studi kualitas air tanah dangkal kawasan tpa supit urang kota
TRANSCRIPT
STUDI KUALITAS AIRTANAH DANGKAL
KAWASAN TPA SUPIT URANG KOTA MALANG
JURNAL ILMIAH
KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh:
ENDAH RUSIANA PURWANDARI
NIM. 115060401111004-64
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2015
LEMBAR PERSETUJUAN
STUDI KUALITAS AIRTANAH DANGKAL
KAWASAN TPA SUPIT URANG KOTA MALANG
JURNAL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
ENDAH RUSIANA PURWANDARI
NIM. 115060401111004-64
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing I
Ir. Moh. Sholichin, MT., Ph.D.
NIP. 19670602 199802 1 001
Dosen Pembimbing II
Dr.Eng Tri Budi Prayogo, ST., MT.
NIP. 19720320 199512 1 001
STUDI KUALITAS AIRTANAH DANGKAL
KAWASAN TPA SUPIT URANG KOTA MALANG
Endah Rusiana Purwandari1, Moh. Sholichin
2, Tri Budi Prayogo
2
1Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya – Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jln. MT Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
TPA Supit Urang beroperasi sejaktahun 1993 di Kota Malang dengan sistem
Improved Sanitary Landfill. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas airtanah
dan membuat peta area sebaran kandungan parameter wajib dalam airtanah. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 parameter wajib yang
diujikan meliputi unsur besi, fluorida,kromium heksavalen, mangan, nitrat, tembaga dan
total bakteri koliform. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2014
menggunakan metode analisa deskriptif dengan pendekatan longitudinal dan Metode
Purposive Sampling dalam penentuan jumlah sampelnya. Data dari hasil pengujian
laboratorium dianalisa kualitasnya dengan menggunakan Metode Water Quality Index
(WQI) serta dipetakan sebaran unsur kandungan airtanahnya dengan menggunakan paket
program Surfer 8. Hasil analisa menunjukkan bahwa kualitas airtanah dangkal dari Sumur
Pantau 1 TPA Supit Urang tergolong ke dalam kelas 3 (tercemar ringan) ketika musim
kemarau dan kelas 2 (bersih) ketika musim hujan. Sedangkan sumur gali penduduk dan
sumber mata air tergolong dalam kelas 1 (sangat bersih) sehingga masih layak untuk
dikonsumsi, namun perlu dimasak dahulu untuk menghilangkan bakteri koliform yang
terkandung. Dengan demikian, lindi dari TPA Supit Urang memiliki potensi yang kecil
dalam mencemari airtanah dangkal pada kawasan tersebut.
Kata kunci: Airtanah, Lindi, TPA, Metode Water Quality Index, Surfer 8.
ABSTRACK
Supit Urang landfill has been operating since 1993 in Malang with Improved
Sanitary Landfill system. The purpose of this study was to evaluate the quality of
groundwater and make the spread area map of the parameters which contained in
groundwater. According to the Minister of Health No. 492/Menkes/Per/IV/2010,
parameters which is tested are iron, copper, manganese, fluoride, chromium hexavalent
and total coliform bacteria. This study was conducted in October until December 2014 by
using a descriptive analysis method with a longitudinal approach and Purposive Sampling
method for the determining the number of samples. The result data from laboratory test
were analyzed using the Water Quality Index Method (WQI) and mapped the distribution
of groundwater elements using Surfer 8 program. The results of the study showed that the
quality of shallow groundwater from Sumur Pantau 1 classified into grade 3 (lightly
polluted) when the dry season and grade 2 (clean) when rainy season. Meanwhile,
residents dug wells and spring belongs to grade 1 (very clean), so it is still suitable for
consumption, but it needs to be cooked first to kill coliform bacteria which contained. It
can be concluded, leachate from the Supit Urang landfill have less potential to
contaminate shallow groundwater quality in the study area.
Keywords: Groundwater, Leachate, landfill, WQI Method, Surfer 8.
1. PENDAHULUAN
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Supit Urang merupakan pengolahan akhir
sampah yang telah beroperasi sejak tahun
1993 di Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan
Sukun, Kota Malang. Dalam rangka
menuju pengelolaan sampah terpadu
Sistem Sanitary Land Field Full, TPA ini
menerapkan sistem Improved Sanitary
LandfillI sejak tahun 2011, yang
memberikan sistem pematusan air lindi
dan gas metan serta adanya penutupan
timbunan sampah dengan tanah setiap 21
hari sekali.
Meningkatnya pertumbuhan
penduduk mengakibatkan menipisnya
lahan pemukiman, sehingga semakin
banyak penduduk yang bermukim tidak
jauh dari keberadaan TPA Supit Urang
dengan jarak kurang dari 1 km. Beberapa
diantaranya memanfaatkan air sumur
sebagai sumber air baku. Sehingga apabila
terjadi pencemaran airtanah akibat
meresapnya air lindi yang berasal dari
pembusukan sampah, hal ini bisa menjadi
faktor penghambat bagi kelangsungan
hidup penduduk yang bermukim di
kawasan setempat.
Ditinjau dari hasil analisis pengujian
laboratorium kimia Universitas Miyazaki
– Jepang pada tahun 2008 menunjukan
bahwasanya salah satu sumur penduduk di
kawasan TPA Supit Urang memiliki
kandungan unsur kimia dengan kadar
yang cukup tinggi yaitu Mangan (Mn)
sebesar 12,154 mg/l (Pambudi, 2009). Jika
unsur kimia tersebut terkandung dalam
airtanah dalam kadar yang cukup tinggi,
tentunya akan membahayakan bagi
kesehatan apabila dikonsumsi secara terus
menerus. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Jufriadi (2004), telah
terjadi perembesan lindi (leachate) yang
terdeteksi hingga kedalaman 10 meter dari
permukaan tanah pada radius 500 meter
dengan arah rembesan menuju timur dan
utara dari TPA Supit Urang. Sedangkan
pada radius 50 meter di sekitar TPA,
kontaminan terdeteksi hingga kedalaman
25 meter dari permukaan tanah. Oleh
sebab itu diperlukan studi penelitian untuk
mengevaluasi kondisi kualitas airtanah
dangkal di kawasan sekitar TPA Supit
Urang yang telah beroperasi selama 21
tahun.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi kualitas airtanah
dangkal serta memetakan persebaran
parameter wajib dari unsur yang ter-
kandung pada airtanah dangkal kawasan
sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Supit Urang dalam radius 2 km.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Lokasi Studi
Secara administratif TPA Supit Urang
berada di Desa Mulyorejo (Gambar 1.),
Kecamatan Sukun dengan jarak dari Kota
Malang sekitar 1 km ke arah barat dengan
letak koordinat 7°59'01.410"LS dan
112°34'42.610"BT serta memiliki luas
lahan seluas 30 Ha pada tahun 2014.
Gambar 1. Daerah Lokasi Penelitian
Topografi lokasi TPA Supit Urang
berupa perbukitan dengan ketinggian 540
m di atas permukaan air laut dengan beda
ketinggian antara bagian atas dan bagian
bawah sekitar ±15 m. Kondisi geologi di
kawasan TPA Supit Urang terdiri dari
kelompok batuan andesit dan batuan
sedimen serta memiliki bentuk lahan
geologi alluvium. Disamping itu tersusun
atas tiga kelompok jenis tanah yang
berbeda, yakni kelompok jenis tanah
mediteran coklat kekuningan (inceptisol),
andosol (andisol), dan litosol (entisol).
TPA Supit Urang memiliki jalan
operasi dengan panjang sekitar 2 km
dengan lebar ±4 m. Timbunan sampah
rata-rata ±700 m3/hari sampai dengan 800
m3/hari atau ±21.000 m
3/bulan sampai
dengan ±24.000 m3/bulan (Pambudi,
2009:34).
2.2. Data dan Peralatan yang Digunakan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Peta Rupa Bumi Sheet 1608- 111.
2. Peta geologi dan jenis tanah lokasi
studi.
Peralatan yang digunakan meliputi:
1. Global Position Satelite (GPS) Merk
Garmin 76CS x, untuk menentukan
koordinat sumur.
2. Roll Meter, untuk mengukur dimensi
sumur.
3. Botol Mineral ukuran 1,5 liter, tempat
wadah sampel yang akan diujikan ke
laboratorium.
4. Ice Box, untuk pengawetan.
5. Air bebas analit (Aqua Demineralized/
TDS = 0), untuk mencuci wadah
sampel.
6. Stiker/Label, untuk memberi identitas
pada masing-masing wadah sampel.
7. Alat tulis, untuk mencatat hasil
pengukuran lapangan.
8. Kamera, untuk mendokumentasikan
proses pengambilan sampel.
2.3. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode
analisa deskriptif dengan pendekatan
longitudinal yang dilakukan pada Oktober
2014 hingga Desember 2014, dan Metode
Purposive Sampling untuk penentuan
jumlah sampelnya yang berjumlah 8 titik
pengambilan sampel airtanah dangkal
meliputi Sumur Pantau 1, 1 sumber mata
air dan 6 sisanya sumur gali penduduk.
Untuk menetapkan kelayakan kualitas
air sumur sebagai bahan baku air minum,
maka hasil uji sampel dari laboratorium
dianalisa menggunakan Metode Water
Quality Index (WQI) dengan rumus
sebagai berikut:
WQI =
keterangan:
WQI = Nilai Water Quality Index
Ci = konsentrasi variabel i
Pli = standar baku mutu yang
diijinkan untuk variabel i
n = jumlah variabel
Pembagian kelas menurut metode ini
ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Katagori Mutu Kualitas Air.
Nilai WQI Kualitas air
Rekomendasi Kelas Tingkat
WQI ≤ 0,30 1 Sangat
bersih
Tidak diperlukan pengolahan. Sesuai untuk berbagai macam
penggunaan.
0,31
≤ WQI ≤
0,89
2 Bersih
Untuk minum dan pertanian perlu pengolahan, untuk perikanan
tanpa pengolahan.
0,90
≤ WQI ≤
2,49
3 Tercemar
ringan
Tidak sesuai untuk minum dan pertanian, jika tidak ada pilihan
maka perlu dilakukan pengolahan untuk kedua kebutuhan tersebut.
Tidak memerlukan pengolahan jika digunakan untuk peternakan,
rekreasi, dan tujuan olah raga.
2,50
≤ WQI ≤
3,99
4 Tercemar
sedang
Dapat digunakan untuk irigasi dan keperluan industri dengan
pengolahan terlebih dahulu.
4,00
≤ WQI ≤
5,99
5 Tercemar
berat
Hanya dapat digunakan untuk kepentingan industri berat yang tanpa
kontak bandan setelah dilakukan pengolahan tertentu.
WQI ≥ 6,00 6 Kotor Tidak sesuai untuk berbagai kebutuhan dan biaya pengolahan
sangat ekstensif (mahal).
Sumber: Altansukh dan Davaa (2011): Application of Index Analysis to Evaluate The Water Quality of
The Tuul River in Mongolia. Journal of Water Resources and Protection, 3, 398-414.
Standar baku mutu yang digunakan
adalah ketetapan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
Ketetapan tersebut mengacu pada kadar
maksimum parameter kualitas air yang
diperbolehkan untuk dikonsumsi.
Tabel 2. Standar Baku Mutu
Jenis Parameter Satuan Kadar Max yang
Diperbolehkan
Besi (Fe) mg/liter 0,30
Fluorida (F-) mg/liter 1,50
Mangan (Mn) mg/liter 0,40
Nitrat (NO3-N) mg/liter 10,00
Tembaga (Cu) mg/liter 2,00
Kromium (Cr6+) mg/liter 0,05
Total Bakteri
Koliform
MPN/
100ml 0,00
Sumber:Peraturan Menteri Kesehatan No. 492
Tahun 2010.
2.4. Diagram Alir Pengerjaan
Langkah-langkah dalam pengerjaan
penelitian ini dapat dilihat pada diagram
alir pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan Lokasi Studi
Berdasarkan studi ilmiah yang telah
dilakukan sebelumnya serta keadaan
topografi pada lokasi penelitian, maka
pengambilan sampel penelitian dilakukan
di sebelah timur, utara dan selatan TPA
Supit Urang. Hal ini dikarenakan kondisi
topografi bagian barat lokasi studi yang
lebih tinggi dari TPA Supit Urang dan
tidak terdapatnya daerah pemukiman
penduduk maka tidak diperoleh sampel
pada lokasi tersebut. Sehingga digunakan
8 sampel pada penelitian ini yang terdiri
dari 1 Sumur Pantau TPA Supit Urang, 6
sumur penduduk dan 1 sumber mata air
yaitu Sumber Bening seperti yang
ditunjukan pada peta lokasi pengambilan
sampel Gambar 3.
Gambar 3. Peta Lokasi Pengambilan
3.2. Hasil Pengujian Laboratorium
Data hasil pengujian sampel airtanah
dangkal kawasan TPA Supit Urang
ditinjau parameter kimia dan parameter
mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 3
dan Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 3. Data Hasil Pengujian
Laboratorium Untuk Parameter Kimia
Lanjutan Tabel 3.
Mulai
Penentuan Titik Koordinat
Pengambilan Sampel Airtanah dengan
Metode Purposive Sampling
Pengujian Sampel Airtanah di Laboratorium
Analisa Kualitas Airtanah Dangkal
Metode Water Quality Index
Pemetaan Nilai Hasil Uji Kualitas Air oleh Laboratorium dengan
Program Surfer 8
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Penentuan Status Mutu Airtanah Dangkal Sesuai dengan Baku Mutu
yang Ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 492 Tahun 2010
Pembahasan
Kesesuaian
dengan
Baku Mutu
Ya
Rekomendasi/
SolusiTidak
- Peta Topografi Kota Malang
- Peta Geologi Kota Malang
- Peta Jenis Tanah Kota Malang
Data Hasil Pengujian Sampel
Airtanah di Laboratorium
Pengambilan Sampel Primer dengan
Pendekatan Longitudinal (dalam radius 2 km dari pusat TPA)
Peta Sebaran Parameter Unsur
Kandungan Airtanah
Lanjutan Tabel 3.
Tabel 4. Data Hasil Pengujian
Laboratorium Untuk Parameter
Mikrobiologi
Apabila disajikan dalam bentuk
diagram batang yang dapat menunjukkan
perbandingan konsentrasi terhadap standar
baku mutu ketika kondisi musim hujan
dan musim kemarau akan dicontohkan
pada Gambar 4 dan Gambar 5 sebagai
berikut:
Gambar 4. Kondisi Kandungan Senyawa
Nitrat (NO3-N)
Gambar 5. Kondisi Kandungan
Unsur Mangan (Mn)
Sehingga hasil dari analisa
pengujian sampel airtanah dangkal
kawasan TPA Supit Urang yang diperoleh
dari sumber mata air “Sumber Bening”,
Sumur Pantau 1 TPA Supit Urang dan
sumur-sumur penduduk kondisi
kandungan parameter wajib pada bulan di
musim kemarau (dry season) dan musim
hujan (rainy season) dapat ditabelkan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Analisa
Karakteristik Masing-masing Parameter. No Parameter Hasil Analisa
1. - Besi (Fe) - Fluorida (F-) - Kromium
heksavalen (Cr6+) - Tembaga (Cu)
Aman pada semua
sampel.
(Pada musim kemarau
dan musim hujan jumlah
konsentrasi berada di
bawah standar baku yang
diijinkan).
2. Mangan (Mn) - Pada musim kemarau
dan musim hujan sampel
dari Sumur Pantau 1
TPA Supit Urang
konsentrasi melebihi
standar baku mutu yang
diijinkan.
- Aman pada sampel
sumur penduduk dan
sumber mata air (Pada
musim kemarau dan
musim hujan jumlah
konsentrasi berada di
bawah standar baku
yang diijinkan).
3. Nitrat (NO3-N) Aman pada sampel
Sumur Pantau 1 dan
sumber mata air (Pada
musim kemarau dan
musim hujan jumlah
konsentrasi berada di
bawah standar baku yang
diijinkan). Untuk sumur
penduduk rata-rata aman,
kecuali ketika musim
kemarau sampel dari
Sumur 1 konsentrasi
senyawa nitrat melebihi
standar baku mutu yang
diijinkan.
4. Total bakteri
Koliform
Pada musim kemarau
dan musim hujan jumlah
konsentrasi melebihi
standar baku yang
diijinkan untuk semua
sampel.
Sumber: Hasil analisa.
10,279,63
8,34
9,34
3,57
2,92
0,27
3,07
8,908,47
0,91
7,66
0,34
2,60
0,03
2,63
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
SUMUR 1 SUMUR 2 SUMUR 3 SUMUR 4 SUMUR 5 SUMUR 6 SUMUR
PANTAU
SUMBER
BENING
Ko
nse
ntr
asi
Nit
rat
(mg
/l)
Titik Sampel
Kandungan Nitrat (NO3-N) pada Airtanah Dangkal
Kawasan TPA Supiturang
Dry Season
Rainy Season
Batas Standar
10 mg/l
0,0130,194
0,0 0,0 0,0 0,0
3,241
0,0<0,011 0,088<0,011 <0,011 <0,011
0,0
0,949
<0,0110,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
SUMUR
1
SUMUR
2
SUMUR
3
SUMUR
4
SUMUR
5
SUMUR
6
SUMUR
PANTAU
SUMBER
BENING
Ko
nse
ntr
asi
Ma
ng
an
(m
g/
l)
Titik Sampel
Kandungan Mangan (Mn) pada Airtanah Dangkal
Kawasan TPA Supiturang
Dry Season
Rainy Season
Batas Standar
0,4 mg/l
Ditinjau dari hasil rekapitulasi pada
Tabel 5. menunjukkan bahwasannya
perbedaan musim berpengaruh terhadap
jumlah konsentrasi dari masing-masing
unsur, tergantung ion yang terkandung
pada unsur terkait. Maka, dalam hal ini
kondisi musim hujan dapat mempengaruhi
jumlah konsentrasi kandungan unsur pada
airtanah.
3.3. Analisa Mutu Kualitas Air
Analisa kualitas air dilakukan dengan
melakukan perhitungan dari hasil data
pengujian laboratorium menggunakan
Metode Water Quality Index dan standar
baku mutu yang diijinkan untuk
kebutuhan air minum sesuai yang telah
ditetapkan pada Peraturan Menteri
Kesehatan No. 492 Tahun 2010.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Kualitas Air
dengan Metode WQI.
No Nama
Sampel WQI Kls
Tingkat
Kualitas Keterangan
1. Sumur 1
Dry
Season 0,167 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
2 MPN/100ml
Rainy
Season 0,224 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
< 2 MPN/100ml
2. Sumur 2
Dry
Season 0,229 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
17 MPN/100ml
Rainy
Season 0,313 2 Bersih
Total Koliform
5 MPN/100ml
3. Sumur 3
Dry
Season 0,134 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
< 2 MPN/100ml
Rainy
Season 0,128 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
< 2 MPN/100ml
4. Sumur 4
Dry
Season 0,119 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
12 MPN/100ml
Rainy
Season 0,228 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
2 MPN/100ml
5. Sumur 5
Dry
Season 0,075 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
2 MPN/100ml
Rainy
Season 0,294 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
< 2 MPN/100ml
6. Sumur 6
Dry
Season 0,039 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
8 MPN/100ml
Rainy
Season 0,145 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
2 MPN/100ml
No Nama
Sampel WQI Kls
Tingkat
Kualitas Keterangan
7. Sumur Pantau 1 TPA Supit Urang
Dry
Season 1,112 3
Tercemar
Ringan
Total Koliform
2 MPN/100ml
Rainy
Season 0,497 2 Bersih
Total Koliform
9 MPN/100ml
8. Sumber Mata Air Bening
Dry
Season 0,120 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
2 MPN/100ml
Rainy
Season 0,141 1
Sangat
Bersih
Total Koliform
12 MPN/100ml
Sumber: Hasil Analisa Perhitungan dari Hasil Uji
Laboratorium pada Tahun 2014.
Sehingga meskipun pada sumur
penduduk mutu kualitas airnya termasuk
kedalam katagori tingkat kualitas sangat
bersih namun tetap tidak dapat langsung
dikonsumsi mengingat pada airtanah pada
setiap sampel tersebut mengandung
bakteri koliform.
Rekomendasi peruntukan airtanah
berdasarkan kelas kualitas air menurut
WQI akan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekomendasi Peruntukan Airtanah.
No Kualitas
Air
Nama
Sampel Rekomendasi
1. Kelas 1 - Sumur 1
- Sumur 3
- Sumur 4
- Sumur 5
- Sumur 6
- Sumber
Mata Air
Sesuai untuk berbagai
macam penggunaan.
Namun adanya kandungan
total bakteri koliform
dalam airtanah
menyebabkan perlu
dilakukannya proses
pengolahan atau dimasak
untuk menghilangkan
bakteri koliform yang
terkandung dalam air agar
layak dikonsumsi.
2. Kelas 2 Sumur 2 Untuk minum dan
pertanian perlu
pengolahan, untuk
perikanan tanpa
pengolahan.
3. Kelas 3 Sumur
Pantau 1
TPA
Supit
Urang
Tidak sesuai untuk
peruntukan air minum
dan pertanian, jika tidak
ada pilihan maka perlu
dilakukan pengolahan
untuk kedua kebutuhan
tersebut. Tidak
memerlukan pengolahan
jika digunakan untuk
peternakan, rekreasi, dan
tujuan olah raga.
Sumber: Hasil Analisa.
3.4. Pemetaan Kandungan Airtanah.
Pemetaan kandungan airtanah ini
dilakukan berdasarkan koordinat yang
telah diperoleh ketika survey di lokasi
penelitian dengan menggunakan GPS
(Global Position system) dan data hasil
pengujian sampel di laboratorium.
Pemetaan dilakukan dengan menggunakan
paket program Surfer 8, sehingga
dihasilkan peta kontur dan peta area
penyebaran seperti contoh pada Gambar
6 dan Gambar 7 dibawah ini:
Gambar 6. Peta Kontur Kandungan Unsur
Mangan Pada Musim Kemarau.
Gambar 7. Peta Area Kandungan Unsur
Mangan Pada Musim Kemarau.
Tabel 8. Rekapitulasi Kandungan Parameter
Tertinggi di Daerah Penelitian.
Parameter
Daerah
Kandungan
Tertinggi
Nama Desa
Besi (Fe) Sumur 5 Ds. Jedong
Fluorida (F-) Sumur 3 Ds. Mulyorejo
Mangan (Mn) Sumur Pantau 1 Ds. Mulyorejo Nitrat (NO3-N) Sumur 1 Ds. Mulyorejo
Tembaga (Cu) Persebaran
Merata
Ds. Mulyorejo
- Ds. Jedong
Kromium (Cr6+)
Sumur 1, 2, 3, 5,
Sumur Pantau 1
dan
Sumber mata air
Ds. Mulyorejo
- Ds. Jedong
Total Koliform Sumur 2 Ds. Mulyorejo
3.5. Perbandingan Hasil Penelitian
dengan Studi Terdahulu.
Penelitian pada tahun 2004 yang
dilakukan oleh Jufriadi, menyebutkan
bahwa perembesan lindi (leachate) pada
radius 500 meter terdeteksi hingga
kedalaman 10 meter. Untuk radius 50
meter di sekitar TPA, kontaminan
terdeteksi sampai kedalaman 25 meter.
Hal ini membuktikan, bahwasanya
rayapan cemaran lindi dari TPA Supit
Urang tidak hanya bergerak secara
vertikal kedalam tanah yang nantinya
mencemari airtanah, tetapi juga bergerak
secara horizontal. Namun dilain sisi
Effendi (2003) menjelaskan, jika
pergerakan airtanah sangat lambat dengan
kecepatan arus berkisar antara 10-10
– 10-3
m/detik dan dipengaruhi oleh porositas,
permeabilitas dari lapisan tanah, dan
pengisian kembali air (recharge).
Gambar 8. (A). Denah Pengambilan Sampel
Airtanah.
(B). Potongan Melintang (A-A)
dari Denah Pengambilan
Sampel Airtanah .
Dari Gambar 8 (A)-(B) diatas
menunjukkan kedalaman airtanah pada
TPA Supit Urang tepatnya pada Sumur
Pantau 1 TPA Supit Urang, sebagai titik
pengambilan airtanah dengan jarak
terdekat dari timbunan sampah TPA Supit
Urang yaitu 252 meter adalah sedalam 58
meter dibawah permukaan tanah memiliki
Sumur 1
Sumur 3
Sumber Mata Air
Sumur 2
Sumur Pantau 1
Timbunan Sampah TPA Supit Urang
A
A
Nama Titik Pengambilan Sampel
Jarak Titik Sampel dengan
Timbunan Sampah (meter)
Elevasi Muka Airtanah (meter)
Elevasi Titik Sampel (meter)
+485m+490m+495m+500m+505m+510m+515m+520m+525m+530m+535m+540m
+480m+475m
+540
Status Kualitas Air Menurut
Metode WQI
+ 538 + 521 + 513 + 508 + 498
Timbunan Sampah
TPA Supit UrangSumur Pantau 1 TPA Supit Urang
(S7)
Sumber Mata Air
"Sumber Bening" (S8)
Sumur 1
(S1)
Sumur 2
(S2)
Sumur 3
(S3)
0 252 682 908 1.250 1.512
+ 480 + 496 + 495 + 486
Tercemar Ringan Sangat Bersih Sangat Bersih Sangat Bersih Sangat Bersih
+545m
10m
Keberadaan rembesan lindi dari hasil
penelitian Jufriadi (2004).
(A)
(B)
status kualitas air tercemar ringan.
Sedangkan pada pemukiman penduduk
yang berjarak antara 350 meter hingga
1500 meter dari timbunan sampah
memiliki kedalaman airtanah rata-rata 14-
20 meter di bawah permukaan tanah
dengan status kualitas air rata-rata sangat
bersih, begitu pula dengan sumber mata
air yang berjarak 682 m dari timbunan
sampah memiliki status kualitas air yang
sangat bersih.
Apabila hasil pengujian dari salah
satu titik pengambilan sampel pada
penelitian ini yaitu sumber mata air
“Sumber Bening” yang memiliki jarak
dari timbunan sejauh 682 meter,
dibandingkan dengan hasil pengujian pada
tahun 2005 yang dilakukan oleh Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan Surabaya
maka akan diketahui nilai dari beberapa
parameter sebagai berikut:
Tabel. 9. Perbandingan Konsentrasi
Unsur yang Terkandung dalam Airtanah
pada Sumber Mata Air “Sumber Bening”
Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Sukun
Pada Tahun 2005 dan 2014.
Parameter
Konsentrasi
Pada Tahun
2005 (mg/l)
Konsentrasi
pada tahun
2014 (mg/l)
Dry
Season
Rainy
Season
Besi (Fe) < 0,0037 0,000 < 0,0205
Fluorida (F-) 0,2600 0,638 0,7330
Mangan (Mn) < 0,0491 0,000 < 0,0109
Kromium 6+ (Cr6+) < 0,0030 < 0,012 0,0000
Nitrat (NO3-N) 0,3610 3,069 2,6270
Sumber:Hasil Uji Laboratorium oleh Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan
Surabaya, 2005; dan Hasil Uji oleh
Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa
Tirta 1 Malang, 2014.
Dari Tabel 9. dapat diketahui bahwa
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,
pada sumber mata air “Sumber Bening”
telah terjadi peningkatan maupun
penurunan konsentrasi dari kandungan
unsur airtanahnya yang fluktuatif
jumlahnya dengan selisih yang relatif
kecil serta berada dibawah standar baku
mutu yang diijinkan.
Dengan demikian air lindi dari hasil
pembusukkan sampah TPA Supit Urang
memiliki pengaruh atau potensi yang kecil
dalam mencemari airtanah di kawasan
setempat. Hal ini ditunjukkan dengan pada
jarak yang linier, persebaran jumlah
konsentrasi kandungan kimia anorganik
dan jumlah mikrobiologi tidak linier.
Selain itu hasil dari penelitian pada tahun
2014 ini menunjukkan bahwa pada Sumur
Pantau 1 TPA Supit Urang dengan jarak
252 meter dari timbunan sampah ketika
musim kemarau (dry season) memiliki
status baku mutu kualitas air yang
tergolong dalam kelas 3 dengan tingkat
kualitas air tercemar ringan. Hal ini
membuktikan kebenaran penelitian yang
dilakukan oleh Jufriadi pada tahun 2004
bahwasanya perembesan lindi telah
terdeteksi hingga radius 500 meter dengan
kedalaman 10 meter sehingga
menyebabkan Sumur Pantau 1 TPA Supit
Urang dengan jarak 252 meter dari
timbunan sampah memiliki status mutu
kualitas air tercemar ringan. Namun dari
hasil penelitian perembesan lindi yang
signifikan belum melampaui jarak 682
meter. Hal ini dibuktikan dengan
keberadaan sumber mata air “Sumber
Bening” yang memiliki jarak 682 meter
dari timbunan sampah memiliki status
baku mutu kualitas air yang tergolong
dalam kelas 1 dengan tingkat kualitas air
sangat bersih dari hasil perhitungan
kualitas air menggunakan metode WQI.
Jika pada sebuah sampel ditemukan
unsur-unsur yang menyerupai
karakteristik kandungan lindi TPA Supit
Urang misal unsur besi, unsur mangan,
unsur tembaga, ion kromium heksavalen,
ion fluorida, dan senyawa nitrat belum
tentu berasal dari lindi TPA Supit Urang,
namun perlu ditinjau kembali ada
tidaknya pencemaran lokal yang dapat
terjadi dikarenakan adanya pencemaran
tanah terkait keberadaan jamban/
septictank, pembuangan sampah rumah
tangga, limbah peternakan yang masuk
kedalam tanah serta unsur yang
terkandung dalam tanah pada lokasi
sumur setempat. Sebagaimana
Kusnoputranto, H. dalam Marsono (2009)
menjelaskan bahwa pola pencemaran oleh
zat kimia pada jarak 25 meter dari sumber
pencemar, area kontaminasi melebar
sampai ±9 meter untuk kemudian
menyempit hingga jarak ±95 meter.
Sedangkan pencemaran yang ditimbulkan
oleh bakteri terhadap air yang ada di
dalam tanah melebar sampai ±2 meter
pada jarak 5 meter dari sumber pencemar
serta menyempit hingga jarak 11 meter
searah dengan arah aliran airtanah.
Dengan demikian, pembuatan sumur
pompa tangan dan sumur gali untuk
keperluan air rumah tangga sebaiknya
berjarak 11 meter dari sumber pencemar
dan lebih dari 95 meter dari tempat
pembuangan bahan kimia.
Adapun kecilnya potensi
pencemaran dari lindi TPA Supit Urang
dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1. Sistem pengelolaan sampah pada
TPA Supit Urang yang telah
menerapkan sistem Improved
Sanitary LandfillI yang memberikan
pematusan air lindi dan memiliki
konstruksi landasan timbunan sampa
terbuat dari beton.
2. Kondisi geologi di kawasan TPA
Supit Urang terdiri dari kelompok
batuan andesit dan batuan sedimen
serta memiliki bentuk lahan geologi
alluvium. Disamping itu tersusun atas
tiga kelompok jenis tanah yang
berbeda, yakni kelompok jenis tanah
mediteran coklat kekuningan
(inceptisol), andosol (andisol), dan
litosol (entisol). Jenis tanah latosol
yang memiliki struktur remah dengan
konsistensi gembur serta bertekstur
liat sehingga sulit dilalui oleh air.
3. Adanya gaya gravitasi dapat
menyebabkan rayapan cemaran lindi
dari TPA Supit Urang lebih dominan
masuk kedalam tanah atau bergerak
secara vertikal. Adapun apabila
terjadi pencemaran yang diakibatkan
oleh pergerakan secara horizontal dari
lindi TPA Supit Urang belum terlalu
jauh dari timbunan sampah. Hal ini
dapat terjadi mengingat kecepatan
arus pergerakan airtanah yang sangat
lambat serta karaktristik cairan lindi
memiliki viskositas yang pekat
sehingga sulit untuk terurai dan
menembus pori-pori tanah.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Dari hasil uji sampel kualitas airtanah
dangkal kawasan TPA Supit Urang
yang diperoleh dari Sumur Pantau 1
TPA Supit Urang, sumber mata air, dan
sumur penduduk kondisi kandungan
parameter wajib diantaranya besi (Fe),
flourida (F-), kromium heksavalen
(Cr6+
), tembaga (Cu), pada musim
kemarau (dry season) dan musim hujan
(rainy season) memiliki jumlah
konsentrasi berada di bawah standar
baku mutu yang diijinkan. Untuk
kandungan unsur mangan (Mn) pada
kedua musim dari sampel airtanah
Sumur Pantau 1 TPA Supit Urang
memiliki konsentrasi yang melebihi
standar baku mutu, sedangkan pada
sumur penduduk dan sumber mata air
konsentrasi berada di bawah standar
baku mutu. Senyawa nitrat (NO3-N)
ketika musim kemarau pada Sumur 1
memiliki konsentrasi yang melebihi
standar baku mutu, sedangkan pada
sumur penduduk yang lain, Sumur
Pantau 1 dan sumber mata air
konsentrasi berada di bawah standar
baku mutu yang diijinkan. Untuk
kandungan total bakteri koliform dari
semua sampel pada kedua musim
memiliki jumlah konsentrasi yang
melebihi standar baku mutu. Adapun
pengaruh musim terhadap jumlah
konsentrasi dari masing-masing unsur,
tergantung ion yang terkandung pada
unsur terkait. Sehingga musim hujan
dapat mempengaruhi jumlah
konsentrasi kandungan unsur pada
airtanah.
2. Berdasarkan dari hasil perhitungan
kualitas air dengan Metode Water
Quality Index (WQI), diperoleh mutu
kualitas air rata-rata untuk semua
sampel dari sumur penduduk dan
Sumber Mata Air “Sumber Bening”
tergolong dalam kelas 1 dengan tingkat
kualitas air sangat bersih baik pada
pengambilan sampel di musim kemarau
(dry season) maupun di musim hujan
(rainy season), namun pada Sumur 2
ketika musim hujan kualitasnya
menurun ke dalam kelas 2 dengan
tingkat kualitas air bersih. Sedangkan
Sumur Pantau 1 TPA Supit Urang mutu
kualitas airnya tergolong ke dalam
kelas 3 dengan tingkat kualitas air
tercemar ringan pada pengambilan
sampel di musim kemarau dan
tergolong ke dalam kelas 2 dengan
tingkat kualitas air bersih pada
pengambilan sampel ketika musim
hujan. Meskipun mutu kualitas air
termasuk kedalam katagori tingkat
kualitas sangat bersih namun tetap
tidak dapat langsung dikonsumsi
mengingat pada airtanah pada setiap
sampel tersebut mengandung bakteri
koliform. Sehingga lindi yang
dihasilkan dari timbunan sampah TPA
Supit Urang memiliki potensi yang
kecil dalam mencemari airtanah
dangkal pada kawasan tersebut.
3. Dari hasil pemetaan menggunakan
Paket Progam Surfer 8 dapat
disimpulkan bahwa persebaran
kandungan unsur besi (Fe) tertinggi
terletak pada daerah Sumur 5 dan
kandungan ion fluorida (F-) tertinggi
terletak pada Sumur 3, kedua kondisi
ini terjadi ketika musim hujan (rainy
season). Untuk kondisi musim kemarau
(dry season), sebaran konsentrasi
tertinggi terjadi pada kandungan unsur
mangan (Mn) yaitu terletak pada
daerah Sumur Pantau 1, dan kandungan
senyawa nitrat (NO3-N) yang terletak
pada Sumur 1. Sedangkan untuk
kandungan unsur yang relatif sama
daerah persebarannya yaitu ion
kromium heksavalen (Cr6+
) dengan
nilai kandungan rata-rata berada pada
area persebaran kandungan Cr6+
≥
0,0073 mg/l, serta persebaran
kandungan unsur tembaga (Cu) rata-
rata berada pada persebaran kandungan
Cu ≥ 0,0138 mg/l ketika musim
kemarau dan pada persebaran
kandungan 0 mg/l ≤ Cu < 0,0069 mg/l
pada musim hujan. Adapun persebaran
kandungan total baketeri koliform
tertinggi terletak pada Sumur 2 yang
terletak pada area pesebaran kandungan
Total Bakteri Koliform ≥ 11
MPN/100ml terjadi ketika musim
kemarau.
4.2. Saran
Diharapkan kepada peneliti lain
diharapkan untuk mengadakan penelitian
sejenis lebih lanjut dengan mengambil
periode atau waktu penelitian yang lebih
lama, sampel serta parameter yang lebih
banyak dan menggunakan rancangan
penelitian yang lebih kompleks, sehingga
dapat diperoleh hasil yang lebih optimal
serta dapat dibangun peta sebaran yang
akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Altansukh, A., and Davaa, G. 2011.
Application of Index Analysis to
Evaluate The Water Quality of The
Tuul River in Mongolia. Journal of
Water Resources and Protection,
Vol:3, 398-414.
2. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas
Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
3. Jufriadi, Akhmad. 2004. Pendugaan
Sebaran Kontaminasi Bawah
Permukaan Dengan Metode
Geolistrik Resistivitas Konvigurasi
Wenner Sounding. Skripsi tidak
dipublikasikan. Malang: Jurusan
Fisika, Fakultas MIPA, Universitas
Brawijaya.
4. Marsono. 2009. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kualitas
Bakteriologis Air Sumur Gali Di
Permukiman. Tesis dirtebitkan secara
online. Semarang: Magister
Kesehatan Lingkungan, Program
Pascasarjana.Universitas Diponegoro
Semarang.
5. Pambudi, E. A. 2009. Studi Dampak
Lingkungan TPA Supit Urang Kota
Malang. Skripsi tidak dipublikasikan.
Malang: Jurusan Teknik Pengairan,
Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya.