teori hasil belajar menurut para ahli document transcript.docx

26
Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript 1. Teori Hasil Belajar Hasil Belajar Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja. Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, ketermpilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Jenkins dan Unwin (Uno, 2011: 17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Jadi hasil belajar merupakan pengalamanpengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu. Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs (dalam Taruh, 2003: 17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Hal ini senada dengan Rasyid (2008: 9) yang berpendapat bahwa jika di tinjau dari segi proses pengukurannya, kemampuan seseorang dapat dinyatakan dengan angka. Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi dalam bentuk angka-angka. Dick dan Reiser (dalam Sumarno, 2011) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemmpuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat jenis, yaitu: (1) pengetahun, (2) keterampilan intelektual, (3) ketermpilan motor, dan (4) sikap. Sedangkan pendapat yang lain dikemukakan oleh Bloom dan Kratwohl (dalam Usman, 1994: 29) bahwa hasil belajar

Upload: ainurhayati

Post on 26-Dec-2015

150 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript

1. Teori Hasil Belajar Hasil Belajar Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja. Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, ketermpilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Jenkins dan Unwin (Uno, 2011: 17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Jadi hasil belajar merupakan pengalamanpengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu. Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs (dalam Taruh, 2003: 17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Hal ini senada dengan Rasyid (2008: 9) yang berpendapat bahwa jika di tinjau dari segi proses pengukurannya, kemampuan seseorang dapat dinyatakan dengan angka. Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi dalam bentuk angka-angka. Dick dan Reiser (dalam Sumarno, 2011) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemmpuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat jenis, yaitu: (1) pengetahun, (2) keterampilan intelektual, (3) ketermpilan motor, dan (4) sikap. Sedangkan pendapat yang lain dikemukakan oleh Bloom dan Kratwohl (dalam Usman, 1994: 29) bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom (dalam Usman, 1994: 29) membagi ranah kognitif menjadi enam bagian, yaitu (1) Pengetahuan, yang mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sulit, (2) pemahaman, yang mengacu pada kemampuan memahami makna materi, (3) penerapan, yang mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan atau prinsip, (4) analisis, yang mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponennya, (5) sintesis, yang mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola

2. struktur atau bentuk baru, dan (6) evaluasi, yang mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Selain ranah kognitif tersebut di atas, evaluasi juga dilakukan pada ranah afektif. Menurut Davies (dalam Dimyati, 2009: 205), ranah afektif berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai-nilai, perasaan, dan emosi. Sumiati (2007: 215) menjelaskan bahwa tingkatan afektif ada lima, dari sederhana ke yang kompleks. Kelima tingkatan tersebut yaitu (1) kemauan menerima, (2) kemauan menanggapi, (3) berkeyakinan, (4) penerapan karya, dan (5) ketekunan dan ketelitian. Hasil belajar yang berikutnya adalah dalam ranah psikomotor. Menurut Davies (dalam Dimyati, 2009: 207), ranah

Page 2: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudjana (1987: 54) menjelaskan bahwa hasil belajar dalam ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan-keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu. Harrow (dalam Dimyati, 2009: 208) mengemukakan taksonomi ranah psikomotor sekaligus menjelaskan bahwa penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa harus dilakukan dalam jangka waktu 30 menit. Taksonomi ranah psikomotor Harrow disusun secara hierarkis dalam lima tingkatan, yaitu: (1) meniru, artinya siswa dapat meniru atau mengikuti suatu perilaku yang dilihatnya, (2) manipulasi, artinya siswa dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan visual sebagaimana pada tingkat meniru, (3) ketetapan gerak, artinya siswa diharapkan dapat melakukan sesuatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual ataupun petunjuk tertulis, (4) artikulasi, artinya siswa diharapkan dapat menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat, dan (5) naturalisasi, artinya siswa diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Daftar Pustaka Dimyati, Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta Sumarno, Alim. 2011. Pengertian Hasil Belajar, (On Line) (http://elearning. unesa.ac.id/tag/teori-hasil-belajar-gagne-dan-driscoll-dalam-buku-apa di akses 19/07/2013 Pukul 14:39 Wita.) Rasyid, Harun dan Mansyur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima. Taruh, Enos.2003. Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi dalam Kaitannya dengan Hasil Belajar Fisika. Jurnal Penelitian dan Pendidikan (hlm.15-29) Gorontalo: IKIP Negeri Gorontalo. Uno, Hamzah B. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

3. Usman, Moh. Uzer. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Definisi hasil belajar Ada beberapa definisi hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Berikut definisi belajar tersebut: 1. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu yang relatif menetap. Hal ini sesuai pendapat 2. Definisi hasil belajar menurut Hamalik (2002: 155): Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. 3. Definisi hasil belajar menurut Dimyati (2002: 3): Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes. 4. Definisi hasil belajar menurut Hamalik (2002: 146) : Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sumber: ______, 2013, Defenisi Hasil Belajar, (On Line) (http://ahlidefinisi.blogspot.com/2011/02/definisi-hasil-belajar.html, di akses Tanggal 7/19/2013 pukul 14:39 wita)

.1 Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne 

Page 3: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat

bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar

pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan indiviu seseorang meliputi

lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan

itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan

menentukan akan menjadi apa ia nantinya.

Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu

bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan

mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan

sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap

meskipun hanya sementara.

Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus,

dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne

juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar,

fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

A. Sistematika ”Delapan TipeBelajar”

            Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:

1. Tipe belajar tanda (Signal learning)

Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa yang dikemukakan oleh Pavlov.

Semua jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal.

2. Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning)

Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe ini, timbulnya respons juga karena

adanya dorongan yang datang dari dalam serta adanya penguatan sehingga seseorang mau

melakukan sesuatu secara berulang-ulang.

3. Tipe belajar berangkai (Chaining Learning)

Page 4: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

Pada tahap ini terjadi serangkaian hubungan stimulus-respons, maksudnya adalah bahwa

suatu respons pada gilirannya akan menjadi stimulus baru dan selanjutnya akan menimbulkan

respons baru.

4. Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal association learning)

Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya yaitu memberikan

reaksi verbal pada stimulus/perangsang.

5. Tipe belajar membedakan (Discrimination learning)

Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar objek-objek

yang terdapat dalm lingkungan fisik.

6. Tipe belajar konsep (Concept Learning)

Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau pengertian

tentang suatu yang mendasar.

7. Tipe belajar kaidah (RuleLearning)

Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep.

8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving)

Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu

permasalahan.

B. Sistematika “Lima Jenis Belajar”

       Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana isinya

merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian tentang

sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh siswa.

Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang

dan memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi

tertentu.

            Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak

menunjukkan setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi

Page 5: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

memgelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan

berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi

lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal,

kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

1. Informasi verbal (Verbal information)

 Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk

bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang juga

menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi ”cap verbal” dan

”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek-

obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta adalah kenyataan yang diketahui, misalnya

’Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’.

2. Kemahiran intelektual (Intellectual skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya

sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol

(huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual terbagi lagi atas empat

subkemampuan, yaitu:

a. Diskriminasi jamak, yaitu kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan benda yang

dilihatnya.

b. Konsep, ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri sama.

Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret

adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang

didefinisiskan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk

pada realitas dalam lingkungan hidup fisik.

c.  Kaidah, yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau lebih sehingga

dapat memahami pengertiannya.

d.                   Prinsip. Dalam prinsip telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga

terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan prinsip

tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu permasalahan, dan kemudian menerapkan

prinsip tersebut pada permasalahan yang sejenis.

3. Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)

Page 6: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri,

sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.

4. Keterampilan motorik (Motor skill)

Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam

urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan

secara terpadu.

5. Sikap (Attitude)

Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil tindakan,

apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.

C. Fase-Fase Belajar

            Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4 buah fase

dalam proses belajar, yaitu:

1.      Fase penerimaan (apprehending phase)

Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah.

Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat

dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).

2.      Fase penguasaan (Acquisition phase)

Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah

belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada

kemampuan atau sikapnya.

3.      Fase pengendapan (Storage phase)

Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan

bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.

4.      Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)

Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud untuk

digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang

disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah

yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa yang

Page 7: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang

telah dimiliki tidak berubah-ubah.

Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses

belajar,sedangkan  pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.

D. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran

1. Mengontrol perhatian siswa.

2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru.

3. Merangsang dan mengingatkan kembali  kemampuan-kemampuan siswa.

4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.

5. Memberikan bimbingan belajar.

6. Memberikan umpan balik.

7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah

dicapainya.

8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.

9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan

yang baru diberikan.

E. Aplikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran      

Karakteristik materi matematika yang berjenjang (hirarkis) memerlukan cara belajar

yang berjenjang pula. Untuk memahami suatu konsep dan/atau rumus matematika yang lebih

tinggi, diperlukan pemahaman yang memadai terhadap konsep dan/atau rumus yang ada di

bawahnya.

 Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa

Page 8: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.

Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Taksonomi Bloom mengalami dua kali perubahan perubahan yaitu Taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom sendiri dan Taksonomi yang telah direvisi oleh Andreson dan KartWohl. Untuk pembahasan masing-masing dijelaskan sebagai berikut,

A. Ranah KognitifTujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi yang meliputi 6 tingkatan antara lain :

a. Pengetahuan (Knowledge) – C1Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat kembali

materi yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang istilah; (b) pengetahuan tentang fakta khusus; (c) pengetahuan tentang konvensi; (d) pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan; (e) pengetahuan tentangklasifikasi dan kategori; (f) pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan tentang metodologi. Contoh: menyatakan kebijakan.

b. Pemahaman (Comprehension) – C2Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); (b) interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi);(c) ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas arti/memaknai data). Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran

Page 9: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

c. Penerapan (Application) – C3Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata atau kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru. Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.

d. Analisa (Analysis) – C4Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah (domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya. Kemampuan menganalisis dapat berupa: (a) analisis elemen (mengidentifikasi bagian-bagian materi); (b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan); (c) analisis pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi). Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.

e. Sintesis (Synthesis) – C5Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi. Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang unik; (b) memproduksi rencana atau kegiatan yang utuh; dan (c) menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak. Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber.

f. Evaluasi (Evaluation) – C6Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan melakukan

evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom, yaitu: (a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal. Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban.

B. Ranah AfektifRanah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai,

penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks :

a. Penerimaan (Receiving) – A1Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi

yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. Dan

Page 10: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

kemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain. Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama seseorang.

b. Responsive (Responding) – A2Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi

peserta dan tertarik. Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas

c. Nilai yang dianut (Value) – A3Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian

tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”. Serta Kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku. Contoh: Mengusulkan kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai dengan nilai yang berlaku dan komitmen perusahaan.

d. Organisasi (Organization) – A4Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten

dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup. Dan Kemampuan membentuk system nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai. Contoh: Menyepakati dan mentaati etika profesi, mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab.

e. Karakterisasi (characterization) – A5Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur

sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Dan Kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan social. Contoh: Menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok

C. Ranah Psikomotorik Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan

fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut

Page 11: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.

a. Peniruan – P1Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang

diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

b. Manipulasi – P2Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan

pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

c. Ketetapan – P3Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-

respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.

d. Artikulasi – P4Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan

mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.

e. Pengalamiahan – P5Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik

maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

Revisi Taksonomi Bloom

Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi

Page 12: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan

tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya

dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:

1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.

2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari

urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahanperubahan

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).

Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami).

Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).

Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).

Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar,

yaitu creating (mencipta).

Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan evaluating (menilai).

Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam level: remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.

Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking

Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan

piramida di atas, secara logika adalah sebagai berikut:

- Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu

- Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu

- Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu

- Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu

- Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.

Page 13: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

Beberapa kritik dilemparkan kepada penggambaran piramida ini. Ada yang beranggapan bahwa

semua kegiatan tidak selalu harus melewati tahap yang berurutan. Proses pembelajaran dapat dimulai

dari tahap mana saja tergantung kreasi tiap orang. Namun demikian, memang diakui bahwa pentahapan

itu sebenarnya cocok untuk proses pembelajaran yang terintegrasi.

Hingga saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian. Skill menekankan

aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih tepat dipraktekkan bukan

dipelajari. Attitude juga merupakan faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran karena

attitude terbentuk sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru dilakukan pada ranah kognitif

yang difokuskan pada knowledge.

KONSEP PERMASALAHAN DALAM BELAJAR

Page 14: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

Diposkan oleh Ruby Audies di 02.12 1 komentar:

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Kamis, 28 November 2013

Resume Teori Humanistik

Teori Belajar Humanistik

A. Prinsip dasarTeori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun

terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan.

Teori belajar humanistik lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Page 15: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

Menurut pendapat kami, Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.

B. Karakteristik Teori Humanistik

1. Mementingkan manusia sebagai pribadi2. Mementingkan kebulatan pribadi3. Mementingkan peranan kognitif dan afektif4. Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept5. Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu6. Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri7. Mengutamakan insight (pengetahuan/pemahaman) (Suprayogi, 2005).

C. Prinsip Teori Humanistik Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki relevansi dengan keperluan mereka Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu semakin kecil Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar

D. Implementasi Teori Humanistik1.Guru Sebagai Fasilitator

a. Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):

b. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas

c. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

d. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

Page 16: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

e. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

f. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

g. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok

h. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

i. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

j. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

k. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

1. Merespon perasaan siswa2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa4. Menghargai siswa5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan

segera dari siswa)7. Tersenyum pada siswa.

Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan

positif.

Page 17: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri

4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,

melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai

secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

E. Tokoh – Tokoh Teori Belajar HumanistikTokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers

1. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.

Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Yang terpenting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

2. Abraham MaslowTeori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

Page 18: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang

(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3. Carl RogersRogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)2. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

1. Manusia mempunyai belajar alami2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi

dengan maksud tertentu3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara.6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya7. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar

Page 19: Teori hasil belajar Menurut Para Ahli Document Transcript.docx

F. Kelebihan dan kelemahan Teori Belajar Humanistik

Kelebihan Teori Belajar Humanistik

1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.

2. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

Kekurangan Teori Belajar Humanistik

1. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.2. Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar