traumatologi sken 1

28
Traumatologi Forensik Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat: Mekanik: Kekerasan oleh benda tajam Kekerasan oleh benda tumpul Tembakan senjata api Fisik: Suhu Listrik dan petir Perubahan tekanan udara Akustik Radiasi Kimia: Asam atau basa kuat Luka akibat Kekerasan Benda Tumpul Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum). Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan

Upload: karindha-lado

Post on 27-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

reference

TRANSCRIPT

Page 1: Traumatologi Sken 1

Traumatologi ForensikTraumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya

dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu

keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:

Mekanik:

Kekerasan oleh benda tajam

Kekerasan oleh benda tumpul

Tembakan senjata api

Fisik:

Suhu

Listrik dan petir

Perubahan tekanan udara

Akustik

Radiasi

Kimia:

Asam atau basa kuat

Luka akibat Kekerasan Benda Tumpul

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda

yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom),

luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).

Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler

dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala memberi

petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu

perdarahan tepi (marginal haemorrhage).

Letak, bentuk, dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya

kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat

longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak, dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah,

penyakit (hipertensi, penyakit kardio vaskular, diatesis hemoragik).

Page 2: Traumatologi Sken 1

Pada bayi, hematom cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang longgar dan

masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut sehubungan dengan

menipisnya jaringan lemak subkutan dan pembuluh darah yang kurang terlindung.

Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak benturan, misalnya

kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebra atau kekerasan benda

tumpul pada paha dengan patah tulang pada menimbulkan hematom pada sisi luar tungkai

bawah.

Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada

saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4

sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai

10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut

berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai faktor

yang mempengaruhinya.

Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan hal yang

penting, apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi. Dengan perjalanan

waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan memberi gambaran yang makin

jelas.

Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan

menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan dari

lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pascamati)

darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air,

penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatantetap

berwarna merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi

ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini.

Luka kecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang

memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh

terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan

kulit.

Manfaat interpretasi luka lecet ditinjau dari aspek medikolegal seringkali diremehkan,

padahal pemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan di TKP dapat mengungkapkan

peristiwa yang sebenarnya terjadi.

Page 3: Traumatologi Sken 1

Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Bila terdapat lebih

dari satu garis patah tulang yang saling bersinggungan maka garis patah yang terjadi belakangan

akan berhenti pada garis patah yang telah terjadi sebelumnya. Patah tulang jenis impresi terjadi

akibat kekerasan benda tumpul pada tulang dengan luas persinggungan yang kecil dan dapat

memberikan gambaran bentuk benda penyebabnya.

Pada cedera kepala, tulang tengkorak yang tidak terlindung oleh kulit hanya mampu

menahan benturan sampai 40 pound/inch2, tetapi bila terlindung oleh kulit maka dapat menahan

sampai 425 900 pound/inch2. Selain kelainan pada kulit kepala dan patah tulang tengkorak,

cedera kepala dapat pula mengakibatkan epidural, subdural, dan subarakhnoid, kerusakan selaput

otak dan jaringan otak.

Perdarahan epidural sering terjadi pada usia dewasa sampai usia pertengahan dan sering

dijumpai pada kekerasan benda tumpul di daerah pelipis (kurang lebih 50%) dan belakang kepala

(10-15%), akibat garis patah yang melewati sulcus arteria meningea, tetapi perdarahan epidural

tidak selalu disertai patah tulang.

Perdarahan subdural terjadi karena robeknya sinus, vena jembatan (bridging vein), arteri

basilaris atau berasal dari perdarahan subarakhnoid.

Perdarahan subarakhnoid biasanya berasal dari fokus kontusio/laserasi jaringan otak.

Perlu diingat bahwa perdarahan ini juga dapat terjadi spontan pada sengatan matahari (heat

stroke), leukimia, tumor, keracunan CO dan penyakit infeksi tertentu.

Lesi otak tidak selalu terjadi hanya pada benturan (coup) tetapi dapat terjadi di seberang

titik benturan (countre coup) atau di antara keduanya (intermediate lesion). Lesi contre coup

terjadi karena adanya liquor yang mengakibatkan terjadinya pergerakan otak saat terjadinya

benturan, sehingga pada sisi kontra lateral terjadi gaya positif akibat akselerasi, dorongan liquor

dan tekanan oleh tulang yang mengalami deformitas. Penelitian lain menyatakan contre coup

terjadi karena adanya deformitas tulang tengkorak yang dapat menimbulkan tekanan negatif pada

sisi kontralateral. Cedera kontralateral terjadi bila tekanan negatif yang tejadi minimal 1 ata

(atmosfir absolut). Kontusio biasanya terjadi bila ada kekerasan paling tidak sebesar 250 g gaya

gravitasi.

Cedera leher (whiplash injury) dapat terjadi pada penumpang kendaraan yang ditabrak

dari belakang. Penumpang akan mengalami percepatan mendadak sehingga terjadi hiperekstensi

kepala yang disusul dengan hiperefleksi. Cedera terutama terjadi pada ruas tulang leher keempat

Page 4: Traumatologi Sken 1

dan lima yang membahayakan sumsum tulang belakang. Kerusakan pada medula oblongata

dapat berakibat fatal. Timbulnya cedera leher ini juga dipengaruhi oleh bentuk sandaran tempat

duduk dan kelengahan korban. Kasus kematian akibat kekerasan tumpul terbanyak ditemukan

pada kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada pembunuhan hanya 15,6% (1984), 17,5 (1983),

17,2% (1982).

Luka akibat Trauma Listrik

Faktor yang berperan pada cedera listrik ialah tegangan (Volt), kuat arus (ampere),

tahanan kulit (ohm) luas dan lama kontak.

Tegangan rendah (<65 V) biasanya tidak berbahaya bagi manusia, tetapi tegangan sedang

(65-1000 V) dapat mematikan. Banyaknya arus listrik yang mengalir menuju tubuh manusia

menentukan juga fatalitas seseorang. Makin besar arus, makin berbahaya bagi kelangsungan

hidup.

Selain faktor faktor kuat arus, tahanan dan lama kontak, hal lain yang penting

diperhatikan adalah luas permukaan kontak. Suatu permukaan kontak seluas 50 cm persegi

(kurang lebih selebar telapak tangan) dapat mematikan tanpa menimbulkan jejas listrik, karena

pada kuat arus letal (100mA), kepadatan arus pada daerah selebar telapak tangan tersebut hanya

2 mA/cm persegi, yang tidak cukup besar untuk menimbulkan jejas listrik.

Kuat arus yang masih memungkinkan bagi tangan yang memegangnya melepaskan diri

disebut let go current yang besarnya berbeda-beda untuk setiap individu.

Gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk

kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol, di sekitarnya terdapat daerah yang pucat

dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya.

Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik.

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, gambaran sesuai jejas listrik secara makroskopik

juga bisa timbul akibat persentuhan kulit dengan benda/logam panas (membara). Walaupun

demikian keduanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan mikroskopis.

Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena dapat juga ditimbulkan pada kulit

mayat/pasca mati (namun tanpa daerah hiperemi). Kematian dapat terjadi karena fibrilasi

ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan dan kelumpuhan pusat pernapasan.

Page 5: Traumatologi Sken 1

Kematian Akibat Asfiksia Mekanik

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara

pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan

karbon dioksida (hiperkapnea). dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen

(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian.

Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan disebabkan oleh hal berikut :

1. penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis

difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.

2. trauma mekanik yang menyebabkab asfiksia mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan

emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan atau halangan pada saluran

napas dan sebagainya.

3.keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan misalnya barbiturat, narkotika.

Asfiksia Mekanik 

Asfiksia mekanik adalah mati lemas yabg terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki

saluran napas oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya :

Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas : 

Pembekapan (smothering)

Penyumbatan (gagging and choking)

Penekanan dinding saluran pernapasan :

Penjeratan (strangulation)

Pencekikan (manual strangulation, throttling)

Gantung (hanging)

Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)

Saluran pernapasan terisi air (tenggelam , drowning)

Page 6: Traumatologi Sken 1

Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh

asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam kelompok

asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.

Pada orang yang mengalami asfiksia akab timbul gejala yang dapat disebabkan dalam 4 fase,

yaitu:

1.Fase dipnea

Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan

merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi

pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi, dan mulai tampak tanda-tanda

sianosis terutama pada muka dan tangan.

2. fase konvulsi

Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat

sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian

menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik.

Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini

berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.

3.fase apnea

Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat berhenti.

Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin

dan tinja.

4.fase akhir

Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah kontraksi

otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah

pernapasan berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya

berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari

Page 7: Traumatologi Sken 1

tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-

tanda asfimsia akan lebih jelas dan lengkap.

Pemeriksaan Jenazah

Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan

kuku. Perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda

klasik pada kematian akibat asfiksia.

Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam

lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah

sukar membeku dan mudah mengalir. Tingginya fibrinolisin inisangat berhubungan dengan

cepatnya proses kematian.

Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas

pernapasan pada fase I yang disertai sekresi selaput lender saluran napas bagian atas. Keluar

masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang

bercampur darah akibat pecahnya kapiler.

Gambaran perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi

dan palpebra yang terjadi pada fase 2 akibat tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah

meningkat terutama dalan vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel

kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik

perdarahan yang dinamakan Tardieu’s spot.

Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada

konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit wajah.

Penulis lain mengatakan bahwa Tardieu’s spot ini timbul karena permeabilitas kapiler

yang meningkat akibat hipoksia.

Pemeriksaan Bedah Jenazah

Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan:

1. Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.

Page 8: Traumatologi Sken 1

2. Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda klasik

pada kematian akibat asfiksia.

3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam mayat

lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah

sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.

4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas

pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar

masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadangkadang

bercampur darah akibat pecahnya kapiler. Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada

jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-

kadang dijumpai pula di kulit wajah. Universitas Sumatera Utara

5. Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan

palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah

meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel

kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik

perdarahan yang dinamakan sebagai Tardieu’s spot.

Pada pemeriksaan dalam jenazah dapat ditemukan:

1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat paska

kematian.

2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.

3. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,

berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.

4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung

belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars

diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal,

mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.

5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.

Page 9: Traumatologi Sken 1

6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung atau

tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus vena

submukosa dengan dinding tipis).

Pembekapan (smothering)

Smothering (pembekapan) adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat

pemasukan udara ke paru-paru. Pembekapan menimbulkan kematian akibat asfiksia.

Cara kematian yang berkaitan dengan pembekapan dapat berupa:

1.Bunuh diri (suicide)

Bunuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnya pada penderita

penyakit jiwa, orang tahanan dengan menggunakan gulungan kasur, bantal, pakaian yang

diikatkan menutupi hidung dan mulut.

2.Kecelakaan (accidental smothering)

Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya,

terutama bayi premature bila hidung dan mulut tertutup bantal atau selimut.

Anak-anak dan dewasa muda yang terkurung dalam suatu tempat yang sempit dengan

sedikit udara, misalnya terbekap dengan atau dalam kantung plastik.

Orang-orang dewasa yang terjatuh waktu bekerja atau pada penderita epilepsy yang

mendapat serangan dan terjatuh sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir, gandum,

tepung dan sebagainya.

3.Pembunuhan (homicidal smothering)

Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri. pada orang dewasa hanya terjadi

pada orang yang tidak berdaya seperti orang tua, orang sakit berat, orang dalam pengaruh obat

atau minuman keras.

Page 10: Traumatologi Sken 1

Bila pembekaoan terjadi dengan benda yang lunak, maka pada pemeriksaan luar jenazah

mungkin tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Tanda kekerasan yang dapat ditemukan

tergantung dari jenis benda yang digunakan dan kekuatan menekan.

Kekerasan yang mungkin terdapat adalah luka lecet jenis tekan atau geser, goresan kuku

dan luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi dan dagu yang mungkin terjadi akibat korban

melawan.

Luka memar atau luka lecet pada bagian atau permukaan dalam bibir akibat bibir yang

terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. Luka memar atau lecet pada bagian belakang tubuh

korban.

Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun pada

pembedahan jenazah. Perlu pula dilakukan pemeriksaan kerokan bawah kuku korban, adakah

darah atau epitel kulit si pelaku.

Gagging dan choking

Pada keadaan ini, terjadi sumbatan jalan napas oleh benda asing yang mengakibatkan

hambatan udara untuk masuk ke paru-paru.

Pada gagging, sumbatan terdapat dalam orofaring, sedangkan pada choking sumbatan

terdapat lebih dalam pada laringofaring.

Mekanisme kematian yang mungkin terjadi adalah asfiksia atau reflex vagal akibat

rangsangan padareseptor nervus vagus di arkus laring, yang menimbulkan inhibisi kerja jantung

dengan akibat cardiac arrest dan kematian.

Kematian dapat terjadi sebagai akibat:

1.Bunuh diri (suicide)

Hal ini jarang terjadi karena sulit untuk mmemasukkan benda asing ke dalam mulut

sendiri disebabkan adanya reflex batuk atau muntah. Umumnya korban adalah penderita sakit

mental atau tahanan.

2. Pembunuhan (homicidal choking)

Page 11: Traumatologi Sken 1

Umumnya korban adalah bayi, orang dengan fisik lemah atau tidak berdaya.

3.Kecelakaan (accidental choking)

Pada bolus deathyang terjadi bila tertawa atau menangis saat makan, sehingga makanan

tersedak ke dalam saluran pernapasan. Mungkin pula terjadi akibat regurgitasi makanan yang

kemudian masuk ke dalam saluran pernapasan.

Pada pemeriksaan jenazah dapat ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan

luar maupun pembedahan jenazah. Dalam rongga mulut (orofaring atau laringofaring) ditemukan

sumbatan berupa sapu tangan, kertas Koran, gigi palsu, bahkan pernah ditemukan arang, batu

dan sebagainya. Bila benda asing tidak ditemukan, dicari kemungkinan adanya tanda kekerasan

yang diakibatkan oleh benda asing.

Pencekikan (manual strangulation)

Pencekikan adalah penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran

napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitansaluran napas sehingga udara pernapasan

tidak dapat lewat.

Mekanisme kematian pada pencekikan adalah:

1.asfiksia

2.refleks vagal, terjadi sebagai akibat rangsangan pada reseptor vagus pada corpus caroticus

(carotid body) di percabangan arteri karotis interna dan eksterna. Reflex vagal ini jarang sekali

terjadi.

Pada pemeriksaan jenazah ditemukan perbendungan pada muka dan kepala karena turut

tertekan pembuluh darah vena dan arteri yang superficial, sedangkan arteri vertebralis tidak

terganggu.

Tanda-tanda kekerasan pada leher ditemukan dengan distribusi berbeda-beda, tergantung

pada cara mencekik: luka-luka lecet pada kulit, berupa luka lacet kecil, dangkal, berbentuk bulan

sabit akibat penekanan kuku jari.

Page 12: Traumatologi Sken 1

Luka-luka memar pada kulit, bekas tekanan jari, merupakan petunjuk berharga untuk

menentukan bagaimana posisi tangan pada saat mencekik. Akan menyulitkan bila terdapat

memar subkutan luas, sedangkan pada permukaan kulit hanya tampak memar berbintik.

Memar atau perdarahan pada otot-otot bagian dalam leher, dapat terjadi akibat kekerasan

langsung. Perdarahan pada otot sternokleido-mastoideus dapat disebabkan oleh kontraksi yang

kuat pada otot tersebut saat korban melawan.

Fraktur pada tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior rawan gondok yang unilateral

lebih sering terjadi pada pencekikan, namun semuanya tergantung pada besar tenaga yang

dipergunakan saat pencekikan. Patah tulang lidah kadang-kadang merupakan satu-satunya hukti

adanya kekerasan, bila mayat sudah lama dikubur sebelum diperiksa.

Pada pemeriksaan jenazah, bila mekanisme kematian adalah asfiksia, maka akan

digtemukan tanda-tanda asfiksia. Tetapi bila mekanisme adalah refleks vagal,yang menyebabkan

jantung tiba-tiba berhenti berdenyut, sehingga tidak ada tekanan intravascular untuk dapat

mnimbulkan perbendungan, tidak ada perdarahan petekial, tidak ada edema pulmonary dan pada

otot-otot leher bagian dalam hampir tidak ditemukan perdarahan. Diagnosis kematian akibat

refleks vagal hanya dapat dibuat pereksklusionam.

Penjeratan (strangulation)

Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat,

kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat,

sehingga saluran nafas tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan kasus

bunuh diri, maka penjeratan biasanya adalah kasus pembunuhan.

Pada peristiwa gantung, kekuatan jeratnya berasal dari berat tubuhnya, maka pada jeratan

dengan tali kekuatan jeratnya berasal dari tarikan pada kedua ujungnya. Dengan kekuatan

tersebut, pembuluh darah balik atau jalan nafas dapat tersumbat. Tali yang dipakai sering

disilangkan dan sering dijumpai adanya simpul. Jeratan pada bagian depan leher hampir selalu

melewati membran yang menghubungkan tulang rawan hyoid dan tulang rawan thyroid.

►Mekanisme kematian

Ada 3 mekanisme kematian pada jerat , yaitu :

Page 13: Traumatologi Sken 1

1. Asfiksia

Terjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian yang

paling sering.

2. Iskemia Serebral

Iskemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri (oklusi

arteri) yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. Gambar dibawah

menunjukkan gambaran rontgen pada wanita yang berupaya bunuh diri dengan gantung.

3. Syok Vasovagal

Perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks vagal yang menyebabkan henti

jantung.

►Cara kematian pada kasus jerat

Cara kematian pada kasus jerat diantaranya adalah:

1. Pembunuhan (paling sering).

Pembunuhan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita jumpai pada

kejadianinfanticide dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling menjerat, dan

hukuman mati(zaman dahulu).

2. Kecelakaan

Kecelakaan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita temukan pada bayi

yangterjerat oleh tali pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk. Vagal reflex

menjadi penyebab kematian pada orang yang bersenda gurau

3. Bunuh diri

Bunuh diri pada kasus jeratan (strangulation by ligature) mereka lakukan dengan cara

melilitkan tali secara berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya ditarik.

Antara jeratan dan leher mereka masukkan tongkat lalu mereka memutar tongkat tersebut

►Gambaran Post Mortem Penjeratan

1. Pemeriksaan Luar Jenazah

Pada pemeriksaan luar hasil gantung diri didapatkan:

a. Tanda Penjeratan Pada Leher 

Page 14: Traumatologi Sken 1

- Tanda penjeratan jelas dan dalam. Semakin kecil tali maka tanda penjeratan semakin

jelas dan dalam 

- Bentuk jeratan berjalan mendatar/horizontal

Alur jeratan pada leher korban berbentuk lingkaran. Alur  jerat biasa disertai luka

lecet atau luka memar disekitar jejas yang terjadi karena korban berusaha membuka

jeratan tersebut.

- Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan

mengkilat

- Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah

telinga,tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telingae.Pinggiran jejas jerat

berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasif.Jumlah tanda

penjeratanTerkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan. Hal

ini menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak dua kali

b. Tanda-tanda Asfiksia

Tanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan edema.

Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas.

c. Lebam Mayat

Lokasi timbulnya lebam mayat tergantung dari posisi tubuh korban setelah mati

2. Pemeriksaan Dalam Jenazah

Pada pemeriksaan dalam akibat peristiwa jerat didapatkan :

a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun

ruptur.

b. Tanda-tanda Asfiksia

Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah,

Terdapat buih halus di mulut

Didapatkan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi.

c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot

a. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebih sering

dihubungkan dengan tindak kekerasan.

d. Pada pemeriksaan paru-paru sering ditemui edema paru.

e. Jarang terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.

Page 15: Traumatologi Sken 1

Gantung (Hanging)

Penggantungan adalah keadaan dimana leher dijerat dengan ikatan, daya jerat ikatan tersebut

memanfaatkan berat badan tubuh atau kepala. Penggantungan merupakan suatu bentuk

penjeratan (strangulasi) dengan tali ikat dimana tekanan dihasilkan dari seluruh atau sebagian

berat tubuh. Seluruh atau sebagian tubuh seseorang ditahan di bagian lehernya oleh sesuatu

benda dengan permukaan yang relatif sempit dan panjang (biasanya tali) sehingga daerah

tersebut mengalami tekanan.

►Klasifikasi Gantung

1. Berdasarkan Titik Gantung:

a. Penggantungan tipikal

Terjadi bila titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada arteri karotis

paling besar.

b. Penggantungan atipikal

Bila titik penggantungan terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi sangat

miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan.

2. Berdasarkan Posisi Tubuh

a. Penggantungan Lengkap

Istilah penggantungan lengkap digunakan jika beban aktif adalah seluruh berat badan

tubuh, yaitu terjadi pada orang yang menggantungkan diri dengan kaki mengambang

dari lantai

b. Penggantungan Parsial

Istilah penggantungan parsial digunakan jika beban berat badan tubuh tidak sepenuhnya

menjadi kekuatan daya jerat tali, misalnya pada korban yang tergantung dengan posisi

berlutut atau berbaring. Pada kasus tersebut, berat badan tubuh tidak seluruhnya

menjadi gaya berat sehingga disebut penggantungan parsial.

►Cara Kematian Pada Kasus Gantung:

Cara kematian pada kasus gantung diantaranya adalah:

Page 16: Traumatologi Sken 1

1. Bunuh diri

2. Pembunuhan

3. Kecelakaan

►Mekanisme Kematian

Mekanisme kematian yang disebabkan oleh gantung akibat penumpuan beban sebagian atau

seluruh beban tubuh di leher diantaranya adalah

1. Asfiksia

Terjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian

yang paling sering.

2. Apopleksia

Tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan kongesti pada pembuluh darahotak

dan mengakibatkan kegagalan sirkulasi

3. Iskemia Serebral

Iskemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri (oklusi

arteri) yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. Gambar dibawah

menunjukkan gambaran rontgen pada wanita yang berupaya bunuh diri dengan gantung.

4. Syok Vasovagal

Perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks vagal yang menyebabkan henti

jantung.

5. Fraktur atau Dislokasi vertebra servikalis.

Fraktur vertebra servikalis sering terjadi pada hukuman gantung. Fraktur atau dislokasi

terjadi pada keadaan dimana tali yang menjerat leher cukup panjang, kemudian

korbannya secara tiba-tiba dijatuhkan dari ketinggian 1,5-2 meter maka akan

mengakibatkan fraktur atau dislokasi vertebra servikalis yang akan menekan medulla

oblongata dan mengakibatkan tehentinya pernafasan. Yang biasa terkena fraktur adalah

vertebra servikalis ke-2 dan ke-3.

►Gambaran Post Mortem Kasus Gantung

1. Pemeriksaan Luar Pada Jenazah

a. Tanda Penjeratan Pada Leher 

Page 17: Traumatologi Sken 1

Tanda penjeratan jelas dan dalam. Semakin kecil tali maka tanda penjeratan semakin

jelas dan dalam 

Bentuk jeratan berjalan miring.

Bentuk jeratan pada kasus gantung diri cenderung berjalan miring (oblique)

pada bagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas antara kartilago tiroid

dengandagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju

belakang telinga Alur jeratan pada leher korban penggantungan (hanging) berbentuk

lingkaran (V shape). Ciri-ciri jejas sebagai berikut :

Alur jeratan pucat.

Tepi alur jerat coklat kemerahan.

Kulit sekitar alur jerat terdapat bendungan.

Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan mengkilat

Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah telinga,tampak

daerah segitiga pada kulit dibawah telingae.Pinggiran jejas jerat berbatas tegas dan

tidak terdapat tanda-tanda abrasif.Jumlah tanda penjeratanTerkadang pada leher

terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan. Hal ini menujukan bahwa tali

dijeratkan ke leher sebanyak dua kali

b. Kedalaman Bekas Jeratan

Kedalaman bekas jeratan menunjukan lamanya tubuh tergantung.

c. Tanda-tanda Asfiksia

Tanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan

edema. Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas. Pada kasus penggantungan

tanda-tanda asfiksia berupa mata menonjol keluar, perdarahan berupa petekia pada

bagian wajah dan subkonjungtiva. Jika didapatkan lidah terjulur maka menunjukan

adanya penekanan pada bagian bawah leher yaitu bagian bawah kartilago thyroida.

d. Lebam Mayat

Tardieu spot

Tardieu spot diakibatkan

Page 18: Traumatologi Sken 1

Jika penggantungan setelah kematian berlangsung lama maka lebam mayat

terlihat pada bagian tubuh bawah, anggota badan distal serta alat genitalia distal.

e. Sekresi Urin dan Feses

Sekresi urin dan feses terjadi pada fase apneu pada kejadian asfiksia. Pada

stadium apneu pusat pernapasan mengalami depresi sehingga gerak napas menjadi sangat

lemah dan berhenti. Penderita menjadi tidak sadar dan karena kontrol spingter

fungsieksresi hilang akibat kerusakan otak maka terjadi pengeluaran urin dan feses.

2. Pemeriksaan Dalam Pada Jenazah

a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun ruptur.

b. Tanda-tanda Asfiksia

Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah

Kongesti pada bagian atas yaitu daerah kepala, leher dan otak

Ditemukan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi.

c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot

d. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebih

banyak terjadi pada kasus pengantungan yang disertai dengan tindak kekerasan.

e. Pada pemeriksaan paru-paru serig ditemui edema paru.

f. Mungkin terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.

g. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas

Fraktur ini seringkali terjadi pada korban hukum gantung dimana korban tergantung

secara penuh dan tertitis jauh dari lantai.

Page 19: Traumatologi Sken 1

Tabel 1. Perbedaan hasil pemeriksaan TKP pembunuhan dan bunuh diri