pengertian pendidikan karakter menurut ahli

24
Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter ( character education ) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja , kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan , pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter . Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.

Upload: dinda-bunga-safitri

Post on 01-Jan-2016

86 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

''l,llkk

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter ( character education )   dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.

Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.

 

Pada awalnya, manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada banyak sekali teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :

Page 2: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.

2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.

3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.

4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.

Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia.

Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.

Mendidik karakter adalah bahasan unik, mengapa unik? Karena bahasan ini bisa “lari” kemana-mana bila kita membahas tentang manusia. Dan masalah tentang manusia adalah pekerjaan yang tidak ada habisnya, dari manusia lahir hingga meninggal banyak kejadian ajaib serta memalukan terjadi dalam kehidupannya.

Manusia adalah faktor penting dalam menciptakan kehidupan yang baik. Kehidupan yang baik dan sejahtera itu dapat dibentuk dan diciptakan. Pertanyaannya bagaimana membentuknya?

Bentuklah dari kebiasaan. Sebagai contoh, di Hong Kong kepadatan lalu lintas tidak seruwet di Jakarta, bahkan cenderung sepi dan lenggang. Dengan penduduk sekitar 8,8 juta lalu lintas kendaraan di Hong Kong termasuk lenggang, bahkan hari-hari sibuk juga lenggang. Apa orang hongkong tidak memiliki kendaraan? Tidak, ternyata di Hong Kong ada 2 kehidupan, kehidupan di dunia atas dan dunia bawah. Dunia atas adalah dunia yang saya maksudkan lenggang, tetapi dunia bawah adalah jalur subway atau kereta bawah tanah.

Jelas lebih padat aktifitas transportasi di dunia bawah. Hampir semua penduduk Hong Kong menggunakan fasilitas ini. Walaupun padat, tetapi meraka sangat teratur. Keluar melalui pintu

Page 3: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

samping kanan dan penumpang masuk melalui pintu samping kiri, rapi dan teratur. Bagaimana ini bisa terjadi?

Ternyata ini adalah proses dari pembiasaan, hal ini sudah di biasakan sejak anak di sekolah dasar, sekolah mengajarkan keteraturan-keteraturan ini sejak usia dini. Mereka dibiasakan untuk melakukan ini, sehingga kelak mereka terbiasa. Para pembaca sekalian, anda tahu berapa waktu yang di butuhkan untuk membentuk karakter seperti ini? Apakah 6 bulan? 1 tahun? Ini butuh proses yang cukup lama dan perlu dibudayakan.

Indonesia memiliki nenek moyang yang ramah tamah dan sangat santun dalam berelasi dengan sesama dan kehidupan kesehariannya. Tetapi mengapa hingga ke belakang (saat ini), nilai itu pudar semua? Australia, suku asli Aborigin, mereka jauh tidak beradap dan jauh lebih brutal dari nenek moyang kita, tetapi kini mereka masuk dalam kategori negara yang sangat teratur dan tingkat kehidupan yang cenderung makmur. Ungkap seorang kawan yang bercerita kepada saya. Teringat juga saya ketika rekan saya lebih tepatnya dosen pembimbing skripsi saya saat pulang dari Australia dan kita bertemu di tahun 2012. Dia bercerita, saat terjadi banjir yang melumpuhkan Brisbane, dosen saya termasuk orang yang beruntung karena dia tinggal di flat yang agak tinggi dan tidak perlu mengungsi. “Orang disana tidak egois, rumah yang masih ada penghuninya saling di datangi, entah mereka kenal apa tidak. Mereka ketok setiap pintu mereka tawarkan bahan makan dan selimut, bertanya apa yang kita butuhkan, mereka saling berbagi dengan mudahnya dan ikhlas”, “apakah itu petugas khusus penanganan bencana yang datang kerumah anda?” tanya saya, “bukan, itu adalah tetangga–tetangga saya yang senasib dengan saya, dan mereka tidak tinggal di pengungsian” merinding saya dengar cerita tersebut. Bagaimana mereka dapat hidup berdampingan seperti itu dan memperlakukan orang lain yang bukan asli Australia seperti itu, tanpa pamrih.

Seandainya kita bisa berlaku seperti negara tetangga kita, indahnya hidup dan kebersamaan ini. Hingga akhirnya saya diberi tahu suatu fakta yang membuat otak saya “kram” sesaat. Ternyata untuk mendidik dan menanamkan sikap seperti di negara tetangga kita itu butuh waktu minimal 16 tahun, secara kontinyu dan konsisten. Dan untuk mendidik anak baca dan tulis serta berhitung tidak lebih dari 6 bulan. Orangtua di Australia, tidak pusing jika anaknya belum bisa baca tulis, karena itu akan dikuasai dalam 6 bulan ke depan, tetapi sikap disiplin dan pembentukan karakter diterapkan sedini mungkin, mereka tahu itu lebih penting dari sekedar baca tulis diusia 3 -5 tahun.

Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.[3

Budi pekerti pada kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti [1]. Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran.[2] Pekerti berarti kelakuan.[2]

Page 4: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

Secara terminologi, kata budi ialah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut dengan nama karakter.[2]

Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behavior.[2] Jadi dari kedua kata tersebut budipekerti dapat diartikan sebagai perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.[2] Penerapan budi pekerti tergantung kepada pelaksanaanya.[2] Budi pekerti dapat bersifat positif maupun negatif.[2] Budi pekerti itu sendiri selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Budi pekerti didorong oleh kekuatan yang terdapat di dalam hati yaitu rasio.[2] Rasio mempunyai tabiat kecenderungan kepada ingin tahu dan mau menerima yang logis, yang masuk akal dan sebaliknya tidak mau menerima yang analogis, yang tidak masuk akal.[2]

Selain unsur rasio di dalam hati manusia juga terdapat unsur lainnya yaitu unsur rasa.[2] Perasaan manusia dibentuk oleh adanya suatu pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan suasana lingkungan.[2] Rasa mempunyai kecenderungan kepada keindahan [2] Letak keindahan adalah pada keharmonisan susunan sesuatu, harmonis antara unsur jasmani dengan rohani, harmonis antara cipta, rasa dan karsa, harmonis antara individu dengan masyarakat, harmonis susunan keluarga, harmonis hubungan antara keluarga.[2] Keharmonisan akan menimbulkan rasa nyaman dalam kalbu dan tentram dalam hati.[2] Perasaan hati itu sering disebut dengan nama “hati kecil” atau dengan nama lain yaitu “suara kata hati”, lebih umum lagi disebuut dengan nama hati nurani.[2] Suara hati selalu mendorong untuk berbuat baik yang bersifat keutamaan serta memperingatkan perbuatan yang buruk dan brusaha mencegah perbuatan yang bersifat buruk dan hina.[2] Setiap orang mempunyai suara hati, walaupun suara hati tersebut kadang-kadang berbeda. [6]. Hal ini disebabkan oleh perbedaan keyakinan, perbedaan pengalaman, perbedaan lingkungan, perbedaan pendidikan dan sebagainya. Namun mempunyai kesamaan, yaitu keinginan mencapai kebahagiaan dan keutamaan kebaikan yang tertinggi sebagai tujuan hidup.[

Moral[sunting | sunting sumber]

Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk [8]. Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika [9]. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan

Page 5: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia [10].

PENDIDIKAN KEPRIBADIAN DAN MORAL ANAK

1. Pendidikan Kepribadian Anak

a. Pengertian Kepribadian

Istilah kepribadian (personality) berasal dari kata latin persona yang artinya “topeng”. Pada bangsa Yunani kuno para aktor memakai topeng untuk menyembunyikan identitas mereka, dan memungkinkan mereka untuk mmerankan beberapa tokoh dalam drama. Teknik dramatik ini kemudian diambil oleh bangsa Roma, dan dari merekalah kita dapat istilah modern personality atau kepribadian.

Terdapat banyak defenisi istilah “kepribadian” kebanyakan diantaranya mengikuti defensi Allport, karena merupakan salah satu yang paling luas cakupannya. Menurutnya kepribadian adalah susunan sistem-sistem psikofisik(kebiasaan , sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional dan perasaan) yang dinamai dalam diri suatu individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap lingkungannya.

Dari beberapa pendapat tentang definisi kepribadian dapat dilihat adanya persamaan-persamaan atau persesuaian pendapat satu sama lain. Diantaranya ialah, bahwa kepribadian dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpa perubahan. Ia menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi dan merupakan interaksi antara kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada pada individu dengan lingkkungannya. Ia juga bersifat khas, mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari individu lain

b. Faktor-faktor Kepribadian

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian dapat dibagi sebagai berikut :

ü Faktor Biologis

Faktor biologis merupakan yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau sering juga disebut faktor fisiologis. Keadaan fisik baik yang berasal dari keturunan, maupun yang merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang, tidak ada yang mengingkarinya. Namun demikian itu hanyalah salah satu faktor saja. Dapat diketahui bahwa dalam pembentukan kepribadian selanjutnya faktor-faktor lain terutama faktor lingkungan dan pendidikan tidak dapat kita abaikan.

ü Faktor Sosial

Page 6: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

Yang dimaksud faktor sosial disini ialah masyarakat; yakni manusia-manusia lain disekitar anak yang bersangkutan. Termasuk didalamnya tradisi-tradisi, adat-istiadat, bahasa dan lain sebagainya yang berlaku dimasyarakat.

Keadaan dan suasana keluarga juga sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang anak, keluarga yang masih utuh (masih ada ayah dan ibunya) berbeda suasananya dengan keluarga yang sudah tidak ada lagi orang tuanya.

ü Faktor Kebudayaan

Diketahui bahwa kebudayaan itu tumbuh dan berkembang didalam masyarakat. Dapat dikenal pula bahwa kebudayaan tiap daerah berlainan. Di negara Indonesia sendiri dapat diketahui kehidupan orang-orang pedalaman berlainan dengan orang-orang Indonesia biasa.

c. Komponen Pola Kepribadian

Dalam hal pola kepribadian sistem-sistem psikofisik yang beragam yang membentuk kepriadian individu saling berkaitan, dan yang satu mempengaruhi yang lain. Dua komponen utama pola kepribadian adalah konsep diri dan sifat-sifat.

· Konsep diri

Konsep diri sebenarnya ialah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain dan apa kiranya reaksi orang lain terhadapnya.

· Sifat-sifat

Sifat-sifat adalah kualitas prilaku atau pola penyesuaian spesifik. Sifat mempunyai 2 ciri menonjol :Individualitas yang diperlihatkan dalam variasi kuantitas ciri tertentu, dan bukan dalam ke khasan ciri bagi orang itu. Dan konsistensi , yang berarti bahwa orang itu bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi serupa.

d. Teori Kepribadian

Adapun teori kepribadian menurut Sigmund Freud dapat diikhtisarkan dalam rangka :

1. Struktur kepribadian.

Kepribadian itu terdiri atas tiga aspek ;

Ø aspek biologis , mencari keenakan berdasarkan prinsip kenikmatan

Ø aspek psikologis, mencari keenakan dengan prinsip realitas (nyata dan real)

Page 7: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

Ø aspek sosiologis, mencari kesempurnaan dari pada aspek biologis dan psikologis. Seseorang dapat menilai sesuatu baik atau tidak untuk dilaksanakan.

2. Dinamika kepribadian.

Dalam dinamika kepribadian terdapat energi yang dinamakan energi psikis yang berasal dari pisiologis yang bersumber pada makanan, energi ini disimpan didalam instink-instink.

3. Perkembangan kepribadian.

Perekembangan kepribadian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan. Adapun sumber tegangan yang pokok adalah

· Proses pertumbuhan fisiologis

· Frustasi

· Konflik

· Ancaman

e. Kondisi Yang Menunjang Persistensi (ketetapan) Kepribadian

1. Bawaan

Sifat yang berkaitan, secara langsung atau tidak, dengan unsur bawaan anak akan lebih stabil dari ciri yang mempunyai sedikit hubungan dengan bawaan.

2. Pendidikan anak

Metode pendidikan anak dan sikap orang yang menggunakannya relatif tetap stabil, ini memperkuat konsep diri yang sedang berkembang dan pola penyesuaian anak yang karakteristik.

3. Nilai-nilai orang tua

Sifat-sifat kepribadian yang sangat dihargai orang tua diperkuat dengan penghargaan orang tua, sementara ciri yang tidak dihargai dibasmi dengan hukuman atau dengan tidak diberikannya penghargaan.

4. Memainkan peran

Peran yang dipelajari anak rumah mempengaruhi konsep dirinya. Karena permainan cenderung menetap selama masa kanak-kanak, pengaruhnya pada konsep diri akan lebih persisten.

5. Lingkungan sosial

Page 8: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

Karena anak melihat dirinya sebagaimana orang lain melihatnya, ini memperkuat perkembangan konsep diri dan metode penyesuaian karakteristik. Perubahan kemudian dalam lingkungan sosial mungkin tidak cukup untuk mengubah pola kepribadian.

6. Seleksi dalam lingkungan

Kepribadian anak atau suatu sifat dominan didalamnya menentukan pilihan lingkungan sosial. Melalui pergaulan terus menerus dengan orang dalam lingkungan tersebut, konsep diri anak dan pola penyesuaian karakteristik akan diperkuat.

f. Kondisi Yang Menunjang Perubahan Kepribadian

1. Perubahan fisik

Perubahan fisik yang disebabkan proses kematangan, gangguan struktural di otak, gangguan oragnik, gangguan endokrin, cedera, malnutrisi, obat-obat atau penyakit, sering disertai perubahan kepribadian. Pengaruhnya terutama pada konsep diri anak.

2. Perubahan lingkungan

Bila perubahan dalam lingkungan meningkatkan status anak dalam kelompok teman sebaya, perubahan mempunyai pengaruh menguntungkan pada konsep diri. Pengaruh ini tidak berasal dari perubahan lingkungan itu saja tetapi dari pengaruh perubahan itu pada anak.

3. Tatanan sosial

Semakin kuat dorongan untuk penerimaan sosial, semakin giat anak itu berusaha mengembangkan ciri kepribadian yang memenuhi pola yang disetujui masyarakat.

4. Peningkatan dalam kecakapan

Meningkatnya kemampuan, baik dalam keterampilan motorik maupun mental, mempunyai pengaruh menguntungkan pada konsep diri karena pengakuan sosial yang menyertai peningkatan kecakapan tersebut. Hal ini membantu anak mengubah perasaan ketidakmampuan menjadi perasaan mampu dan bahkan superioritas.

5. Perubahan peran

Perubahan dari peran bawahan menjadi peran egalitarian atau pemimpin di rumah, sekolah atau lingkungan akan meningkatkan kosep diri anak. Suatu perubahan kearah sebaliknya akan mempunyai dampak negative.

6. Pertolongan professional

Psikoterapi membantu anak mengembangkan konsep diri yang lebih meguntungkan dengan membantu mereka memperoleh wawasan akan penyebab konsep diri yang merugikan, dan

Page 9: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

dengan membantu mereka mengubah konsep diri yang merugikan itu ke yang lebih menguntungkan.

g. Kondisi Fisik yang Mempengaruhi Kepribadian

1. Kelelahan

Kelelahan menyebabkan anak mudah tersinggung dan mudah berkelahi, jadi mempengaruhi reaksinya terhadap orang dan sebaliknya.

2. Malnutrisi

Kurang gizi mengakibatkan tingkat energi rendah yang terungkap dalam bentuk iritabilitas, depresi, rasa malu, dan perilaku tidak sosial.

3. Kondisi fisik yang mengganggu.

Gangguan fisik seperti rasa gatal atau eksema mengarah ke reaksi emosional berlebihan.

4. Penyakit menahun

Penyakit menahun seperti alergi dan diabetes menyebabkan ketidakstabilan emosional, emosi negatif yang kuat, dan ketergantungan emosional pada anggota keluarga.

5. Kelenjar endokrin

Dari seluruh system endokrin, kelenjar tiroid mempunyai pengaruh paling besar pada kepribadian. Kondisi hipertiroid membuat anak gelisah, marah-marah, gugup, resah dan hiperaktif. Kondisi hipertiroid membuat anak letargik, tidak responsif, depresif, tidak puas, dan curiga.

h. Peranan Lingkungan terhadap kepribadian anak

Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Banyak hadis yang meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya. Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak yang dilahirkan berdasarkan fitrah, Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya dia yahudi atau Nasrani atau majusi”.

Page 10: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

Perlu ditekankan bahwa lingkungan tidak seratus persen mempengaruhi manusia, karena Allah menciptakan manusia disertai dengan adanya ikhtiar dan hak pilih. Dengan ikhtiarnya, manusia bisa mengubah nasibnya sendiri. Dalam tulisan ini juga mengkaji peran lingkungan keluarga dalam pembentukan pribadi seseorang.

Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan dan potensi genetik seseorang dan ia berperan dalam menyiapkan fasilitas-fasilitas atau bahkan menghambat seseorang dari pertumbuhan. Lingkungan jika dihadapkan dengan genetik ia adalah faktor luar yang berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan kepribadian seseorang baik itu faktor-faktor lingkungan pra kelahiran atau pasca kelahiran yang mencakup lingkungan alam, lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial juga mencakup lingkungan keluarga, sekolah, mazhab dan sebaginya.

Pentingnya lingkunganLingkungan sosial manusia adalah faktor penting dalam pembentukan ciri khas kejiwaan dan norma manusia, bahasa dan adab serta kearifan lokal. agama dan mazhablah pada umumnya yang memaksakan lingkungan sosial terhadap manusia.

Syahid Mutahhari berkata, “manusia meskipun ia tidak bisa memisahkan hubungannya dengan genetik, lingkungan alam, lingkungan sosial dan sejarah zaman secara keseluruhan, akan tetapi ia mampu melawannya sehingga bisa membebaskan dirinya dari ikatan faktor-faktor ini. Dari satu sisi manusia dengan kekuatan akal dan ilmunya dan dari sisi lain dengan kekuatan ikhtiar dan imamnya ia mampu melakukan perubahan pada faktor-faktor ini. Faktor-faktor ini ia rubah sesuai dengan kemauannya, sehingga ia menjadi pemilik bagi nasibnya sendiri. oleh karena itu benar kalau kita katakan bahwasanya lingkungan memiliki peran mendasar dalam pembentukan kepribadian manusia akan tetapi bukan faktor penentu yang pasti karena manusia memiliki ikhtiar.

1. Pendidikan Moral Anak

A. Defenisi Moral

Moral berasal dari bahasa latin mores, yang berarti tatacara, kebiasaan, dan adat. Moral adalah sesuatu yang setelah anda lakukan anda merasa nyaman, dan imoral adalah sesuatu yang setelah anda lakukan anda merasa tidak nyaman (Ernest Hemingway, penulis Amerika abad ke 20)

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma

Page 11: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat.

B. Tahap Perkembangan Moral

Perkembangan moral merupakan perbuatan penalaran, perasaan dan prilaku tentang standar mengenai benar atau salah. Teori psikoanalisis menurut Sigmund Frued, rasa bersalah dan keinginan untuk menghindari perasaan bersalah adalah dasar dari prilaku moral. Ketertarikan pada bagaimana anak berpikir mengenai isu moral dipicu oleh Piaget (1932). Dia mengamati anak-anak tentang pemikiran mereka tentang isu etis seperti mencuri, berbohong, hukuman, keadilan dan lain sebagainya.

Piaget meneliti anak-anak yang bermain kelereng dan mewawancarai mereka peraturan-peraturan bermain kelereng. Ketika salah satu peraturan diubah maka anak-anak tidak mau mengikutinya, seolah mereka berpendapat bahwa peraturan itu tidak dapat diubah, inilah yang dinamakan moralitas heteronom. Hal yang sama dicoba pada anak usia 7 tahun keatas dan hasilnya mereka menerima perubahan dan menyadari bahwa peraturan adalah konvensi yang disepakati dan dapat diubah.

Dalam buku lain tahap-tahap perkembangan moral sebagaimana yang dipaparkan oleh John Dewey yang kemudian dijabarkan oleh Jean Piaget juga, ia mengemukakan bahwasanya ada tiga tahap perkembangan moral yaitu; Tahap pramoral, yaitu ditandai bahwa anak belum menyadari keterikatannya pada aturan. Tahap konvensional, ditandai dengan berkembangnya kesadaran akan ketaatan pada kekuasaan. Tahap otonom, ditandai dengan berkembangnya keterikaan pada aturan yang didasarkan pada risiprositas.

Tahap-tahap perkembangan moral yang sangat dikenal keseluruh dunia adalah yang dikemukakan oleh Lawrence E. Kohlberg (1995), yaitu hampir sama dengan penjelasan sebelumnya, namun disini akan lebih diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tingkat Prakonvensional

Pada tingkat ini, anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk serta benar dan salah. Namun demikian, semua ini masih ditafsirkan dari segi akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran kebaikan) atau dari segi kekuatan fisik mereka memaklumkan peraturan.

Tingkat prakonvensional ini memiliki dua tahap, yaitu :

Page 12: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

a. Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan

Pada tahap ini, akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkannya.

b. Tahap orientasi relativis – instrumental

Pada tahap ini, perbuatan yang dianggap benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar yang berorientasi pada untung rugi. Disini terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas dan pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan secara fisik dn fragmatis. Resiprositas dilukiskan oleh Kohlberg (1995) dengan kalimat: “Jika mau menggarukkan punggungku maka aku juga akan menggarukkan punggungmu”. Jadi, hubungan disini bukan atas dasar loyalitas, rasa terima kasih, atau keadilan.

2. Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok, atau masyarakat. Semua itu dipandang sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri tanpa mengindahkan akibat yang bakal muncul. Sikap anak bukan saja konformitas terhadap pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung, dan membenarkan seluruh tata tertib, serta mengidentifikasikan diri dengan orang atau kelompok yang terlibat.

Tingkat konvensional ini memiliki dua tahap, yaitu:

a. Tahap orientasi kesepakatan antara pribadi atau disebut orientasi “Anak Manis”

Pada tahap ini, perilaku yang dipandang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Perilaku sering dinilai menurut niatnya sehingga sering kali muncul pikiran dan ucapan “sebenarnya dia bermaksud baik”. Mereka berpandangan bahwa orang akan mendapatkan persetujuan orang lain dengan cara menjadi orang baik.

b. Tahap orientasi hukum dan ketertiban

Pada tahap ini, terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap, dan penjagaan tata tertib sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas, dan menjaga tata tertib sosial yang ada. Semua ini dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dalam dirinya.

Page 13: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

3. Tingkat Pascakonvensional

Pada tingkatan usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi diri dari kelompok tersebut.

Tingkat ini memiliki dua tahap, yaitu:

a. Tahap orientasi kontrak sosial legalitas

Pada tahap ini, individu pada umumnya sangat bernada utilitarian. Artinya, perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh masyarakat. Pada tahap ini terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai dan pendapat pribadi sesuai relativisme nilai tersebut. Terdapat penekanan atas aturan prosedural untuk mencapai kesepakatan, terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan demokratis, dan hak adalah masalah nilai dan pendapat pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandang legal, tetapi dengan penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. Diluar bidang hukum, persetujuan bebas, dan kontrak merupakan unsure pengikat kewajiban.

b. Tahap orientasi prinsip dan etika universal

Pada tahap ini, hak ditemukan oleh keputusan suara batin sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu kepada komprehensivitas logis, universalitas, dan konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis, bukan merupakan peraturan moral konkret. Pada dasarnya inilah prinsip-prinsip universal keadilan, resiprositas, persamaan hak asasi manusia, serta rasa hormat kepada manusia sebagai pribadi.

C. Kesulitan Dalam Menghadapi Konsep Moral

1. Perkembangan kecerdasan. Tingkat intelegensi yang rendah mempersulit pemahaman konsep moral dan mempengaruhi kemampuan menilai situasi.

2. Jenis pengajaran. Pengajaran yang diberikan oleh orang tua dirumah, hendaknya mendukung untuk meningkatkan moral anak, bukan pengajaran yang merusak moral anak.

3. Perubahan dalam nilai social. Moral yang didapat anak dari sekolah hendaknya sesuai dengan lingkungan anak tersebut. Sebagai contoh disekolah anak diajarkan untuk jujur, namun dilingkungannya sendiri ia menemukan masyarakat yang suka berbohong, maka hal ini dapat menyulitkan untuk pembentukan moral anak.

Page 14: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

4. Kode moral yang berbeda. Sering kali guru mengajarkan kepada anak didiknya untuk saling tolong menolong, namun ketika ujian atau mengerjakan tugas anak didik juga selalu dilarang untuk menolong temannya yang sedang kesulitan mengerjakan soal (mencontek).

5. Variasi dalam berbagai situasi. Dalam hal ini “bertengkar” dapat dijadikan contoh, seorang anak diajarkan oleh gurunya, bahwa bertengkar itu tidak boleh, namun dalam situasi tertentu jika anak tersebut tidak bertengkar maka ia disebut pengecut. Nah dari sinilah variasi dalam berbagai situasi itu dapat menyulitkan konsep moral.

6. Konflik dengan tekanan social.

D. Pokok Utama Mempelajari Sikap Moral

Peran hukum, kebiasaan, dan peraturan. Dengan mempelajari sikap moral berarti juga mempelajari hukum-hukum, karena orang yang bermoral tidak akan melanggar hukum-hukum yang ada. Dengan moral maka kebiasaan dapat dibatasi sehingga tidak melanggar peraturan dan hukum.

Peran rasa bersalah dan rasa malu. Timbulnya rasa malu dan bersalah merupakan komponen dalam mempelajari sikap moral, dengan adanya rasa ini maka moral seseorang akan meningkat.

Peran hati nurani. Tahapan tertinggi moral terletak pada hati nurani seseorang, maka peranan hati nurani menjadi titik puncak dari mempelajari sikap moral.

Peran interaksi social. Interaksi sosial akan meningkat dan meluas jika seseorang telah mempelajari sikap moral dan mengaplikasikannya pada kehidupannya.

2. Pendidikan Akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.

Pembagian Akhlak

Akhlak Baik (Al-Hamidah)[sunting | sunting sumber]1. Jujur (Ash-Shidqu) adalah suatu tingkah laku yang didorong oleh keinginan (niat)

yang baik dengan tujuan tidak mendatangkan kerugian bagi dirinya maupun oranglain.

2. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)3. Malu (Al-Haya')4. Rendah hati (At-Tawadlu')5. Murah hati (Al-Hilmu)6. Sabar (Ash-Shobr)

Page 15: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata, "Rasulullah SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah Penyeru", "Di manakah itu, orang-orang yang utama (ahlul fadhl) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)". "Apa keutamaan kalian ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap bermurah hati". Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah itu menyerulah lagi penyeru, :"Di manakan itu, orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr). "Kesabaran apa yang kalian maksud ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (Hilyatul Auliyaa'/ Juz III/ Hal. 140)

Akhlak Buruk (Adz-Dzamimah)[sunting | sunting sumber]1. Mencuri/mengambil bukan haknya 2. Iri hati 3. Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip) 4. Membunuh5. Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain ( mahluk lain)

Ruang Lingkup Akhlak

1. Akhlak pribadiYang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya

seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.

2. Akhlak berkeluarga.Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban

orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk

Page 16: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.

Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan.

3. Akhlak bermasyarakat

Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.

Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.

4. Akhlak bernegaraMereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang

sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa

Page 17: Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.[1]

5. Akhlak beragamaAkhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena

itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.