studi kasus plasenta bab 11 edit terbari
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasenta previa didefinisikan sebagai suatu keadaan seluruh atau sebagian
plasenta ber-insersi di ostium uteri internum, sehingga menutupi seluruh atau
sebagian dari jalan lahir yang merupakan salah satu risiko dalam kehamilan.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir. Umur tua, paritas tinggi, dan endometrium yang cacat merupakan
faktor-faktor yang dapat mempertinggi risiko terjadinya plasenta previa.
Apabila plasenta previa ini tidak ditangani dengan baik, maka akan
menyebabkan perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin.
(Nugraheny, Esti, 2009).
Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting. Dimana plasenta
memiliki peranan berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon
yang berguna selama kehamilan. Melihat pentingnya peranan dari plasenta
maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada
janin ataupun mengganggu proses persalinan. Kelainan pada plasenta dapat
berupa gangguan fungsi dari plasenta ataupun gangguan implantasi dari
plasenta. Gangguan dari implantasi plasenta dapat berupa kelainan letak
implantasinya ataupun kelainan dari kedalaman implantasinya. Penyebab
plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang
1
2
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim
(bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang
panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan
rahim. Biasanya ibu pada plasenta previa ini mengalami perdarahan dari
sedikit hingga banyak tanpa diserta nyeri, perdarahan terjadi pada saat pagi
hari setelah bangun tidur dan pada saat beristirahat biasa.
Perdarahan pada kehamilan Trimester ketiga pada umumnya merupakan
perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat
bisa mendatangkan syok dan kematian. Salah satu penyebabnya adalah
plasenta previa. Plasenta previa selain menimbulkan penyulit pada ibu, dapat
juga menimbulkan penyulit pada janin, yaitu asfiksia sampai kematian janin
dalam rahim. Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-
awalnya selagi perdarahan belum sampai ketahap yang membahayakan ibu
dan janinnya (Chalik, 1997).
Menurut data World Health Organization (WHO), di berbagai negara
paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%.
Pada tahun 2010 angka kejadian pasenta previa menurut World Health
Organization (WHO), memperkirakan prevalensi plasenta previa pada tahun
2008, sekitar 458 dari 100.000 kelahiran setiap tahunnya, prevalensi plasenta
previa pada tahun 2009, sekitar 320 dari 100.000 kelahiran, sedangkan
prevalensi plasenta previa pada tahun 2010, sekitar 375 dari 100.000
kelahiran (WHO, 2010).
3
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam
kehamilan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami
perdarahan sampai meninggal. Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun
2011 tergolong masih cukup tinggi, mencapai 228 per 100.000 kelahiran.
Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari
angka 300 per 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Pada tahun 2010 angka
kematian ibu ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran (Sutanto,
2011).
Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010, tiga
faktor utama kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia
(24%), dan infeksi (11%). Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada
ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan yang merupakan
faktor utama kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan
negara–negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko
terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara
pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan
bayi masih tetap tinggi. Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor
satu (40% s/d 60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Angka Kematian
Ibu (AKI) tahun 2010 sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup, dari jumlah
3509 ibu yang mengalami plasenta previa pada tahun 2010 didapati ibu yang
meninggal 34 orang akibat plasenta previa. Pada tahun 2011 dari jumlah 4012
ibu yang mengalami plasenta previa pada tahun 2011 didapati ibu yang
meninggal 44 orang meninggal akibat plasenta previa (Depkes RI, 2011).
4
Salah satu sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010-
2014 yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain
dengan meningkatkan umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun,
menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per
100.000 kelahiran hidup, dan menurunnya angka kematian bayi dari 34
menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup (Kemkes RI, 2010).
Prevalensi plasenta previa di negara berkembang seperti Indonesia
berkisar antara 0,26 - 2,00% dari seluruh jumlah kehamilan. Angka kejadian
dari plasenta previa adalah 0,5% atau 1 diantara 200 persalinan. Di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo terjadi 42 kasus plasenta previa di antara
6587 persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 2 di antara 250 persalinan
terdaftar (RSCM, 2009). Di Kota Semarang sendiri, berdasarkan laporan
Puskesmas jumlah kematian ibu maternal pada tahun 2008 sebanyak 27 kasus
dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 25.160. Kejadian kematian ibu
maternal paling banyak terjadi pada masa nifas sebesar 11 kasus, kemudian
pada persalinan 6 kasus dan masa kehamilan 10 kasus (Profil Kesehatan Kota
Semarang 2008). Untuk kasus plasenta previa, di RSUD Kota Semarang
selama 2 tahun terakhir (2008-2009) telah terjadi 44 kasus ibu hamil dengan
plasenta previa. Dari 20 pasien tersebut, 17 diantaranya adalah multipara
(melahirkan lebih dari 1 kali), atau sebanyak 85% pasien dengan plasenta
previa pernah melahirkan lebih dari 1 kali.
Kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang
termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari,
5
serta karena kurangnya pengawasan ataupun ketidaktahuan ibu tentang faktor
yang bisa menyebabkan terjadinya plasenta previa. Dampak yang terjadi
akibat plasenta previa itu sendiri adalah perdarahan yang hebat sebelum atau
selama persalinan, yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya,
persalinan prematur atau preterm (sebelum usia kehamilan 37 minggu), yang
mana merupakan resiko terbesar bagi janin (Nugraheny, Esti, 2009).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat penyebab utama
kematian ibu belum ada survei khusus, tetapi secara nasional disebabkan
karena komplikasi persalinan (55%), retensio plasenta (15%), robekan jalan
lahir (19%), plasenta previa (21%), perdarahan dan eklampsia masing-
masing (10%), dan komplikasi selama nifas (5%). Berdasarkan data
Departemen Kesehatan Sumatra Barat (Depkes Sumbar, 2011). Sementara di
Provinsi Sumatera Barat Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 34%
diakibatkan perdarahan. Penderita plasenta previa setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Pada tahun 2008 prevalensi plasenta previa terjadi sekitar 29
dari 250 kelahiran setiap tahun, pada tahun 2009 prevalensi plasenta previa
terjadi sekitar 40 dari 250 kelahiran setiap tahun, pada tahun 2010 prevalensi
plasenta previa terjadi sekitar 48 dari 253 kelahiran setiap tahun, pada tahun
2011 prevalensi plasenta previa terjadi sekitar 53 dari 253 kelahiran setiap
tahunnya (Depkes, 2009).
Untuk mengetahui gambaran penderita plasenta previa berdasarkan faktor
resiko di RS.Dr.M.Djamil Padang pada periode Januari 2005-Desember 2006.
Ditemukan 75 kasus plasenta previa dari 2967 persalinan. Berdasarkan paritas
6
penderita kejadian terbanyak ditemukan pada grande mulipara (17.39%).
Berdasarkan umur penderita kejadian terbanyak ditemukan pada ibu berusia
21-34 tahun (56%). Berdasarkan adanya riwayat seksio sesaria kejadian
terbanyak pada ibu yang tidak mempunyai riwayat seksio sesaria (90,67%).
Berdasarkan jenis kehamilan, kejadian terbanyak pada ibu dengan jenis
kehamilan tunggal (98,7%). Berdasarkan adanya riwayat abortus, kejadian
terbanyak pada ibu dengan tidak ada riwayat abortus (89,33%).
Dilihat dari angka kejadian yang meningkat setiap tahunnya diketahui
bahwa terdapat kesenjangan pada ibu pariatis beresiko tinggi. Faktor-faktor
risiko terjadinya plasenta previa termasuk umur ibu, banyaknya jumlah
kehamilan dan kelahiran, merokok selama hamil dan riwayat operasi sesar.
Pengaruh paritas terhadap terjadinya plasenta previa cukup besar, hal ini
mungkin disebabkan terjadinya respon inflamasi dan perubahan atrofi di
permukaan endometrium. Namun ternyata efek dari paritas kurang
mempengaruhi terjadinya plasenta previa dibandingkan faktor risiko yang
lain (Clark SL, 1985). Pravelensi meningkat setiap tahun sehingga menjadi
perhatian yang lebih dalam menangani plasenta previa sangat penting
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan bayi dan
janin. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menganalisis asuhan keperawatan
pada klien plasenta previa di bangsal kebidanan RSUP.DR.M.DJAMIL
Padang.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan
masalah yang diangkat adalah “Bagaimanakah Cara Penerapan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Plasenta Previa Mulai Dari Pengkajian Sampai
Dokumentasi di Bangsal Kebidanan RSUP. Dr.M.DJAMIL Padang Tahun
2013“
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Plasenta Previa di Bangsal Kebidanan RSUP. Dr.M.DJAMIL
Padang Tahun 2013 “
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat melakukan Pengkajian terhadap klien dengan Plasenta
Previa.
b. Untuk dapat merumuskan Diagnosa Keperawatan terhadap klien
dengan Plasenta Previa.
c. Untuk dapat menyusun Intervensi Keperawatan terhadap klien dengan
Plasenta Previa.
d. Untuk dapat melakukan Implementasi Keperawatan yang telah disusun
atau direncanakan terhadap klien dengan Plasenta Previa.
e. Untuk dapat mengevaluasi Tindakan Keperawatan yang telah diberikan
terhadap klien dengan Plasenta Previa.
8
f. Untuk dapat melakukan Dokumentasi Keperawatan terhadap klien
dengan Plasenta Previa.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Perkembangan Keperawatan
Agar studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa, sehingga dapat
dilakukan dengan segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada
pasien plasenta previa.
2. Bagi Instalasi Rawat Inap RSUP M. Djamil Padang.
Bagi tempat penelitian di harapkan dapat menjadi bahan evaluasi tenaga
kesehatan dan tenaga kesehatan lebih memikirkan bagaimana cara agar
angka kejadian plasenta previa menurun.
3. Bagi Klien
Bagi klien diharapkan agar ibu dapat lebih memperhatikan
kandungannya sehingga tidak terjadi peningkatan kematian pada ibu
hamil yang mengalami plasenta previa serta klien dapat mengetahui
tanda dan cara penanganannya.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Sarwono Prawirohardjo : 2009 : 365 )
Plasenta previa adalah implantasi plasenta disekitar pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internum) yang dapat berakibat perdarahan pada
kehamilan di atas 22 minggu (Pengantar Kuliah Obsetric:2007:481)
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus (rahim) sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum) yang berakibat
perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu (Ilmu Kebidanan:2009).
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Kapita Selekta Kedokteran:Edisi ketiga:2010).
Plasenta previa merupakan keadaan plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (Asuhan Keperawatan
Maternitas:2011:14).
9
10
Sejalan dengan bertambah membesarnya segmen bawah rahim ke
arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim
seolah plasenta tersebut berimigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas
permukaan servik yang tertutup oleh plasenta.
2. Anatomi Fisiologi Plasenta Normal
Gambar 1. Bentuk Plasenta NormalSumber : http://www.umm.edu/graphics/images/en/17010.jpg
a. Bentuk dan ukuran plasenta
Uri atau plasenta berbentuk bundar atau oval dengan diameter
15 - 20 cm, tebal 2-3 cm, dan beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya
plasenta atau uri terbentuk lengkap pada kehamilan 16 minggu
dengan ruang amnion membesar sehingga amnion mengisi seluruh
rongga rahim.
11
b. Letak plasenta dalam rahim
Letak plasenta yang normal umumnya pada korpus uteri didepan
atau belakang agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah
fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,
sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat
tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar
(sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di
beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk
menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah
ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml
tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada
kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-
jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu
lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan
sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai
kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,
mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih
besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast.
c. Fungsi Plasenta
Supaya janin dapat tumbuh dengan sempurna dibutuhkan
penyaluran darah yang baik membawa zat asam, asam amino, vitamin
dan mineral dari ibu kepada janin. Begitu pula pembuangan karbon-
dioksida dan limbah metabolisme janin disirkulasi ibu.
12
Fungsi plsenta :
1) Nutrisasi yaitu alat pemberi makanan pada janin.
2) Respirasi yaitu alat penyalur zat asam dan pembuang
Karbodioksida (CO2).
3) Ekskresi yaitu alat pengeluaran sampah metabolisme.
4) Produksi yaitu alat yang menghasilkan hormon-hormon.
5) Imunisasi yaitu alat penyalur bermacam-macam antibodi ke
janin.
6) Pertahanan alat yang menyaring obat-obatan dan kuman-kuman
yang bisa atau tidak melewati plasenta.
Hormon yang dihasilkan plasenta adalah :
1) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
2) Chorionic somato-mamotropin (plasental lactogen)
3) Estrogen
4) Progesteron
5) Chorionic thyrotropin dan relaxin
(Sinopsis Obsetri)
3. Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada semen bawah rahim
belumlah diketahui dengan pasti. Teori lain mengemukakan sebagai salah
satu penyebabnya adalah vaskularisas desidua yang tidak memadai
mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Pariatis tinggi,
usia lanjut, dan cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, miomektomi
13
berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium
yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor risiko terjadinya plasenta
previa. Cacat bekas bedah sesar dan pada perempuan perokok berperan
menaikan insiden plasenta previa.
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta
previa, antara lain :
a. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada
umur kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami plasenta previa karena endometrium masih belum
matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terjadi pada ibu
yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang
kurang subur (Prawirohardjo, 2008).
b. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas
rendah (Manuaba, 2004). Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman
bila ditinjau dari sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat
menyebabkan angka kematian ibu tinggi (Mochtar, 2002).
Menurut Wardana (2007) plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih
sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu
yang baru sekali melahirkan (Primipara)
14
c. Multipara
Terutama jika jarak antara kehamilannya pendek karena
endometrium belum sempat tumbuh dengan sempurna.
d. Mioma uteri
Karena menghambat lengketnya pada endometrium.
e. Kuretasi yang berulang
Dapat menyebabkan pelapisan endometrium.
(Sulaiman sastra winata : 2005 ).
4. Klasifikasi
a. Plasenta previa totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir.
Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan per-vaginam (norma/ spontan/
biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
b. Plasenta previa partialis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang
menutupi jalan lahir. Pada posisi inipun risiko
perdarahan masih besar, dan biasanya tetap
tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
Gambar 2.Plasenta previa totalis
Gambar 3.Plasenta previa
partialis
15
c. Plasenta previa marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang
menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan
pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap
besar.
d. (Plasenta letak rendah, lateralis plasenta atau kadang disebut juga
dangerous plasenta)
Posisi plasenta beberapa mm atau cm dari
tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada,
namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan
per-vaginam dengan aman, asal hati-hati.
(Ilmu Kebidanan : 2009)
5. Patofisiologi
Terjadinya plasenta previa belum diketahui tetapi ada beberapa
faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa. Pada usia
kehamilan yang lanjut dengan bertambah tuanya kehamilan umumnya
pada trisemester tiga atau lebih awal dan mungkin juga lebih awal,
karena telah terbentuknya segmen bawah rahim, selaput plasenta akan
mengalami pelepasan. Selaput plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri.
Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
Gambar 5.Plasenta previa letak rendah
atau lateralis
Gambar 4.Plasenta previa marginalis
16
plasenta yang berimplantasi akan mengalami laserasi akibat pelepasan
pada desidua sebagai selaput plasenta. Pada waktu servik mendatar dan
lebih membuka ada bagian selaput plasenta yang terlepas melekat disitu
tanpa terlepasnya sebagian dari plasenta dari dinding uterus. Pada
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan
intervillus dari plasenta, karena fenomena pembentukan bawah rahim itu
mulai terjadi perdarahan pada plasenta previa. Darahnya berwarna merah
segar, berbeda dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang
berwarna merah kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya disebabkan
sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus
atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan ditempat
itu relatif mudah, banyak, dan tidak dapat dihindarkan karena segmen
bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena
elemen otot sangat minimal akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak
minimal, dan ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterua yang
berkontraksi menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang
letaknya abnormal.
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada
laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta mengalami perdarahan
yang banyak dan lebih lama. Perdarahan keluar berwarna merah segar
tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama
dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau
bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak
17
akan berakibat fatal. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum perdarahan terjadi kehamilan dan tidak jarang pula pula
dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena segmen bawah rahim
terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah ostium uteri internum dan
mulai melebar dan menipis. Perdarahan diperhebat terhubung dengan
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas
rahim. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
Perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini. Pada
plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru terjadi pada
waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama sudah bisa
terjadi pada kehamilan > 30 minggu tetapi separuh kejadian terjadi pada
umur 34 minggu keatas.
(Ilmu Kebidanan : 2009)
18
6. WOC Plasenta Previa
6. WOC Plasenta Previa
18
Usia ibu < 20 th Gaya Hidup( Merokok, Minum alkohol, Malnutrisi )
Penipisan lapisan plasentaMempengaruhi kekuatan lapisan rahim
Jarak Kehamilan < 2 th
Mempengaruhi kesiapan lapisan rahim untuk konsepsi
Riwayat Sesar Kuretasi yang berulang
Mempengaruhi lapisan rahim,
plasenta yang berimplantasi mengalami lasersi
Kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus terbentuk mulai melebar dan menipis
Usia ibu > 35 th
endometrium belum sempat tumbuh sempuna
penipisan endometrium
Kehamilan lanjut dan tuanya kehamilan ( Trisemester 3 )
Selaput plasenta terbentuk dari jaringan maternal
Bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi uri
Pelepasan pada desidua sebagai selaput plasenta
saat servik lebih mendatar dan lebih membuka
serabut otot segmen uterus tidak mampu berkontraksi
Pembuluh darah tidak akan menutup sempurna
19
MK :Kekurangan volume
cairan
MK :Syok Hipovolemik
MK :Cemas
MK :Intoleransi Aktivitas
TakutCemasGelisahBanyak bertanya
Elemen otot tidak minimal
Segmen bawah rahim dan serviks tidak berontraksi dengan kuat
Makin rendah plasenta
Robekan sinus marginalis pada plasenta
Lepasnya plasaenta pada dinding uterus
Menyebabkan sinus uterus robek
Perdarahan
Eritrosit menurunTidak ada nyeri
Akral dinginTekanan Darah menurun Kapilar refil < 3 detiksianosisPucatNadi teraba cepat tetapi
lemah
Hemoglobin menurun PucatLemahMukosa keringTurgor kulit jelekKulit kering Tekanan Darah menurun
Aliran darah terganggu
Pucat Tidak banyak bergerakAktivitas dibantulemah
Aktivitas terganggu
Segmen bawa rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim
Oksigen kejanin Menurun
MK :Resiko Tinggi Distres
Janin
Prematur Kematian
suplai oksigen terganggu
ke jaringan
- Pucat- Lemah- Tekanan Darah
menurun- Konjungtiva
anemis
MK :Resiko Tinggi
Anemia
19
20
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dalam hal ini adalah gejala utama dan gejala klinik.
a. Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan
yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
b. Gejala Klinik
1) Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang
terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat
fatal dan masih dapat diatasi dengan baik sampai janin mencapai
aterm atau paling tidak berusia 37-38 minggu. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya.
Perdarahan pertama sering terjadi pada trimester ketiga.
Perdarahan pervaginam warna merah segar.
2) Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa,
tidak mengeluh adanya rasa sakit atau nyeri.
3) Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4) Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
5) Tidak jarang terjadi kelainan letak janin (letak lintang atau letak
sungsang)
8. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada plasenta previa yaitu :
a. Karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka
pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang
21
dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi tidak dapat
dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
b. Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini yang tipis, maka jaringan trofoblas dengan
kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan
sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta
inkreta dan bahkan plasenta perkreta.
c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak.
Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan
manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak
melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
d. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
e. Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan
sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa
dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
f. Berisiko tinggi untuk solusio plasenta (risiko relative 13,8), seksio
sesarea (risiko relative 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50
%), dan disseminated intravascular coagulation (DIC) 15,9 %.
(Sarwono Prawirohardjo:2009:Jakarta).
22
9. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak
terfiksir kedalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-
kesalahan letak janin, letak kepala mengapung, letak sungsang letak
lintang. Sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan
koagulan darah pada serviks. Selain itu jika banyak plasenta yang lepas
kadar progesterone turun dan dapat terjadi His. Juga lepasnya plasenta
sendiri dapat merangsang his.
10. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
a. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi
patologis.
b. Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan
dapat terjadi prolaps funikuli.
c. Pardarahan.
11. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk:
1) Memastikan diagnosa
2) Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
3) Pemeriksan USG, sangat banyak digunakan serta untuk membantu
menegakkan diagnosa dan letak plasenta previa sehingga rencana
pertolongan persalianan dapat ditetapkan. Bahkan diagnosisnya
23
sudah dapat ditegakkan usia kehamilan 20 minggu sehingga ibu
hamil dapat diberikan nasihat untuk memperhatikan kemungkinan
perdarahan antepartum. Terminasi kehamilan juga sudah dapat
direncanakan sebelum terjadi perdarahan. Pemeriksaan USG ini
dilakukan empat kali selama kehamilan agar implantasi plasenta
dengan plasenta previa sudah dapat diketahui.
4) Sitografi, mula-mula kandungan kemih dikosongkan, lalu 40cc
larutan NaCl 12,5% kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul.
Bila jarak kepala dan kemih berselisih dari 1 cm, kemungkinan
terdapat plasenta previa.
5) Doppler, Laennec untuk mengetahui keadaan denyut jantung janin,
apakah janin mengalami fetal distress atau tidak.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pada kasus perdarahan antepartum sangat penting dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap yaitu :
1) Untuk mendapatkan gambaran keadaan darah
2) Persiapan untuk memberikan transfusi
12. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan Medik :
1) Pasang infus NaCl
2) Berikan cairan peroral seperti air putih dan teh manis.
3) Berikan tablet Fe seperti sangobion.
24
4) Pantau tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu.
pernafasan secara teratur setiap 15 menit untuk mendeteksi
adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan.
5) Sebelum penderita syok, pasang infus NaCl/RL sebanyak 2-3 kali
jumlah darah yang hilang.
6) Lakukan pemeriksaan Hemoglobin, leukosit, dan golongan darah,
siapkan darah.
7) Bila terjadi rejatan segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi
darah.
8) Persiapan Seksio sesarea.
b. Penatalaksanaan Non Medik.
1) Istirahat baring (bedrest total).
2) Tidak melakukan sanggama.
3) Menghindari tekanan rongga perut misalnya batuk, mengedan
karena sulit buang air besar.
4) Tidak boleh melakukan aktivitas yang berat seperti mencuci
pakaian, mengangkat air, dan membersihkan rumah terlalu
berlebihan.
5) Banyak makanan yang bergizi seperti banyak mengandung
protein, karbohidrat, dan mengkonsumsi susu yang cukup.
( Kapita Selekta Kedokteran : 2009 )
25
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien yang meliputi nama, nomer Rekam Medik (RM),
umur, pekerjaan, pendidikan, agama, jenis kelamin, suku bangsa,
alamat, penanggung jawa. Identitas suami yang meliputi nama,
pekerjaan, umur, pendidikan, agama, suku bangsa dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya yang ditemui pada plasenta previa ibu mengalami
perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit, tanpa alasan. Darah yang
keluar berwarna merah segar.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya mempunyai riwayat plasenta previa, biasanya
mempunyai riwayat bedah sesar, biasanya mempunyai riwayat
merokok selama hamil, biasanya jarak kehamilan dengan
sebelumnya terlalu dekat, biasanya terjadi pada grand mulipara,
biasanya terjadi pada paritas tinggi, biasanya riwayat mioma
uteri, biasanya sering mengalami infeksi rahim (radang panggul),
biasanya kehamilan ganda
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami perdarahan yang sedikit atau banyak
berwarna merah segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri, biasanya
26
klien mengalami perdarahan pada trisemester tiga, biasanya klien
datang dengan perdarahan tidak mengeluh adanya rasa sakit,
biasanya pada dinding abdomen tidak tegang atau kaku, biasanya
terdapat kelainan letak janin (letak sungsang).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga.
Penyakit ini bukanlah suatu penyakit keturunan melainkan suatu
kelainan pada letak plasenta yang abnormal.
c. Riwayat Obsetric
1) Riwayat Perkawinan.
a) Kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin,
berapa lama kawin baru hamil
(a) Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Wanita pada umur kurang dari 20 tahun mempunyai risiko
yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena
endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta
previa juga sering terjadi pada ibu yang berumur di atas 35
tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur
(Prawirohardjo, 2008).
(b) Status perkawinan
Pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan
kesehatan klien, berapa kali kawin dan berapa lamanya
27
untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat
kelamin ibu
b) Biasanya ditemui antara wanita-wanita yang berusia kurang
dari 19 tahun, hanya 1 dari 1500 yang mengalami plasenta
previa. Satu dari 100 wanita yang berusia lebih dari 35 tahun
akan mengalami plasenta previa. Wanita lebih dari 35 tahun, 3
kali lebih berisiko.
2) Riwayat Obstetric Yang Lalu
a) Kemungkinan klien pernah mengalami riwayat tindakan medis
yang dilakukan pada uterus, seperti dilatasi dan kuretase
sehingga dapat menyebabkan pelapisan endometrium dan ibu
mengalami perdarahan (Sulaiman sastra winata : 2005 ).
b) Kemungkinan klien pernah operasi sesar sebelumnya, pada
wanita-wanita yang pernah menjalani operasi sesar
sebelumnya maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan
mengalami plasenta previa. Resiko akan makin meningkat
setelah mengalami empat kali operasi sesar pada wanita –
wanita yang pernah menjalani operasi sesar, maka 1 dari 10
wanita akan mengalami plasenta previa.
c) Pada multipariati apalagi bila jaraknya terlalu singkat secara
teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas
plasenta sebelumnya.
28
d) Kemungkinan klien pernah mengalami riwayat plasenta previa
sebelumnya, beresiko 12 kali lebih besar.
3) Riwayat Kehamilan Saat Ini
Biasanya klien merasakan mual, muntah seperti kehamilan
biasanya pada kehamilan tua yaitu pada saat trisemester 3 dan
mengalami perdarahan berwarna merah segar. Biasanya klien
kurang memperhatikan janin yang ada didalam kandugannya dan
biasanya belum adanya tanda-tanda persalinan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Klien
a) Tingkat Kesadaran
Jika klien tidak mengalami syok biasanya kesadaran klien
compos metis, tetapi jika klien yang mengalami syok maka
klien akan terlihat gelisah, bingung atau hilangnya kesadaran
(Saifuddin, 2002).
b) Tanda – tanda vital
1) Tekanan darah : Pada kasus plasenta previa tekanan darah
rendah ( 90/70 mmHg – 120/80 mmHg ).
2) Nadi : Pada kasus plasenta previa nadi normal
(60 – 80 kali/ menit), kecuali apabila
pasien mengalami syok maka nadinya
akan cepat atau lambat (110 kali per
menit atau lebih)
29
3) Pernafasan : Pada kasus plasenta previa pernafasan
ibu masih normal (16-20 kali/menit),
kecuali apabila pasien mengalami syok
maka pernapasan akan cepat (30 kali per
menit atau lebih) (Saifuddin, 2002).
4) Suhu : Pada kasus plasenta previa suhu normal
(36oC- 37oC). ) (Saifuddin, 2002).
2) Kepala.
a) Wajah.
Pada pasien plasenta previa biasanya wajah terlihat pucat.
b) Mata.
(a) Scelera biasanya pada pasien plasenta previa sedikit
ikterik.
(b) Konjungtiva biasanya terlihat anemis, ini dikarenakan
perdarahan yang dialami oleh ibu sehingga menyebabkan
ibu biasanya terlihat anemis.
(c) Mata biasanya terlihat lelah dikarenakan perdarahan.
(d) Palpebra biasanya tidak terlihat edema.
(e) Biasanya klien terlihat lingkaran hitam pada matanya
akbat klien terlalu lelah.
30
c) Hidung
Biasanya pasien dengan plasenta previa tidak
menggunakan alat bantu pernafasan seperti cuping hidung, dan
tidak adannya sekret, darah yang menghambat jalannya
pernafaan.
d) Bibir
Biasanya pasien dengan plasenta previa bibir terlihat
kering, pecah–pecah, dan pucat akibat dari perdarahan yang
terjadi.
e) Gigi
Biasanya pasien dengan plasenta previa terdapat caries
dan kebersihan gigi kurang karena klien tidak dapat melakukan
aktivitas dengan baik.
f) Lidah
Biasanya pasien dengan plasenta previa kebersihan lidah
kurang baik dan lidah terlihat kotor akibat klien tidak
melakukan oral hygiene seperti biasa.
3) Leher
Biasanya pasien dengan plasenta previa tidak adanya
pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan kelenjar getah
bening.
31
4) Dada / Thorak
a) Inspeksi : Biasanya rongga dada simetris, jenis pernafasan
menggunakan perut, biasanya mammae mengalami
pembesaran adanya hiperpigmentasi pada areola mammae.
b) Palpasi : biasanya terdapat colostrums karena tidak adanya
kelainan pada payudara ibu.
c) Perkusi : Biasanya bunyi yang dihasikan normal dan tidak
adanya massa.
d) Auskultasi : Biasanya tidak terdapat nafas tambahan seperti
weezing, ronkhi.
5) Jantung.
Inspeksi : Biasanya ictus tidak terlihat karena tidak ada kelainan.
Palpasi : Biasanya ictus tidak teraba karena tidak ada kelainan.
Perkusi :Biasanya sonor karena tidak ada kelainan pada jantung
Auskultasi :Bisanya kekuatan otot kuat karena tidak ada kelainan
6) Abdomen.
Inspeksi : perut klien biasanya membuncit seperti orang hamil
Palpasi :
a) Karena plasenta disegmen bawah uterus dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih
tinggi.
b) Biasanya saat palpasi tidak membuat ibu hamil merasa nyeri
dan perut tidak tegang.
32
c) Cara palpasi menurut Leopold dengan variasi
Leopold 1:
(a) Pemeriksaan mennghadap ke arah
muka ibu hamil.
(b) Menentukan tinggi fundus uteri dan
bagian janin dalam fundus.
(c) Konsistensi uterus
Variasi menurut Knebel :
Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan
difundus dan tangan lain diatas simfisis.
Leopold II:
(a) Menentukan batas samping
rahim
kanan kiri
(b) Menentukan letak punggung
janin.
(c) Pada letak lintang, tentukan
dimana kepala janin.
Variasi menurut Budin :
Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan
funndus.
Leopold III:
(a) Menentukan bagian terbawah janin.
Gambar6.Leopold I
Gambar7.Leopold II
33
(b) Apakah bagian terbawah tersebut sudah
masuk pintu atas panggung (PAP)
atau masih goyang.
Variasi menurut Ahlfeld :
Menentukan letak punggung dengan
pinggir tangan kiri diletakkan tegak
ditengah perut.
Leopold IV:
(a) Pemeriksaan menghadap ke arah
kaki ibu hamil.
(b) Bisa juga menentukan bagian
terbawah janin apa dan berapa
jauh sudah masuk pintu atas
pangggul (PAP).
Auskultasi : denyut jantung janin bervariasi.
7) Genitourinaria.
a) Biasanya terdapat perdarahan bervaginam encer sampai
menggumpal.
b) Biasanya darah yang keluar berwarna merah segar.
c) Biasanya urine tidak mengalami gangguan dan berwarna
kekuning-kuningan.
(FK UNPAD, 2005).
Gambar8.Leopold III
Gambar 9.Leopold IV
34
8) Ekstremitas.
Biasanya pada pasien dengan plasenta previa ekstremitas
tidak terjadi edema, dan kekuatan otot berkurang akibat cairan
yang keluar.
9) Sistem Integumen
Biasanya pada pasien dengan plasenta previa keadaan turgor kulit
terlihat kering, suhu kulit hangat.
e. Data Aktivitas Sehari – Hari.
1) Nutrisi.
a) Makanan.
Biasanya pada pasien dengan plasenta previa pola makan yang
kuarang baik, biasanya klien pernah merokok yang dapat
mengakibatkan menipisan pada endometrium. Wanita hamil
sebaiknya mengkonsumsi makanan yang gizinya seimbang,
termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran (Mochtar, 2008:59).
b) Cairan.
Biasanya klien sering mengkonsumsi alkohol.
c) Istirahat dan tidur.
Biasanya pada pasien dengan plasenta previa pola tidur
terganggu, biasanya sulit tidur. akibat cemas dengan
kondisinya.
d) Kebersihan diri.
Akibat kelemahan yang terjadi sehingga biasanya pada pasien
dengan plasenta previa personal hygiene pada dirinya kurang
baik.
35
f. Data Psikososial.
Biasanya klien mengharapkan selalu adanya respon orang tua dan
keluarga terhadap kehamilannya, dukungan keluarga, pengambil
keputusan dalam keluarga, kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan
merokok, minum obat atau alcohol, beban kerja dan kegiatan sehari-
hari, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan (Pusdiknakes,
2004:39).
g. Pemeriksaan Diagostik.
Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk:
1) Memastikan diagnosa.
2) Sinar X.
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
3) Pemeriksaan USG, sangat banyak digunakan serta untuk
membantu menegakkan diagnosa dan letak plasenta previa
sehingga rencana pertolongan persalianan dapat ditetapkan.
Bahkan diagnosisnya sudah dapat ditegakkan usia kehamilan 20
minggu sehingga ibu hamil dapat diberikan nasihat untuk
memperhatikan kemungkinan perdarahan antepartum. Terminasi
kehamilan juga sudah dapat direncanakan sebelum terjadi
perdarahan. Pemeriksaan USG ini dilakukan empat kali selama
kehamilan agar implantasi plasenta dengan plasenta previa sudah
dapat diketahui.
36
4) Sitografi, mula-mula kandungan kemih dikosongkan, lalu 40cc
larutan NaCl 12,5% kepala janin ditekan kearah pintu atas
panggul. Bila jarak kepala dan kemih berselisih dari 1 cm,
kemungkinan terdapat plasenta previa.
5) Doppler, Laennec untuk mengetahui keadaan denyut jantung
janin, apakah janin mengalami fetal distress atau tidak.
6) Pemeriksaan laboratorium.
Pada kasus perdarahan antepartum sangat penting dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap yaitu :
a) Untuk mendapatkan gambaran keadaan darah.
b) Persiapan untuk memberikan transfusi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan adanya perdarahan.
b. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
banyak.
c. Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi
darah ke plasenta berkurang.
d. Resiko tinggi anemia berhubungan dengan hemoglobin yang menurun
akibat perdarahan.
e. Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap
aktivitas.
37
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Keperawatan Rasional
1. Resiko kekurangan cairan
berhubungan dengan
adanya perdarahan.
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan
keperawatan ... x 24 jam
klien menunjukkan ada
keseimbangan cairan.
Kriteria Hasil :
- Tidak ada
perdarahan berulang
- Turgor kulit baik
- Pengisian kapiler cepat
- Tanda – tanda vital
Mandiri
1. Kaji tentang banyaknya
pengeluaran cairan
(perdarahan).
2. Kaji tanda-tanda vital seperti
tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan suhu,
bandingkan dengan hasil
normal klien sebelumnya.
1. Mengantisipasi terjadinya syok
hipovolemik
2. Perubahan tekanan darah dan
nadi dapat digunakan untuk
perkiraan kehilangan darah
( misalnya : TD < 90 mmHg,
dan nadi > 110, diduga 25 %
penurunan volume atau kurang
lebih 1000 ml). Hipotensi
37
38
stabil
- Membran mukosa
lembab. 3. Observasi tanda-tanda
kekurangan cairan seperti
pucat, turgor kulit jelek dan
monitor perdarahan dengan
cara melihat berapa banyak
output yang keluar
pervaginam.
4. Awasi tekanan darah dan
frekuensi jantung
5. Catat respon fisiologis
individual klien terhadap
postural menunjukkan
penurunan volume sirkulasi.
3. agar tidak terjadi kekurangan
cairan lebih banyak lagi
4. Perubahan darah menunjukkan
efek hipovolemia (perdarahan /
dehidrasi )
5. Memburuknya gejala dapat
menunjukkan berlanjutnya
38
39
perdarahan, misalnya
perubahan mental,
kelemahan, gelisah, ansietas,
pucat, takipnea.
6. Jelaskan pada klien untuk
mempertahankan cairan yang
masuk dengan banyak
minum.
Kolaborasi
7. Berikan cairan IV sesuai
indikasi seperti cairan NaCl.
8. Berikan tranfusi darah bila
perlu sesuai dengan indikasi
perdarahan atau tidak
adekuatnya penggantian
cairan.
6. Memberikan pedoman untuk
pengganti cairan yang hilang.
7. Untuk mengganti cairan yang
hilang agar tidak terjadi
hipovolemik
8. Untuk mencegah terjadinya
anemia
39
40
yang diberikan.
9. Periksa golongan darah 9. Untuk antisipasi transfusi
2. Resiko terjadinya syok
hipovolemik berhubungan
dengan perdarahan
banyak.
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan
keperawatan ... x 24 jam
tidak terjadi syok
hipovolemik
Kriteria Hasil :
- Tidak ada perdarahan
lagi
- Tanda – tanda vital
dalam keadaan normal
Mandiri
1. Monitor tanda – tanda syok
seperti : akral dingin, tekanan
darah menurun, kapilar refil
< 3 detik, sianosis, pucat,
nadi teraba cepat tetapi
lemah.
2. Monitor tanda – tanda vital
seperti tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan suhu setiap
15 menit sekali
1. Dengan memonitor tanda-
tanda syok dapat diketahui
secara dini kemungkinan
terjadinya syok
2. Diharapkan dapat mengetahui
perdarahan – perdarahan yang
terjadi pada klien hipotensi
atau syok akibat perdarahan
40
41
3. Monitor perdarahan seperti
melihat berapa banyak duk
atau pembalut yang telah
diganti atau alat yang dipakai
untuk perdarahan.
4. Berikan cairan infus sesuai
dengan indikasi yang
diberikan seperti NaCl.
5. Berikan tranfusi darah sesuai
program dokter.
3. Memonitor perdarahan dapat
diketahui berapa banyak klien
telah kehilangan darah dan
memudahkan klien untuk
menentukan tindakan
selanjutnya.
4. Berikan cairan infus
diharapkan dapat mengganti
cairan dan zat yang hilang
akibat perdarahan.
5. pemberian tranfusi darah
diharapkan dapat mengganti
darah dengan cepat sehingga
kemungkinan syok dapat
41
42
diatasi.
3. Resiko tinggi terjadinya
fetal distres berhubungan
dengan perfusi darah ke
plasenta berkurang.
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan
keperawatan ... X 24 jam
diharapkan tidak terjadi
fetal distress
Kriteria hasil :
- DJJ normal / terdengar
- Adanya pergerakan
bayi
- Bayi lahir selamat.
Mandiri
1. Jelaskan resiko terjadinya
dister janin / kematian janin
pada ibu
2. Hindari tidur terlentang dan
anjurkan tidur ke posisi kiri
3. Observasi tekanan darah dan
nadi klien
1. Kooperatif pada tindakan
2. Tekanan uterus pada vena
cava, menyebabkan aliran
darah kejantung menurun
sehingga terjadi gangguan
perfusi jaringan.
3. Penurunan dan peningkatan
denyut nadi terjadi pad
sindroma vena cava sehingga
klien harus di monitor secara
42
43
4. Oservasi perubahan frekuensi
dan pola Denyut Jantung
janin
5. Berikan O2 10 – 12 liter
dengan masker jika terjadi
tanda-tanda fetal distress
teliti.
4. Penurunan frekuensi plasenta
mengurangi kadar oksigen
dalam janin sehingga
menyebabkan perubahan
frekuensi jantung janin.
5. Meningkat oksigen pada janin.
4. Resiko tinggi anemia
berhubungan dengan
hemoglobin yang menurun
akibat perdarahan.
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan
keperawatan 2 x 24 jam
klien menunjukkan klien
akan terhindar dari anemia
Intervensi
1. Monitor tingkat perdarahan
klien.
1. Perdarahan yang banyak dapat
mengakibatkan ibu mengalami
syok.
43
44
Kriteria hasil:
- Konjungtiva merah
muda.
- Hemoglobin dalam batas
normal
- Kapilary refill < 3 detik
2. Kaji tanda-tanda vital seperti
tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan suhu setiap 15
detik.
3. Berikan diit tinggi kalori
tinggi protein.
4. Monitor tanda-tanda anemia:
tampak lelah, tidak
bersemangat, kulit pucat.
Kolaborasi
5. Bila anemia berat pemberian
cairan dan transfusi darah
2. Mengetahui keadaan umum
dan menentukan pengobatan
selanjutnya
3. Nutrisi yang cukup dapat
membantu pemulihan anemis
4. Tanda-tanda yang diketahui
sejak dini akan mempermudah
pengobatan dan mempercepat
penyembuhan.
5. Pemberian RL dengan di
grojok akan merehidrasi dan
mengembalikan Hb ke normal
44
45
5. Ansietas berhubungan
dengan masalah kesehatan
perdarahan
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan
keperawatan ... X 24 jam
diharapkan kecemasan
klien teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien terlihat tenang.
- Klien bersifat
kooperatif.
- Klien sudah tidak
banyak bertanya.
Mandiri
1. Kaji tingkat dan penyebab
kecemasan
2. Orientasikan pada
lingkungan dengan
penjelasan sederhana.
3. Libatkan klien / orang
terdekat dalam rencana
perawatan dan dorong
partisipasi maksimum pada
rencana pengobatan
1. Agar dapat mengetahui
tingkatan cemas dan penyebab
cemas sehingga dapat
mengatasi masalah tersebut
2. Agar klien lebih bisa
beradaptasi dengan lingkungan
yang baru sehingga klien lebih
rileks
3. Keterlibatan akan
memfokuskan perhatian klien
dalam arti positif dan
memberikan rasa kontrol.
45
46
4. Anjurkan klien melakukan
teknik relaksasi, misalnya
nafas dalam, membaca.
5. Berikan dorongan pada klien
untuk mengekspresikan
perasaan.
Kolaborasi
6. Berikan sedatif sesuai
indikasi dan awasi efek
4. Memberikan arti penghilang
respons ansietas, menurunkan
perhatian, meningkatkan
relaksasi meningkatkan
kemampuan koping.
5. Langkah awal dalam
mengatasi perasaan adalah
terhadap identifikasi dan
ekspresi. Mendorong
penerimaan situasi dan
kemampuan diri untuk
mengatasi.
6. Untuk menangani ansietas dan
meningkatkan istirahat.
46
47
merugikan.
5 Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
respon tubuh terhadap
aktivitas perdarahan
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan
keperawatan ... x 24 jam
klien dapat melakukan
aktivitas dengan baik.
Kriteria Hasil :
- Klien dapat melakukan
aktivitas secara mandiri
- Saat klien melakukan
aktivitas perdarahan
tidak terjadi lagi
Mandiri
1. Observasi tekanan darah,
nadi, pernafasan selama dan
sesudah aktivitas. Catat
respon terhadap tingkat
aktivitas (misalnya
peningkatan tekanan darah )
2. Kaji kemampuan pasien
dalam melakukan aktivitas
normal
3. Berikan lingkungan yang
nyaman dan tenang,
1. Manifestasi kardiopulmonal
dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
2. Mempengaruhi pilihan
intervensi atau bantuan
3. Meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan
48
pertahankan tirah baring bila
diindikasikan.
4. Berikan bantuan dalam
aktivitas bila perlu.
oksigen tubuh.
4. Untuk meringankan aktivitas
yang dilakukan pasien.
48
49
4. Implementasi
Merupakan proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan ( tindakan keperawatan ) yang telah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Mengevaluasi proses keperawatan dengan cara melakukan klasifikasi
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan yang tercapai atau tidak.
50
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 8 April 2013
Ruangan : Kebidanan
1. Identitas Klien
Nama : Ny. N
Umur : 34 Tahun
No. Rekam Medik : 82.31.11
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SD
Suku Bangsa : Minang
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jorong Pulau Panjang Kel. Air Bangis Pasaman
Barat
Tanggal Masuk : 6 April 2013
Diagnosa Medik : Plasenta Previa Totalis
Tanggal Operasi : 10 April 2013
Sumber Informasi : Klien dan keluarga klien.
Ruang Rawat : Kamar Rawat RSUP. Dr. M. Djamil Padang
50
51
Penanggung Jawab
Nama : Nafai
Hubungan : Suami
Pekerjaan : Buruh
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : Tamat SMA
Agama : Islam
Suku bangsa : Minang
Alamat : Jorong Pulau Panjang Kel. Air Bangis Pasaman
Barat
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ny. N dengan umur 34 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSUP Dr. M.Djamil Padang tanggal 6 April 2013 jam 20.30
WIB dengan keluhan keluar darah pervaginam tanpa rasa sakit sejak 2
jam yang lalu dan tanpa alasan, klien mengatakan darah yang keluar
berwarna merah segar.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang sama,
klien mengatakan tidak pernah melahirkan secara sesar, klien
mengatakan tidak mempunyai riwayat merokok, Klien mengatakan
tidak pernah melakukan pekerjaan yang berat selama hamil, klien
mengatakan jarak kehamilannya kurang lebih 3 tahun, klien
mengatakan sudah 4 kali melahirkan secara normal dan tidak ada
kelainan pada kehamilannya.
52
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan saat masuk tanggal 6 April 2013
Klien mengatakan mengalami perdarahan pada trisemester 3, klien
mengatakan keluar darah yang banyak dari kemaluannya sejak 2 jam
yang lalu, klien mengatakan darah yang keluar berwarna merah
terang/segar tanpa alasan, klien mengatakan darah yang keluar tanpa
ada rasa nyeri, klien mengatakan tidak ada keluar lendir yang
bercampur darah dari kemaluannya.
Keluhan saat pengkajian 8 April 2013
Pada saat pengkajian klien terlihat hanya berbaring ditempat tidur
dan tidak dapat banyak beraktifitas karena badan klien terasa lemas
seperti tidak berenergi, klien mengatakan masih keluar darah dari
kemaluannya sejak 2 hari yang lalu, klien mengatakan darah yang
keluar berwarna merah terang, klien mengatakan darah yang keluar
tanpa ada rasa nyeri, klien mengatakan cemas dengan kehamilannya
sekarang karena klien takut terjadi sesuatu pada kandungannya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, klien
juga mengatakan tidak ada keluarganya yang mempunyai keturunan
seperti riwayat hipertensi, riwayat diabetes militus (DM), riwayat
jantung, dan riwayat alergi
53
3. Riwayat Obsetric
a. Riwayat Menarche
Usia menarche : 13 tahun
Siklus : Teratur
Banyaknya : 1 sampai 2 kali ganti pembalut atau duk
Lamanya : 3 sampai 4 hari
b. Riwayat Perkawinan.
Klien menikah pada tahun 2000 saat usia 21 tahun. Ini merupakan
pernikahan pertama bagi klien dan suami, klien hamil anak pertama
setelah usia pernikahan 4 bulan, klien mengatakan tidak mempunyai
keluhan pada kehamilan sebelumnya, klien mengatakan anak
pertamanya lahir pada tahun 2001.
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Kehamilan aterem 34-35 minggu. Pergerakan janin ada dirasakan
pertama kali pada usia kehamilan 4 bulan. Nutrisi klien baik, nafsu
makan klien baik dan klien menambah nutrisinya dengan minum susu
ibu hamil, klien selalu memeriksakan kandungannya 3 bulan sekali
kebidan terdekat rumah. Klien mengatakan tidak pernah mengalami
keluhan pada kehamilan sebelumnya, klien mengatakan tidak pernah
dilakukan kuretase atau tindakan bedah lainnya, tidak pernah
melahirkan secara caesarea, tidak pernah mengalami plasenta previa,
klien mengatakan jarak kehamilannya kurang lebih 3 tahun.
54
4) Riwayat Kehamilan Yang Lalu
Persalinan dilakukan dirumah praktek bidan.
Tabel :1.1 Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu
d. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Kehamilan aterem 34-35 minggu. Pergerakan janin ada dirasakan
pertama kali pada usia kehamilan 4 bulan. pada trisemester pertama
klien mengatakan terasa mual, muntah seperti kehamilan biasanya
tetapi pada saat kehamilan 4 bulan nafsu makan klien kembali
membaik, klien menambah nutrisinya dengan minum susu ibu hamil,
klien selalu memeriksakan kandungannya 3 bulan sekali kebidan
terdekat rumah.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Klien Saat Pengkajian
a) Tingkat Kesadaran :
Compos Mentis
Glasgow coma scale (GCS) = 15
Respon mata = 4
Respon motorik = 6
Respon verbal = 5
55
b) Tanda – tanda vital
(a) Tekanan darah: 130 per 80 milimeterHektogram.
(b) Nadi : 64 kali permenit
(c) Pernafasan : 25 kali permenit
(d) Suhu : 36,8 derajat celcius
2) Kepala.
a) Wajah
Terlihat sedikit pucat.
b) Mata.
Scelera : tidak ikterik.
Konjungtiva : terlihat anemis.
Mata : terlihat lelah, tampak lingkar hitam
Palpebra : terlihat tidak terjadi edema.
c) Hidung
Kien tidak menggunakan alat bantu pernafasan seperti cuping
hidung, dan tidak adannya sekret, darah yang menghambat jalannya
pernafaan.
d) Bibir
Bibir klien terlihat kurang lembab dan tidak terlihat pecah–pecah.
e) Gigi
Gigi klien tampak sedikit caries.
f) Lidah
Lidah klien terlihat sedikit kotor.
56
3) Leher
Leher klien tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar
limfe, dan kelenjar getah bening.
10) Dada / Thorak
1) Inspeksi : Rongga dada simetris kiri samadengan kanan,
jenis pernafasan menggunakan perut..
2) Palpasi : Premitus kiri samadengan kanan dan tidak adanya
kelainan pada payudara ibu.
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi : Tidak terdapat bunyi nafas tambahan seperti
weezing, ronkhi.
11) Payudara
1) Inspeksi : Payudara simetris kiri samadengan kanan, puting
susu terlihat menonjol, aerola tampak bersih dan
hiperpigmentasi, papilla mamae menonjol.
2) Palpasi : Tidak terdapat massa dan tidak ada nyeri tekan.
12) Jantung.
1) Inspeksi : Ictus tidak terlihat.
2) Palpasi : Ictus cordi teraba
3) Perkusi : Jantung dalam batas normal.
4) Auskultasi : irama jantung teratur
13) Abdomen.
1) Inspeksi : Perut klien membuncit
2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
57
Leopold I : Fundus uteri teraba tiga jari diatas pusat,
teraba massa lunak.
Leopold II : Teraba keras seperti papan disebelah kiri,
dan teraba bagian – bagian kecil dikanan.
Leopold III : Teraba massa keras, dan bulat.
Leopold IV : Tidak dilakukan.
3) Perkusi : Tympani
4) Auskultasi : Bising usus ada
14) Genitourinaria :
1) Genital
Pada genital klien terdapat darah berwarna merah terang dan
terlihat ada sedikit gumpalan darah yang sudah membeku.
2) Urinaria
Klien mengatakan tidak ada keluhan pada BAK, dan BAK
berwarna kekuning-kuningan.
15) Ekstremitas.
Ekstremitas kanan atas: Tidak terlihat edema, tidak terasa nyeri
Ekstremitas kiri atas : Tampak sedikit edema dan terpasang
infus RL 0,9 % dengan 20 tetes/menit.
Ekstremitas kanan dan kiri bawah : Tampak sedikit edema.
Kekuatan otot :
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
58
16) Sistem Integumen
Turgor kulit klien terlihat sedikit kering, suhu kulit teraba hangat,
warna kulit sawo matang, dan keadaan kulit bersih.
5. Data Aktivitas Sehari – Hari.
1) Nutrisi.
a) Makanan.
- Sehat : Klien mengatakan makan 3 kali sehari, porsi biasa.
- Sakit : Klien mengatakan makan 3 kali dalam sehari,
makanan yang diberikan makanan dari rumah sakit
yaitu diet TKTP dan makanan lunak lainnya. Klien
mengatakan tidak pernah merokok.
- Keluhan : tidak ada.
b) Cairan.
- Sehat : 5 – 7 gelas/hari
- Sakit : 3 – 6 gelas / hari, klien mengatakan tidak pernah
- mengkonsumsi alkohol.
- Keluhan : Minum kurang dari kebutuhan tubuh.
2) Eliminasi
BAB
- Sehat : 1 kali perhari, konsistensi lembek, warna coklat
kekuningan
- Sakit : 1 kali perhari, konsistensi lembek, warna coklat
kekuningan
- Keluhan : Tidak ada
59
BAK
- Sehat : 6 sampai 7 kali perhari
- Sakit : 6 sampai 7 kali perhari
- Keluhan : Tidak ada
3) Istirahat dan tidur.
Siang
- Sehat : ± 2 jam
- Sakit : ± 1 jam
Malam
- Sehat : ± 7 jam
- Sakit : Klien mengatakan sulit untuk tidur dikarenakan
cemas dengan kondisinya.
4) Kebersihan diri.
Kebersihan diri klien baik.
6. Data Sosial Ekonomi
Klien merupakan seorang ibu rumah tangga yang mengurus anak –
anaknya dirumah, selama klien sakit tidak ada yang mengurusi anak-
anaknya dirumah, biaya rumah sakit ditanggung oleh Jamkesmas,
penghasilan dari suami klien ± 2 juta/bulan.
7. Data Psikososial.
Klien mengatakan sangat bahagia dengan kehidupannya, klien selalu
diperhatikan dengan keluarganya terutama dengan suaminya, klien
berharap klien cepat sembuh dan dapat melahirkan dengan lancar, klien
tetap senang dengan keadaannya yang sekarang karena klien sangat
menantikan kelahiran anaknya.
60
8. Data Spiritual
Saat sebelum hamil klien mengatakan beribadah shalat 5 waktu, tetapi saat
klien mengalami perdarahan klien sulit untuk beribadah karena klien takut
untuk melakuka aktivitas.
9. Pemeriksaan Diagostik.
1) Pemeriksaan Ultrasonografi
Saat dilakukan ultrasonografi didapatkan hasil plasenta yang letaknya
totalis atau menutupi seluruh jalannya lahir sehingga terjadi
perdarahan yang mengharuskan klien dioperasi caesarea.
2) Pemeriksaan laboratorium
Tanggal Order : 09 April 2013
Waktu : 20:02 WIB
Tabel 1.2 Pemeriksaan Labortorium
NO Parameter Hasil Satuan Reamarks Nilai Rujukan
1 Hemoglobin 8 g/dl Rendah 12,00-14,00
2 Heritrosit 23 % Rendah 37,00-43,00
3 Leukosit 15,5 10,3/ui Tinggi 5,00-10,00
4 Eritrosit 2,9 6/ui Rendah 4,50-4,50
5 Trombosit 197 103/ui 150,00-400,00
61
Tanggal Order : 10 April 2013
Waktu : 12.09 WIB
Tabel 1.2 Pemeriksaan Labortorium
NO Parameter Hasil Satuan Reamarks Nilai Rujukan
1 Hemoglobin 9 g/dl Rendah 12,00-14,00
2 Heritrosit 27 % Rendah 37,00-43,00
3 Leukosit 15,1 10,3/ui Tinggi 5,00-10,00
4 Eritrosit 3,2 6/ui Rendah 4,50-4,50
5 Trombosit 217 103/ui 150,00-400,00
6 MCH 28,1 Pg 27,00-31,00
7 MCV 83 Fi 82,00-92,00
8 MCHC 33,7 g/dl 32,00-36,00
10. Program Terapi
a. Terapi yang diberikan pada klien yaitu :
Tanggal 8 dan 9 April 2013
Injeksi
- Ceftriaxon 2 x 1 gr
- Transamin 3 x 1gr
- Vitamin K 3 x 1gr
- Vitamin C 3 x 1gr
Infus
- Infus Nattrium Clorida 0,9 % 28 tetes per menit
Tanggal 10 April 2013
Injeksi
62
- Ceftriaxon 2 x 1 gr
- Transamin 3 x 1gr
- Vitamin K 3 x 1gr
- Vitamin C 3 x 1gr
Infus
- Infus Nattrium Clorida 0,9 % 28 tetes per menit
- Metronidazole 30 tetes permenit
b. Diet : Tinggi Kalori Tnggi Protein (TKTP)
63
ANALISA DATA
Nama : Ny. N
Tanggal 08 April 2013
Hari ke 2 klien masuk rumah sakit
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds :
-Klien mengatakan masih keluar
darah dari kemaluannya sejak 2
hari yang lalu.
-Klien mengatakan sudah megganti
pembalut sampai 3 kali sehari
kira-kira ± 800 cc
-Klien mengatakan darah yang
keluar berwarna merah terang
-Klien mengatakan darah yang
keluar tanpa ada rasa nyeri.
-Klien mengatakan darah yang
keluar seperti gumpalan kecil.
Do :
-Wajah klien terlihat sedikit pucat.
-Sclera mata klien terlihat sedikit
ikterik.
-Konjungtiva terlihat anemis.
-Akral klien teraba hangat.
Resiko terjadinya
syok hipovolemik
Perdarahan
banyak
64
-Tanda-tanda vital klien :
Tekanan darah : 130 / 80
milimeterHektogram
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 25 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
-Tanggal 09 April 2013
Hemoglobin 8 g/dl
-Tanggal 10 April 2013 Hemoglobin
9 g/dl
-Klien dilakukan transfusi darah
sebanyak 1 kali.
2. Ds :
-Klien mengatakan sulit untuk tidur
dikarenakan cemas dengan
kondisinya saat sekarang ini.
-Klien mengatakan cemas dengan
kehamilannya sekarang karena
klien takut terjadi sesuatu pada
kandungannya.
Do :
-Klien tampak banyak bertanya
tentang persalinan yang akan
dilakukan oleh tim medis.
Ansietas Masalah
kesehatan
perdarahan
65
-Tampak lingkaran hitam dimata
klien karena klien sulit untuk
tidur.
-Mata klien tampak terlihat lelah
akibat kurng tidur.
-Klien tampak berhati-hati saat
melakukan aktivitas seperti saat
berjalan klien dituntun dengan
suaminya.
B. Diagnosa Keperawatan
NO Diagnosa KeperawatanTanggal
Tegakkan
Tanda
Tangan
Tanggal
Teratasi
Tanda
Tangan
1. Resiko terjadinya syok
hipovolemik berhubungan
dengan perdarahan banyak
Senin
08 April
2013
Rabu
10 April
2013
2. Ansietas berhubungan
dengan masalah kesehatan
perdarahan.
Senin
08 April
2013
Rabu
10 April
2013
66
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Keperawatan Rasional
1. Resiko terjadinya syok
hipovolemik berhubungan
dengan perdarahan
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan
keperawatan 3x24 jam
tidak terjadi syok
hipovolemi
Kriteria Hasil :
- Tidak ada perdarahan
lagi
- Tanda – tanda vital
dalam keadaan normal
Mandiri
1. Monitor tanda – tanda syok
seperti : akral dingin, tekanan
darah menurun, kapilar refil
< 3 detik, sianosis, pucat
nadi teraba cepat tetapi
lemah.
2. Monitor tanda – tanda vital
seperti tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan suhu
6. Dengan memonitor tanda-tanda
syok dapat diketahui secara dini
kemungkinan terjadinya syok
7. Diharapkan dapat mengetahui
perdarahan – perdarahan yang
terjadi pada klien hipotensi atau
syok akibat perdarahan
67
67
3. Monitor perdarahan seperti
melihat berapa banyak duk
atau pembalut yang telah
diganti atau alat yang dipakai
untuk perdarahan.
4. Berikan cairan infus sesuai
dengan indikasi yang
diberikan seperti Natrium
Clorida.
5. Berikan tranfusi darah sesuai
program dokter.
8. Memonitor perdarahan dapat
diketahui berapa banyak klien
telah kehilangan darah dan
memudahkan klien untuk
menentukan tindakan
selanjutnya.
9. Berikan cairan infus diharapkan
dapat mengganti cairan dan zat
yang hilang akibat perdarahan.
10. pemberian tranfusi darah
diharapkan dapat mengganti
darah dengan cepat sehingga
kemungkinan syok dapat diatasi. 68
68
2. Ansietas berhubungan
dengan masalah kesehatan
perdarahan
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan
keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan kecemasan
klien teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien terlihat tenang.
- Klien bersifat
kooperatif.
- Klien sudah tidak
banyak bertanya.
Mandiri
1. Kaji tingkat dan penyebab
kecemasan
2. Orientasikan pada
lingkungan dengan
penjelasan sederhana.
3. Libatkan klien/orang terdekat
dalam rencana perawatan dan
dorong partisipasi maksimum
pada rencana pengobatan
1. Agar dapat mengetahui
tingkatan cemas dan penyebab
cemas sehingga dapat mengatasi
masalah tersebut
2. Agar klien lebih bisa
beradaptasi dengan lingkungan
yang baru sehingga klien lebih
rileks
3. Keterlibatan akan memfokuskan
perhatian klien dalam arti positif
dan memberikan rasa kontrol.
69
69
4. Anjurkan klien melakukan
teknik relaksasi, misalnya
nafas dalam, membaca.
5. Berikan dorongan pada klien
untuk mengekspresikan
perasaan.
4. Memberikan arti penghilang
respons ansietas, menurunkan
perhatian, meningkatkan
relaksasi meningkatkan
kemampuan koping.
5. Langkah awal dalam mengatasi
perasaan adalah terhadap
identifikasi dan ekspresi.
Mendorong penerimaan situasi
dan kemampuan diri untuk
mengatasi.
70
70
D. Implementasi
NODiagnosa
Keperawatan
Hari
TanggalImplementasi Evaluasi
Tanda
Tangan
71
1. Resiko terjadinya
syok hipovolemik
berhubungan
dengan perdarahan
Senin
8 April
2013
Mandiri
1. Memonitor tanda – tanda syok
seperti : akral dingin, tekanan darah
menurun, kapilar refil < 3 detik,
sianosis, pucat
nadi teraba cepat tetapi lemah.
2. Memonitor tanda – tanda vital seperti
tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu
3. Memonitor perdarahan seperti melihat
berapa banyak duk atau pembalut
yang telah diganti.
4. Memberikan cairan infus sesuai
dengan indikasi yang diberikan seperti
Ds :
-Klien mengatakan masih keluar darah
dari kemaluannya sejak 2 hari yang
lalu.
-Klien mengatakan sudah megganti
pembalut sampai 3 kali sehari kira-kira
± 800 cc
-Klien mengatakan darah yang keluar
berwarna merah terang
-Klien mengatakan darah yang keluar
tanpa ada rasa nyeri.
-Klien mengatakan darah yang keluar
seperti gumpalan kecil.
O :
71
72
Natrium Clorida 0,9 %.
5. Memberikan transfusi darah golongan
darah O sesuai program dokter.
-Wajah klien terlihat sedikit pucat.
-Sclera mata klien terlihat sedikit ikterik.
-Konjungtiva terlihat anemis.
-Akral klien teraba hangat
-Tanda-tanda vital klien :
Tekanan darah : 130 / 80
milimeterHektogram
Nadi : 82 kali permenit
Pernafasan : 25 kali permenit
Suhu : 36,8 derajat celcius
-Tanggal 09 April 2013 Hemoglobin 8
g/dl
-Tanggal 10 April 2013 Hemoglobin 9
g/dl
72
73
Selasa
09 April
2013
Mandiri
1. Memonitor tanda – tanda syok seperti
: akral dingin, tekanan darah
menurun, kapilar refil < 3 detik,
sianosis, pucat
nadi teraba cepat tetapi lemah.
-Klien dilakukan transfusi darah sebanyak
1 kali
-Klien mendapatkan Natrium Clorida
0,9% kolf ke tiga
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S :
-Klien mengatakan masih keluar darah
dari kemaluannya sejak 3 hari yang
lalu.
-Klien mengatakan sudah megganti
pembalut sampai 2 kali sehari ± 900 cc
-Klien mengatakan darah yang keluar
berwarna merah terang
73
74
2. Memonitor tanda – tanda vital seperti
tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu
3. Memonitor perdarahan seperti melihat
berapa banyak duk atau pembalut
yang telah diganti.
4. Memberikan cairan infus sesuai
dengan indikasi yang diberikan seperti
Natrium Clorida 0,9 %.
5. Memberikan transfusi darah golongan
darah O sesuai program dokter.
-Klien mengatakan darah yang keluar
tanpa ada rasa nyeri.
-Klien mengatakan darah yang keluar
seperti gumpalan kecil.
O :
-Wajah klien terlihat sedikit pucat.
-Sclera mata klien terlihat sedikit ikterik.
-Konjungtiva terlihat anemis.
-Akralklien teraba hangat
-Tanda-tanda vital klien :
Tekanan darah : 120 / 90
milimeterHektogram
Nadi : 83 kali permenit
Pernafasan : 23 kali permenit
74
75
Rabu
Suhu : 36,5 derajat celcius
-Tanggal 09 April 2013 Hemoglobin 8
g/dl
-Tanggal 10 April 2013 Hemoglobin 9
g/dl
-Klien dilakukan transfusi darah sebanyak
1 kali.
-Klien mendapatkan natrium Clorida
0,9% kolf ke empat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S :
-Klien mengatakan masih keluar darah
dari kemaluannya sejak 4 hari yang
75
76
10 April
2013
Mandiri
1. Memonitor tanda – tanda syok seperti
: akral dingin, tekanan darah
menurun, kapilar refil < 3 detik,
sianosis, pucat
nadi teraba cepat tetapi lemah.
2. Memonitor tanda – tanda vital seperti
tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu
3. Memonitor perdarahan seperti melihat
berapa banyak duk atau pembalut
yang telah diganti.
4. Memberikan cairan infus sesuai
dengan indikasi yang diberikan seperti
lalu.
-Klien mengatakan sudah megganti
pembalut sampai 3 kali sehari ± 700 cc
-Klien mengatakan darah yang keluar
berwarna merah terang
-Klien mengatakan darah yang keluar
tanpa ada rasa nyeri.
-Klien mengatakan darah yang keluar
seperti gumpalan kecil.
O :
-Wajah klien terlihat sedikit pucat.
-Sclera mata klien terlihat tidak ikterik.
-Konjungtiva terlihat sedikit anemis.
-Tanda-tanda vital klien :
76
77
Natrium Clorida 0,9 %.
5. Memberikan transfusi darah golongan
darah O sesuai program dokter.
Tekanan darah : 130 / 70
milimeterHektogram
Nadi : 79 kali permenit
Pernafasan : 24 kali permenit
Suhu : 36,5 derajat celsius
-Tanggal 09 April 2013 Hemoglobin 8
g/dl
-Tanggal 10 April 2013 Hemoglobin 9
g/dl
-Klien dilakukan transfusi darah sebanyak
1 kali.
-Klien mendapatkan natrium Clorida
0,9% kolf ke lima
A : Masalah sudah teratasi sebagian
77
78
P : Intervensi diberhentikan dan klien
dilakukan operasi caesarea sekitar pukul
13.00 WIB
2. Ansietas
berhubungan
dengan masalah
kesehatan
perdarahan
Senin
8 April
2013
Mandiri
1. Mengkaji tingkat dan penyebab
kecemasan
2. Mengorientasikan pada lingkungan
dengan penjelasan sederhana.
3. Melibatkan klien / orang terdekat
dalam rencana perawatan
4. Anjurkan klien melakukan teknik
relaksasi, misalnya nafas dalam,
membaca.
5. Berikan dorongan pada klien untuk
S :
-Klien mengatakan sulit untuk tidur
dikarenakan cemas dengan kondisinya
saat sekarang ini.
-Klien mengatakan cemas dengan
kehamilannya sekarang karena klien
takut terjadi sesuatu pada
kandungannya.
O :
-Klien masih banyak bertanya tentang
persalinan yang akan dilakukan oleh
78
79
Selasa
09 April
2013
mengekspresikan perasaan.
Mandiri
1. Mengkaji tingkat dan penyebab
kecemasan
tim medis.
-Terlihat lingkaran hitam dimata klien
karena klien sulit untuk tidur.
-Mata klien terlihat lelah akibat kurang
tidur.
-Klien tampak berhati-hati saat
melakukan aktivitas seperti saat
berjalan klien dituntun dengan
suaminya.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S :
-Klien mengatakan sudah bisa tidur
setelah diberikan penjelasan mengenai
79
80
2. Mengorientasikan pada lingkungan
dengan penjelasan sederhana.
3. Melibatkan klien / orang terdekat
dalam rencana perawatan
4. Anjurkan klien melakukan teknik
relaksasi, misalnya nafas dalam,
membaca.
5. Berikan dorongan pada klien untuk
mengekspresikan perasaan.
kondisi kandungannya.
-Klien mengatakan masih sedikit takut
dengan kehamilannya sekarang karena
klien takut terjadi sesuatu pada
kandungannya.
O :
-Klien masih ada bertanya mengenai
keadaannya
-Tampak lingkaran hitam dimata klien
karena klien sulit untuk tidur.
-Mata klien tampak terlihat lelah akibat
kurang tidur.
-Klien tampak berhati-hati saat
melakukan aktivitas seperti saat
80
81
Rabu
10 April
2013
Mandiri
1. Mengkaji tingkat dan penyebab
kecemasan
2. Mengorientasikan pada lingkungan
dengan penjelasan sederhana.
3. Melibatkan klien / orang terdekat
dalam rencana perawatan
4. Anjurkan klien melakukan teknik
relaksasi, misalnya nafas dalam,
membaca.
berjalan klien dituntun dengan
suaminya.
A : Masalah sudah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
S :
-Klien mengatakan sudah dapat untuk
tidur walaupun tidak terlalu pulas.
O :
-Klien tampak lebih tenang.
-Klien sudah tidak banyak bertanya
-Tampak lingkaran hitam dimata klien.
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi diberhentikan
81
82
5. Berikan dorongan pada klien untuk
mengekspresikan perasaan.
82
83
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi maka pada BAB ini penulis
akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang di
temukan dalam perawatan kasus Plasenta Previa pada Ny. N yang dirawat oleh
penulis 8 April 2013 di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP. Dr. M.Djamil
Padang Tahun 2013 yang dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dan merupakan landasan dari
proses keperawatan, dari pengkajian ini dapat kita lihat perbandingan kasus
nyata yang dapat dengan teori yaitu :
1. Identitas Klien
Identitas menurut teori terbagi 2 yaitu identitas klien dan suami dapat
dibandingkan dengan kasus yang ditemukan identitas klien diperoleh
melalui klien sendiri dan keluarga begitu juga identitas suami. Penulis
mendapatkan respon yang baik dari komunikasi yang dilakukan, hal ini
tidak lepas dari pendekatan yang telah dilakukan terlebih dahulu.
83
84
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Berdasarkan teori yang telah dibahas di Bab II studi kasus ini,
dijelaskan biasanya ibu mengalami perdarahan pervaginam tanpa rasa
sakit, tanpa alasan dan darah yang keluar berwarna merah segar. Pada
kasus yang dialami Ny. N didapati keluhan utama yang sama dengan
teori yaitu, perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit, tanpa alasan dan
darah yang keluar berwarna merah segar.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berdasarkan teori yang telah dibahas di Bab II studi kasus ini.
Menjelaskan mengenai kondisi klien saat ini, mulai dari serangan
awal, klien dibawa kerumah sakit, dan penanganan klien. Pada kasus
Ny. N didapatkan data riwayat kesehatan sekarangnya klien masuk
melalui IGD dengan keluhan klien mengalami perdarahan, klien
mengatakan keluar darah yang banyak dari kemaluannya sejak 2 jam
yang lalu, klien mengatakan darah yang keluar berwarna merah
terang/segar tanpa alasan, klien mengatakan darah yang keluar tanpa
ada rasa nyeri, klien mengatakan tidak ada keluar lendir yang
bercampur darah dari kemaluannya.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berdasarkan teori yang telah dibahas di Bab II studi kasus ini,
pada kasus dengan plasenta previa sebelumnya klien memilik riwayat
plasenta previa, bedah sesar, merokok selama hamil, kehamilan ganda.
85
Tetapi pada kasus yang dibahas didalam Bab III pada Ny. N didapati
dahulu klien hamil dalam jarak kehamilan dengan sebelumnya terlalu
dekat dan klien tidak memiliki riwayat yang seperti dalam teori
misalnya memilik riwayat plasenta previa, bedah sesar, merokok
selama hamil, kehamilan ganda.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga data yang ditemukan pada teori
dan pada Ny. N sama yaitu tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat
kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, klien
juga mengatakan tidak ada keluarganya yang mempunyai keturunan
seperti riwayat hipertensi, riwayat diabetes militus (DM), riwayat
jantung, dan riwayat alergi
3. Pemeriksaan Fisik
Pada teori yang telah dibahas didalam Bab II studi kasus ini penulis
menggunakan metode Haed To Toe dalam pemeriksaan fisiknya, hal ini
dikarenakan penulis lebih terpapar dalam pemeriksaan secara Haed To
Toe, pemeriksaan Head To Toe dapat diterapkan langsung pada kasus
yang ditemukan dan meemukan beberapa perbedaan dari hasil yang
diperiksa penulis dengan teori yang ada sebagai berikut :
a. Keadaan Umum
Pada teori yang ada di BAB II dikaji tingkat kesadaran klien, tekanan
darah rendah, nadi biasanya norma tetapi jika terjadi syok maka nadi
akan cepat atau lambat, pernafasan klien normal dan suhu klien
86
normal. Sedangkan pada kasus yang dikelola didapatkan kesadaran
Ny. N Compos Mentis, GCS 15, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
64 kali/menit, pernafasan 25 kali/menit, suhu 36,8 0C. Dari hasil
pemeriksaan tersebut ada beberapa data yanng sama dengan teori dan
ada juga yang berbeda.
b. Kepala
Pada teori yang ada di BAB II pada wajah biasanya terlihat pucat,
scelera biasanya pada pasien plasenta previa sedikit ikterik, sedangkan
pada Ny. N didapatkan wajah terlihat sedikit pucat, scelera tidak
ikterik, konjungtiva terlihat anemis, palpebra terlihat tidak edema.
c. Leher
Hasil yang didapatkan sesuai dengan teori pada BAB II yaitu tidak
adanya pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening hal ini
dikarenakan pross terjadi perdarahan tidak berpengaruh pada
pembesaran kedua kelenjar tersebut.
d. Dada/thorax
Pada bagian ini dalam teori pemeriksaan fisik dilakukan dengan empat
cara yaitu dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi tidak
berbeda dengan cara pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus ini
sedikit berbeda pemeriksaan dada dan payudara dipisahkan untuk
mempermudah observasi keadaan klien. Pada hasil pemeriksaan
inspeksi rongga dada simetris kiri samadengan kanan, jenis pernafasan
87
menggunakan perut, palpasi premitus kiri samadengan kanan, perkusi
terdengar sonor, auskultasi vaskuler.
e. Payudara
Pada teori pemeriksaan payudara digabungkan dengan pemeriksaan
thorax tetapi pada kasus dikhususkan dan diperoleh hasil pada
inspeksi payudara simetris kiri samadengan kanan, puting susu terlihat
menonjol, aerola tampak bersih dan hiperpigmentasi, papilla mamae
menonjol dan palpasi tidak terdapat massa dan tidak ada nyeri tekan.
f. Jantung
Pada prinsipnya cara pemeriksaan jantung sama dengan pemeriksaan
thorax yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Dari
hasil pemeriksaan didapatkan hasil inspeksi ictus tidak terlihat,
palpasi, ictus cordi teraba, perkusi jantung dalam batas normal dan
auskultasi irama jantung teratur.
g. Abdomen
Hasil yang didapatkan pada Ny. N sudah sesuai dengan teori pada
BAB II yaitu pemeriksaan abdomen biasanya inspeksi perut klien
tampak membuncit, palpasi tidak terdapat nyeri tekan, dan perkusi
tympani.
h. Genitalurinaria
Hasil yang didapatkan pada Ny. N sudah sesuai dengan teori pada
BAB II yaitu keadaan genital terdapat perdarahan bervaginam encer
sampai menggumpal, darah yang keluar berwarna merah segar dan
88
pada urine tidak mengalami gangguan dan berwarna kekuning-
kuningan.
i. Ekstremitas
Pemeriksaan fisik bagian ini pada asuhan keperawatan teoritis
menjelaskan pengamatan pada ektremitas apakah ada edema atau
tidak, dan kekuatan otot biasanya berkurang, hal ini menjadi
perbandingan dengan kasus yang ditemukan yaitu didapatkan pada
ekstremitas kanan atas tidak terlihat edema, tidak terasa nyeri, pada
ekstremitas kiri atas tampak sedikit edema dan terpasang infus
Natrium Clorida 0,9 % dengan 20 tetes permenit, pada ekstremitas
kanan dan kiri bawah tampak sedikit edema, dan kekuatan otot 5.
Klien mengatakan mampu untuk berjalan tetapi klien tidak boleh
melakukan aktivitas (bedrest total).
j. Sistem Integumen
Hasil yang didapatkan ada yang sudah sesuai teori pada BAB II yaitu
keadaan turgor kulit terlihat kering, suhu kulit hangat. Hal ini
dikarenakan masalah perdarahan yang terjadi pada klien.
k. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Nutrisi
Pada nutrisi yang dibandingkan antara sehat dan sakit saat sehat
klien makan tiga kali sehari dengan porsi yang diinginkan dan
dengan nasi, lauk dan sayur, sedangkan saat sakit klien tetap makan
tiga kali sehari dengan makanan yang diberikan dari rumah sakit
89
yaitu diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan makanan
lunak lainnya.
b. Eliminasi
Pada eliminasi tidak ada pebedaan antara yang sehat dengan yang
sakit karena klien tidak mengalami gangguan pada eliminasinya.
c. Istirahat dan tidur
Pada klien dengan plesanta previa istirahat dan tidur teranggu,
istirahat saat sehat kurang lebih 2 jam perhari, waktu sakit 1 jam
perhari, diwaktu malam saat sehat 7 jam perhari, saat sakit klien
mengatakan sulit untuk tidur dikarenakan cemas dengan
kondisinya.
B. Diagnosa Keperawatan
Dari asuhan keperawatan teoritis diperkirakan ada enam diagnosa yang
mungkin muncul seperti :
1) Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan adanya perdarahan.
2) Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarah
banyak.
3) Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi darah
ke plasenta berkurang.
4) Resiko tinggi anemia berhubungan dengan hemoglobin yang menurun
akibat perdarahan.
5) Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.
90
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap
aktivitas.
Dari beberapa diagnosa yang ada dan data yang telah diperoleh dari hasil
pengkajian dan perumusan masalah yang ditemukan pada klien maka penulis
memunculkan 2 diagnosa yaitu :
1) Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan banyak.
Diagnosa ini penulis tegakkan pada tanggal 8 Juli 2013 karena data-data
yang diperoleh dari pengkajian seperti klien banyak mengeluarkan darah
dari kemaluannya sekitar 3 kali sehari megganti pembalut kira-kira ± 800
cc, wajah klien terlihat sedikit pucat, sclera mata klien terlihat sedikit
ikterik, konjungtiva terlihat anemis, hemoglobin menurun.
2) Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.
Diagnosa ini penulis tegakkan pada tanggal 8 Juli 2013 karena data-data
yang diperoleh dari pengkajian seperti klien banyak bertanya tentang
pesalinan yang akan dilakukan, klien mengatakan sulit untuk tidur
dikarenakan cemas dengan kondisinya saat sekarang ini.
Dari uraian diagnosa diatas ada 4 diagnosa keperawatan yang ada dalam teori
tetapi tidak ditemukan dalam pelaksanaan studi kasus yaitu :
1) Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan adanya perdarahan.
Diagnosa ini penulis tidak tegakkan karena kekurangan cairan akan lebih
spesifik pada cairan elektrolit sedangkan klien tidak mengeluhkan
91
tentang adanya dehidrasi tetapi mengeluhkan banyaknya darah yang
keluar.
2) Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi
darah ke plasenta berkurang.
Diagnosa ini penulis tidak tegakkan karena kehamilan sudah cukup
bulan, perfusi darah ke plasenta tidak mengalami gangguan dan keadaan
janin cukup baik.
3) Resiko tinggi anemia berhubungan dengan hemoglobin yang
menurun akibat perdarahan.
Diagnosa ini penulis tidak tegakkan karena jika penulis tegakkan Ny. N
sudak masuk kedalam diagnosa medis yaitu anemia.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap
aktivitas.
Diagnosa ini penulis tidak tegakkan karena pada kasus Ny. N masih
mampu untuk melakukan aktivitas walaupun tidak melakukan aktivitas
seperti normal, klien juga masih dapat berjalan kekamar mandi dan
kekuatan otot klien masih cukup baik.
Teori pendukung yang didapatkan menurut Bobak tahun 2009 diagnosa
keperawatan pada plasenta previa ada 3 diagnosa yaitu :
1) Penuruhan curahan jantung berhubungan dengan perdarahan hebat
2) Resiko tinggi infeksiberhubungan dengan anemia dan perdarahan
92
3) Resiko tinggi cidera (janin) berhubungan dengan peurunan perfusi
plasenta / uterin.
C. Intervensi Keperawatan
Dalam proses tahap penyusunan intervensi sesuai dengan diagnosa yang
ditemukan. Beberapa intervensi yang berdasarkan asuhan keperawatan
teoritis yang tidak dapat dimasukkan dalam daftar intervensi keperawatan
seperti pada diagnosa ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan
perdarahan, pada intervensi teoritis terdapat kolaborasi dalam berikan sedatif
sesuai indikasi dan awasi efek merugikan, tetapi pada saat penulis
merencanakan intervensi tidak penulis masukkan berhubungan dengan situasi
dan kondisi diruangan pada saat itu karena tidak dapat memperoleh hasil
perawatan yang maksimal pada klien.
D. Implementasi Keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan plasenta
previa diruang Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil Padang, penulis tidak
mendapatkan hambatan dalam pelaksanaannya, maka penulis dapat
menerapkan asuhan keperawatanpada klien dengan plasenta previa.
1. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
banyak.
Untuk diagnosa diatas ini, penulis melakukan semua rencana
keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga didalam
93
penerapan implementasi yang berlandasan pada intervensi keperawatan
dapat dilakukan keseluruhannya. Dari 5 (lima) intervensi keperawatan
yang direncanakan, penulis dapat melakukan implementasi dari ke lima
intervensi tersebut.
2. Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.
Untuk diagnosa diatas ini, penulis melakukan semua rencana
keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga didalam
penerapan implementasi yang berlandasan pada intervensi keperawatan
dapat dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dari 5 (lima)
intervensi keperawatan yang direncanakan, penulis dapat melakukan
implementasi dari ke lima intervensi tersebut.
E. Evaluasi
Berdasarkan penilaian yang dilakukan pada dasarnya semua tujuan
dapat dicapai. Hal ini didukung dengan adanya kerja sama antara penulis
dengan klien, keluarga, perawat, dan tim kesehatan lainnya, serta adanya
partisipasi keluarga yang cukup besar dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Pada evaluasi yang dilakukan pada kasus diobservasi sesuai tingkat
kemauan status kesehatan klien yang dinilai berdasarkan metode SOAP
diperoleh dari hasil dua diagnosa yang muncul setelah dilakukan
implementasi diperoleh hasil evaluasi sebagai berikut :
1) Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
banyak.
94
Pada diagnosa diatas, penulis melakukan asuhan keperawatan selama tiga
hari yaitu dimulai dari hari Senin tanggal 8 April 2013 telah dilakukan
implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat agar klien
tidak ada perdarahan lagi dan tanda – tanda vital dalam keadaan normal.
Dari catatan perkembangan pada kasus Ny. N dapat dievaluasi klien
mengatakan masih ada darah yang keluar dari kemaluannya, pemeriksaan
laboratorium didapatkan peningkatan hemoglobin, sklera klien sudah
tidak tampak ikterik, konjungtiva masih sedikit anemis, Hal ini
menandakan implementasi yang dilakukan sudah teratasi sebagian.
2) Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.
Pada diagnosa diatas, penulis melakukan asuhan keperawatan selama tiga
hari yaitu dimulai dari hari Senin tanggal 8 April 2013 telah dilakukan
implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat agar klien
terlihat tenang, bersifat kooperatif, dan tidak banyak bertanya. Dari
catatan perkembangan pada kasus Ny. N dapat dievaluasikan yaitu
masalah ansietas yang terjadi pada klien dapat teratasi yang ditandai
dengan klien terlihat tenang, tidak banyak bertanya, klien mengatakan
sudah dapat mengerti tentang sesuatu yang terjadi dan klien mengatakan
sudah tidak terlalu takut dengan operasi yang akan dijalankannya. Hal ini
menandakan implementasi yang dilakukan sudah teratasi.
F. Dokumentasi
Dalam pendokumentasi keperawatan penulis mendokumentasikan
semua kegiatan dan hasil yang diperoleh dari pengkajian sampai evaluasi,
95
penulis mencatat kedalam status klien dan proses hasil sebagai bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat dikemudian hari.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil keperawatan yang telah dilakukan terhadap klien dengan asuhan
keperawatan pada Ny. N dengan plasenta previa di Ruang Rawat Inap Kebidanan
RSUP. DR. M.DJAMIL PADANG, yang dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dalam melakukan pengkajian terhadap klien dengan plasenta previa, data
yang dikumpulkan adalah identitas klien, identitas suami, riwayat
kesehatan yang meliputi (keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), riwayat
obstetri, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat
kehamilan saat ini, keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik,
data aktivitas sehari-hari, data sosial ekonomi, psikologis, spiritual, serta
data hasil pemeriksaan laboratorium, dan program terapi yang diberikan.
2. Perumusan diagnosa keperawatan didapatkan berdasarkan hasil
pengkajian dan analisa data yang didapatkan, maka penulis menegakkan
beberapa diagnosa antara lain :
a. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan banyak.
96
Diagnosa ini penulis tegakkan pada tanggal 8 Juli 2013 karena data-
data yang diperoleh dari pengkajian seperti klien banyak
mengeluarkan darah dari kemaluannya sekitar 3 kali sehari megganti
pembalut kira-kira ± 800 cc, wajah klien terlihat sedikit pucat, sclera
mata klien terlihat sedikit ikterik, konjungtiva terlihat anemis,
hemoglobin menurun.
b. Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.
Diagnosa ini penulis tegakkan pada tanggal 8 Juli 2013 karena data-
data yang diperoleh dari pengkajian seperti klien banyak bertanya
tentang pesalinan yang akan dilakukan, klien mengatakan sulit untuk
tidur dikarenakan cemas dengan kondisinya saat sekarang ini
3. Dari beberapa perencanaan tindakan yang berpedoman pada asuhan
keperawatan sudah dapat dilakukan sesuai dengan teoritis.
4. Dari semua perencanaan sudah dapat dilakukan dan disesuaikan dengan
diagnosa sehingga pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
5. Dari hasil implemantasi yang telah diterapkan maka penulis
mendapatkan evaluasi diantaranya sebagai berikut :
a. Pada diagnosa resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan
dengan perdarahan banyak masalah yang terjadi pada Ny. N sudah
teratasi sebagian.
a. Pada diagnosa ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan
perdarahan masalah yang terjadi pada Ny. N sudah teratasi dan
kecemasan klien hilang
86
97
6. Dalam pendokumentasi keperawatan penulis mendokumentasikan semua
kegiatan dan hasil yang diperoleh dari pengkajian sampai evaluasi,
penulis mencatat kedalam status klien dan proses hasil sebagai bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat dikemudian hari.
B. Saran
1. Bagi Perkembangan Keperawatan
Agar studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa, sehingga dapat dilakukan
dengan segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien plasenta
previa.
2. Bagi Instalasi Rawat Inap RSUP M. Djamil Padang.
Bagi tempat penelitian di harapkan dapat menjadi bahan evaluasi tenaga
kesehatan dan tenaga kesehatan lebih memikirkan bagaimana cara agar
angka kejadian plasenta previa menurun.
3. Bagi Klien
Bagi klien diharapkan agar ibu dapat lebih memperhatikan kandungannya
sehingga tidak terjadi peningkatan kematian pada ibu hamil yang
mengalami plasenta previa serta klien dapat mengetahui tanda dan cara
penanganannya.
98
DAFTAR PUSTAKA
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/09/08/plasenta-previa/
http://uvhik.wordpress.com/2012/11/15/plasenta-previa/
http://www.umm.edu/graphics/images/en/17010.jpg
Manuaba, Ida Bgus dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta : EGC.
Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius.
Mochtar, Rustam. 1995. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit dalam. Yogyakarta : Mulia Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT BINA PUSTAKA.
Rukiyah, Ali Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan kebidanan IV ( Patologi kebidanan ). Jakarta Timur : CV.Trans Info Media