swot anpotwil

9
Nama : Rosyifa Zaoja NPP : 23.1390 Kelas : H-1/ Kebijakan Pemerintahan PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI JAGUNG I. PENDAHULUAN Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung untuk pakan mencapai 50% dari total kebutuhan. Meskipun jagung di Indonesia merupakan komoditi pangan terpenting ke dua setelah padi/beras, namun bagi kehidupan sebagian masyarakat petani di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) sampai tahapan sekarang, jagung masih merupakan komoditi pangan andalan. Jagung selain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja, juga sebagai komoditi tradable yang dapat menghasilkan devisa negara melalui ekspor, khususnya di masa- masa mendatang. Di masa depan terdapat indikasi kuat bahwa tingkat permintaan jagung oleh industri akan terus meningkat, seiring dengan penambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat, meskipun tingkat partisipasi konsumsi dan tingkat konsumsi rumah tangga cenderung akan menurun, baik

Upload: andi-nurfadhilah-ichdar

Post on 04-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

analisis potensi wilayah

TRANSCRIPT

Page 1: Swot Anpotwil

Nama : Rosyifa Zaoja

NPP : 23.1390

Kelas : H-1/ Kebijakan Pemerintahan

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI JAGUNG

I.       PENDAHULUAN

Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai

peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas

ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung

untuk pakan mencapai 50% dari total kebutuhan.

Meskipun jagung di Indonesia merupakan komoditi pangan terpenting ke dua setelah

padi/beras, namun bagi kehidupan sebagian masyarakat petani di daerah Nusa Tenggara

Barat (NTB) sampai tahapan sekarang, jagung masih merupakan komoditi pangan andalan.

Jagung selain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja, juga sebagai komoditi tradable

yang dapat menghasilkan devisa negara melalui ekspor, khususnya di masa-masa mendatang.

Di masa depan terdapat indikasi kuat bahwa tingkat permintaan jagung oleh industri akan

terus meningkat, seiring dengan penambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi

masyarakat, meskipun tingkat partisipasi konsumsi dan tingkat konsumsi rumah tangga

cenderung akan menurun, baik secara regional (di NTB) maupun secara nasional (di

Indonesia).

Tingkat konsumsi jagung rumah tangga di NTB menurun dari 16,8 kg/kap/thn pada

tahun 1990, menjadi 13,9 kg/kap/thn pada tahun 1998, dan di tingkat nasional menurun

dari 9,72 kg/kap/thn pada tahun 1990, menjadi 6,81 kg/kap/thn pada tahun 1993 (Diperta

NTB, 1998, Departemen Pertanian, 1999). Sementara tingkat partisipasi konsumsi keluarga

menurun dari 52,3 persen pada tahun 1993 menjadi 46,3 persen pada tahun 1996 (Erwidodo,

et al. 1998).

Berdasarkan informasi tersebut yang diiringi dengan proses penyejagatan ekonomi di

tingkat dunia, maka masalah perdagangan jagung di Indonesia, tidak terlepas dari situasi

perdagangan jagung di tingkat internasional, nasional, dan regional. Oleh sebab itu maka

Page 2: Swot Anpotwil

daya saing jagung Indonesia, khususnya di NTB perlu diteliti bagaimana keunggulan

kompetitif, komparatif, dan dampak kebijakan pemerintah dalam penerapan harga dan

mekanisme pasar jagung setelah tiga tahun masa krisis berlangsung (1997).

II.    HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

Pengamatan dari sisi produksi dan konsumsi

a.    Prospek Komoditi jagung dari Sisi Produksi

Nusa Tenggara barat memiliki potensi lahan pengembangan jagung mencapai 269

ribu hektar. Pada 2008 tercatat baru 55,5 ribu hektar yang termanfaatkan. Ini berarti masih

tersisa 200 ribu hektar lebih potensi lahan jagung yang belum tergarap. Potensi lahan terluas

ada di Kabupaten Sumbawa 94,3 ribuhektar, kabupaten Bima 92,3 ribu hektar dan kabupaten

Lombok Tengah 52,9 ribu hektar.

Pemerintah NTB telah menetapkan jagung sebagai salah satu komoditas unggulan

daerah. Kebijakan strategis tersebut diikuti dengan merumuskan cetak biru (blue print)

pengembangan agrobisnis jagung dengan menekankan percepatan, inovasi dan nilai tambah

(PIN).

Strategi percepatan peningkatan produksi jagung NTB diterapkan dengan perluasan

areal tanam, peningkatan produktivitas, pengamanan produksi jagung, penguatan

kelembagaan dan pembiayaan, peningkatan nilai tambah dan dukungan inovasi teknologi.

Melalui percepatan program pengembangan agribisnis jagung, dipatok target produksi

jagung NTB dapat menembus 600 ribu ton pada 2013. Ini artinya mengalami lompatan

hampir lima kali lipat dari produsi jagung NTB 2008 yang baru mencapai 196 ribu ton.

Jika skenario percepatan pengembangan agribisnis jagung NTB berjalan, maka NTB

akan memberikan sumbangan besar kepada republik ini yang masih membeli jagung dari

pasar dunia rata-rata 1,2 juta ton tiap tahunnya.

b.    Prospek Komoditi jagung dari Sisi Konsumsi

Konsumsi protein maupun energi  masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) melampui

ajuran nasional, yakni untuk konsumsi energi mencpai 2.003 kkal perkapita per hari dari

anjuran 2.000 kkal per kapita per hari. "Sementara konsumsi protein tercatat 55,8 gram

Page 3: Swot Anpotwil

perkapita per hari dari ajuran nasional 52 gram perkapita per hari," kata Kepala Badan

Ketahanan Pangan Daerah (BUKPD) NTB, Ir. Husnanidiaty Nurdin di Mataram, Jumat.

Sedangkan dari prospek konsumsi pangan masyarakat NTB masih belum berimbang

dan masih didominasi komoditi kelompok padi-padian dengan skor Pola Pangan Harapan

(PPH) sebesar 72,7.

Khusus untuk beras, masyarakat NTB mengkonsumsi 556.777 ton per tahun atau rata-

rata 121,7 kg per kapita per tahun, diatas rata-rata nasional sekitar 110 kg per kapita per

tahun. "Besarnya konsumsi beras bagi masyarakat NTB, menunjukkan bahwa diversifikasi

makan di daerah ini masih rendah," katanya. Ia mengatakan, untuk merubah pola makan

masyarakat NTB dari beras keanekaragam makanan lain seperti jagung, ubi, ketela dan

singkong masih sulit.

Masih sering dijumpai di sejumlah desa yang masyarakatnya makan nasi yang dicapur

jagung dan ini sudah tradisi, namun tetap saja masyarakat tersebut dinilai kekurangan pangan.

Padahal dari segi produksi padi NTB kemungkinan tidak akan kekurangan beras malah

kelebihan. Produksi padi 2008 tercatat 1,7 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara

800.000 hingga 900.000 ton beras.

c.    Prospek Komoditi jagung dari Sisi Permintaan

Komoditas jagung saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang strategis.

Meskipun masyakarat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi jagung bukan sebagai

makanan pokok, namun permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan adanya

peningkatan. Peningkatan permintaan tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya

permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industri maupun

pakan ternak.

Permasalahan Komoditi jagung dari Segi Agribisnis

Permasalahan dalam pemasaran produk pertanian khususnya jagung pada umumnya

adalah mutu produk yang belum standar, ketepatan pengiriman dan kontinyuitas produksi.

Masalah mendasar ini harus diatasi dengan manajemen hulu-hilir sesuai dengan peran

masing-masing dalam setiap simpul perdagangan dengan memaksimalkan peran asosiasi

yang difasilitasi pemerintah.

Page 4: Swot Anpotwil

Subsistem Yang Berkaitan Dengan Agribisnis

Dalam hal ini peran subsistem penunjang sangat dibutuhkan dalam peningkatan

produksi jagung. Dimana subsistem penunjang merupakan kegiatan yang menyediakan jasa

bagi ketiga subsistem agribisnis yaitu subsistem hulu, subsistem hilir dan subsistem onfarm.

Adapun bagian-bagian dari subsistem penunjang dalam Agribisnis serealia komoditas jagung

yaitu :

A.       Lembaga-lembaga jasa pemberi modal kredit.

B.      Lembaga penelitian dan pengembangan

C.    Infrastruktur (Transportasi, Sarana Jalan, dll).

Subsistem Yang Paling Berperan

Dalam hal peningkatan produksi jagung, subsistem yang paling berperan dalam

menunjang peningkatan produksi jagung adalah subsistem infrastruktur. Infrastruktur

merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai salah satu pendukung utama dinamika dan

aktivitas pertanian. Infrastruktur sebagai salah satu faktor utama yang mendukung

pelaksanaan pengembangan pertanian mempunyai fungsi sebagai berikut :

a.       Sebagai sarana dalam hal pengadaan benih, pupuk, bahan kimia secara massal dan

memungkinkan penyediaannya menjadi lebih mudah.

b.      Membantu dalam hal pendistribusian sarana produksi pertanian dan pemasaran produk

pangan.

Pengembangan Agribisnis Komoditi jagung (analisa SWOT)

a.      Kekuatan :

         Tersedianya lahan pertanian yang luas

         Sebagian besar penduduk NTB bekerja di sektor  pertanian.

b.      Kelemahan:

         Rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan program agribisnis.

         Pembukaan lahan pertanian jagung secara besar-besaran.

Page 5: Swot Anpotwil

         Kegiatan pertanian masih dilakukan secara sendiri-sendiri sebagai suatu sistem

pertanian keluarga.

c.       Peluang:

         Dukungan pemerintah yang sangat besar terhadap program agribisnis.

         Peluang pasar yang terbuka.

         Pengembangan pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai sinergitas

budaya masyarakat dengan kekuatan modal sumberdaya alam dan biodiversitas

setempat.

d.      Ancaman:

         Lemahnya dukungan pembiayaan untuk industrialisasi pedesaan.

         Belum kuatnya organisasi petani.

         Persaingan pasar jagung.

Page 6: Swot Anpotwil

III. PENUTUP

a.    Kesimpulan

Program agribisnis berbasis jagung di Nusa Tenggara Barat (NTB) telah mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan peningkatan luas lahan yang

disertai dengan peningkatan produksi jagung. Keberhasilan program agribisnis berbasis

jagung di Nusa Tenggara Barat (NTB) disebabkan karena pengembangan program ini

didasarkan pada budaya dan kearifan lokal yang mengandalkan ketersediaan sumberdaya

alam (ketersediaan lahan, keseburan tanah, dukungan iklim, topografi) yang merupakan

kekuatan utama dari keberhasilan program tersebut. Dukungan pemerintah yang sangat besar

adalah peluang terhadap pengembangan program ini untuk mencapai tujuan peningkatan

perekonomian petani dan pemenuhan kebutuhan pasar. Akan tetapi rendahnya kualitas

sumberdaya manusia serta kurangnya kontrol terhadap perluasan lahan pertanian menjadi

kelemahan dari implementasi program agribisnis yang nantinya akan berdampak negatif

terhadap kelestarian lingkungan hidup. Ancaman yang cukup berarti terhadap

berlangsungnya program agribisnis adalah lemahnya dukungan lembaga finansial terhadap

industri jagung pedesaan,  persaingan pasar jagung, serta ancaman terhadap degradasi

lingkungan hidup.

b.    Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas strategi pengembangan program agribisnis berbasis

jagung harus diarahkan pada optimalisasi 9 (Sembilan) pilar agribisnis menuju pertanian

modern, pemanfaatan sinergitas budaya dan kearifan local melalui pemberdayaan masyarakat

serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program yang diarahkan pada pengembangan

program agribisnis yang berwawasan lingkungan.