sken 1 jiwa.docx

60
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berikut ini adalah permasalahan dalam skenario 1: Mengamuk Sdr. A, 20 tahun, laki-laki, karyawan swasta, dibawa ke UGD Rumah Sakit Jiwa oleh orang tua dan saudara-saudaranya karena mengamuk, merusak barang- barang di ruma, dan mengancam akan membakar rumahnya. Pasien juga merasa dimusuhi oleh orang tua dan saudara-saudaranya, bahkan khawatir makanan atau minumannya diberi racun oleh mereka. Menurut orang tuanya, pasien mulai tampak perubahan tingkah laku sejak 2 minggu sebelumnya karena merasa rekan-rekan kerjanya tidak suka dan memusuhinya, sehingga pasien tidak mau masuk kerja. Orang tuanya menduga, pasien mengalami stres yang berat setelah tidak bekerja. Dari riwayat keluarga diketahui bahwa adik laki-laki ibunya juga pernah mengalami gangguan serupa. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan status mental pada pasien didapatkan halusinasi auditorik, dan thought insertion, insight (tilikan diri) derajat 1. B. RUMUSAN MASALAH

Upload: novian-anindito-santosa

Post on 09-Nov-2015

71 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBerikut ini adalah permasalahan dalam skenario 1:MengamukSdr. A, 20 tahun, laki-laki, karyawan swasta, dibawa ke UGD Rumah Sakit Jiwa oleh orang tua dan saudara-saudaranya karena mengamuk, merusak barang-barang di ruma, dan mengancam akan membakar rumahnya. Pasien juga merasa dimusuhi oleh orang tua dan saudara-saudaranya, bahkan khawatir makanan atau minumannya diberi racun oleh mereka. Menurut orang tuanya, pasien mulai tampak perubahan tingkah laku sejak 2 minggu sebelumnya karena merasa rekan-rekan kerjanya tidak suka dan memusuhinya, sehingga pasien tidak mau masuk kerja. Orang tuanya menduga, pasien mengalami stres yang berat setelah tidak bekerja. Dari riwayat keluarga diketahui bahwa adik laki-laki ibunya juga pernah mengalami gangguan serupa. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan status mental pada pasien didapatkan halusinasi auditorik, dan thought insertion, insight (tilikan diri) derajat 1.

B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana kriteria gangguan jiwa?2. Apakah gangguan jiwa bisa diturunkan?3. Bagaimana etiologi gangguan pada kasus?4. Apa saja perbedaan gangguan psikotik, afektif, skizofrenia?5. Apa saja macam-macam halusinasi?6. Apa saja macam-macam insight?7. Apa saja diagnosis banding dari skizofren?8. Apa saja diagnosis banding psikotik akut?9. Bagaimana penatalaksanaan dan prognosis gangguan jiwa?

C. TUJUAN PENULISAN1. Mengetahui kriteria gangguan jiwa2. Mengetahui etiologi gangguan pada kasus3. Mengetahui perbedaan gangguan psikotik, afektif, dan skizofrenia.4. Mengetahui macam-macam halusinasi?5. Mengetahui macam-macam insight?6. Mengetahui diagnosis banding dari skizofren?7. Mengetahui diagnosis banding psikotik akut?8. Mengetahui penatalaksanaan dan prognosis gangguan jiwa?

D. MANFAAT PENULISAN1. Mahasiswa dapat lebih memahami kriteria gangguan 2. Mahasiswa dapat lebih memahami kejiwaan gangguan kejiwaan pada kasus 3. Mahasiswa dapat lebih memahami cara mendiagnosis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, faktor resiko, dan pencegahan penyakit jiwa

BAB IITINJAUAN PUSTAKAI. Sehat MentalA. DefinisiMenurut WHO (2011) kesehatan mental didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan di mana setiap individu menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja secara produktif dan baik, dan mampu memberikan kontribusi bagi komunitasnya nya.Sedangkan ciri-ciri sehat mental menurut WHO adalah sebagai berikut:1. Mempunyai kemampuan menyesuaikan diri secara 2. konstruktif pada kenyataan , meskipun kenyataan itu buruk ;3. Mempunyai rasa kepuasan dari4. Usahanya atau perjuangan hidupnya.5. Mempunyai kesenangan untuk memberi dari pada 6. menerima;7. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan 8. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong 9. dan saling memuaskan;10. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran11. dikemudian hari ;12. Mengarahkan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang 13. kreatif dan konstruktif;14. Mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu 15. mendidik.a. Faktor-Faktor Penentu Kesehatan MentalWHO memaparkan ada beberapa faktor yang dapat menetukan kesehatan mental seseorang, diantaranya adalah faktor-faktor sosial, psikologis, dan biologis menentukan tingkat kesehatan mental seseorang pada setiap titik waktu.Misalnya, tekanan sosio-ekonomi yang terus-menerus diakui sebagai risiko terhadap kesehatan mental bagi individu dan masyarakat.Bukti yang paling jelas dikaitkan dengan indikator kemiskinan, termasuk tingkat pendidikan yang rendah. Kesehatan mental yang buruk juga terkait dengan perubahan sosial yang cepat, kondisi kerja stres, diskriminasi gender, pengucilan sosial, gaya hidup tidak sehat, risiko kekerasan dan pelanggaran HAM. Ada juga faktor psikologis dan kepribadian tertentu yang membuat orang rentan terhadap gangguan mental.Terakhir, ada beberapa penyebab biologis dari gangguan mental, termasuk faktor genetik dan ketidakseimbangan dalam hal kimia di otak.(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs220/en/)II. Status MentalPemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang mendeskripsikan keseluruhan observasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan yang didapatkan dari pasien psikiatri saat dilakukan wawancara. Status mental pasien dapat berubah setiap hari atau setiap jam. Garis besar pemeriksaan status mental adalah sebagai berikut:1. Penampilan2. Gaya bicara3. Mooda. Subjektifb. objektif4. Pikirana. Bentukb. Isi5. Persepsi6. Sensoriuma. Kewaspadaanb. Orientasi (orang, tempat, waktu)c. Konsentrasid. Ingatan (segera, jangka pendek, jangka panjang)e. Kemampuan berhitungf. Dasar pengetahuang. Penalaran abstrak7. Tilikan8. Penilaian(Sadock dan Sadock, 2010)

PEMERIKSAAN STATUS MENTALHAL YANG HARUS DIKERJAKAN

I. Deskripsi Umum

A. Penampilan (istilah yang biasa digunakan :tampak sehat, sakit, agak sakit, kelihatan tua, kelihatan muda, kusut, seperti anakanak, kacau dsb.)Mengamati bentuk tubuh, postur,ketenangan, pakaian, dandanan, rambut,dan kuku, tanda kecemasan

B. Perilaku dan aktivitas psikomotor(termasuk di sini adalah manerisme, tiks, gerakan stereotipik, hiperaktivitas, agitasi, retardasi, fleksibilitas, rigiditas dll.)Mengamati dan/atau memeriksa caraberjalan, gerakan dan aktivitas pasien.

C. Sikap terhadap pemeriksa (bekerja sama, bersahabat, menggoda, apatis, bermusuhan, merendahkan, dll.)Mengamati dan merasakan sikap danjawaban pasien saat wawancara psikiatrik.

II. Mood dan Afek

A. Mood (adalah emosi yang meresap dan terus-menerus mewarnai persepsi seseorang terhadap dunia. Digambarkan dengan depresi, kecewa, mudah marah, cemas, euforik, meluap-luap, ketakutan dsb.)Menanyakan tentang suasana perasaan pasien.

B. Afek (adalah respon emosional pasien yang tampak, digambarkan sebagai meningkat, normal, menyempit, tumpul dan datar)Bagaimana perasaan anda akhir-akhir ini? (pertanyaan terbuka)

Apakah anda merasa sedih ?(pertanyaan tertutup)

C. Keserasian (serasi afek atau tidak serasi afek)Mengamati variasi ekspresi wajah, irama dan nada suara, gerakan tangan, dan pergerakan tubuh.

Mengamati keserasian respon emosional (afek) terhadap masalah subjektif yang didiskusikan pasien.

III. Pembicaraan(digambarkan dalam kecepatan produksi bicara, dan kualitasnya, seperti banyak bicara, tertekan, lambat, gagap, disprosodi, spontan, keras, monoton, mutisme, dsb.)Mengamati selama proses wawancara

Logorrhea: bicara yang banyak sekali,bertalian dan logis.

Flight of idea: pembicaraan dengan kata-kata yang cepat dan terdapat loncatan dari satu ide ke ide yang lain,ide-ide cenderung meloncat/ sulit dihubungkan.

Asosiasi longgar: pergeseran gagasangagasan dari satu subjek ke subjek lain yang tidak berhubungan, jika berat, pembicaraan menjadi kacau atau membingungkan (inkoheren).

IV. Gangguan Persepsi(Halusinasi, ilusi, depersonalisasi,derealisasi)Menanyakan tentang gangguan persepsiyang pernah atau sedang dirasakan olehpasien.

Apakah anda pernah mendengar suaraatau bunyi lain yang tidak dapat didengar oleh orang lain?

Apakah anda dapat atau pernah melihat sesuatu yang tampaknya tidak dilihat orang lain?

V. Pikiran

A. Proses atau bentuk pikiran (termasukdisini realistik, nonrealistik, autistik, irasional, dll.)

B. Isi pikiran (termasuk waham, preokupasi, obsesi, fobia, dsb.)Menanyakan sesuatu permasalahan untuk menilai bentuk dan isi pikiran pasien.

Waham kejar : Apakah anda merasaorang-orang memata-matai anda?

Waham cemburu : Apakah anda takut pasangan anda tidak jujur? bukti apa yang anda miliki?

Waham bersalah : Apakah anda merasa bahwa anda telah melakukan kesalahan yang berat? Apakah anda merasa pantas mendapat hukuman?

Apakah anda merasa pikiran anda disiarkan sehingga orang lain dapat mendengarnya? (waham siar pikir).

Apakah anda merasa pikiran atau kepala anda telah dimasuki oleh kekuatan atau sumber lain di luar? (waham sisip pikir)

Apakah anda merasa bahwa pikiran anda telah diambil oleh kekuatan atau orang lain? (waham penarikan pikiran)

VI. Sensorium dan kognitif

A. Kewaspadaan dan tingkat kesadaran (sadar, pengaburan, somnolen, stupor, koma, letargi,keadaan fugue/fugue state)Pengamatan dan pemeriksaan secaraobjektif (kuantitatif dengan Glasgow Coma Scale)

B. Orientasi (terhadap waktu, tempat,orang dan situasi)Menanyakan tentang waktu, tempat, orang dan situasi: Sekarang hari apa?Tanggal berapa ? Siang/malam ? Jam berapa sekarang? Di mana kita saat ini? Kerjanya apa ?

Siapa yang mengantar/ menunggui anda?anda kenal mereka ?

Bagaimana suasana saat ini? ramai?

C. Daya ingat (daya ingat jauh/ remote memory, daya ingat masa lalu yang belum lama/ recent past memory, daya ingat yang baru saja/ recent memory serta penyimpanan dan daya ingat segera/ immediate retention and recall memory).Menilai daya ingat dengan menanyakandata masa anak-anak, peristiwa pentingyang terjadi pada masa muda.

Peristiwa beberapa bulan yang lalu,

Peristiwa beberapa hari yang lalu, apayang dilakukan kemarin, apa yang dimakan untuk sarapan, makan siang dsb.

D. Konsentrasi dan perhatianMeminta pasien untuk mengulangi enam angka maju kemudian mundur.

Mengulang tiga kata, segera dan tiga sampai lima menit kemudian.

Pasien diminta mengurangi 7 secara berurutan dari angka 100. Pasien diminta mengeja mundur suatu kata sederhana.

E. Kapasitas membaca dan menulisPasien diminta membaca dan mengikutiapa yang diperintahkan serta menulis kalimat sederhana tapi lengkap.

Pasien diminta mencontoh suatu gambar, seperti jam atau segilima.

Menanyakan arti peribahasa sederhana,persamaan dan perbedaan benda.

F. Kemampuan visuospasialPasien diminta menghitung uang kembalian setelah dibelanjakan, jarakantar kota.

G. Pikiran abstrak

H. Sumber informasi dan kecerdasan(dengan memperhitungkan tingkat pendidikan dan status social ekonomi pasien)

VII. Pengendalian impuls

(Impuls seksual, agresif, atau lainnya)Menanyakan tentang riwayat pasien sekarang dan mengamati perilaku pasienselama wawancara

VIII. Pertimbangan dan tilikan

Derajat tilikan (kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit):

1. Penyangkalan penyakit sama sekali2. Agak menyadari tetapi sekaligus menyangkal3. Menyadari tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain4. Menyadari bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri pasien5. Tilikan intelektual : menerima bahwa pasien sakit dan disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan tertentu pada diri pasien sendiri tanpa menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman masa depan6. Tilikan emosional sesungguhnya : kesadaran emosional tentang motif dan perasaan dalam diri pasien dan orang yang penting dalam kehidupannya, yang dapatMenanyakan kemampuan pasien dalamaspek pertimbangan sosial, misalnya saat terjadi kebakaran (pertimbangan).

Menanyakan kesadaran dan pengertianpasien tentang penyakitnya (tilikan)

Tahukah anda kenapa dibawa / datang ke sini ?

Apakah anda membutuhkan pengobatan / perawatan ?

Apakah perawatan anda di Rumah Sakit ini merupakan kesalahan ?

IX. ReliabilitasMenilai kebenaran atau kejujuran pasien dalam melaporkan suatu situasi atau masalahnya

(Skills Lab FK UNS, 2012)III. STRESS1. DefinisiStress adalah respon seseorang pada suatu hal atau suatu kejadian yang mengancam atau menantang individu tersebut. Sedangkan suatu hal atau suatu kejadian yang menimbulkan stress disebut dengan stressor (Feldman, 2009).Kehidupan manusia dipenuhi dengan kondisi stress. Meskipun demikian, munculnya stress dapat bervariasi pada masing-masing orang dan bersifat sangat personal dan dipengaruhi oleh multifaktor. Faktor-faktor itu di antara lain persepsi, interpretasi, dan peran seseorang dalam suatu hal/kejadian yang berpotensi menjadi stressor (Feldman, 2009).Stressor yang berupa kejadian-kejadian dalam hidup dapat dikategorikan menjadi:a. Cataclysmic eventsMerupakan stressor yang kuat, muncul tiba-tiba, dan mempengaruhi banyak orang. Contohnya adalah bencana alam dan kondisi konflik. Akan tetapi, terdapat perbedaan dari kedua contoh tersebut. Pada kejadian bencana alam, munculnya stress cenderung tidak setinggi kondisi konflik. Hal ini disebabkan oleh pada kejadian bencana alam, terdapat resolusi yang jelas, sehingga orang-orang dapat kembali memandang ke masa depan karena kejadian yang buruk telah terlewati. Selain itu juga rasa simpati antarindividu dapat lebih terbentuk, sehingga ada fungsi sosial yang mengurangi stressor.b. Personal stressorsStressor personal melibatkan kejadian-kejadian pada hidup yang khusus, seperti meninggalnya anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, bahkan hal positif seperti pernikahan. Biasanya respon stress yang timbul bersifat sedang, namun cenderung membaik seiring berjalannya waktu.c. Background stressorsMerupakan stressor yang ringan dan biasa terjadi pada kehidupan sehari-hari dan dapat menimbulkan stress ringan. Akan tetapi, dapat pula timbul efek merugikan jangka panjang apabila berlangsung dalam jangka waktu lama dan stressor yang beragam.2. General Adaptation Syndrome ModelGeneral adaptation syndrome model (GAS) adalah suatu model yang mengilustrasikan tahap-tahap dari efek stress jangka panjang pada suatu individu. Penggagasnya adalah Hans Seyle. Model ini mengemukakan bahwa respon fisiologis terhadap stress terdiri dari suatu pola tertentu tanpa memperhatikan sumber stressornya. Fase-fase dari (GAS) terdiri dari:a. Alarm and mobilizationMuncul ketika seseorang menyadari adanya suatu stressor. Pada tahap ini sistem saraf simpatis menajdi aktif, hal ini membantu individu untuk menangani stressor yang ada.b. Resistance (adaptation to stress)Apabila stressor tetap ada, maka individu akan menginjak tahap kedua, resistensi. Pada tahap ini, tubuh akan bersiap untuk menghadapi stressor tersebut (Feldman, 2009), dikarakterisasikan oleh adanya sekresi hormon atau zat-zat kimia tertentu (Jiloha dan Bhatia, 2010).c. ExhaustionMerupakan tahap terakhir dari GAS, dimana kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap stressor menurun menuju suatu titik dimana muncul konsekuensi negatif dari stress, dapat berupa keluhan fisik dan gejala psikologis (tidak dapat berkonsentrasi, perasaannya menjadi lebih sensitif, atau pada tingkat yang lebih lanjut dapat muncul disorientasi dan lepas dari realitas) (Feldman, 2009).Apabila seseorang telah mencapai tahap exhaustion, hal ini dapat menjadi suatu proses pemulihan diri, dimana keluhan yang muncul akan memaksa individu untuk lepas dari stressor, hal ini akan memberikan waktu untuk mengurangi stress yang muncul.3. Stress dan PsikoneuroimmunologiPsikoneuroimmunologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor psikologis, sistem imun, dan otak. Konsekuensi stress pada tubuh dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:a. Efek fisiologis langsung, seperti meningkatnya tekanan darah, menurunnya fungsi sistem imun, meningkatnya aktivitas hormon, dan munculnya kondisi psikofisiologis.b. Kecenderungan melakukan kegiatan yang membahayakan kesehatan, seperti meningkatnya kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol, menurunnya asupan gizi, kurang tidur, dan meningkatnya penggunaan obat.c. Sikap yang berkaitan tidak langsung dengan kesehatan, seperti berkurangnya kepatuhan terhadap pengobatan, penundaan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, dan kurangnya minat untuk menemui tenaga kesehatan (Feldman, 2009).Stress dapat mempengaruhi sistem imun karena adanya pergantian fungsi dari sistem imun, dimana sistem imun mendapat stimulasi berlebihan. Hal ini menyebabkan sistem imun yang seharusnya menghadapi patogen yang memasuki tubuh menjadi menyerang tubuh itu sendiri dan merusak jaringan tubuh yang sehat. Selain itu juga respon sistem imun akan menurun, mempermudah terjadinya infeksi dan penyebaran dari sel tumor (Feldman, 2009).4. Manajemen Stress dan Mekanisme Koping StressMekanisme koping stress adalah suatu usaha untuk mengontrol, mengurangi, atau belajar untuk menoleransi suatu ancaman yang menyebabkan stress. Mekanisme ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:a. Koping yang berfokus pada emosi, dimana individu akan mencoba untuk mengatur emosinya dalam menghadapi stress, berusaha untuk mengubah perasaan yang dialaminya tentang suatu masalah.b. Koping yang berfokus pada masalah, dimana individu akan berusaha untuk memodifikasi masalah atau sumber yang menyebabkan stress (Feldman, 2009).Terdapat pula mekanisme koping lainnya yang tidak sesuai untuk menghadapi stress karena mekanisme koping ini cenderung menghindari kenyataan dan masalah, bukannya menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, seperti:a. Avidant coping, dimana individu akan cenderung menghindari stressor. Hal ini bisa dilakukan dengan berharap sesuatu yang cenderung mustahil, atau dengan mengonsumsi obat, meminum minuman beralkohol, atau makan berlebihan.b. Defense mechanism, dimana individu akan berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan menyembunyikan stressor dari dirinya sendiri dan orang lain. Mekanisme ini akan memberi kesempatan individu tersebut untuk menghindari stress dengan berpura-pura bahwa stressor itu tidak ada.c. Emotional insulation, dimana individu berhenti merasakan emosi apapun, sehingga individu tetap tidak akan terpengaruh dan tergerak oleh suatu pengalaman positif maupun negatif (Feldman, 2009).Orang-orang yang berhasil menghadapi stress adalah orang-orang dengan hardiness (ketabahan hati, ketahanan, daya tahan). Orang-orang dengan sifat ini memandang stress dengan sikap yang optimis dan mengambil suatu tindakan untuk mengatasi stressor. Hardiness ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:a. Komitmen, yaitu tendensi untuk bersikap total dalam apapun yang sedang individu itu lakukan disertai dengan perasaan dan keyakinan bahwa apa yang dilakukan itu penting dan berarti.b. Tantangan. Orang-orang dengan hardiness yakin bahwa perubahan adalah suatu hal yang wajar dalam kehidupan. Bagi mereka, perubahan bukanlah suatu ancaman bagi kehidupan mereka.c. Kontrol, yaitu persepsi bahwa individu tersebut dapat mempengaruhi kejadian-kejadian dalam hidupnya.Pada orang-orang yang menghadapi masalah yang sangat berat, hal utama dalam pemulihan psikologis adalah derajat dari resilience.Resilience adalah kemampuan untuk tetap bertahan, mengatasi, dan berkembang setelah mengalami kemalangan yang sangat besar (Feldman, 2009).Terdapat lima keterampilan untuk manajemen stress, yaitu:a. Self ObservationObservasi diri penting dalam memahami penyebab dari stress dalam hidup. Selain itu juga memberikan pandangan tentang bagaimana diri bereaksi terhadap stress dan membantu mengidentifikasi pada tingkat stress mana yang dapat ditangani.b. Cognitive RestructuringKemampuan kognitif berperan penting dalam stress dan proses koping. Terapi sikap kognitif dapat membantu individu untuk menyadari dan dapat mengubah pikiran, keyakinan, dan ekspektasi yang mempersulitt adaptasi.c. Relaxation TrainingKemampuan seseorang untuk menenangkan diri sangat penting dalam manajemen stress. Orang dengan kemampuan relax yang baik akan dapat berfikir dengan lebih rasional dan mampu untuk merestrukturisasi kognisi yang negatif ketika dihadapkan dengan kejadian yang memicu stress.d. Time ManagementHal ini penting dalam menentukan prioritas, sehingga individu dapat belajar untuk memfokuskan diri dalam tanggung jawab yang paling penting dan paling urgent. Selain itu juga mencegah individu untuk terlarut dalam pekerjaan-pekerjaan yang tidak penting dan tidak urgent (prioritas terendah). Hal ini akan membantu individu untuk menjaga beban kerjanya lebih terkontrol.e. Problem SolvingPemecahan masalah meliputi beberapa tahap, yaitu identifikasi masalah, menciptakan beberapa alternatif, dan mengevaluasi alternatif yang ada kemudian menemukan solusi terbaik (Jiloha dan Bhatia, 2010).IV. PENYEBAB UMUM GANGGUAN JIWASumber penyebab gangguan jiwa terdapat pada satu atau lebih dari kelima bidang yaitu :a. Badani Setiap faktor yang mengganggu perkembangan fisik dapat menyebabkan gangguan mental. Faktor-faktor ini mungkin dari keturunan atau lingkungan. Diantaranya meliputi : kelainan kromosom konstitusi cacat kongenital gangguan otakb. psikologisperkembangan psikologis yang salah mungkin disebabkan oleh: deprivasi dini pola keluarga yang patogenik masa remaja yang dilalui secara tidak baikc. sosialfaktor sosiologis tidak kecil peranannya dalam perkembangan yang salah, misalya: adat istiadat dan kebudayaan yang kaku perubahan-perubahan yang cepat dalam dunia modernd. kulturale. spiritual(Maramis dan Maramis, 2009)

V. MACAM HALUSINASIHalusinasi merupakan persepsi sensorik yang salah yang tidak ada hubungannya dengan rangsangan luar yang nyata (tanpa objek yang nyata); bisa juga diartikan gangguan yang bersifat psikotik hanya apabila disertai oleh hendaya penilaian realita.Ilusi merupakan persepsi atau penafsiran yang salah dari rangsangan sensorik luar yang nyata (ada objek nyata).Macam-macam halusinasi dan ilusi:1. Hipnagogik, halusinasi atau ilusi yang terjadi pada saat menjelang tidur yang pada umumnya tidak merupakan gejala yang bersifat patologis.2. Hipnopompik, halusinasi atau ilusi yang terjadi pada saat bangun tidur yang pada umumnya tidak dianggap gejala patologis.3. Akustik, halusinasi atau ilusi sebagai akibat persepsi yang salah terhadap bunyi-bunyian.4. Visual, halusinasi atau ilusi akibat persepsi yang salah yang menyangkut penglihatan.5. Olfaktorik, halusinasi atau ilusi akibat persepsi yang salah terhadap bau-bauan.6. Gustatorik, halusinasi atau ilusi akibat persepsi yang salah dari perasaan lidah, umpamanya rasa tak enak yang diakibatkan oleh serangan kejang pada keruskana gyrus uncinatus; biasanya terjadi pada gangguan organik.7. Taktil, halusinasi atau ilusi yang diakibatkan oleh persepsi yang salah dari sentuhan atau rabaan.8. Somatik, halusinasi atau ilusi akibat kesan yang salah dari benda yang terjadi dalam tubuh atau yang masuk ke tubuh, seperti sensai belati menembus tubuh, aliran listrik di lengan.9. Liliputian, halusinasi atau ilusi dimana benda tampak ukurannya mengurang (lebih kecil dari ukuran sebenarnya).10. Serasi afek, halusinasi atau ilusi yang isinya sesuai dengan afek pada deprese atau mania (misalnya pasien depresi mendengar suara-suara yang menyatakan dirinya jelek sedangkan pasien mani mendengar suara yang menyatakan dirinya kuat, sangat berharga, sangat pandai).11. Tidak serasi afek, halusinasi atau ilusi yang isinya tidak serasi dengan afek depresi atau mania; kebalikannya dari serasi afek.12. Halusinosis, suatu halusinasi yang umumnya bersifat pendengaran yang ada hubungannya dengan penyalahgunaan alkohol secara kronis dan terjadi dalam kesadaran penuh.13. Sinestesia, halusinasi yang diakibatkan oleh sensai lain (misalnay sensai pendengaran disertai atau dipicu oleh sensasi penglihatan).14. Fenomena jejak (trailing phenomenon), suatu kelainan persepsi yang ada hubungannya dengan obat-obatan halusinogenika. Benda yang bergerak terlihat sebagai sederetan bayangan yang terpisah atau terputus-putus.15. Pareidolia, merupakan ilusi yang khas yang dapat ditimbulkan dengan cara menyuruh pasien secara pasif mengamati awan atau karpet dan kemudian sebagai respon pasien akan mengatakan bahwa dia melihat gambaran tau bentuk yang kompleks. Keadaan ini biasanay ditemukan pada pasien-pasien yang mempunyai riwayat penggunaan oba halusinogenika.(Nuhriawangsa I, 2011)VI. SKIZOFRENIAA. Definisi SkizofreniaSkizofrenia adalah bahwa penderita skizofrenia umumnya pikirannya tidak konsisten demikian juga perilakunya. Jadi mereka ini tidak konsisten, tidak rasional dan tidak pasti (LumbanTobing, 2007)Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai individu termasuk berfikir dan komunikasi, menerima dan menginterprestasikan realitas, merasakan dan memajukan emosi serta perilaku dengan sikap yang tidak bisa diterima secara sosial (Isaacs, 2005).Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Maslim, 1997).Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan menyimpan banyak tanda tanya (teka-teki). Kadangkala skizofrenia dapat berfikir dan berkomunikasi dengan jelas, memiliki pandangan yang tepat dan berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada saat yang lain, pemikiran dan kata-kata terbalik, mereka kehilangan sentuhan dan mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri (Hoeksema, 2004).B. Kriteria Diagnostik SkizofreniaKriteria diagnostik di Indonesia menurut PPDG-III yang menuliskan bahwa walaupun tidak ada gejala-gejala patognomonik khusus, dalam praktek dan manfaatnya membagi gejala-gejala tersebut ke dalam kelompok - kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama yaitu:1. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitas berbeda atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya (withdrawal) dan tought broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain mengetahuinya.2. Waham atau Delusinasia. Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan oleh suatu kekuatan tertentub. Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luarc. Delusion of passivity yaitu waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luard. Delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat3. Halusinasi Auditorika. Suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku pasienb. Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka senndiri (dia antara berbagai suara yang berbicara)c. Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh4. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak wajar dan mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas5. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indara baik disertai waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap hari selama bermingu-minggu atau berbulan-bulansecara terus menerus6. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherenski atau pembicaraan tidak relevan atau neologisme.Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor7. Gejala-gejala negatif seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau neuroleptikaAdanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik prodormal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam muttu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara social.Selain itu ahli membagi skizofrenia menjadi dua bagian yaitu gejala positif dan gejala negative. Termasuk gejala positif adalaha. Disorganisasi pikiran dan bicara : penderita bisa menceritakan keadaan sedih denngan mimic muka yang gembira atau sebaliknya.b. Waham : penderita merasa dirinya seorang pahlawan atau orang besar dan bertindak seperti pahlawan atau orang besar.c. Halusinasi : melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.d. Agitasi atau mengamuk : hal ini sering membuat penderita dikurung atau dipasung.Termasuk gejala negative adalah1. Tidak ada dorongan kehendak atau inisiatif atau apatis.2. Menarik diri dari pergaulan social : penderita merasa senang jika tidak menjalani kehidupan social3. Tidak menunjukan reaksi emosional (Hawari, 2001).Teori ini digunakan untuk memudahkan keluarga mengenal gejala - gejala yang diialami oleh klien skizofrenia, sehingga dapat melakukan penanganan.

C. POLA PERJALANAN PENYAKITa. Skizofrenia paranoidKriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi. Sebagai tambahan, halusinasi dan waham harus menonjol, sedangkan gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relative tidak nyata. Halusinasi yang mengancam atau member perintah halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau yang bersifat seksuaal. Waham dapat berupa hampir setiap jenis tetapi waham dikendalikan, di pengaruhi atau keyakinan dikejar-kejar beraneka ragam adalah yang paling khas.b. Skizofrenia HebefrenikKriteria umum skizofrenia yang harus dipenuhi. Biasanya diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda. Kepribadian premorbid secara kas, tetapi tidak selalu, pemaludan menyendiri. Untuk diagnosis hebefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinnu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa perilaku yang kas seperti perilaku tidak tanggung jawab, mannerism, senyum sendiri memang benar bertahan.c. Skizofrenia katatonikKriteria suatu diagnosis skizofrenia dan katatonik yang harus dipenuhi. Gejala katatonik yang bersifat sementara dapat terjadi pada setiap subtype skizofrenia, tetapi untuk diagnosis skizofrenia katatonik satau atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya : stupor (amat berkurang aktivitas terhadap lingkungan dan gerakan, kegelisahan, sikap tubuh yang tidak wajar, perlawanan terhadap intruksi, sikap tubuh yang kaku, meterhadap perintah dan mempertahankan posisi tubuh yang dilakukan dari luar dan gejala otomatisme terhadap perintah dan preserverasi kata atau kalimat.d. Skizofrenia tak terinciMemenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia, tidak memenuhi untuk kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik dan katatonik, tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.e. Depresi pasca skizofreniaDiagnosis ditegakkan hanya kalau pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi criteria umum skizofrenia selama 12 bulan terakhir), beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada dan gejala-gejala depresi yang menonjool dan mengganggu, memenuhi sedikitnya episode depresi dan telah ada untuk waktu sedikitnya 2 minggu.f. Skizofrenia residualUntuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi :1) Gejala negatif skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek tumpul, sikap pasif, miskin dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal buruk seperti kontak mata, ekspresi muka, sikap tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial buruk.2) Sedikitnya ada riwayat pisode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia.3) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekkuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang dan telah timbul sindrom negative skizofrenia.4) Tidak dapat demensia atau penyakit otak organic lain, depresi kronis, atau insttitusionalisasi yang dapat menjelaskan hendaya negatif tersebut.g. Skizofrenia simpleksSkizofrenia simpleks adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan, karena tergantung pada pemestian perkembangan yang berjalan perlahan, profresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa riwayat halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai perubahan perilaku yang bermakna yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara sosial.

D. ETIOLOGI SKIZOFRENIAPenyebab skizofrenia sampai kini belum diketahui secara pasti dan merupakan tantangan riset bagi pengobatan kontemporer. Telah banyak riset dilakukan dan banyak factor predispposisi maupun pencetus yang diketahui yaitu :a. Faktor genetikaFaktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat umum 1%, pada orang tua 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak 15%-20%, apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia 30-40%. Pada kembar monozigot 40% -50%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 5%-10%. Dari penelitian epidemologi keluarga terlihat bahwa resiko untuk keponakan adalah 3%, masih lebih tinggi dari populasi umum yang hanya 1%. Demikian juga dari penelitian anak adopsi dikatakan anak penderita skizofrenia yang diadopsi orang tua normal, tetap resiko 16,6% , sebaliknya anak sehat yang diadopsi penderita skizofrenia resiko 1,6%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin dekat hubungan keluarga biologis semakin tinggi resiko terkena skizofrenia (Tomb, 2004).b. Faktor biologis dan biokimiaDari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamine yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang berlebihan dibagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya neurotransmitter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamate dan GABA. Selain perubahan yang sifatnya ditemukan perubahan anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, antropi koreteks atau atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia (Hawari, 2001).c. Faktor psikososial1) Teori perkembanganAhli teori seperti Freud, Sullivin, dan Erikkson mengemukakan bahwa kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih saying di awal tahun kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan sosial pada penderita skizofrenia (Isaacs, 2005).2) Teori belajarMenurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang kemudian menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir irasional orang tua yang mungkin memiliki masalah emosional yang bermakna.Hubungan interpersonal yang buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang karena mempelajari model yang buruk selama anak-anak3) Teori keluargaTeori-teori ini yang berkaitan dengan peran keluarga dalam munculnya skizofrenia belum divalidasi dengan penelitian. Bagian fungsi keluarga yang diimplikasikan dalam peningkatan kekambuhan penderita skizofrenia antara lain ;a) Faktor keluargaFaktor keluarga yang dimaksutkan adalah faktor stres yang dialami anak dan remaja yang disebabkan kondisi keluarga yang tidak baik yaitu: Hubungan kedua orang tua yang dingin atau penuh ketegangan Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk bersama dengan anak-anak. Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak baik. Kedua orang tua berpisah atau bercerai Kematian salah satu atau kedua orang tuab) Emosi yang diekspresikan atau disingkat EE (Expressed Emotion).Dimana keluarga sering mengekspresikan emosi secara berlebihan dengan sikap kurang sabar, bermusuhan, pemarah, keras, kasar, kritis dan otoriter (Chandra, 2005).c) Status sosial ekonomiBeberapa ahli teori telah menyatakan bahwa industrialisasi, urbanisasi dan status ekonomi yang rendah sangat kuat hubungannya dengan skizofrenia. Itu sebabnya banyak penderita yang dijumpai pada masyarakat golongan menengah ke bawah.d) StresKarena bervariasinya presentasi sintom dan prognosis skizofrenia, maka tidak ada faktor etiologik tunggal yang menyebabkan timbulnya skizofrenia. Ada model yang mengintegrasikan faktor biologis, faktor psikososial dan faktor lingkungan adalah model stres diatesis. Model ini menyatakan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentaan spesifik (diatesis) terhadap stres yang memungkinkkan berkembang menjadi simtom skizofrenia. Model interaksional yang mengatakan bahwa penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetik dan biologik terrhadap stres dan dianggap penyebab utama dalam menentukan onset dan keparahan penyakit.e) Kepribadian premorbidIndikator premorbid (sebelum sakit) pada anak preskizofrenia antara lain ketidakmampuan anak mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh dan penyimpangan komunikasi seperti anak sulit melakukan pembicaraan terarah. Sedangkan pada remaja perlu diperhatikan kepribadian premobid seperti kepribadian paranoid atau curiga berlebihan, menganggap semua orang musuh, juga kepribbadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersifat hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyindiri (Chandra, 2005)f) Rokok dan penyalahgunaan napzaGangguan schizoid dapat dicetuskan atau disebabkan oleh penggunaan kanabis ganja, gelek, marijuana (Chandra, 2005).E. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN SKIZOFRENIA1. PencegahanPendekatan yang dilakukan dalam pencegahan skizofrenia dapat bersifat eklektik holistik yang mencakup tiga pilar yaitu organobiologis, psikoedukatif, dan sosial budaya, dan dari ketiga pilar tersebut dapat diketahui kepribadian seseorang. Dalam melengkapi pendekatan holistik tersebut, menambah satu pilar sehingga menjadi empat pilar yaitu organobiologis, psikoedukatif, social budaya dan psikoreligius.Upaya pencegahan yang dilakukan pada masing-masing pilar dimaksudkan untuk menekan seminimal mungkin munculnya skizofrenia dan kekambuhanya.a. Organobiologis1) Bila ada silsilah keluarga menderita skizofrenia sebaiknya menikah dengan keluarga yang tidak memiliki silsilah skizofrenia.2) Walaupun dalam keluarga tidak ada sil-silah menderita skizofrenia sebaiknya tidak menikah dengan yang tidak memiliki silsilah skizofrenia dan merupakan keluarga jauh.3) Sebaiknya penderita atau bekas penderita skizofrenia tidak saling menikah.b. PsikoedukatifBeberapa sikap yang harus diperhatikan orang tua dalam membina mental-emosional dan mental-intelektual anak yaitu:1) Sikap pertama adalah kemampuan untuk percaya pada kebaikan orang lain.2) Sikap kedua adalah sikap terbuka.3) Sikap ketiga adalah anak mampu menerima kata tidak atau kemampuan pengendalian diri terhadap hal-hal yang mengecewakan, kalau tidak anak akan sulit bergaul dan belajar di sekolah.2. PengobatanSkizofrenia merupakan penyakit yang cenderung berlanjut (kronis atau menahun) maka terapi yang diberikan memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan sampai bertahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan. Terapi yang komprehensif dan holistik telah dikembangkan sehingga klien skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi dan lebih manusiawi dibandingkan dengan pengobatan sebelumnya. Adapun terapi yang di maksut adalah :1) PsikofarmaObat anti psikotik yang sering disebut dengan neuroleptik ditujukan untuk menghilangkan gejala skizofrenia. Golongan psikofarma yang sering digunakan di Indonesia (2001) terbagi dua golongan typical dan golongan atypical. kelebihan obat atypical antara lain : Dapat menghilangkan gejala positif dan negatif, memulihkan fungsi koqnitif, efek samping Extra pyramidal symptoms.

2) Electro Convulsive TerapyElectro Convulsive Terapy diberikan kepada penderita skizofrenia kronik. Tujuannya adalah memperpendek serangan skizofrenia, mempermudah kontak dengan penderita, namun tidak dapat mencegah serangan ulang (Maramis, 2004).3) PsikoreligiusMenurut Larson, penelitian yang termuat dalam Religious commitment and Health menyatakan bahwa agama amat penting dalam pencegahan agar seorang tidak mudah jatuh sakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penderitaan dan mempercepat penyembuhan.4) PsikososialAgar tumbuh kembang anak sehat baik fisik, psikologik, sosial dan spiritual, hendaknya diciptakan rumah tangga yang sehat dan bahagia agar supaya kepribadian anak menjadi matang dan kuat sehingga tidak mudah jatuh sakit. Dalam hal ini N. Stinnet J.De frain mengemukakan enam criteria membina keluarga yang sehat dan bahagia yaitu:a) Ciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.b) Adakan waktu bersama dalam keluarga.c) Ciptakan hubungan yang baik antar anggota keluarga.d) Keluarga sebagai unit social yang terkecil ikatannya harus erat dan kuat, jangan longgar dan rapuh.e) Harus saling menghargai sesama anggota keluarga.Bila keluarga mengalami krisis, maka prioritas utama adalah keutuhan keluarga dan bila diperlukan berkonsultasi dengan ahlinya (Hawari, 2001).

F. GANGGUAN PSIKOSIS AKUT DAN SEMENTARA1. PendahuluanDiagnostic and statistical manual of Mental Disorders (DSM-IV) mengomindasikan dua konsep diagnostik menjadi diagnosis gangguan psikosis singkat / gangguan psikotik akut / brief psychotic disorder. Pertama gangguan berlangsung singkat, didefinisikan di dalam DSM-IV sebagai kurang dari satu bulan tetapi sekurangnya satu hari, gejala mungkin memenuhi atau tidak memenuhi criteria doagnosis untuk skizofrenia. Kedua, gangguan mungkin berkembang sebagai respon terhadap stressor psikososial yang parah atau kumpulan stressor.2. EtiologiPasien dengan gangguan psikotik singkat yang pernah memiliki gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah Perkem bangan gejala psikotik.Secara psikodinamika terdapat mekanisme menghadapi (coping mechanism) yang tidak adekuat dan kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik. Teori psikodinamika yang lainnya adalah bahwa gejala psikotik adaalh suatu pertahanan terhadap fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak tercapai, atau suatu pelepasan dari situasi psikosial tertentu.3. Pedoman Diagnostik :a. Menurut PPDGJ III . F23 Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah :a. Onset yang akut (dalam masa 2minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok.b. Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik= beraneka ragam dan berubah cepat, atauschizoprenia-like = gejala skizofrenia yang khas).c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga didefinisikan dengan karakter ke 5; x0 = tanpa penyerta stres akut; x1 = dengan penyerta stres akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukan sebagai sumber stres dalam konteks ini.d. Tidak diketahuinya berapa lama gangguan akan berlangsung. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria baik untuk episode manik (F30.-) maupun depresif (F32.-), walaupun perubahan emosional dan gejalagejala afektif individu dapat menonjol dari waktu ke waktu. Tidak ada penyebab organik, seperti : trauma kapitis, delerium atau demensia. Tidak merupakan intoksifikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatanb. Menurut DSM-IV 298.8 Ada satu (atau lebih) gejala berikut :o Wahamo Halusinasio Bicara terdisorganisasi (misal; sering menyimpang atau inkoherensi).o Prilaku terdisorganisasi jelas atau kaktatonik.Catatan : jangan memasukan gejala jika merupakan pola respons yang diterima secar kultural. Lama suatu epiode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbit. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguanmood dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau kondisi medis umum.Sebutkan jika :Dengan stresor nyata (psikosis reaktif singkat) : jika gejala terjadi segera setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendiri atau bersama-sama, akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebutTanpa stresor nyata : jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau tampaknya bukan sebagai respon terhadap kejadian yang sendirinya atau bersama-sama akan menimbulkan streas yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.Dengan onset pascapersalinan : jika onset dalam waktu 4 minggu setelah persalinan.

VII.KLASIFIKASI MENURUT PPDGJ-IIIA. Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala Skizofrenia. (F23.0)Pedoman diagnosis :1. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang.2. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis & intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.3. Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya.4. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F20.-) atau episode manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-).B. Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia (F23.1)Pedoman diagnosis : Memenuhi kriteria a, b, c diatas yang khas untuk psikotik polimorfik akut (F23.0) Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia (F20.-) yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia (F20.-).C. Gangguan psikotik Lir- Skizofrenia (schizophrenia-like) akut Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :1. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan nonpsikotik menjadi keadaan yang psikotik)2. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik.3. Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia (F20.-).D. Gangguan psikotik akut lainnya dengan Predominan Waham (F23.3) Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :1. Onset dari gejala harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan nonpsikotik sampai jelas psikotik)2. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak berkembangnya keadaan psikotik yang jelas3. Baik kriteria skizofrenia (F20.0) maupun untuk gangguan psikotik polimorfik akut (F23.-) tidak terpenuhi. Kalau waham-waham menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya, maka diagnosis harus diubah menjadi Gangguan Waham Menetap (F22.-). Apabila hanya halusinasi yang menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya, maka diagnosis harus diubah menjadi Gangguan Psikotik Nonorganik Lainnya (F28)

VIII. TERAPI Perawatan di Rumah SakitUntuk pasien psikotik akut, perawatan singkat di rumah sakit mungkin diperlukan untuk pemeriksaan dan perlindungan pasien. Pemeriksaan pasien membutuhkan monitoring ketat terhadap gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Di samping itu, lingkugan rumah sakit yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien memproleh kembali rasa realitasnya. Sambil klinisi menunggu lingkungan dan obat menunjukan efek, pengurangan, pengikatan fisik, atau monitoring berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan. Farmakoterapio Antipsikotik antagonis reseptor dopamin Antipsikotik potensi tinggi : haloperidolo Benzodiazepin Psikoterapio Psikoterapi individual, keluarga dan kelompok diindikasikan untuk memberikan terapi dari integrasi psikologis pengalaman.

IX. PROGNOSISPasien biasa sembuh dalam waktu 1 - 3 bulan (tergantung dari jenis gangguan) atau dalam beberapa minggu/hari.( Asmara, 2011)

BAB IIIPEMBAHASANEtiologi pada skenario kemungkinan stress, karena pada skenario dijelaskan banyak stressor yang mungkin berperan hingga menimbulkan gejala pada pasien, antara lain : rekan-rekan kerjanya tidak suka dan memusuhinya. Stressor yang berupa kejadian-kejadian dalam hidup dapat dikategorikan menjadi: a. Cataclysmic events Merupakan stressor yang kuat, muncul tiba-tiba, dan mempengaruhi banyak orang. Contohnya adalah bencana alam dan kondisi konflik. Akan tetapi, terdapat perbedaan dari kedua contoh tersebut. Pada kejadian bencana alam, munculnya stress cenderung tidak setinggi kondisi konflik. Hal ini disebabkan oleh pada kejadian bencana alam, terdapat resolusi yang jelas, sehingga orang-orang dapat kembali memandang ke masa depan karena kejadian yang buruk telah terlewati. Selain itu juga rasa simpati antarindividu dapat lebih terbentuk, sehingga ada fungsi sosial yang mengurangi stressor. b. Personal stressors Stressor personal melibatkan kejadian-kejadian pada hidup yang khusus, seperti meninggalnya anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, bahkan hal positif seperti pernikahan. Biasanya respon stress yang timbul bersifat sedang, namun cenderung membaik seiring berjalnnya waktu.c. Background stressors Merupakan stressor yang ringan dan biasa terjadi pada kehidupan sehari-hari dan dapat menimbulkan stress ringan. Akan tetapi, dapat pula timbul efek merugikan jangka panjang apabila berlangsung dalam jangka waktu lama dan stressor yang beragam. (Feldman, 2009)Selain itu disebutkan bahwa dari riwayat keluarga diketahui bahwa adik laki-laki ibunya juga pernah mengalami gangguan serupa. Padahal dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa beberapa penyakit jiwa berhubungan dengan faktor keturunan. Seperti contohnya pada skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung 7 15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61 86%.Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini. Namun untuk mekanisme pasti bagaimana faktor keturunan menambah resiko terkena gangguan jiwa masih belum diketahui.

BAB IVPENUTUPA. SIMPULANJenis gangguan jiwa yang dialami Sdr. A adalah gangguan jiwa Psikosis. gangguan psikosis adalah merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Berdasarkan onset dan gejala klinis yang muncul, gangguan psikosis dibagi menjadi skizofrenia, gangguan psikotik akut, gangguan waham, dan skizoafektif. Karena onset gangguan yang dialami penderita adalah 2 minggu, dan gejala klinis yang muncul merupakan gejala klinis yang menyerupai skizofrenia serta riwayat keluarga yang sama maka diagnosis sementara yang dapat disimpulkan adalah gangguan psikotik skizofrenia-like. Yang utama dibutuhkan adalah farmakoterapi anti-psikosis. jika gejala menetap dalam waktu lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.

B. SARAN1. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada pasien agar diketahui lebih pasti diagnosisnya.2. Apabila menemui seseorang yang menderita penyakit jiwa, perlu dilakukan anamnesis yang teliti dan cermat, serta perlu membina hubungan dokter-pasien yang baik.3. Dibutuhkan data mengenai riwayat pasien sebelumnya, baik keadaan medik umum maupun adanya gangguan jiwa lainnya.4. Terapi gangguan jiwa tidak hanya bertumpu pada farmakoterapi saja, namun terapi sosial dan kerohanian juga dibutuhkan dalam upaya penyembuhan pasien. 5. Perlu dicari etiologi yang jelas dari gangguan jiwa pasien, dan berusaha menjauhkan dari faktor etiologi dan keadaan stress terrsebut untuk mengurangi keadaan relaps. DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Marshal Ryan. 2011. Gangguan Psikotik Akut. Rumah Sakit Jiwa Klender: FK Universitas Muhammadiyah Jakarta.Feldman R.S. 2009. Understanding Psychology. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FKUIHoeksema. 2004. Skizofrenia. Jakarta : EGC.Isaacs, Ann. 2005. Mental Health and Psychiatric Nursing. Alih Bahas : Dian Patri Rahayuningsih. Jakarta :EGC.Jiloha R.C., Bhatia M.S. 2010. Psychiatry for General Practitioners. New Delhi: New Age International (P) Ltd., PublishersLumbantobing. 2007. Skizofrenia. Jakarta : FKUI.Maramis W. F. dan Maramis A. A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press. Maslim, R. 1997. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya.Nuhriawangsa I. 2011. Symtomatologi Psikiatri. Surakarta: Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas MaretSadock, Benjamin J. and Virginia A. Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGC.Skills Lab FK UNS. 2012.Buku Pedoman Ketrampilan Klinis untuk Semester 5. Surakarta: FK UNS.Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Ed 6. Alih Bahasa : dr Martina Wiwie N, Jakarta : EGC.Candra. 2005. Kenali Gejala Skizofrenia. Di unduh 20 April 2012 dari http//www.schizofrenia.com.WHO. 2011. Mental health: a state of well-being. http://www.who.int/features/factfiles/mental_health/en/. Diakses Desember 2012.WHO. 2010. Mental health: strengthening our response. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs220/en/. Diakses Desember 2012.