. Itu sebabnya pada minggu
pertama ditemukan kumannya pada air kemih. (Sjamsuhidayat. 2005)
P
NP
2.4 Tanda dan GejalaDemam
Adanya inflamasi pada usus halus
a. Nyeri tekan perut
Limpa mengalami pembesaran
b. Anoreksi
Tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung
c. Mual dan muntah
Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa, Akibatnya
terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi
5
Dimakan manusiaSaluran pencernaan
Diserap oleh usus halus
Makanan
Lalat Feses + MuntahSalmonella tiphy
rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa
masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
d. Diare/ Konstipasi
Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa
kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
e. Lidah kotor
Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan
merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau
pedas.
(Sjamsuhidayat. 2005)
Manifestasi Klinis
a. Masa tunas 10 – 20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
b. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, nafsu makan kurang.
c. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat
febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua
pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
d. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau
tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput
putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan.
e. Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun
tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor atau koma
(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
6
f. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat
ditemukan pada minggu pertama demam.
2.6 Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dibagi dalam :
1. Komplikasi Intestinal
a. Pendarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ektra-intestinala. Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifel (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trombositoperia dan sidroma uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru
Pneumonia, emfiema, dan pleuritis
d. Komplikasi hepair dan kandung empedu
Hepatitis dan kolesistitis
e. Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis, periostitis, spondilitis, dan arthritis
f. Komplikasi neuropsikiatrik
Delirium, meningismus, meningistis, polyneuritis perifer, sindrom,
katatoni (Tjokronegoro,arjatmo.1996)
2.7 Penatalaksanaan
1. Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan
perawatan, observasi dan diberikan pengobatan yakni :
a. Isolasi pasien.
7
b. Desinfeksi pakaian.
c. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit
yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
d. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu
normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak
panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan diruangan.
2. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila
kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde
lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga
diberikan makanan biasa.
3. Obat
Obat anti mikroba yang sering digunakan :
a. Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan
thypoid. Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis
sampai 3 hari bebas panas/minimal 14 hari.
b. Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari
bebas panas/minimal 10 hari.
c. Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga
diterapi dengan ampicillin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi
dalam 4 dosis.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN THYPOID
3.1 Pengkajian
1 IDENTITAS
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat
badan, tanggal MRS.
2. KELUHAN UTAMA
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung,
nafsu makan menurun, panas dan demam.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
9
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak
pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia,
mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri
kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid
atau sakit yang lainnya.
6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan
timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa
yang dideritanya.
7. PEMERIKSAAN FISIK MENCAKUP:
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b. Pola eliminasi
Klien mengalami peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat
banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
c. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh
dan nyeri.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.
f. Pola sensori dan kognitif
10
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
tidak mengalami kelainan.
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di
rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h. Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK MENCAKUP :
a. Tes darah lengkap :
1. Leukopenia
2. Anemia
b. Gall culture : (+)
c. Tes Widal
3.2 Analisis Data
Analisa data Etiologi Masalah
Ds : klien mengeluh demam
tidak turun-turun.
Do : KU lemah,
TTV (suhu: 380 C, RR:
28X/menit, Nadi 55X/menit, TD:
85/60 mmHg
a. Adanya infeksi
b. Dehidrasi
Hipertermia
Ds: klien mengatakan sering
muntah dan tidak nafsu makan.
Do: Diare, muntah, tonus otot
a. Anoreksia
b. Mual/muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
11
buruk, membran mukosa pucat,
lemah.
Ds : klien mengatakan nyeri
pada bagian perut saat perut di
tekan.
Do : Wajah menyeringai,
memegangi bagian perut yang
nyeri,
Agen cidera (usus halus) Nyeri akut
Ds : klien mengatakan sering
muntah.
Do : penurunan turgor kulit, kulit
dan membran mukosa kering,
suhu tubuh meningkat,
Kehilangan volume
cairan (muntah)
Kekurangan
volume cairan
Ds: klien mengatakan susah
tidur.
Do: klien sering menguap, mata
terlihat lelah.
Ketidaknyamanan fisik
(suhu tubuh dan nyeri)
Insomnia
3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan
thypoid.
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
volume cairan (muntah) ditandai dengan klien mengatakan sering
muntah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (usus) ditandai dengan
klien mengatakan nyeri pada bagian perut saat perut di tekan.
3. Hipertermia berhubungan dengan adanya infeksi atau dehidrasi
ditandai dengan klien mengeluh demam tidak turun-turun.
12
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Anoreksia mual/muntah ditandai dengan
klien mengatakan sering muntah dan tidak nafsu makan.
5. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (suhu tubuh
dan nyeri) ditandai dengan klien mengatakan susah tidur.
3.4 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan 1:
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan volume
cairan (muntah) ditandai dengan klien mengatakan sering muntah.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X2 jam, tidak terjadi
defisit volume cairan
Kriteria Standart:
Turgor kulit baik, kulit dan membran mukosa lembab.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Kaji tanda dan gejala dehidrasi
hypovolemik, riwayat muntah,
kehausan dan turgor kulit
Hipotensi, takikardia, demam dapat
menunjukkan respon terhadap dan
atau efek dari kehilangan cairan
2 Observasi adanya tanda-tanda
syok, tekanan darah menurun,
nadi cepat dan lemah
Agar segera dilakukan tindakan/
penanganan jika terjadi syok
3 Berikan cairan peroral pada
klien sesuai kebutuhan
Cairan peroral akan membantu
memenuhi kebutuhan cairan
4 Anjurkan kepada orang tua
klien untuk mempertahankan
asupan cairan secara dekuat.
Asupan cairan secara adekuat
sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh
5 Kolaborasi pemberian cairan
intravena
Pemberian intravena sangat penting
bagi klien untuk memenuhi
kebutuhan cairan yang hilang
2. Diagnosa Keperawatan 2:
13
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (usus) ditandai dengan klien
mengatakan nyeri pada bagian perut saat perut di tekan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nyeri
hilang/berkurang
Kriteria Standart:
Wajah rileks, tangan tidak memegangi bagian perut yang nyeri,
TD : 80-120/60-80 mmhg
Nadi : 80-100x/mnt
Suhu : 36,5-370C
RR : 24-32x/mnt
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat
dan lamanya nyeri
Sebagai indikator dalam melakukan
intervensi selanjutnya dan untuk
mengetahui sejauh mana nyeri
dipersepsikan.
2 Berikan posisi yang nyaman
sesuai keinginan klien.
Posisi yang nyaman akan membuat
klien lebih rileks sehingga
merelaksasikan otot-otot.
3 Ajarkan tehnik nafas dalam. Tehnik nafas dalam dapat
merelaksasi otot-otot sehingga
mengurangi nyeri
4 Ajarkan kepada orang tua untuk
menggunakan tehnik relaksasi
misalnya visualisasi, aktivitas
hiburan yang tepat.
Meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian.
5 Kolaborasi obat-obatan
analgetik
Dengan obat analgetik akan
menekan atau mengurangi rasa nyeri
3.5 Evaluasi
14
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan atau penilaian akhir
dari proses keperawatan yang telah dilaksanakan. Dimana perawat mencari
kepastian keberhasilan dan juga mengetahui sejauh mana masalah klien dapat
diatasi. Jika belum berhasil dengan baik dilakukan kajian ulang atau merevisi
rencana tindakan.
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di
harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah :
1. Tanda-tanda vital stabil
2. Kebutuhan cairan terpenuhi
3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
4. Tidak terjadi hipertermia
5. Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri
6. Infeksi tidak terjadi
7. Keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
3.6 Pemeriksaan Penunjang
1 Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi
oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
a. Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh
bakteri
15
b. Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela
bakteri
c. Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari
simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan
untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam typhoid dan demam paratyphoid merupakan penyakit
infeksi akut usus halus.Demam paratyphoid biasanya lebih ringan dan
menunujukkan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan enteritis
akut. Pada anak-anak dengan demam paratyphoid,komplikasi lebih jarang
terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan
kelemahan umum,terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.
Saran
Kami menyadari dalam penulisan dan pembahasan makalah ini
banyak ditemui kesalahan dan kekurangan baik dari penulisan dan
pembahasan dikarenakan kami masih dalam proses pembelajaran, kami
menerima dengan lapang dada saran dan tanggapan dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini,dan kami juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis nantinya
16
DAFTAR PUSTAKA
C Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. Kompas Gramedia.
Doenges, Marilyn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ganong F William. 1999. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Guyton A, Hall John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati
Setiawan (penterjemah). Jakarta. EGC.
Robbins, dkk.2009.Buku Saku Dasar Patologi Penyakit.Jakarta : EGC.
Rubenstein, david. 2005. Kedokteran klinis. Jakarta: Erlangga
17