tetanus
DESCRIPTION
qqTRANSCRIPT
TETANUS
A. Definisi
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus
otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin (toksin) yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani
B. Faktor risiko
1. Tidak mendapat vaksinasi lengkap atau tidak melakukan pengulangan. Usia tua juga memperbesar resiko terserang tetanus karena imunitas terhadap tetanus sudah menurun.
2. Mengalami luka bakar3. Mengalami injeksi intramuskuler4. Bertato5. Frosbite yang sering ditemukan pada pendaki gunung6. Infeksi gigi seperti periodontal abscesses. 7. Mengalami luka tembus pada mata8. Infeksi pada luka pemotongan tali pusar9. Diabetes mellitus (mengalami gangren atau borok). 10. Mengalami luka kronik seperti borok, abses, gangren, dan operasi
C. Gejala khas
1. terjadi setelah suatu trauma
2. Kontaminasi luka dengan tanah, kotoran binatang, atau logam berkarat.
3. Sebagai komplikasi dari luka bakar, ulkus gangren, luka gigitan ular yang
mengalami nekrosis, infeksi telinga tengah, aborsi septik, persalinan, injeksi
intamuskular dan pembedahan.
4. Masa inkubasi tetanus umumnya 3-21 hari, tetapi bisa lebih pendek. Semakin
besar jarak antara tempat luka dengan SSP, masa inkubasi akan semakin
lama. Inkubasi dan onset yang lebih pendek berkaitan dengan tingkat
keparahan penyakit yang lebih berat dan prognosis yang makin buruk.
5. Keluhan awal dari tetanus umum (generalized tetanus) adalah nyeri kepala,
gelisah dan iritabel, lalu diikuti dengan kekakuan, sulit mengunyah, sulit
menelan, dan leher kaku.
6. Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot, dan apabila berat disfungsi
otonomik .
7. Rigiditas adalah kontraksi otot terus menerus, dan terdapat resistensi saat
digerakkan secara pasif (oleh orang lain)
8. Spasme otot adalah kontraksi otot yang tidak disadari atau terkendali dan
biasanya disertai rasa nyeri
9. Disfungsi otonomik adalah gangguan pada fungsi otonomik (sistem saraf
simpatis + sistem saraf parasimpatis)
10. Spasme otot masseter menyebabkan trismus atau “rahang terkunci”, sehingga
membuat pasien kesulitan membuka mulut. Meluas ke otot-otot wajah
menyebabkan ekspresi wajah yang khas, “risus sardonicus” dan meluas ke otot-
otot untuk menelan yang menyebakan disfagia.
11. Spasme otot laring dan pernafasan mengakibatkan obstruksi saluran nafas dan
dapat mengakibatkan asfiksia.
12. Rigiditas otot leher menyebabkan retraksi kepala.
13. Rigiditas tubuh menyebabkan opistotonus dan gangguan respirasi
14. Pasien dapat demam, walaupun banyak yang tidak, sedangkan kesadaran tidak
terpengaruh.
15. Toksin tidak mengganggu saraf sensorik maupun fungsi korteks dan pasien
tetap sadar, merasakan rasa nyeri yang kuat, terdapat rasa ketakutan terhadap
akan adanya kejang berikutnya.
16. Terdapat spasme otot yang bersifat episodik. Kejang bersifat mendadak,
kontraksi tonik yang kuat pada otot-otot sehingga posisi tangan mengepal,
lengan fleksi dan aduksi, sedang kaki hiperekstensi. Cahaya, suara dan
sentuhan adalah merupakan pencetus kejang. Pada awalnya, kejang ini hanya
berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih lama dan
dengan frekuensi yang lebih sering.
17. Spasme yang terjadi dapat sangat kuat sehingga menyebabkan fraktur atau
ruptur tendon. Jika sangat berat, terus-menerus, nyeri bersifat generalisata
sehingga menyebabkan sianosis dan gagal nafas.
18. Spasme faringeal sering diikuti dengan spasme laringeal dan berkaitan dengan
terjadinya aspirasi dan obstruksi jalan nafas akut yang mengancam nyawa.
19. Penyebaran kaudal yang progresif mempengaruhi seluruh tubuh.
20. Disuria dan retensi urine, kompressi fraktur dan pendarahan di dalam otot.21. Bila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi, tekanan darah tidak stabil 22. Takhikardia
D. Tipe Tetanus
Ada empat bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni:1. Generalized tetanus (tetanus umum)
Bentuk yang sering ditemukan dan dapat timbul mendadak. Memiliki pola
yang desendens. Gejala klinis seperti yang disebutkan diatas. Spasme dapat
berlangsung hingga 3-4 minggu. Selama periode ini penderita berada dalam
kesadaran penuh. Pemulihan sempurna memerlukan waktu hingga beberapa bulan.
2. Localized tetanus (tetanus lokal)
Tetanus lokal terjadi pada ekstremitas dengan luka yang terkontaminasi
serta memiliki derajat yang bervariasi. Kejang dan nyeri terjadi di otot sekitar luka.
Hal ini ditandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot di bagian proksimal luka; gejala
ini dapat terjadi selama beberapa minggu dan menghilang tanpa gejala sisa. Dapat
berkembang menjadi bentuk umum namun dengan derajat yang lebih ringan.
Bentuk ini merupakan tetanus yang jarang dan memiliki prognosis yang baik. Hanya
sekitar 1% kasus yang menyebabkan kematian.
3. Cephalic tetanus (tetanus sefalik)
Tetanus sefalik merupakan bentuk tetanus yang jarang dan ditandai adanya
trismus dan paralisis dari ≥ 1 saraf otak. Secara klinik dapat juga ditemukan retraksi
kelopak mata, deviasi arah bola mata, risus sardonicus, spasme otot lidah dan faring,
dan disfagia.
Umumnya terjadi setelah trauma kepala atau setelah infeksi telinga tengah.
Gejala terdiri dari disfungsi saraf kranialis motorik (seringkali pada saraf fasialis).
Gejala dapat berupa tetanus lokal hingga tetanus umum. Bentuk tetanus ini memiliki
masa inkubasi 1-2 hari. Prognosis biasanya buruk dan memiliki angka mortalitas
yang tinggi.
4. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah tetanus umum yang terjadi pada neonates.
Onset biasanya dalam 3-12 hari dengan gejala tidak mau menyusu disertai
menangis, mulut mencucu dan spasme berat. Bayi gelisah, rewel, kurang bergerak,
kalau dipegang bayi menjadi tegang kaku, dan opistotonus. Umbilikus nampak kotor,
dengan bekuan darah atau basah, berbau, dan tidak terawat baik. Tetanus
neonatorum terjadi pada negara yang belum berkembang dan menyumbang
sekitar setengah kematian neonatus. Tetanus neonatorum terjadi pada anak-anak
yang dilahirkan dari ibu yang tidak diimunisasi secara adekuat, terutama setelah
perawatan bekas potongan tali pusat yang tidak steril. Resiko infeksi tergantung
pada panjang tali pusat, kebersihan lingkungan, dan kebersihan saat mengikat dan
memotong umbilikus.
Biasanya terjadi dalam bentuk generalisata dan biasanya fatal apabila tidak
diterapi. Angka mortalitas dapat melebihi 70%. Diantara neonatus yang terinfeksi,
90% meninggal dan retardasi mental terjadi pada yang bertahan hidup.
E. Klasifikasi Ablett
Derajat I (ringan) : Trismus ringan sampai sedang, spastisitas generalisata, tanpa
gangguan pernapasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
Derajat II (sedang) : Trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme singkat
ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang dengan frekuensi
pernapasan lebih dari 30, disfagia ringan.
Derajat III (berat) : Trismus berat, spastisitas generalisata, spasme refleks
berkepanjangan, frekuensi pernapasan lebih dari 40, serangan apnea, disfagia
berat dan takikardia lebih dari 120.
Derajat IV (sangat berat) : Derajat tiga dengan gangguan otonomik erat
melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardia terjadi
berselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi(8):
- Adanya riwayat luka yang terkontaminasi, namun 20% dapat tanpa riwayat
luka.
- Riwayat tidak diimunisasi atau imunisasi tidak lengkap
- Trismus, disfagia, rhisus sardonikus, kekakuan pada leher, punggung, dan
otot perut (opisthotonus), rasa sakit serta kecemasan.
- Pada tetanus neonatorum keluhan awal berupa tidak bisa menetek
- Kejang umum episodik dicetusklan dengan rangsang minimal maupun
spontan dimana kesadaran tetap baik.
- Uji spatula dilakukan dengan menyentuh dinding posterior faring dengan
menggunakan akat dengan ujung yang lembut dan steril. Hasil tes positif jika
terjadi kontraksi rahang involunter (menggigit spatula), dan hasil negating
jika ada reflex muntah. Uji spatula memiliki spesifitas dan sensitivitas yang
tinggi.
- Temuan laboratorium (tidak ada yang spesifik):
- Lekositosis ringan
- Trombosit sedikit meningkat
- Glukosa dan kalsium darah normal
- Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat
- Enzim otot serum mungkin meningkat
- EKG dan EEG biasanya normal
- Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari
luka dapat membantu, tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan batang
gram positif berbentuk tongkat penabuh drum seringnya tidak
ditemukan.
- Kreatinin fosfokinase dapat meningkat karena aktivitas kejang (> 3U/ml)
G. Diagnosis Banding
1) Meningitis, meningoensefalitis, ensefalitis. Dijumpai kaku kuduk(+), gangguan
kesadaran dan kelainan LCS dan tidak dijumpai trismus dan risus sardonikus.
2) Tetani karena hipokalsemia. Dijumpai adanya spasme karpopedal dan laryngeal
spasm.
3) Keracunan striknin: minum tonikum terlalu banyak (pada anak). Dijumpai kaku
otot muka dan leher. Pada stadium awal , terjadi gerakan ekstensi yang masih
terkoordinasi, akhirnya menjadi konvulsi tetanik. Episode kejang berulang,
frekuensi kejang >> dengan adanya rangsang sensorik.
4) Rabies: dijumpai hidrofobia dan kesukaran menelan, pada anamnesis terdapat
riwayat gigitan binatang.
5) Trismus akibat proses lokal yang disebabkan oleh mastoiditis, OMSK, dan abses
peritonsilar. Biasanya asimetris.
H. Penatalaksanaan
Tatalaksana umum
1. Menjaga saluran napas tetap bebas, Oksigen, pernafasan buatan dan tracheostomi
bila diperlukan.
2. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi. Mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit. Pemberian cairan secara intravena sekaligus pemberian obat-obatan.
3. Farmakologi obat-obatan yang biasa dipakai pada tetanus
Diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat
kortikal. Setelah spasme berhenti, pemberian diazepam dilanjutkan dengan dosis
rumatan sesuai dengan keadaan klinis pasien.
- Dosis dewasa : ringan 5-10 mg oral tiap 4-6 jam, sedang 5-10 mg i.v, berat
50-100 mg dalam 500 ml D5 diinfuskan 40 mg perjam
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, glaukoma sudut sempit, kehamilan, pasien dengan
kadar albumin rendah dan gagal hati.
Fenbarbital
- Dosis dewasa : 1mg/kgBB i.m tiap 4-6 jam, tidak melebihi 400mg/hari
- Kontraindikasi : hipersensitivitas, gangguan fungsi hati, penyakit paru-paru
berat, pasien nefritis, dan kehamilan.
Baklofen intratekal. Relaksan otot kerja sentral.
- Dosis dewasa : <55 th = 100 mcg IT
>55 th = 800 mcg IT
Diberikan secara blus injeksi. Dapat diulang 12 jam atau lebih bila spasme
paroksismal kembali terjadi.
Dantrolen menstimulasi relaksasi otot dengan demodulasi kontraksi otot pada
daerah setelah hubungan myoneural dan dengan aksi langsungnya pada oto.
- Dosis dewasa : 1mg/kg i.v selama 3 jam. Diulang tiap 4-6 jam bila perlu.
Penisilin G. Terapi selama 10-14 hari
- Dosis dewasa : 10-24 juta unit/hari i.v terbagi dalam 4 dosis.
Metronidazole. Terapi selama 10-14 hari
- Dosis dewasa : 500mg per oral tiap 6 jam atau 1 g i.v tiap 12 jam. Tidak lebih
dari 4g/hari
Doksisiklin : 100mg oral/i.v tiap 12 jam
Vekuronium : 0,08-0,1 mg/kg i.v
A. Prognosis
Banyak faktor yang berperan penting dalam prognosis tetanus. Semakin pendek
masa inkubasi, prognosisnya menjadi semakin buruk. Semakin pendek masa awitan,
semakin buruk prognosis. Letak, jenis luka dan luas kerusakan jaringan turut
memegang peran dalam menentukan prognosis. Tetanus neonatorum dan tetanus
sefalik harus dianggap sebagai tetanus berat, karena mempunyai prognosis buruk.
Pemberian antitoksin profilaksis dini meningkatkan angka kelangsungan hidup,
meskipun terjadi tetanus. Berikut ini adalah skala/derajat keparahan yang
menentukan prognosis tetanus menurut sistem skoring Bleck
SISTEM SKORING 1 0MASA INKUBASI < 7 hari ≥ 7 hariAWITAN PENYAKIT < 48 jam ≥ 48 jamTEMPAT MASUK luka bakar, luka operasi,
bagian dari fraktur, aborsi septik, tali pusat, ataupenyuntikan intramuskular
Selain tempat tersebut
SPASME (+) (-)SUHUAKSILARREKTAL
38,4°C > 40°C
≤ 38,4°C ≤ 40°C
TAKIKARDIA DENGAN FREKUENSI LEBIH DARI 120X/MENIT (PADA NEONATUS >150X/MENIT)
(+) (-)
TETANUS UMUM (+) (-)
ADIKSI NARKOTIKA (+) (-)
TOTAL SKOR DERAJAT KEPARAHAN TINGKAT MORTALITAS
0-1 Ringan <10%
2-3 Sedang 10-20%
4 Berat 20-40%
5-6 Sangat berat >50%
Tetanus sefalik selalu merupakan derajat berat atau sangat berat
Tetanus neonatorum selalu merupakan derajat sangat berat