sejarah falsafah barat moden dan islam - aliran

529
http://berkas-kuliah.blogspot.com/2013/02/dasar-dasar- filsafat-dan-hubungan.html DASAR-DASAR FILSAFAT DAN HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU 1. PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGIS DAN SEMANTIK Oleh : Jeffy dan Silvi Filsafat mempunyai pengertian/ definisi yang bermacam-macam dari para ahli maupun filosof. Contoh-contohnya adalah seperti Soetopo (2004:1) menarik pengertian filsafat dari dua pengertian dasar, yaitu pengertian etimologis dan pengertian semantik. Pengertian etimologis filsafat berasal dari kata “filos” yang berarti cinta dan “sofia” yang berarti kebijakan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Dengan demikian kata filsafat berarti cinta terhadap kebijakan dan kebijaksanaan. Sedangkan, pengertian semantik filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari hakikat segala sarwa yang ada dan yang mungkin ada sedalam-dalamnya yang dilakukan secara radikal dan menyeluruh. Berdasarkan pengertian itu, berarti orang yang belajar filsafat adalah orang yang cinta akan kebajikan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Kajiannya dilakukan dengan berusaha mengetahui suatu hal sedalam-dalamnya, sehingga sampai pada hakikat yang sebenar-benarnya, sampai pada seinti- intinya. Orang yang ahli dalam filsafat disebut filosof atau ada yang menyebutnya filsuf. Bidang kajian filsafat sangat luas, yaitu segala sarwa atau segala hal yang ada, bahkan yang mungkin ada. Alat utama untuk mengkaji sarwa itu adalah pikiran atau nalar. Pikiran atau nalar kita bisa menjelajah ke hal-hal yang ada dan yang mungkin ada.

Upload: muhammad-syahir

Post on 07-Feb-2016

604 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

bim

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://berkas-kuliah.blogspot.com/2013/02/dasar-dasar-filsafat-dan-hubungan.html

DASAR-DASAR FILSAFAT DAN HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU

1.     PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGIS DAN SEMANTIK

Oleh : Jeffy dan Silvi

Filsafat mempunyai pengertian/ definisi yang bermacam-macam dari para ahli

maupun filosof. Contoh-contohnya adalah seperti Soetopo (2004:1) menarik pengertian

filsafat dari dua pengertian dasar, yaitu pengertian etimologis dan pengertian semantik.

Pengertian etimologis filsafat berasal dari kata “filos” yang berarti cinta dan “sofia”

yang berarti kebijakan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Dengan demikian kata filsafat

berarti cinta terhadap kebijakan dan kebijaksanaan. Sedangkan, pengertian semantik

filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari hakikat segala sarwa yang ada dan yang

mungkin ada sedalam-dalamnya yang dilakukan secara radikal dan menyeluruh.

Berdasarkan pengertian itu, berarti orang yang belajar filsafat adalah orang yang

cinta akan kebajikan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Kajiannya dilakukan dengan

berusaha mengetahui suatu hal sedalam-dalamnya, sehingga sampai pada hakikat yang

sebenar-benarnya, sampai pada seinti-intinya. Orang yang ahli dalam filsafat disebut

filosof atau ada yang menyebutnya filsuf. Bidang kajian filsafat sangat luas, yaitu segala

sarwa atau segala hal yang ada, bahkan yang mungkin ada. Alat utama untuk mengkaji

sarwa itu adalah pikiran atau nalar. Pikiran atau nalar kita bisa menjelajah ke hal-hal

yang ada dan yang mungkin ada.

2.     DASAR-DASAR FILSAFAT

Oleh : Ardie

Dasar-dasar filsafat terdapat tiga, yaitu penalaran (penaakulan atau hujah), logika,

dan sumber pengetahuan. Penalaran yang secara benar dan sungguh-sungguh hanya

dimiliki oleh manusia. Manusia mampu berpikir lebih dalam, lebih jelas. Manusia

mampu mengerti apa dan mengapa gejala-gejala yang terjadi di sekitarnya. Manusia

bernalar, merenung, dan berpikir di alam sadar mereka. Untuk itulah penalaran

termasuk dasar-dasar filsafat.

Page 2: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Dasar filsafat yang kedua adalah logika. Logika didasarkan pada cara berpikir

manusia yang sesuai dengan keadaan tertentu. Logika tidak pernah mengatakan salah.

Karena logika sesuai dengan keadaan yang ada di sekitar manusia. 

Dasar filsafat yang ketiga adalah sumber pengetahuan. Hipotetis yang kita hasilkan

setelah penalaran harus kita kaji secara benar. Sumber pengetahuan didapat dari

pikiran rasional dan pengalaman empirik manusia. Kedua hal ini harus seimbang dan

harus saling memadai. Pikiran rasional yang idealisme dibutuhkan sebagai teori

pendukung. Sedangkan pengalaman yang empirik dibutuhkan untuk mendukung

pemikiran-pemikiran yang muncul.

3.     KONSEP DASAR FILSAFAT

Oleh : Munic dan Nurul

3.1 Konsep Empirisme

Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme atau

ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan

diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan

ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Oleh karena itu

empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.

Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan cara

observasi atau pengindraan kata seorang penganut empirisme. Kata empiris berasal

dari kata yunani “empiris” yang berarti pengalaman indrawi. Aliran ini beranggapan

bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan cara observasi atau

pengindraan. Pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan,ia

merupakan sumber dari pengetahuan manusia.

Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai

pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat

selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai

bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk

menjelaskan fenomena alam.

John Lucke,bapak empirisme Britan mengatakan bahwa pada waktu manusia

dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa),dan di

dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman indrawi. Menurut Locke

seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta

Page 3: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

membandingkan ide-ide yang diperoleh dari pengindraan dan refleksi yang pertama 

dan sederhana tersebut.

Ia   memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan yang secara pasif akan

menerima hasil-hasil pengindraan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua pengetahuan

kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat dilacak

kembali bukanlah termasuk ilmu pengetahuan.

Pengalaman adalah merupakan akibat suatu objek yang merangsang alat indrawi,

yang dengan demikian ini menimbulkan rangsangan syaraf yang kemudian dibawa ke

otak dan di dalam otak rangsangan tersebut dipahami dan dicerna oleh otak

sebagaimana adanya,atau berdasarkan atas rangsangan tersebut dibentuklah

tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat indrawi.

3.2 Konsep Falsiabilitas

Falsifiabilitas atau refutabilitas adalah kemungkinan bahwa sebuah pernyataan

dapat difalsifikasi atau dibuktikan salah melalui observasi atau uji coba fisik. Sesuatu

yang bisa difalsifikasi bukan berarti itu salah, namun berarti bahwa jika pernyataan

tersebut salah, maka kesalahannya dapat ditunjukkan.

Klaim bahwa "tidak ada manusia yang hidup selamanya" tidak dapat difalsifikasi

karena tidak mungkin untuk dibuktikan salah. Dalam teori, seseorang harus mengamati

seorang manusia hidup selamanya untuk memfalsifikasi klaim tersebut. Di sisi lain,

"semua manusia hidup selamanya" dapat difalsifikasi karena kematian satu orang

manusia dapat membuktikan pernyataan tersebut salah (tidak meliputi pernyataan

metafisis mengenai jiwa, yang tidak dapat difalsifikasi).

Falsifiabilitas, terutama testabilitas, merupakan konsep penting dalam ilmu

pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan. Konsep ini dipopulerkan oleh Karl Popper.

Popper menyatakan bahwa hipotesis, dalil, atau teori, itu ilmiah apabila bisa

difalsifikasi. Falsifiabilitas merupakan kriteria penting (tetapi tidak cukup) untuk

gagasan-gagasan ilmiah. Ia juga menyatakan bahwa pernyataan yang tak bisa

difalsifikasi itu tidak ilmiah.

Menurut Popper teori yang melatar belakangi fakta-fakta pengamatan adalah titik

permulaan ilmu pengetahuan dan teori diciptakan manusia sebagai jawaban atas

masalah pengetahuan tertentu berdasarkan rasionya sehingga teori tidak lain hanyalah

Page 4: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

pendugaan dan pengiraan dan tidak pernah benar secara mutlak sehingga perlu

dilakukan pengujian yang secermat-cermatnya agar diketahukan ketidakbenarannya.

Ilmu pengetahuan hanya dapat berkembang apabila teori yang diciptakannya itu

berhasil ditentukan ketidakbenarannya. Dan Popper mengganti istilah verifikasi dengan

falsifikasi.

Keterbukaan untuk diuji atau falsifiabilitas sebagai tolok ukur mempunyai

implikasi bahwa ilmu pengetahuan dapat berkembang dan selalu dapat diperbaiki, dan

pengetahuan yang tidak terbuka untuk diuji tidak ada harapan untuk berkembang, dan

sifatnya biasanya dogmatis serta tidak dapat digolongkan sebagai pengetahuan ilmiah.

4.     CABANG-CABANG FILSAFAT

Oleh : Desy

Banyak ahli filsafat masih berselisih paham dalam memberikan pengertian tentang

cabang-cabang filsafat, bahkan hingga saat ini. Cabang-cabang filsafat, dipahami sebagai

pembagian filsafat berdasar obyek yang dikaji.

Pembagian dalam cabang-cabang filsafat ini dimaksudkan untuk mengelompokkan

pemikiran filsafat agar bisa tersistematisasi bagus dan mudah dipahami.

Secara garis besar, obyek kajian dalam cabang-cabang filsafat meliputi tentang yang

ada, alam semesta, metode dalam mendapatkan kebenaran dari suatu ilmu

pengetahuan, dan tentang tata nilai. Keempat bidang ini, dijadikan dasar klasifikasi bagi

pembagian cabang-cabang filsafat, yang paling populer.

4.1Ontologi

Ontologi adalah pemikiran filsafat yang mengkaji tentang realitas dunia.

Perdebatan filsafat paling sengit berada pada wilayah ini. Para ahli filsafat berdebat

mengenai tema apakah “yang ada” itu.

Apakah “yang ada” itu bersifat ide ataukah materi? Perdebatan akan semakin seru

manakala konsep tentang “yang ada” ini dibenturkan pada konsep keabadian.

Kaum idealisme berpendapat bahwa "yang ada" itu adalah ide, dan kenyataan atau

realitas adalah bayangan dari ide. Ide juga dipahami sebagai roh atau spirit yang identik

dengan keabadian, dan tidak akan pernah menjadi “tiada”.

Page 5: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

“Yang ada” akan selalu ada, dan tidak akan pernah menjadi “tiada”. Kalau “yang

ada” itu suatu saat menjadi “tiada”, maka keberadaan dari “yang ada” seperti ini adalah

semu.

Sementara itu, penganut paham materialisme berpendapat bahwa “yang ada” itu

yang memiliki materi dan menempati dimensi ruang dan waktu. Di luar pengertian ini,

dianggap “tidak ada”.

Perubahan juga menjadi tema penting yang dikaji oleh penganut paham ini, yang

akhirnya mengilhami teori relativitas Einstein. Bahwa sesuatu “ada” berdasar batasan

“ruang” dan “waktu”, dengan demikian “yang ada” itu bersifat relatif, bukan absolut.

Dalam pengertiannya yang seperti ini, filsafat materialisme tidak ada hubungannya

dengan pengertian materialistis seperti yang banyak kita jumpai, yang berkonotasi pada

pengejaran kehidupan yang mewah atau mata duitan.

4.2 Kosmologi

Ilmu filsafat ini berbicara mengenai asal mula alam semesta dan sifat-sifat hakiki

yang menyertainya. Pendapat paling mengejutkan tentang asal mula alam semesta ini,

dikemukakan oleh Stephen Hawking yang mengeluarkan teori bahwa alam semesta

terjadi dari dentuman besar (big bang).

Hingga saat ini, pendapat Hawking dipercaya sebagai suatu teori yang mendekati

kebenaran.

Pemikiran Kosmologi ini telah memberi kontribusi besar bagi perkembangan ilmu

pengetahuan alam. Karena obyek kajian dari kosmologi adalah segala sesuatu yang ada

di alam semesta berikut gejala-gejalanya. Dari sini berkembang ilmu geologi, biologi,

fisika, dan lain sebagainya.

4.3 Epistemologi

Epistemologi adalah ilmu yang menyelidiki tentang bagaimana suatu ilmu

pengetahuan itu didapat dan bagaimana suatu ilmu pengetahuan itu bisa dikatakan

benar. Dari cabang filsafat ini kemudian berkembang aliran rasionalisme yang

berpendapat bahwa ilmu pengetahuan didapat berdasar daya nalar manusia.

Page 6: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Selain rasionalisme, cabang filsafat ini juga melahirkan aliran empirisme yang

berpendapat bahwa ilmu pengetahuan didapat dari pengalaman. Selanjutnya,

pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme ini coba didamaikan oleh

Immanuel Kant dengan menawarkan teori kritisisme.

Selain ketiga aliran di atas, cabang filsafat ini juga melahirkan pemikiran yang

berpendapat bahwa ilmu pengetahuan didapat dari intuisi manusia. Aliran teori ini

sangat mewarnai corak pemikiran filsafat timur, dan jadi faktor yang secara tegas

membedakannya dengan filsafat barat.

4.4 Axiologi

Axiologi adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai tata nilai yang berlaku di

masyarakat. Dari cabang filsafat ini melahirkan ilmu logika yang membahas tentang

“yang benar dan yang salah”.

Selain itu, filsafat ini juga membahas etika berbicara tentang yang baik dan “yang

buruk” serta estetika yang berkutat tentang keindahan dan mencoba merunut konsepsi

tentang “yang indah dan yang jelek”. Axiologi juga sering disebut dengan filsafat nilai

akhlak.

5.     PENGERTIAN DAN DEFINISI ILMU MENURUT PARA AHLI

Oleh : Wahyu

Bila ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela, maka ilmu juga bisa

diartikan sebagai penerang dunia. Karena ibarat hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup

dalam sebuah kegelapan yang tanpa berujung. Oleh karena itu penting bagi kita untuk

selalu mencari dan memperdalam ilmu supaya kita bias mengikuti perkembangan

jaman tanpa dihantui rasa ketakutan karena kedangkalan ilmu yang kita miliki.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi ilmu menurut beberapa ahli:

  M. IZUDDIN TAUFIQ

Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan

eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal-usulnya.

  THOMAS KUHN

Page 7: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik dalam

bentuk penolakan maupun pengembangannya.

  Dr. MAURICE BUCAILLE

Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang

lama maupun sebentar.

  NS. ASMADI

Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui

melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah).

  POESPOPRODJO

Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi

perkembangan teori dan uji empiris.

  MINTO RAHAYU

Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku umum,

sedangkan pengetahuan adalah pengalaman yang bersifat pribadi/ kelompok dan

belum disusun secara sistematis karena belum dicoba dan diuji.

  POPPER

Ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi.

  DR. H. M. GADE

Ilmu adalah falsafah, yaitu hasil pemikiran tentang batas-batas kemungkinan

kemampuan manusia.

  FRANCIS BACON

Ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid dan hanya fakta-fakta yang dapat

menjadi objek pengetahuan.

  CHARLES SINGER

Ilmu adalah suatu proses yang membuat pengetahuan (science is the process which

makes knowledge).

6.     PENGERTIAN ILMU SECARA UMUM

Oleh : Elly

Pengertian ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara

bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala

tertentu. Itu jika ditinjau dari KBBI. Jika ditinjau dalam bahasa asing, ambil contoh

bahasa inggris.

Page 8: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Ilmu yang disebut sebagai science mempunyai arti the study of the structure and

behavior of the physical and natural world and society, especially through observation and

experiment. Itu menurut kamus oxford yang jika diterjemahkan menjadi studi tentang

struktur dan perilaku dari dunia fisik dan alam dan masyarakat, khususnya melalui

pengamatan dan percobaan.

Tampaknya kedua pengertian di atas yakni pengertian ilmu dalam bahasa

Indonesia maupun dalam bahasa inggris memiliki persamaan.

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau

mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti

memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-

masalah sosial, dan sebagainya.

Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,

menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan

dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang

pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan

kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan

pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji

dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari

sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai

pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

7.     HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU

Oleh : Ruly

Apakah hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan? Oleh Louis Kattsoff

dikatakan: Bahasa yang pakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal

saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk

berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukanya di dalam ilmu pengetahuan.

Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuwan mungkin penting pula bagi

seorang filsuf.

Page 9: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat

haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut. Filsafat

mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang

berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.

Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi

filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu

dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf. Para filsuf terlatih di

dalam metode ilmiah, dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa ilmu

sebagai berikut:

1)      Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana

juga filsuf identik dengan ilmuwan.

2)      Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material

filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan.

Page 10: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

8.     DAFTAR RUJUKAN

http://carapedia.com/pengertian_definisi_ilmu_menurut_para_ahli_info515.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu

http://www.anneahira.com/cabang-filsafat.htm

http://www.masbied.com/2009/12/23/pengertian-filsafat-cabang-cabang-filsafat-filsafat-

dan-agama

Sumantri, Jujun S. FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER. Jakarta: Sinar Harapan.

1995.

Sumantri, Jujun S. ILMU DALAM PERSPEKTIF. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2001.

Page 11: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://aktivisgaptek.blogspot.com/2012/10/filsafat-filsafat-adalah-studi-tentang.html

FILSAFAT DASAR

Filsafat

            studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Etimologi

          Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab  yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini ,فلسفةmerupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".

Klasifikasi filsafat

           Plato dan Aristotle, menurut lukisan Raffaelo Sanzio pada tahun 1509Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama , menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.

Page 12: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Filsafat Barat

           Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi filsafat orang Yunani kuno.Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.

Filsafat Timur

            Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.

Filsafat Timur Tengah

             Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran dan Averroes.

Page 13: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Filsafat Islam

           Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dbahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.

Filsafat Kristen

          Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura

Munculnya Filsafat

            Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada [agama] lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.Buku karangan plato yg terkenal adalah berjudul "etika, republik, apologi, phaedo, dan krito".

Sejarah Filsafat Barat

Sejarah Filsafat Barat bisa dibagi tiga:1.Filsafat Klasik2.Abad Pertengahan

Page 14: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

3.Modern dan Kontemporer.

Klasik

"Pra Sokrates": Thales - Anaximander - Anaximenes - Pythagoras - Xenophanes - Parmenides - Zeno - Herakleitos - Empedocles - Democritus - Anaxagoras"Zaman Keemasan": Sokrates - Plato - Aristoteles

Abad Pertengahan

"Skolastik": Thomas Aquino

Modern

Machiavelli - Giordano Bruno - Francis Bacon - Rene Descartes - Baruch de Spinoza- Blaise Pascal - Leibniz - Thomas Hobbes - John Locke - George Berkeley - David Hume - William Wollaston - Anthony Collins - John Toland - Pierre Bayle - Denis Diderot - Jean le Rond d'Alembert - De la Mettrie - Condillac - Helvetius - Holbach - Voltaire - Montesquieu - De Nemours - Quesnay - Turgot - Rousseau - Thomasius - Ch Wolff - Reimarus - Mendelssohn - Lessing - Georg Hegel - Immanuel Kant - Fichte - Schelling - Schopenhauer - De Maistre - De Bonald - Chateaubriand - De Lamennais - Destutt de Tracy - De Volney - Cabanis - De Biran - Fourier - Saint Simon - Proudhon - A. Comte - JS Mill - Spencer - Feuerbach - Karl Marx - Soren Kierkegaard - Friedrich Nietzsche - Edmund Husserl

Kontemporer

Jean Baudrillard - Michel Foucault - Martin Heidegger - Karl Popper - Bertrand Russell - Jean-Paul Sartre - Albert Camus - Jurgen Habermas - Richard Rotry - Feyerabend- Jacques Derrida - Mahzab Frankfurt 

Page 15: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://susi-r-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-42816-Umum-Perkembangan%20Sejarah%20Filsafat%20Barat.html

Perkembangan Sejarah Filsafat Barat

10 March 2012 - dalam Umum Oleh susi-r-fib11

Filsafat adalah satu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun makna atau arti dari filsafat itu sendiri masih sangat manjadi pertanyaan besar untuk saya. Dalam suatu buku yang pernah saya baca menyebutkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya kata “filsafat” atau “falsafah” secara tidak sadar telah kita ucapkan. Sebagai contoh adalah, “Falsafah saya adalah...”, atau “Filsafat orang yang berhasil itu...” Dari contoh tersebut, apa yang bisa kita simpulkan sebagai arti atau makna dari filsafat itu sendiri? Istilah “falsafah” atau “filsafat” yang digunakan dengan cara itu sesungguhnya mengacu kepada sikap, pandangan, dan gagasan yang dipegang oleh seseorang untuk menghadapi segala persoalan dan tantangan yang harus diatasinya. (Jan Hendrik Rapar 1995:12)

Tidak bisa kita pungkiri bahwa berbagai macam bidang ilmu berasal dari Barat, khususnya Yunani. Filsafat sendiripun lahir di Yunani pada awal abad ke-6 SM. Orang yang dianggap sebagai filsuf pertama adalah Thales. Thales berasal dari Miletos. Thales beranggapan bahwa bumi terletak di atas air. Hal itu dikarenakan tempat tinggal Thales dikelilingi oleh air, sehingga airlah yang dianggap sebagai sumber dari semuanya. Pada saat menyatakan hal tersebut, hampir semua orang mencaci Thales. Namun selanjutnya, hal tersebut justru menjadi awal dari perkembangan ilmu pengetahuan.

Filsafat dibagi menjadi 3 fase, yaitu Filsafat Klasik, Abad Pertengahan, Filsafat Modern, dan Filsafat Postmodern. Pembagian ini tentu saja bukan tanpa sebab. Dari masing-masing fase memperlihatkan ciri yang sangat berbeda.

Fase Filsafat Klasik adalah fase yang paling awal dari filsafat. Pada fase ini, masih terlalu banyak orang yang belum mengetahui tentang ilmu pengetahuan. Masa ini adalah masa dimana orang-orang Yunani masih sangat percaya dengan mitos-mitos. Latar belakang lahirnya filsafat pada fase ini yang pertama  adalah adanya suatu mitologi yang kaya serta luas pada bangsa Yunani. Mitologi dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mitos-mitos sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Sifat rasional bangsa Yunani sudah terlihat dari awal, terbukti bahwa mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mitos-mitos yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Kedua, kesusastraan Yunani yang sudah mulai muncul. Ketiga, yaitu pengaruh ilmu pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno, yang oleh bangsa Yunani, ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan dengan sangat hebat. Pada Zaman Pra Sokrates, tokoh yang terkenal adalah Thales, Anaximander, Anaximenes, Pythagoras, Xenophanes, Herakleitos, Parmenides, Zeno, Empedocles, Democritus, dan Anaxagoras. Sedangkan pada Zaman Keemasan yang berpengaruh adalah Sokrates, Plato, dan Aristoteles.

Fase yang kedua adalah Filsafat pada Abad Pertengahan. Tokoh yang paling berpengaruh dalam fase ini adalah Thomas Aquino. Thomas mengajarkan Allah dalam pandangannya yang mencerminkan pengaruh filsafat Aristoteles. Thomas menyebutkan bahwa Allah adalah

Page 16: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Zat tertinggi yang mempunyai keadaan paling tinggi, Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Fase ini merupakan fase yang di dalamnya terdapat unsur religi yang diperdebatkan dengan ilmu pengetahuan. Latar belakang lahirnya fase ini adalah keinginan untuk menghubungkan antara iman dan rasio. Namun ternyata, hal tersebut sangat sulit dicari titik temunya, sehingga upaya untuk menghubungkan iman dan rasio dianggap gagal, dan dianggap perlu adanya upaya lain untuk menghubungkan iman secara rasional. Fase ini juga mencangkup awal lahirnya renaissance, atau yang lebih kita kenal dengan masa pencerahan. Umat gereja beranggapan bahwa ilmu pengetahuan memiliki dasar yang berbeda dengan gereja, sehingga gereja sangat menentang ilmu pengetahuan.

Fase ketiga, yaitu Filsafat pada Fase Modern. Fase modern ini diperkirakan muncul pada awal abad ke 17 sampai abad 20. Filsuf yang paling terkenal pada masa ini adalah Rene Descartes. Rene Descartes diberi gelar sebagai bapa filsafat modern. Descartes menulis sebuah buku terkenal yang menguraikan metode perkembangan intelektualnya. Dia mengatakan bahwa dalam dunia ilmiah, tidak ada yang pasti. Semuanya dapat dipermasalahkan. Latar belakang lahirnya fase modern ini yaitu timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan eksperimental dan matematis. Segala sesuatu dalam ilmu pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme. Pada masa ini terjadi persaingan keras oleh filsuf-filsuf dari Barat, sehingga perubahan masyarakat dalam bidang Ekonomi berkembang sangat pesat.

Terakhir adalah Filsafat Fase Postmodern. Latar belakang dari fase ini adalah adanya keinginan untuk menyatukan teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang tunggal. Tokoh-tokoh dalam fase ini diantaranya adalah Jurgen Habermas, Michael Foucault, Jean Paul Sartre, dan Bertrand Russell. Pada fase ini, para filsuf beranggapan bahwa pada fase modern, banyak sekali teori-teori yang bermunculan, namun tidak dapat disatukan, sehingga fase modern dianggap sebuah tahap yang belum selesai, dan harus ada fase penyelesaian. Fase postmodern dianggap sebagai fase modern yang mengalami penyempurnaan, sehingga lebih bijak. Hal yang paling menonjol dari fase postmodern ini adalah adanya penghargaan yang tertinggi terhadap pluralitas. Setiap orang berhak berbicara sesuai keingiannya. Perkembangan fase demi fase tujuannya adalah menyempurnakan kekurangan pada fase sebelumnya.

Page 17: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://ronaldardyanku.blogspot.com/2013/03/bab-i-pendahuluan-corak-utama-filsafat.html

Filsafat Modern

BAB IPENDAHULUAN

        Corak utama filsafat Modern yang di anutnya kembali fasionalisme seperti pada masa Yunani Kuno. Gagasan ini disertai oleh Argumen yang kuat, di ajukan oleh DescartesGerakan pemikiran Descartes di sebut Renaissnce, dialah orang pertama di akhir abad pertengahan itu yang menyusun Argumentasi kuat, yang di stinat, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan lainya.Descartes ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen dan di kembalikan kepada semangat filsafat Yunani yaitu filsafat yang berbasis akal.

BAB II                                                                               PEMBAHASAN

A. AVEORISME

Dampak langsung dari gagasan lebih Rushd bisa di telusuri pada mazhab pemikiran yang terkenal dengan sebutan Aveorisme. Istilah ini terkenal setelah Ibn Rushd meninggal dunia.Aveorisme tidak hanya terikat dengan” intelektual Liberal” dalam sejarah filsafat barat aveorisme juga di kaitkan dengan pemikiran filsafat keagamaan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Aveorisme Yahudi Aveorisme Kristen Aveorisme yahudi berkembang pesat di Andalusia para pengikutmya umumnya memandang Ibn Rushd sejajar dengan filsuf besar mereka: Musa ben Maymun atau Maimonides (wafat 1204) dan Abdurahman ben Ezra (wafat 1167) yang kebetulan keduanya hidup di Andalusia. Tokoh-tokoh penting Aveorisme Yahudi adalah Isaac Al-balag (akhir abad ke-13) yang menerjemahkan Maqasid al-falsafih, karya Imam Al-Ghazali, kedalam bahasa ibrani: Joseph Ibn Casp (lahir 1279) Moses Narboni (wafat 1362), dan Elijah Delmedi (wafat 1493) pengikut Aveorisme yahudi terakhir.Aveorisme Kristen sebutannya merupakan istilah yang agak paradox karena dunia gereja, khususnya pada abad ke-13 dan ke-14.Aveorisme yahudi dan Kristen menganggap Ibn Rushd telah berjasa menyelesaikan persoalan pelik yang sama berabad-abad enjadi momok bagi agamawan, yakni bagaimana mendamaikan wahyu dengan akal, filsafat dengan agama, para Nabi dengan Aristetoles. Dalam karyanya yang sudah di terjemahkan ke berbagai bahasa penting Erop. Ibn Rushd menjawab semua persoalan dengan lugas.

         B. RENAISSANCERenaissance berasal dari bahasa Francis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukan berbagai priode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropah.

Page 18: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Orang pertama yang menggunakan istilah ini adalah Jules Michelet, sejarawan Prancis terkenal. Menurutnya, Renaissance adalah priode penemuan manusia dari dunia yang bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan penemian kebangkitan modern.Ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism, lepas dari Agama, Empirisme, dan Renaissance. Hasil yang diperoleh dari watak ini adalah pengetahuan Rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance, melainkan pada zaman modern.Zaman modern filsafat di dahului oleh zaman Renaissance. Sebenarnya, secara esensial zaman Renaissance, dalam filsafat tidak berbeda dengan zaman modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Rena Descartes. Ciri-cirinya yaitu menghidupkan kembali Rasionalisme Yunani (Renaissance).Descartes diangggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Karena dialah orang pertama di akhir abad pertengahan itu yang menyusun Argumentasi yang kuat, yang menyimpulkan bahwa filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan lainnya, ia ingin filsafat di lepaskan dari dominasi agama Kristen dan di kembalikan kepada semangat filsafat Yunani kuno, yaitu filsafat yang berbasis pada Akal.

         C. HUMANISMEPada Renaissance muncul aliran kebenaran yang berpusat pada manusia yang kemudian dikenal dengan Humanisme. Aliran ini lahir disebabkan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasannya. Mungkin terjadi dalam aliran ini bahwa manusia selalu menjadi hal yang tinggi, lain hal tak ada. Maka humanisme ini menjadi humanisme ateistis. Tetapi tidak setiap humanisme merupakan humanisme ateistis.Adapun manausia, pusat pandangan dan pengetahuan ini, bukanlah manusia pada umumnya, seperti zaman yanag mendahulukannya, melainkan sesuai dengan sifat modern.

             D. RENE DESCARTESDescartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal tahun 1650. ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar filsafat haruslah akal (rasio). Tokoh-tokoh gereja waktu itu tetap yakin bahwa dasar haruslah iman sebagaimana tersirat didalam Jargon Credo ut Intelligam dari Anselmus itu, untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi itu tertuang di dalam metode Cogito (keragu-raguan).Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat Descartes meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan, mula-mula ia mencoba meragukan semua yang dapat di indera, objek yang sebenamya tidak mungkin diragukan inilah langkah pertama metode Cogito tesebut. Dia meragukan badannya sendiri, keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, maka dalam keragu-raguan itu jelaslah ia sedang berfikir, sebab yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas ada "Cogito 1'rLu Sum" (saya berfikir, maka jelaslah saya ada). Tujuan metode ini mempertahankan keraguan akan tetapi metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian.Konsep, “berfikir" yang digunakan Descartes daalm pengertian yang sangat luas, menurutnya suatu yang meragukan, memahami, mengerti, menolak, berkehendak, membayangkan, ketika muncul dalam mimpi, semuanya adalah bentuk berfikir, karena fikiran selalu berfikir, bahkan ketika saat tidur pun hal-hal yang dapat dirasakan haruslah dengan fikiran bukan dengan indera.Descartes mengakui ada 3 subtansi yang keberadaanya tidak bisa di ragukan dan sebagai kebenaran yang Clear dan distinct:1. Pemikiran sebagai makhluk yang berfikir, maka pemikiran, adalah haikat manusia.2. Tuhan : sebagai wujud yang sempuma, yakni yang menciptakan ide-ide yang sempuma.

Page 19: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

3. Keluasan : saya mengerti materi sebgai keluasan/eksistensi.Ketiga subtansi ini bersumber dalam jiwa manusia sejak lahir, dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman empiric yang bergantung pada subtansi ini.Embrio dasar rasionalisme Descartes banyak menuai cabang-cabang rasionalisme setidak-tidaknya ada 3 sub mazhab yang berkembang dibelahan dunia barat1. Rasionalisme dalam kosmo filsafat, adalah system berfikir yang menekankan penalaran dalam menyerap ilmu, berbeda dengan empiris yang menekankan pengalaman khususnya indera dan persepsi.2. Rasionalisme dalam ranah teologi, lebih mengedepankan akal daripada iman, tidak selalu bersandar pada iman.3. Rasionalisme pada masa Aufklarung (pencerahan), istilah yang digunakan umuk penyifatan terhadap pandangan-pandangan dunia filsuf-filsuf pada mass itu. Pandan.,,an mereka adalah Opposite meaning dengan iman, otoritas tradisional, puritanisme. Para cendikiawan musyak fikir ini beranggapan bahwa akal adalah piranti reliable dalam perkara yang bertalian dengan kehidupan manusia seperti, iln,u, agama, politik dan lain-lain.

              E. SPINOZA (1632-1677)Spinoza menggunakan deduksi matematis ala Descartes yakni ia mulai dengan meletakkan definisi-definisi kemudian barulah membuat pembuktian berdasar definisi tersebut, sebagai pengikut rasionalisme. Spinoza mengakui hanya ada sate subtansi yaitu Tuhan (sosok yang immaterial).Dalam arti yang mendalam ajaran Spinoza dapat dipandang sebagai suatu mistik filsafati yang mengajarkan tentang nisbah antara manusia dengan tuhan. Sistem rasionalnya hanya untuk mewujudka suatu usaha guns merumuskan apa yang telah dialami sendiri dalam pengalaman mistis dengan pengertian-pengertian rasional. Yang dimaksud Spinoza dan subtansi adalah apa yang ada dalam dirinya sendiri atau tidak menieflukan pengertian dari sesuatu yang lain, jadi ringkasnya subtansi adalah suatu yang berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada apapun. Jadi jelaslah subtansi itu hams ada saw, sebah jika ada dua subtansi semacam itu tentu akan ada nisbah antara keduanya atau adanya saling ketergantungan.Berdasarkan keyakinan ini, segala sesuatu di dunia dengan segala isinya, tidak dapat berdiri sendiri. Menurut Spinoza satu substansi mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya, karena tuhan disamakan dengan segala sesuatu yang ada, namun kita hanya mengenal dua ciri saja: pemikiran (jiwa) dan keluasan (tubuh).

BAB IIIPENUTUP

              KesimpulanPaham filsafat yang mengatakan bahwa akal (rasio). Adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes penetahuan yang disebut rasionaiisme. Rasionalisme terbagi menjadi dua macam yaitu dalam bidang agama dan dalam filsafat, dalam bidang agama rasinalisme lawan autoritas dan dalam bidang filsafat rasionalisme lawan emperisisme.Tokoh pertama rasionalisme adalah Descartes is menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan yang lainnya, dia juga berkeinginan filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen dan dikembalikan kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal. Ajaran Spinoza dapat dipandang sebagai suatu filsafati yang mengajarkan tentang nisbah antam manusai dengan

Page 20: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

tuhan, Spinoza beranggapan bahwa situ subtansi mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya. Sedangkan Leihniz berpendapal bahwa subtansi itu banyak.Menurut analisis kami. Kami setuju dengan pemikiran Descartes bahwa dasar. Filsafat adalah rasio atau akal karena dengan akal lah seseorang dapat berfikir dan dapat mengetahui kebenaran. Akan tetapi tidak akal saia yang dapat dipergunakan, melainkan perasaan juga dapat digunakan untuk mengetahui sesuatu yang terjadi.

http://arfiasta.wordpress.com/2010/05/24/konsep-dasar-filsafat-ilmu/

KONSEP DASAR FILSAFAT ILMUby arasty 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbincang mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini, ada semacam ke khawatiran yang muncul pada kalangan ilmuan dan filsuf, termasuk juga kalanagan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat manusia, bahkan alam dan beserta isinya.

Para filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology, epistemologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri. Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagian umat manusia, sangat di perlukan, inilah beberapa pokok bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu, disamping objek dan pengertian filsafat ilmu yang kan dijelaskan terlebih dahulu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian filsafat ilmu itu?2. Mencakup apa sajakah ruang lingkup filsafat ilmu?

3. Apa saja objek, kedudukan, dan implikasi filsafat ilmu?

4. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya?

1.3 Tujuan Penulisan

Page 21: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

1. Mengetahui apa itu filsafat ilmu2. Mengetahui ruang lingkup filsafat ilmu

3. Mengetahui objek, kedudukan, dan implikasi filsafat ilmu

4. Mengetahui sejarah perkembangan filsafat Ilmu serta aliran-alirannya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Ilmu

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu [1].

1. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.

2. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai  dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

3. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.

4. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :

Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)

Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)

Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang 

Page 22: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis)[2].

2.2 Ruang Lingkup Filsafat ilmu

Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.

Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.

Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi ke-budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan

2.3 Objek Filsafat ilmu

Objek Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.

Menurut Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :

Page 23: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

1. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.

2. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).

Objek Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.

2.4 Kedudukan dan Implikasi Filsafat Ilmu dalam Pengetahuan

Di mana posisi filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.

Sedangkan kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas.

Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.

2.5 Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara periodesasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodesasi filsafat ilmu cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra dan sekolastik. Dalam filsafat ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu islam hanya ada dua periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat ilmu islam.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang menampilkan ciri khas tertentu.

Page 24: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

2.5.1 Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Batu)

Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang problem alam semesta.dengan demikian filsafat ilmu dilahirkan.

2.5.2 Zaman yunani kuno

1. Zaman keemasan yunani

Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.

1. Masa Helinistis Romawi

Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:

a. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.

b. epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.

c. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran

d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat ilmu dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.

e. neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat ilmu plato.

2.5.3 Zaman Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:

1. periode patriktis; mengalami 2 tahap: 1. permulaan agama kristen

2. filsafat ilmu agustinus; yang terkenal pada masa patristik

3. periode skolastik; menjadi 3 tahap yakni: 

1. periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat ilmu

2. periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat ilmu arab dan yahudi

3. periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafat ilmuan yang berkembang kearah nominalisme.

Page 25: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

2.5.4 Zaman Renaissance

Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Illahi.

2.5.5 Zaman Modern

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.

2.5.6 Zaman Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)

Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan teknologi-teknologi canggih yang terus berkembang hingga sekarang.

2.6 Beberapa Aliran Filsafat Ilmu

Sejarah perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang pendidikan telah melahirkan sejumlah filsafat ilmu yang melandasinya. Dari berbagai filsafat ilmu yang ada, terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan pengaruhnya hingga saat ini, yang secara kebetulan ketiganya lahir pada jaman abad pencerahan menejelang zaman modern.

1. Nativisme atau Naturalisme, dengan tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778) dan Schopenhauer (1788-1860 M). Paham ini berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan suci dan dianugerahi dengan potensi insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah. Karena itu, pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan agar anak berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung pesimistik.

2. Empirisme atau Environtalisme, dengan tokohnya antara lain John Locke (1632-1704 M) dan J. Herbart (1776-1841 M). Aliran ini berpandangan bahwa manusia lahir hanya membawa bahan dasar yang masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan papan tulis yang masih bersih belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah bejana yang masih kosong (Herbart). Atas dasar itu, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan dan pengisian pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan dan diharapkan lingkungan masyarakatnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung optimistik.

3. Konvergensionisme atau Interaksionisme, dengan tokohnya antara lain William Stern (1871-1939). Pandangan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari kedua pandangan terdahulu. Menurut pandangan ini, baik pembawaan anak maupun lingkungan merupakan faktor-faktor yang determinan terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik. Oleh karenanya, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk sebagai resultante atau hasil interaksi dari kedua faktor determinan tersebut. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung rasional.

Page 26: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual

2. Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai pengetahuan ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.

3. Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua yaitu secara mutlak dan tidak mutlak

4. sejarah perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan pada zaman abad pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada pemikiran tokoh yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya adalah zaman renaissance atau kebangkitan kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan pada campur tangan tuhan. perkembangan terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman renaissaince

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.

___________. 1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM.

__________. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.

___________. Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.

Ismaun. 2001. Filsafat ilmu (Diktat Kuliah). Bandung : UPI Bandung.

Jujun S. Suriasumantri. 1982. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer.  Jakarta: Sinar Harapan.

Page 27: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://www.emakalah.com/2013/05/filsafat-zaman-modern.html

FILSAFAT ZAMAN MODERN

FILSAFAT ZAMAN MODERN(Beberapa Tokoh Dan Pemikirannya)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur di persembahkan kehadirat Allah s.w.t atas nikmat taufik dan hidayahnya yang di berikan penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini penulis buat atas dasar kurangnya pengetahuan dan ingin memperdalam ilmu pengetahuan tentang filsafat.Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan dan jaga dosen pembimbing yang berperan sebagai pembantu dalam pembuatan makalah FILSAFAT ZAMAN MODERN ini.Dengan menyadari kemungkinan kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini penulis dengan senang hati mengharapkan kritik dan saran dari barbagai pihak terutama para pembaca guna penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Penulis

FILSAFAT ZAMAN MODERNDAFTAR ISIFILSAFAT ZAMAN MODERN

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang 1B. Tujuan 1BAB II PEMBAHASAN 2A. Filsafat Zaman Modern 2B. Beberapa Filosof dan Pemikirannya. 2C. Ciri Khas Emikiran Filsafat Zaman Modern 6

Page 28: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB III PENUTUP 8A. Kesimpulan 8B. Saran 8DAFTAR PUSTAKA 9

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangTerjadinya era globalisasi yang kita alami sekarang merupakan suatu tantangan untuk terus hidup dengan mengimbangi zaman. Dengan begitu perlunya kita mempelajari ilmu filsafat sebagai dasar dan juga acuan terhadap kehidupan selanjutnya .

B. TujuanPembuatan makalah ini bertujuan memperdalam ilmu filsafat dan menambah pengetahuan tentang filsafat khususnya filsafat zaman modren.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Filsafat Zaman ModernSecara historis, zaman modern di mulai sejak adanya krisis zaman sejak adanya kris zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15) yang di tandai dengan munculnya renaisance yang berarti kelahiran kembali. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini di dasarkan pada suatu kesadaran atas yang induvidual dan yang konkrit.Dalam era filsafat modern yang kemudian di lanjutkan dengan era filsafat abad ke- 20.

B. Beberapa Filosof dan pemikirannya.Abad ke-20 muncul berbagai aliran pemikiran antara lain:1. RasionalismeRasionalisme di pelopori oleh Rene Descartes (1956-1650) yang di sebut sebagai pelopor bapak filisof modern. Ia menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya harus di susun oleh satu orang sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum yang harus di pandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilih-pilih. Ilmu pengetahuan harus satu metode yang umum yag harus di pandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah. Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat di jadikan model cara mengenal secara dinamis rene Descarte berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat di percaya adalah akal yang memenuhi syarat yang di tentukan atau di tuntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah dengan akal yang dapat di peroleh kebenaran kebenaran dengan metode deduktif seperti yang di contohkan dalam ilmu pasti.

2. Emperisme

Page 29: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Tokohnya adalah Thomas Hobbes, John Locke dan David Hume. Ilmu pengetahuan besar sekali manfaat nya bagi kehidupan, kemudian beranggapan bahwa ilmu yang bermanfaat pasti dan benar adanya hanya di peroleh pengalaman pancaindra (empiri) dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama Empirisme.- Thomas hobbes (1588-1679)Pendapatnya bahwa ilmu filsafat adalah satu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum, dan juga ilmu pengetahuan tentang akibat atau gejala yang di peroleh dari sebabnya,sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebabnya. Segala yang di tentukan oleh sebab sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti atau ilmu alam.- Jhon LockeDalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan refestion, sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya, sedangkan reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia yang sifatnya lebih baik dari pada sensation.

3. Kritisme Sebagai latar belakangnya manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan telah mencapai hasil yang mengembirakan. Disisi lain jalannya filsafat tersendat-sendat,untuk itu di perlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Seorang ahli fikir jerman Imanuel kant (1724-1804) mencoba menyelesaikan persoalan di atas. Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian di cobanya mengadakan sintesis walaupun sama pengetahuan bersumber pada akal ( Rasionalisme ) tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme) ibarat burung terbang harus mempunyai sayap ( Rasio) dan udara ( empiri). Jadi metode pemikirannya di sebut metode Kritis.

4. Idealisme Pelopor idealisme: J.G Fichte (1762-1814), F.J.W. Schjeling (1775-1854), G.J.W Hegel (1770-1831) Schopen Haver (1788-1860) rintisan ini mencapai puncak pada masa Hegel menurut pendapatnya segala peristiwa di dunia ini hanya bisa di mengerti jika satu syarat di penuhi, yaitu jika peristiwa itu secara otomatis mengandung penjelasan. Ide yang berfikir itu adalah sebenarnya gerak yang menimbulkan gerak lain, artinya gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis kemudian timbul sintetis yang merupakan tesis baru, yang nanti nya menimbulkan sintesis dan seterusnya, inilah yang di sebut Dialektik.

5. PositivismeYang di maksud dengan fositif adalah segala gejala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman objektif. Beberapa tokoh: August Comte (1798-1857) Jhon S. Mill (1806-1873) Herbert Spencer ( 1820-1903) - August Comte (1798-1857) menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap: Tahap teologis Tahap imetafisis Tahap ilmiah atau fositif

6. Evolusionisme Charles robert Darwin (1809-1882)Dalam pemikirannya ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan segala sesuatu termasuk manusia diatur oleh hukum-hukum mekanik.

7. Matearilisme

Page 30: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Julien de Lamettrie (1709-1751) mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya di anggap sebagai mesin. Karl Heinrich Marx (1818-1883) iaitu pemikiran materialisme historis atau diakletis. Menurut pendapatnya tugas seorang filosof adalah bukan unuk menerangkan dunia tetapi untuk mengubahnya.

8. Neo-Kantianisme Tokohnya: Wilhem Windelband (1848-1915) Herman Cohen ( 1842-1918) Paul Natrop (1854-1928) Heinrich Reckhart ( 1863-1939). Herman mengemukakan bahwa keyakinannya kepada otoriti akal manusia untuk mencipta.

9. Pragmatisme Tokohnya: William James (1842-1910) Ia beranggapan bahwa masalah kebenaran tentang asal atau tujuan dan hakikat bagi orang amerika terlalu teoritis, yang ia inginkan adalah hasil-hasil yang konkrit, dengan demikian untuk mengetahui kebenaran dari idea atau konsep haruslah di selidiki konsekuensi-konsekuensinya.

10. Filsafat HidupTokohnya adalah Henry Bergson (1859-1941).Pemikirannya : Alam semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logik.

11. FenomenologiTokoh Edmind Husserl (1839-1939) dan pengikut-pengikutnya Max Scheler (1874-1928) pemikirannya bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara yaitu dengan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakekat gejala secara intuitif.

12. EksistensialismeTokohnya: Soren Kierkegaard 91813-1855) Martin Heidegger, J.P. Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel pemikiran Soren mengemukakan bahawa suatu kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada pada eksistensi yang individu dan konkrit.

13. Ne-ThomismePaham Thomisme yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Pada mulanya di kalangan gereja terdapat keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut, kemudian pada akhirnya menjadi paham Thomisme.

C. Ciri Khas Pemikiran Filsafat Zaman Modern

Ada dua hal yang menandai sejarah modern, yakni runtuhnya otoritas gereja dan menguat otoritas Sains. Dua hal itu yang pada dasarnya menjelaskan lain-lainnya.Kebudayaan modern kurang bernuansa gerejawi negara-negara semakin menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Mula-mula kekuasaan bangsa-bangsa utamanya berada ditangan raja, kemudian sebagaimana di Yunani Kuno. Raja-raja secara perlahan digantikan oleh Demokrasi atau Tran.Penolakan terhadap ororitas gereja yang merupakan ciri negatif dari abad modern. Muncul lebih awal dari pada ciri positifnya yakni penerimaan terhadap otoritas Sains.Dalam penasonse Italia, sains memainkan peran yang sangat kecil, perlawanan terhadap gereja oleh orang-orang di hubungkan dengan zaman kuno jauh sebelum tumbuhnya otoritas

Page 31: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

gereja dan abad pertengahan serbuan sains pertama kali datang secara serius melalui publikasi teori copernican pada tahun 1543. Tetapi teori ini tidak kunjung menebar pengaruh sampai kemudian dipelajari dan di kembangkan oleh kepler dan Gahleo pada abad ke-17. Sejak saat itu di mulailah pertikaian panjang antara Sains dan dogma. Dan akhirnya kaum tradisionalis terpaksa mengakui kemenangan ilmu pengetahuan baru.Namun demikian filsafat modern kebanyakan mempertahankan kecenderungan individualistik dan subjektif-subjektif ciri ini sangat kentara dalam diri descarles yang membangun seluruh ilmu pengetahuan ari kepastian eksistensinya sendiri.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanFilsafat pada zaman modern di mulai sejak adanya krisis zaman pertengahan. Maka dari itu muncullah beberapa aliran dengan para filosof dan pemikirannya: antara lain:1. Easionalisme2. Empirisme3. Kritisisme4. Positivisme5. Evolusionisme6. Materialisme7. Neo-Kantianisme8. Pragmatisme9. Filsafat Hidup10. Fenomenologi11. Eksistensialisme12. Neo-Thomisme

B. SaranDemikianlah makalah ini telah selesai ditulis namun penulis menyadari masih ada kekurangan yang harus dilengkapi. Makalah itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono, harun. 2005. Sari sejarah filsafat barat 2. Yogyakarta: kanisiusRussel, bertrand, 2002. Sejarah filsafat barat dan kaitannya dengan kondisi sosio politik dari zaman kuno hingga sekarang. Yogyakarta: pustaka pelajar

Read more: http://www.emakalah.com/2013/05/filsafat-zaman-modern.html#ixzz2YNu0zmPx

Page 32: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://kandangmu.blogspot.com/2012/12/tokoh-filsafat-modern-rene-descartes.html

Tokoh Filsafat Modern Rene Descartes ( Cogito Ergo Sum)

BAB IPENDAHULUAN

Rene Descartes dinggap sebagai Bapak aliran filsafat pada zaman modern. Disamping seorang tokoh rasionalime, Descartes pun merupakan seorang filsuf yang ajaran filsafatnya sangat populer, kerna pndangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia. Rene Descartes seorang filsuf yang tidak puas dengan filsafat Skolastik yang pandangan-pandangannya saling bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh miskinya metode berfikir yang tepat. Descartes mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu, jelas ia sedang berfikir. Sebab, yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terang-benderang.Cogito ergo sum (saya berfikir, maka saya ada).

Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang paa kebenaran. Yang benar hanyalah tindakan akal yang terang benderangyang disebutnya Ideas Claires el Distinces (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang ini pemberian tuhan sebelum orang dilahirkan (ida inate : ide bawaan). Sebagai pemberian Tuhan, maka tak mungkin tak benar.

Kerasionalan dalam berfikir Descartes membuat saya tertarik untuk mengkaji tokoh ini (Descartes). Begitu juga tentang metode cara menemukan kepastian yag ia kemukakan dalam ungkapan Cogito rgo sum ( saya berfikir, maka saya ada). Selain itu juga tentang pendapat Descares yang mengatakan bahwa roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.

Makalah ini akan membahas beberapa pokok masalah yang terkandung di dalamnya. Diantaranya adalah biografi dari Rene Descrtes itu sendiri. Dari kelahiranya, riwayat pendidikannya, dan kondisi keluarganya, serta karya-karya monumental dari Rene Descartes itu sendiri. Kemudian pokok-pokok pemikiran beliau serta metode dan pendekatan apa yang ia pakai dalam pemikirannya tersebut. Makalah ini juga membahas tentang analisa tokoh mulai dari dukungan atas tokoh, kritik atas pemikiran tokoh, serta analisa penulis sendiri mengenai Decartes sendiri. Pembahasan berikutnya adalah mengenai epistemologi atau cara memperoleh pengetahuan yang ditawarkan Descartes dan begitu juga ontologi Descartes.

Menenai makalah tujuan dari makalah ini dibuat adalah yang petama kali merupakan sebagai tugas akhir semester dari mata kuliah Filsafat Ilmu dan Logika. Untuk seterusnya penulis mengharapkan dengan terselesaikannya makalah ini, pembaca dapat mengetahui lebih dalam siapa itu Rene Descartes, apa saja pemikirannya, epistemologi Decartes dalam mencari kepastian , juga ontologi Descartes.

Page 33: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB IIPEMBAHASAN

A.    Biografi

Rene Descartes lahir di kota La Haye Totiraine, Perancis pada tanggal 31 Maret tahun

1596 M. Dalam literatur berbahasa latin dia dikenal dengan Renatus Cartesius. Rene

Descartes selain merupakan seorang filosof, dia juga seorang matematikawan Perancis.

Beliau meninggal pada tanggal 11 februari 1650 M di Swedia di usia 54 tahun1[1]. Kemudian

jenazahnya dipindah ke Perancis pada tahun 1667 M dan tengkoraknya disimpan di Museum

D’historie Naturelle di Paris.

Rene Descartes dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertnand Russel,

memang benar. Gelar itu diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada

zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang

dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad pertengahan

yang menyusun argumentasi yang kuat yang dictinct, yang menyimpulkan bahwa dasar

filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat, serta bukan yang lainnya2[2].

Corak pemikiran yang rasional merupakan sebuah kontribusi pemikiran yang ia

berikan kepada dunia. Selain itu, ada beberapa kontribusi berupa karya-karya buku. Karya-

karyanya yang terpenting dalam bidang filsafat murni dintaranya Dicours de la Methode

(1637) yang menguraikan tentang metode. Selain itu juga ada Meditations de Prima

Philosophia (1642), sebuah buku yang menguraikan tentang meditasi-meditasi tentang

filsafat pertama. Di dalam kedua buku inilah Descartes menuangan metodenya yang terknal

itu, metode Cogito ero sum, metode keraguan Descartes.3[3]

Rene Descates merupakan anak ketiga dari seorang anggota Parlemen Inggris yang

memiliki tanah yang cukup luas. Ketika beliau mewarisinya setelah ayahnya meninggal,

1[1] Zubaedi, Filsafat Barat; dari logika baru Descartes hingga revolusi sains ala Thomas Khun, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2010) hlm.18, dikutip dari Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986) hlm.68.

2[2] Atang Abdul hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum ; dari Metodologi sampai teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008) hlm.248 diambil dari (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004 : 107).

3[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), hlm.129.

Page 34: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

beliau menjual tanah warian tersebut dan menginvestasikan uangnya dengan pendapatan

enam atau tujuh ribu franc per tahun4[4]. Pada tahun 1612 M, beliau pidah ke Perancis.

Beliau merupakan orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran Katholik, tetapi beliau

juga menganut bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh

gereja. Terbukti dalam bukunya La Monde yang mana beliau memaparkan di dalamnya dua

pemikiran bid’ah : Rotasi bumi dan keterhinggaan alam semesta5[5]. Dari tahun 1629 M

sampai 1649 M, beliau menetap di Belanda.

Pendidikan pertama Descartes diperoleh dari College Des Jesuites La Fleche dari

tahun 1604 – 1612 M. Beliau memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan

Yunani, bahasa Perancis, musik dan akting. Disamping beliau juga belajar tentang filsafat,

matematika, fisika, dan logika6[6]. Bahkan, beliau mendapat pengetahuan tentang logika

Aristoteles, etika Nichomacus, astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat Thomas

Aquinas. Dalam pendidikannya Descartes merasakan beberapa kebingungan dalam

memahami berbagai aliran dalam filafat yang saling berlawanan.

Pada tahun 1612 M, Descartes pergi ke Paris dan di sana beliau mendapatkan

kehidupan sosial yang menjemukan yang akhirnya beliau mengasingkan diri ke Faobourg

Sain German untuk mengerjakan ilmu ukur. Kemudian pada tahun 1617 M, Descartes masuk

ke dalam tentara Belanda. Selama dua tahun, beliau mengalami suasana damai dan tentram

di negeri kincir angin ini, sehingga beliau dapat menjalani renungan fisafatnya. Pada tahun

1619 M, Descartes bergabung dengan tentata Bavaria. Selama musim dingin antara tahun

1619 – 1620 M, di kota ini, beliau mendapatkan pengalaman, yang kemudian dituangkan

dalam buku pertamanya Discours de la Methode. Salah satu pengalaman yang unik adalah

tentang mimpi yang dialami sebanyak tiga kali dalam satu malam, yang dilukiskan oleh

sebagian penulis bagaikan ilham dari Tuhan.7[7]

Pada tahun 1621 M, Descartes berhenti dari medan perang dan setelah berkelana ke

Italia, lalu beliau menetap di Paris (1625 M.). Tiga tahun kemudian, beliu kembali masuk

tentara, tetapi tidak lama beliau keluar lagi. Dan akhirnya beliau memutuskan untuk menetap

4[4] Bertnand Russell, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hlm.733.

5[5] Bertnand Russell, Sejarah Filsafat Barat, hlm.734.

6[6] Zubaedi, Filsafat Barat; dari logika baru Descartes hingga revolusi sains ala Thomas Khun, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2010) hlm.18, dikutip dari Bertnand Russell, History of Western Philosophy, vol.1 (London : George Allen and UnminLtd, 1961), hlm.542.

7[7] Atang Abdul hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum ; dari Metodologi sampai teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008) hlm.249 diambil dari ( Juhaya S.Pradja, 2000 : 62-63)

Page 35: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

di Belanda. Di sinilah Descartes menetap selama 20 tahun (1629 – 1649 M.) dalam iklim

kebebasan berfikir. Di negeri sinilah beliau dengan leluasa menyusun karya-karyanya di

bidang ilmu dan filsafat8[8].

Descartes menghabiskan masa hidupnya di Swedia tatkala beliau memenuhi

undangan Ratu Christine yang menginginkan pelajaan-pelajaran dari Descartes. Salah

satunya Ratu Christine ingin mempelajari filsafat Decartes. Pelajaran-pelajaran yang

diharusakn diajarkan setiap jam lima pagi menyebabkan Descartes jatuh sakit radang paru-

paru yang menjemput ajalnya pada tahun 1650 M, sebelum sempat beliau menikah. Tetapi

Descartes mempunyai seorang anak perempuan kandung yang meninggal pada umur lima

tahun; ini, katanya, merupakan kesedihan yang paling mendalam selama hidupnya9[9].

B.     Metode dan Pendekatan Pemikiran Descartes

Dalam pemikiran Descartes Cogito Ergo Sum yang berarti aku berfikir maka aku ada,

beliau menggunakan metode analistis kristis melalui keraguan (skeptis) dengan penyangsian.

Yaitu dengan menyangsikan atau meragukan segala apa yang bisa diragukan. Descartes

sendiri menyebutnya metode analitis. Descartes juga menegaskan metode lain: empirisme

rasionil10[10]. Metode itu mengintregasikan segala keuntungan dari logika, analisa geometris,

dan aljabar. Yang di maksud analisa geometris adalah ilmu yang menyatukan semua disiplin

ilmu yang dikumpulkan dalam nama “ilmu pasti”11[11].

Mengenai pendekatan yang digunakan Descartes dalam menganalisa pemikirannya,

sudah kelihatan jelas bahwa beliau menggunakan pendekatan filsafat yang mana menganut

paham rasionalisme yang sangat mengedepankan akal.

Dapat dipahami bahwasanya Rene Descartes dalam “Cogito Ergo Sum”nya

menggunakan metode analitis tentang penyangsian dan dengan menggunakan pendekatan

filsafat yang rasional.

C.     Pokok-Pokok Pemikiran

1.      Cogito ergo sum

8[8] Atang Abdul hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum ...hlm.249.

9[9] Bertnand Russell, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hlm.735.

10[10] Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1986), hlm.71.

11[11] Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, hlm.71.

Page 36: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Cogito Ergo Sum atau yang lebih dikenal dengan “aku berfikir maka aku ada”

merupakan sebuah pemikiran yang ia hasilkan melalui sebuah meditasi keraguan yang mana

pada awalnya Descartes digelisahkan oleh ketidakpastian pemikiran Skolastik dalam

menghadapi hasil-hasil ilmu positif renaissance. Oleh karena itu untuk memperoleh

kebenaran pasti Descartes memepunyai metode sendiri. Itu terjadi karena Descartes

berpendapat bahwa dalam mempelajari filsafat diperlukan metode tersendiri agar hasil-

hasilnya benar-benar logis.12[12]

Cogito dimulai dari metode penyangsian. Metode penyangsian ini dijalankan

seradikal mungkin. Oleh karenanya kesangsian ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang

dimiliki, termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini dianggap pasti (misalnya

bahwa ada suatu dunia material, bahwa saya mempunyai tubuh, bahwa tuhan ada).13[13]

Kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kasangsian yang radikal itu, maka itulah

kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamen bagi seluruh ilmu

pengetahuan. Dan Descartes tidak dapat meragukan bahwa ia sedang berfikir. Maka, Cogito

ergo sum: saya yang sedang menyangsikan,ada14[14]. Itulah kebenaran yang tidak dapat

disangkal, betapa pun besar usahaku.

Apa sebab kebenaran ini bersifat sama sekali pasti? Karena saya mengerti itu dengan

jelas dan terpilah-pilah (Inggris: clearly and distinctly). Jadi, hanya yang saya mengerti

dengan jelas dan terpilah-pilah harus diterima sebagai benar. Itulah norma untuk menentukan

kebenaran.15[15]

12[12] Atang Abdul hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum ; dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008) hlm.250.

13[13]K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm.48.

14[14] Diterjemahkan secara harfiah, perkataan Latin “cogito ergo sum” berarti “saya berfikir,jadi saya ada”. Tetapi yang dimaksudkan Descartes dengan “berfikir” ialah “menyadari”. Jika saya sangsikan, saya menyadari bahwa saya sangsikan. Kesangsian secara langsung menyatakan adanya saya. Dalam filsafat modern kata cogito sering kali digunakan dalam arti “kesadaran”.( K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, hlm.49).

15[15] K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, ( Yogyakarta: Kanisius, 2011),hlm.49.

Page 37: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Cogito Ergo sum,

aku berfikir, jadi aku ada. Tahapan metode Descartes itu dapat diringkas sebagai

berikut16[16]:

 

2.      Ide-ide bawaan

Karena kesaksian apa pun dari luar tidak dapar dipercayai, maka menurut Descartes

saya mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam diri saya dangan menggunakan norma tadi.

Kalau metode dilangsungkan demikian,apakah hasilnya? Descartes berpendapat bahwa dalam

diri saya terutama dapat ditemukan tiga “ide bawaan” (Inggris: innate ideas).17[17] Ketiga ini

yang sudah ada dalam diri saya sejak saya lahir msing-masing ialah pemikiran, Tuhan, dan

keluasan.

a.       Pemikiran

Sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga

bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.

b.      Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna

Karena saya mempunyai ide sempurna, mesti ada suatu penyebab sempuna untuk ide

itu karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain

daripada Tuhan.

c.       Keluasan

16[16] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), hlm.132.

17[17] Atang Abdul hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum ; dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008) hlm.256 diambil dari ( Juhaya S.Pradja, 2000 : 67).

Page 38: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Materi sebagai keluasan atau ekstensi ( extension ), sebagaimana hal itu dilukiskan dan

dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.18[18]

3.      Substansi

Descartes menyimpulkan bahwa selain Tuhan, ada dua subtansi: Pertama, jiwa yang

hakikatnya adalah pemikiran. Kedua, materi yang hakikatny adalah keluasan. Akan tetapi,

karena Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar aku, ia mengalami banyak

kesulitan untuk memebuktikan keberadaannya. Bagi Descartes, satu-satunya alasan untuk

menerima adanya dunia materiil ialah bahwa Tuhan akan menipu saya kalau sekiranya ia

memberi saya ide keluasan, sedangkan di luar tidak ada sesuatu pun yang sesuai dengannya.

Dengan dmikian, keberadaan yang sempurna yang ada di luar saya tidak akan menemui saya,

artinya ada dunia materiil lain yang keberadaannya tidak diragukan, bahkan sempurna.19[19]

4.      Manusia

Descartes memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua

substansi: jiwa dan tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan. Sebenarnya,

tubuh tidak lain dari suatu mesin yang dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang satu

sama sekali terpisah dari substansi yang lain, sudah nyata bahwa Descartes menganut suatu

dualisme tentang manusia. Itulah sebabnya, Descartes mempunyai banyak kesulitan untuk

mengartikan pengaruh tubuh atas jiwa dan sebaliknya, pengaruh jiwa atas tubuh. Satu kali ia

mengatakan bahwa kontak antara tubuh dan jiwa berlangsung dalam grandula pinealis

( sebuah kelenjar kecil yang letaknya di bawah otak kecil). Akan tetapi, akhirnya pemecahn

ini tidak memadai bagi Descartes sendiri.20[20]

D.    Analisa terhadap Rene Descartes

1.      Pujian atau dukungan terhadap Rene Descartes

Bertrand Russell dalam bukunya Sejarah Filsafat Barat mengatakan bahwasanay

Descartes pantas menyandang gelar The Founder of Modern Philosophy atau Bapak Filsafat

Modern. Gelar itu diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman

18[18] K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, ( Yogyakarta: Kanisius, 2011),hlm.49.

19[19] Atang Abdul hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum ; dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008) hlm.256 diambil dari ( Juhaya S.Pradja, 2000 : 67).

20[20] Atang Abdul hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum ; dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008) hlm.256 diambil dari ( Juhaya S.Pradja, 2000 : 67).

Page 39: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan

oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad pertengahan yang

menyusun argumentasi yang kuat yang dictinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat

adalah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat, serta bukan yang lainnya.21[21]

Bertnand Russell juga mengatakan bahwa Descartes adalah orang pertama yang memiliki

kapasitas filosofis tinggi dan sangat dipengaruhi oleh fisika dan astronomi baru. Ada sebuah

kesegaran dalam pemikirannya yang tidak ditemukan dalam pemikiran filsuf ternama

sebelumnya semenjak Plato. Wataknya baik dan tidak suka menonjolkan keilmuannya,

layaknya orang-orang pintar di dunia, bukannya seperti seorang murid. Wataknya ini luar

biasa sempurna. Sangat beruntunglah filsafat modern karena pionirnya mempunyai cita rasa

sastra yang mengagumkan.22[22](Bertand Russell)

Pengaruh keimanan yang begitu kuat pada abad pertengahan, yang tergambar dalam

ungkapan credo ut intelligam23[23] dari Anselmus itu, telah membuat para pemikir takut

mengemukakan pemikiran yang berbeda dari pendapat tokoh gereja. Apakah ada filsuf yang

mampu dan berani menyelamatkan filsafat yang dicengkram oleh iman abad pertengahan itu?

Tokoh itu adalah Rene Descartes.24[24]

2.      Kritik terhadap Rene Descartes

Penganut empirisme begitu kecewa dengan rasionalisme, karena telah menghinakan

empirisme, sementara rasionalisme meyakini bahwa kebenaran itu berpusat pada kepastian

tentang pikiran diri sendiri, sementara salah satu diri sendiri adalah fungsi-fungdi

indrawi,yang berhubungan juga dengan empirisme. Dalam kasus ini, Immanuel Kant

mengkritik habis-habisan, karena semuanya menunjukkan bahwa rasionalisme murni berpijak

atas dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang goyah sehingga Cogito ergo sum tidak lagi

dianggap titik tolak yang memadai.25[25]

21[21] Bertnand Russell, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hlm.732

22[22] Bertnand Russell, Sejarah Filsafat Barat, hlm. 733

23[23] Keyakinan tokoh Gereja bahwa dasar filsafat haruslah iman.( Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT Remaja rosdakarya, 1990 ) hlm.129.

24[24] Atang Abdul hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum ; dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008) hlm.258 diambil dari ( Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004 : 107). 

25[25] Atang Abdul hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum...hlm.257 diambil dari ( Juhaya S.Pradja, 2000 : 68 ).

Page 40: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

3.      Analisa penulis terhadap Rene Descartes

Rene Descartes menurut penulis, merupakan seorang filsuf zaman modern yang

memberikan trobosan, alternatif, dan logika baru dalam bidang filsafat. Descartes telah

berhasil memberikan fondasi kepastian bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sebuah dasar

yang belum pernah ditemukan oleh para pendahulunya. Salah satunya yaitu bahwa filsafat

pada masa lampau teerlalu mudah memasukkan penalaran yang bisa-jadi-benar (belum tentu

benar) ke dalam khazanah penalaran yang sebenarnya dikhususkan bagi penalaran yang pasti.

Oleh karena itu Descartes menyatakan aturan umum dalam logika dalam bukunya Discourse

bahwasanya tidak boleh menerima hal apa saja sebagai hal yang benar jika tidak mempunyai

pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya.

Oleh karena itu semua, penulis mengatakan bahwa Descartes pantas menyandang gelar

The Founder of the Modern Philosophy karena dialah pencetus rasionalisme yang lebih

mengunakan akal yang mana sebelumnya mereka masih takut akan dogma-dogma gereja.

E.     Epistemologi Pemikiran Rene Descartes

Epistemologi merupakan pembicaraan mengenai bagaimana sebuah ilmu pengetahuan

diperoleh. Dalam perjalanannya mencari kepastian, Descartes telah menemukan metode

tersendiri. Yaitu dengan cara meragukan semua yang dapat diragukan. Kesangsian ini

dijalankan seradikal mungkin. Ia meragukan segala ilmu dan hasil-hasilnya seperti adanya

kosmos fisik, termasuk badannya, dan bahkan adanya Tuhan. Beberapa alasan yang

dikemukakan untuk mendukung keragu-raguannya ini adalah kemungkinan kekeliruan panca

indra, kemungkinan ia sedang mimpi, dan adanya demon jahat penipu. Ia seolah-olah

bersikap sebagai seoarang skeptikus. Dan, memang pada saat itu, ajaran skeptisisme,

sebagaimana dikenal dalam karya Sextus Empirious, agak menjadi populer.26[26] Menurut

Descartes, untuk dapat memulai sesuatu yang baru, ia harus memiliki suatu pangkal

pemikiran yang pasti. Pangkal yang pasti itu dapat ditemukan lewat keragu-raguan.27[27]

Ciri utama dari filsafatnya adalah penekanan yang ia sangat menggarisbawahi pada

kenyataan bahwa satu hal kita sebagai manusia seluruhnya dapat merasa seyakin-yakinnya, --

bahkan oleh orang yang mengalami keraguan yang amat sekalipun—adalah “keberadaan

26[26] Zubaedi, Filsafat Barat; Dari logika baru Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Khun, (Yogyakarta: Arruzz  Media, 2010 ) hlm.20.

27[27] Zubaedi, Filsafat Barat...hlm.21 dikutip dari Harun hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, ( Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm.20.

Page 41: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dirinya sendiri”. Cogito, Ergo sum ( I think, therfore I am ). Seluruh sistem filsafatnya

disusun untuk menghindarkan atau menjauhkan diri dari sifat ragu-ragu yang ditimbulkan

dari dirinya sendiri. Sistem filsafatnya dipersembahkan untuk menguji bagaimana

sesungguhnya seseorang dapat memahami segala apa yang ada di luar dirinya (outside);

bagaimana membangun kembali fondasi yang kokoh untuk sebuah keyakinann yang dapat

dipertanggungjawabkan tentang hal-hal yang ada pada dunia di luar fondasi yang kokoh

untuk kepercayaan terhadap adanya Tuhan.28[28] Dia juga menunut bahwa kepercayaan kita

sesungguhnya dimulai dari –seperti yang biasa berjaln dalam sistem berfikir deduktif dalam

wilayah matematika—dari premis-premis aksiomatik tertentu, yang secara intuitif bersifat

“pasti”, dan dari sana secara perlahan-lahan –lewat pengambilan kesimpulan deduktif-- ke

arah kesimpulan-kesimpuln yang dapat dibuktikan secara meyakinkan dan kokoh.29[29]

F.      Ontologi Rene Descartes ( substansi-atribut-modus)

Descartes telah mencari hakikat sesuatu, akan tetapi agar hakikat segala sesuatu dapat

ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi, atribu atau sifat

dasar, dan modus.30[30]

Yang disebut substansi adalah apa yang berada sedemikian rupa, sehingga tidak

memerlukan sesuatu yang lain untuk berada. Substansi yang dipkirkan seperti itusebenarnya

hanya ada satu yaitu Tuhan. Segala sesuatu yang lain hanay dapat dipikirkan sebagai berada

dengan pertolongan tuhan. Jadi sebutan substansi sebenarnya tidak dapat dngan cara yang

sama diberikan Tuhan dan kepada hal-hal lain. Hal-hal bendawi dan rohani yang diciptakan

memang dapat juga dimasukkan ke dalam pengertian substansi itu, dan dalam prakteknya

Descartes memasukkan jiwa dan materi dalam pengertian substansi juga.

Yang disebut atribut adalah sifat asasi. Tiap substansi memiliki sifat asasinya sendiri,

yang menentukan hakikat substansi itu. Sifat asasi ini mutlak perludan tidak dapat ditiadakan.

Sifat asasi ini adanya diadakan oleh segala sifat yang lain.

Yang diebut modus (jamak dari modi) adalah segala sifat substansi yang tidak mutlak

perlu dan yang dapat berubah.

28[28] Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm.120 diambil dari Frederick Copleston, S. J. A History of Philosophy, Vol.IV (London: Search Press, 1985).

29[29]  Amin Abdullah, Islamic Studies...hlm.121 ( Kritik dan komentar terhadap konsepsi pemikiran Descartes, lebih lanjut lihat Richard J. Bernstein, Beyond Objectivism and Relativism: Science Hermeneutik and Praxis (Philadelphia: University of Pennsylvania Press, 1983 ), khususnya bab I.

30[30] Sudarsono, Ilmu Filsafat; suatu pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.315.

Page 42: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Jelas dan teranglah sekarang bahwa segala substansi bendawi memiliki sebagai atribut

atau sifat asasi; keluasan, dan memiliki sebagai modi; bentuk dan besarnya yang lahiriyah

serta gerak dan perhentiannya. Dengan demikian segala benda tidk memiliki ketentuanyng

kualitatif, yang menunjukkan kualitas atau mutunya. Seluruh realitas bendawi dihisabkan

kedalam kuantitas atau bilangan. Oleh karena itu segala hal yang bersifat bendawi pada

hakikatnya adalah sama. Perbedaan-perbedaannya bukan mewujudkan hal yang asai,

melainkan hanya tambahan saja.

Jelas juga bahwa roh dan jiwa memiliki sebagai sifat asasi; pemikiran, dam memiliki

sebagai modinya; pikiran-pikiran individual,gagasan-gagasan dan gejala-gejala kesadaran

yang lain. Roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah

pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan. Roh dapat dipikirkan dengan jelasdan

terpilah-pilah,tanpa memerlukan sifat asasi benda. Oleh karena itu secara apriori tiada

kemungkinan yang satu mepengaruhi yang lain, sekalipun dalam praktek tamak ada

pengaruhnya.31[31]

BAB III

KESIMPULAN

Rene Decartes merupakan tokoh filsafat yang menganut paham rasinalisme yang

menganggap bahwa akal adalah alat terpenting untuk memeperoleh pengetahuan. Dan

menganggap bahwa pengetahuan indra dianggap sering menyesatkan. Lahir tahun 1596 M

dan meninggal tahun 1650 M. Ia adalah anak ketiga dari seorang anggota parlemen inggris.

Merupakan orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran Katholik, tetapi beliau juga

menganut bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh

31[31] Sudarsono, Ilmu Filsafat; suatu pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.316 dikutip dari DR. Harun Hadiwijono; Sari Sejarah Filsafat Barat, 2h :23.

Page 43: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

gereja. Belajar di College Des Jesuites La Fleche dari tahun 1604 – 1612 M. Beliau

memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa Perancis,

musik dan akting. Disamping beliau juga belajar tentang filsafat, matematika, fisika, dan

logika. Bahkan, beliau mendapat pengetahuan tentang logika Aristoteles, etika Nichomacus,

astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat Thomas Aquinas. Dalam pendidikannya

Descartes merasakan beberapa kebingungan dalam memahami berbagai aliran dalam filafat

yang saling berlawanan. Dan pernah masuk tantara Belanda dan Bavaria. Dan akhirnya ia

meninggal di Swedia tahun 1650 M setelah menerima panggilan Ratu Christine yang ingin

belajar kepada dirinya.

Dalam pernyataanyang ia katakan Cogito ergo sum, ia menyatakan bahwa sumber

keyakinan itu berasal dari keragu-raguan. Maka dari itu dalam epistemologinya Descartes

dengan menggunakan metode analitis dan dengan pendekatan filsafat rasional yang

mendahulukan akal ia mengatakan bahwa “ aku berfikir maka aku ada”. Dimulai dengan

meragukan apa yang ada, segalanya, akan tetapi ia tidak dapat memungkiri bahwa dirinya

yag sedang berfikitr tidak dapat diragukan. Maka dia mengatakan aku berfikir, maka aku ada.

Dalam ontologinya Descartes juga mengatakan bahwa agar hakikat segala sesuatu

dapat ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi, atribut atau

sifat dasar, dan modus. Subtansi merupakan apa yang berada sedemikian rupa sehingga tidak

memerlukan sesuatu yang lain untuk berada ,yaitu Tuhan. Atribut adalah sifat asasi mutlak

perlu dan tidak dapat ditiadakan,yaitu pemikiran. Pemikiran adalah perbuatan jiwa

berdasarkan hakekatnya sendiri, bebas dari pada tubuh. Sedangkan modus adalah sifat-sifat

substansi yang tidak mutlak perlu dan yang dapat diubah-ubah,yaitu pikiran- pikiran

individual. Dengan itu ia mengatak jelas bahwa roh dan jiwa memiliki sebagai sifat asasi;

pemikiran, dam memiliki sebagai modinya; pikiran-pikiran individual,gagasan-gagasan dan

gejala-gejala kesadaran yang lain. Roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda.

Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.

Page 44: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran
Page 45: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

DAFTAR PUSTAKA

Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum; dari Metodologi sampai

Teofilosofi. . 2008. Bandung: Pustaka Setia.

Bertebs , K. ,. Ringkasan Sejarah Filsafat, 1975. Yogyakarta: Kanisius.

Bakker, Anton., Metode-Metode Filsafat. 1986. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sudarsono. Ilmu Filsafat; suatu pengantar. 2008. Jakarta: Rineka Cipta.

Zubaedi. Filsafat Barat; Dari logika baru Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas

Khun. 2010. Yogyakarta: Arruzz Media.

Russell, Bertnand. Sejarah Filsafat Barat. 2002. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Abdullah, Amin. 2006. Islamic Studies di Perguruan Tinggi,Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum.1990. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Page 46: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://badakimuka.blogspot.com/2012/02/sejarah-singkat-filsafat-barat-modern.html

SEJARAH SINGKAT FILSAFAT BARAT MODERN

Sejarah filsafat modern barat, sebagaimana diungkapkan Hamersma (1983:3) adalah

buah dari bersemainya benih pemikiran di zaman abad pertengahan dan memuncak pada

renaissance. Ciri utama pemikiran modern dilambangkan dengan “subjek” sebagai pusat

pemikiran. Subjek yang dimaksud disini adalah manusia. Manusia dianggap sebagai pusat

dari segala sesuatu. Manusia, dalam filsafat modern, memaknai dirinya tidak lagi sebagai

orang yang bersiarah di dunia (viator mundi), tetapi sebagai pribadi yang menciptakan dunia

(faber mundi).

Penemuan mesiu, seni cetak dan kompas telah membawa dunia barat saat itu pada

keyakinan yang teguh akan peran mereka sebagai pencipta dunia. Alam pemikiran abad

pertengahan yang didominasi otoritas gereja dan negera perlahan semakin ditinggalkan.

Substansi pemikiran yang berpusat pada manusia menjadikan manusia sebagai dia yang

memikul seluruh kenyataan hidup.

Dalam suasana semacam itulah, lahir filsuf rasionalis Rene Descartes. Descartes

mengajukan metode baru dalam pendekatan filsafat yaitu “kesangsian metodis”. Dalam

kesangsian metodis, Descartes meragukan segala sesuatu. Ia ragu pada kenyataan

disekitarnya. Ragu pada pengetahuannya. Juga ragu pada pengalamannya. Ketika ia ragu

pada segala sesuatu, ada satu hal yang tidak dapat diragukan. Hal itu adalah dirinya yang

sedang ragu. Dengan demikian jelas bagi Descartes bahwa satu-satunya hal yang tidak dapat

diragukan adalah dia yang meragu. Descartes yang ragu adalah kenyataan yang tidak

terbantahkan. Ia ragu, ia berpikir. Ia berpikir, maka ia ada. Adanya dia karena ia berpikir dan

sangsi. Descartes menegaskannya dalam kalimat “Cogito, ergo sum”. Je pense, done je suis.

Saya berpikir, maka saya ada.

Dalam konstruksi rasionalisme Descartes, akal budi atau rasio dapat mencapai

kepastian akan kebenaran tanpa membutuhkan bantuan apapun. Untuk ini, ada tiga hal yang

jelas dan tegas (clare et distincte) yaitu Allah, pemikiran (cogito) dan keluasan (extensio).

Pemikiran merupakan bagian dari bidang psikologi. Keluasan adalah bidang dari ilmu alam.

Dalam diri manusia, kedua hal itu menyatu. Konsep ini menyebabkan Descartes dipandang

sebagai pemikir dualisme. Jiwa dan tubuh adalah dua hal yang terpisah dan hanya menyatu

sebagai akibat kerja kelenjar kecil dibawah otak.

Page 47: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Serumpun dengan pemikiran Descartes adalah Baruch Spinoza, Gottfried Wilhelm

Leibniz, dan Blaise Pascal. Zaman dimana keempat filsuf ini hidup disebut zaman Barok.

Baruch Spinoza memandang substansi alam dan Allah sebagai satu-kesatuan yang tak

terpisahkan. Pengetahuan manusia adalah kontemplasi yang memberi persesuaian dengan

keseluruhan, dan sebagai hasilnya, kebebasan dan kebahagiaan. Sementara bagi Leibniz,

tidak ada substansi tunggal. Substansi bersifat banyak. Semua itu dinamai monade-monade.

Monade-monade itu seperti jiwa. Ia dapat berpikir dan memiliki kesadaran. Monade-monade

itu diatur dalam suatu harmonia praestabilita yang ditetapkan oleh Allah sebelumnya.

Mengambil keberjarakan dengan para pemikir sebelumnya, Blaise Pascal berada pada

posisi anti rasionalisme. Bagi Pascal, hati memiliki alasan-alasan yang sama sekali tidak

dapat diketahui akal. Bagi Pascal, keputusan-keputusan yang dibuat manusia lebih banyak

adalah penyangkalan atas akal sehat, daripada sebaliknya.

Zaman fajar budi lahir diujung zaman Barok. Para pemikir era fajar budi memandang

bahwa alam pemikiran manusia kini telah dewasa. Manusia kini bertumpu pada rasio. Kata

kunci zaman Barok antara lain rasio, empiri, toleransi, dan kebebasan. Dalam sejarah filsafat

prancis, pada masa ini lahir filsuf besar seperti Voltaire, d’Alembert, Diderot, dan Rousseau.

Jerman melahirkan nama-nama Wolff, Lessing dan Immanuel Kant. Sementara emiprisme

Inggris memunculkan tokohnya seperti Locke, Berkeley dan Hume.

Pemikiran empirisme menjadi penanda paling menonjol di zaman fajar budi. Jika

rasionalisme menekankan pentingnya rasio dalam memperoleh ilmu pengetahuan, maka

empirisme meyakini bahwa pengetahuan hanya dicapai oleh hasil kerja panca indera. Dan

karena terbatasnya panca indera manusia, maka pengetahuan juga tidak dapat mencapai

kepenuhannya.

Francis Bacon (1561-1626) dan Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Lock

menjadikan paham empirisme begitu mendominasi periode ini. Isi otak saya, kata Lock

terdiri dari ide-ide. Ada ide-ide tunggal (simple idea) dan ada ide-ide jamak (complex idea).

Ide yang peertama berhubungan langsung dengan pengalaman inderawi. Ide yang kedua

merupakan hubungan dari ide-ide yang pertama. Misalnya sebab, akibat, relasi, syarat dan

sebagainya hanya dapat diamati melalui kombinasi ide-ide tunggal.

Empirisme memuncak pada David Hume (1711-1776)/ Hume mengikuti pemikiran

Locke dan Berkeley sampai batas dimana empirisme menjadi agak mustahil. Bagi Hume,

pendapat Berkeley tentang subjek yang sedang mengamati dicoret oleh Hume. Bagi Hume,

aku sebagai pusat pengalaman, kesadaran dan pikiran hanyalah kesan (impression) semata-

Page 48: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

mata. Kesan merupakan bahan darimana pengetahuan tersusun. Karena itu, kesadaran

manusia bukanlah suatu jiwa. Kesadaran hanyalah deretan kontinyu dari kesan-kesan.

Pemikiran Hume ini menggelisahkan Immanuel Kant (1724- 1804). Bagi Kant

empirisme benar. Namun rasionalisme tidak dapat serta merta dibuang. Karenanya, Kant

berupa membuat sintesa atas perang dua aliran filsafat ini. Kant menunjukkan bahwa

pegetahuan adalah hasil perpaduan antara pengalaman inderawi dan kemampuan pikiran. Ia

membagi tiga tingkatan pengetahuan manusia. Pertama, pengetahuan yang berasal dari

pengalaman yang disebutnya Sinneswahrnehmung. Kedua, pengetahuan yang berasal dari

akal budi yang disebutnya verstand. Ketiga, pengetahuan yang berasal dari intelektual atau

rasio yang disebutnya vernunft.

Pengalaman inderawi adalah unsur a-posteriori yaitu segala sesuatu yang ada

kemudian. Sementara akal budi merupakan unsur a-priori yang datang sebelum adanya

pengalaman inderawi. Pada akhirnya, pengetahuan adalah sintesa antara kedua unsur ini.

Bagi Immanuel Kant, pengetahuan tidaklah berasal dari metafisika. Pengetahuan harus digali

dari bawah, untuk menciptakan ruang bagi iman. Dalam cara berpikir Kant, manusia

bukanlah pengamat atas objek-objek yang diam, melainkan objek-objek yang harus dibawa

ke hadapan manusia untuk diamati. Gaya berpikir semacam ini disebut « revolusi Copernican

ke arah subjek ».

Dalam hubungannya dengan pemaknaan pengetahuan, Kant bertanya : ‘apa yang

harus saya lakukan ?’ Bagi Kant, ada bermacam kaidah tindakan manusia. Kaidahitu antara

lain : (1) maksim-maksim yaitu kaidah yang bersifat subjektif, (2) undang-undang yaitu

kaidah yang berlaku secara umum objektif, (3) imperatif hipotetis yaitu syarat untuk

mencapai sesuatu yang bersifat umum, untuk mendapatkan x orang harus melakukan y

terlebih dahulu, (4) imperatif kategoris, berlaku umum, selalu, ada dimana-mana. Tujuan

etika bagi Kant adalah kebaikan, dan kebaikan menghasilkan kebahagiaan sempurna.

Periode Kant menutup zaman filsafat fajar budi. Selanjutnya, filsafat memasuki

zaman romantik dimana para filsuf Jerman seperti Johann Gottlieb Fitche (1762-1814) dan

Friedrich Wilhem Joseph von Schelling mengembangkan filsafatnya dari pemikiran Kant.

Bagi Fitche, idealisme Kant tidak cukup konsekuen. Menurut Fitche bidang an sich filsafat

Kant, bidang dimana benda ada pada dirinya sendiri, sama sekali tidak ada. Pada tahap

pertama, ada pikiran yang disebut Fitche sebagai tesis. Pikiran tidak dapat memikirkan

dirinya sendiri. Maka dengan demikian dibutuhkan objek di luar aku. Objek yang bukan aku

ini disebut anti tesis. Jadi subjek yang berpikir dan objek dari pikiran adalah tesis dan anti

tesis. Bertautnya subjek dan objek merupakan proses sintesis.

Page 49: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pemikiran idealisme Jerman memuncak pada George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-

1831). Pendapat Kant bahwa manusia hanya bias mengenal gejala-gejala diatasi Hegel

dengan konsep pemberian struktur oleh kategori-kategori dari akal. Jadi dalam filsafat Hegel,

tidak ada yang tidak bisa dikenal. Seluruh system filsafat Hegel terdiri dari “triade-triade”

yaitu rangkaian dialektis tiga tahap yaitu tesis, anti tesis dan sistesis. Disini Hegel

menggunakan terminologi Fitche. Hegel yang kemudian menyusun suatu sistem filsafat yang

terdiri atas ilmu logika, filsafat alam dan filsafat roh. Di dalam ketiga cabang filsafat ini,

hamper semua penyelidikan filasat dirangkum. Bagian paling menggetarkan dari filsafat

Hegel terletak pada tesisnya bahwa seluruh kenyataan adalah suatu kejadian besar. Kejadian

itu adalah kejadian roh. Roh ini adalah Allah. Bukan Allah sebagai persona, Allah yang sama

sekali lain (transendensi), melainkan Allah yang imanen. Sistem Allah hegel hamper mirip

dengan Allah Spinoza yang panteistis.

Setelah filsafat Hegel, dunia memasuki zaman modern. Ada bermacam pemikiran

filsafat pasca Hegel. Namun yang paling mudah diidentifikasi adalah terpisahnya filsafat

menurut teritori negara. Paling tidak ada tiga wilayah. Filsafat Jerman. Filsafat Perancis.

Filsafat Anglo-Saxon. Filsafat Jerman melanjutkan sistem filsafat Kant dan Hegel. Sementara

filsafat di negeri yang berbahasa Inggris (Anglo –Saxon) mengikuti pemikiran empirisme

Hume. Filsafat Perancis hampir selalu menampakkan ciri positivisme Auguste Comte.

Namun beberapa filsuf Prancis di era modern seperti Sartre (1905-1980) tampil sebagai

filsuf eksistensialisme yang melanjutkan pekerjaan para filsuf di negeri berbahasa Jerman

seperti SǾren Kierkegaard (1838-1855) dan Friedrich Nietszche (1844-1900).

Page 50: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://onego1993.blogspot.com/2013/05/dari-filsafat-barat-kuno-sampai-ke.html

Dari Filsafat Barat Kuno sampai ke Filsafat Modern

Secara ringkas kita bisa membuat suatu pembagian Sejarah Filsafat Barat. Filsafat barat

berangkat dari kehidupan bangsa Yunani kuno. Adapun, sejarah filsafat Barat hingga jaman

Filsafat Modern bisa dibagi menjadi empat jaman;

1.      Filsafat Kuno

2.      Filsafat Abad Pertengahan

3.      Filsafat Modern

4.      Filsafat Abad ke 19 dan 20

Pembicaraan tentang filsafat Kuno mengacu pada kisaran waktu kurang lebih 10 abad.

Mulai dari abad 6 SM, hingga awal abad pertengahan. Zaman yang panjang ini meliputi suatu

perkembangan pemikiran yang dapat dibagi lagi menjadi empat periode:

1.      Periode filsafat Pra Socrates

2.      Periode Sokrates, Plato dan Aristoteles

3.      Periode Helenis-Romawi

4.      Periode filsafat Patristik

Periode Filsafat Kuno

Dalam arti yang luas seluruh zaman ini mewujudkan asal muasal dari filsafat yang ada

sekarang, sekalipun dalam arti yang lebih sempit awal zaman ini, yaitu zaman pra Socrateslah

yang menjadi awal mula filsafat modern sekarang ini.

Pemikiran pada zaman ini hampir seluruhnya adalah hasil roh Yunani, sebab pengaruh

pemikiran Timur pada zaman Helenis-Romawi tidak dapat dipastikan, sedang sumbangan

pemikiran Romawi hanya sedikit sekali. Memang, pada zaman ini telah timbul suatu unsur

baru yang dimasukkan oleh agama Kristen, namun pada asasnya filsafat zaman ini adalah

filsafat Yunani.

Periode Yunani Kuno ini ditandai oleh pergeseran dari mitos ke logos. Penjelasan-penjelasan

mitologis tidak lagi memuaskan pemikiran manusia. Ada pergeseran dari penjelasan-

penjelasan mitologis berdasarkan kepercayaan irrasional tentang gejala-gejala alam bergeser

pada penjelasan logis berdasarkan rasio. Filsuf-filsuf alam mulai mencari penjelasan rasional

Page 51: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

atas prinsip dasar yang melandasi gejala-gejala alam. Mereka mulai menyibukkan diri dengan

pertanyaan-pertanyaan tentang asal pertama (arkhe) dan prinsip yang mengatur alam semesta.

Setelah para filsuf alam memusatkan perhatian dan pikiran mereka pada alam semesta,

kemudian muncullah para filsuf yang mengkonsentrasikan minat mereka pada permasalahan

manusia. Mereka itu adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles. Mereka banyak menghasilkan

pemikiran-pemikiran berkaitan dengan bagaimana hidup bermasyarakat yang baik. Obyek

pemikiran mereka beralih dari alam semesta kepada manusia itu sendiri. 

Filsafat Abad Pertengahan

Filsafat abad pertengahan, yang disebut juga zaman skolastik. Filsafat di jaman Skolastik ini

mewujudkan suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan filsafat kuno yang

mendahuluinya. Hal ini disebabkan karena rumpun bangsa yang berfilsafat sudah berbeda

sekali dengan rumpun bangsa pada zaman filsafat kuno.

Perpindahan bangsa-bangsa yang terjadi secara besar-besaran pada zaman ini telah

menimbulkan huru-hura di Eropa, yang mengakibatkan runtuhnya kekaisaran Romawi bagian

barat serta runtuhnya peradaban Kristen, yang pada waktu berkembang di Eropa selatan dan

di Afrika utara. Mulai sekarang suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa barat,

mengembangkan pikirannya, sekalipun pemikirannya tidak dapat dilepaskan dari pemikiran

filsafat kuna. Sifat filsafat pada zaman ini adalah demikian, bahwa orang mencoba

mempersatukan secara harmonis apa yang diketahui dari akal budi dengan apa yang diketahui

dari wahyu. Dengan demikian timbullah suatu sistem pandangan dunia kristiani yang

rangkap, di mana iman dan ilmu pengetahuan mendapatkan tempatnya masing-masing.

Filsafat modern, yang adalah filsafat barat dalam arti yang sebenarnya. Hal ini

disebabkan karena baru pada jaman setelah abad pertengahanlah muncul di segala

bidang hidup syarat-syarat yang diperlukan bagi perkembangan suatu pemikiran yang

bebas.

Filsafat abad pertengahan masih bergerak dalam belenggu kekuasaan teologia dan

iman Kristen. Pemikiran filosofis pada abad ini (300 – 1300 M) kehilangan otonominya.

Pemikiran abad pertengahan  bercorak teosentris (berpusat pada kebenaran wahyu Tuhan).

Para filsuf-rohaniawan seperti Thomas Aquinas dan St. Bonaventura adalah rohaniwan-

rohaniwan yang hendak merekonsiliasi akal dan wahyu. Kebenaran wahyu mereka buktikan

tidak berbeda dengan kebenaran yang dihasilkan dengan akal. Meskipun Thomas Aquinas

bersifat netral terhadap dikotomi/akal, atmosfer yang meliputi hampir seluruh pemikiran di

abad pertengahan memperlakukan akal sekadar hamba perempuan dari teologi (ancilla

Page 52: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

teologia). Dalam mencapai kebenaran, St. Agustinus (1354-1430), bahkan tidak percaya pada

kekuatan akal semata. Kebenaran utama adalah kebenaran teologis yang termaktub dalam

wahyu Tuhan. Manusia tidak mampu mencapai pengetahuan sejati tanpa iluminasi kebenaran

Ilahi. Singkatnya, rasionalitas mengalami deotonomisasi dari posisinya yang independen

pada masa filsuf-filsuf  Yunani. Filsafat menjadi hamba dari teologi di mana ia digunakan

untuk mendukung kebenaran wahyu. Upaya para filsuf-rohaniwan untuk merekonsiliasi iman

dan akal juga tidak banyak membawa hasil. Di masa ini pertentangan antara wahyu dan akal

bahkan semakin menajam dan cenderung mengeras. Banyak sekali ilmuwan-ilmuwan yang

dieksekusi karena mewartakan kebenaran ilmiah yang tidak sesuai dengan kebenaran wahyu.

Ilmu pengetahuan pun menjadi sedikit terhambat perkembangannya.

Filsafat Modern

Lebih kurang selama sepuluh abad lamanya, pemikiran filosofis dan ilmu pengetahuan

ditekan dan dikuasai oleh kebenaran teologis yang berdasarkan iman. Kecenderungan

semacam ini sering disebut dengan Fideisme – ketaatan buta pada iman. Baru pada zaman

setelah abad pertengahan itulah filsafat barat menjadi suatu kekuatan rohani yang berdiri

sendiri dengan wataknya sendiri. Hal ini disebabkan karena timbulnya Renaissance[1], di

mana orang lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia sendiri, bukan kepada Allah,

kepada hidup sekarang ini, bukan kepada hidup di akhirat. Renaissance kemudian disusul

oleh Pencerahan (aufklarung), yang menjadikan manusia merasa menjadi dewasa, makin

percaya kepada diri sendiri dan berusaha membebaskan diri dari segala kuasa yang

mengikatnya, yaitu tradisi gerejani. Demikianlah sejak timbulnya Renaissance manusia

berusaha menegakkan suatu pandangan dunia secara sistematis serta mengembangkannya

secara metodis, sehingga menjadi suatu bangunan pandangan dunia yang lengkap.

Renaissance yang kemudian diikuti oleh masa pencerahan menjadi titik tolak modernisme di

mana ilmu pengetahuan, filsafat, dan ideologi berkembang sedemikian pesat. Otonomi

manusia (antroposentris) menjadi roh zaman modern. Kebangkitan kembali  rasio yang

mewarnai zaman modern tidak bisa dilepaskan dari pemikiran filsuf Perancis Rene Descartes

yang berjasa mengembalikan peranan sentral akal budi yang sekian lama dijadikan hamba

sahaya dari keimanan. Pikirannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (Saya berpikir, maka

saya ada). Akal budi adalah satu-satunya sumber bagi pengetahuan, kesan-kesan inderawi

dianggap sebagai ilusi yang hanya bisa diatasi oleh kemampuan yang dimiliki rasio.

Pemikiran Descartes mendapat tanggapan keras dari para filsuf yang lain. Misalnya para

filsuf Inggris seperti David Hume, John Locke, dan George Berkeley, yang menganut aliran

Page 53: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

empirisme. Mereka berpikiran bahwa pengetahuan hanya diperoleh dari pengalaman lewat

pengamatan empiris. Pertentangan pemikiran di antara para filsuf berlangsung terus hingga

filsuf Jerman Immanuel Kant yang berhasil mensintesakan antara rasionalisme dan

empirisme. Dia berpendapat bahwa kedua aliran tersebut terlalu ekstrim dalam memahami

sumber pengetahuan. Menurut Kant, baik rasio maupun pengalaman empiris merupakan

sumber-sumber pengetahuan di mana kesan-kesan dan empiri dibangun oleh rasio manusia

melalui kategori-kategori menjadi pengetahuan.

Sekalipun para pemikir pada zaman ini berbeda-beda keadaannya, dan penyelidikan fisalfati

mereka mengarah kepada jurusan yang berbeda-beda juga, namun semua itu mewujudkan

suatu kesatuan juga. Kesatuan itu ada karena semuanya itu telah membantu dibentuknya

kebudayaan Barat. Zaman ini menjadikan orang tahu dengan jelas segala apa yang hidup di

dalam kesadaran manusia, segala apa yang dicari manusia pada suatu zaman tertentu dan

segala apa yang telah menggerakkan hati nurani manusia yang terdalam itu. Jawaban mereka

memang bermacam-macam, akan tetapi sekarang orang tahu bahwa filsafat diperlukan sekali.

Filsafat Abad-19 dan abad 20

Memasuki abad ke-19 filsafat menjadi terpecah-pecah: ada filsafat Jerman, filsafat Perancis,

filsafat Inggris, Amerika, dan Rusia. Para bangsa mengikuti jalannya sendiri-sendiri dan

masing-masing membentuk kepribadiannya sendiri, dengan cara dan pengertian dasar sendiri-

sendiri. Demikianlah para bangsa di Eropa tidak lagi mencerminkan satu roh, roh Eropa.

Sekalipun masih ada kesamaan juga. Pemikiran yang bermacam-macam itu sebenarnya

menampakkan aspek yang bermacam-macam dari suatu kebudayaan.

Sudah barang tentu tidak mungkin dibicarakan semua filsafat yang telah pernah ada atau

yang masih ada secara terperinci. Harus dibatasi dan dipilih, terlebih berkaitan dengan filsafat

abad 19 dan 20.

a.       Positivisme

Aliran ini dimulai oleh filsuf A. Comte (1798-1857). Dialah sosiolog pertama yang

mengatakan bahwa pemikiran manusia, pemikiran setiap ilmu, dan pemikiran suku bangsa

manusia pada umumnya melewati tiga tahap, yaitu tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap

positif-ilmiah. Manusia yang masih muda, atau suku-suku primitif, membutuhkan dewa-dewa

untuk menerangkan gejala-gejala. Para remaja atau suku-suku yang sudah mulai dewasa,

memakai prinsip-prinsip abstrak-metafisis untuk menerangkan kenyataan. Orang dewasa,

manusia masa kini, hanya memakai metode-metode positif ilmiah.

Page 54: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Positivisme (lawan dari khayalan metafisis) menjadi sangat populer di Inggris pada filsuf-

filsuf seperti J. Stuart Mill (1806-1873) dan H. Spencer (1820-1903). Dalam abad ke-20

positivisme diperbaharui dalam neo-positivisme, suatu aliran yang mempunyai asalnya di

Wina. Oleh karena itu, filsuf-filsuf dari aliran ini disebut anggota-anggota dari lingkaran

Wina.

b.      Marxisme

Aliran ini mengajarkan, sebagai materialisme dialektis, bahwa kenyataan kita akhirnya hanya

terdiri dari materi, yang berkembang melalui suatu proses dialektis (yaitu ritme tesis-

antitesis-sintesis). Tokoh-tokoh materialisme dialektis terutama K. Marx (1818-1883) dan F.

Engels (1820-1895).

c.       Eksitensialisme

d.      Fenomenologi

e.       Pragmatisme

f.       Neo-Kantianisme dan Neo-tomisme

g.      Aliran-aliran paling  baru

[1][1][1] Istilah Rennaisance berarti kelahiran kembali pemikiran filsafat yang otonom dengan mempelajari kembali karya-karya klasik filsuf-filsuf Yunani Kuno, yang selama ini “disembunyikan” dan dimonopoli kalangan elit Gereja. 

Page 55: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://as-sirny.blogspot.com/2012/10/filsafat-modern-dalam-pembentukannya.html

FILSAFAT MODERN DALAM PEMBENTUKANNYA

BAB IPENDAHULUANA.    Latar BelakangPerkembangan Filsafat dimulai dengan sejarah filsafat barat, yang merupakan filsafat kuna dan terbagi dalam beberapa zaman seperti zaman Filsafat Pra – Sokrates, tokoh pertamanya adalah Thales (+ 625 -545 SM) dikuti dengan tokoh kedua yaitu Anaximandros ( + 610-540 SM) dan ada juga tokoh lain yang bernama Pythagoras (+ 580 – 500SM), Xenophanesa (+ 570-430SM), Herakleitosa (+ 540-475SM), Parmenidesa (+540-475SM), Zeno (490 SM), Empedoklis (492-432 SM), Empedokles (492-432 SM), Anaxagoras (499-420 SM) dan yang terakhir adalah Leukippos dan Demokritos, keduanya yang mengajarkan tentang atom. Akan tetapi yang paling dikenal adalah Demokritos (+ 460-370 SM) sebagai Filsuf Atomik.Sampai kepada Perkembangan sejarah filsafat yang terkenal dengan para ahli filsafat, seperti kaum sofis dan Sokrates, Protagoras dan ahli sofis yaitu Gorglas yang terkenal diathena. Masih banyak lagi para ahli filsafat dari beberapa periode seperti pada masa Filsafat pada abad Petengahan, filsafat masa peralihan ke zaman modern dan Filsafat Modern. Perkembangan filsafat tersebut adalah merupakan sebagai akar dari fisafat hukum yaitu pada era abad ke 19, dimana filsafat hukum menjadi landasan ilmu-ilmu dibidang hukum, seperti Ilmu Politik, Ilmu Ekonomi, dll. Yang dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang “Filsafat  Modern dalam Pembentukannya”.

B.    Rumusan MasalahSetelah membaca makalah ini diharapkan kita akan mengerti sejarah filsafat dan pekembangannya sampai didunia modern ini. Sehingga kita mampu untuk menggali ilmu-ilmu pengetahuan di dunia ini.

C.    TujuanMakalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kita terhadap ilmu pengetahuan dan sejarahnya sehingga kita bisa menggali ilmu pengetahuan dengan jalur yang benar. BAB IIPEMBAHASAN

A.    Sekilas Tentang Sejarah FilsafatDilihat dari pendekatan historis, ilmu filsafat dipahami melalui sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Menurut catatan sejarah, filsafat Barat bermula di Yunani. Bangsa Yunani mulai mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat sekitar abad VI SM. Perkembangan pemikiran ini menandai usaha manusia untuk mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu. Pemikiran Yunani sebagai embrio filsafat Barat berkembang menjadi titik tolak pemikiran Barat abad pertengahan, modern dan masa berikutnya. Di samping menempatkan filsafat sebagai sumber pengetahuan, Barat juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup, meskipun memang harus diakui bahwa hubungan filsafat dan agama mengalami pasang surut. Pada abad pertengahan misalnya dunia Barat didom inasi oleh dogm atism egereja (agama), tetapi abad modern seakan terjadi pembalasan Akibatnya, Barat mengalami kekeringan spiritualisme. Namun

Page 56: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

selanjutnya, Barat kembali melirik kepada peranan agama agar kehidupan mereka kembali memiliki makna.Secara garis besar, perkembangan sejarah filsafat dibagi dalam lima tahap:1. Filsafat Yunani Kuno2. Filsafat Yunani3. Filsafat Abad Pertengahan4. Filsafat Modern5. Filsafat Posmodern6. Filsafat Timur (Arab)

I.    Filsafat Yunani KunoBangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dim iliki bangsa Yunani Kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan. terhadap agama. Peran agama dimasa modern digantikan ilmu-ilmu positif. Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM ).Demikian juga Phitagoras (572-500 SM ) belum murni rasional. Pada masa Yunani Klasik, pertanyaan-pertanyaan yang berkembang adalah pertanyaan yang berhubungan alam semesta. Ini berangkat dari kekaguman manusia terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh, ketika manusia melihat segala sesuatu yang ada di sekeliling mereka, muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai segala sesuatu itu. Begitupun para filsuf zaman Yunani klasik ini. Mereka mempertanyakan hakikat kehidupan ini. Sebagai contoh, Thales, salah seorang filsuf yang hidup pada masa itu, mendapatkan kesimpulan bahwa penyebab pertama kehidupan adalah air karena ia melihat adanya kehidupan ini karena ada air.

II.    Filsafat YunaniFilsafat zaman Yunani ini diwakili oleh Plato dan Aristoteles. Pada zaman ini, pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan mulai berkembang. Mereka tidak lagi hanya melihat keluar (oustside), akan tetapi juga mulai melihat ke dalam (inside). Persoalan tentang manusia mulai dipertanyakan. Misalnya, apa hakikat manusia? Dari mana manusia berasal? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut lahirlah suatu jaw aban. Salah satunya adalah jawaban yang muncuk dari Plato bahwa hakikat manusia itu terdiri dari tubuh dan jiwa. Secara struktur, jiwa lebih tinggi dari tubuh. Menurut Plato, tubuh menjadi penjara jiwa. Jiwa akan bebas ketika ia lepas dari tubuhnya. Sementara itu, Aristoteles mengatakan hakikat manusia tidak terpisah antara tubuh dan jiwa. Tidak ada yang lebih tinggi secara struktur. Manusia terdiri dari forma dan materi.

III.    Filsafat Abad Pertengahan / Barat (Eropa)Filsafat abad pertengahan lahirnya agama sebagai kekuatan baru. Banyak filsuf yang lahir dari latar belakang rohaniwan. Dengan lahirnya agama-agama sebagai kekuatan baru, wahyu menjadi otoritas dalam. menentukan kebenaran. Sejak gereja (agama) mendominasi, peranan akal (filsafat) menjadi sangat kecil. Karena, gereja telah membelokkan kreatifitas akal dan mengurangi kemampuannya. Pada saat itu, pendidikan diserahkan pada tokoh-tokoh gereja yang dikenal dengan "The Scholastics", sehingga periode ini disebut dengan masa skolastik. Para filosof aliran skolastik menerima doktrin gereja sebagai dasar pandangan filosofisnya. Mereka berupaya memberikan pembenaran apa yang telah diterima dari gereja secara

Page 57: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

rasional.Di antara filosof skolastik yang terkenal adalah Augustinus ( 354-430). Menurutnya, dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan, yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran agama. Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dari yang tidak ada (creatioex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa, dan yang terpenting adalah cinta pada Tuhan.Ciri khas filsafat abad pertengahan ini terletak pada rumusan Santo Anselmus (1033--1109), yaitu credo utintelligam (saya percaya agar saya paham). Filsafat ini jelas berbeda dengan sifat filsafat rasional yang lebih mendahulukan pengertian dari pada iman.

IV.    Filsafat ModernMasa filsafat modern diawali dengan munculnya Renaissance sekitar abad XV dan XVI M, yang bermaksud lepas dari dogma-dogma, akhirnya muncul semangat perubahan dalam kerangka berfikir. Problem utama masa Renaissance, sebagaimana periode skolastik, adalah sintesa agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Era Renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai bidang kemanusiaan, baik sebagai individu maupun sosial.Diantara filosof masa Renaissance adalah Francis Bacon (1561-1626). Ia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi. Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan, tetapi ia menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi hanya dapat diketahui dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya bergantung pada penalaran. Hal ini menunjukkan bahwa Bacon termasuk orang yang membenarkan konsep kebenaran ganda (double truth), yaitu kebenaran akal dan wahyu. Puncak masa Renaissance muncul pada era Rene Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern dan pelopor aliran Rasionalisme. Argumentasi yang dimajukan bertujuan untuk melepaskan dari kungkungan gereja. Salah satu semboyannya "cogito ergo sum" (saya berpikir maka saya ada). Pernyataan ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran modern, karena dianggap mengangkat kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi eksistensi setiap individu. Dalam hal ini, filsafat kembali mendapatkan kejayaannya dan mengalahkan peran agama, karena dengan rasio manusia dapat memperoleh kebenaran. Kemudian muncul aliran Empirisme, dengan pelopor utamanya, Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-1704). Aliran Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan pengenalan berasal dari pengalaman, baik pengalaman batiniah maupun lahiriah. Aliran ini juga menekankan pengenalan inderawi sebagai bentuk pengenalan yang sempurna.Di tengah bergemanya pemikiran rasionalisme dan empirisme, muncul gagasan baru di Inggris, yang kemudian berkembang ke Perancis dan akhirnya ke Jerman. Masa ini dikenal dengan Aufklarung atau Enlightenment atau masa pencerahan sekitar abad XVIII M. Pada masa Aufklarung ini muncul keinginan manusia modern menyingkap misteri dunia dengan kekuatan akal dan kebebasan berpikir. Tokoh filsuf yang sangat mengagungkan kekuatan akal dan dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern adalah Rene Descartes. Pada abad ini dirumuskan adanya keterpisahan rasio dari agama, akal terlepas dari kungkungan gereja, sehingga Voltaire (1694-1778) menyebutnya sebagai the age of reason (zaman penalaran). Sebagai salah satu konsekuensinya adalah supremasi rasio berkembang pesat yang pada gilirannya mendorong berkem bangnya filsafat dan sains. Periode filsafat modern di Barat menunjukkan adanya pergeseran, segala bentuk dominasi gereja, kependetaan dan anggapan bahwa kitab suci sebagai satu-satunya sumber pengetahuan diporak-porandakan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa abad modern merupakan era pembalasan terhadap zaman skolastik yang didominasi gereja.

V.    Posmodernisme

Page 58: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Filsafat postmodern ditandai dengan keinginan untuk mendobrak sifat-sifat filsafat modern yang mengagungkan keuniversalitasan, kebenaran tunggal, dan kebebasnilaian. Karena itu, filsafat postmodern sangat mengagungkan nilai-nilai relativitas dan mininarasi, berbeda dengan filsafat modern yang mengagungkan narasi-narasi besar. Filsafat postmodern cenderung lebih beragam dalam hal pemikirian.Pada awal abad XX, di Inggris dan Amerika muncul aliran Pragmatisme yang dipelopori oleh William Jam es (1842-1910). Sebenarnya, Pragmatisme awalnya diperkenalkan oleh C.S. Pierce (1839-1914). Menurutnya, kepercayaan menghasilkan kebiasaan, dan berbagai kepercayaan dapat dibedakan dengan membandingkan kebiasaan yang dihasilkan. Oleh karena itu, kepercayaan adalah aturan bertindak. William James berpendapat bahwa teori adalah alat untuk memecahkan masalah dalam pengalaman hidup m anusia. Karena itu, teori dianggap benar, jika teori berfungsi bagi kehidupan manusia. Sedangkan agama, menurutnya, mempunyai arti sebagai perasaan (feelings), tindakan (acts) dan pengalaman individu manusia ketika mencoba memahami hubungan dan posisinya di hadapan apa yang m ereka anggap suci. Dengan demikian, keagam aan bersifat unik dan membuat individu menyadari bahwa dunia merupakan bagian dari system spiritual yang dengan sendirinya memberi nilai bagi atau kepadanya. Agak berbeda dengan William James, tokoh Pragmatisme lainnya, John Dewey (1859-1952) menyatakan bahwa tugas filsafat yang terpenting adalah memberikan pengarahan pada perbuatan manusia dalam praktek hidup yang harus berpijak pada pengalaman.Pada saat yang bersamaan, juga berkembang aliran Fenomenologi di Jerman yang dipelopori oleh Edmund Husserl (1859-1938). Menurutnya, untuk mendapatkan pengetahuan yang benar ialah dengan menggunakan intuisi langsung, karena dapat dijadikan kriteria terakhir dalam filsafat. Baginya, Fenomenologi sebenarnya merupakan teori tentang fenomena; ia mempelajari apa yang tampak atau yang menampakkan diri. Pada abad tersebut juga lahir aliran Eksistensialisme yang dirintis oleh Soren Kierkegaard (1813-1855) .

VI.    Filsafat Timur (Arab)Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli fikir Islam yaitu Al-Farabi, Ibu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut :a.    Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles.b.    Orang-orang barat mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli fikir islam.c.    Skolastik Islamlah yang membawakan perkembagan Skolastik Latin.Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik isalam terbagi menjadi dua periode, yaitu :a)    Periode Mutakallimin (700 – 900)b)    Periode Filsafat Islam (850 – 1200) B.    Filsafat Modern dalam Pembentukannya

I.    Sejarah Filsafat ModernPada masa abad modern ini berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal fikir dan pengalaman. Rene Descartes (1596-1650) sebagai bapak filsafat modern yang berhasil memadukan antara metode ilmu alam dengan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah pada filsafat ilmu pengetahuan. Tokoh-tokohnya antara lain Geoge Berkeley (1685-1753), David Hume (1711-1776), Rousseau (1722-1778). Di Jerman muncul Chirstian Wolft (1679 – 1754) dan Immanuel Kant (1754 – 1804), yang mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna. Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah. Ada filsafat Amerika, filsafat

Page 59: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Prancis, filsafat Inggris, filsafat Jerman. Tokoh- tokohnya adalah : Hegel (1770-1831), Karl Marx (1818-1883), August Comte (1798-1857), JS. Mill (1806-1873), John Dewey (1858-1952).

II.    Filsafat Abad Dewasa Ini (Filsafat Abad ke-20)Filsafat Dewasa Ini atau Filsafat Abad Ke-20 juga disebut Filsafat Kontemporer. Ciri khas pemikiran filsafat ini adalah desentralisasi manusia. Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah, yaitu arti kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Maka, timbullah filsafat analitika, yang di dalamnya membahas tentang cara mengatur pemakaian kata-kata / istilah-istilah karena baha sebagai objek terpenting dalam pemikiran filsafat, para ahli pikir menyebutnya sebagai logosentris. Para paruh pertama abad ke-20 ini timbul aliran-aliran kefilsafatan, seperti Neo-Thomisme, Neo-Kantianisme, Neo-Hegelianisme, Kritika Ilmu, Historisme, Irasionalisme, Neo-Vitalisme, Spiritualisme, Neo-Positivisme.Pada Awal belahan akhir abad ke-20 muncul aliran-aliran kefilsafatan yang lebih dapat memberikan corak pemikiran dewasa ini, seperti filsafat Analitik, Filsafat Eksistensi, Strukturalisme, Kritika Sosial.

III.     Masa PeralihanPada masa peralihan diisi dengan gerakan kerohanian yang bersiat pembaharuan. Masa peralihan ini ditandai dengan munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16 .

    Renaissance Atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia. Di antara tokoh-tokohnya adalah Leonardo da Vinci, Michelangelo, Machiavelli, dan Giordano Bruno.Krisis zaman pertengahan dimulai pada abad ke-14 hingga abad 15. Pada abad 15 dan 16 dikuasai oleh suatu gerakan yang dikenal dengan Renaisance.    Renaisance berarti kelahiran kembali. Secara histories Renaisance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa dirinya sebagai orang yang dilahirkan kembali dalam keadaban yaitu kembali kepada sumber-sumber yang murni bagi pengetahuan dan keindahan.    Pada pertengahan abad ke-14 munculah gerakan pembaharuan dibidang kerohanian, kemasyarakatan, dan kegerejaan yang dilakukan oleh para humanis di Italia.Tujuan geraka ini ialah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup kristiani, yang dilaksanakan dengan mengaitkan hikmat kuno (klasik) dengan wahyu, dan dengan memberi kepastian pada gereja, bahwa sifat pikiran-pikiran klasik itu tidak dapat binasa. Mereka bermaksu mempersatukan kembali gareja yang telah terpecah oleh banyak mashab dan mempertinggi keadaan yang telah diberikan oleh agama Kristen.    Unsur-unsur Renaisance yang menggarami filsafat adalah: Humanisme, kebangkitan untuk mempelajari sastra klasik dan penyambutan yang dengan semangat atas realitas hidup ini.     Perbedaan pemikiran filsafati abad pertengahan dan pemikiran filsafati Renaisance adalh sebagai berikut :    Dalam abad pertengahan filsafat mencurahkan perhatiannya hanya kepada hal-hal yang abstrak dan kepada pengertian-pengertian. Hal-hal yang konkrit dan tampak, terlalu diabaikan.Johanes Duns Scotus menunjukan, bahwa hal-hal yang khusus juga memiliki nilai sendiri. William Ockham menekankan kepada sifat individual realitas ini, itulah sebabnya ia juga telah meneampakan perhatian atas penelitian yang positif.    Perhatian yang sungguh-sungguh atas hal-hal yang kokritsendiri baru diberikan oleh Renaisance.

Page 60: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

    Dapat dikatakan, bahwa pada waktu itu orang menemukan dua hal : dunia dan dirinya sendiri. Pengenalan akan dirinya sendiri yaitu bahwa orang sadar aka nilai pribadinya dan akan kekutan pribadinya itu. Segi negatifnya yaitu, bahwa oleh karena itu manusia merasa bebas terhadap segala kuasa dan tradisi.Para pemikir Renaisance berpendapat, bahwa whyu memiliki wibawa dibidangnya sendiri. Kebanyakan orang cenderung mengenggap, bahwa akal tidak berwibawa ats kebeneran-kebenaran keagamaan. Kebenaran itu haa dapat diercaya. Dibidang filsafat para pemikir berpendapat, bahwa disini tiada sedikitpun ikatan kepada wibawa apapun atau kepada keyakinan bersama. Kebenaran harus dicapai dengan kekuatan sendiri.    Lambat laun filsafat terasing dari pada agama yang positif.Sekalipun demikian perlu dikemukakan bahwa pada mulanya pengaruh abad pertengahan masih tampak juga.     Pada zaman Renaisance ada banyak sekali penemuan-penemuan, diataranya :    NIKOLAUS KOPERNIKUS (1473-1543), seorang tokoh gerejani yag ortodoks, menemukan bahwa matahari berada dipusat jagad raya, dan bahwa bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu; perputaran sehari-hari pada porosnya dan paerputaran tahunan mengitari matahari.    JOHANES KEPLER (1571-1630), orang penting sesudah Kopernikus Ia menerima teori bahwa jagad raya berpusat kepada matahari.     GALILEO GALILEI (1564-1642), adalah penemu terbesar dibidang pengetahuan.Penemuan tentang pentingnya akselerasi dalm dinamika.Membuat teleskop yangdipakainya untuk menjelajahi jagat raya, dan dengan alatnya itu ia menemukan, bahwa bintang bima sakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali bilangannya, yang masing-masing berdiri sendir. Juga ia telah berhasil mengamati Venus sera menemukan beberapa sastelit Yupiter.    Penemuan Galilei ini menggoncangkan gereja, yang menuntut supaya Galilei menarik kembali ajaran-ajaran itu. Hal ini terjadi pada tahun 1616 secara tersembunyi, dan pada tahun 1632 secara terbuka.    Pada awal abad ke-17 HUGO DE GROOT (1583-1645), dengan gagasanya tentang hokum internasional.    NICCOLO MACHIAVELLI (1467-1525),mengemukakan tentang suatu bentuk negara yang otokratis.    THOMAS MORE (1480-1535), mencita-citakan suatu Negara Utopia, suatu masyarakat agraris, yang berdasarkan keluarga sebagai kesatuan dasariah, yang tidak mengenal hak milik pribadi atau ekonomi uang.    Pada abad ke-17 FRANCIS BACON (1561-1626), bermaksud meninggalkan ilmu pengetahuan yang lama dan mengusahakan pengetahuan yang baru.Bacon dapat dipandang sebagai orang yang meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi yang modern, dan menjadi pelopor dalam usaha mensistimatisir secara logis prosedur ilmiah.    Menurut Bacon filsafat harus dipisahkan dari pada teologi.Agam yang lama masih diterimanya. Ia berpendapat akal dapat membuktikan adanya Allah.Akan tetapi mengenai hal-hal lain didalam teologi,hal-hal itu hanya dapat dikenal melalui wahyu.    Bacon menolak sllogisme, sebab dipandang sebagai hal yang tanpa arti didalam ilmu pengetahuan. Sebab syllogismr tidak mengajarkan kebenaran-kebenaran yang baru. Syllogisme hanya bernilai jikalau dilihat dari segi pengajaran.Metode empiris ini olehBacon dipandang sebagai menunjukkan bagaimana menyusun data-data yang telah diamati, yang memeang diperlukan sekali bagi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus dialaskan pada kepada penyusunan data-data. Kita tidak boleh bersifat seperti lba-laba, yang menyulam segala sesuatu dari benang yang dikeluarkannya sendiri. Kita juga tidak boleh seperti semut, yang hanya mengumpulkannya saja. Kita harus bersifat seperti tawon, yang selain mengumpulkan juga mengatur dan menyusun.

Page 61: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

    Demikian Bacon menekankan sekali, bahwa ilmu pengetahuan hanya dapat diusahakan dengan pengamatan, percobaan-percobaan dan penyusunan fakta-fakta. Sekalipun demikian ia tidak dapat memajukan ilmu pengetahuan, sebab   ia hanya tahu apa yan g  tlah dicapai orang pada zamanna saja. Juga sitimnya yang masih menampakkan hal-hal yang saling bertentangan, umpamanya, bahwa ia menolak prasangka-prasangka. Namun besar juga arti Bacon bagi perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu kritik-kritiknya dan pengarahannya, dengannya filsafat di inggris kemudian dipengaruhi sekali. Ia berhasil menunjuk pada pangkal pemikiran bagi pemikiran sintesis pada abad ke-17, yaitu bahwa pikiran orang harus diarahkan kepada dunia ini .

    HumanismeHumanisme menjadi gerakan untuk kembali melepaskan ikatan dari gereja dan berusaha menemukan kembali sastara Yunani atau Romawi. Di antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Valllia, Erasmus, dan Thomas Morre.

    ReformasiReformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat pada abad ke=16. Para tokohnya antara lain Jean Calvin dan Martin Luther .   

BAB IIIPENUTUP

A.    KesimpulanDari pembahasan ini maka kita ketahui bahwa sejarah filsafat sangatlah panjang yang pada dasarnya menjelaskan pengertian filsafat yang berasal dari yunani, dimana filsafat timbul karena terdapatnya fenomena-fenomena mengenai alam disebabkan keingin tahuannya para ahli filsafat tentang alam semesta.Sampai akhirnya diaplikasikan oleh ulama-ulama islam kita sehingga menjadi ilmu yang mudah difaham dan tentunya berguna bagi kemajuan peradaban dunia, yang mana untuk saat ini umat islam sendiri masih kalah dalam penerapannya dengan eropa padahal ilmu tersebut dari pemikiran dan penjabaran ulama kita. 

B.    SaranSetelah membaca makalah ini marilah kita berusaha untuk mengaplikasikan ilmu kita dan mengajarkannya. Semoga kita dan anak cucu kita dijadikan Allah SWT sebagai umat yang selalu dapat menjaga agama islam dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, aaamiiin.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hendria.com/2010/03/sejarah-filsafat-eropa.htmlhttp://www.scribd.com/doc/21516397/9/Renaissance.Anonim, (Reinaissance) hlm 11-17.http://www.ojimori.com/2011/09/02/sejarah-filsafat-hukum-dan-perkembangan/

Page 62: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://novira08.wordpress.com/2010/05/29/filsafat-barat-abad-pertengahan-dan-zaman-modern/

FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN DAN ZAMAN MODERN

May 29, 2010 putri novira

FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN DAN ZAMAN MODERN

I. FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN

1.1. MASA PATRISTIK Patristik adalah para pujangga gereja dan tokoh tokoh gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka mencurahkan perhatian pada pengembangan teologi, tapi tidak menghindarkan diri dari wilayah kefilsafatan. Mereka berpendapat bahwa setelah Allah memberikan wahyu kepada manusia, maka mempelajari filsafat Yunani yang non-Kristen dan non-Yahudi adalah sia-sia bahkan berbahaya yang mengancam kemurniaan iman krisriani. Bapak gereja yang terpenting pada masa itu adalah antara lain Tertullianus(160-222), Clemens dari Alexandria(150-251) dan Origenes(185-254) adalah pemikir pada masa awal pratistik. Gregorius dari Nazianza(330-390), Basilius(330-379), Gregorius dari Nyssa(335-394) adalah tokoh dari pratistik yunani. Sedangkan Agustinus adalah pemikir yang menandai masa keemasan masa pratistik latin. Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Agustinus menerima penafsiran metaforis atau figuratif atas kitab Kejadian, yang menyatakan bahwa alam semesta dicipta creatio ex nihilo dalam 6 hari, dan pada hari ketujuh Allah beristirahat, sesudah melihat semua itu baik adanya. “Allah tidak ingin mengajarkan kepada manusia hal-hal yang tidak relevan bagi keselamatan mereka”. Penciptaan bukanlah suatu peristiwa dalam waktu, namun waktu diciptakan bersama dengan dunia. Penciptaan adalah tindakan tanpa-dimensi-waktu yang melaluinya waktu menjadi ada, dan tindakan kontinu yang melaluinya Allah memelihara dunia. Istilah ex nihilo tidak berarti bahwa tiada itu merupakan semacam materi, seperti patung dibuat dari perunggu, namun hanya berarti “tidak terjadi dari sesuatu yang sudah ada”. Hakikat alam ciptaan ialah menerima seluruh Adanya dari yang lain, yaitu Sang Khalik. Alam ciptaan adalah ketergantungan dunia kepada Tuhan.

MASA SKOLATIK

Sebutan skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan yang di usahakan oleh sekolah-sekolah, dan ilmu tersebut terikat pada tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Sifat filsafat skolastik adalah pengetahuan yang digali dari buku-buku diberi tekanan berat. Jagad raya memang di pelajari, akan tetapi bukan dengan penelitian-nya, melainkan dengan menanyakan kepada pendapat para filsuf yunani tentang jagad raya itu. Ada yang mengatakan juga bahwa skolastik itu filsafat yang berdasarkan atas agama atau kepercayaan. Masa skolastik terbagi 2 tahapan (1) masa skolastik timur, yang diwarnai situasi dalam komunitas Islam di Timur Tengah, abad 8 s/d 12 M, dan (2) masa skolastik barat, abad 12 s/d 15 M, yang diwarnai oleh perkembangan di Eropa (termasuk jazirah Spanyol). Secara sederhana, dalam masa Patristik, “filsafat teologi”, dengan tanda dapat dibaca sebagai “identik dengan”, “sama sebangun dengan”, “praktis tidak berbeda dengan”. Sementara dalam periode skolastik timur, terdapat berbagai interpretasi atas simbul dalam rumusan “filsafat teologi”, dalam periode skolastik barat tidak ada keraguan tentang makna simbul dalam rumusan “filsafat teologi”. Pada akhir abad ke-9 muncul nama-nama yang mempengaruhi teologi dan filsafat seperti Johanes Scotus Eriugena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142), Ibn Sina (980-1037) orang Arab

Page 63: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dengan nama latin Avicenna, Ibn Rushd (1126-1198) juga orang Arab dengan nama latin Averroes,Moses Maimodes (1135-1204) orang Yahudi, Bonaventura (1221-1274), Albertus Agung (1205-1280) dan yang paling terkenal ialah Thomas Aquinas (1225-1274). Thomas Aquinas sangat terpengaruh oleh filsafat Aristoteles. Orang Katolik terima Thomas Aquinas sebagai Bapak gereja. Orang protestan banyak menolak argumen-argumen Thomas yang terlalu terpengaruh oleh Aristoteles sehingga kadang-kadang menyimpang dari exegese yang sehat dari Alkitab.

II. FILSAFAT BARAT ZAMAN MODERN

2.1. RENAISSANCE

Filsafat modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance yang berarti kelahiran kembali. Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Keristen. Nicolaus Copernicus, Johannes Kepler, dab Galileo Galilei adalah contoh ilmuwan yang membawa wawasan baru dengan penemuan-penemuan penting. Dibindang filsafat, peletak dasar filsafat zaman renaissance adalah Francis Bacon(1561-1623), seorang filsuf dari inggris.

2.2. FILSAFAT ABAD XVII

2.2.1. Rasionalisme

Rasionalisme adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan yang satu-satunya benar adalah rasio. Rene Decrates, ucapannya yang terkenal adalah Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada). Ungkapan ini memiliki makna dalam dari sekedar pengertian hafiah. Itulah sebabnya Cogito Ergo Sum harus diartikan sebagai “saya yang sedang sangsi, ada”. Berpikir adalah menyadari. Menurut Decrates, dalam diri manusia terdapat tiga ide sejak lahir, pikiran, Allah, keluasan, dan itulah yang merupakan kebenaran. Satu-satunya alasan untuk menerima dunia materi adalah Allah akan menipuku jika Ia idea keluasan padahal tidak ada satupun yang mempunyai luas. Tapi menurut pengamatan, di luarku ada dunia materi. Jadi, Allah itu ada. Konsep Rene Descartes menyatakan kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan

2.2.2. Empirisme Empirisme adalah aliran yang mengajarkan pengalaman adalah sumber pengetahuan yang benar. Tokoh terpenting adalah Thomas Hobbes dan John Locke.

2.3. FILSAFAT ABAD XVIII

Aufklaerung zaman perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Agama Kristen, sebelum periode ini memainkan peranan sangat menentukan, akal budi tidak diingkari, tetapi diletakan pada fungsinya sebagai pendukung iman dan wahyu. Oleh sebab itu, pada masa pencerahan orang tidak mau tunduk lagi pada otoritas agama. Tokoh terpenting pada masa ini adalah George Berkeley dan David Hume (inggris). Voltaire dan Jean Jacques Rousseau (prancis), dan Immanuel Kant (Jerman).

2.4. FILSAFAT ABAD XIX

Page 64: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Idealisme Jerman adalah aliran yang berpendapat bahwa tidak ada realitas obyektif dari dirinya sendiri. Menurut idealisme rasio atau roh mengendalikan realitas seluruhnya. Tokoh yang terpenting adalah J.G. Fichte(1762-1814), F.W.J.Schelling(1775-1854) dan G.W.F. Hegel(1770-1831). Positivisme berpandangan bahwa manusia tidak pernah mengetahui lebih dari fakta atau apa yang nampak. Menurutnya tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah penyelidikan fakta, bukan menyelidiki sebab terdalm realitas.

2.5. EKSISTENSIALISME

Aliran filsafat yang memandang segala gejala yang berpangkat pada eksistensi. Eksistensi adalah cara berada di dunia. Eksistensialisme berpandangan bahwa pada manusia eksistensi mendahului esensi, sebaliknya pada benda lain esensi mendahului eksistensi. Menurut Jean_paul Saster, manusia tidak mempunyai kewajiban tehdap yang lain, kecuali dirinya sendiri. Seandainya Allah ada, manusian kehilangan martabat manusianya. Maka mustahil bahwa Allah dan manusia hidup berdampingan. Manusia merupakan alat ditangan Allah, bukan manusia bebas. Eksistensialisme sama sekali bukan ateisme yang menolak adanya Allah. Seandainya Allah ada, itu sama sekali tidak akan mengubah apa-apa.

2.6. POSTMODERNISME

Modernisme mempunyai gambaran dunia sendiri yang ternyata melahirkan berbagai dampak buruk, yakni 1. obyektifikasi alam secara berlebihan dan pengrusakan alam yang semena-mena yang mengakibatkan krisis ekologi. 2. manusia cenderungmenjadi obyek karena pandangan modern yang obyektivitas dan positivitas. 3. ilmu-ilmu positif empiris menjadi standar kebenaran tertinggi. 4. materialisme. 5. militerisme. 6. kebangkitan kembali tribalisme. Ciri-ciri terpenting postmodernisme adalah relativisme dan mengakui pluralitas. Pada modernisme, pengetahuan merupakan suatu kesatuan yang didasarkan pada cerita-cerita besar yang menjadi ide penuntun sampai kepenelitian yang mendetail.

Page 65: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://yolmartohidayat-asmarnita.blogspot.com/2013/05/filsafat-islam-modern.html

FILSAFAT ISLAM MODERN

Pendahuluan

Kelahiran filsafat islam sebagai satu disiplin ilmu dalam kazanah intelek tual islam

berawal dari gerakan penterjemahan karya-karya filsafat Yunani kedalam bahasa Arab, yang

secara resmi dipelopori oleh khalifah al-Makmun (813-833M) kaum intelektual islam yang

mempelajari dan mengembangkan kebesaran berfikir dari Yunani tersebut dinamakan filosof

Islam.

Filsafat islam termasuk salah satu rangkain  dari mata rantai pemikiran filsafat

manusia. Pengkajian tentang filsafat Islam sama penting dengan pengkajian terhadap filsafat-

filsafat lainnya. Barat kenal dengan filsafat Yunani berkat jasa dari filsafat islam yang tidak

hanya menjembataninya kedunia Barat tetapi ia menghidupsuburkan dan mengembangkanya

Era modern ditandai dengan kepesatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

didalam berbagai bidang. Perobahan demi perobahan berjalan sangat cepat sepertinya hamper

tidak dapat diikuti bahkan oleh imajinasi sekalipun. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi memang menjanjikan kepuasan lahiriah akan tetapi membawa kehampaan spiritual

bahkan ada yang menilai sebagainpembawa bencana dari pada nikmat.

Dari padai itulah penulis memaparkan disini latar belakang lahirnya filsafat islam dan

corak pemikiranya untuk menjawap, tantangan daripada ilmu-ilmu sain dari dunia barat yang

menyerang ilmu- ilmu keislaman. Dan memperjelas bagaimana peranan filsarat dalm

memahami agama, sera menanamkan nilai-nilai berfikir rasional dan sunatulah yang akan

mendorong umat islam hidup dinamis dan masju dalam kehidupan ini.

A.  Latar Belakang Lahirnya Filsafat Islam Modern

Era modern ditandai dengan kepesatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

bernagai bidng. Perobahan demi perobahan berjalan sangat cepat sepertinya hamper tidak

dapat bahkan oleh imajinasi sekalipun. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memang

menjajikan kepuasan lahiriah, akan tetapi membawa kehampaan spritual, bahkan dada yang

menilai sebagai pembawa bencana daripada nikmat.

Page 66: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Sebagai contoh dengan teknologi komunikasi yang canggih, harus informasi akan

mengalir denan derasnya melintasi batas Negara tampa dapat dihambat kekuasan fisik,

perubahan demi perubahan berjalan sangat cepat, bahkan sulit terikuti.

Memang kemajuan IPTEK dalam era modern ini telah sampai kepada apa yang disebut

masarakat secara materil telah sampai taraf makmur peralatan-peralatan hidup sudah

terkendali secara mekanik. Sepertinya hidup bertambah mudah, enak dan yaman. Akan tetapi

ternyata kenyamanan materi tidak selamanya membawa kebahagiaan rohani. Sebenarnya

aspek kerohanian inilah sebagai harkat kemanusiaan. Bila hal ini terabaikan akan membawa

kekurangan yang serius yang menyangkut sisi manusia yang terpenting dan yang paling

dalam.

Walaupun tantangan modern secara lang sung dan terutama ditujukan kepada lembaga-

lembaga sosial islam hokum-hukum perkawinan dan perceraian, posiwanita dan hokum-

hukum ekonomi tertentu dan lain-lain, tetati ia juga mengasumsikan proposisi intelektual

yang murni, karena suatu perobahan dalam adat istadat sosial melibatkan pemikiran tentang

etika sosial, yang menyentuh ide-ide dasar keadilan sosial tetapi terlepas dari hal tersebut

juga terdapat masalah-masalah yang ditimbulkan oleh teori-teori filsafat dan ilmu

pengetahuan Barat modern mengenai kepercayaan-kepercayaan  khusus yang berhubungan

dengan Tuhan, hubungannya dengan alam dan manusia serta kehidupan akhirat, maslah-

masalah yang telah dibahas selama berabat-abat dalam islam oleh filosof-filosof dan ulama-

ulama Islam namun yang mengasumsikan proporsi-proporsi baru dalam perkembangan

perkembangan rasionalisme dan ilmu pengetahuan barusaja yaitu pada abad ke-13/19

walaupun masalah-masalah khusus tersebut terpisah tetapi keseluruhan masalah itu

dimunculkan pada suatu tingkat yang paling umum,seperti apakah agama dan “akal”  dapat

disesuaikan. Kritikan terhadap islam datang dengan kekuatan ganda dari kritisi Barat tertentu

seperti E, Renan dan Sir William Muir yang berpendapat bahwa keterbelakangan sosial dan

ekonomi masyarakat muslimpada akirzaman pertengahan, disebabkan kurangnya peradapan

islam. 

Suatu seruan umum kepada kepada masyarakat muslim agar mereka menegakan standar-

istandar intelektual dan moral mereka untuk menghadapi bahaya-bahaya espansionisme

Barat, telah diketahui oleh jamaludin Al Afgani (1255-1315/1839-1897) modernis muslim

pertama yang sunguh-sunguh. Walaupun dia tidak mengajukan modernism intelektual itu

sendiri, namun ia mengemukakan pendapat yang kukuh untuk mengelolo disiplin-disiplin

filsafat dan keilmuan dengan mengembangkan kurikulum lembaga lembaga pendidikan,agar

dilakukan pembaharuan-pembaharuan pendidikan secara umum.       

Page 67: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Islam adalah agama rasional dan agama ilmu pengetahuan ia sangat serasi dengan sifat-

sifat dasar manusia. Telah dimaklumi bahwa manusia di ciptakan Allah dinamis dan berilmu

pengetahuan. Manusia (Adam dan keturunanya) di ciptakan Allah dari tanah bumi ini.

Kendatipun keturunan adam tidak di sebut secara eksplisit dari tanah, namun sesuai dengan

hasil penelitian sain, unsure kimiawinya sama dengan kimiawi tanah. Manusia adalah

makhluk bumi yang dibekali dengan akal dan ilmu pengetahuan karena ia akan mengmban

tugas kekalifahan dimuka bumi berarti bertapapun cangihnya perkembangan ilmu

pengetahuan akan dapat dijangkau oleh nalar manusia. Karena pencipta manusia dan alam

semesta telah di beri keharmonisan indah yang merupakan suatu kesatuan yang organik.

Pada pihak lain agama dalam hidup ini mutlak diperlukan, jika manusia bersipat rasional

dan dinamis, maka agama yang berfunsi mengatur hidup manusia tetapi haruspula seuai

kerasionalan dan kedinamisan manusia. Kika tidak demikian tentu tidak ada kecocokan antar

manusia dan agama seperti ini akan ditinggalkan manusia. Sedangkan islam agama yang

serasi dengan kontek zama dan kemajuan masa(al-shalih li kulli zaman wa makan). Hal ini di

ungkapkan karena ajaran islam tentang hidup keduniaan datang dalam bentuk atau prinsip

prinsip pokok saja dan mengoperasionalkanya diserahkan sepenuhnya kepada akal manusia.

Pada era modern ini bila umat islam ingi  majun kembali dan ilmu-ilmu agama dan sain

dapat berkembang harus berpegang kembali kepada metode berfikir rasional dan paham

sunatulah seperti zaman klasik, karena dengan wujud filsafat islam diera modern yaitu

berfikir rasional dan percaya pada sunatullah, yang mendorong umat islam hidup di namis

dan maju dalam berbagai dimensi kehidupan. 

Filsafat islam sebagai salah satu disiplin ilmu keislaman yang menganut metode befikir

rasional dengan sunatullah, perlu dikembangkan, karena ilmu ini dibutukan dalam memahami

hakekat-hakekat keislaman. Agama tampa dipahami hakekatnya, maka ia akan gersang

simbol atau lambang-lambang agama tampa hakekat ia akan hambar.

Pada era klasik, filsafat dan agama dapat damai dan filsafat dengan sains begitu akur,

bagailan saudara kembar saling mencintai. Hal ini dapat terjadi berkat kerjasama pilosof

islam.

Perlu di tegaskan bahwa filsafat islam yang akan dikembangkan di era mdern ini adalah

filsafat islam dalam bentuk baru yang sesuai dengan kondisi dan situasi penekanan filsafat

islam tidaklagi di gunakan untuk menetapkan Allah dan alam kadim serta akal sepuluh dalam

filsafat emanasi, akan tetapi lebih menekankan bepikir rasional dan sunatullh yang akan

mendorong umat hidup dan maju dalam kehidupan ini.

Page 68: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Sejarah membuktikan bahwa pemikiran-pemikirankondang islam,seperti Muhammad

Abduh di Mesir Ahmad Khan M Iqbql di India, Jamaludin al-Afgani dan lain lainya,

menghidupkan kembali pemikiran rasional klasik dengan paham sunatullahnya yang tidak

berobah di alam. Mereka memaklumi pemikiran seperti inilah yang merangsang umat islam

untuk befikir dan bepandangan luas.

Dapat dipahami bahwa filsafat islam dan ilmu keislaman lainya mutlak diperlukan umat

islam agar umat islam dapat maju dan menandingi kemajuan umat-umat lain dengan kata

lain, filsafat islam dan pemikiran rasional dan paham sunatullahnya merupakan faktor

penuntun untuk kemajuan umat islam. Pernyataan bahwa Islam tidak bertentangan dengan

akal dan ilmu pengetahuan dikeluarkan oleh Al Afgani, maka padagiliran Muhammad Abduh

dari mesir dan said ahmatkan dari india membuktikan pernyataan itu.

Filsafat tidak lagi merupakan ilmu yang etonom baik dalam subjek-subjek yang

dipertanyakan maupun dalam sumber sumbernya, karena subjek sebuah ilmu yang otonom

adalah masalah wujud qua wujud dan sumbernya paling tidak sumber utamanya adalah

aksioma pertama. Filsafat telah menjadi ilmu yang funsinya untuk mempelajari produk ilmu

lain, untuk saling menghubungkannya, dan untuk menurunkan pernyataan umum dari

pernyatan yang lebih sempit. Filsafat positifisme Auguste Comte dan filsafat sintesis Herbert

Spencer merupakan filsafat jenis ini. Menurut pandangan mereka, filsafat bukan merupakan

ilmu yang terpisah dari ilmu lain, tetapi (fungsinya untuk) membukakan wawasan yang lebih

luas dan mendalam dari hal-hal yang diketahui dan dipelajari oleh ilmu-ilmu lain

Berapa tokoh lain, seperti, Kant, berpendapat bahwa pertama tama perlu dipelajari

tentang pengetahuan itu sendiri, sekaligus dengan fakultas yang merupakan sumber-

sumdernya, yaitu rasio. Mereka mengajukan kritik terhadap rasio manusia dan mengatakan

filsafat demikian atau filsafat kritik.             

B.   Corak Filsafat Islam Modern

Pada filsafat islam modern ini lebih menekankan berfikir rasional dan sunatulah, filsafat

islam juga amat bertumpu pada akal dalam menafsirkan problematika ketuhanan, manusia

dan alam, karena wajib alwujud adalah akal murni. Ia adalah subyek yang berpiki rsekaligus

obyek pemikiran. Daripadanya (beremansipasi) akal aktif, karena ia merupakan yang petama

yang diciptakan oleh Allah.

Konsiliasi filsafat dengan tasawuf mengindikasikan bahwa sejarah perkembangan filsafat

islam tidak penah mati di dunia Islam. Karena filsafat merupakan kebutuhan untuk

membinadiri dalam memahami pandangan hidup dan pandangan dunia agama. Oleh karena

Page 69: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

itu filsafat berfunsi menganalisis data pengalman-pengalaman indra pengalaman-pengalaman

estetika atau pengalaman-pengalaman agama. Tegasnya urgensu wujut filsafat, dikatakan

Fazlur Rahman, adalah suatu kebutuhan intelektual abadi dan mesti ditumbuhkan daik untuk

dirinya sendiri maupun disiplin ilmu lainya, karena filsafat menanamkan semangt kritis-

analis yang sangat di perlukan untuk melahirkan gagasa-gagasan baru bagi sain-sain sosial

modern, khususnya agama dan teologi. Oleh sebab itu suatu bangsa yang membagun kekayan

kazanah filsafatnya berarti mencampakan dirinya kedalam bahaya kelaparan dalam hal-hal

gagasan segar atau melakukan bunuh diri intelektual.

Dari elaborasi diatas dapat dipahami bahwafilsafat islam tetap eksistensi dalam aktifitas

konsiliasi antara filsafat dan tasawuf. Sedangkan dizaman modern, filsafat islam melebarkan

sayapnya kepada segala disiplin ilmu seperti hokum etika dan sain-sain sosial.maka untuk

sekarang ini filosof mesti menguasai segala disiplin ilmu dalam islam dan sain-sain sosila

modern.

Kedatangan buah pikiran sejarah dan kebudayan islam ini memiliki tiga motifasi sebagian

untuk masut-maksut menghadapi barat dan sebagian sebagai sesuatu ukuran pembelaan untuk

membentengi keyakinan diri muslim dalam menghadapi kebudayaan Barat yang kukuh yang

mejarah itu. Ia dimaksutkan untuk mendotong orang muslim menerima intelektualisme

uhumanism modern Barat suatu pekembanga asli puncak peradapan islam sendiri dan bahkan

sebagai pesan yang benar. Argument pemikiran Barat modern merupakan akibat langsung

kejayaan kebudayaan intelektual islam pada masa pertengahan yang menyebar ke-Barat

melalui spanyol dan sisilia, telah dinyatakan pada tingkat filsafat tinggi oleh Sir Muhammad

Iqbal(1876-1938) terutama dalam karanganya Reconstruction of Religions Thought inIslam.

Kemudian, pada tingkat ini argument tersebut mempersegar kembali tuntutan yang lebih dulu

dengan segera terhadap rasionalisme atas dasar Al-Quran dan ajaran Islam dengan meminta

kepada orang muslim untuk menerima dan mengembangkan lebih lanjut hasil-hasil

rasionalisme modern.

Tapi masih ada suatu dimensi yang benar-benar berbeda dalam tuntutan modernis,

tentang fungsi rasional dan pembudayan Islam menurut sejarah dan perananya dalam

perkembangan kemanusiaan. Hal itu melambangkan dan memperkuat tuntutan muslim untuk

ke Rsaulan Muhammad  sebagai Nabi penuntup. Argument itu yang telah dikemukakam

dalam bentuk pertanyaan oleh Muhammad Abduh, di ulangi oleh Sir Muhammad Iqbal dalam

kerangka filsafat. Bukti bahwa Al-Quran merupakan wahyu terkir, demikian dinyatakan

argument itu, dan Muhammad Nabi terakhir merupakan makna tertinggi bagi perkembangan

kemanusian dengan pemikian bahwa manusia telah mencapai suatu kedudukan yang

Page 70: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

sempurna, sehingga tidaklagi membutuhkan wahyu yang sudah jadi, melainkan dapat

mengusahakan keselamatan dan keberuntungan moral dan intelektual sendiri. Lebih lanjut

dalam perkembangan itu memainkan suatu peran yang menentukan dengan membina

kesadaran dan kemampun-kemampuan rasional dan ilmiah manusia. Lepas dari wahyu Al-

Quran proses yang sama Nampak sebagai telaah berlangsung dalam sejarah aktual.

Menurut Iqbal, pandangan dunia Al-Quran memperlihatkan pola rasional yang khas atas

penyatuan realitas yang aktual dan yang ideal. Menurut Iqbal reasi pemikiran pemikiran

muslim terhadap pilsafat Yunani di picu oleh keinginan meninjau kesejatian realitas, baik

dalam aspenya yang empiris maupun realitasnya.

Bangunan ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari wilayah penalaran silogistik dan

memasuki wilayah metode eksprimen. Sementara matematika mengambil karakter semi-

silogistik , semi-eksperimental. setelah berlangsung beberapa lama, beberapa orang mulai

mengatakan bahwa metode silogistik tidak dapat diandalkan. jadi jika sebuah sains berada

diluar jangkauan eksprimem kongkret, jika ia hanya tergantung pada penalaran silogistik

semata, maka sains itu dikatakan tidak punya landasan.

Karena demikianlah halnya dengan meta fisika, yaitu tak ada tempat untuk eksprimen

kongkret dalamnya, maka metafisika pun dikatakan tidak memiliki landasan. Menurut

mereka, ilmu metafisika atau filsafat pertama idak ada dan tidak bisa ada. Mereka

meniadakan pernyata-pernyatan yang oleh rasio manusiadirasakan sebagai masalah-masalah

yang paling dibutuhkan jawapanya sepanjang masa.

Kelompok lainnya mempertahankan pendapat bahwa metode silogistik bukanya sama

sekali tidak dapat diandalkan dan harus digunakan dalam metafisika etika. Mereka

menciptakan terminologi baru, Apa-apa yang dapat berbentuk riset melalui metode

eksprimen disebut sains, dan apa-apa yang harus didekati melalui metode silogistik, termasuk

metafisika, etika dan logika  disebut  filsafat. Filsafat terdiri atas ilmu-ilmu yang berpijak

pada riset yang dilakukan melalui metode silogistik saja dan tidak memerlukan eksprimen

kongkret

Menurut pandangan ini, sebagaimana pandangan para sarjana zaman kuno, filsafat

bersifat genetik, tidak spesifik , dalam artian bahwa pilsafat bukanlah sebuah ilmu,tetapi

meliputi berbagai ilmu. Filsafat dalam pengertian  ini memiliki cakupan yang lebih sempit

disbanding pengertian dimasa kuno. Filsafat dalam pengertian modern meliputi metafisika,

etika, logika, hukun dan berapa bidang lain, tetapi matematika dan ilmu-ilmu alam berada

diluar cakupannya.

Page 71: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

            

Daftar pustaka

Amril , Filsafat Manusia Fazlur Rahman. 2012. Padang :Hayfa Press

Madkour Ibrahinm Aliran Dan Teori Filsafat Islam. 1995. Jakarta :Bumi Aksara

Fakhri Majid. Sejarah Filsafat Islam Sebuah Peta Kronologis Sari filsafat Islam. 2001.

Bandung: Mizan

Hasan Rifa’I .A. Tema-Tema Penting Filsafat Islam.1993. Bandung :Ya

Page 72: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/filsafat-modern-dan-pembentukannya-renaisans-rasionalisme-dan-empirisme/

FILSAFAT MODERN DAN PEMBENTUKANNYA (Renaisans, Rasionalisme dan Empirisme)By syekhu 

FILSAFAT MODERN DAN PEMBENTUKANNYA

(Renaisans, Rasionalisme dan Empirisme)

Oleh: Syekhuddin

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latarbelakang

Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi.

Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.[1]

Page 73: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan dalam makalah ini akan dibatasi pada filsafat modern dan pembentukannya yang difokuskan pada tiga masalah inti yaitu Renaisans, Rasionalisme dan Empirisme dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana filsafat Barat pada era renaisans?2. Bagaimana filsafat modern aliran rasionalisme?

3. Bagaimana filsafat modern aliran empirisme?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Renaisans

Tidak mudah menentukan batas yang jelas mengenai akhir zaman pertengahan dan awal yang pasti dari zaman modern. Hal ini disebabkan perbedaan pandangan para ahli sejarah tentang peralihan zaman pertengahan ke zaman modern. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa zaman pertengahan berakhir ketika Konstantinopel ditaklukkan oleh Turki Usmani pada tahun 1453 M. Peristiwa tersebut dianggap sebagai akhir zaman pertengahan dan titik awal zaman modern. Ada juga yang berpendapat bahwa  penemuan benua Amerika oleh Columbus pada tahun 1492 M., menandai awal zaman modern. Para ahli yang lain cenderung menganggap era gerakan reformasi keagamaan yang dimotori oleh Martin Luther pada tahun 1517 M., sebagai akhir zaman pertengahan. Namun mayoritas ahli sejarah mengatakan bahwa akhir abad ke 14 sekaligus menjadi akhir zaman pertengahan yang ditandai oleh suatu gerakan yang disebut renaissance pada abad ke 15 dan 16. Dengan demikian abad ke 17 menjadi bagian awal dari zaman filsafat modern.[2]

Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Michelet, kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan.

Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif  itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali.[3]

Pada pertengahan abad ke-14, di Italia muncul gerakan pembaruan di bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang dipelopori oleh kaum humanis Italia. Tujuan utama gerakan  ini adalah

Page 74: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Gerakan ini berusaha meyakinkan Gereja bahwa sifat pikiran-pikiran klasik itu tidak dapat binasa. Dengan memanfaatkan kebudayaan dan bahasa klasik itu mereka berupaya menyatukan kembali Gereja yang terpecah-pecah dalam banyak sekte.[4]

Tidak dapat dinafikan bahwa pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah dilakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang diinginkan dan dilakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik Yunani. Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu, manusia dapat menghasilkan karya budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa humanisme telah memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat alamiah.[5]

Zaman renaisans banyak memberikan perhatian pada aspek realitas. Perhatian yang sebenarnya difokuskan pada hal-hal yang bersifat kongkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan dan porsi yang lebih besar, karena ada suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan pemecahannya. Hal ini dibuktikan dengan perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan adalah, semakin besar kekuasaan akal, maka akan lahir dunia baru yang dihuni oleh manusia-manusia yang dapat merasakan kepuasan atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.[6]

Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaisans terkenal dengan  era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada zaman Yunani kuno. Manusia dikenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.[7]

Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut , akhirnya agama Kristen semakin ditinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.[8]

Renaisans tidak lahir secara kebetulan, tetapi ada pra kondisi yang mengawali terjadinya kelahiran tersebut. Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:

Page 75: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

1. Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat. Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa latin selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Bahkan sebelumnya telah terjadi penerjemahan kitab-kitab Arab di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal itu dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci khazanah turas klasik Yunani.[9]

Hasil dari penerjemahan karya-karya Muslim berpengaruh terhadap kurikulum Eropa Barat secara revolusioner. Terutama di bidang matematika, kedokteran, astronomi, filologi, fisika, ilmu kimia, geografi, sejarah, musik, teologi, dan filsafat. Transformasi tersebut menumbuhkan universitas-universitas Eropa abad keduabelas dan ketigabelas.

Hal itu telah menstimulasi perkembangan lebih lanjut teori dan praktik kedokteran, memodifikasi doktrin-doktrin teologi, memprakarsai dunia baru dalam matematika, menghasilkan kontroversi baru dalam teologi dan filsafat. [10]

2. Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta dan sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut menjadi pionir-pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa. Mereka secara bahu-membahu menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia, dengan membawa teks-teks dan manuskrip-manuskrip yang belum dikenal sebelumnya.

3. Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu, seperti berdirinya Akademi Florensia dan College de France di Paris.[11] Dalam universitas-universitas abad keduabelas dan abad ketigabelas, ilmu pengetahuan telah didasarkan hampir sepenuhnya pad tulisan-tulisan dari para penulis Muslim atau Yunani, sebagaimana diterjemahkan dari sumber-sumber bahasa Arab dan Yunani. Ilmu pengetahuan Muslim Aristotelian tetap merupakan inti dari kurikulum  Universitas Paris hingga abad keenambelas. Tidak sampai pertengahan abad keenambelas dan datangnya Copernicus dalam astronomi, Paracelsus dalam ilmu kedokteran dan Vesalius dalam anatomi, ilmu pengetahuan Muslim-Helenistik telah membuka jalan kepada konsep-konsep baru tentang manusia dan dunianya, sehingga menimbulkan keruntuhan periode abad pertengahan.[12]

Selain itu, ada beberapa faktor yang dikemukakan Slamet Santoso seperti yang dikutip Rizal Mustansyir, yaitu:

1. Hubungan   antara   kerajaan   Islam   di   Semenanjung   Iberia   dengan   Prancis   membuat   para pendeta  mendapat  kesempatan belajar  di  Spanyol  kemudian mereka kembali  ke  Prancis untuk   menyebarkan   ilmu   pengetahuan   yang   mereka   peroleh   di   lembaga-lembaga pendidikan di Prancis.[13]

2. Perang Salib (1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara   itu   menyadari   kemajuan   negara-negara   Islam,   sehingga   mereka   menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing.

Pada zaman renaisans ada banyak penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Di antara tokoh-tokohnya adalah:

1. Nicolaus Copernicus (1473-1543)

Page 76: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow. Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of  Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu: perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut heliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik dari pergerakan benda-benda tersebut.[14]

2. Galileo Galilei (1564-1642)

Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar di bidang ilmu pengetahuan. Ia menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertikal. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa satelit Jupiter.[15]

3. Francis Bacon (1561-1626)

Francis Bacon adalah seorang filosof dan politikus Inggris. Ia belajar di Cambridge University dan kemudian menduduki jabatan penting di pemerintahan serta pernah terpilih menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan scientific methods, ia berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan inductive method, tetapi lebih dahulu harus membersihkan fikiran dari prasangka yang ia namakan idols (arca).[16] Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind.

Pertama, Arca-arca Suku (Idols of the Tribes). Kita condong menerima bukti-bukti dan kejadian-kejadian yang menguntungkan pihak atau kelompok kita (suku atau bangsa). Kedua, Arca-arca Gua (Idols of Cave). Kita cenderung memandang diri kita sebagai pusat dunia dan menekankan pendapat kita yang terbatas. Ketiga, Arca-arca Pasar (Idols of the Market) yang menjadikan kita terpengaruh oleh kata-kata atau nama-nama yang kita kenal dalam percakapan kita sehari-hari. Kita disesatkan oleh kata-kata yang diucapkan secara emosional. Sebagai contoh, dalam Masyarakat (Amerika) kata-kata komunis, radikal dan teroris. Keempat, Arca-arca Panggung (Idols of Theatre) yang timbul karena sikap kita berpegang pada partai, kepercayaan atau keyakinan. Tingkah laku, cara-cara dan aliran-aliran pikiran adalah seperti panggung, dalam arti bahwa mereka membawa kita ke dunia khayal. Akhirnya arca panggung membawa kita kepada kesimpulan yang salah dasar.[17]

Bacon menolak silogisme, sebab dipandang tanpa arti dalam ilmu pengetahuan karena tidak mengajarkan kebenaran-kebenaran yang baru. Ia juga menekankan bahwa ilmu pengetahuan hanya dapat dihasilkan melalui pengamatan, eksperimen dan harus berdasarkan data-data yang tersusun. Dengan demikian Bacon dapat dipandang sebagai peletak dasar-dasar metode induksi modern dan pelopor dalam usaha sitematisasi secara logis prosedur ilmiah.[18]

Page 77: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun terdapat berbagai perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans tidaklah secara langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 dengan dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans, filsafat mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada filsafat modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. [19]

Pada abad ke-17 pemikiran renaisans mencapai kesempurnaannya pada diri beberapa tokoh besar. Pada abad ini tercapai kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan yang memberi semangat yang diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini, yang dipandang sebagai sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai akibat dari kecenderungan berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu dari keduanya, maka pada abad ini lahir dua aliran yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme yang memberi penekanan pada rasio dan empirisme yang memberi penekanan pada empiri.

B. Rasionalisme

Usaha manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir renaisans, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad ke-17 adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya. Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal, bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat dijelaskan, semua permasalahan dapat dipahami dan dipecahkan termasuk seluruh masalah kemanusiaan.

Keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal telah berimplikasi kepada perang terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang bersifat dogmatis seperti yang terjadi pada abad pertengahan, terhadap norma-norma yang bersifat tradisi dan terhadap apa saja yang tidak masuk akal termasuk keyakinan-keyakinan dan serta semua anggapan yang tidak rasional.

Dengan kekuasaan akal tersebut, orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang lebih sempurna, dipimpin dan dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap akal ini sangat jelas terlihat dalam bidang filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk menyusun secara a priori suatu sistem keputusan akal yang luas dan tingkat tinggi. Corak berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal dalam filsafat dikenal dengan nama aliran rasionalisme.[20]

Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme adalah Rene Descartes (1595-1650). Tokoh rasionalisme lainnya adalah Baruch Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716). Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, kata “Bapak” pantas diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat berdasarkan atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dia pula orang pertama di akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang lainnya. Hal ini disebabkan perasaan tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat lamban dan

Page 78: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

banyak memakan korban. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Ia ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal.

Descartes sangat menyadari bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh Gereja bahwa dasar filsafat haruslah rasio. Tokoh-tokoh Gereja waktu itu masih berpegang teguh pada keyakinan bahwa dasar filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat dalam jargon credo ut intelligam yang dipopulerkan oleh Anselmus. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasinya dalam sebuah metode yang sering disebut cogito Descartes, atau metode cogito saja. Metode tersebut dikenal juga dengan metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt).[21]

Lebih jelas uraian Descartes tentang bagaimana memperoleh hasil yang sahih dari metode yang ia canangkan dapat dijumpai dalam bagian kedua dari karyanya Anaximenes Discourse on Methode yang menjelaskan perlunya memperhatikan empat hal berikut ini:

1. Tidak menerima sesuatu apa pun sebagai kebenaran, kecuali bila saya melihat bahwa hal itu sungguh-sungguh jelas dan tegas, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.

2. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu sebanyak mungkin bagian, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.

3. Bimbinglah pikiran dengan teratur,  dengan memulai  dari  hal  yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.

4. Dalam proses pencarian dan penelaahan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitungan-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita   menjadi   yakin   bahwa   tidak   ada   satu   pun   yang   terabaikan   atau   ketinggalan   dalam penjelajahan itu.[22]

Atas dasar aturan-aturan itulah Descartes mengembangkan pikiran filsafatnya. Ia meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan. Pertama-tama ia mulai meragukan hal-hal yang berkaitan dengan panca indera. Ia meragukan adanya badannya sendiri. Keraguan itu dimungkinkan karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan pengalaman tentang roh halus, ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Pada keempat keadaan itu seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya. Di dalam mimpi, seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi. Begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi dan hal gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Oleh karena itu, Descartes berkata, ”Aku dapat meragukan bahwa aku di sini sedang siap untuk pergi ke luar; ya, aku dapat meragukan itu karena kadang-kadang aku bermimpi persis sepeti itu, padahal aku ada di tempat tidur sedang bermimpi”. Jadi, siapa yang dapat menjamin bahwa yang sedang kita alami sekarang adalah kejadian yang sebenarnya dan bukan mimpi?

Pada langkah pertama ini Descartes berhasil meragukan semua benda yang dapat diindera. Sekarang , apa yang dapat dipercaya dan yang sungguh-sungguh ada? Menurut Descartes, dalam keempat keadaan itu (mimpi, halusinasi, ilusi dan hal gaib), juga  dalam jaga, ada sesuatu yang selalu muncul. Ada yang selalu muncul baik dalam jaga maupun dalam mimpi, yaitu gerak, jumlah  dan besaran (volume). Ketiga hal tersebut adalah matematika. Untuk membuktikan ketiga hal ini benar-benar ada, maka Descartes pun meragukannya. Ia

Page 79: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

mengatakan bahwa matematika bisa salah. Saya sering salah menjumlah angka, salah mengukur besaran, demikian pula pada gerak. Jadi, ilmu pasti pun masih dapat saya ragukan, meskipun matematika lebih pasti dari benda. Kalau begitu, apa yang pasti itu dan dapat kujadikan dasar bagi filsafatku? Aku ingin yang pasti, yang distinct. [23]

Sampailah ia sekarang kepada langkah ketiga dalam metode cogito. Satu-satunya hal yang tak dapat ia ragukan adalah eksistensi dirinya sendiri yang sedang ragu-ragu. Mengenai satu hal ini tidak ada satu manusia pun yang dapat menipunya termasuk setan licik dan botak sekali pun. Bahkan jika kemudian ia disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada, maka penyesatan itu pun bagi Descartes merupakan bukti bahwa ada seseorang yang sedang disesatkan. Ini bukan khayalan, melainkan kenyataan. Batu karang kepastian Descartes ini diekspresikan dalam bahasa latin cogito ergo sum (saya berpikir, karena itu saya ada).

Dalam usaha untuk menjelaskan mengapa kebenaran yang satu (saya berpikir, maka saya ada) adalah benar, Descartes berkesimpulan bahwa dia merasa diyakinkan oleh kejelasan dan ketegasan dari ide tersebut. Di atas dasar ini dia menalar bahwa semua kebenaran dapat kita kenal karena kejelasan dan ketegasan yang timbul dalam pikiran kita:” Apa pun yang dapat digambarkan secara jelas dan tegas adalah benar.

Dengan demikian, falsafah rasional mempercayai bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan bukanlah turunan dari dunia pengalaman melainkan dari dunia pikiran. Descartes mengakui bahwa pengetahuan dapat dihasilkan oleh indera, tetapi karena dia mengakui bahwa indera itu bisa menyesatkan seperti dalam mimpi atau khayalan, maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa data keinderaan tidak dapat diandalkan. [24]

Cogito ergo sum dianggap sebagai fase yang paling penting dalam filsafat Descartes yang disebut sebagai kebenaran filsafat yang pertama (primum philosophium). Aku sebagai sesuatu yang berpikir adalah suatu substansi yang seluruh tabiat dan hakikatnya terdiri dari pikiran dan keberadaannya tidak butuh kepada suatu tempat atau sesuatu yang bersifat bendawi.

Untuk menguatkan gagasannya, ia mengemukakan ide-ide bawaan (innate ideas). Descartes berpendapat bahwa dalam dirinya terdapat tiga ide bawaan yang telah ada pada dirinya sejak lahir, yaitu pemikiran, Tuhan dan keluasan. Argumen tentang ide bawaan tersebut adalah ketika saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir, maka harus diterima bahwa pemikiran merupakan hakikat saya. Ketika saya mempunyai ide sempurna, maka pasti ada penyebab sempurna bagi ide tersebut, karena akibat tidak mungkin melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain adalah Tuhan. Adapun alasan tentang keluasan karena saya mengerti ada materi sebagai keluasan, sebagaimana diketahui dan dipelajari dalam ilmu geometri.

Mengenai substansi, Descartes menyimpulkan bahwa selain dari Tuhan ada dua substansi, yaitu jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran dan materi yang hakikatnya adalah keluasan. Tetapi, karena Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar dirinya, maka ia kesulitan membuktikan adanya dunia luar tersebut. Bagi Descartes, satu-satunya alasan untuk menerima adanya dunia luar adalah bahwa Tuhan akan menipu saya sekiranya Ia memberi ide keluasan. Namun tidak mungkin Tuhan sebagai wujud yang sempurna akan menipu saya. Jadi, di luar saya benar-benar ada dunia material.[25]

Adapun Spinoza beranggapan bahwa hanya ada satu substansi, yaitu Tuhan. Jika Descartes membagi substansi menjadi tiga, yaitu tubuh (bodies), jiwa (mind) dan Tuhan, maka Spinoza

Page 80: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

menyimpulkan hanya ada satu substansi. Adapun bodies dan mind bukan substansi yang berdiri sendiri, melainkan sifat dari satu substansi yang tak terbatas. Ketika ia ditanya,”Bagaimana membedakan atribut bodies dan mind?” Spinoza memberi jawaban mengejutkan: ”Anda hanyalah satu bagian dari substansi kosmik (universe)”. Jika demikian, alam semesta juga adalah Tuhan. Bagi Spinoza, Tuhan dan alam semesta adalah satu dan sama. Ya, Spinoza percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan yang dimaksudkannya adalah alam semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan, tidak melakukan sesuatu, tak mempedulikan manusia dan tak terbatas (ultimate). Inilah penjelasan logis dan dapat diketahui tentang Tuhan menurut Spinoza.[26]

Sebagai penganut rasionalisme, Spinoza dianggap sebagai orang yang tepat dalam memberikan gambaran tentang apa yang dipikirkan oleh penganut rasionalisme. Ia berusaha menyusun sebuah sistem filsafat yang menyerupai sistem ilmu ukur (geometri). Seperti halnya orang Yunani, Spinoza mengatakan bahwa dalil-dalil ilmu ukur merupakan kebenaran-kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Spinoza meyakini bahwa jika seseorang memahami makna yang dikandung oleh kata-kata yang dipergunakan dalam ilmu ukur, maka ia pasti akan memahami makna yang terkandung dalam pernyataan “sebuah garis lurus merupakan jarak terdekat di antara dua buah titik”, maka kita harus mengakui kebenaran pernyataan tersebut. Kebenaran yang menjadi aksioma.[27]

Contoh ilmu ukur (geometri) yang dikemukakan oleh Spinoza di atas adalah salah satu contoh favorit kaum rasionalis. Mereka berdalih bahwa aksioma dasar geometri seperti, “sebuah garis lurus merupakan jarak yang terdekat antara dua titik”, adalah idea yang jelas dan tegas yang baru kemudian dapat diketahui oleh manusia. Dari aksioma dasar itu dapat dideduksikan sebuah sistem yang terdiri dari subaksioma-subaksioma. Hasilnya adalah sebuah jaringan pernyataan yang formal dan konsisten yang secara logis tersusun dalam batas-batas yang telah digariskan oleh suatu aksioma dasar yang sudah pasti.[28]

C. Empirisme

Para pemikir di Inggris bergerak ke arah yang berbeda dengan tema yang telah dirintis oleh Descartes. Mereka lebih mengikuti Jejak Francis Bacon, yaitu aliran empirisme.[29] Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Akan tetapi tidak berarti bahwa rasionalisme ditolak sama sekali. Dapat dikatakan bahwa rasionalisme dipergunakan dalam kerangka empirisme, atau rasionalisme dilihat dalam bingkai empirisme[30]

Orang pertama pada abad ke-17 yang mengikuti aliran empirisme di Inggris adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam bidang metode penelitian, maka Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap berdasar kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis. Ia mempersatukan empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat materialistis yang konsekuen pada zaman modern.

Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum, sebab filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat, atau tentang

Page 81: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

penampakan-panampakan yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-sebabnya atau asalnya. Sasaran filsafat adalah fakta-fakta yang diamati untuk mencari sebab-sebabnya. Adapun alatnya adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan dengan kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta itu. Di dalam pengamatan disajikan fakta-fakta yang dikenal dalam bentuk pengertian-pengertian yang ada dalam kesadaran kita. Sasaran ini dihasilkan dengan perantaraan pengertian-pengertian; ruang, waktu, bilangan dan gerak yang diamati pada benda-benda yang bergerak.  Menurut Hobbes, tidak semua yang diamati pada benda-benda itu adalah nyata, tetapi yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil benda-benda itu. Segala gejala pada benda yang menunjukkan sifat benda itu ternyata hanya perasaan yang ada pada si pengamat saja. Segala yang ada ditentukan oleh sebab yang hukumnya sesuai dengan hukum ilmu pasti dan ilmu alam. Dunia adalah keseluruhan sebab akibat termasuk situasi kesadaran kita.[31]

Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian.

Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang mewujudkannya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan ke otak kita kemudian ke jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi  pada awal gerak reaksi tadi.

Untuk mempertegas pandangannya, Hobbes menyatakan bahwa tidak ada yang universal kecuali nama belaka. Konsekuensinya ide dapat digambarkan melalui kata-kata. Dengan kata lain, tanpa kata-kata ide tidak dapat digambarkan. Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa yang dikatakan benar atau tidak benar itu hanya sekedar sifat saja dari kata-kata. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas di dalam pikiran orang.[32]

Selanjutnya tradisi empiris diteruskan oleh John Locke (1632-1704) yang untuk pertama kali menerapkan metode empiris kepada persoalan-persoalan tentang pengenalan atau pengetahuan. Bagi Locke, yang terpenting adalah menguraikan cara manusia mengenal. Locke berusaha menggabungkan teori-teori empirisme seperti yang diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Usaha ini untuk memperkuat ajaran empirismenya. Ia menentang teori rasionalisme mengenai idea-idea dan asas-asas pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia. Menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Peran akal adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Oleh karena itu akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri.[33] Pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa). Di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pangalaman inderawi. Seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama dan sederhana. Tapi pikiran, menurut Locke, bukanlah sesuatu yang pasif terhadap segala sesuatu yang datang dari luar. Beberapa aktifitas berlangsung dalam pikiran. Gagasan-gagasan yang datang dari indera tadi diolah

Page 82: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai, meragukan dan dengan demikian memunculkan apa yang dinamakannya dengan perenungan.

Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah penginderaan sederhana. Ketika kita makan apel misalnya, kita tidak merasakan seluruh apel itu dalam satu penginderaan saja. Sebenarnya, kita menerima serangkaian penginderaan sederhana, yaitu apel itu berwarna hijau, rasanya segar, baunya segar dan sebagainya. Setelah kita makan apel berkali-kali, kita akan berpikir bahwa kita sedang makan apel. Pemikiran kita tentang apel inilah yang kemudian disebut Locke sebagai gagasan yang rumit atau ia sebut dengan persepsi. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa semua bahan dari pengetahuan kita tentang dunia didapatkan melalui penginderaan.[34] Ini berarti bahwa semua pengetahuan kita betapapun rumitnya, dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama yang dapat diibaratkan seperti atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali seperti demikian itu bukanlah pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.[35]

Di tangan empirisme Locke, filsafat mengalami perubahan arah. Jika rasionalisme Descartes mengajarkan bahwa pengetahuan yang paling berharga tidak berasal dari pengalaman, maka menurut Locke, pengalamanlah yang menjadi dasar dari segala pengetahuan. Namun demikian, empirisme dihadapkan pada sebuah persoalan yang sampai begitu jauh belum bisa dipecahkan secara memuaskan oleh filsafat. Persoalannya adalah menunjukkan bagaimana kita mempunyai pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara kerja pikiran itu sendiri.[36]

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan terdahulu dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Renaisans berasal dari bahasa Prancis  renaisance  yang berarti kelahiran kembali. Istilah ini sering digunakan untuk menamai berbagai gelombang kebudayaan dan pemikiran di Eropa yang   terjadi   mulai   dari   Italia,   kemudian   meluas   ke   beberapa   negara   Eropa   lainnya. Kemunculan renaisans telah membawa hidupnya kembali   ilmu pengetahuan,  filsafat  dan perubahan di  berbagai   lini  kehidupan,   sehingga  para  sejarawan menganggapnya  sebagai awal   zaman   modern.   Berbagai   perubahan   yang   terjadi   selama   era   renaisans   menjadi persiapan  bagi  pembentukan  filsafat  pad  abad  ke-17,   atau  yang  dikenal  dengan  filsafat modern.

2. Rasionalisme   adalah   suatu   aliran   dalam   filsafat   yang   berpendirian   bahwa   sumber pengetahuan   yang   mencukupi   dan   dapat   dipercaya   adalah   akal.   Rasionalisme   tidak mengingkari peran pengalaman, tetapi pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal atau   sebagai  pendukung  bagi  pengetahuan  yang   telah  ditemukan  oleh  akal.  Akal  dapat menurunkan   kebenaran-kebenaran   dari   dirinya   sendiri   melalui   metode   deduktif. Rasionalisme menonjolkan “diri”  yang metafisik,  ketika Descartes  meragukan “aku” yang empiris, ragunya adalah ragu metafisik.

3. Empirisme   adalah   suatu   aliran   dalam   filsafat   yang   berpendapat   bahwa   empiri   atau pengalamanlah yang menjadi  sumber pengetahuan.  Akal  bukanlah sumber pengetahuan, 

Page 83: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

akan tetapi  akal  berfungsi  mengolah data-data yang diperoleh dari  pengalaman. Metode yang   digunakan   adalah   metode   induktif.   Jika   rasionalisme   menonjolkan   “aku”   yang metafisik, maka empirisme menonjolkan “aku” yang empiris.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro.  Filsafat Umum. Cet. V; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Anees, Bambang Q- dan Radea Juli A. Hambali. Filsafat Untuk Umum. Cet. I; Jakarta: Prenada Media, 2003.

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Cet. IX; Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Ravertz, Jerome R.  The Philosophy of Science. Diterjemahkan oleh Saut Pasaribu dengan judul Filsafat Ilmu, Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Mustansyir, Rizal  dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Cet. VII; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Nakosteen, Mehdi. History of Islamic Origins of Western Education A. D. 800-1350 with an Introduction to Medieval Muslim Education. Diterjemahkan oleh Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah dengan judul Kontribusi Islam atas dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis abad kemasan Islam. Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

Suriasumantri, Jujun S. Ilmu dalam perspektif. Cet. XVI; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.

Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. Cet. VI; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998.

Titus, Harold H., et al. Living Issues in philosophy. Diterjemahkan oleh H.M. Rasjidi dengan judul Persoalan-Persoalan Filsafat. Cet.  I; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1984.

Zaqzu>q, Mah}mu>d H{amdiy. Dira>sa>t fi> al-Falsafat al-H{adi>s\ah. Cet. II; Kairo: Da>r al-T{iba>‘at al-Muh}ammadiyyah, 1988.

[1] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, selanjutnya disebut Rizal, Filsafat Ilmu (Cet. VII; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 58-59.

[2] Mah}mu>d H{amdiy Zaqzu>q, selanjutnya disebut Zaqzuq, Dira>sa>t fi> al-Falsafat al-H{adi>s\ah (Cet. II; Kairo: Da>r al-T{iba>‘at al-Muh}ammadiyyah, 1988), h. 16.

[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Cet. VI; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), h. 109.

[4] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Cet. V; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 109.

Page 84: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

[5] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Cet. IX; Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 11., lihat Jerome R. Ravertz, The Philosophy of Science, diterjemahkan Saut Pasaribu, Filsafat Ilmu, Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 29.

[6] Asmoro Achmadi, op. cit., h. 110.

[7] Rizal, op. cit., h. 70.

[8] Ahmad Tafsir, op. cit., h. 110.

[9] Zaqzuq, loc. cit.

[10] Mehdi Nakosteen, History of Islamic Origins of Western Education A. D. 800-1350 with an Introduction to Medieval Muslim Education, diterjemahkan Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, Kontribusi Islam atas dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis abad kemasan Islam (Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 271.

[11] Zaqzuq, op.cit., h. 17-18.

[12] Mehdi Nakosteen, op. cit., h. 276.

[13] Rizal, op. cit., h. 134.

[14] Harold H. Titus et al., Living Issues in philosophy, diterjemahkan H.M. Rasjidi, Persoalan-Persoalan Filsafat (Cet. I; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1984), h. 258.

[15] Harun Hadiwijono, op.cit., h. 14.

[16] Harold H. Titus et al., op. cit., h. 192.

[17] Ibid., h. 191.

[18] Harun Hadiwijono, op. cit., h. 15.

[19] Ahmad Tafsir, op. cit., h. 111.

[20] Rizal, op. cit., h. 73-74.

[21] Ahmad Tafsir, op. cit., h. 112-113.

[22] Juhaya S. Praja, op. cit., h. 96.

[23] Ahmad Tafsir, op. cit., h. 129-131.

[24] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam perspektif (Cet. XVI; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 100-101.

[25] Juhaya S. Praja, op. cit., h. 98-99.

Page 85: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

[26] Ahmad Tafsir, op. cit., h. 137-138.

[27] Juhaya S. Praja, op. cit., h. 27.

[28] Jujun S. Suriasumantri, loc. cit.

[29] Harun Hadiwijono, op.cit., h. 31.

[30] Ahmad Tafsir, op. cit., h. 173.

[31] Harun Hadiwijono, op. cit., h. 32.

[32] Juhaya S. Praja, op. cit., h. 109-110.

[33] Harun Hadiwijono, op. cit., h. 36.

[34] Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, selanjutnya disebut Bambang, Filsafat Untuk Umum (Cet. I; Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 334.

[35] Juhaya S. Praja, op. cit., h. 26.

[36] Bambang, op. cit., h. 335.

Page 86: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://iydhapoex.blogspot.com/2012/03/filsafat-barat-dan-renaissance.html

FILSAFAT BARAT DAN RENAISSANCE By aiy Nur Postado Kamis, 02 Februari 2012 at 03.47 

PENDAHULUANRenaissance berarti kelahiran kembali, yaitu lahirnya kebudayaan Yunani dan kebudayaan Romawi. Pada saat itu gejala masyarakat untuk melepaskan diri dari kungkungan dogmatisme Gereja sudah mulai tampak di Eropa. Abad pertengahan manusia tidak bisa berekspresi secara bebas, manusia dininakbobokkan lebih kurang 1000 tahun lamanya.

Pada abad ke 14 dan 15 terutama di   Italia muncul  keinginan yang kuat,  sehingga memunculkan penemuan-penemuan   baru   dalam   bidang   seni   dan   sastra,   dari   penemuan   tersebut   sudah memperlihatkan   suatu   perkembangan   baru.   Manusia   berani   berpikir   secara   baru,   antara   lain mengenai dirinya sendiri, manusia menganggap dirinya sendiri tidak lagi sebagai viator mundi, yaitu orang yang berziarah di dunia ini, melainkan sebagai  faber mundi, yaitu orang yang menciptakan dunianya.

Pada saat itu manusia mulai dianggap sebagai pusat kenyataan, hal itu terlihat secara nyata dalam karya-karya   seniman   zaman   renaissance   seperti   Donatello,   Botticelli,   Michelangelo   (1475-1564), Raphael   (1483-1520,   Perugino   (1446-1526,   dan   Leonardo   da   Vinci   (1452-1592).   Dalam   bidang penjelajahan terlihat beberapa nama besar seperti Cristopher Colombus (1451-1506) dan Ferdinand Magellan (1480-1521). Sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan terdapat beberapa tokoh hebat antara lain Nicolaus Copernicus (1478-1543), Andreas Vasalius (1514-1564), Galileo Galilei (1546-1642),   Johannes   Kepler   (1571-1642),   dan   Francis   Bacon   (1561-1632)   bangsawan   Inggris   yang meletakkan dasar filosofis untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan mengarang suatu   maha   karya   yang   bermaksud   menggantikan   teori   Aristoteles   tentang   ilmu   pengetahuan dengan suatu teori baru dalam bukunya Novum Organon.

           

Zaman renaissance sering disebut sebagai sebagai zaman humanisme, sebab pada abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur berdasarkan kebenaran gereja,  bukan menurut yang dibuat oleh manusia. humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunianya. Ciri utama renaissance dengan demikian adalah humanisme, individualisme, lepas dari agama. Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan pengetahuan, meskipun harus diakui bahwa filsafat belum menemukan bentuk pada zaman renaissance, melainkan pada zaman sesudahnya, yang berkembang pada waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkan agama kristen karena semangat humanisme. Fenomena tersebut cukup tampak pada abad modern.  

             Zaman   modern   merupakan   zaman   tegaknya   corak   pemikiran   filsafat   yang   berorientasi antroposentrisme,   sebab   manusia   menjadi   pusat   perhatian.   Pada   masa   Yunani   dan   abad 

Page 87: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

pertengahan filsafat selalu mencari  substansi  prinsip  induk seluruh kenyataan.  Para filsuf  Yunani menemukan unsur-unsur kosmologi sebagai prinsip induk segala sesuatu yang ada. Sementara para tokoh abad pertengahan, Tuhan menjadi prinsip bagi segala yang ada, namun pada zaman modern, peranan   substansi   diambil   alih   oleh   manusia   sebagai   ‘subjek’   yang   terletak   di   bawah   seluruh kenyataan,  dan memikul  seluruh kenyataan yang melingkupinya.  Oleh karena  itu zaman modern sering disebut sebagai  zaman pembentukan  ‘subjektivitas’,  karena seluruh sejarah filsafat zaman modern dapat dilihat sebagai  satu mata rantai  perkembangan pemikiran mengenai  subjektivitas. Semua filsuf zaman modern menyelidiki segi-segi subjek manusiawi. Aku sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan, pusat tindakan pusat kehendak, dan pusat perasaan.Filsuf  paling awal meletakkan dasar filsafat secara modern dengan cara menyelidiki  subjektivitas manusia dengan pendekatan rasio adalah Rene Descartes, melalui Descarteslah warna kemoderenan benar-benar   hidup   yang  kemudian   diikuti  oleh   filsuf-filsuf   sesudahnya  dengan  mengembangkan aliran-aliran   lain   seperti   rasionalisme,   empirisme,   kritisisme,   idealisme,   pragmatisme, eksistensialisme, sampai pada munculnya filsafat analitik yang mempersoalkan kaidah bahasa dan penafsiran terhadap teks-teks dan bahasa.

Perkembagan Filsafat Barat Modern

Akhir abad ke 16 Eropa memasuki abad sangat menentukan dalam dunia perkembangan filsafat, sejak Descartes, Spinoza dan Leibniz mencoba untuk menyusun suatu sistem filsafat dengan dunia yang  berpikir  dalam pusatnya,   yaitu   suatu   sistem  berpikir   rasional.  Rasionalisme  adalah  paham filsafat   yang   mengatakan   bahwa   akal  (reason)  adalah   alat   terpenting   dalam   memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme pada dasarnya ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan filsafat,  dalam agama rasionalisme adalah  lawan autoritas.  Sementara  dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan   untuk   mengkritik   ajaran   agama,   rasionalisme   dalam   filsafat   berguna   sebagai   teori pengetahuan.

            Sejarah rasionalisme pada esensialnya sudah ada sejak Thales ketika merumuskan filsafatnya, kemudian pada kaum sofis dalam melawan filsafat Socrates, Plato dan Aristoteles, dan beberapa filsuf sesudahnya. Dalam abad modern tokoh utama rasionalisme adalah Rene Descartes,[6] sebab Descarteslah  orang   yang   membangun   fondasi   filsafat   jauh   berbeda   bahkan   berlawanan   dengan fondasi filsafat abad pertengahan.[7] Dasar filosofis utama Descartes adalah bahwa perkembangan filsafat sangat lambat bila dibandingkan dengan laju perkembangan filsafat pada zaman sebelumnya. Ia   melihat   tokoh-tokoh   gereja   yang   mengatasnamakan   agama   telah   menyebabkan   lambatnya perkembangan filsafat. Descartes ingin melepaskan dari dominasi gereja dan mengembalikan pada semangat  filsafat   Yunani,   yaitu  filsafat   yang  berbasis  pada  akal.  Dengan  demikian  corak  utama filsafat  modern yang dimaksud di  sini  adalah dianutnya kembali   rasionalisme seperti pada masa Yunani kuno. Rasionalisme yang dikembangkan oleh Descartes, kemudian dikembangkan lagi oleh Spinoza, Leibniz dan Pascal.

            Paham yang berlawanan dengan rasionalisme adalah empirisme. aliran ini lebih menekankan peranan pengalaman dan mengecilkan peran akal dalam memperoleh pengetahuan. Sebagai suatu doktrin,   empirisme   adalah   lawan   dari   rasionalisme.   Dalam   menguatkkan   doktrinya,   empisme mengembangkan dua teori, yaitu teori tentang makna yang begitu tampak pada pemikiran J. Locke  dalam   buku  An Essay concerning human understanding ketika   ia   menentang  innate idea  (ide 

Page 88: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

bawaan) rasionalisme Descartes. Teori tentang makna kemudian dipertegas oleh D. Hume dalam bukunya  Treatise of human nature dengan cara membedakan antara idea dan kesan  (impression). Pada abad 20 kaum empirisis cendrung menggunakan teori makna mereka pada penentuan apakah suatu   konsep   diterapkan   dengan   benar   atau   tidak.   Filsafat   empirisme   tentang   teori   makna berdekatan dengan positivisme logis. Oleh karena itu, bagi penganut empirisis jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi  sebagai pola jumlah yang dapat diindera, dan hubungan  kausalitas   sebagai  urutan  peristiwa  yang  sama.  Teori  kedua  yaitu   teori  pengetahuan, menurut pengikut rasionalisme ada bbeberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian mempunyai sebab, seperti dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat institusi rasional. Empirisme menolak pendapat seperti itu, mereka   menganggap   bahwa   kebenaran   hanya  aposteriori  yaitu   pengetahuan   melalui   observasi. Tokoh empirisme yang eksis mengembangkan teori ini J. Locke, D. Hume dan H. Spencer.

               Rasionalisme   dan   empirisme   dalam   pandangan   kritisisme   sudah   terjebak   pada   paham eklusivisme,   ke   dua   aliran   ini   sama-sama   mempertahankan   kebenaran,   seperti   rasionalisme mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, sementara empirisme mengatakan sumber pengetahuan adalah pengalaman, padahal masing-masing aliran ini memiliki kelemahan-kelemahan. Dalam kondisi seperti itu Immanual Kant tampil untuk mendamaikan kedua aliran tersebut, menurut Kant bahwa pengetahuan merupakan hasil kerja sama dua unsur yaitu ‘pengalaman inderawi’ dan ‘keaktifan akal budi’. Pengalaman inderawi merupakan unsur  aposteriori  (yang datang kemudian), akal  budi  merupakan unsur  apriori  (yang datang  lebih  dulu).  Empirisme dan rasionalisme hanya mementingkan   satu   dari   dua   unsur   ini.   Kant   telah   memperlihatkan   bahwa   pengetahuan   selalu merupakan sebuah sintesis.[8]

             Revolusi  kopernikan yang telah diadakan Kant dalam bidang filsafat dengan kritisismenya, diteruskan dengan lebih radikal lagi oleh pengikutnya.[9] Para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasannya karena akal murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu dicari suatu sistem metafisika yang ditemukan lewat dasar tindakan. Para idealis dalam hal ini tidak sepakat dengan Kant dan mereka menyangkal adanya ‘das ding an sich’ (realitas pada dirinya). Menurut mereka, Kant jatuh dalam kontradiksi dengan mempertahankan ‘das ding an sich’.

Menurut Kant sendiri penyebab merupakan salah satu katagori akal budi dan akibatnya tidak boleh disifatkan pada das ding an sich. Karena alasan-alasan serupa itu para idealis mengesampingkan ‘das ding an sich’. Menurut pendapat mereka tidak ada suatu realitas pada dirinya atau suatu realitas yang objektif. Realitas seluruhnya merupakan hasil aktivitas suatu subjek, yang dimaksud subjek di sini  bukan subjek perorangan melainkan subjek absolut.  Pemikiran idealisme dikembangkan oleh Fichte dengan idealisme subjektif, Schelling dengan idealisme objektif dan Hegel dengan idealisme mutlak.

             Perkembangan filsafat  idealisme yang menyetarafkan realitas seluruhnya dengan roh atau rasio  menuai  pesimisme  dengan   lahirnya  positivisme.  Aliran   ini  mulanya  dikembangkan  oleh  A. Comte,   menurut   positivisme   pengetahuan   tidak   pernah   boleh   melebihi   fakta-fakta,   untuk   itu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa bagi aliran ini, sehingga mereka menolak metafisika dan   mengutamakan   pengalaman,   meskipun   positivisme   mengandalkan   pengalaman   dalam mendapatkan pengetahuan, namun mereka membatasi diri pada pengalaman objektif saja.[10]

Page 89: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

             Pada pertengahan abad ke  20  ilmu pengetahuan positif  berkembang  pesat  di  Eropa dan Amerika.   Salah   satu   metode   kritis   yang   berkembang   pada   waktu   itu   yaitu   munculnya   filsafat fenomenologi sebagai sumber berpikir kritis. Fenomenologi adalah metode yang diperkembangkan oleh Edmund Husserl berdasarkan ide-ide gurunya Franz Brentano. Menurut Husserl bahwa objek harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskripsi fenomenologi yang didukung oleh   metode   deduktif,   tujuannya   adalah   untuk   melihat   hakikat   gejala-gejala   secara   intuitif. Sedangkan   metode   deduktif   mengkhayalkan   fenomena   berbeda,   sehingga   akan   terlihat   batas invariable dalam situasi yang berbeda.

            Sementara di Amerika salah satu aliran filsafat berkembang adalah aliran pragmatisme. Aliran ini mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dan bermanfaat secara praktis. Ide aliran pragmatisme berasal dari William James, pemikiran James pada   awalnya   sederhana   karena   James   melihat   bahwa   telah   terjadi   pertentangan   antara   ilmu pengetahuan   dengan   agama   sehingga   tujuan   kebenaran   orang   Amerikan   terlalu   teoritis,   ia menginginkan   hasil   yang   kongkret,   untuk   menemukan   esensi   tersebut   maka   harus   diselidiki konsekwensi   praktisnya.[11]   Pragmatisme   kemudian   dikembangkan   oleh   John   Dewey,   menurut Dewey filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya. Dengan demikian  filsafat  harus  berdasarkan  pada pengalaman,  kemudian  mengadakan  penyelidikan  dan mengolahnya secara kritis sehingga filsafat dapat memberikan sistem norma dan nilai-nilai.

             Filsafat   kadang   kala   lahir   tidak   selamanya   dalam   keadaan   normal,   salah   satunya   adalah eksistensialisme. Lahirnya eksistensialisme berangkat dari  suatu krisis kemanusiaan akibat perang dunia   I   terutama   di   Eropa   barat,   dalam   bidang   filsafat   eksistensialisme   mengkritik   paham materialisme yang menganggap manusia hanyalah sesuatu yang ada, tanpa menjadi subjek. Manusia berpikir, berkesadaran inilah yang tidak disadari oleh materialisme. Dengan demikian manusia dalam pandangan   materialisme   melulu   menjadi   objek.   Sementara   idealisme   sebaliknya,   berpikir   dan berkesadaran   dilebih-lebihkan   sehingga   menjadi   seluruh   manusia,   bahkan   dilebih-lebihkan   lagi sampai  menjadi  tidak ada barang  lain  selain pikiran.   Idealisme dalam hal   ini  hanya memandang manusia sebagai subjek. Aliran ini dikembangkan oleh Soren Kierkegaard kemudian diteruskan oleh Jean Paul Sartre.[12]

            Filsafat untuk abad sekarang bukan lagi barang baru dan momok yang harus ditakutkan oleh banyak orang, tetapi yang menjadi kendala dalam menyampaikan maksud-maksud filsafat kepada masyarakat secara luas yaitu bahasa. Filsuf dalam kondisi seperti itu harus menaruh perhatian besar guna   menjelaskan   kaidah-kaidah   bahasa   dalam   filsafat   agar   mudah   dipahami   oleh   masyarakat. Perhatian terhadap bahasa tersebut awalnya dilakukan oleh G.E. More, kemudian diteruskan oleh B. Russel   dan   Wittgenstein.   Melalui   Wittgenstein   inilah   muncul   metode   analisis   bahasa.   Metode analisis bahasa yang ditampilkan oleh Wittgenstein berhasil membentuk pola pemikiran baru dalam dunia   filsafat.   Tugas   filsafat   bukan   saja   membentuk   pernyataan   tentang   sesuatu   yang   khusus, melainkan memecahkan persoalan yang timbul akibat ketidakpahaman terhadap logika bahasa. [13]

             Filsafat  dengan  demikian   sejak  kemunculanya  sampai   sekarang   telah  memberikan  warna menarik,   terutama   dalam   merumuskan   pertanyaan-pertanyaan   sambil   memberikan   jawaban-jawaban kepada kita sebagai manusia yang hidup pada abad modern ini.

Penutup

Page 90: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Filsafat   selalu   lahir  dari   suatu  krisis,   krisis  berarati  penentuan,  bila   terjadi  krisis  orang  biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Filsafat dengan demikian   perjalanan   dari   satu   krisis   ke   krisis   lain.   Ini   berarti   bahwa   manusia   yang   berfilsafat senantiasa meninjau kembali eksistensi dirinya dan alam di sekitarnya. Filsafat sejak Thales sudah mempersoalkan alam sekitarnya. Pada Socrates, Plato dan Aristoteles persoalan yang dipetanyakan jauh meningkat yaitu mempertanyakan eksistensi manusia, meskipun eksistensi manusia yang tinggi pada Yunani kuno kurang mendapat perhatian abad pertengahan.

             Kehadiran   filsafat   abad   modern   yang   diawali   oleh   gerakan   renaissance   berusaha mengembalikan eksistensi kemanusia yang hilang oleh tidur pajang 1000 tahun lebih. Abad modern ditandai oleh penemuan-penemuan besar dalam bidang ilmu pengetahun sehingga abad modern menjadi  abad kembalinya subjektivitas  dengan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya pada   peranan   akal.   Munculnya   aliran-aliran   berbeda   menunjukkan   bahwa   abad   modern   telah memperbaharui sudut pandang dogmatis manusia kepada pemahaman pluralis yang didukung oleh data dan fakta rasional dan empiris.

http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/12/filsafat-modern.html

Page 91: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

FILSAFAT MODERN

Kamis, 27 Desember 2012 | 1komentar

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Masa   modern   menjadi   identitas   di   dalam   filsafat   Modern.   Pada   masa   ini   rasionalisme 

semakin   kuat.Tidak   gampang   untuk   menentukan   mulai   dari   kapan   Abad   Pertengahan   berhenti. 

Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir 

masa Renaissance.Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak 

jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa 

Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang 

kebudayaan,   ilmu pengetahuan,  dan  ekonomi.  Usaha untuk  menghidupkan  kembali  kebudayaan 

klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang Filsafat, 

terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran dari Plato dan mazhab Stoa 

menjadi   aliran-aliran   yang   terus   dipertahankan.   Pada   masa   Renaissance   ini   tidak   menghasilkan 

karya-karya yang penting.

Satu hal yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah perkembangannya. 

Perkembangan   pada   masa   ini   menimbulkan   sebuah   masa   yang   amat   berperan   di   dalam   dunia 

filsafat.  Inilah yang menjadi awal dari masa modern. Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, 

berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Segala sesuatunya, khususnya di dalam bidang 

ilmu   pengetahuan   mengutamakan   logika   dan   empirisme.   Aristotelian   menguasai   seluruh   Abad 

Pertengahan ini melalui hal-hal tersebut.

Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi. Hal ini terlihat 

dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran barang, kegiatan ekonomi 

monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk bangkit dari keterpurukan 

dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan syarat-syarat 

dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun 

sudah mulai mengambil peranan penting untuk memnuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. 

Page 92: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Dari   sudut   pandang   sosio-ekonomi   menjelaskan   bahwa   individu   berhadapan   dengan   tuntutan-

tuntutan  baru  dan praktis  yang  harus  dijawab berdasarkan  kemampuan akal  budi  yang  mereka 

miliki. Kemampuan ini tanpa harus mengacu kepada otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja, 

tuntutan tuan tanah feodal, maupun ajaran muluk-muluk dari para filsuf.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana sejarah filsafat modern?

2.      siapakah tokoh-tokoh filsafat modern dalam setiap aliran?

3.      Bagaimana prinsip-prinsip dari filsafat modern?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui sejarah filsafat modern

2.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh filsafat modern dalam setiap aliran

3.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari filsafat modern

Page 93: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sejarah Filsafat Modern

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau 

ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri.  Namun tentang aspek 

mana   yang   berperan   ada   beda   pendapat.   Aliran   rasionalisme   beranggapan   bahwa   sumber 

pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal).  Aliran empirisme, sebaliknya, 

meyakini  pengalamanlah sumber pengetahuan itu,  baik yang batin, maupun yang inderawi.   Lalu 

muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

 Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M).  Dalam buku Discourse de la 

Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua 

pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis.  Kalau suatu kebenaran tahan 

terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan 

bagi seluruh pengetahuan.

Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak dapat 

diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”.   Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa “aku ragu-ragu”.  

Jika aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya.  Dengan lain kata 

kesangsian   itu   langsung   menyatakan   adanya   aku.   Itulah   “cogito   ergo   sum”,   aku   berpikir   (= 

menyadari) maka aku ada.  Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi.  — Mengapa kebenaran 

itu pasti?  Sebab aku mengerti itu dengan “jelas, dan terpilah-pilah” — “clearly and distinctly”, “clara 

et distincta”.  Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar.  Dan itu 

menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.

Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1) 

realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan (res extensa, “extention”) atau materi, dan (3) 

Tuhan (sebagai  Wujud yang seluruhnya sempurna,  penyebab sempurna dari  kedua realitas   itu).  

Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi 

bagian yang lebih kecil.  Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak 

memiliki kesadaran. Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa 

tergantung pada apapun juga. 

Descartes   adalah   seorang   dualis,   menerapkan   pembagian   tegas   antara   realitas   pikiran   dan 

realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedang binatang hanya memiliki realitas keluasan: 

Page 94: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

manusia   memiliki   badan   sebagaimana   binatang,   dan   memiliki   pikiran   sebagaimana   malaikat. 

Binatang  adalah  mesin  otomat,  bekerja  mekanistik,   sedang  manusia  adalah  mesin  otomat  yang 

sempurna, karena dari  pikirannya ia memiliki  kecerdasan. (Mesin otomat jaman sekarang adalah 

komputer yang tampak seperti memiliki kecerdasan buatan).

Descartes   adalah   pelopor   kaum   rasionalis,   yaitu   mereka   yang   percaya   bahwa   dasar   semua 

pengetahuan ada dalam pikiran. Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), 

yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan.  Pengalaman itu dapat yang bersifat 

lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh 

karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas. Hume tidak menerima substansi, 

sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama.  

Dari   kesan  muncul   gagasan.  Kesan  adalah  hasil   penginderaan   langsung,   sedang  gagasan  adalah 

ingatan  akan  kesan-kesan  seperti   itu.  Misal   kualami  kesan:  putih,   licin,   ringan,  tipis.  Atas  dasar 

pengalaman itu tidak dapat disimpulkan, bahwa ada substansi tetap yang misalnya disebut kertas, 

yang memiliki  ciri-ciri  tadi.  Bahwa di dunia ada realitas kertas,  diterima oleh Hume. Namun dari 

kesan itu mengapa muncul gagasan kertas, dan bukan yang lainnya? Bagi Hume, “aku” tidak lain 

hanyalah “a bundle or collection of perceptions (= kesadaran tertentu)”.

Kausalitas. 

 Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu yang disinari matahari menjadi panas, 

kesimpulan   itu   tidak   berdasarkan  pengalaman.   Pengalaman   hanya   memberi   kita   urutan   gejala, 

tetapi   tidak   memperlihatkan   kepada   kita   urutan   sebab-akibat.   Yang   disebut   kepastian   hanya 

mengungkapkan harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari “probable” (berpeluang).  

Maka Hume menolak kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat 

pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita.  Hukum alam adalah hukum alam.   Jika 

kita bicara tentang “hukum alam” atau “sebab-akibat”, sebenarnya kita membicarakan apa yang kita 

harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita 

saja.

Hume merupakan pelopor para empirisis,  yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang 

dunia  berasal  dari   indera.   Menurut  Hume  ada  batasan-batasan  yang   tegas   tentang  bagaimana 

kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.

Dengan Kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua 

pendekatan  yang  bertentangan   ini.   Kant  berpendapat  bahwa  masing-masing  pendekatan  benar 

separuh, dan salah separuh.   Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera 

kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia 

Page 95: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

sekitar kita.  Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia 

tentang dunia.   Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui  secara pasti seperti apa 

dunia “itu sendiri” (“das Ding an sich”), namun hanya dunia itu seperti tampak “bagiku”, atau “bagi 

semua orang”. 

 Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia 

tentang dunia.  Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita 

ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita.  Ruang dan waktu adalah cara pandang dan 

bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah 

dalam   manusia   mengenai   proses-proses   yang   tunduk   kepada   hukum   kausalitas   yang   tak 

terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan. Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, 

membuat suatu sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini.

B.     Tokoh-Tokoh Filsafat Modern

1)      Rasionalisme

Hampir semua ahli pikir yang muncul pada zaman ini merupakan ahli matematika seperti 

Descartes,   Spinoza   dan   Leibniz   Mereka   mencoba   menyusun   suatu   sistem   filsafat   dengan 

menggunakan matematika (logika kepastian)

Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M).   Dalam buku Discourse

de la Methodetahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi 

semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis.  Kalau suatu kebenaran 

tahan   terhadap  ujian   kesangsian  yang   radikal   ini,  maka  kebenaran   itu  100% pasti  dan  menjadi 

landasan bagi seluruh pengetahuan.

 Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak 

dapat diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”.   Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa “aku ragu-

ragu”.   Jika aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya.   Dengan 

lain kata kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”, aku berpikir (= 

menyadari) maka aku ada.  Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi.  — Mengapa kebenaran 

itu pasti?  Sebab aku mengerti itu dengan “jelas, dan terpilah-pilah” — “clearly and distinctly”, “clara 

et distincta”.  Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar.  Dan itu 

menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.

Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu 

(1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan (res extensa, “extention”) atau materi, dan (3) 

Tuhan (sebagai  Wujud yang seluruhnya sempurna,  penyebab sempurna dari  kedua realitas   itu).  

Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi 

Page 96: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

bagian yang lebih kecil.  Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak 

memiliki kesadaran. Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa 

tergantung   pada   apapun   juga.   Descartes   adalah   seorang   dualis,   menerapkan   pembagian   tegas 

antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedang binatang hanya 

memiliki   realitas  keluasan:  manusia  memiliki  badan sebagaimana binatang,  dan memiliki  pikiran 

sebagaimana malaikat. Binatang adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah 

mesin otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan. (Mesin otomat jaman 

sekarang adalah komputer yang tampak seperti memiliki kecerdasan buatan).

Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua 

pengetahuan ada dalam pikiran.

http://www.filsafatislam.com/tokoh-filsafat/ikhtisar-sejarah-filsafat-modern-kajian-tokoh-dan-pemikiran

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Rene Descartes (1596-1650)

b. Baruch Spinoza (1632-1677)

c. G.W. Leibnitz (1646-1710)

d. Blaise Pascal 

e. Christian Wolff 

2)      Empirisme

Berasal dari kata empiria, empeiros (yunani), yang berati berpengalaman dalam, berkenalan 

dengan,   terampil   untuk.   Dalam   bahasa   latin   “experiential”   (pengalaman).   Epistemologis-empiris 

hobbes   mengajarkan   bahwa   pengenalan   atau   pengetahuan   didapat   karena   pengalaman   dan 

pengalaman   merupakan   awal   segala   pengetahuan.   Segala   jenis   pengetahuan   diturunkan   dari 

pengalaman   dan   hanya   pengalaman   yang   dapat   memberi   jaminan   akan   sebuah   kepastian. 

Sementara itu menurut john locke semua jenis pengetahuan lahir dari pengalaman. Ia menerima 

keraguan sebagaimana diajarkan Descartes tetapi ia menolak metode intuisi dan metode deduktif 

ala Descartes. Hal ini menghapus kesan filsafat Plato tentang ide. Tokoh lain David hume seorang 

empiris yang konsisten. Sepertinya halnya Locke ia berpendapat. “Bahwa keseluruhan isi dari pikiran 

berasal dari pengalaman”. Ia berbeda terminolog dengan pendahulunya, ia membedakan dalam dua 

persepsi. Yakni kesan dan ide

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Thomas Hobbes (1588-1679)

b. John Locke (1632-1704)

c. David Hume (1711-1776)

Page 97: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://www.filsafatislam.com/tokoh-filsafat/ikhtisar-sejarah-filsafat-modern-kajian-tokoh-dan-pemikiran

3)      Kantianisme

Immanuel Kant dengan gigih berupaya mendamaikan pertentangan antara rasionalisme dan 

empirisme,   ia   berpendapat   bahwa   pengetahuan   adalah   hasil   kerjasama   dua   unsur,   yakni 

“pengalaman”   dan   “kearifan   budi”.   Pengalaman   indrawi   datang   kemudian   sedangkan   akal   budi 

merupakan unsur priori (yang datang terlebih dahulu)

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Immanuel Kant (1724-1804)

4)      Idealisme

Filsafat Fichte adalah filsafat pengetahuan (wissenchaftslehre) yang sekarang dikenal dengan 

sebuatan epistemologi. Ia membedakan pengetahuan menjadi dua, yakni teoritis (metafisika) dan 

praktis (etika)

  Tokoh-Tokoh Penting:

a.       George Berkeley (1684-1753)

b.      J.G. Fichte (1762 - 1814)

c.       F.W.J. Schelling (1775 - 1854)

d.      G.W.F. Hegel (1770 - 1831) 

e.       Voltaire

f.       Jean Jacques Rousseau (1712-1788)

5)      Positivisme

Pelopor   utama   positivisme   adalah   Auguste   Comte.   Seorang   filsuf   prancis   yang   besar 

pengaruhnya terhadap teknologi modern dan perkembangan sains. Comte mengajukan tesis tentang 

manusia, yang mengatakan bahwa manusia berkembang dalam tiga tahap, yakni tahap teologi,tahap 

metafisika 

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Auguste Comte (1798 - 1857)

b. John Stuart Mill (1806 - 1873)

c. Herbert Spencer (1820 - 1903)

6)      Materialisme

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Ludwig Feuerbach (1804 - 1872)

b. Karl Marx (1818 - 1883)

c. Friedrich Engels (1820 – 1895)

Page 98: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

7)      Pragmatisme

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. William James (1842 -1910)

b. John Dewey (1859 - 1952)

8)      Vitalisme

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Henri Bergson (1859 - 1941)

9)      Fenomenologi

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Edmund Husserl (1859 - 1938)

b. Max Scheler (1874 - 1928)

10)  Eksistensialisme

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Martin Heidegger (1883 - 1976)

b. Jean Paul Satre (19051980)

c. Karl Jaspers (1883 - 1969)

d. Gabriel Marcel (1889 - 1973)

e. Soren Kierkegaard (1813 - 1855)

f. Friedrich Nietzsche (1844 - 1900)

g. Nicolas Alexandrovitch Berdyaev (1874 - 1948)

11)  Analitis

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Bertrand Russel

b. Ludwig Wittgenstein (1889 - 1951)

c. Gilbert Ryle

d. John Langshaw Austin 

12)  Strukturalisme

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Levi Strauss 

b. Jacques Lacan 

c. Michel Foucoult 

13)  Postmodernisme

  Tokoh-Tokoh Penting:

a. Francois Lyotard 

Page 99: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

b. Jacques Derrida 

c. Richard Rorty 

d. Michel Foucoult

14)   Renaissance 

Munculnya   Galilieo   memberi   arah   yang   tepat   bagi   perkembangan   ilmu   alam.   Leonardo 

Davincie memperkenalkan dasar pengalaman bagi dasar ilmu alam dan matematika, serta mencoba 

menghindari diri  sedapat mungkin dari filsafat spekulatif. Demikian juga Copernicus yang dengan 

pendapatnya mengenai bumi menge

C.    Prinsip- Prinsip Dasar Filsafat Modern

 Istilah  modern berasal  dari  kata   latin “moderna”yang  artinya “sekarang”,   “baru”  atau “saat 

kini”. Dari pengertian dasar tersebut kita dapat mengasumsikan bahwa didalam kehidupan modern 

muncul kesadaran waktu akan kekinian. Asumsi ini tidaklah berarti sebelumnya orang tidak hidup di 

masa kini, akan tetapi lebih tepat mengatakan bahwa sebelumnya orang kurang menyadari bahwa 

manusia bisa mengadakan perubahan - perubahan secara kualitatif. Oleh sebab itu “modernitas” 

tidaklah hanya berarti sebagai zaman periode saja. Akan tetapi dapat juga diartikan sebagai bentuk 

kesadaran intelektual yang terkait dengan masa kini.

 Dan arti  ini   lebih mendasar dibandingkan pemahaman-  pemahaman yang bersifat  sosiologis 

atau ekonomis, meskipun pemahaman akhir- akhir ini tentang masyarakat modern lebih merujuk 

tumbuhnya sainstek dan ekonomi kapitalisme. Karena pemahaman ini lebih bersifat epistemologi; 

perubahan   bentuk-   bentuk   kesadaran   berfikirlah   yang   kita   inginkan   bukan   perubahan   secara 

institusional sebuah masyarakat. 

Pada masa sebelum modern, perkembangan alam pikiran barat sangat terkekang oleh keharusan 

untuk   disesuaikan   dengan   ajaran   agama.   Perkembangan   penalaran   tidak   dilarang   tetapi   harus 

disesuaikan dan diabadikan pada keyakinan agama. Filsafat pada masa itu mencurahkan perhatian 

terhadap masalah metafisik. Saat itu sulit membedakan mana filsafat dan mana teologi gereja. Hal 

ini sangat berbeda dengan pemikiran modern yang sudah dijelaskan dalam pembahasan pertama.

Masa filsafat modern diawali dengan munculnya Renaissance sekitar abad 15 dan 16 M, kata 

“renaissance”   berarti   kelahiran   kembali.   Yang   dimaksud   dengannya   adalah   usaha   untuk 

menghidupkan kembali  kebudayaan klasik (Yunani  Romawi).  Pokok permasalahan pada masa ini, 

sebagaimana periode skolastik adalah sintesa agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Era 

renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai bidang kemanusiaan baik sebagai 

individu maupun sosial.

Filosof pada masa renaissance antara lain Fancis Bacon. Dia berpendapat bahwa filsafat harus 

dipisahkan dari teologi meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan. Tetapi ia 

Page 100: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi hanya dapat diketahui dengan 

wahyu  sedangkan  wahyu sepenuhnya  bergantuing  pada  penalaran.  Hal   ini  menunjukkan  bahwa 

bacon termasuk orang- orang yang membenarkan konsep ganda, yaitu kebenaran wahyu dan akal.

 Sejarah filsafat modern lalu bisa dilukiskan sebagai pemberontakan intelektual terus menerus 

terhadap   metafisika   tradisional.   Karena   pemikiran   yang   berdasrkan   pada   iman   (teologi)   lebih 

dikalahkan   oleh   pemikiran   yang   berdasarkan   pada   akal   (rasio).   Disisi   lain   filsafat   modern   juga 

menjadi sebuah emansipasi, sebuah kemajuan berfikir yang sebelumnya didominasi oleh pemikiran 

metafisika tradisional yang didukung oleh kekuasaan gereja. Pada posisi ini mendukung radikalisasi 

lebih   lanjut   yaitu   pemisahan   ilmu   pengetahuan   dari   filsafat.   Kalau   filsafat   tradisional   lebih 

mempermasalahkan kepada hal- hal yang bersifat teosentris yaitu persoalan kenyataan Adi Kodrati, 

entah yang disebut Allah, ruh dsb. 

Filsafat  modern  lebih  mempermasalahkan kepada hal-  hal  yang bersifat  antroposentris  yaitu 

bagaimana menemukan dasar pengetahuan yang shohih tentang semua itu hal ini menjadi sebuah 

usaha untuk melepaskan diri dari tradisi. Oleh karena itu, diluncurkan tema- tema sebagai refleksi 

baru seperti: rasio, persepsi, afeksi sehingga pada masa filsafat modern ini pengetahuan baru sudah 

banyak muncul seperti yang sekarang ini kita kenal dengan “ilmu pengetahuan modern” yakni ilmu-

ilmu alam.

Page 101: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Filsafat Modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya 

era skolastisisme. Waktu munculnya filsafat modern adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di 

Eropa Barat dan Amerika Utara. Filsafat Modern ini pun dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat 

pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka di zaman Modern.

Tokoh-Tokoh Filsafat Modern yang terpenting pada saat itu antara lain :

a. Nicolaus Copernicus

b. Johannes Kepler

c. Galileo Galilei

d. Francis Bacon (1561-1626)

Pada  dasarnya   juga  bahwa filsafat  modern   tersebut   dapat  mengasumsikan  bahwa didalam 

kehidupan modern muncul kesadaran waktu akan kekinian. Asumsi ini tidaklah berarti sebelumnya 

orang tidak hidup di masa kini, akan tetapi lebih tepat mengatakan bahwa sebelumnya orang kurang 

menyadari bahwa manusia bisa mengadakan perubahan - perubahan secara kualitatif.

Page 102: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta; 1998.

_________,Panorama filsafat modern,DARAS, Jakarta; 2005

Hardiman F.Budi, filsafat modern, gramedia, jakarta; 2004.

Syadali Ahmad,dkk filsafat umum, pustaka setia, bandung; 2004

http://www.filsafatislam.com/tokoh-filsafat/ikhtisar-sejarah-filsafat-modern-kajian-tokoh-dan-pemikiran

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Modern

Page 103: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://sewank09.blogspot.com/2012/11/filsafat-barat.html

Filsafat Barat

Filsafat BaratFILSAFAT  KAUM SOFIS DAN JAMAN  SOKRATES

1. Pendahuluan

            Pada pembahasan dalam kegiatan belajar ini akan dipelajari filsafat Yunani, terutama

pemikiran yang berkembang di jaman filsafat Sokrates. Jika dilihat dari inti pemikiran jaman

ini, tampak bahwa pemikiran Sokrates ini kurang bersahabat dengan pemikiran yang

berkembang pada kaum Sofis. Hal ini dapat dipahami dari filsafat Sokrates yang sangat

nampak sekali, yaitu sebagai reaksi serta kritik atas kaum Sofis. Meskipun demikian, tidak

ada buruknya juga jika dibicarakan keduanya, yaitu baik pemikiran kaum Sofis maupun

filsafat Sokrates yang merupakan sentrum bahasan ini. Hal ini bukan saja karena keduanya

berkembang dalam jaman yang sama, melainkan karena keduanya membaharui filsafat denga

metode yang sama. Hal ini ada seorang filsuf dan juga sebabagai sastrawan dari Roma, yaitu

Cicero mengatakan bahwa Sokrates telah memindahkan filsafat dari langit ke bumi. Artinya

bahwa filsafat pra-Sokrates telah memandang alam semesta dengan berbagai cara yang

tampak masih nun jauh di sana, sedangkan Sokrates mencari objek penyelidikan dan

pemikirannya di bumi ini, yaitu manusia itu sendiri. Hal yang sama juga bagi kaum Sofis,

mereka pun memusatkan seluruh perhatiannya pada manusia.

            Ketika filsafat pra-Sokrates dipelajari, sudah kesekian kalinya ditemuai berbagai

permasalahan yang terkait dengan manusia, namun hanya sepintas lalu. Oleh sebab itu, dalam

pembicaraan dan pemikiran pada bahasan ini, manusia menjadi objek pertama dan utama

untuk penyelidikan secara filosofis. Jadi, dengan pendek kata bahwa pemikiran secara

filsafati pada kesempatan ini manusia menjadi objeknya.

2. Filsafat Kaum Sofis

            Filsafat kaum Sofis lebih akrab dengan sebutan aliran Sofistik, meskipun ini bukan

merupakan suatu mazhab, seperti bila dibandingkan dengan mazhab Elea. Dan akan lebih

tepat jika istilah Sofistik itu dipandang sebagai suatu gerakan dalam bidang intelektual yang

diakibatkan dari beberapa factor, seperti perkembangan di bidang politik dan ekonomi

Athena, serta kebutuhan akan pendidikan yang dirasakan di seluruh Hellas pada waktu itu,

Page 104: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dan juga dalam pergaulan mereka di Yunani merasa berbeda dengan kebudayaan lain selain

kaum Sofis.

            Nama “Sofis” nampaknya belum digunakan sebelum abad ke- 5 s. M, dan artinya

semula adalah “seorang bijaksana” atau “seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang

tertentu”, namun juga kadang kadang ada yang mengartikan sebagai “sarjana” atau

“cendekiawan”. Seorang pengarang Yunani bernama Androtion pada abad ke-4 s. M

mempergunakan istilah “Sofis” untuk menunjukkan “ketujuh orang bijaksana” dari abad ke-6

s. M (telah dijelaskan modul sebelumnya) dan Sokrates. Sedangkan Lysias seorang ahli

pidato Yunani yang hidup sekitar permulaan abad ke-4 s. M. mengenakan istilah “Sofis” pada

diri Plato, namun dalam abad ke-4 s. M dan selanjutnya istilah “philosophos” menjadi istilah

yang sudah lazim dipakai dalam arti “sarjana” atau “cendekiawan”, sedangkan istilah “Sofis”

khusus dipakai untuk sebutan guru guru yang berkeliling dari kota ke kota yang berperan

penting dalam masyarakat Yunani.

            Nama istilah “Sofis” dikemudian hari lama kelamaan menjadi tidak harum, seperti

terlihat dalam bahasa bahasa modern, misalnya dalam bahasa Inggris yang berbunyi “sophist”

adalah untuk menunjukkan seseorang yang menipu orang lain dengan mempergunakan

argumentasi argumentasi yang tidak sah. Cara berargumentasi yang dibuat dengan maksud

seperti itu dalam bahasa Inggris disebut “sophism” atau “sophistery”. Hal ini terutama

dipakai oleh Sokrates, Plato, dan Aristoteles untuk mengkritik atas kaum Sofis, sehinga

mengakibatkan nama “Sofis” menjadi berbau kurang baik. Salah satu tuduhan dari mereka,

yaitu bahwa para Sofis meminta uang sebagai imbalan yang diajarkan oleh para Sofis. Hal ini

seperti diceriterakan oleh Plato dalam dialog yang berjudul “Protagoras”, ia mengatakan

bahwa para Sofis merupakan “pemilik warung yang menjual barang rohani”, dan Aristoteles

juga mengarang buku yang berjudul  “Sophistikoi elenchoi” artinya cara cara berargumentasi

kaum Sofis yang maksudnya cara berargumentasi yang tidak sah. Demikianlah sehingga

kaum Sofis menjadi kurang baik di mata masyarakat Yunani pada waktu itu.

            Ajaran kaum Sofis antara lain disampaikan oleh Protagoras yang lahir kira kira tahun

485 s. M. di kota Abdera, dalam bukunya berjudul “kebenaran” (Yunani: Aletheia). Dalam

buku ini Protagoras mengatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk segala galanya, yaitu

untuk hal hal yang ada sehingga mereka ada, dan untuk hal hal yang tidak ada sehingga

mereka tidak ada. Oleh sebab itu pendirian ini boleh disebut relativisme, artinya bahwa

kebenaran itu dianggap hanya tergantung pada manusia. Jadi, manusialah yang menentukan

benar tidaknya, bahkan ada tidaknya. Namun yang jadi persoalan, yaitu istilah “manusia” itu.

Yang dimaksudkan oleh Protagoras apakah manusia perorangan ataukah manusia sebagai

Page 105: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

umat manusia ?. Maka dari itu, apakah kebenaran tergantung pada anda dan pada saya,

sehingga manusia mempunyai kebenaran sendiri sendiri ?, ataukah kebenaran tergantung

siapa saja dalam arti semua mengakui, sehingga kebenaran itu semua mengakui ?. Akan

tetapi seperti ditemukan dalam kesaksian Plato bahwa Protagoras mengartikan manusia

adalah sebagai manusia perorangan. Hal ini bisa dipahami dengan melihat contoh yang

diberikan oleh Protagoras, yaitu angin yang sama dirasakan panas oleh satu orang (tapi orang

sehat) dan dirasa dingin oleh orang lain (oarng dalam keadaan sakit demam). Dengan

demikian mereka keduanya adalah benar, maka alasan bahwa bagi Protagoras yang dimaksud

manusia adalah manusia perorangan. Jadi, kebenaran seluruhnya harus dianggap relative

terhadap manusia bersangkutan. Semua pendapat sama benar, biarpun sama sekali

bertentangan satu sama lain. Inilah salah satu ajaran dari kaum Sofis yang beranggapan

tentang relativitas di alam semesta ini.

            Ajaran kaum Sofis yang lain yaitu diajarkan oleh Gorgias yang lahir kira kira tahun

483 s. M. di kota Liontinoi di Sisilia yang awalnya murid Empedokles namun kemudian

dipengaruhi oleh dialektikanya Zeno. Gorgias berpendirian, yaitu

a. Tidak ada sesuatu apapun.

b. Seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal.

c. Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa

disampaikan kepada orang lain.

Ketiga pendirian ini didukung oleh banyak argument, sehingga Gorgias bukan seorang

penganut skeptisisme (anggapan bahwa kebenaran tidak dapat diketahui), melainkan

memihak kepada nihilisme (anggapan bahwa tidak ada sesuatu pun atau bahwa tidak ada

sesuatu pun yang bernilai).

            Gorgias setelah mengarang karya tentang nihilisme di atas, kemudian berbalik dari

filsafat, dan selanjutnya mulai mencurahkan perhatiannya kepada ilmu retorika (Indoneis:

seni berpidato). Gorgias menganggap bahwa retorika sebagai seni untuk meyakinkan

(Inggris: the art of persuasion). Oleh sebab itu menurutnya, bahwa orang tidak cukup

mengemukakan alasan alasan yang diarahkan kepada akal budi, melainkan perasaan juga

harus disentuh. Jadi, Gorgias menciptakan gaya bahasa yang mempraktekan prinsip ini dalam

retorikanya.

            Pengikut kaum Sofis berikutnya, yaitu Hippias yang hidupnya sebaya dengan

Sokrates, berasal dari kota Elis. Ia mencurahkan perhatiannya pada pertanyaan, yaitu apakah

Page 106: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

tingkah laku manusia dan susunan masyarakat harus berdasarkan nomos (Indonesia: adat

kebiasaan, undang undang) atau harus berdasarkan physis (Indonesia: kodrat). Akan tetapi

Hippias justru memberi jawaban yang berbeda dari kebanyakan rekan kaum Sofis. Ia

beranggapan bahwa kodrat manusia merupakan dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan

masyarakat. Ia punya argument begitu, karena menurutnya bahwa undang undang yang

merupakan norma terakhir untuk menentukan yang baik dan yang jahat. Apalagi menurut

Hippias bahwa undang undang sering memperkosa kodrat manusia. Misalnya, undang

undang menggolongkan manusia sebagai penguasa atau bawahan, dan sebagai orang bebas

atau budak. Padahal manusia secara kodratnya adalah sama derajatnya dan bebas. Dengan

demikian pada diri Hippias tampaklah suatu kosmopolitisme dan universalisme yang

menandai banyak Sofis. Di samping itu masih banyak pandangan pandangan hidup kaum

Sofis yang aneh aneh, seperti pandangan hidup yang pesimistis dari pemikir dari pulau Keos

yang hidupnya juga sebaya dengan Sokrates, yaitu Prodikos. Kemudian Kritias yang lebih

muda dari Sokrates berasal dari Athena yang pandangannya bersifat agamis, ia beranggapan

bahwa agama ditemukan oleh penguasa penguasa Negara yang licik. Menurutnya bila

kebanyakan pelanggaran diadili menurut hokum, namun ada pelanggaran yang dilakukan

sembunyi sembunyi sehingga tidak diketahui oleh umum, maka penguasa penguasa

menemukan dewa dewa supaya orang percaya bahwa mereka akan membalas juga

pelaggaran yang sembunyi sembunyi itu.

            Melihat ajaran kaum Sofis yang beraneka ragam di atas, ternyata banyak juga

pengaruhnya terhadap pemikiran pemikiran berikutnya. Pengaruhnya itu dapat dikategorikan

menjadi pengaruh negative dan pengaruh positif.

            Pengaruh negative, yaitu tampak bahwa gerakan Sofis melihat bila orang telah jemu

dengan sekian banyak pendirian yang dikemukakan oleh pemikir pra-sokratik, maka para

Sofis mulai bereaksi sebagai skeptisisme. Artinya, kebenaran mulai diragukan  dan dasar

ilmu pengetahuan sendiri digoncangkan (Oleh: Protagoras dan Gorgias). Jadi, di sisni

nampak sekali bahwa Sofistik mepunyai pengaruh negative atas budaya Yunani. Pengaruh

negative lainnya, yaitu banyak nilai tradisional dalam bidang keagamaan dan moralitas mulai

dirobohkan, sehingga peranan Polis sebagai kesatuan social politik mulai merosot, sebagai

akibat dari pendainya memainkan peran berpidato (retorika) dan kemahiran berbahasa.

            Pengaruh positif dari aliran Sofistik, yaitu berupa suatu revolusi intelektual  di Yunani

yang luar biasa. Hal ini bisa dilihat, yaitu berupa ciptaan gaya bahasa yang baru untuk prosa

Yunani khususnya. Pengaruh positif lainnya, yaitu dengan mulainya manusia sebagai objek

pemikiran filosofisnya. Dan jasa yang sangat besar bagi Sofistik adalah karena mereka justru

Page 107: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

mempersiapkan kelahiran fiilsafat baru. Dan Sokrates, Plato, serta Aristoteleslah akan

merealisasikan filsafat baru yang dipersiapkan oleh para Sofistik.

3. Filsafat Jaman Sokrates

            Disebut filsafat jaman Sokrates, sebab hasil pemikiran di sini diawali cara

berfilsafatnya seorang filsuf yang tidak asing lagi bagi telinga setiap orang yang sedang dan

akan belajar filsafat. Seorang filsuf dimaksud adalah Sokrates, meskipun tak seorang pun

tahu persis bilamana ia dilahirkan. Untuk dapat dipercaya kesaksiannya adalah bahwa

Sokrates pada tahun 399 s. M. dijatuhi hukuman mati dengan harus minum racun di depan

para muridnya. Pada waktu itu diceriterakan bahwa Sokrates berumur 70 tahun, oleh sebab

itu ia diperkirakan lahir kira kira tahun 470 s. M. (Harun Hadiwijono, 1988: 35.

            Jika melihat lahir dan perkembangannya filsafat khususnya filsafat Barat, maka tidak

ada filsuf yang sangat ramai dibicarakan kecuali Sokrates. Tentang diri Sokrates memang

tampak ada dua pandangan yang sangat ekstrim tentang dirinya, yaitu disatu pihak bahwa

Sokrates dianggap sebagai filsuf terbesar yang pernah hidup dibumi ini, sedangkan di lain

pihak ada yang menganggap bahwa Sokrates bukan seorang filsuf. Dari kedua pandangan

yang ekstrim itu memang menimbulkan problem juga pada para pemikir berikutnya. Problem

dimaksud antara lain karena Sokrates sendiri tidak pernah menuliskan hasil pemikirannya,

sehingga tidak bisa dipelajari pemikiran yang berupa buah pena Sokrates sendiri, dan hanya

diperoleh dari murid atau sumber lain yang menceriterakan tentang diri Sokrates. Ditambah

lagi bahwa banyak sumber lain yang tidak menggambarkan Sokrates dan keaktifannya dalam

bidang filsafat. Dengan demikian Sokrates yang histories tidak dapat dikenal, namun ada

sejarawan sejarawan lain yang bersikap lebih optimistis tentang eksistensi Sokrates sebagai

seorang filsuf yang besar.

            Sumber untuk mempercayai bahwa Sokrates memang pernah ada di bumi ini, dirasa

cukup dengan kesaksian dari empat orang sebagai sumber, karena empat orang ini memang

memainkan peran besar dan penting dalam menginterpretasi kehidupan maupun ajaran

Sokrates. Adapun keempat sumber dimaksud adalah :

1. Aristopanes yang seorang comedian ternama di Athena, yang hidupnya sejaman

dengan Sokrates. Komedi dari Aristopanes sangat lucu membicarakan peristiwa

peristiwa actual, tokoh tokoh dan pikirannya yang lazim pada para penonton yang di

sini Sokrates disebut sebutnya. Ada satu komedi yang berjudul Awan awan,

dipentaskan pertama kalinya pata tahun 423 s. M. dimana Sokrates sebagai pelaku

utamanya.

Page 108: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

2. Xenophon yang lahir tahun 430 s. M. di Athena dari keluarga bangsawan pada waktu

itu. Ia adalah pengikut Sokrates, meskipun tidak ingat berapa lama menjadi

pengikutnya. Xenophon meninggalkan beberapa karya tulis, yang diantaranya adalah

berjudul Memorabilia yaitu berupa kenang kenangan akan Sokrates terutama tulisan

kecil tentang Sokrates.

3. Plato yang lahir pada tahun 427 di Athena, ia sangat mengenal akan Sokrates sejak

masih kecil sampai kematian Sokrates pada tahun399 s. M. Plato banyak menulis

tentang dialog dialog, dan ada satu dialog, yaitu berjudul Nomoi, di sini ditulis bahwa

Sokrates bercakap cakap dengan sahabat sahabatnya. Disamping itu, karya Plato

sebagian besar berisi tentang Sokrates sebagai pelaku utama dalam dialognya.

4. Aristoteles, yang lahir 15 tahun setelah kematian Sokrates, namun meskipun lahirnya

setelah Sokrates, ia adalah murid Plato sehingga ia tahu banyak tentang kehidupan

dan ajaran Sokrates.

Jika dilihat dari empat sumber seperti disebutkan di atas untuk meyakini bahwa Sokrates

memang pernah hidup di muka bumi ini, maka sudah semestinya bila orang satu dengan

lainnya berbeda dalam melihat sumber mana yang dianggap sangat penting untuk

menentukan riwayat hidup dan ajaran Sokrates. Ada ahli yang mementingkan Xenophon, ada

yang mementingkan Plato, dan ada pula yang mementingkan Aristoteles, tapi yang jelas

untuk Aristophanes tidak begitu dipentingkan khususnya tentang komedi komedinya, karena

tidak dapat untuk menentukan ajaran Sokrates. Walaupun demikian karya karya Aristophanes

ada juga gunanya dalam menentukan Sokrates pernah ada, karena dalam komedi komedinya

disimpulkan bahwa Sokrates adalah tokoh terkenal di Athena sekitar tahun 420 s. M.

            Sokrates tidak beda dengan kaum Sofis, karena ia juga memberi pelajaran kepada

rakyat. Di samping itu Sokrates juga mengarahkan perhatiannya kepada manusia seperti

ajaran kaum Sofis. Perbedaan Sokrates dengan kaum Sofis adalah bila kaum Sofis mengajar

rakyat karena agar mengikutinya dan untuk mencari uang, serta memberikan keyakinan

tentang relatifisme, sedangkan Sokrates tidaklah demikian. Sokrates mengajar rakyat tidak

memungut uang kepada mereka, namun mengajar untuk mendorong orang supaya supaya

mengetahui dan menyadari sendiri, sebab Sokrates yakin bahwa ada kebenaran yang objektif.

            Kaum Sofis juga mengajar kepada rakyat tentang pendidikan seni berpidato, yaitu

yang disebut dengan istilah retorika, sehingga menjadi banyak orang sombong. Oleh sebab

itu, Sokrates dengan cara menggelikan mengajukan pertenyaan pertanyaan kepada rakyat

Page 109: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

murid kaum Sofis yang merasa pandai. Akhirnya jawaban jawaban mereka saling

bertentangan, sehingga banyak ditertawakan pendengarnya. Metode Sokrates yang membuat

jawaban orang menjadi bingung dan bertentangan itu disebutnya metode ironi (Yunani:

eironeia). Segi positif dari metode ironi ini adalah terletak pada usahanya untuk mengupas

kebenaran dari kulit “pengetahuan semu” orang orang itu.

            Sokrates dalam mengajar menggunakan cara dialektika (Yunani: dialegesthai artinya

bercakap cakap), yaitu cara mengajar dengan mementingkan peran dialog. Namun dialog cara

mengajar Sokrates adalah bukan sembarang dialog, melainkan dialog yang dibandingkan

dengan ibunya sebagai seorang bidan yang menolong kelahiran bayi, yaitu Sokrates ingin

melahirkan “pengertian yang benar”, sehingga lalu olehnya disebut dengan metode seni

kebidanan yang dalam bahasa Yunani adalah maieutike tekhne. Jadi Sokrates bukan bertindak

sebagai bidan yang menolong melahirkan bayi, melainkan ia membidani jiwa jiwa. Artinya

bahwa Sokrates tidak menyampaikan pengetahuan, namun dengan pertanyaan pertanyaan ia

membidani pengetahuan yang terdapat dalam jiwa orang lain, dan juga ia menguji nilai nilai

pikiran yang sudah dilahirkan.

            Cara bekerja Sokrates seperti disebutkan di atas, artinya ia telah menemukan cara

berpikir induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal

dari banyak pengetahuan tentang hal khusus. Misalnya, banyak orang yang menganggap

dirinya ahli (ahli tukang sepatu, ahli tukang kayu, ahli tukang batu, dll) sebagai

keutamaannya. Lain lain orang yang ahli seperti tukang tukang tadi menganggap

keutamaannya berbeda beda sesuai ahli mereka. Untuk mengetahui apakah “keutamaan” pada

umumnya, maka semua keutamaan yang bermacam macam itu harus disingkatkan, tinggallah

keutamaan yang sifatnya umum. Jadi dengan induksi sekaligus juga ditemukan yang disebut

definisi umum. Tentang definisi umum pada waktu itu belum dikenal, maka Sokrates adalah

sebagai penemunya.

            Sokrates meskipun tidak meninggalkan tulisan tulisan dalam ajaran filsafatnya,

namun berdasarkan kesaksian dari para murid dan orang terpercaya di atas, akhirnya juga

dapat disimpulkan ajarannya sebagai berikut:

Bahwa jiwa manusia bukanlah nafasnya semata mata, namun asas hidup manusia dalam arti

yang lebih mendalam. Jiwa menurutnya adalah inti sari manusia, dan hakekat manusia

sebagai pribadi yang bertanggung jawab.

            Oleh karena jiwa adalah inti sari manusia, maka manusia wajib mengutamakan

kebahagiaan jiwanya (Yunani: eudaimonia = memiliki daimon atau jiwa yang baik), lebih

dari kebahagiaan tubuhnya atau kebahagiaan yang lahiriah, misalnya: kesehatan, kekayaan

Page 110: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dll. Jadi, manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa yang sebaik mungkin. Oleh sebab itu,

bila manusia hanya hidup saja, sudah tentu hal itu belum ada artinya, maka orang harus hidup

yang baik supaya mencapai kebahagiaan. Kemudian, bagaimana orang dapat mencapai

kebahagiaan ?.

            Sokrates mengatakan bahwa alat untuk mencapai kebahagiaan (Yunani: eudemonia)

adalah kebajikan atau keutamaan (Yunani: arête). Akan tetapi kebajikan atau keutamaan

yang dimaksudkan oleh Sokrates adalah bukan diartikan secara moral, namun olehnya

diartikan lebih luas dari itu. Misalnya, kebajikan seorang tukang kayu adalah kebajikan atau

keutamaan yang menjadikan tukang kayu itu menjadi tukang kayu yang baik, karena tahu

pekerjaannya dengan baik, dan mempunyai keahlian di bidang itu. Demikian halnya dengan

kebajikan atau keutamaan bagi seorang ahli yang lain. Jika dilihat dari hal itu, maka nampak

bahwa pendirian yang terkenal dari Sokrates yaitu “keutamaan adalah pengetahuan”. Oleh

karena itu keutamaan di bidang hidup baik tentu menjadikan orang dapat hidup baik, dan

hidup baik berarti mempraktekkan pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi, menurut

Sokrates bahwa baik dan jahat dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauan

manusia.

            Bertolak dari pandangannya di atas, maka menurut Sokrates adalah tidak mungkin

orang dengan sengaja melakukan hal yang salah. Bilamana orang berbuat salah, hal itu

disebabkan karena ia tidak berpengetahuan, sehingga ia keliru.

            Oleh karena kebajikan atau keutamaan adalah pengetauan tentang yang baik, padahal

yang baik adalah hanya satu, maka kebajikan atau keutamaan hanya ada satu saja, dan

sifatnya menyeluruh. Jadi, bila memiliki kebajikan yang satu itu berarti memiliki segala

kebajikan. Misalnya, orang yang berani, sudah barang tentu juga adil dan menaruh belas

kasihan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, bila tidak demikian, maka itu berarti bukan

kebajikan yang sejati. Dengan demikian, jika memiliki arête, memiliki kebajikan atau

keutamaan, berarti memiliki kesempurnaan manusia sebagai manusia (Harun Hadiwijono,

1988: 37).  

4. Filsafat Hasil Pemikiran Murid Sokrates dan Sesudahnya

            Pemuda bernama Plato yang lahir sekitar tahun 427 s. M. mempunyai maksud

berbalik dari kesusasteraan, yaitu dengan mencurahkan tenaganya kepada filsafat. Hal ini

dikisahkan bahwa setelah Plato berkenalan dengan Sokrates, ia lalu membakar karya karya

yang telah ditulisnya. Oleh sebab itu pertemuan Plato dengan Sokrates merupakan peristiwa

penentu dalam kehidupan Plato. Bagi Plato, bahwa Sokrates adalah “orang yang paling baik,

bijaksana, dan paling jujur”. Juga bagi Plato, Sokrates adalah “manusia yang paling adil dari

Page 111: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

seluruh jamannya” Dalam karya-karyanya, Sokrates diberi tempat yang paling sentral. Dan

yang paling mengesankan Plato, yaitu ketika peristiwa Sokrates didalam hukuman dan

eksekusi hukuman matinya.

            Semua karya yang ditulis Plato merupakan dialog dialog, kecuali surat-surat dan

Apologia. Palto adalah filsuf pertama dalam sejarah filsafat yang memilih dialog untuk

mengekspresikan pikiran-pikirannya. Sehingga Plato tidak memberi kuliah kuliah sistematis,

tetapi menyelenggarakan diskusi diskusi yang sebagian dipimpin sendiri oleh Plato.

            Ajaran tentang Idea-idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Dalam

bahasa Modern kata “idea/ ide” berarti suatu gagasan atau tanggapan yang hanya terdapat

dalam pemikiran saja. Oleh sebab itu, bagi orang modern bahwa idea merupakan sesuatu

yang bersifat subjektif belaka. Lain halnya dengan Plato, karena baginya bahwa Idea

merupakan sesuatu yang objektif. Artinya, ada Idea-idea yang telepas dari subjek yang

berpikir. Bagi Plato, idea idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea idea tidak

tergantung pada pemikiran; sebaliknya, justru pemikiran yang tergantung pada Idea-idea.

Jadi, justru karena ada Idea-idea yang berdiri sendiri sendiri, pemikiran manusia

dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada Idea-idea itu.

            Cara lain untuk mengerti lebih baik asal usul ajaran Plato mengenai Idea-idea ialah

ilmu pasti. Ilmu pasti berbicara mengenai garis, segitiga dan lingkaran pada umumnya. Tidak

mungkin bahwa ilmu pasti berbicara tentang sesuatu yang tidak ada. Jadi, mesti terdapat  

suatu Idea “segitiga”. Segitiga atau garis yang tergambar pada papan tulis hanya merupakan

tiruan tak sempurna saja dari Idea “segitiga atau garis”.

            Yang berlaku bagi segitiga tadi dapat dikatakan pula mengenai banyak hal lain lagi.

Seperti, ada yang disebut “bagus”, kain bagus, patung bagus, rumah bagus, dan

lainsebagainya. Selain itu masih banyak sebutan lagi, misalnya merah, mahal, dan lain lian.

Nah Idea yang bagus merupakan “yang bagus” sendiri, secara sempurna, tidak tercampur

dengan sesuatu yang lain. Plato menyebutnya dengan kata kata Yunani idea serta eidos dan

juga dengan kata morphe yang berarti “bentuk”.

            Bertolak dari ajaran di atas, menurut Plato bahwa realitas seluruhnya seakan akan

terdiri dari dua “dunia”. Satu “dunia” mencakup benda benda jasmani yang disajikan kepada

pancaindera. Pada taraf ini harus diakui bahwa semuanya tetap berada dalam perubahan.

Misalnya, bunga yang ini bagus, tapi esok harinya sudah jelek, dan lain lain. Di samping

“dunia” inderawi itu terdapat suatu “dunia” lain, suatu dunia ideal atau dunia yang terdiri dari

“Idea-idea”. Dalam dunia ideal ini sama sekali tidak ada perubahan. Jadi semua Idea bersifat

abadi dan tak terubahkan. Dalam dunia ideal tidak ada banyak hal yang bagus, hanya ada satu

Page 112: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Idea “yang Bagus”. Demikian halnya juga dengan idea-idea lain. Dan tiap tiap Idea bersifat

sama sekali sempurna. Jadi, Idea merupakan model atau contoh (Yunani: paradeigma) bagi

benda benda kongkrit. Benda benda kongkrit itu merupakan gambaran tak sempurna yang

menyerupai model tersebut.

            Teori tentang Idea-idea dari Plato, ternyata dapat mendamaikan ajaran Herakleitos

dengan ajaran Parmenides. Manurut Herakleitos bahwa semuanya senantiasa berada dalam

perubahan; tidak ada sesuatu pun yang tetap dan mantap. Kata Plato, bahwa pendapat

Herakleitos itu memang benar, tetapi hanya berlaku bagi dunia inderawi saja. Namun

demikian, pendapat Parmenides benar juga kata Plato, tetapi hanya berlaku bagi Idea-idea

saja. Dalam dunia ideal ini tidak ada perubahan, karena Idea-idea bersifat abadi. Dan Idea-

idea ini merupakan pondamen bagi pengenalan yang sejati.

            Plato menciptakan suatu ajaran tentang jiwa yang berhubungan erat dengan

pendiriannya mengenai Idea-idea. Bagi Plato, antara tubuh dan jiwa tidak merupakan

kesatuan. Tubuh adalah kubur bagi jiwa, dan jiwa berada dalam tubuh bagaikan dalam

penjara, kata Plato. Dalam karyanya yang disebut “Phaidon”, Plato mengatakan bahwa

“filsafat adalah latihan untuk mati”, dan ini adalah dapat dimengerti tentang pendapatnya

dalam rangka dualisme. Jadi, semestinya para filsuf sudah menjadi siap untuk melepaskan

diri dari kebutuhan kebutuhan badani sama sekali pada saat kematian.

            Murid Plato yang tidak kalah terkenalnya adalah Aristotelas yang lahir pada tahun

384 s. M. Aristoteles belajar dalam academia Plato di Athena dan tinggal di sana sampai

Plato meninggal dunia. Aristoteles mengkritik sangat tajam atas pendapat Plato tentang ajaran

Idea-idea. Aristoteles berpendapat bahwa yang ada ialah manusia ini dan manusia itu. Jadi

manusia konkrit saja. Sebab Idea “manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Hal yang sama

juga berlaku untuk Idea “segitiga” dan semua Idea lain.

            Aristoteles memang setuju anggapan Plato bahwa ilmu pengetahuan berbicara tentang

yang umum dan tetap. Ilmu pasti tidak berbicara tentang segitiga ini atau itu, namun tentang

segitiga pada umumnya. Salah satu alasan Plato menerima Idea-idea ialah untuk menjamin

kemungkinan adanya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu muncullah pertanyaan: jika tidak ada

Idea-idea, bagaimana mungkin adanya ilmu pengetahuan ?. Maka Aristoteles menjawab,

yaitu memang ada sesuatu yang umum dan tetap, tetapi bukan dalam suatu dunia ideal

melainkan dalam benda benda jasmani sendiri. Untuk memahami hal itu maka harus

disinggung pendapat Aristotels yang lazim disebut “teori bentuk-materi”. Aristoteles

menegaskan bahwa setiap benda jasmani terdiri dari dua hal, yaitu bentuk dan materi.

Misalnya, sebuah patung yang terdiri dari bahan tertentu dan bentuk tertentu.

Page 113: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

            Materi menurut Aristoteles adalah prinsip yang sama sekali tidak ditentukan, yang

sama sekali “terbuka”. Materi adalah kemungkinan belaka untuk menerima suatu bentuk.

Itulah sebabnya Aristoteles menyebutnya: materi pertama (Yunani: hyle prote). Dengan kata

“pertama” dimaksudkan bahwa materi sama sekali tidak ditentukan. Namun pada

kenyataannya materi pertama selalu mempunyai salah satu bentuk. Bentuk (Yunani: morphe)

ialah prinsip yang menentukan. Jadi, kiranya jelas bahwa bagi Aristoteles ilmu pengetahuan

dimungkinkan atas dasar bentuk yang terdapat dalam setiap benda konkrit (Bertens, 1988: 15,

Yogyakarta, Penerbit Kanisius).

            Teori Aristoteles yang disebutkan di atas, di kemudian hari biasa dinamakan teori

“hilemorfisme” (Asal bahasa Yunani: hyle dan morphe). Teori hilemorfisme menjadi dasar

juga untuk pandangan Aristoteles tentang manusia. Bertentangan dengan Plato, karena

Aristoteles sangat menekankan kesatuan manusia. Manusia merupakan satu substansi yang

terdiri dari bentuk dan materi Bentuk itu ialah jiwa. Karena bentuk tidak pernah lepas dari

materi, secara konsekuensi Aristoteles harus mengatakan bahwa pada saat manusia mati,

maka jiwanya akan hancur juga (Harun Hadiwijono, 1988: 50, Yogyakarta, Penerbit

Kanisius).

            Inti sari ajaran Aristoteles tentang fisika dan metafisika terdapat dalam ajarannya

mengenai dinamis (potensi) dan energia (aksi). Ajarannya ini dimaksudkan guna

memecahkan masalah perubahan atau gerak dan yang tetap tidak berubah. Para filsuf Elea,

seperti Parmenides dan Zeno berpendapat bahwa gerak dan perubahan adalah khayalan.

Namun Aristoteles menentang pendapat itu. Menurut Aristoteles, bahwa “yang ada” dalam

arti yang mutlak adalah yang teleh terwujud, sedangkan “yang tidak ada” hanya dapat

menjadi “yang ada” secara mutlak, atau menjadi “yang ada” secara terwujud, jikalau melalui

sesuatu. Di antara “yang tidak ada” dan “yang ada” secara mutlak itu terdapat “ada yang

nyata nyata mungkin”, atau “yang ada” sebagai kemungkinan, sebagai bakat, sebagai potensi,

sebagai dinamis. “Yang ada” sebagai potensi ini pada dirinya bukanlah sesuatu, sekalipun

dapat menjadi sesuatu. “Yang ada” sebagai potensi ini senantiasa cenderung menjadi “yang

ada secara terwujud”, sehingga “yang ada” sebagai potensi dapat dipandang sebagai

perealisasian dari “yang ada” secara terwujud. Jadi, secara hakiki keduanya harus dibedakan,

akan tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan.

            Perubahan dan gerak dalam arti yang lebih luas mencakup hal “menjadi” dan “binasa”

serta segala perubahan lainnya, baik di bidang bilangan maupun di bidang mutu dan di

bidang ruang. Tiap gerak sebenarnya mewujudkan suatu perubahan dari apa yang ada sebagai

potensi ke apa yang secara terwujud. Jadi setiap gerak mewujudkan suatu perpindahan dari

Page 114: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

apa yang ada sebagai potensi ke apa yang secara terwujud. Dan semua gerak itu tentu ada

gerak yang sempurna. Gerak yang sempurna itulah yang disebut penggerak pertama.

Penggerak pertama ini adalah Tuhan. Ialah yang menyebabkan gerak abadi, yang sendiri

tidak digerakkan, karena bebas dari materi. Tuhan adalah Actus Purus, Aktus murni (Harum

Hadiwijono, 1988: 49, Yogyakarta, Penerbit Kanisius).

            Ajaran Aristoteles tentang manusia melalui dua tahap. Dalam tahap pertama, ia masih

dipengaruhi oleh Plato, sehingga masih mengajarkan dualisme antara tubuh dan jiwa, serta

mengajarkan praeksistensi jiwa. Akan tetapi kemudian ia meninggalkan dualisme dengan

menjembatani jurang yang ada di antara tubuh dan jiwa.  Keduanya dipandang sebagai dua

aspek dari satu substansi, yang saling berhubungan dan yang nisbahnya sama seperti nisbah

antara materi dan bentuk, atau antara potensi dan aktus. Jikalau tubuh adalah materi, maka

jiwa adalah bentuknya, jikalau tubuh adalah potensi, maka jiwa adalah aktusnya Jadi, jiwa

adalah aktus pertama yang paling asasi, yang menyebabkan tubuh menjadi tubuh yang hidup.

Jiwa adalah asas hidup dalam arti yang seluas luasnya, yang menjadi asas segala arah hidup

yang menggerakkan tubuh, yang memimpin segala perbuatan menuju kepada tujuannya.

            Puncak pemikiran Yunani Kuno ajaran yang disebut “Neoplatonisme”. Sebagaimana

namanya bahwa aliran ini sudah bermaksud menghidupkan kembali filsafat Plato. Namun hal

itu bukan berarti bahwa para pengikutnya tidak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf lain, seperti

Aristoteles. Sebenarnya ajaran neoplatonisme merupakan semacam sintesa dari semua aliran

filsafat sampai saat itu, namun Plato diberi tempat istimewa.

            Filsuf yang menciptakan sintesa itu adalah Plotinos yang lahir di Mesir tahun 203 dan

meninggal dunia kira kira tahun 270 ssd. M. Filsafat Plotinos berkisar pada Tuhan, sebab

Tuhan disebutnya dengan nama “yang Satu”. Plotinos mengatakan bahwa semuanya berasal

dari “yang Satu” dan akan kembali ke “yang Satu”. Oleh sebab itu dalam relitas seluruhnya

terdapat gerakan dua arah, yaitu dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Gerakan

dimaksud, yaitu:

a. Dari atas ke bawah.

            Plotinos sangat mementingkan kesatuan semua makhluk yang ada, bersama sama

merupakan keseluruhan yang tersusun sebagai suatu hirarki. Pada puncak hirarki terdapat

“yang Satu” (Yunani: to Hen), yaitu: Allah/ Tuhan. Setiap taraf dalam hirarki berasal dari

taraf lebih tinggi yang paling berdekatan dengannya. Taraf satu berasal dari taraf lain melalui

jalan pengeluaran atau “emanasi” (Inggris: emanation). Istilah “emanasi” mau ditunjukkan

bahwa pengeluaran itu berlangsung secara mutlak perlu, seperti air sungai mutlak perlu

memancar dari sumbernya. Taraf lebih tinggi tidak bebas dalam mengeluarkan taraf

Page 115: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

berikutnya. Namun dalam proses pengeluaran ini taraf lebih tinggi tidak berubah dan

kesempurnaannya tidak hilang sedikitpun. Adapun proses pengeluaran dilukiskan oleh

Plotinus, sbb.:

Dar ‘yang Satu”  dikeluarkan Akal Budi (nus). Akal Budi sama dengan Idea ideanya Plato

yang dianggap Plotinos sebagai suatu intelek yang memikirkan dirinya sendiri. Jadi Akal

Budi sudak tidak satu lagi, karena di sini terdapat dualitas: pemikiran dan apa yang

dipikirkan. Dari Akal Budi itu berasallah Jiwa Dunia (psyche). Akhirnya dari Jiwa Dunia

dikeluarkan materi (hyle) yang bersama dengan Jiwa Dunia merupakan jagat raya. Selaku

taraf yang paling rendah dalam seluruh hirarki, materi adalah makhluk yang paling kurang

kesempurnaannya dan sumber segala kejahatan.

b. Dari bawah ke atas.

            Setiap taraf hirarki mempunyai tujuan untuk kembali kepada taraf lebih tinggi yang

paling dekat dank arena itu secara tak langsung menuju ke Allah/ Tuhan. Sebab hanya

manusia mempunyai hubungan dengan semua taraf hirarki, dialah yang dapat melaksanakan

pengemnalian kepada Allah/ Tuhan. Hal itu dapat dicapai melalui tiga langkah, yaitu:

- Langkah pertama adalah penyucian, ialah manusia melepaskan diri dari materi dengan laku

tapa.

- Langkah kedua adalah penerangan, dimana ia diterangi dengan pengetahuan tentang Idea-

idea Akal Budi.

- Akhirnya langkah ketiga adalah penyatuan dengan Tuhan yang melebihi segala

pengetahuan.

- Langkah terakhir ini ditunjukkan oleh Plotinos dengan nama “ekstasis” (Inggris: ecstasy).

Hal ini murid Plotinos yang bernama Porphyrios menceriterakan bahwa selama 6 tahun

mengikuti gurunya, ia pernah melihat Plotinos mengalami ekstasis sebanyak 4 kali.

ZAMAN PERTENGAHAN

1. Pendahuluan

            Abad Pertengahan  di Eropa adalah zaman keemasan  bagi kekristenan. Abad

Pertengahan selalu dibahas sebagai zaman yang spesifik, karena dalam abad-abad itu

perkembangan alam pikiran Eropa sangat terkendali oleh keharusan untuk disesuaikan

dengan ajaran agama. Filsafat zaman Pertengahan biasanya dipandang  terlampau seragam,

dan lebih dari itu dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran sebenarnya.

            Perkembangan pemikiran kefilsafatan terutama filsafat Barat, bila hendak dipahami,

maka pendapat semacam di sebutkan di atas tadi hendaknya ditinjau kembali. Apa yang

terungkap pada masa Renaissana dan pada filsafat Barat abad ke-17, tidak mungkin

Page 116: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dipahami, manakala diabaikan permainan  pendahuluan tentang  hal-hal yang tersebut yang

terjadi pada abad Pertengahan (Delfgaauw, 1992: 63).

            Para filsuf Yunani yang sangat berpengaruh pada abad Pertengahan adalah Plato dan

Aristoteles. Hal ini bisa dipahami, bahwa pengaruh Plato yaitu pada pemikiran Agustinus,

sedangkan pengaruh Aristoteles adalah pada pemikiran Thomas Aquinas.

  

2.  Hasil Pemikiran Zaman Pertengahan

            Filsafat Agustinus yang diperkirakan antara tahun 354 s/d. Tahun 430 adalah filsafat

di mana keadaan dan situasi ikut berpartisipasi, sehinga merupakan bentuk Platonisme yang

sangat spesifik. Dengan pengetahuannya mengenai kebenaran-kebanaran abadi yang

disertakan sejak lahir dalam ingatan dan yang menjadi sadar karena manusia mengetahui

sesuatu, manusia ikut berpartisipasi dalam idea-idea tentang Tuhan, yang mendahului ciptaan

dunia. Ciptaan merupakan keadaan yang ikut ambil bagian dalam idea-idea Tuhan, tetapi

manusia adalah ciptaan yang unik, dan manusia bukan yang ambil bagian yang pasif saja,

melainkan diwujudkan secara aktif dalam suatu pengetahuan yang penuh kasih (Delfgaauw,

1992: 58).

            Oleh sebab itu, manusia melalui penciptaan dapat mendaki sampai pada pengakuan

yang penuh kasih akan Tuhan. Dalam arti tertentu keadaan ikut berpartisipasi  ini terjadi

dengan mengetahui sesuatu, namun semua perbuatan mengetahui dibimbing oleh kasih.

Demikianlah menurut Agustinus bahwa berpikir dan mengasihi berhubungan secara selaras

dan tak terceraikan. Tuhan adalah ada sebagai ada, yang bersifat pribagi dan sebagai pribadi

menciptakan seluruh jagad raya secara bebas, dan tidak dengan jelas emanasio yang niscaya

terjadi, seperti dikatakan oleh Plotinos.

            Pemikiran filsafat Aristoteles direnungkan secara mendalam oleh Thomas Aquinas

(tahun 1125-1274), tanpa ragu-ragu ia mengambil pemikiran filsafat Aristoteles sebagai dasar

dalam berfikir secara kefilsafatannya. Namun demikian pemikiran filsafat Thomas Aquinas

tidak semata-mata merupakan pengulangan dari filsafat Aristoteles. Ia membuang hal-hal

yang tidak pas dengan ajaran Kristiani dan menambahkan hal-hal baru, sehingga filsafatnya

melahirkan suatu aliran yang bercorak Thomasisme.

            Thomas Aquinas tentang pandangan terjadinya alam semesta menganut teori

penciptaan, artinya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta. Dengan tindakan mencipta,

Tuhan menghasilkan ciptaan dari ketiadaan. Tuhan mencipta dari ketiadaan pada awal

mulanya tidak terdapat dualisme antara Tuhan (kebaikan) dengan materia (keburukan).

Karena segala sesuatu timbul oleh penciptaan dari Tuhan, maka segala sesuatu juga ambil

Page 117: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

bagian dalam kebaikan Tuhan; artinya bahwa alam material mempunyai bentuk kebaikan

sendiri. Selanjutnya bahwa penciptaan itu bukan merupakan tindakan pada suatu saat

tertentu, yang sesudah itu ciptaan tersebut untuk seterusnya dibiarkan mengadu nasibnya.

Mencipta berarti secara terus menerus menghasilkan serta memelihara ciptaan  (Delfgaauw,

1992: 86-87).

Tuhan mencipta alam semesta serta wktu adalah dari keabadian, dan gagasan

penciptaan tidak bertentangan dengan alam abadi. Kitab suci mengajarkan bahwa alam

semesta berawal mula atau ada awal dan ada akhir, namun bagi filsafat tidak membuktikan

hal itu, seperti halnya filsafat juga tidak dapat membuktikan bahwa alam semesta tanpa awal

dan tanpa akhir.

FILSAFAT BARAT JAMAN MODERN

1. Pendahuluan

            Filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan suatu pasangan yang tampaknya kurang

seimbang. Hal ini dapat dilihat antara lain karena filsafat merumuskan pertanyaan, sedangkan

ilmu pengetahuan memberi jawaban. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, filsafat

kelihatannya tidak pernah maju. Namun di lain pihak, sejarah suatu ilmu tertentu  kurang

dipentingkan bagi umat manusia sekarang, karena jawaban-jawaban dari dahulu sering kali

sudah dikoreksi, sedangkan pertanyaan-pertanyaan dari sejarah filsafat masih tetap actual

bagi manusia masa kini.

            Pendapat-pendapat masa lampau tentang “pertanyaan-pertanyaan terakhir”,

pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengethauan, tidak lebih jelek atau

lebih baik daripada pendapat-pendapat yang dikemukakan sekarang. Sejarah filsafat seakan-

akan merupakan suatu diskusi kontinyu mengenai pertanyaan-pertanyaan manusia, dan dalam

hal ini rentetan pendapat dari semua jaman dan sudut dunia sama berharga.

            Sejarah filsafat mirip suatu museum yang memuat koleksi raksasa dari pendapat

pendapat pemikir-pemikir besar mengenai misteri hidup. Koleksi ini bertambah terus

menerus. Dalam koleksi ini dibedakan tiga tradisi besar, yaitu filsafat India, filsafat Cina, dan

filsafat Barat. Khusus dalam rencana pembicaraan ini adalah filsafat Barat yang mempunyai

tiga jaman yang menonjol dan tiga periode keemasan, yaitu filsafat kosmosentris dari jaman

Yunani, filsafat teosentris dari abad pertengahan, dan filsafat antroposentris dari jaman

modern dan kontemporer. Pada bahasan ini hanya akan berbicara tentang jaman ketiga, yaitu

pereode yang dimulai dari filsafat hasil pemikiran Rene Descartes (1596-1650) yang

mendapat julukan Bapak filsafat modern, yang berlangsung sampai masa kini dan tetap jadi

pembicaraan.

Page 118: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

            Berbicara tentang filsafat modern, amat luas menghadapi pertanyaan, oleh sebab itu,

maka “mana yang harus dimuat, mana tidak”: what to leave out and what to put in, that’s the

problem. Pembicaraan pada masalah ini banyak hal yang tidak dimuat, sehingga nanti akan

nampak sebagai ihtisar yang sederhana. Ihtisar dimaksud adalah ihtisar tentang filsafat

modern dari filsafat abad ketujuh belas, filsafat abad kedelapan belas, dan filsafat abad

kesembilan belas. Filsafat pada abad-abad itu sudah dianggap “klasik”. Di sinilah nanti

beberapa pokok pemikirannya tentang filsafat modern yang dapat dilihat dalam uraian berikut

ini.

2.  Filsafat Abad Modern.

            Peralihan dari abad pertengahan ke abad Modern ditandai oleh suatu era yang disebut

dengan ”Renaissans”. Era Renaissans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian

dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan dan

teknologi (Lucas, 1960: 3). Pada jaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola

pemikiran abad Pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan

revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam

filsafat (Patterson, 1971: 2).

            Zaman Renaissans terkenal dengan jaman kelahiran kembali kebasan manusia dalam

berpikir. Renaissans adalah zaman atau gerakan yang didukung oleh cita-cita lahirnya

kembali manusia yang bebas. Manusia bebas yang dimaksudkan dan didambakan adalah

manusia bebas seperti yang ada dalam zaman Yunani Kuno. Pada zaman Renaissans ini

manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari

otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah ”mengungkung” kebebasan dalam

mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.

            Filsafat Barat Modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut

dengan ”Renaissans” itu di dalamnya mengandung dua hal yang sangat penting, yaitu:

Pertama, semakin berkurangnya kekuasaan Gereja.

Kedua, semakin bertambahnya kekuasaan ilmu pengetahuan (Russell, 1957: 511). Pengaruh

dari gerakan Renaissans iu telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan Barat modern

berkembang dengan pesat, dan semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma Gereja.

Terbebasnya manusia  Barat dari otoritas Gereja merupakan dampak semakin dipercepatnya

perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Sebab pada zaman Renaissans, perkembangan

filsafat dan ilmu pengetahuan tidak lagi didasarkan pada otoritas dogma-dogma Gereja,

melainkan didasarkan atas kesesuaiannya dengan akal. Sejak jaman Renaissans, kebenaran

filsafat dan ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap

Page 119: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

ilmiah) yang kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode, perkiraan, dan pemikiran

yang dapat diuji. Kebenaran yang dihasilkan tidak bersifat tetap, namun dapat berubah dan

diferivikasi sepanjang waktu.

            Dengan demikian filsafat Barat Modern memiliki corak yang berbeda dengan periode

filsafat Abad Pertengahan. Perbedaan itu terletak terutama pada otoritas kekuasaan politik

dan ilmu pengetahuan. Jika Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh

Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada Zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak

pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman Modern tidak mau diikat

oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri. Kekuatan

yang mengikat itu ialah agama dengan Gerejanya, serta Raja dengan kekuasaan politiknya

yang bersifat absolut.

            Para filsuf Modern pertama-tama menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari

kitab suci atau dogma-dogma Gereja, juga tidak berasal dari kekuasaan feodal, melainkan

dari diri manusia sendiri (Nico Syukur Diester, 1992: 55). Sebagai ahli waris zaman

Renaissans, filsafat Modern itu bercorak  ”antroposentris”, artinya manusia menjadi pusat

perhatian penyelidikan filsafati. Semua filsuf pada zaman Modern menyelidiki segi-segi

subjek manusiawi; ”aku” sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan, pusat

tindakan, pusat kehendak, dan pusat perasaan (Hammersma, 1983: 3-4).

            Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman Modern, khususnya dalam

abad ke-17, adalah persoalan epistemologi. Pertanyaan pokok dalam bidang epistemologi

adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan apakah sarana yang paling

memadai untuk mencapai pengetahuan yang benar, serta apa yang dimaksud kebenaran itu

sendiri. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak epistemologi ini, maka dalam

filsafat abad ke-17 muncullah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban berbeda, bahkan

saling bertentangan. Aliran filsafat dimaksud adalah aliran rasionalisme dan aliran

empirisme.

            Mengawali filsafat Modern dengan kemunculannya aliran rasionalisme yang tokoh

utamanya adalah Rene Descartes, maka setidak-tidaknya harus dipahami bagaimana filsafat

Rene Descartes. Dari sinilah tonggak awal pemikiran filsafat Modern dimulai. Dengan

ketidak puasannya Rene Descartes (1596-1650) terhadap filsafat pada zaman Renaissans,

yang dianggapnya kurang sistematis dan kurang metode, maka diperbaharuilah filsafat, yaitu

dengan “kesangsian metodis”. Menurut Rene Descartes, segala sesuatu hal disangsikannya,

supaya tinggal diterima hal yang betul-betul pasti, sehingga dapat terjadi suatu system filsafat

Page 120: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

seperti suatu system ilmu pasti: yaitu suatu system berdasarkan aksioma-aksioma, dan

tersusun menurut langkah-langkah logis, yaitu:

            Pertama, ia mengawalinya dengan ucapan “kalau saya sangsi akan segala sesuatu,

tinggal satu hal yang tidak dapat disangkal, yaitu kesangsian itu sendiri”.  Sebenarnya pikiran

ini tidak baru, namun yang baru pada Descartes, yaitu bahwa subjek yang sedang berpikir

menjadi titik pangkal untuk filsafatnya. Kata Descartes, kalau saya ragu-ragu akan segala

sesuatu, saya masih berpikir, dan kalau saya berpikir, saya ada. Jadi kalau saya berpikir maka

saya ada, istilah Yunani: “Cogito ergo sum” (Harry Hamersma, 1992: 8).

            Kedua, Descartes dalam berpikir berpangkal pada dirinya sendiri. Artinya, bahwa ia

mengambil manusia yang sebagai subjek berpikir sekaligus dijadikan sebagai titik tolak

berpikirnya. Hal inilah yang sama sekali baru, karena sebeleum Descartes, kebenaran selalu

berdasarkan kekuasaan di luar manusia, misalnya kekuasaan kitab suci, tradisi, Negara, dan

lain sebagainya. Tetapi bagi Descartes, bahwa manusia sendiri menjadi kekuasaan yang

“membawa”, dan “memikul” kenyataan. Manusia yang berpikir merupakan pusat dunianya,

dan berkat idea inilah sehingga ia dijuluki sebagai ”Bapak filsafat modern”.

            Ketiga, bahwa Desacartes mengatakan bila dirinya telah mempunyai kepastian

tentang idea. Hal ini tampak dengan ucapannya “saya berpikir, maka saya ada”, karena

menurutnya idea “jelasdan tegas”, dan semua hal yang dimilikinya merupakan idea-idea yang

jelas dan tegas atau yang dilihatnya (Prancis: clare et distincte) itu pasti. Akal budi, ratio,

mencapai kepastian ini tanpa pertolongan apa pun. Oleh karena itu, Descartes nampaklah

bahwa dirinya sebagai seorang “rasionalis” sejati.

            Keempat, Descartes menyatakan bahwa ideanya tentang yang “jelas dan tegas”, di

dalamnya memuat tiga substansi yaitu, substansi Allah, pemikiran (cogitatio), dan keluasan

(extensio). Substansi pemikiran merupakan bidang psikologi atau bidang jiwa, sedangkan

keluasan adalah bidang ilmu alam atau bidang materi. Dalam manusia kedua bidang yaitu

pemikiran dan keluasan merupakan kesatuan, namun menurut Descartes tentang kesatuan ini

agak aneh. Maksudnya yaitu, bawa pemikiran yang berupa kejiwaan dan keluasan yang

berupa badani atau materi  adalah merupakan dua kenyataan terpisah, yang saling

mempengaruhi melaui kelenjar kecil di bawah otak. Oleh sebab itu, seorang filsuf Inggris,

Ryle, mengatakan bahwa dalam pikiran Descartes, manusia itu bagaikan “suatu hantu dalam

sebuah mesin” (Harry Hamersma, 1992: 8).

            Berdasar dari pemikiran Descartes seperti itu, ternyata pengaruhnya tidak hanya

bidang filsafat, melainkan juga ilmu pasti, ilmu alam, dan kedokteran, sehingga tampak jelas,

bahwa dia telah memberi epistemology yang sama sekali baru, dan filsafat telah dibuatnya

Page 121: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sikap rasionalis ini pun juga ditemukan pada Spinoza

dan Leibniz.

            Filsafat modern tidak saja ditemukan pada Descartes, meskipun dia telah mencari

dasar untuk semua kepastian,  dan dia mendapat dasar ini dalam penglihatan “saya berpikir,

maka saya ada”. Ternyata penglihatan Descartes tentang “saya berpikir, maka saya ada”

menjadi titik pangkal aliran rasionalisme, meskipun di Inggris dalam waktu yang sama juga

timbul aliran lain, yaitu aliran empirisme.

            Aliran empirisme dirintis oleh Francis Bacon (1561-1626) dan Thomas Hobbes

(1588-1679) dan aliran ini sangat penting bagi John Loke (1632-1704) sebagai seorang tokoh

aliran empirisme Hal ini dapat dimengerti karena rasionalisme menekankan peranan “rasio”,

akal budi, maka empirisme menekankan peranan “pengalaman inderawi” (Yunani: emperia).

            John Loke mengatakan bahwa segala sesuatu dalam pikiran saya, berasal dari

pengalaman inderawi. Tidak dari akal budi. Otak itu sepeti sehelai kertas yang masih putih.

Baru melalui pengalaman inderawi, helai kertas itu diisi (Harry Hamersma, 1992: 19). Dan

menurut John Loke tidak ada perbedaan antara pengetahuan dari akal budi dan pengetahuan

dari panca indra. Semua pengetahuan berasal atau dari pengalaman lahiriah (dari sense atau

external sensation), atau dari pengalaman batin (internal sense atau reflexion). Yang

lahiriah member informasi tentang dunia di luar kita, yang batin tentang dunia dalam kita,

yakni: jiwa. Pengalaman lahiriah, sensation, itu tersusun dari sifat-sifat seperti: “keluasan”,

“bentuk”, “jumlah”, dan “gerak”. Pengalaman batin, reflexion, terjadi kalau kesadaran

melihat keaktifannya sendiri. Dengan cara ini terjadi “ingat”, membandingkan”,

“menghendaki”, dan lain sebagainya. Isi otak saya terdiri dari idea-idea, kata John Loke. Ada

dua jenis idea kata John Loke,yakni: idea tunggal dan idea majemuk (simple ideas dan

complex ideas). Idea tunggal berasal secara langsung dari pengalaman inderawi, sedangkan

idea majemuk memang hanya “hubungan-hubungan dari idea-idea tunggal”. Missal: “sebab”,

“relasi”, “syarat”, dan lain sebagainya, tidak diamati secara langsung, tetapi “dilihat” melalui

kombinasi idea-idea tunggal. Jadi bagi penganut empirisme, bahwa sumber pengetahuan yang

memadai itu ialah pengalaman. Pengalaman yang dimaksudkan di sini ialah pengalaman lahir

yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia. Sedangkan

akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau

data yang diperoleh melalui pengalaman. Oleh sebab itu para penganut aliran empirisme

berkeyakinan bahwa manusia tidak mempunyai idea-idea bawaan yang dalam bahasa Yunani

disebut ”Innate ideas”. Bagi mereka manusia itu ibarat kertas putih yang belum ditulisi, dan

Page 122: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

baru terisi melalui pengalaman-pengalaman, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman

batiniah.

            Aliran empirisme pertama kali berkembang di Inggris pada abad ke-15 dengan

Francis Bacon sebagai pelopornya. Bacon memperkenalkan metode eksperimen dalam

penyelidikan atau penelitian. Menurut Francis Bacon, bahwa manusia melalui

pengalamannya dapat mengetahui benda-benda dan hukum-hukum relasi antara benda-benda.

Kemudian ajaran ini dilanjutkan oleh Thomas Hobbes, ia juga meyakini bahwa pengenalan

atau pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman. Berbeda dari pendahulunya, John Locke

lebih terdorong untuk mengemukakan tentang asal mula gagasan manusia, kemudian

menentukan fakta, menguji kepastian pengetahuan dan memeriksa batas-batas pengetahuan

manusia. Paham empirisme ini kemudian dikembangkan oleh David Hume (tahun 1611-

1776), ia menegaskan bahwa sumber satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan adalah

pengalaman, dan ia sangat menentang kaum rasionalisme yang berlandaskan pada prinsip

apriori, yang bertitik tolak dari idea-idea bawaan. David Hume mengajarkan bahwa manusia 

tidak membawa pengetahuan bawaan ke dalam hidupnya. Sumber pengetahuan ialah

pengamatan, melalui pengamatan ini manusia memperoleh dua hal, yaitu kesan-kesan

(impresion) dan pengertian-pengertian (ideas) (Harun Hadiwijono, 1985: 52). Kesan-kesan

adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, baik lahiriah maupun batiniah.

Sedangkan pengertian-pengertian merupakan gambaran tentang pengamatan yang redup,

kabur atau samar-samar yang diperoleh dengan merenungkan kembali atau merefleksikan

dalam kesadaran kesan-kesan yang telah diterima melalui pengamatan langsung.

            Di abad filsafat Modern, kemunculan aliran-aliran bukan saja hanya aliran

rasionalisme dan aliran empirisme, melainkan banyak aliran lain, seperti aliran Kritisisme,

aliran Idealisme, aliran Positivisme, dan lain sebagainya.

FILSAFAT  POSTMODERN

(Kontemporer)

1. Pendahuluan

            Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran

tentang bahasa. Sebagian besar pemikir abad ke-20 pernah menulis tentang bahasa (Bertens,

1987: 17). Ungkapan filsafat yang membingungkan. Tugas filsafat bukanlah membuat

pernyataan-pernyataan tentang sesuatu yang khusus, sebagaimana yang diperbuat oleh para

filsuf sebelumnya, melainkan memecahkan persoalan yang timbul akibat ketidak pahaman

terhadap bahasa logika (Charlesworth, 1959: 2).

Page 123: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

            Russell dan Wittgenstein melangkah lebih jauh ke dalam metode analisa bahasa ini

sebagai sikap atau keyakinan ontologis memilih alternatif terbaik bagi aktivitas berfilsafat.

Menurut Wittgenstein, bahwa apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat bukan hanya

sederetan ungkapan filsafati, melainkan upaya membuat ungkapan-ungkapan itu menjadi

jelas. Tujuan filsafat adalah penjelasan logis terhadap pemikiran-pemikiran . Filsafat

bukanlah doktrin, melainkan aktivitas. Sebuah karya filsafat pada hakekatnya terdiri atas

penjelasan (elucidations) (Wittgenstein, 1963: 49).

            Dengan demikian jelaslah apa yang diperbuat oleh para filsuf analitik ini tidak lain

sebagai reaksi atau respons terhadap aktivitas filsafat yang dilakukan oleh para penganut

aliran filsafat idealisme. Sebab aliran filsafat idealisme lebih menekankan pada upaya

mengintrodusir ungkapan-ungkapan filsafati. Padahal ungkapan-ungkapan filsafati yang

diintrodusir oleh penganut idealisme itu menurut filsuf analitik, kebanyakan bermakna ganda,

kabur dan tidak terpahami oleh akal sehat. Hal-hal semacam itulah yang perlu diatasi dengan

analisa bahasa.

2. Filsafat Postmodern

            Perkembangan filsafat abad ke-20 juga ditandai oleh munculnya berbagai aliran

filsafat, dan kebanyakan dari aliran filsafat itu merupakan kelanjutan dari aliran aliran filsafat

yang telah berkembang pada abad Modern, seperti neo-kantianisme, neo-hegelianisme, neo-

marxisme, neo-positivisme, dan lain sebagainya. Namun demikian ada juga aliran filsafat

yang baru dengan ciri dan corak yang lain sama sekali, seperti fenomenologi,

eksistensialisme, pragmatisme, strukturalisme, dan yang paling mutakhir adalah aliran

Postmodernisme.

            Munculnya gerakan Postmodernisme  sebenarnya bukan hanya masuk di akal, tetapi

tak terelakkan. Di samping mendatangkan berbagai keuntungan dan kemajuan, proyek

modernisme juga mendatangkan konsekuensi yang tidak diharapkan dan tidak diinginkan.

Bila Amerika merupakan pemimpin Dunia Bebas pada tahun 1960an, dan bila ortodoksinya

adalah suatu bentuk modernisme yang terkait dengan kapitalisme liberal, maka tepatlah

waktunya bagi seniman dan intelektual untuk menyatakan pemikiran dan budaya tandingan

(counter-culture). Mereka sudah kenyang, bahkan muak dengan cara hidup yang mekanistis,

deterministis, dan materialistis. Tidak mengherankan bahwa tidak terjadi pergeseran dari

perspektif yang antroposentris ke kosmologis. Yang sesungguhnya berarti adalah akal dan

budi (spirit).Konon gerakan budaya, estetika dan spiritualitas postmodernisme adalah upaya

mengembalikan nilai-nilai, keindahan dan moralitas kedalam kehidupan kontemporer

(Suryakusuma, 1993: 1).

Page 124: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

            Dengan atau tanpa nama, gerakan posmodernisme itu sudah ada. Adalah pekerjaan

yang sangat khas  dari teori sosial menunjuk kepada suatu gejala sosial,

mengidentifikasikannya, mengemas dan memberikan label. Postmodernisme adalah ibarat

jari yang menunjuk kepada bulan. Sampai kapanpun, jari tidak akan menjadi bulan. Tetapi

yang lebih penting diingat, bulan itu ada, apakah ditunjuk dengan jari ataupun tidak. Yang

pasti, postmodernisme menunjuk pada suatu perkembangan masyarakat yang memang perlu

diperhatikan. Sifat kritis posmodernisme menimbulkan banyak pertanyaan yang perlu

dijawab, paling tidak ditanggapi. Kadang pertanyaan yang baik, pertanyaan yang tajam dan

jitu, lebih berguna daripada pertanyaan yang buruk atau tidak tepat. Yang menjadi petanyaan,

apakah postmodernisme akan atau bisa menjadi acuan suatu kehidupan dan dunia yang lebih

baik, mengingat bahwa postmodernisme menghindari menjadi suatu world-view yang kohern

? Apakah postmodernisme mampu menjadi sang bulan, ataukah ia memang tak punya ambisi

untuk itu ? Apakah tidak ada bahaya, postmodernisme dalam bentuknya yang ekstrim akan

merosot menjadi relativisme, anarki dan chaos ? Hal inilah yang sekedar menjadi ilustrasi

untuk memahami apakah itu posmodernisme.

Oleh karena banyaknya keterbatasan, maka dalam hal ini hanya dibicarakan beberapa

aliran dan tokoh yang banyak pengaruhnya pada abad ke-20 ini.

Tokoh utama fenomenologi, yaitu Edmund Husserl (Tahun 1859-1938) yang sekaligus juga

pendirinya, ia banyak mempengaruhi pemikiran filsafat abad ke-20 ini secara amat

spektakuler. Fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak

(Yunani: phainomenon). Dengan demikian fenomenologi adalah ilmu yang mempelajari apa

yang menampakkan diri atau fenomenon (Bertens,  1987: 100). Fenomenon bagi Husserl

adalah realitas sendiri yang tampak, tidak ada selubung atau tirai yang memisahkan subjek

dengan realitas, sehingga realitas itu sendiri yang tampak bagi subjek. Husserl dengan

pandangannya tentang fenomenon ini, mengadakan semacam revolusi dalam filsafat Barat.

Karena sejak Descartes, bahwa kesadaran selalu dimengerti sebagai kesadaran tertutup atau

cogito tertutup, artinya bahwa kesadaran mengenal diri sendiri dan hanya melalui jalan jalan

itu mengenal realitas. Sebaliknya Husserl berpendapat bahwa kesadaran terarah pada realitas.

Jadi, ”kesadaran bersifat intensional” sebetulnya sama artinya dengan mengatakan realitas

menampakkan diri.

            Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan

menunjukkan pemberontakan tambahan terhadap metode-metode dan pandangan pandangan

filsafat Barat. Istilah eksistensialisme tidak menunjukkan suatu sistem filsafat secara khusus.

Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antara para pengikut aliran ini, namun

Page 125: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

terdapat tema-tema yang sama sebagai ciri khas aliran ini yang tampak pada para

penganutnya. Titus dkk. (1984: 382) tentang aliran Eksistensialisme mengidentifikasi ciri-

cirinya adalah sebagai berikut:

1. Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan

masyarakat Modern, khususnya terhadap idealisme Hegel.

2. Eksistensialisme adalah suatu protes atas nama individualis terhadap konsep-konsep

filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkrit.

3. Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal

(tanpa kepribadian) dari zaman industri Modern dan teknologi, serta gerakan masa.

Oleh sebab itu masyarakat industri cenderung untuk seseorang kepada mesin.

4. Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter, baik gerakan

fisis, komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan

dalam kolektif atau massa.

5. Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek (harapan) manusia di

dunia.

6. Eksistensialisme menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi,

pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung.

Salah seorang tokoh eksistensialisme yang populer adaah Jean Paul Sartre (Tahun

1905-1980), ia membedakan rasio dialektis dengan rasio analitis. Rasio analitis dijalankan

dalam ilmu pengetahuan. Rasio dialektis harus digunakan, jika berpikir tentang manusia,

sejarah dan kehidupan sosial. Rasio terakhir ini bersifat dialektis, karena terdapat identitas

dialektis antara Ada dan pengetahuan. Rasio ini dialektis, karena objek yang diselidikinya

bersifat dialektis, dan juga karena ditentukan oleh tempatnya dalam sejarah (Bertens, 1987:

111).

            Aliran filsafat eksistensialisme yang menjadi mode berfilsafat pada pertengahan abad

ke-20 mendapat reaksi dari aliran strukturalisme. Jika aliran eksistensialisme menekankan

pada peranan individu, maka aliran strukturalisme justru melihat manusia ”terkungkung”

dalam berbagai struktur dalam kehidupannya. Secara garis besar ada dua pengertian pokok

yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat.

Pertama, strukturalisme adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari

ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip lingustik yang dirintis oleh

Page 126: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Ferdinand de Saussure. Ilmu-ilmu kemanusiaan di sini dimaksudkan sebagai ilmu-ilmu yang

dalam terminologi Dilthey disebut ”Geisteswissenschaften” yang dibedakan dengan ilmu-

ilmu pengetahuan alam atau ”Naturwissenschaften”.

Kedua, struturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahamimasalah yang muncul

dalam sejarah filsafat.  Metodologi struktural di sini dipakai untuk membahas tentang

manusia, sejarah, kebudayaan, serta hubungan antara kebudayaan dan alam, yaitu dengan

membuka secara sistematik struktur-struktur yang lebih luas dalam kesusastraan dan dalam

pola-pola psikologik tak sadar yang menggerakkan tindakan manusia (Kurzwell, 1980: vi-x).

            Para strukturalis filosofis yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme linguistik

dalam berfilsafat bereaksi terhadap aliran filsafat fenomenologi dan eksistensialisme yang

melihat manusia dari sudut pandangan yang subjektif. Para penganut aliran strukturalisme ini

memilki corak yang beragam, namun demikian mereka memiliki kesamaan, yaitu: penolakan

terhadap prioritas kesadaran. Bagi mereka manusia tidak lagi merupakan titik pusat yang

otonom, manusia tidak lagi menciptakan sistem, melinkan takluk pada sistem.

            Tokoh berpengaruh dalam aliran filsafat strukturalisme, yaitu Michel Foucault

(Tahun 1926-1984). Kesudahan ”manusia” sudah dekat, itulah pendirian Foucault yang sudah

terkenal tentang ”kematian” manusia. Maksud Foucault bukannya bahwa nanti tidak ada

manusia lagi, melainkan bahwa akan hilang konsep “manusia” sebagai suatu kategori

istimewa dalam pikiran manusia (Bertens, 1987: 217). Manusia akan kehilangan tempatnya

yang sentral dalam bidang pengetahuan dan dalam kultur seluruhnya.

            Di abad ke-20 ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam dunia praksis cukup besar,

yaitu aliran filsafat Pragmatisme. Pragmatisme merupakan gerakan filsafat Amerika yang

menjadi terkenal selama satu abad terakhir. Aliran filsafat ini merupakan suatu sikap, metode

dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran

untuk menetapkan nilai kebenaran (Titus, dkk, 1984: 340). Kelompok pragmatis bersikap

kritis terhadap sistem-sistem filsafat sebelumnya seperti bentuk-bentuk aliran materialisme,

idealisme, dan realisme. Mereka mengatakan bahwa pada masa lalu filsafat telah keliru

karena mencari hal-hal mutlak, yang ultimate, esensi-esensi abadi, substansi, prinsip yang

tetap dan sistem kelompok empiris, dunia yang berubah serta problema-problemanya, dan

alam sebagai sesuatu dan manusia tidak dapat melangkah keluar daripadanya.

            Salah satu tokoh Pragmatisme adalah William James (Tahun 1842-1910),

berpandangan bahwa pikirannya sendiri sebagai kelanjutan empirisme Inggris, namun

empirismenya bukan merupakan upaya untuk menyusun kenyataan berdasar atas fakta lepas

sebagai hasil pengamatan. James membedakan dua macam bentuk pengetahuan, yaitu:

Page 127: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pertama, pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan.

Kedua, merupakan pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian

(Delfgaauw, 1988: 62).

Kebenaran itu suatu proses, suatu idea dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-

peristiwa sebagai akibat atau buah dari idea itu. Oleh karena kebenaran itu hanya satu yang

potensial, baru setelah verifikasi praktis (berdasarkan hasil/ buah pikiran), maka kebenaran

potensial menjadi real.

            Postmodernisme sebagai trend dari suatu pemikiran yang sangat populer pada

penghujung abad ke-20 ini merambah ke berbagai bidang dan disiplin filsafat serta ilmu

pengetahuan. Istilah ”Postmodern” telah digunakan dalam demikian banyak bidang dengan

meriah dan hiruk-pikkuk. Kemeriahan ini menyebabkan setiap referensi kepadanya

mengandung resiko dicap sebagai ikut mengabadikan mode intelektual yang dangkal dan

kosong.

            Pada awalnya Postmodernisme lahir sebagai reaksi terhadap kegagalan Modernisme.

Filsafat dalam Modernisme memang berpusat pada Epistemologi yang bersabda pada

gagasan tentang subjektivitas dan objektivitas murni yang satu sama lain terpisah dan tak

saling berkaitan. Tugas pokok filsafat adalah mencari fondasi segala pengetahuan

(Fondasionalisme), dan tugas pokok subjek adalah merepresentasikan kenyataan objektif

(Representasionalisme). Dengan demikian klaim-klaim dari kaum Posmodernis tentang

”berakhirnya Modernisme” biasanya dimaksudkan untuk menunjukkan berakhirnya

anggapan Modern tentang ”subjek” dan ”dunia objektif” tadi (Bambang Sugiharto, 1996: 33).

            Wacana Postmodern menjadi populer setelah Francois Lyotard (Tahun 1924- )

menerbitkan bukunya ”The Postmodern Condition: A Report on Knowldge” (Tahun 1979).

Modernitas menurut Lyotard ditandai oleh kisah-kisah besar yang mempunyai fungsi

mengarahkan serta menjiwai masyarakat Modern, mirip dengan mitos-mitos yang mendasari

masyarakat primitive dulu. Seperti halnya dengan mitos dalam masyarakat primitive, kisah-

kisah besar pun melegitimasi institusi-institusi serta praktek-praktek social politik, system

hokum serta moral, dan seluruh cara berpikir. Namun berbeda dengan mitos-mitos, kisah-

kisah besar itu tidak mencari legitimasi dalam suatu peristiwa yang terjadi pada awal mula

(seperti penciptaan oleh dewa-dewa) melainkan dalam suatu masa depan, dalam suatu idea

yang harus diwujudkan (Bertens, 1987: 348). Salah satu contoh kisah besar yang berusaha

mewujudkan idea seperti itu adalah emansipasi progresif dan rasio serta kebebasan dalam

liberalisme politik.

Page 128: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

            Mengakhiri pembicaraan tentang pemikiran filsafat Barat terutama di akhir abad ke

20 dan menginjak abad 21 ini, penulis kutipkan tulisan Julia I Suryakusuma (th. 1993)

tentang: Modern dicangkok ke Postmodern sebagai berikut:

Modern                                              Postmodern

1. Dalam politik  Negara (nation-state)                          region/ badan supranational

Totalitarian                                          demokratis

Konsensus                                           konsensus yang dipertanyakan

Friksi kelas                                          isyu agenda baru

2. Dalam Ekonomi Fordism                                               Posca fordism (networking)

Kapitalisme monopoli                         kapitalisme sosialis yg diregulasi

Sentralisasi                                          ekonomi dunia yg didesentralisasi

3. Dalam Masyarakat Pertumbuhan pesat                              kestabilan berkesinambungan

Industrial                                             pasca industrial

Berstruktur kelas                                 berkelompok kelompok kecil

4. Dalam Kebudayaan Kemurnian (purism)                            double-coding

Elitisme                                               dialog elit/ masa

Objektivisme                                       nilai-nilai dalam alam

5. Dalam Estetika Harmoni sederhana                             harmoni yg tidak harmonis

Top-down terintegrasi                         semiosis yg dikonflikkan

Ahistoris                                              terkait waktu

6. Dalam Filsafat

Monisme                                             pluralisme

Materialisme                                        pandangan semiotik

Utopian                                               interutopian

7. Dalam Media Dunia Cetak                                        elektronik/ reproduktif

Berubah cepat                                     instan/ mengubah dunia

Page 129: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

8. Dalam Ilmu Pengetahuan Mekanistis                                           mengorganisasi diri sendiri

Linier                                                   non linier

Deterministik                                      kreatif/ terbuka

9. Dalam Agama Tuhan telah mati                                 spiritualitas pusatnya pada kreasi

Kekecewaan                                        kembali terpesona

10. Dalam Pandangan Hidup Mekanistis                                           ekologis

Reduktif                                              holoistik/ saling berkaitan

Terpisah                                               berkaitan semi-otonom

Hirarkis                                               heterarkis

Antroposentris                                                orientasi kosmologis

Absurditas manusia                             optimisme tragis

PENUTUP

            Berdasarkan paparan singkat perkembangan filsafat Barat sejak kelahirannya pada

zaman Yunani Kuno sampai dengan abad ke-20 atau abad Kontemporer yang biasa juga

disebut zaman Postmodern, maka secara singkat dapat ditegaskan bahwa pemikiran filsafat

Barat berkembang sebagai reaksi terhadap mitos-mitos dan sikap dogmatis. Reaksi terhadap

mitos dan sikap dogmatis ini melahirkan pemikiran rasional, artinya bahwa suatu pendapat

yang dimitoskan dan telah menjadi dogma yang beku dilawan, ditentang, dan dikoreksi

berdasarkan asumsi-asumsi ilmiah yang baru. Di sini ciri utama filsafat spekulatif menjadi

lebih dominan, artinya ada keberanian untuk menemukan hal-hal baru, walaupun manusia

pada zamannya mungkin belum dapat menerima idea-idea tersebut pada massa itu,

sebagaimana halnya Copernicus, Galileo Galilei yang pandangan Heliosentrismenya belum

dapat diterima oleh umat manusia pada zamannya, namun akhirnya pandangan mereka tetap

diakui kebenarannya pada era-era sesudahnya.

            Demikian juga dengan kelahiran filsafat Modern yang dirintis sejak Renaissans dan

Aufklarung, merupakan reaksi terhadap pemikiran filsafat abad Pertengahan yang bersifat

dogmatis. Gereja sebagai institusi pada waktu menjadi satu-satunya otoritas yang mengakui

kebenaran dan keabsahan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Padahal perkembangan

ilmu pengetahuan di luar kontrol Gereja sudah berjalan sangat pesat, terutama bidang

Page 130: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Astronomi. Sehingga upaya mengontrol perkembangan ilmu pengetahuan kedalam sekat-

sekat agama mengalami kegagalan. Bahkan terjadi sekularisasi ilmu, yaitu pemisahan antara

aktivitas ilmiah dengan aktivitas keagamaan.

            Pada abad ke-20 kelahiran Postmodernisme juga sebagai reaksi terhadap pemikiran

Modern yang juga telah berubah menjadi mitos baru. Filsafat Modern yang lahir sebagai

reaksi terhadap sikap dogmatis Abad Pertengahan, menurut kaum Postmodernis telah

terjebak dalam membangun mitos-mitos baru. Mitos-mitos baru itu ialah suatu keyakinan

bahwa dengan pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan, dan aplikasinya dalam teknologi, segala

persoalan kemanusiaan dapat diselesaikan. Padahal  kenyataannya banyak agenda

kemanusiaan yang masih membutuhkan pemikiran-pemikiran baru. Di sinilah

Postmodernisme ”menggugat” Modernisme yang telah mandeg (berhenti) dan berubah

menjadi mitos baru.

            Akhirnya dari uraian-uraian di atas yang berupa perkembangan pemikiran filsafat

Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Filsafat dapat dipandang sebagai sikap kritis yang mempersoalkan segala sesuatu

yang menurut kacamata awam tidak perlu dipersoalkan.

2. Filsafat memiliki daya dobrak/ gebrakkan yang tinggi terhadap kemapanan yang

diciptakan oleh manusia dalam peradaban dan kebudayaannya.

3. Filsafat bukan merupakan dogma, melainkan suatu aktivitas yang menuntut

kreativitas pikir secara berkesinambungan.

DaftarPustaka

Bertens, K, 1987, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.

Bebbington, David, 1979, Patterns in history, , England, Inter-Varsity Press

Caputo, John D. 1987, Radical Hermeneutics, Bloomington and Indianapolis, Indiana

University Press

Harun Hadiwijono, 1988, Sari Sejarah Fil safat Yunani,Yogyakarta, Penerbit Kanisius

Harry Hamersma, 1992,  Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Jakarta, PT. Gramedia

Robert N. Beck, 1967, Perspectives in Social Philosophy, New York, Holt, Rinehart and

Winston, Inc.

Sullivan, John Edward, 1970, Prophets of the West, New York, Holt, Rinehart and Winston,

Inc

Suparlan Suhartono, 2007, Dasar-dasar Filsafat, Ruzz Media.Yogyakarta, ArFil

Page 131: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://bakti-nusantara.blogspot.com/2012/10/sejarah-filsafat-barat.html

Sejarah Filsafat Barat

A.  MASA PURBA YUNANI (600 SM-400 M)

Dalam sejarah filsafat, khususnya filsafat barat, Yunani selalu

dikaitkan. Ini memang ada alasannya, karena dunia barat (Eropa Barat)

dalam pikirnnya berpangkal pada pikiran Yunani. Di daerah sekitar

Yunani, bermuncullah ahli-ahli pikir yang berusaha menerka teka-teki

alam yang sebelumnya dijawab dengan mitologi dan dongeng.

1.  Filsuf-filsuf Pertama

Miletos adalah sebuah kota kecil di daerah Asia Kecil. Di kota ini

munculla tiga filsuf pertama. Orang yang mendapat kehormatan sebagai

filsuf pertama ialah THALES (624-548). Pendapatnya, dasar pertama atau

arche (Yun.: mula, asal)  alam ialah air. Namun, Thales tidak pernah

membukukan pemikirannya.

Dua filsuf selanjutnya sempat menuliskan karangan-karangan, yang

kemudian hilang. ANAXIMANDER (610-540 SM) mengatakan bahwa dasar

pertama itu ialah zat yang tak tertentu sifat-sifatnya, yang tak terbatas.

Dia menyebutnya dengan to apeiron.

Filsuf Miletos ketiga ialah ANAXIMENES (585-525 SM). Menurut

pemikirannya, udara adalah arche dari alam. Sebab, udaralah yang

meliputi seluruh alam serta udara pula yang menjadi dasar hidup bagi

manusia yang amat diperlukan oleh nafasnya.

Lain lagi dengan PYTHAGORAS (±500 SM). Dia adalah orang

pertama yang menamai diri filsuf. Ajaran filosofisnya mengatakan antara

lain bahwa segala sesuatu terdiri dari ‘bilangan-bilangan’: struktur dasar

kenyataan itu ‘ritme’. Segala sesuatu adalah bilangan, sehingga orang

yang tahu dan mengerti betul akan bilangan, tahu akan segala sesuatu.

Sedangkan HERAKLEITOS berpendapat bahwa api merupakan azas

pertama. Api adalah lambang perubahan karena dapat merubah apa saja

Page 132: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

menjadi abu. Maka, menurutnya segala sesuatu tidak ada yang

sempurna. Segalanya dalam proses ‘sedang menjadi’. Terkenallah

ucapannya panta rhei : segalanya mengalir.

Bertentangan dengan pendapat Herakleitos adalah  PARMENIDES

(540-475 SM). Ia dilahirkan di Elea. Pada masa selanjutnya, orang-orang

yang sependapat dengannya disebut kaum Elea. Menurutnya, segala

sesuatau yang betul-betul ada merupakan kesatuan yang mutlak, yang

abadi, yang baka, yang tak terbagikan. Ia amat mengutamakan

pengetahuan budi sehingga ia mengabaikan pengetahuan indra sama

sekali. Pengetahuan indra dianggap keliru.

           

2.                   Jamaan keemasan filsafat Yunani – Puncak Zaman

Klasik

Masa ini disebut keemasan karena pada masa ini hiduplah filsuf-

filsuf besar yang memberi pengaruh besar pada ilmu pengetahuan

mutkhir. Filsuf-filsuf itu ialah SOCRATES (470-399 SM), PLATO (427-347

SM) dan ARISTOTELES (384-322 SM).

 Socrates merupakan filsuf besar yang tidak pernah meninggalkan

gagasannya dalam bentuk tulisan. Pemikirannya banyak diketahui

melalui murid-murinya. Salah satu murid terdekat Socrates ialah Plato.

Ia mengajarkan bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk

tindakan kita. Menurut Plato, Socrates adalah orang jujur yang mengajar

bagaimana manusia dapat menjadi berbahagia berkat pengetahuan

tentang apa yang baik. Karena keberaniannya membela kebenaran, ia

dijatuhi hukuman mati dengan cara meminum cawan berisi racun.

Menurut Plato, dunia indra yang kelihatan merupakan bayangan

dari dunia yang sungguh-sungguh, yaitu dunia ide. Dunia ide adalah

dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada

perubahan, semua ide bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada

satu idea “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia ide semuanya sangat

sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang

bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil

buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan

Page 133: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

"kebenaran". Jiwa manusia berasal dari dunia ide yang terkurung dalam

tubuh.

            Aristoteles, salah satu murid Plato, merupakan guru dari

Alexander Agung. Dia memelopori penyelidikan ihwal logika,

memperkaya hampir tiap cabang falsafah dan memberi sumbangsih tak

terperikan besarnya terhadap ilmu pengetahuan. Dia filosof orisinal, dia

penyumbang utama dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia

menulis tentang etika dan metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik,

retorika, keindahan, pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang

dan konstitusi Athena.

3.                   Masa Hellenisme dan Romawi

a.                   Helenisme

Iskandar Agung mendirikan kerajaan raksasa, dari India Barat

sampai Yunani dan Mesir. Kebudayaan Yunani yang membanjiri kerajaan

ini disebut Hellenisme (dari kata "Hellas", "Yunani"). Helenisme yang

masih berlangsung juga selama kerajaan Romawi, mempunyai pusat

intelektualnya di tiga kota besar: Athena, Alexandria (di Mesir) dan

Antiochia (di Syria). Tiga aliran filsafat yang menonjol dalam jaman

Helenisme, yaitu Stoisisme, Epikurisme dan Neo-platonisme.

Stoisisme (diajar oleh a.l. Zeno dari Kition, 333-262 S.M.)

terutama terkenal karena etikanya. Etika Stoisisme mengajarkan bahwa

manusia menjadi berbahagia kalau ia bertindak sesuai dengan akal

budinya. Kebahagiaan itu sama dengan keutamaan. Kalau manusia

bertindak secara rasional, kalau ia tidak dikuasai lagi oleh perasaan-

perasaannya, maka ia bebas berkat ketenangan batin yang oleh

Stoisisme disebut "apatheia".

Epikurisme (dari Epikuros, 341-270 S.M) juga terkenal karena

etikanya. Epikurisme mengajar bahwa manusia harus mencari

kesenangan sedapat mungkin. Kesenangan itu baik, asal selalu

sekadarnya. Karena "kita harus memiliki kesenangan, tetapi kesenangan

tidak boleh memiliki kita". Manusia harus bijaksana. Dengan cara ini ia

akan memperoleh kebebasan batin.

Page 134: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Neo-platonisme. Seorang filsuf Mesir, Plotinos (205-270 M.),

mengajarkan suatu filsafat yang sebagian besar berdasarkan Plato dan

yang kelihatan sebagai suatu agama. Neo-platonisme ini mengatakan

bahwa seluruh kenyataan merupakan suatu proses "emanasi"

("pendleweran") yang berasal dari Yang Esa dan yang kembali ke Yang

Esa, berkat "eros": kerinduan untuk kembali ke asal ilahi dari segala

sesuatu.

B.                 PATRISTIK DAN ABAD PERTENGAHAN (400-1500)

1.     Masa Patristik

Patristik (dari kata Latin "Patres", "Bapa-bapa") dibagi atas

Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik

Barat). Tokoh-tokoh dari Patristik Yunani antara lain Clemens dari

Aleksandria (150-215), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianze

(330-390), Basillus (330-379), Gregorius dari Nizza (335-394) dan

Dionysios Areopagita (± 500). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin terutama

Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420) dan

Augustinus (354-430).

Ajaran falsafi-teologis dari Bapa-bapa Gereja menunjukkan

pengaruh Plotinos. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman

sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Mereka

berhasil membela ajaran Kristiani terhadap tuduhan dari pemikir-pemikir

kafir. Tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja merupakan suatu sumber yang

kaya dan luas ynng sekarang masih tetap memberi inspirasi baru.

2.    Zaman Skolastik

Sekitar tahun 1000 peranan Plotinos diambil alih oleh Aristoteles.

Aristoteles menjadi terkenal kembali melalui beberapa filsuf Islam dan

Yahudi, terutama melalui Avicena (Ibn sina, 980-1037), Averroes (Ibn

Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles

lama-kelamaan begitu besar sehingga ia disebut "Sang Filsuf",

sedangkan Averroes disebut "Sang komentator". Pertemuan pemikiran

Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan banyak filsuf penting.

Page 135: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Mereka sebagian besar berasal dari kedua ordo baru yang lahir dalam

Abad Pertengahan, yaitu para Dominikan dan Fransiskan.

Filsafat mereka disebut Skolastik (dari kata Latin, "scholasticus",

"guru"). Karena, dalam periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-

sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang

tetap dan yang bersifat internasional. Tokoh-tokoh dari Skolastik itu

lebih-lebih Albertus Magnus O.P. (1220-1280), Thomas Aquinas O.P.

(1225-1274), Bonaventura O.F.M. (1217-1274) dan Yohanes Duns

Scotus O.F.M. (1266-1308). Tema-tema pokok dari ajaran mereka itu:

hubungan iman-akal budi, adanya dan hakikat Tuhan, antropologi, etika

dan politik. Ajaran skolastik dengan sangat bagus diungkapkan dalam

pusisi Dante Alighieri (1265-1321).

2.1 Periode skolastik timur

Abad ke-5 s/d abad ke-9 Eropa penuh kericuhan oleh perpindahan

suku-suku bangsa dari utara. Pemikiran filsafati praktis tidak ada. 

Sebaliknya di Timur Tengah.  Sejak hadirnya agama Islam dan

munculnya peradaban baru yang bercorak Islam, ada perhatian besar

kepada karya-karya filsuf Yunani. Itu bukan tanpa alasan. Pada awal abad

8 krisis kepemimpinan melanda Timur Tengah; amanat Nabi seperti

terancam untuk menjadi pudar dan dalam situasi tak menentu itu

dikalangan pada mukmin muncullah deretan panjang ahli pikir yang

ingin berbuat sesuatu, berpangkal pada penggunaan akal dan azas-azas

rasional, dan menyelamatkan Islam.

(1)  Mashab Mu'tazila (725 - 850 - 1025 M)  meminjam konsep-

konsep pemikiran Yunani dan melihat akal sebagai pendukung iman. 

Pengakuan akal sebagai sumber pengetahuan (selain sumber wahyu)

mendorong penelitian tentang manusia (kodrat, martabat dan tabiatnya).

Mengikuti etika Aristoteles, karena akal membuat manusia mampu

membedakan baik dan buruk, maka berbuat baik adalah wajib. Pemimpin

harus mewajibkan umatnya berbuat baik, masing-masing warga

menjauhkan diri dari perbuatan tercela. Daripadanya dijabarkan

hubungan antar-manusia dan antar-bangsa, dan hak azasi (kemauan

Page 136: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

bebas) manusia.  Pandangan ini cocok dengan Al Qur'an (Surah 3 ayat

110): "amr bil-a'ruf wa'l nahy an'al-munkar".

Mashab Mu'tazila ada pada pendapat bahwa Al Qur'an tercipta,

artinya "dirumuskan oleh manusia, dengan latar belakang tempat dan

zaman yang khusus".  Maka para Mu'tazila membaca Al Qur'an dengan

kacamata rasionalis.

(2)  Mashab falsafah pertama (830 - 1037 M), berhaluan

neoplatonis dan aristoteles.  Kata "falsafah" dipakai untuk mengartikan

filsafat hellenis dalam kosakata bahasa Arab, ahli fikirnya disebut

"faylasuf" ("falasifa - jamak).  Empat tokol besar : al-Kindi (800-870 M),

al-Razi (865 - 925 M), al-Farabi (872 - 950 M)  dan Ibn-Sina (980 - 1037

M). Menggumuli masalah klasik "perbedaan antara dhat dan wujud"

("distinctio realis inter essentiam et existentiam").  Mereka ada pada 

pendapat, bahwa akal adalah pendamping iman. Al-Razi menolak ijazu'l

Qur'an. Tulis al-Razi:  "Tuhan memberi kepada manusia akal sebagai

anugerah terbesar.  Dengan akal kita mengetahui segala apa yang

bermanfaat bagi kita dan yang dapat memperbaiki hidup kita.  Berkat

akal itu kita mengetahui hal yang tersembunyi dan apa yang akan terjadi.

Dengan akal kita mengenal Tuhan, ilmu tertinggi bagi manusia.  Akal itu

menghakimi segala-galanya, dan tidak boleh dihakimi oleh sesuatu yang

lain.  Kelakuan kita harus ditentukan oleh akal semata-mata".

(3)  Mashab pemikiran ketiga disebut pula Kalam Ashari, berpusat

di Bagdad, dan bercorak atomisme (yang dicetuskan pertama kali oleh

Democritus, 370 sM), dan bergumul dengan soal sebab-musabab,

kebebasan manusia, dan keesaan Tuhan.  Para tokohnya: al-Ash'ari (873-

935 M), al-Baqillani (?-1035), dan al-Ghazali (1065-1111 M).

Pandangan yang bercorak atomistis berpangkal pada pendapat

bahwa peristiwa alam dan perbuatan manusia tidak lain daripada

kesempatan atau tanda penciptaan langsung dari Tuhan.  Daya alami

serta hubungan wajib sebab-akibat dalam penciptaan itu tidak ada.

Segala sesuatu terjadi oleh campur tangan al-Khaliq, "tiada yang

tersembunyi daripadaNya seberat dharahpun" (Al-Qur'an Surat 34 ayat

Page 137: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

3). Tiap kejadian terdiri atas deretan terputus-putus atom-atom, tanpa

ada hubungan kausal. "Kami menyangkal bahwa makan dan minum

menyebabkan kenyang". Yang ada hanya monokausalitas mutlak illahi. 

Apabila tampak sesuatu akibat dari suatu tindakan, maka itu hanya

semu, karena Allah menghendaki hal itu.  Tuhan mahakuasa dan

mendalangi setiap kegiatan insani. Manusia tidak memiliki kehendak

bebas, yang bebas itu hanya semua saja. Manusia hanya boneka atau

wayang dalam pergelaran semalam suntuk. "Bila manusia bertindak baik,

itulah ditentukan Allah sesuai rahmatNya; bila dia berbuat jahat itu

dikehendaki Allah sesuai keadilanNya".

Dalam "Al-Tahafut al-filasifah" al-Ghazali membuat sistematisasi

atas filsafat dalam 20 dalil dan membuat kajian  dan bantahan yang keras

atas tiap-tiap dalil itu. Empat dari 20 dalil diberi nilai kufurat.  Ilmu

sebagai pengetahuan sesuatu melalui sebab-sebabnya dimungkiri;

seluruh pengetahuan ilmiah adalah sia-sia. Secara singkat "al-aql laysa

lahu fi'l-shar' majal" -- untuk akal tiada tempat dalam agama.

(4) Jauh dari pusat khilafat Abbasiyah di Timur Tengah, di kawasan

yang dikenal sebagi Maghrib al-Aqsa (Barat jauh: Afrika barat laut,

jazirah Andalusia, yaitu Spanyol sekarang) berkembanglah pusat Islam

dalam kesenian, ilmu pengetahuan dan filsafat.  Ibn Bajjah (1100-1138

M), Ibn Tufail (? - 1185), dan Ibn Rushd ("Averroes") (1126-1198 M)

merupakan 3 filsuf utama dalam periode Filsafat Kedua (1100 - 1195 M)

ini.

Ciri para filsuf ini pada umumnya menolak haluan anti-rasional Al

Ghazali. Ibn Bajjah menegaskan adalah tugas seorang filsuf untuk

meningkatkan martabat hidupnya dengan merenungkan kenyataan

rohani sampai akhir hayat.  Akal adalah hal yang paling berharga yang

dikaruniakan Tuhan kepada abdiNya yang setia.

Ibn Tufayl terkenal oleh buku roman filsafi yang berjudul Risalat

HAYY IBN YAQZAN fi asrar al -himah al-mashiriyyah. Ibn Rushd dikenal

oleh 3 kelompok karyanya: tafsir atas Aristoteles, karangan polemis

(tentang karya-karya filsafat di kawasan timur) dan karangan apologetis

(yang membela Islam dari ancaman dari dalam).  Tahafut al-tahafut 

Page 138: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

merupakan serangan frontal atas al-Tahafut al-filasifah al-Ghazali. 

Menolak pandangan al-Ghazali, ditegaskannya bahwa ilmu secara

esensial adalah pengetahuan sesuatu berdasarkan sebabnya.  Kita

menanggapi hubungan sebab-akibat dengan pancaindera, dan

memahaminya sebagai nyata dengan akal.  Dengan akibat atau setiap

perubahan diciptakan secara langsung oleh iradat ilahi tanpa

pengantaraan sebab tercipta (wasa'ith), seluruh dunia dimerosotkan

menjadi kaos dan irasional, tanpa tata-tertib, tanpa nizam atau inayah. 

Itu bertentangan dengan akal sehat dan menentang wahyu Qur'an, yang

melukiskan dunia sebagai karya teratur Allah yang maha bijaksana.

Karya apologetisnya (2 buku yang ditulis pada tahun 1179 M) juga

membela hak hidup filsafat dalam Islam, baik sebagai ilmu otonom,

maupun sebagai ilmu bantu dalam teologi.  Rushd melihat filsafat

sebagai "sahabat al-shari'at w'ahat al-ruzdat", teman teologi ibarat

saudari sesusuan.  Filsafat diwajibkan oleh al-Qur'an, agar manusia dapat

memuji karya Tuhan di dunia ini (antara lain Surah 3 ayat 188, Surah 6

ayat 78, Surah 7 ayat 184, Surah 59 ayat 2, dan Surah 88 ayat 17) .  Bila

studi hukum (fiqh) tidak disertai studi filsafat, fiqh membuat budi sempit

dan memalsukan agama.

Pengaruh Ibn Rushd sang filsuf dari Cordova itu terhadap alam

pikiran Islam selanjutnya mungkin tidak seberapa, dia bahkan dikatakan

hanya mewariskan "sekeranjang buku seberat sosok mayatnya".  Tetapi

naskahnya populer di Eropa, khususnya di lingkungan kampus

Universitas Paris, dan menyebar dari sana.  Dengan karyanya, 

Aristoteles yang dijuluki "Sang Filsuf" diperkenalkan mutiara

pemikirannya oleh Ibn Rushd yang oleh karena itu mendapat julukan

"Sang Komentator".  Sebagai akibatnya, obor perenungan filsafati

Yunani, seperti diarak melalui Timur Tengah ke Barat Jauh oleh para

filsuf muslim (yang sering hidup menderita), dan dengan itu diestafetkan

kepada para filsuf Eropa (Barat) dan ke seluruh dunia.  Itulah sumbangan

berharga para filsuf muslim dalam khazanah perenungan tak kunjung

henti manusia dalam menemukan jati diri dan realitas di sekelilingnya.

Page 139: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

2.1  Periode skolastik Barat

Awal abad 13 ditandai dengan 3 hal penting: (1) berdirinya

universitas-universitas, (2) munculnya ordo-ordo kebiaraan baru

(Fransiskan dan Dominikan), dan (3) diketemukannya filsafat Yunani,

melalui komentar Ibn Rushd, yang dipelajari dan dikritik dan diteliti

dengan cermat oleh Thomas Aquinas (1225 - 1274 M).  Tema filsafat

periode ini adalah hubungan akal budi dan iman, adanya dan hakekat

Tuhan, antropologi, etika dan politik.

Otonomi filsafat yang bertumpu pada akal, yang merupakan salah

satu kodrat manusia, dipertahankan.  Menurut Thomas Aquinas, akal

memampukan manusia mengenali kebenaran dalam kawasannya yang

alamiah.  Sebaliknya teologi memerlukan wahyu adikodrati.  Berkat

wahyu adikodrati itu teologi dapat mencapai kebenaran yang bersifat

misteri dalam arti ketat (misalnya misteri tentang trinitas, inkarnasi,

sakramen).  Karena itu teologi memerlukan iman, karena hanya dapat

dijelaskan dan diterima dalam iman.  Dengan iman yang merupakan

sikap penerimaan total manusia atas wibawa Allah, manusia mampu

mencapai pengetahuan yang mengatasi akal.  Meski misteri ini

mengatasi akal, ia tidak bertentangan dengan akal.  Meski akal tidak

dapat menemukan (menguak) misteri, akal dapat meratakan jalan

menuju misteri ("prae-ambulum fidei"). 

Dengan ini Thomas Aquinas menegaskan adanya dua pengetahuan

yang tidak perlu bertentangan, atau dipertentangkan, tetapi berdiri

sendiri berdampingan: pengetahuan alamiah (yang berpangkal pada akal

budi) dan pengetahuan iman (yang bersumber pada kitab suci dan tradisi

keagamaan). Adalah Wihelm Dilthey (1839-1911) yang akhirnya

membedakan dengan tegas "Geisteswissenschaften" = "human sciences"

dari "Naturwisensshaften" = "natural sciences", sementara Max Weber

membedakan "erklaeren" sebagai ciri-ciri ilmu alam dari "verstehen"

yang merupakan ciri khas ilmu-ilmu kemanusiaan.

C.       ZAMAN MODERN (1500 - 1800)

Page 140: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak

berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa,

tetapi dari diri manusia sendiri.  Namun tentang aspek mana yang

berperan ada beda pendapat.  Aliran rasionalisme beranggapan bahwa

sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio

(akal).  Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber

pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi.  Lalu muncul

aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda

itu.

Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650

M).  Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan

perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua

pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. 

Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini,

maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh

pengetahuan.

Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya

ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu "saya ragu-ragu".  Ini

bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa "aku ragu-ragu".  Jika aku

menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan

adanya.  Dengan lain kata kesangsian itu langsung menyatakan adanya

aku. Itulah "cogito ergo sum", aku berpikir (= menyadari) maka aku ada. 

Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi.  -- Mengapa kebenaran

itu pasti?  Sebab aku mengerti itu dengan "jelas, dan terpilah-pilah" --

"clearly and distinctly", "clara et distincta".  Artinya, yang jelas dan

terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar.  Dan itu menjadi

norma Descartes dalam menentukan kebenaran.

Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah

ada sejak kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas

perluasan (res extensa, "extention") atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai

Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua

realitas itu).  Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil

ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil.  Materi

Page 141: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak

memiliki kesadaran. Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya

Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada apapun juga. Descartes

adalah seorang dualis, menerapkan pembagian tegas antara realitas

pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedang

binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia memiliki badan

sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat.

Binatang adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia

adalah mesin otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki

kecerdasan. (Mesin otomat jaman sekarang adalah komputer yang

tampak seperti memiliki kecerdasan buatan).

Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang

percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.

Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-

1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. 

Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia),

maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena

itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas

dan sempurna.

Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas. Hume

tidak menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja

tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama.  Dari kesan muncul

gagasan. Kesan adalah hasil penginderaan langsung, sedang gagasan

adalah ingatan akan kesan-kesan seperti itu. Misal kualami kesan: putih,

licin, ringan, tipis. Atas dasar pengalaman itu tidak dapat disimpulkan,

bahwa ada substansi tetap yang misalnya disebut kertas, yang memiliki

ciri-ciri tadi. Bahwa di dunia ada realitas kertas, diterima oleh Hume.

Namun dari kesan itu mengapa muncul gagasan kertas, dan bukan yang

lainnya? Bagi Hume, "aku" tidak lain hanyalah "a bundle or collection of

perceptions (= kesadaran tertentu)".

Kausalitas.  Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal

batu yang disinari matahari menjadi panas, kesimpulan itu tidak

berdasarkan pengalaman.  Pengalaman hanya memberi kita urutan

Page 142: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

gejala, tetapi tidak memperlihatkan kepada kita urutan sebab-akibat. 

Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan harapan kita saja dan

tidak boleh dimengerti lebih dari "probable" (berpeluang).  Maka Hume

menolak kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang lain

tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita. 

Hukum alam adalah hukum alam.  Jika kita bicara tentang "hukum alam"

atau "sebab-akibat", sebenarnya kita membicarakan apa yang kita

harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh

kebiasaan atau perasaan kita saja.

Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa

seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera.  Menurut Hume

ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat

diambil melalui persepsi indera kita.

Dengan kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba

mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan

ini.  Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh,

dan salah separuh.  Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia

berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang

menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita.  Ada kondisi-

kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia

tentang dunia.  Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui

secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri" ("das Ding an sich"), namun

hanya dunia itu seperti tampak "bagiku", atau "bagi semua orang". 

Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada

pengetahuan manusia tentang dunia.  Yang pertama adalah kondisi-

kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum

kita menangkapnya dengan indera kita.  Ruang dan waktu adalah cara

pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan.

Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai

proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak

terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan.

Page 143: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat,

membuat suatu sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat

masa kini.

Catatan.  Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan

kosmos (seperti pada zaman kuno), atau Tuhan (pada abad

pertengahan).  Dalam zaman modern ada periode yang disebut

Renaissance ("kelahiran kembali"). Kebudayaan klasik warisan Yunani-

Romawi dicermati dan dihidupkan kembali; seni dan filsafat mencari

inspirasi dari sana.  Filsuf penting adalah N Macchiavelli (1469-1527),

Thoman Hobbes (1588-1679), Thomas More (1478-1535) dan Francis

Bacon (1561-1626).

Periode kedua adalah zaman Barok, yang menekankan akal budi. 

Sistem filsafatnya juga menggunakan menggunakan matematika. Para

filsuf periode ini adalah Rene Descrates, Barukh de Spinoza (1632-1677)

dan Gottfried Wilhelm  Leibniz (1646-1710).  Periode ketiga ditandai

dengan fajar budi ("enlightenment" atau "Aufklarung").  Para filsuf

katagori ini adalah John Locke (1632-1704), G Berkeley (1684-1753),

David Hume (1711-1776).  Dalam katagori ini juga dimasukkan Jean-

Jacques Rousseau (1712-1778) dan Immanuel Kant.

D.      MASA KINI (1800-SEKARANG). 

Filsafat masa kini merupakan aneka bentuk reaksi langsung atau

taklangsung atas pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). 

Hegel ingin menerangkan alam semesta dan gerak-geriknya berdasarkan

suatu prinsip.  Menurut Hegel semua yang ada dan semua kejadian

merupakan pelaksanaan-yang-sedang-berjalan dari Yang Mutlak dan

bersifat rohani.  Namun celakanya, Yang Mutlak itu tidak mutlak jika

masih harus dilaksanakan, sebab jika betul-betul mutlak, tentunya maha

sempurna, dan jika maha sempurna tidak menjadi. Oleh sebab itu

pemikiran Hegel langsung ditentang oleh aliran pemikiran materialisme

yang mengajarkan bahwa yang sedang-menjadi itu, yang sering sedang-

menjadi-lebih-sempurna bukanlah ide ("Yang Mutlak"), namun adalah

Page 144: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

materi belaka.  Maksudnya, yang sesungguhnya ada adalah materi (alam

benda); materi adalah titik pangkal segala sesuatu dan segala sesuatu

yang mengatasi alam benda harus dikesampingkan.  Maka seluruh

realitas hanya dapat dibuat jelas dalam alur pemikiran ini. Itulah faham

yang dicetuskan oleh Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872).

Sayangnya, materi itu sendiri tidak bisa menjadi mutlak, karena pastilah

ada yang-ada-di-luar-materi yang "mengendalikan" proses dalam materi

itu untuk materi bisa menjadi-lebih-sempurna-dari-sebelumnya.

Kesalahan Hegel adalah tidak menerima bahwa Yang Mutlak itu

berdiri sendiri dan ada-diatas-segalanya, dalam arti tidak dalam satu

realitas dengan segala yang sedang-menjadi tersebut.  Dengan

mengatakan Yang Mutak itu menjadi, Hegel pada dasarnya meniadakan

kemutlakan.  Dalam cara sama, dengan mengatakan bahwa yang mutlak

itu materi, maka materialisme pun jatuh dalam kubangan yang sama.

Dari sini dapat difahami munculnya sejumlah aliran-aliran penting

dewasa ini:

Positivisme menyatakan bahwa pemikiran tiap manusia, tiap ilmu

dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis dan positif

ilmiah.  Manusia muda atau suku-suku primitif pada tahap teologis"

dibutuhkan figur dewa-dewa untuk "menerangkan" kenyataan. 

Meningkat remaja dan mulai dewasa dipakai prinsip-prinsip abstrak dan

metafisis.  Pada tahap dewasa dan matang digunakan metode-metode

positif dan ilmiah.  Aliran positivisme dianut oleh August Comte (1798-

1857), John Stuart Mill (1806-1873) dan H Spencer (1820-1903), dan

dikembangkan menjadi neo-positivisme oleh kelompok filsuf lingkaran

Wina.

Marxisme (diberi nama mengikuti tokoh utama Karl Marx, 1818-

1883) mengajarkan bahwa kenyataan hanya terdiri atas materi belaka,

yang berkembang dalam proses dialektis (dalam ritme tesis-antitesis-

sintesis). Marx adalah pengikut setia Feuerbach (sekurangnya pada

tahap awal).  Feuerbach berpendapat Tuhan hanyalah proyeksi mausia

tentang dirinya sendiri dan agama hanyalah sarana manusia

memproyeksikan cita-cita (belum terwujud!) manusia tentang dirinya

Page 145: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

sendiri.  Menurut Feuerbach, yang ada bukan Tuhan yang mahaadil,

namun yang ada hanyalah manusia yang ingin menjadi adil. Dari sini

dapat difahami mengapa Marx berkata, bahwa "agama adalah candu bagi

rakyat", karena agama hanya membawa manusia masuk dalam "surga

fantasi", suatu pelarian dari kenyataan hidup yang umumnya pahit.

Selanjutnya Marx menegaskan bahwa filsafat hanya memberi interpretasi

atas perkembangan masyarakat dan sejarah.  Yang justru dibutuhkan

adalah aksi untuk mengarahkan perubahan dan untuk itu harus

dikembangkan hukum-hukum obyektif mengenai perkembangan

masyarakat.[1]

Ditangan Friedrich Engels (1820-1895), dan lebih-lebih oleh Lenin,

Stalin dan Mao Tse Tung, aliran filsafat Marxisme ini menjadi gerakan

komunisme, yaitu suatu ideologi politik praktis Partai Komunis di negara

mana saja untuk merubah dunia.  Sangat nyata bahwa dimana saja Partai

Komunis itu menjalankan praktek-praktek yang nyatanya mengingkari

hak-hak azasi manusia, dan karena itu tidak berperikemanusiaan (dan

tak ber keTuhanan pula!).

Eksistensialime merupakan himpunan aneka pemikiran yang

memiliki inti sama, yaitu keyakinan, bahwa filsafat harus berpangkal

pada adanya (eksistensi) manusia konkrit, dan bukan pada hakekat

(esensi) manusia-pada-umumnya.  Manusia-pada-umumnya tidak ada,

yang ada hanya manusia ini, manusia itu. Esensi manusia ditentukan oleh

eksistensinya. Tokoh aliran ini J P Sartre (1905-1980), Kierkegaard

(1813-1855), Friederich     Nietzche (1844-1900), Karl Jaspers (1883-

1969), Martin Heidegger (1889-1976), Gabriel Marcel (1889-1973).

Fenomenologi merupakan aliran (tokoh penting: Edmund Husserl,

1859-1938) yang ingin mendekati realitas tidak melalui argumen-

argumen, konsep-konsep, atau teori umum.  "Zuruck zu den sachen

selbst" -- kembali kepada benda-benda itu sendiri, merupakan inti dari

pendekatan yang dipakai untuk mendeskripsikan realitas menurut apa

adanya. Setiap obyek memiliki hakekat, dan hakekat itu berbicara

kepada kita jika kita membuka diri kepada gejala-gejala yang kita

Page 146: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

terima.  Kalau kita "mengambil jarak" dari obyek itu, melepaskan obyek

itu dari pengaruh pandangan-pandangan lain, dan gejala-gejala itu kita

cermati, maka obyek itu "berbicara" sendiri mengenai hakekatnya, dan

kita memahaminya berkat intuisi dalam diri kita.

Fenomenologi banyak diterapkan dalam epistemologi, psikologi,

antropologi, dan studi-studi keagamaan (misalnya kajian atas kitab suci).

Pragmatisme tidak menanyakan "apakah itu?", melainkan "apakah

gunanya itu?" atau "untuk apakah itu?".  Yang dipersoalkan bukan "benar

atau salah", karena ide menjadi benar oleh tindakan tertentu.  Tokoh

aliran ini: John Dewey (1859-1914).

Neo-kantisme dan  neo-thomisme merupakan aliran-aliran yang

merupakan kelahiran kembali dari aliran yang lama, oleh dialog dengan

aliran lain.

Disamping itu masih ada aliran filsafat analitik yang menyibukkan

diri dengan analisis bahasa dan analisis atas konsep-konsep. Dalam

berfilsafat, jangan katakan jika hal itu tidak dapat dikatakan. "Batas-

batas bahasaku adalah batas-batas duniaku". Soal-soal falsafi

seyogyanya  dipecahkan melalui analisis atas bahasa, untuk

mendapatkan atau tidak mendapatkan makna dibalik bahasa yang

digunakan. Hanya dalam ilmu pengetahuan alam pernyataan memiliki

makna, karena pernyataan itu bersifat faktual. Tokoh pencetus: Ludwig

Wittgenstein (1889-1952).

Akhirnya sejak 1960 berkembang strukturalisme yang menyelidiki

pola-pola dasar yang tetap yang terdapat dalam bahasa-bahasa, agama-

agama, sistem-sistem dan karya-karya kesusasteraan.

[1] [Catatan. Soekarno mengklim telah mencetuskan marhaenisme sebagai marxisme diterapkan dalam situasi dan kondisi Indonesia. Kualifikasi "penerapan dalam situasi dan kondisi Indonesia" (apapun itu) pastilah tidak membuat faham marhaenisme sebagai suatu  aliran filsafat dan pastilah tidak harus sama dengan faham marxisme sebagai diterapkan di dalam lingkungan masyarakat lain.]

Page 147: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://elmuschanrifqi.blogspot.com/2012/03/sejarah-filsafat-barat.html

Sejarah Filsafat Barat

PERIODISASI FILSAFAT BARAT

Oleh : Moh. Rifqi Mushan

Secara garis besarnya, sejarah filsafat Barat terbagi dalam empat periode, yaitu Periode Yunani Kuno, Periode Abad Pertengahan, Periode Zaman Modern dan Periode Zaman Neomodernism atau biasa dikenal dengan filsafat postmodernisme. Keempat periode tersebut akan diurai dalam beberapa bagian.

1.    Periode Filsafat Yunani Kuno ( Abad 6 SM – Abad 4 M)Untuk lebih mempermudah pembahasannya, maka saya akan menguraikan periode ini

ke dalam 3 (tiga) bagian:

A.    Periode Pra Socrates (Abad 6 SM – 4 SM)Pada periode ini, filsafat diawali oleh Thales yang untungnya mampu dilacak masa

hidupnya berdasarkan fakta bahwa ia pernah meramalkan terjadinya gerhana matahari, yang menurut para astronom terjadi pada tahun 585 SM. Dengan demikian filsafat lahir di awal abad ke-6 SM. Pada zaman ini filsafat memiliki corak khas, yaitu kosmosentris (segala sesuatu berpusat pada asal usul jagad raya).

Beberapa filsuf besar yang lahir pada masa ini antara lain:

-          Thales. Ia berpendapat bahwa “Air adalah substansi dasar yang membentuk segala hal lainnya”.

-         Anaximander.Ia mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu substansi asali, namun substansi itu bukan air atau substansi lain manapun yang kita ketahui. Substasi itu tak terbatas, abadi dan tak mengenal usia, dan ia melingkupi seluruh dunia-dunia”.

-        Anaximenes. Menurutnya, substansi yang paling dasar adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer; jika dipadatkan, pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi, menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu.

-        Pythagoras. Corak pemikirannya “Adiduniawi”, yaitu menempatkan semua nilai ke dalam persatuan gaib dengan Tuhan dan mengutuk dunia yang kasat mata ini sebagai kepalsuan dan hayalan. Ia berpendapat bahwa “jiwa tak dapat mati, dan jiwa itu berubah menjadi jenis-jenis makhluk hidup lain; kemudin, bahwa apapun yang bereksistensi dilahirkan kembali menurut perputaran siklus tertentu, sehingga tidak ada sesuatu pun yang benar-benar baru; dan bahwa segala sesuatu yang dilahirkan dengan disertai kehidupan di dalamnya harus dianggap berasal dari satu sumber”.

-         Xenophon. Ia meyakini bahwa segala sesuatu tercipta dari tanah dan air. -     Heraklitus. Ia api sebagai substansi dasar dari segala sesuatu, seperti pijar yang muncul dari

api, terlahir berkat kematian sesuatu yang lain. Ia juga berpendapat bahwa “yang fana itu baka, dan yang baka itu fana, yang satu hidup berkat kematian yang lain”.

-    Parmenides. Ia menganggap bahwa indera bersifat menipu, dan bahwa pelbagai benda inderawi hanyalah ilusi. Satu-satunya pengada yang sejati adalah “Yang Tunggal” yang tak terbatas dan tak terbagi-bagi. Yang Tunggal itu bukanlah kesatuan dari unsure-unsur yang

Page 148: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

berlawanan sebagaimana pandangan Heraklitus, karena memang tak ada unsure-unsur yang berlawanan itu.

-      Empedokles. Dialah yang menyatakan bahwa tanah, udara, api dan air adalah empat unsur (kendati istilah “unsur” belum dia gunakan). Masing-asing unsure itu abadi, tetapi unsure-unsur itu bisa saling berbaur dengan takaran yang berbeda-beda dan dengan demikian menghasilkan pelbagai ragam zat yang terus berubah sebagaimana kita temukan di dunia ini. Unsur-unsur itu dipadukan oleh Cinta dan Perselisihan.

-     Anaxagoras. Dialah orang pertama yang mengenalkan filsafat pada warga Athena, yang di kemudian hari melahirkan Sokrates dan Plato. Dalam bidang kosmologi ia berpendapat bahwa segala sesuatu bisa dibagi-bagi secara tak terbatas, dan bahwa materi yang paling kecil pun tetap mengandung semua unsure yang ada. Pelbagai benda tampil sebagaimana adanya sesuai dengan unsure apa yang paling banyak dikandungnya.

-  Leukippus dan Demokritus. Mereka dikenal dengan pelopor atomisme. Ini dikarenakan pendapatnya yang menyatakan bahwa segala sesuatu tersusun dari atom-atom yang yang tak dapat dibagi-bagi secara fisik, namun bukan secara geometris; bahwa di antara atom-atom itu terdapat ruang kosong; bahwa atom-atom tak bisa dimusnahkan; bahwa atom-atom itu senantiasa telah, dan senantiasa akan bergerak; bahwa jumlah atom-atom tak terbatas, dan demikian pula jenisnya, yang berbeda-beda bentuk dan ukurannya.

-       Protagoras. Ia merupakan pemimin kaum sofis, yaitu mereka yang mata pencahariannya mengajari anak-anak muda dengan sejumlah hal yang diharapkan akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Periode Socrates (Abad 4 SM )Pada masa ini, filsafat yang pada mulanya lahir dan berkembang di miletus, berhijrah

ke Athena. Proses perpindahannya diawali oleh kemungkinan diundangnya Anaxagoras oleh Pericles, ke Athena. Ia kemudian menetap dan melewatkan sebagian hidupnya selama kurang-lebih tiga puluh tahun di Athena, kira-kira dari tahun 462 hingga 432 SM. Masuknya Anaxagoras ke Athena ternyata mempunyai pengaruh besar terhadap kelanjutan dunia filsafat. Karena dari Athena inilah kemudian lahir tiga filsuf besar yang namanya sampai sekarang lebih dikenal daripada filsuf sebelumnya dan atau bahkan filsuf sesudahnya. Tiga filsuf besar tersebut adalah:

-      Socrates. Socrates sama sekali tidak menuliskan seuatu. Banyak pengetahuan kita tentang filsuf itu terutama merujuk pada seorang tokoh historis semu yang muncul dalam dialog-dialog Plato. Ia beserta muridnya (Plato), melakukan “kesalahan” dengan memperlakukan filsafat sebagai upaya pencarian rasional (penalaran). Diperkenalkannya analisis beserta argument-argumen yang meyakinkan sehingga membuat tradisi filsafat pada saat itu menjadi berantakan. Oleh karena itu, Ia beserta mudirnya dituding telah “mengacaukan” filsafat.Pandangan Socrates lebih bercorak etis daripada ilmiah. Ini dapat kita simak dari perkataannya “Aku tak punya urusan dengan pemikiran-pemikiran tentang alam”. Oleh karena itu, pandangan Socrates yang ditulis oleh Plato berisi tentang upaya menetapkan definisi-definisi peristilahan etis. Charmides berisi upaya mendefinisikan kesederhanaan atau sikap tahu batas; Lysis membahas persahabatan; dan Laches mengulas keberanian.

-      Plato. Ciri utama tentang flsafat Plato adalah Teori Idea (bentuk) yang terus dikembangkannya selama hidupnya. Ia mempercayai bahwa segala sesuatu yang kita indera di seputar kita hanyalah kenampakan semata. Realitas yang sebenarnya adalah idea-idea atau bentuk-bentuk yang merupakan asal dari segala kenampakan itu. Gagasan tentang dunia idea membawa kita pada etika Plato. Dengan bantuan panca indera, kita hanya merasakan kebaikan semu dari dunia sekitar kita. Hanya dengan bantuan penalaran, barulah kita benar-benar menyadari idea universal kebaikan yang lebih luas.

Page 149: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Melihat kerangka itu, Plato tampak lebih mementingkan moralitas pencerahan spiritual ketimbang aturan-aturan perilaku yang bersifat khusus.

-   Aristoteles. Dialah filsuf pertama yang menulis seperti seorang profeso. Risalah-risalahnya sistematis, telaahnya dipilah-pilah menjadi sejumlah bagian. Argumennya yang paling kokoh untuk menyanggah teori idea-nya Plato adalah tentang “orang ketiga”; jika seorang manusia adalah manusia karena ia menyerupai manusia ideal, maka masih hrus ada manusia ideal lainnya lagi yang terhadapnya manusia biasa dan manusia ideal tadi mempersamakan diri. Ada istilah lain yang penting dalam filsafat Aristoteles dan dalam pemikiran parapengikut skolastiknya, yakni “esensi”. “Esensi” anda adalah “siapakah anda berdasarkan diri Anda yang paling hakiki”. Orang mungkin mengatakan bahwa ini adalah sifat-sifat yang, jika dihapuskan, Anda akan berubah menjadi bukan Anda lagi.

C.     Periode Pasca Socrates ( Abad 3 SM – Abad 4 M)

Sesudah Abad ke-3 SM, tidak muncul pemikiran yang benar-benar baru dalam filsafat Yunani hingga saatnya tampil kaum Neoplatonis di abad ke-3 M. namun sementara itu dunia Romawi sedang dipersiapkan bagi kejayaan Kristianitas. Pada masa ini, terdapat empat madzhab filsafat yang didirikan; Mazhab Sinis dan Mazhab Skeptis, Mazhab Stoa, Mazhab Epikurean.

-       Mazhab Sinis. Mazhab ini berawal dari sebutan bagi Diogenes, seorang pemuda dari Sinope, di Euxine yang merupakan murid dari Antisthenes ia disebut “sinis” (Cynic) yang berarti “anjing”, karena ia menolak semua konvensi – baik itu agama, adat istiadat, sandang, pangan, papan, atau sopan santun. Akan tetapi ia memiliki semangat yang menyala-nyala untuk mencapai “keutamaan”, yang dalam perbandingannya dengan keutamaan itu sebaliknya ia menyatakan bahwa barang-barang duniawi tak ada nilainya.ia berusaha mencapai keutamaan dan kebebasan moral dengan jalan melepaskan diri dari hasrat.

-     Mazhab Skeptis. Skeptisisme sebagai ajaran dari pelbagai mazhab dikemukakan pertama kali oleh Pyrrho. Tak ada banyak hal yang baru dalam doktrinnya, kecuali dilakukannya sistematisasi dan formalisasi tertentu atas pelbagai keragu-raguan sebelumnya. Skeptisisme sebagai aliran filsafat bukanlah sekeder keragu-raguan, melainkan sesuatu yang biasa disebut keraguan dogmatis. Ia memaksudkan dirinya sendiri sebagai penawar kecemasan. “Buat apa memusingkan diri tentang masa depan?. Masa depan sama sekali tak pasti. Engkau toh bisa menikmati masa kini; “Apa yang bakal terjadi masih belum pasti”.

-        Mazhab Epikuren. Mazhab ini didirikan oleh Epikurus. Filsafat Epikuren dibangun untuk menjaga ketentraman batin. Ia berpendapat bahwa kenikmatan adalah awal dan akhir hidup yang penuh berkah. Ia pun beranggapan bahwa “Kenikmatan social paling aman adalah persahabatan”. Ini diperjales dengan pernyataannya bahwa “persahabatan tak dapat dipisahkan dari kenikmatan, dan oleh sebab itu harus dikembangkan, karena tanpa hal tersebut kita tak dapat hidup dalam keamanan dan terjauhkan dari kecemasan, tak pula bisa merasakan kenikmatan”.

-   Mazhab Stoisme. Pendirinya adalah Zeno pada awal abad ke-3 SM. Doktrin utama yang dipegang teguh selamanya oleh mazhab ini berkaitan dengn determinisme kosmis dan kebebasan manusia. Zeno percaya bahwa tak ada sesuatu yang disebut kebetulan, dan bahwa jalannya alam sudah ditetapkan secara ketat oleh hukum-hukum alam. Pada mulanya yang ada hanyalah api; kemudian unsure-unsur lain – udara, air, tanah, secara berurutan – berangsur-angsur muncul.

Penerus-penerus Zeno selanjutnya adalah Cleanthes,Chrysippus (280-207 SM), Panaetius, Posidenius (ca 135 – ca 51 SM), Seneca (ca 3 SM – 65 M), Epictetus (± 60 M - ± 100 M), dan Marcus Aurelius (121-180 M). Petatah kemudian mulai menunjukkan

Page 150: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

kebuktiannya bahwa kehidupan ini bagaikan roda yang berputar. Pun dengan masa kejayaan filsafat. Ia perlahan-lahan mengalami masa kemerosotan, sehingga berujung pada masa kejatuhan yang ditandai dengan berakhirnya masa hidup dan pengaruh dari pemikiran Plotinus.

2.    Periode Abad Pertengahan (Abad ke- 6 – 15 M)Periode ini dikatakan sebagai “Abad Kegelapan” bagi filsafat. Namun ini hanya

berlaku khusus bagi Eropa Barat. Karena pada masa ini, Cina di bawah naungan Dinasti Tang sedang mengalami masa keemasannya dalam banyak bidang, terutama pada bidang sastra. Pun dengan Jepang dan Kekhalifahan.

Pada periode ini, sejarah filsafat ditandai dengan munculnya filsafat skolastik (abad ke-6) sampai dengan kebesaran nama Thomas Aquinas (1225 – 1274 M) yang terkenal dengan aliran Thomisme. Pada masa ini, filsafat mengalami masa kegelapan dikarenakan ia dianggap sebagai pelayan teologi, yaitu sebagai sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia. Thomas Aquinas berpendapat bahwa “kebenaran teologis yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat ditentang oleh suatu kebenaran filsafat yang dicapai dengan akal manusia, karena kedua kebenaran tersebut mempunyai sumber yang sama pada Tuhan. Filsafat bebas menyelidiki dengan metod-metode yang rasional, asalkan kesimpulannya tidak bertentangan dengan kebenaran-kebenaran yang tetap dari teologi”.

Corak pemikiran pada masa ini adalah teosentris (segala sesuatu berpusat pada asal usul Tuhan). Pada periode ini terdiri dari para filsuf Kristen, filsuf Islam dan filsuf Yahudi. Salah satu filsuf pada periode Filsafat Abad Pertengahan yang terkenal yaitu Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (Avicenna) dengan pokok ajarannya yaitu tentang dunia yang didasarkan pada emanasi dari neo-Platonisme yaitu Tuhan adalah realitas sentral yang melahirkan segala yang lain.

3.    Periode ModernPada periode ini, saya mengklasifikasikannya menjadi 2 bagian, yaitu masa transisi

dan masa modern itu sendiri.

a.       Transisi (Abad ke- 15 – 16 M)Sebelum memasuki zaman modern, filsafat mengalami masa transisi, di mana masa

ini dikenal dengan masa Renaisans (kelahiran kembali) dan Aufklarung (masa Pencerahan). Meskipun renaisans bukanlah sebuah periode prestasi besar dalam filsafat, tetapi ia telah melakukan sesuatu yang pasti sebagai permulaan penting bagi kebesaran abad ke-17. Periode ini ditandai dengan runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sains.

Renaisans merupakan sebuah gerakan perlawanan atas cara pandang Abad Pertengahan. Ia bermula dari Italia dan hanya dilakukan oleh segelintir orang, di antaranya yang terkenal adalah Petrarch. Renaisans merupakan istilah yang berasal dari bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Michelet, kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan.

Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:

-   Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat. Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa latin selama

Page 151: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Hal itu dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci khazanah turas klasik Yunani.

-      Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta dan sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut bahu-membahu menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia, dengan membawa teks-teks dan manuskrip-manuskrip yang belum dikenal sebelumnya.

-    Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu, seperti berdirinya Akademi Florensia dan College de France di Paris.

Beberapa filsuf besar yang lahir di masa ini antara lain: Nicolaus Copernicus (1473-1543), Galileo Galilei (1564-1642), dan Francis Bacon (1561-1626).

b.      Periode Modern (Abad ke-17 – 18 M)Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme Rene Descartes (1596-

1650), Baruch Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716). Descartes merupakan orang pertama di akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang lainnya. Hal ini disebabkan perasaan tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat lamban dan banyak memakan korban. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Ia ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal.

Descartes juga memberikan uraian tentang bagaimana memperoleh hasil yang sahih dari metode yang ia canangkan. Hal ini dapat kita dijumpai dalam bagian kedua dari karyanya Anaximenes Discourse on Methode yang menjelaskan perlunya memperhatikan empat hal berikut ini:

1. Tidak menerima sesuatu apa pun sebagai kebenaran, kecuali bila saya melihat bahwa hal itu sungguh-sungguh jelas dan tegas, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.

2. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu sebanyak mungkin bagian, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.

3. Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.

4. Dalam proses pencarian dan penelaahan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitungan-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita menjadi yakin bahwa tidak ada satu pun yang terabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu.

Corak khas pemikiran pada masa ini adalah antroposentris (segala sesuatu dipusatkan pada manusia). Pada periode ini terdiri dari aliran Rasionalisme dan Empirisme. Salah satu filsuf pada periode Filsafat Modern yang terkenal yaitu Rene Descrates dengan metodenya dinamakan keraguan metodologis yaitu keraguan bertujuan memperoleh kebenaran yang tercermin pada kata-kata “cogito ergo sum” yaitu saya berfikir maka saya ada. (BK)

4.    Periode Masa Kini (Abad ke- 19 M - Sekarang)Pada masa ini, filsafat mulai mengalami perkembangan yang amat pesat. Ini ditandai

dengan lahirnya beragam aliran yang berpengaruh besar dalam filsafat. Antara lain:

Page 152: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Pragmatisme, Neo-Kantianisme, Neo-Tomisme, dan Fenomenologi.

Beragam aliran pemikiran di atas kemudian terkumpul dalam sebuah aliran filsafat besar, Posmodernisme. Meskipun sedemikian beragamnya, namun kiranya kita masih dapat mengidentifikasikannya dalam dua kelompok.

a.    Kelompok “Dekonstruktif”. Kelompok ini bekerja dengan cara membongkar segala bentuk pemikiran yang

dianggap oleh banyak orang, telah mapan. Dalam kelompok ini, dapat kita masukkan pemikiran-pemikiran Derrida, Lyotard, Foucault, dan mungkin Rorty. Kelompok inilah yang ditidung sebagai sekedar mode intelektual yang dangkal dan kosong atau sekedar refleksi yang bersifat reaksioner belaka atas perubahan-perubhan social yang kini sedang berlangsung. 

b.    Kelompok “Konstruktif”Dalam kelompok ini, kita dapat memasukkan pemikiran Haidegger, Gadamer,

Ricoeur, Mary Hesse, dari tradisi Hermeneutika; lalu David R. Griffin, Frederic Ferre, D. Bohm, dari tradisi Studi Proses Whiteheadian; juga F. Capra, J. Lovelock, Gary Zukav, I. Prigogine, dari tradisi fisika yang berwawasan holistic.

Kelompok ini diketakan "Kelompok Konstruktif” atau “Revisioner”, karena mereka bukan hanya membongkar beberapa aspek dari gambaran-dunia modern, tetapi juga mencoba membangun kembali reruntuhan itu, serta mengolahnya secara baru dalam upaya mengkonstruksikan sebuah gambaran-dunia yang baru pula.

Akan tetapi kelompok ini nyaris tak pernah dibicarakan sama sekali karena kecenderungan umum yang yang mengidentikkan postmodernisme itu hanya dengan kelompok post-strukturalis yang umumnya kaum neo-Nietzschean saja. Akibatnya postmodernisme jadi identik dengan kaum Dekonstruksionis belaka, yang kerjanya hanya membongkar-bongkar segala tatanan dan lantas menihilkan segala hal.

Akhirnya, di dunia ini tak ada yang tak selesai. Pun dengan tulisan ini. Kiranya tak disudahi oleh penulisnya, maka tak akan pernah selesai.

Selamat membaca….Selamat melanjutkan….

Indramayu, Selasa, 1 Nopember 2011 

 Moh. Rifqi Mushan

Referensi :

1.    Russel, Bertran; Sejarah Filsafat Barat (dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet. Ke-II, 2004.

2.    Sugiharto, I. Bambang; Postmodernisme, Tantangan Bagi Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, cet. Ke-VIII, 1996.

3.      Suhartono, Suparlan; Dasar-Dasar Filsafat, Yogyakarta, Ar-Ruzz, cet. Ke-II, 2005.4.      Syekhuddin, Filsafat Modern dan Pembentukannya (Makalah), 2009

Page 153: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

5.      Strathern, Paul; 90 Menit Bersama Plato, terj. Frans Kowa, Jakarta, Erlangga, 2001.

http://abduhlubis.blogspot.com/2013/01/filsafat-barat-dan-timurmodern-dan_22.html

FILSAFAT BARAT DAN TIMUR,MODERN DAN KONTEMPORER

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara substansial maupun

secara historis karna kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya

paerkembangan ilmu memperkuat keberadapan  filsafat,  kelahiran filsafat di yunani

menunjukkan pola pemikiran bangsa yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap  dan

pada gilirannya rasiolah yang lebih domain, dengan filsafat pola yang berfikir yang selalu

tergantung  rasio.

Dengan berkembangnya pola fikir manusia, maka berkembang pula tentang pemikiran

dan pembahasan di dalam filsafat. Filsafat dibagi menjadi empat periode. Namun pada 

pertemuan ini kami membahas hanya dua periode yakni, periode modern dan periode

kontemporer yakni Filsafat klasik, filsafat abad pertengahan, filsafat modern dan filsafat

kontemporer. Untuk pembahasan lebih lanjut, kami akan membahas dalam pembahasan

selanjutnya.

B.       Rumusan masalah

1.        Bagaimanakah sejarah perkembangan filsafat di Barat pada periode modern dan kontemporer

?

2.        Bagaimanakah sejarah perkembangan filsafat di Islam Timur pada periode modern dan

kontemporer ?

3.        Apa perbedaan yang mencolok tentang sejarah perkembangan filsafat yang ada di Barat dan

di Islam timur ?

                                

C.      Pendekatan

Page 154: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Dalam penulisan makalah kami sengaja memakai pendekatan kepustakaan, yaitu

dengan cara mengambil informasi tentang filsafat dan ilmu diberbagai buku untuk

mendukung kualitas makalah yang kami tulis

D.      Metodologi

1.        Metode pengumpulan data

2.        Metode pebahasan

E.       Sistematika Pembahasan

Dalam  penulisan makalah kami ini kami bagi menjadi dua bab. Bab pertama adalah

pendahuluan yang berisi latar belakang adalah merupakan alasan mengapa kami mengangkat

judul ini, perumusan makalah adalah sebagai pembatas atau lebih jelasnya untuk

mengkhususkan pembahasan makalah ini, pendekatan yaitu metode kami dalam menemukan

informasi atau bahan untuk makalah ini, dan sistematika pembahsan ini, metodologi yaitu

cara bagaimana kami menulis makalah ini, dan  sistematika pembahasan adalah urutan-urutan

dalam makalah ini.

Bab kedua berisikan pembahasan mengenai tentang sejarah filsafat (Barat,

Islam/Timur) pada Periode Modern dan Kontemporer, bab selanjutnya yaitu bab ketiga

adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari pembahsan dan saran-saran dari penulis.

BAB II

Sejarah Perkembangan Filsafat di Barat pada Periode Modern dan

Kontemporer

A.      Periode Modern

Filsafat Islam/Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,

khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya.

Sebuah ciri khas Filsafat  Islam/Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama.

Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad

Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama.

Nama-nama beberapa filsuf: Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu

Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.

Page 155: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting bila

dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman itu,

melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun terdapat berbagai

perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans tidaklah secara langsung menjadi lahan

subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 dengan dorongan daya hidup yang

kuat sejak era renaisans, filsafat mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman

modern filsafat didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan

pada filsafat modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani,

individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. [1]

Pada abad ke-17 pemikiran renaisans mencapai kesempurnaannya pada diri beberapa

tokoh besar. Pada abad ini tercapai kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan yang

memberi semangat yang diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini, yang

dipandang sebagai sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah dapat dipakai

manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai akibat dari kecenderungan

berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu dari keduanya, maka pada abad ini

lahir dua aliran yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme yang memberi penekanan pada

rasio dan empirisme yang memberi penekanan pada empiri.

Usaha manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah

dirintis oleh para pemikir renaisans, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad ke-17

adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya.

Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal,

bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat dijelaskan,

semua permasalahan dapat dipahami dan dipecahkan termasuk seluruh masalah kemanusiaan.

Keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal telah berimplikasi kepada

perang terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang

bersifat dogmatis seperti yang terjadi pada abad pertengahan, terhadap norma-norma yang

bersifat tradisi dan terhadap apa saja yang tidak masuk akal termasuk keyakinan-keyakinan

dan serta semua anggapan yang tidak rasional.

Dengan kekuasaan akal tersebut, orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang

lebih sempurna, dipimpin dan dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap

akal ini sangat jelas terlihat dalam bidang filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk

menyusun secara a priori suatu sistem keputusan akal yang luas dan tingkat tinggi. Corak

berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal dalam filsafat dikenal dengan nama

aliran rasionalisme.[2]

Page 156: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme adalah Rene Descartes

(1595-1650). Tokoh rasionalisme lainnya adalah Baruch Spinoza (1632-1677) dan Gottfried

Wilhelm Leibniz (1646-1716). Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut

Bertrand Russel, kata “Bapak” pantas diberikan kepada Descartes karena dialah orang

pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat berdasarkan atas keyakinan diri

sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dia pula orang pertama di akhir abad

pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa

dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang

lainnya. Hal ini disebabkan perasaan tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat

lamban dan banyak memakan korban. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan

agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Ia ingin filsafat dilepaskan dari

dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat

yang berbasis pada akal.

B.       Periode Kontemporer

Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-

universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi

falsafi orang Yunani kuno. Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel

Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer,  Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan

Jean-Paul Sartre.

Filsafat Barat kontemporer ini muncul pada abad XX sebagai kritik dari filsafat

modern, hal ini dapat terungkap dalam  istilah  dekonstruksi, yang didekonstruksi oleh filsafat

kontemporer ini adalah rasionalisme yang digunakan untuk membangun seluruh isi

kebudayaan dunia barat. Tokoh-tokoh besar banyak bermunculan pada  abad XX ini seperti

Arkoun, Derrida, Foucault, Wittgenstein. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya

Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Nietzsche adalah tokoh pertama

yang sudah menyatakan ketidak puasannya terhadap dominasi atau pendewaan rasio pada

tahun 1880an.[3]

Jadi menurut tokoh pertama filsafat dekontruksi adalah Nietzsche. Dengan alasan

pada tahun 1880an Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di ambang

kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, kemudian baru tahun 1990 Capra juga

mengatakan demikian.[4]

Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi menurut Ahmad Tafsir karena ia

Filsafat yang keliru dan  juga keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Barat menjadi

Page 157: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

hancur. Renaisans yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia. Mencerminkan

kelemahan manusia modern. Akibatnya timbullah kecenderungan untuk menyisihkan seluruh

nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup, sehingga

manusia modern yang mewarisi sikap positivistic cenderung menolak keterkaitan antara

substansi jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya

manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi dan sebagai konsekuensinya lahirlah

trauma kejiwaan dan ketidak stabilan hidup.

Perlu diingat Filsafat Barat Kontemporer sangat Heterogen, karena profesionalisme

yang semakin besar akibatnya muncul banyak filsuf yang ahli di bidang Matematika, Fisika,

Psikologi, Sosiologi ataupun Ekonomi. Sehingga banyak pemikiran lama dihidupkan kembali

seperti neothomisme, neokantianisme.

Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan),

tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term :  ingin tahu dengan mendalam (cinta

pada kebijaksanaan) Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama

memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap

cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras

mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia.

Tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun

menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan

adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup

keseluruhannya. Oleh karena itu,  maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan

pencinta pengetahuan.

Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam

arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang

diinginkannya. ”Sofia” artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.

Orang yang berfilsafat dinamakan filosof  dapat diumpamakan sebagai seseorang

yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang, ia ingin mengetahui hakikat

dirinya dalam kemestaan alam, karakteristiknya berfikir filsafat yang pertama adalah

menyeluruh, yang kedua mendasar. [5]Filsafat pada abad Yunani Klasik atau biasa disebut

filsafat kuno senantiasa membahas tentang kosmologi yaitu terbentuknya alam semesta dari

mana mereka berasal. selanjutnya filsafat abad pertengahan atau biasa disebut dengan

skolastik  sangat berbeda dengan pemikiran sebelumnya hal ini disebabkan karena rumpun

bangsa yang berfilsafat sangat berbeda, dalam filsafat abad pertengahan ini manusia mencoba

mempersatukan secara harmonis apa yang diketahui dari akal dengan apa yang diketahuinya

Page 158: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dari wahyu dengan demikianlah timbul sistem pandangan dunia kristen yang rangkap, dimana

iman dan ilmu pengetahuan mendapatkan tempatnya masing-masing,  semakin lama doktrin

kristen makin membelenggu kehidupan manusia di jaman itu sehingga semakin membatas.

Selanjutnya dalam perjalanan sejarah filsafat barat menunjukkan bahwa makin lama

filsafat itu makin terpecah-pecah menjadi filsafat jerman, filsafat Prancis,  filsafat Inggris,

Filsafat Amerika dan filsafat Rusia. mereka mengikuti jalannya sendiri-sendiri masing-

masing membentuk kepribadian dengan caranya sendiri sekalipun demikian mereka tetap

menampakkan suatu kesatuan. Sebab bermacam-macam pemikiran yang dikemukakan pada

bangsa itu sebenarnya hanya mewujudkan aspek yang bermacam-macam dari satu keadaban.

[6]

Filsafat Kontemporer muncul diawali sikap ingin mendobrak teori Filsafat Modern

yang menggunakan keuniversalitasan kebenaran tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab itu salah

satu ciri yang terdapat dalam Filsafat Kontempoter ini mengagungkan nilai-nilai relatifitas

dan mini narasi, dan lebih cenderung beragam dalam pemikiran.

Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern

yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme

filsafat modern yang berusaha menjadikan rasio sebagai instrumen utama, perkembangan

Filsafat kontemporer  berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat dekonstruksi.

1.        Aliran-Aliran dalam Filsafat Barat Kontemporer

a.        Pragmatisme

Di Amerika Serikat aliran Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri didalam

pemikiran filsafat, William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan

pragmatisme kepada dunia. Aliran Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa

yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang

bermanfaat secara praktis.[7] Aliran ini menganggap benar apa yang akibat-akibatnya

bermanfaat secara praktis. Jadi patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat bermanfaat

dalam kehidupan praktis.  Dan pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Kebenaran

mistis pun dapat diterima asalkan bisa bermanfaat secara praktis.

b.        Vitalisme

Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik di awal abad XX

mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan segala

pemikiran diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagad raya, maupun

manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian yang masing-masing

Page 159: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut hukum yang telah ditentukan

bagi masing-masing bagian itu.[8]

Aliran Vitalisme memandang bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya

atau prinsip vital dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu dapat dianalisa

secara matematis.

c.         Fenomenologi

Kata Fenomenologi berasal dari Yunani fenomenon yang artinya sesuatu yang

tampak,  terlihat karena bercahaya, dalam bahasa Indonesia disebut”gejala”.[12] Jadi

fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan segala sesuatu selama hal itu tampak.

Pelopor aliran ini adalah Edmund Husserl.

d.        Eksistensialisme

Kata Eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari kata

kerja sisto (berdiri, menempatkan) jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri

sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat

meragukan segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada. Eksistensialisme adalah

aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi, Eksistensi

sendiri merupakan cara berada manusia di dunia, dan cara ini berbeda dengan cara berada

makhluk-makhluk lainnya. Benda mati atau hewan tidak sadar akan keberadaannya tetapi

manusia menyadari keberadaannya, manusia sadar bahwa dirinya sedang bereksistensi oleh

sebab itu segala sesuatu berarti selama menyangkut dengan manusia, dengan kata lain

manusia memberikan arti pada segalanya, manusia menentukan perbuatannya sendiri, ia

memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.

Dalam teori ini berpandangan bahwa manusia adalah eksistensinya mendahului

esensinya (hakikat), dan sebaliknya benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya,

sehingga manusia dapat menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya tidak

ditentukan lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang

memang tak dapat dielakkan.

e.         Filsafat Analitis

Aliran Filsafat Analitis ini pertama muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun

1950, Filsafat analitis sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi dari

idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya menyibukkan diri

dengan analisis bahasa dan konsep-konsep.

f.         Strukturalisme

Page 160: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Strukturalisme muncul di Prancis pada tahun 1960an, dan dikenal juga dalam

linguistic, psiatri dan sosiologi, strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat

dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis

menyibukkan diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut.

g.        Postmodernisme

Aliran Post Modernisme ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan

segala dampaknya, pengertian postmodern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard

menjadi orang pertama yang menngintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat.

 BAB III

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM /TIMUR PADA PERIODE

MODERN DAN KONTEMPORER

A.      Periode Modern

Sejarah Perkembangan Filsafat di Islam/Timur pada Periode Modern Filsafat modern

Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini rasionalisme

semakin kuat. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan

berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16

atau pada akhir masa Renaissance. Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern.

Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada

hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan

manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha

untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi.Kebudayaan ini pulalah

yang diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus

mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran dari Plato dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran

yang terus dipertahankan. Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang

penting.

a.         Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan periode

dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam kancah

pemikiran filosofis Barat.Filsafat Barat menjadi panggung perdebatan antar filsuf terkemuka.

Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun

tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang

sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau periode,

Page 161: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

yaitu: zaman Renaissans (Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung), dan zaman

Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.

b.        Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju perkembangan

ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus Copernicus

(1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564 Materialisme

merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau

nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.

c.         Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-

mana.Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui

adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat.Pada masa ini,

kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang Materialisme.

d.        Dualisme

Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam

hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing

bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan

kehidupan dalam alam Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini

adalah terdapat dalam diri manusia

e.         Rasionalisme

Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide

yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.

f.         Fenomenalisme

Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa

Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang Fenomenalisme

suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data,

mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme

bergerak di bidang yang pasti. Hal yangmenampakkan dirinya dilukiskan tanpa

meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode

pemikiran,   "a way of looking atthings".

g.        Intusionalisme

Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi

(naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu

kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi Intuisi adalah non-analitik dan

tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan

Page 162: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

perasaan.1643.[1] Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan

dasar filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.  Dia merupakan

bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan teori

Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.

B.       Periode Kontemporer       

Filsafat Kontemporer yaitu cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut

kehidupan pada masa saat ini. Misalnya orang dihadapkan pada tahun 2009, ya inilah zaman

kontemporer kita. Tetapi istilah filsafat kontemporer baru saja populer semenjak abad ke-20,

ini merupakan tanggapan atas kebingungan penyebutan filsafat masa kini.

Filsafat kontemporer ini sering dikaitkan dengan posmodernisme, Dikarenakan

posmodernisme yang berarti “setelah modern” merupakan akibat logis dari zaman

kontemporer.Posmodernisme menyaratkan kebebasan, dan tidak selalu harus simetris.   

Contohnya seni bangunan posmodern tidak terlalu mementingkan aspek keseimbangan dalam

bentuk bangunan, melainkan sesuka hati yang membangun atau yang sesuai request. Kembali

lagi kepada pemikiran kontemporer yang beranjak dari seni bangunan tadi, sama halnya

dengan itu, pemikiran filsafat kontemporer ini bebas. Kebebasan dalam memakai teori,

menanggapi, dan mengkritik selama kebebasan tersebut merupakan suatu hal original.

Bebas, berbicara tentang  filsafat kematian,  filsafat waktu, filsafat orang gila, filsafat

komputer, dan lain-lain.  Semuanya terbuka lebar untuk dipikirkan dan

diperbincangkan.Tidak ada batasan pasti dalam filsafat kontemporer, selama semua masih

dinamis dan tidak kaku seperti zaman pra-modern, bisa disebut sebagai kontemporer.

Masalah aktual dan faktual diperbincangkan dan ditanggapi, lalu diberi solusi.Dengan

filsafat akan bisa ditemukan solusi terbaik terhadap masalah tersebut karena filsafat juga

menguji solusi yang akan diambil dan yang dianggap baik. Hal ini dilakukan karena pada saat

tertentu solusi bisa menjadi sangat baik, dan pada saat tertentu pula suatu solusi bisa

dianggap kuno dan terbilang idiot.

Berbicara tentang saat demi saat, inilah letak kontemporernya. Penyesuaian terhadap

sesuatu yang kita ketahui sebagai zaman. Berpikir sesuai zaman tanpa kehilangan identitas

dan originalitas pemikiran personal. Memiliki kepribadian dan cara berpikir yang unik

merupakan hal yang dibanggakan dalam filsafat kontemporer. Oleh karenanya filsafat

kontemporer merupakan ekstensifikasi dari pemikiran manusia dari hal-hal yang umum

menjadi yang sangat khusus dan terkait dengan hal khusus lainnya.

Page 163: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

 BAB IV

Perbedaan yang  Mencolok tentang Sejarah Perkembangan Filsafat yang Ada di Barat

dan di Islam Timur

Perbedaan antara  filsafat Barat dengan Islam/Timur tampak amat berbeda sebab

berkembang di dalam budaya yang amat berbeda, dan sepanjang sejarah tidak terlalu banyak

pertemuan di antara keduanya, kecuali di dalam filsafat Islam.[9] Berikut ini perbedaan

filsafat Barat dan  Islam/Timur dilihat dari beberapa segi yaitu[10].

1.        Pengetahuan

Filsafat Barat sejak masa Yunani telah menekankan akal budi dan pemikiran yang rasional

sebagai pusat kodrat manusia. Filsafat Islam/ Timur lebih menekankan hati daripada akal

budi, sebab hati dipahami sebagai instrumen yang mempersatukan akal budi dan intuisi, serta

intelegensi dan perasaan. Tujuan utama berfilsafat adalah menjadi bijaksana dan menghayati

kehidupan, dan untuk itu pengetahuan harus disertai dengan moralitas.

2.        Sikap terhadap alam

Filsafat Barat menjadikan manusia sebagai subyek dan alam sebagai obyek sehingga

menghasilkan eksploitasi berlebihan atas alam. Sementara itu, filsafat Islam/ Timur

menjadikan harmoni antara manusia dengan alam sebagai kunci. Manusia berasal alam

namun sekaligus menyadari keunikannya di tengah alam.

3.        Cita-cita Hidup

Jikalau filsafat Barat menganggap mengisi hidup dengan bekerja dan bersikap aktif sebagai

kebaikan tertinggi, cita-cita filsafat Timur adalah harmoni, ketenangan, dan kedamaian hati.

Kehidupan hendaknya dijalani dengan sederhana, tenang, dan menyelaraskan diri dengan

lingkungan.

4.        Status Manusia

Filsafat Barat amat menekankan status manusia sebagai individu dengan segala kebebasan

yang ia miliki, dan masyarakat tidak bisa menghilangkan status seorang manusia dengan

kebebasannya. Filsafat Islam/ Timur menekankan martabat manusia tetapi dengan penekanan

yang berbeda, sehingga manusia ada bukan untuk dirinya melainkan ada di dalam solidaritas

dengan sesamanya.

Page 164: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

                                                                                              

 BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dengan berkembangnya pola fikir manusia, maka berkembang pula tentang pemikiran

dan pembahasan di dalam filsafat. Filsafat dibagi menjadi 4 bab akan yakni Filsafat klasik,

filsafat abad pertengahan, filsafat modern dan filsafat kontemporer. Modern didominasi oleh

rasionalisme sedangkan filsafat Kontemporer didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.

Begitu juga dengan Perbedaan  antara  filsafat Barat dengan Islam/Timur tampak amat

berbeda sebab berkembang di dalam budaya yang amat berbeda dan sepanjang sejarah tidak

terlalu banyak pertemuan di antara keduanya.

B.       Penutup

Demikianlah makalah ini dibuat, dan kami anggap telah memenuhi syarat-syarat

ilmiah sehingga layak disebut sebagai karangan ilmiah. Maka akhirnya makalah ini akan

memberi manfaat bagi penulis khususnya berupa penambahan wawasan tentang Filsafat

umum (sejarah filsafat dibarat dan islam/timur periode modern dan kontemporer) begitupun

pada pembaca umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Leamen, Oliver. 2000. Eastern Philosophy:  Key Readings. London: Routledge.

Misbah, Yadzi. 1993. Jelajah Hakikat Pemikiran Islam/Timur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

http://.wordpress.com/2009/09/22/ filsafat-modern-dan-pembentukannya-renaisans

Ahmad. 2007. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hadiwidjono, Harun. 1998. Sari Sejarah Filsafat Barat  1. Yogyakarta: Kanisius.

Page 165: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

SEJARAH  FILSAFAT (BARAT  DAN  ISLAM TIMUR)

PERIODE MODERN DAN KONTEMPORER

Dosen Pengampu: M. Rifai Abduh

Makalah Ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata KuliahFilsafat Umum

Disusun Oleh:Efrida Yanti Rambe                       (11520043)Muhammad Abduh Lubis             (11520044)Alif Alamin                                     (11520041)Dirham Mahmudah                        (11520045)Abdullah                                          (11520042)

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDINSTUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA2012

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah

memberikan beberapa nikmat kepada kita sehingga dengan nikmat yang telah Allah

anugerahkan  kepada seluruh hamba satu orang pun tidak bisa menghitungnya maka

seharusnya lah kita bersykur atas ni’mat yang telah dianugerahkan. Shalawat ber’iringan

salam mari sama-sama kita  kirimkan kepada baginda Nabi Muhammad  SAW, keluarga,

sahabat dan para pengikut setianya.

Selanjutnya, pada kesempatan yang berbahagia ini kami sampaikan terimakasih

kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan  pertolongan- Nya kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini yang berjudul Sejarah Filsafat (Barat dan

Islam/Timur) pada Periode Modern dan Kontemporer dengan baik, tak lupa kepada orang tua

yang senantiasa memberikan motivasinya sehingga kami terus termotivasi untuk

menyelesaikan makalah walau dalam pembuatannya penulis menemukan banyak kesulitan.

Page 166: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Semoga makalah ini menjadi amal baik dalam penulis khususnya, bermanfaat bagi

para pembaca dan peminat di bidang  kefilsafatan pada umumnya.

Yogyakarta,    Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i

Kata Pengantar.......................................................................................................... ii

Daftar Isi.................................................................................................................... iii

BAB I   PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A.      Latar Belakang........................................................................................ 1

B.       Rumusan Masalah................................................................................... 1

C.       Pendekatan............................................................................................. 1

D.      Metodologi............................................................................................. 2

E.       Sistematika Pembahasan......................................................................... 2

BAB II  Sejarah Perkembangan Filsafat di Barat pada Periode............................... 3

Modern dan Kontemporer

A.      Periode Modern...................................................................................... 3

B.       Periode Kontemporer.............................................................................. 5

BAB III   Sejarah Perkembangan Filsafat Islam /Timur pada Periode...................... 11

Modern Dan Kontemporer

A.      Periode Modern...................................................................................... 11

B.       Periode Kontemporer.............................................................................. 13

Page 167: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB IV  Perbedaan yang Mencolok tentang Sejarah Perkembangan...................... 15

Filsafat yang Ada di Barat dan di Islam Timur

BAB V   Kesimpulan dan Penutup........................................................................... 17

Daftar Pustaka

 

[1] http:/wordpress.com/2009/09/22/filsafat-modern-dan-pembentukannya rasionalisme

[2]  Asmoro.  Filsafat Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2007.

[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.  257. [4]      Ibid, 258.

[5]  Harun Hadiwidjono, Sari Sejarah Filsafat Barat  1. (Yogyakarta : Kanisius, 1998), 10[6] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 7.[7]   Ibid, 130.[8]  Ibid, 131.

[9] Oliver Leamen. 2000. Eastern Philosophy: Key Readings. London: Routledge [10] Tim Redaksi Driyarkara. 1993. Jelajah Hakikat Pemikiran Islam/Timur. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama 

Page 168: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://satuhati-satukisah.blogspot.com/2013/05/filsafat-rasionalisme-empirisme-dan.html

FILSAFAT RASIONALISME, EMPIRISME DAN KRITISISME

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagipengembangan budaya

Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini

kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam pandangan

filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya

yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi.

Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini

didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman

Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian

terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal

mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof pada masa ini

mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada

zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran

filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran

filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam

pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan

dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-

akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad

Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka

corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian

memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu

terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan

otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman

Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia

pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang

Page 169: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan

gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah

Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema

sentral diskursus filsafat.

2.      Tujuan

a.        Untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Filsafat

b.       Untuk memahami lebih dalam lagi akan arti filsafat dan sejarah perkembangannya

c.        Sebagai bahan diskusi

.

3.      Metode Penulisan

Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini

adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan

penulisan makalah ini.

4.      Rumusan Masalah

a.        Menjelaskan pengertian Rasionalisme dan tokohnya

b.       Menjelaskan pengertian Empirisme dan tokohnya

c.        Menjelaskan pengerteian Kritisisme dan tokohnya

Page 170: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB II

PEMBAHASAN

A.    RASIONALISME

Aliran Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang

dapat dipercaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal lah yang

ememnuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak.

Teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti Tokoh-tokoh filsafat rasionalisme

diantaranya :

1.       RENE DESCARTES (1596-1650)

Yang memberi alas kepada aliran ini ada RENE DESCARTES atau CARTESIUS (1596-

1650) yang juga disebut ”Bapa Filsafat Modern”. Semula ia belajar pada sekolah Yesuit dan

kemudian ia belajar ilmu hukum, ilmu kedokteran dan ilmu alam.[32[1]] Baru pada tahun 1619

ia memperoleh jurusan yang pasti dalam studinya. Menurut pendapatnya pada waktu itu ia

mendapat wahyu Ilahi, yang isinya memberitakan kepadanya bahwa ilmu pengetahuan

haruslah satu, tanpa bandingnya, serta harus disusun oleh satu orang sebagai satu bangunan

yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Adapun yang harus dipandang sebagai

yang benar adalah apa yang jels dan terpilah (clear and distinctly), artinya, bahwa gagasan-

gagasan/ide-ide seharusnya dapat dibedakan dengen presis dari gagasan-gagasan atau ide-ide

yang lain. Bukanlah maksud Descartes untuk mendirikan filsafatnya diatas asas yang logis

abstrak, sebab ia memperhatikan sekali kepada realitas yang ada. Sedang asa yang pertama

adalah suatu dalil yang eksistensial.

Ilmu pasti menjadi suatu contoh bagi cara mengenal atau mengetahui yang maju.

Sekalipun demikian ilmu pasti bukanlah metode yang sebenarnya bagi ilmu pengetahuan.

Ilmu pasti hanya boleh dipandang sebagai penerapan yang paling jelas dari metode ilmiah.

Metode ilmiah itu sndiri adalah lebih umum. Segala gagasan yang kita kenal dari kebiasaan

dan perwarisan atau dari kecenderungan, baru bernilai. Jikalau secara metodis

diperkembangkan dari instuisi yang murni.

Kebenaran memang ada, dan kebenaran dapat dikenal, asal jiwa kita berusaha untuk

membebaskan diri dari isinya yang semula. Meniadakan jalan dari luar ke dalam dan mulai

32[1] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta : Kanisius, 1980. hal.18

Page 171: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

lagi dengan jalan dari dalam ke luar. Seperti yang dikemukakan diatas yang harus dipandang

sebagai yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah.[33[2]]

Sebagai contoh : kalau kita melihat orang berjalan-jalan, yang kita lihat pakaiannya, dall.

Apa yang kita duga, kita lihat dengan mata kita itu hanya dapat kita ketahui semata-mata

dengan kuasa penilaian kita yang terdapati di dalam rasio atau akal. Descartes diharukan oleh

ketidak pastian yang terdapat pada zaman itu. Pemikiran skolastik, seperti yang telah ia

terima, ternyata tidak tahu bagaimana harus menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan Positif

yang dihadapinya. Ternyata bahwa wibawa Aristoteles yang terdapat di dalam skolastik itu

menghambat ilmu pengetahuan. Juga bentuk yang bermacam-macam dari filsafat

Renaissance, yang sering saling bertentangan, tidak berhasil memberi tempat kepada hasil-

hasil ilmu pengetahuan tadi. Pada waktu itu pemikiran orang masih terlalui dipengaruhi oleh

khayalan-khayalan. Seolah-olah Descartes merasa terdorong untuk membebaskan diri dari

segala pemikiran tradisional dan segala gagasan filsafati yang ada pada zamannya. Untuk

dapat mulai hal-hal yang baru itu ia harus memiliki suatu pangkal pemikiran yang pasti.

Pangkal pemikiran yang pasti itu menurut dia adalah melalui keragu-raguan.[34[3]].

Hanya ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu bahwa aku ragu-ragu (aku

meragukan segala sesuatu). Ini bukan khayalan melainkan kenyataan. Aku ragu-ragu, atau

aku berpikir dan oleh karena aku berpikir, maka aku ada (cogito ergo sum).

Inilah suatu pengetahuan langsung yang disebut kebenaran filsafat yang pertama (primum

philosophicum). Aku berada karena aku berpikir. Jadi aku adalah suatu yang berpikir cogito

(aku berpikir) adalah pasti, sebab cogito “jelas dan terpilah-pilah”.[35[4]]

Bagi manusia pertama-tama yang jelas dan terpilah-pilah adalah pengertian “Allah”

sebagai tokoh yang secara sempurna tidak terbatas atau berada dimana-mana/ di dalam roh

kita ada suatu pengertian tentang sesuatu yang tiada batasnya. Oleh karena kita sendiri adalah

makhluk yang terbatas. Maka tidak mungkin bahwa pengertian tentang sesuatu yang tiada

batasnya itu adalah hasil pemikiran kita sendiri.[36[5]]

Jiwa adalah substansi yang tunggal, yang tidak bersifat bendawi dan yang tidak dapat

mati. Jika memiliki pemikiran sebagai sifat asasinya. Tubuh memiliki sifat asasiya : keluasan.

33[2] Ibid hal.19

34[3] Ibid hal.20

35[4] Ibid hal 21

36[5] Ibid hal 22

Page 172: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Yang disebut substansi adalah apa yang berada sedemikian rupan, sehingga tidak

memerlukan sesuatu yang lain untuk berada. Substansi yang dipikirkan seperti itu sebenarnya

hanya ada satu saja, yaitu Allah.

Yang disebut Modus (Jamak Modi) adalah segala sifat substansi yang tidak mutlak perlu

dan yang dapat berubah

Yang disebut atribut adalah sifat asasi. Jelas juga bahwa roh atau jiwa memiliki sebagai

sifat asasinya : pemikiran (cogitation), dan memiliki sebagai modinya : pikiran-pikiran

individual, gagasan-gagasan dan gejala-gejala kesadaran yang lain. Roh atau jiwa pada

hakekatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang sifat asasi benda

adalah keluasan.[37[6]] Manusia bukanlah tujuan penciptaan dan juga bukan menjadi pusatnya.

Umat manusia mewujudkan suatu organisme yang besar, sedang perorangan adalah bagian

dari keseluruhan. Oleh karena itu jika perlu, perorangan harus mau berkorban demi kebaikan

keseluruhan umat manusia.

Arti Descartes terletak di sini, bahwa ia telah memberi suatu arah yang pasti kepada

pemikiran modern, yang menjadikan orang dapat mengerti aliran-aliran filsafat yang timbul

kemudian daripada dia, yaitu idealisme dan positivisme.

2.      Gootfried Eihelm von Leibniz

Gootfried Eihelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 M dan meninggal pada tahun 1716

M. Ia filosof Jerman, matematikawan, fisikawan , dan sejarawan. Metafisikanya adalah idea

tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad.

Metafisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi. Bagi Spinoza, alam sesta

ini mekanistis dan keseluruhannya bergantung kepada sebab, sementara substansi pada

Leibniz ialah prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederahana dapat dirumuskan

”sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan juga harus mempunyai alasan untuk setiap

yang dicintai-Nya. Leibniz berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia menyebut substansi-

substansi itu monad.[38[7]] Setiap monad berbeda dengan yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang

supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah Pencipta monad-monad itu.

3.      Blaise Pascal (1623-1662 M)

Orang ketiga yang kita bicarakan adalah Blaise Pascal (1623-1662). Yang adalah seorang

ahli ilmu pasti, ahli ilmu alam dan seorang filsuf. Ia berusaha untuk membela agama kristen,

yang mendapat serangan-serangan hebat karena pemikiran modern ini. Di satu pihak ia sama

37[6] Ibid hal 23

38[7] Ahmad Syadali, Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung : Pustaka Setia, 1997, hal 109

Page 173: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

halnya dengan Descartes, mencintai ilmu pasti dan ilmu alam, akan tetapi di lain pihak ia

menampakan perbedaan dengan Descartes. Perbedaannya terletak pada pengertian tentang

sifat ilmu alam jauh melebihi Descartes. Ia menerima serta menerapkan metode induktif

seperti yang dipakai di dalam ilmu alah. Ilmu pasti bukan suatu ilmu yang metodenya harus

ditiru oleh seorang filsuf. Sebab seorang filsuf pertama-tama harus menyelami keadaan

manusia yang konkrit dihadapi, orang demi orang, bahwa realitas itu pada hakekatnya adalah

suatu rahasia.[39[8]]

Filsafat pascal mewujudkan suatu dialog diantara manusia yang konkrit dengan Allah. Di

dalam relitas hidup manusia terdapat tiga macam tertib, yaitu : tertib bendawi, tertib rohani,

dan tertib kasih. Pengetahuan didapatkan dari pengamatan di dalam pengamatan inderawi

tidak dapat ditetapkan apa yang subyektif dan apa yang obyektif. Segala pengetahuan dimulai

dengan gambaran-gamabaran inderawi. Kemudian ditingkatkan hingga sampai kepada

tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi, yaitu pengetahuan rasional dan pengetahuan intuitif.

4.      Spinoza (1632-1677 M)

Didalam etikanya Spinoza mulai dengan menguraikn hal afek-afek atau perasaan-

perasaan. Segala perasaan atau afek lainnya diturunkan dari ketiga perasaan. Pertama-tama

yang diturunkan dari rasa gilang adalah kasih (amor), sedang yang dirutunkan dari rasa sedih

adalah kebencian (odium). Lebih kemudian diturunkan lagi rasa kagum (admiratio) dari pada

kasih dan penghinaan (conteniptus) dari pada kebencian.

Latar belakang pemikran Spinoza ini adalah pengertian aktivitas. Aktivitaslah yang dapat

membawanya kepada kesempurnaan. Tujuan pengenalan segala perasaan tadi adalah untuk

menguasainya. Barang siapa mengenal akan segala perasannya, ia akan melihat gejala-gejala,

perasaan-perasaan itu dalam hubungannya sehingga ia juga akan menguasainya. Di dalam

perealisasian diri dalam kasih yang akali inilah manusia berusaha menuju kepada Allah

(amor Dei intellectualis).

Ajaran Spinoza di bidang metafisika menunjukkan kepada suatu ajaran Monistis yang

logis, yang mengajarkan bahwa dunia sebagai keseluruhan, mewujudkan suatu substansi

tunggal. Ajaran ini didasarkan atas keyakinan, bahwa tiap hal memiliki suatu subyek tunggal

dan suatu predikat tunggal, sehingga harus disimpulkan, bahwa segala hubungan dan

kejamakan adalah semu.

B.     EMPIRISME

39[8] Opcit hal 25

Page 174: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Empirisme adalah salah satu aliran dalam filasuf yang menekankan peranan pengalaman

dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkah peranan

akal. Istilah Empirisme diambil dari bahasa Yunani, Empeiria yang berarti coba-coba atau

pengalaman. Sebagai doktrin, Empirisme adalah lawan Rasionalisme.[40[9]]

Filsafat Empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran positivisme logis

(logical positivisme) dan filsafat Ludwig Wittgenstein. Akan tetapi teori makna dari

empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh karena itu, bagi orang

empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran. Materi sebagai

gelombang pengalaman kesadaran. Materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindera,

dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.

Teori yang kedua yaitu teori pengetahuan. Menurut orang rasionalis ada bebreapa

kebenaran umum. Seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika

dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang

dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat intuisi rasional. Empirisme

menolah pendapat itu. Tidak ada kemampuan intuisi rasional, semua kebenaran yang disebut

tdai adalah kebenaran yang diperoleh lewat obeservasi jadi ia kebenaran a poseriori.

Diantara tokoh dan pengikut aliran Empirisme adalah Francis Bacon, Thomas Hobbes,

John Lock dan lainnya.

1.       Francis Bacon (1210-1292 M)

Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang

diterima orang melalui persentuah inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan

sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Kata Bacon

selanjutnya : Kita sudah terlalu lama dipengaruhi oleh metode deduktif. Dari dogma-dogma

diambil kesimpulan. Itu tidak benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkrit

mengelompokkan, itulah tugas ilmu pengetahuan.

2.       Thomas Hobbes (1588-1679 M)

Menurut Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan

segala pengenalan. Hanya sesuatu yang[41[10]] yang dapat disentuh dengan inderalah yang

merupakan kebenaran. Pengetahuan interlektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan

penggabungan data-data inderawi belaka.

40[9] Opcit hal.116

41[10] Opcit hal.117

Page 175: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pengikut aliran Empirisme yang lain diantaranya : John Locke (1632-1704 M), David

Hume (1711-1776 M), Georger Berkeley (1665 – 1753 M).

3.       John Locke (1632-1704 M)

Ia adalah filosuf Inggris yang banyak mempelajarai agama Kristen. Filsafat Locke dapat

dikatakan anti metafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh Descartes,

tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh Descaretes. Ia juga menolak metoda deduktif

Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman; jadi, induksi.

Bahkan Locke menolak juga akal (reason). Ia hanya menerima pemikiran matematis yang

pasti dan cara penarikan dengan metode induksi.

Buku Locke, Essay Concerming Human Understanding (1689 M), ditulis berdasarkan

satu premis, yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini berarti tidak ada yang

dapat dijadikan idea untuk konsep tentang sesuatu yang berada di belakang pengalaman,

tidak ada idea yang diturunkan seperti yang diajarkan oleh Plato. Dengan kata lain, Locke

menolak adanya innate ide; termasuk apa yang diajarkan oleh Descartes, Clear and Distinict

Idea. Adequate idea dari Spinoza, truth of reason dari Leibniz, semuanya ditolaknya. Yang

innate (bawaan) itu tidak ada. Inilah argumennya.

a.          Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada. Memang agak

umum orang beranggapan bahwa innate itu ada. Ia itu seperti ditempelkan pada jiwa

manusia,[42[11]] dan jiwa membawanya ke dunia ini. Sebenarnya kenyataan telah cukup

menjelaskan kepada kita bagaimana pengetahuan itu datang, yakni melalui daya-daya yang

alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan, dan kita sampai pada keyakinan tanpa suatu

pengertian asli

b.          Persetujuan uum adalah argumen yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui oleh

umum tentang adanya innate idea justru saya jaidkan alasan untuk mengatakan ia tidak ada

c.          Persetujuan umum membuktinkan adanya innate idea

d.         Apa innate idea itu sebenarnya tidaklah meungkin diakui dan sekaligus juga tidak diakui

adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate idea justru saya jadikan alasan untuk

mengatakan ia tidak ada

e.          Tidak juga dicetakkan (distempelkan) pada jiwa sebab pada anak idiot, ide yang innate itu

tidak ada padahal anak normal dan anak idiot sama-sama berpikir.

Ia mengatakan bahwa apa yang dianggapnya substansi ialah pengertian tentang obyek

sebagai idea tentang obyek itu yang dibentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indera.

42[11] Opcit hal 118

Page 176: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Akan tetapi, Locke tidak berani menegaskan bahwa idea itu adalah substansi obyek, substansi

kita tidak tahu.

Persoalan substansi agaknya adalah persoalan metafisika sepanjang masa; Berkeley dan

Hume masih juga membicarakannya.

4.       David Hume (1711-1776 M)

Solomon menyebut Hume sebagai ultimate skeptic, skeptic tingkat tertinggi. Ia

dibicarakan di sini sebagai seorang skeptis, dan terutama sebagai seorang empiris. Menurut

Bertrans Russel, yang tidak dapat diragukan lagi pada Hume ialah seorang skeptis.

Buku Hume, Treatise of Human Nature (1739 M), ditulisnya tatkala ia masih muda,

yaitu tatakala ia berumur dua puluh tahunan bagian awal. Buku itu tidak banyak menarik

perhatian orang, karenanya[43[12]] Hume pindah ke subyek lain, lalu ia menjadi seorang yang

terkenal sebagai sejarawan. Kemudian pada tahun 1748 M ia menulis buku yang memang

terkenal. An Enquiry Concerning Human Understanding. Baik buku Treatise maupun buku

Enquiry kedua-duanya menggunakan metoda Empirisme, sama dengan John Locke.

Sementara Locke hanya sampai pada idea yang kabur yang tidak jelas berbasi pada sensasi

(khususnya tentang substansi dan Tuhan), Hume lebih kejam.

5.       Herbert Spencer (1820-1903 M)

Filsafat Herbet Spencer berpusat pada teori evolusi.sembilan tahun sebelum terbitnya

karya Darwin yang terkenal, The Origen of Species (1859 M), Spencer sudah menerbitkan

bukunya tentang teori evolusi. Empirismenya terlihat jelas dalam filsafatnya tentang the great

unknowable. Menurut Spencer, kita hanya dapat mengenali fenomena-fenomena atau gejala-

gejala. Secara prinsip pengenalan kita hanya menyangkit relasi-relasi antara gejala-gejala. Di

belakang gejala-gejala ada sesuatu yang oleh Spencer disebut yang tidak diketahui (the great

unknowable).

Akhirnya Spencer mengatakan : idea-idea keilmuan pada akhirnya adalah penyajian

realistis yang tidak dapat dipahami”. Inilah yang dimaksud dengan the great unknowable,

teka-teki besar.[44[13]]

C.    KRITISISME

43[12] Opcit hal 120

44[13] Opcit hal. 121

Page 177: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pendirian aliran rasionalisme dan Emperisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme

berpendirian bahwa rasiolah sumber pengalan/pengetahuan, sedang Empirisme sebaliknya

berpendirian bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber tersebut.

Imanuel Kant (1724-1804 M) berusaha mengadakan penyelesaian atas pertikaian itu

dengan filsafatnya yang dinamakan Kritisisme (aliran yang krisis). Untuk itulah ia menulis 3

buku yang berjudul :

  Kritik der Rainen Vernuft ( kritik atas rasio murni)

  Kritik der Urteilskraft ( kritik atas dasar pertimbangan)

  Kritik rasio praktis

Menurut Kant dalam pengenalan inderawi selalu sudah ada 2 bentuk apriori, yaitu ruang

dan waktu. Kedua-duanya berakar dalam struktur subyek sendiri. Memang ada suatu realitas

terlepas dari subyek yang mengindera, tetapi realitas (das ding an sich = benda dalam dirinya)

tidak pernah dikenalinya. Kita hanya mengenal gejala-gejala yang merupakan sintesa antara

hal-hal yang datang dari luas (aposteriori) dengan bentuk ruang dan waktu (apriori).

Page 178: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB 1II

PENUTUP

KESIMPULAN

Rasionalisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendirian bahwa sumber

pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal. Rasionalisme tidak

mengingkari peran pengalaman, tetapi pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal

atau sebagai pendukung bagi pengetahuan yang telah ditemukan oleh akal. Akal dapat

menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri melalui metode deduktif. Rasionalisme

menonjolkan “diri” yang metafisik, ketika Descartes meragukan “aku” yang empiris, ragunya

adalah ragu metafisik.

Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau

pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukanlah sumber pengetahuan, akan

tetapi akal berfungsi mengolah data-data yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang

digunakan adalah metode induktif. Jika rasionalisme menonjolkan “aku” yang metafisik,

maka empirisme menonjolkan “aku” yang empiris.

Ciri-ciri kritisisme diantarnya adalah sebagai berikut:

• Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.

• Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau

hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.

DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Baru 2. Yogyakarta : Kanisius

Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia

Page 179: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/09/filsafat-barat_19.html

FILSAFAT BARAT

A.  PENGERTIAN FILSAFAT

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia / philien yang berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Seorang filusuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.

Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:

  Plato ( 428-348 SM ): Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.  Aristoteles (384–322 SM): Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala

benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

  Cicero (106–43 SM): filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “(the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan)

  Johann Gotlich Fickte (1762-1814): filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

  Paul Nartorp (1854 – 1924): filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .

  Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ): Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan:

1.         Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )2.         Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )3.         Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )4.         Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )  Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang

mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.  Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada

dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.

  Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.

  Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

  Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

Page 180: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

  Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

  Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.

  Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.

B. CIRI-CIRI FILSAFAT

Sidi Gazalba (1976) menyatakan bahwa ciri ber-Filsafat atau berfikir Filsafat adalah : radikal, sistematik, dan universal. Radikal bermakna berfikir sampai ke akar-akarnya (Radix artinya akar), tidak tanggung-tanggung sampai dengan berbagai konsekuensinya dengan tidak terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang sudah diterima umum, Sistematik artinya berfikir secara teratur dan logis dengan urutan-urutan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, Universal artinya berfikir secara menyeluruh tidak pada bagian-bagian khusus yang sifatnya terbatas.Ciri-ciri filsafat menurut Drs. Asmoro Asmadi:

1. Sangat umum2. Tidak faktual artinya membuat dugaan-dugaan yang masuk akal dengan tidak

berdasarkan pada bukti  tetapi bukan berarti tidak ilmiah

3. Bersangkutan dengan nilai  dimana penilaian yang dimaksud adalah yang baik dan buruk yang susila dan asusila

4. Berkaitan dengan arti

5. Implikatif

6. Menyeluruh

Ciri-ciri filsafat menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri suprapto widodonongrat: Artinya pemikiran yang luas

1. Mendasar Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek

2. Spekulatif Artinya, hasil pemikiran yang didapat dan dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.

Ciri-ciri persoalan filasafat menurut Made Pramono, S.S., M.Hum1. Bersifat sangat umum (tak bersangkutan dengan objek-objek khusus).2. Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (nonfaktawi).

3. Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yang ada pada suatu hal).

Page 181: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

4. Bersifat kritis terhadap konsep dan arti-arti yg biasanya diterima begitu saja oleh ilmu.

5. Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.

6. Bersifat implikatif: jawaban suatu persoalan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.

7. Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.

Ciri-ciri pemikiran filsafat menurut Made Pramono, S.S., M.Hum1. Bersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pada hakikat/esensi).2. Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur-unsur untuk mencapai tujuan

tertentu).

3. Berpikir tentang hal/proses umum, universal, ide-ide besar, bukan tentang peristiwa tunggal.

4. Konsisten/runtut (tak terdapat pertentangan di dalamnya) dan koheren (sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir, logis).

5. Secara bebas, tak cenderung prasangka, emosi.

6. Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pada prinsip-prinsip pemikiran logis serta tanggung jawab pada hati nurani sendiri).

7. Berusaha memperolah pandangan komprehensif/menyeluruh.

8. Secara konseptual hasil generalisir (perumuman) dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari.

Sementara itu Sudarto (1996) menyatakan bahwa ciri-ciri berfikir Filsafat adalah:1.      Sistematis : berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam suatu keseluruhan  

sehingga tersusun suatu pola pemikiran Filsufis.2.      Koheren : diantara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang bertentangan dan

tersusun secara logis.3.      Rasional : mendasarkan pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai dengan kaidah 

logika) Komprehensif : berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut (multidimensi).4.      Radikal : berfikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai pada tingkatan

esensi yang sedalam-dalamnya.5.      Universal : muatan kebenarannya bersifat universal, mengarah pada realitas kehidupan

manusia secara keseluruhan.

                Dengan demikian berfilsafat atau berfikir filsafat bukanlah sembarang berfikir tapi berfikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara disiplin dan mendalam. Pada dasarnya manusia adalah homo sapien, hal ini tidak serta merta semua manusia menjadi Filsuf, sebab berfikir filsafat memerlukan latihan dan pembiasaan yang terus menerus dalam kegiatan berfikir sehingga setiap masalah/substansi mendapat pencermatan yang mendalam untuk mencapai kebenaran jawaban dengan cara yang benar sebagai manifestasi kecintaan pada kebenaran.

Page 182: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

C. METODE-METODE FILSAFATMetode-metode Filsafat. Dalam sejarah filsafat, banyak metode yang telah

dikembangkan. Beberapa metode filsafat yang sempat tercatat dalam sejarah filsafat adalah sebagai berikut.

1.      Metode Reductio Ad AbsurdumMetode ini dikembangkan oleh Zeno, salah seorang murid Parmenides. Zeno sering

disebut sebagai Bapak Metafisika Barat yang pertama. Metode ini adalah metode yang ingin meraih kebenaran, dengan membuktikan kesalahan premis-premis lawan, yang caranya dengan mereduksi premis lawan menjadi kontradiksi sehingga kesimpulannya menjadi mustahil. Inilah reductio ad absurdum.

2.      Metode Maieutik Dialektis Kritis InduktifMetode Maieutik dikembangkan oleh Sokrates. Dalam sejarah filsafat Yunani,

Sokrates adalah salah satu filsuf yang terkemuka. Hanya sayang, dia tidak pernah meninggalkan bukti otentik yang bisa dianggap sebagai karya asli Sokrates. Karya Sokrates didapatkan dari beberapa karya Plato dan Aristoteles. Tapi pemikiran Sokrates yang berhasil direkam hanya bisa dilihat dari karya Plato, terutama dalam dialog-dialog yang pertama, yang sering disebut dengan dialog Sokratik.

3.      Metode Deduktif Spekulatif TransendentalMetode ini dikembangkan oleh Plato, murid dari Sokrates. Plato meletakkan titik

refleksi pemikiran filosofisnya pada bidang yang luas, yaitu ilmu pengetahuan. Dari sekian banyak cabang ilmu pengetahuan, Plato menitikberatkan perhatiannya pada ilmu eksakta. Dari titik refleksi filosofis ini lahirlah penalaran deduktif yang terlihat jelas melalui argumentasi-argumentasi deduktif yang sistematis.

Dasar seluruh filsafat Plato adalah ajaran ide. Ajaran ide Plato ini melihat bahwa idea adalah realitas yang sejati dibandingkan dengan dunia inderawi yang ditangkap oleh indera. Dunia idea adalah realitas yang tidak bisa dirasa, dilihat dan didengar. Idea adalah dunia objektif dan berada di luar pengalaman manusia. Pengetahuan adalah ingatan terhadap apa yang telah diketahui di dunia idea. Sistem pengetahuan Plato semacam ini bersifat transendental spekulatif.

4.      Metode Silogisme DeduktifMetode ini dikembangkan oleh Aristoteles. Aristoteles menyatakan bahwa ada dua

metode yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang benar, yaitu metode induktif dan deduktif. Induksi adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari hal yang khusus. Deduksi adalah cara menarik kesimpulan berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan tak diragukan lagi. Induksi berawal dari pengamatan dan pengetahuan inderawi. Sementara, deduksi terlepas dari pengamatan dan pengetahuan inderawi. Aristoteles dalam filsafat Barat dikenal sebagai Bapak Logika Barat. Logika adalah salah satu karya filsafat besar yang dihasilkan oleh Aristoteles.

Inti logika adalah silogisme. Silogisme adalah alat dan mekanisme penalaran untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan premis-premis yang benar adalah bentuk formal

Page 183: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

penalaran deduktif. Deduksi, menurut Aristoteles, adalah metode terbaik untuk memperoleh kesimpulan untuk meraih pengetahuan dan kebenaran baru. Itulah metode silogisme deduktif.

Silogisme adalah bentuk formal deduksi. Silogisme mempunyai tiga proposisi. Proposisi pertama dan kedua disebut premis. Proposisi ketiga disebut kesimpulan yang ditarik dari proposisi pertama dan kedua. Tiap proposisi mempunyai dua term. Maka, setiap silogisme mempunyai enam term. Karena setiap term dalam satu silogisme biasa disebut dua kali, maka dalam setiap silogisme hanya mempunyai tiga term. Apabila proposisi yang ketiga disebut kesimpulan, maka dalam proposisi yangketiga terdapat dua term dari ketiga term yang disebut tadi. Yang menjadi subjek konklusi disebut term minor. Predikat kesimpulan disebut term mayor. Term yang terdapat pada dua proposisi disebut term tengah. Pola dan sistematika penalaran silogisme-deduktif adalah penetapan kebenaran universal kemudian menjabarkannya pada hal yang lebih khusus.

5.      Metode Intuitif-Kontemplatif MistisMetode ini berkembang dengan ide Plotinos dengan ajaran Neo-Platonisme. Filsafat

Plotinos adalah kulminasi dan sintesa definitif aneka ragam filsafat Yunani. Filsafat Plotinos mengambil ide dasar pemikiran Plato. Pemikiran Plato mengenai ide kebaikan sebagai ide yang tertinggi dalam dunia ide. Tetapi, tidak berarti pemikiran Plotinos tidak murni.

Ide kebaikan dalam ajaran Plotinos disebut sebagai to hen (yang esa/the one). Yang Esa meruapakan yang awal atau yang pertama, yang paling baik, yang paling tinggi dan yang kekal. Yang esa tidak dapat dikenali oleh manusia karena hal itu tidak dapat dibandingkan atau disamakan dengan apa pun juga. Yang Esa merupakan pusat daya dan pusat kekuatan. Seluruh realitas memancar keluar dari pusat itu. Proses pancaran dari To Hen disebut Emanasi. Meskipun melalui proses emanasi, eksistensi Yang Esa tidak berkurang atau berubah.

D. ARTI PENTING FILSAFAT BARAT BAGI PERKEMBANGAN  PEMIKIRAN ISLAM

Tidak mengherankan lagi jika dalam waktu yang tidak lama, pemikiran filsafat barat segera menduduki posisi puncak dalam percaturan pemikiran Arab-Islam, yakni pada masa Ibn Sina (980-1037 M). Dalam filsafat, seperti halnya al-Farabi, Ibn Sina menegakkan bangunan Neoplatonisme diatas dasar kosmologi Aristoteles-Plotinus, dimana dalam bangunan tersebut digabungkan konsep pembangunan alam wujud menurut faham emanasi. Dalam kaitannya dengan kenabian, Ibn Sina juga berusaha membuktikan adanya kenabian, dengan menyatakan bahwa kenabian merupakan bagian tertinggi dari sukma yang disebut ‘akal’, berbeda dengan al-Farabi yang menyatakan bahwa kenabian adalah suatu bentuk imajinasi tertinggi. Dengan prestasi-prestasi yang hebat dalam filsafat, Ibn Sina kemudian diberi gelar ‘Guru Utama’ (al-Syaikh al-Rais).

Akan tetapi, segera setelah Ibn Sina, filsafat barat kembali mengalami kemunduran karena serangan al-Ghazali, meski al-Ghazali sendiri sebenarnya tidak menyerang inti filsafat. Lewat tulisannya dalam Tahâfut al-Falâsifah yang diulangi lagi dalam al-Munqid min al-Dlalâl, al-Ghazali, sebenarnya hanya menyerang persoalan metafisika, khususnya pemikiran filsafat al-Farabi (870-950) dan Ibn Sina (980-1037), meski serangan pada kedua tokoh ini sebenarnya tidak tepat, juga pada pemikiran para filosof Yunani purba, seperti Thales (545 SM), Anaximandros (547 SM), Anaximenes (528 SM) dan Heraklitos (480 SM) yang dengan mudah bisa dinilai posisinya dalam aqidah oleh orang awam, bukan ilmu logika atau epistimologinya, karena al-Ghazali sendiri mengakui pentingnya logika dalam pemahaman dan penjabaran ajaran-ajaran agama. Bahkan, dalam al-Mustashfâ fi `ulûm al-fiqh, sebuah kitab tentang kajian hukum, al-Ghazali menggunakan epistemologi filsafat,

Page 184: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

yakni burhani. Akan tetapi, kebesaran al-Ghazali sebagai ‘Hujjat al-Islâm’ telah begitu mengungkung kesadaran masyarakat muslim, sehingga tanpa mengkaji kembali persoalan tersebut dengan teliti mereka telah ikut menyatakan perang dan antipati terhadap filsafat. Bahkan, sampai sekarang di perguruan tinggi sekalipun, jika ada kajian filsafat umumnya masih lebih banyak dilihat pada sisi sejarahnya, bukan metodologi, sistematika atau substansi pemikirannya.

Aristotelian, kemudian muncul lagi dalam arena pemikiran Islam pada masa Ibn Rusyd (1126-1198). Lewat tulisannya dalam Tahâfut al-Tahâfut, Ibn Rusyd berusaha mengangkat kembali filsafat Aristoteles dari serangan al-Ghazali. Namun, usaha ini rupanya kurang berhasil, karena menurut Nurcholish, balasan yang diberikan Ibn Rusyd lebih bersifat Aristotelian sementara serangan al-Ghazali bersifat Neoplatonis. Meski demikian, jelas bahwa dalam bandingannya dengan epistemologi Arab-Islam, Ibn Rusyd lebih mengunggulkan epistemologi filsafat dibanding epistemologi Arab-Islam. Menurutnya, metode burhani (demonstratif) yang dipakai dalam filsafat adalah metode yang sangat bagus dan berguna untuk kalangan elite terpelajar, sementara metode dialektika (jadal) yang dipakai dalam teologi dan yurisprodensi adalah metode biasa yang sesuai untuk kalangan menengah dan kalangan awam.

Page 185: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/09/post-moderenisme.html

POST MODERENISME

A . Pengertian Post Moderenisme

Secara etimologis Postmodernisme terbagi menjadi dua kata, post dan modern. Kata

post, dalam Webster’s Dictionary Library adalah bentuk prefix, diartikan dengan ‘later or

after’. Bila kita menyatukannya menjadi postmodern maka akan berarti sebagai koreksi

terhadap modern itu sendiri dengan mencoba menjawab pertanyaan pertanyaan yang tidak

dapat terjawab di jaman modern yang muncul karena adanya modernitas itu sendiri.

Sedangkan secara terminologi, menurut tokoh dari postmodern, Pauline Rosenau

(1992) mendefinisikan Postmodern secara gamblang dalam istilah yang berlawanan antara

lain: Pertama, postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya

memenuhi janji-janjinya. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang

diasosiasikan dengan modernitas.Yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah

industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat.

Namun mereka meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab

personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian

objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas. Kedua,

teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia

(world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya.

Postmodernisme bersifat relatif. Kebenaran adalah relatif, kenyataan (realitas) adalah

relatif, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak bersambungan satu sama lain. Hal tersebut

jelas mempunyai implikasi dalam bagaimana kita melihat diri dan mengkonstruk identitas

diri. Hal ini senada dengan definisi dari Friedrich Wilhelm Nietzsche sche (1844-1900)

dikenal sebagai nabi dari postmedernisme. Dia adalah suara pionir yang menentang

rasionalitas, moralitas tradisional, objektivitas, dan pemikiran-pemikiran Kristen pada

umumnya. Nietzsche Sche berkata, “Ada banyak macam mata. Bahkan Sphinx juga memiliki

mata; dan oleh sebab itu ada banyak macam kebenaran, dan oleh sebab itu tidak ada

kebenaran.”

Page 186: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Menurut Romo Tom Jacob, kata ‘postmodern’ setidaknya memiliki dua arti: (1) dapat

menjadi nama untuk reaksi terhadap modernisme, yang dipandang kurang human, dan mau

kembali kepada situasi pra-modernisme dan sering ditemukan dalam fundamentalisme; (2)

suatu perlawanan terhadap yang lampau yang harus diganti dengan sesuatu yang serba baru

dan tidak jarang menjurus ke arah sekularisme.

Postmodernisme adalah faham yang berkembang setelah era modern dengan

modernisme-nya. Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuah teori, namun justru

menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang tunggal. Banyak

tokoh-tokoh yang memberikan arti postmodernisme sebagai kelanjutan dari modernisme.

Namun kelanjutan itu menjadi sangat beragam.

Bagi Lyotard dan Geldner, modernisme adalah pemutusan secara total dari

modernisme. Bagi Derrida, Foucault dan Baudrillard, bentuk radikal dari kemodernan yang

akhirnya bunuh diri karena sulit menyeragamkan teori-teori. Bagi David Graffin,

Postmodernisme adalah koreksi beberapa aspek dari moderinisme. Lalu bagi Giddens, itu

adalah bentuk modernisme yang sudah sadar diri dan menjadi bijak. Yang terakhir, bagi

Habermas, merupakan satu tahap dari modernisme yang belum selesai.

Postmodernisme, berasal dari bahasa Inggris yang artinya faham (isme), yang

berkembang setelah (post) modern. Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1930 pada

bidang seni oleh Federico de Onis untuk menunjukkan reaksi dari moderninsme. Kemudian

pada bidang Sejarah oleh Toyn Bee dalam bukunya Study of History pada tahun 1947.

Setelah itu berkembanga dalam bidang-bidang lain dan mengusung kritik atas modernisme

pada bidang-bidangnya sendiri-sendiri.

Postmodernisme dibedakan dengan postmodernitas, jika postmodernisme lebih

menunjuk pada konsep berpikir. Sedangkan postmodernitas lebih menunjuk pada situasi dan

tata sosial sosial produk teknologi informasi, globalisasi, fragmentasi gaya hidup,

konsumerisme yang berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana publik, usangnya negara

dan bangsa serta penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi. Hal ini secara singkat

sebenarnya ingin menghargai faktor lain (tradisi, spiritualitas) yang dihilangkan oleh

rasionalisme, strukturalisme dan sekularisme.

Setidaknya kita melihat dalam bidang kebudayaan yang diajukan Frederic Jameson,

bahwa postmodernisme bukan kritik satu bidang saja, namun semua bidang yang termasuk

dalam budaya. Ciri pemikiran di era postmodern ini adalah pluralitas berpikir dihargai, setiap

Page 187: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

orang boleh berbicara dengan bebas sesuai pemikirannya. Postmodernisme menolak arogansi

dari setiap teori, sebab setiap teori punya tolak pikir masing-masing dan hal itu berguna.

Kvale (2006) berpendapat bahwa istilah postmodernisme, yang berasal dari istilah

posmodern, dapat sangat luas, kontroversial, dan ambigu. Hal ini terlihat dari pembagian

pengertian yang Kvale lakukan untuk membedakan istilah postmodern, yaitu: Postmodernitas

yang berkaitan dengan era posmodern, posmodernism yang berkaitan dengan ekspresi

kultural era posmodern, dan pemikiran posmodern, atau wacana, yang berkaitan dengan

refleksi filosofis dari era dan budaya posmodern.

Postmodernisme adalah sebuah term atau istilah yang rumit. Suatu hal yang sulit, bila

tidak bisa dikatakan mustahil, untuk menjelaskan postmodernisme. Tidak hanya

postmodernisme bisa ditemukan dalam berbagai hal (seperti dalam seni, arsitekur, studi

literatur, dan ilmu sosial), namun juga dalam berbagai hal tersebut postmodernisme

dimengerti dan dijelaskan dengan berbagai cara yang berbeda. Walaupun demikian, dengan

mengumpulkan berbagai definisi tersebut kita dapat menemukan inti dari pengertian

postmodsernisme.

Dalam bukunya Mengenal Posmodernisme : for begginers, Appignanesi, Garrat,

Sardar, dan Curry (1998) mengatakan bahwa pemakaian pertama istilah ”postmodernisme”

adalah sebelum tahun 1926. Pada 1870-an istilah tersebut pertama kali digunakan oleh

seniman Inggris, John Watkins, dan pada 1917 oleh Rudolf Panwitz. Di dalam buku tersebut

dijelaskan bahwa postmodernisme menyiratkan pengingkaran, bahwa ia bukan modern lagi.

Postmodernisme, pada hakikatnya, merupakan campuran dari beberapa atau seluruh

pemaknaan hasil, akibat, perkembangan, penyangkalan, dan penolakan dari modernisme

Postmodernisme adalah kebingungan yang berasal dari dua teka-teki besar, yaitu: Ia melawan

dan mengaburkan pengertian postmodernisme Ia menyiratkan pengetahuan yang lengkap

tentang modernisme yang telah dilampaui oleh zaman baru. Sebuah zaman, zaman apapun,

dicirikan lewat bukti perubahan sejarah dalam cara kita melihat, berpikir, dan berbuat. Kita

dapat mengenali perubahan ini pada lingkup seni, teori, dan sejarah ekonomi. Definisi praktis

postmodernisme dapat diperoleh dengan menyelidikinya.

Perbedaan mendasar mengenai modernisme dan postmodernisme. Modernisme adalah

kata lain dari penerangan humanis. Pemikir evalengical, Thomas Oden, berkata bahwa

periode ini dimulai dari runtuhnya Bastille pada tahun 1789 (Revolusi Perancis) dan berakhir

dengan kolapsnya komunisme dan runtuhnya tembok berlin pada tahun 1989. Modernisme

adalah suatu periode yang mengafirmasi keeksistensian dan kemungkinan mengetahui

kebenaran dengan hanya menggunakan penalaran manusia. Oleh karena itu, dalam arti

Page 188: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

simbolik penalaran menggantikan posisi Tuhan, naturalisme menggantikan posisi

supernatural. Modernisme sebagai pengganti dinyatakan sebagai penemuan ilmiah, otonomim

manusia, kemajuan linier, kebenaran mutlak (atau kemungkinan untuk mengetahui), dan

rencana rasional dari social order Modernisme dimulai dengan rasa optimis yang tinggi.

Sedangkan postmodernisme adalah sebuah reaksi melawan modernisme yang muncul sejak

akhir abad 19. Dalam postmodernisme, pikiran digantikan oleh keinginan, penalaran

digantikan oleh emosi, dan moralitas digantikan oleh relativisme. Kenyataan tidak lebih dari

sebuah konstruk sosial; kebenaran sama dengan kekuatan atau kekuasaan. Identitas diri

muncul dari kelompok. Postmodernisme mempunyai karakteritik fragmentasi (terpecah-

pecah menjadi lebih kecil), tidak menentukan (indeterminacy), dan sebuah ketidakpercayaan

terhadap semua hal universal (pandangan dunia) dan struktur kekuatan. Postmodernisme

adalah pandangan dunia yang menyangkal semua pandangan dunia. Singkatnya,

postmodernisme mengatakan bahwa tidak ada kebenaran universal yang valid untuk setiap

orang. Individu terkunci dalam persepktif terbatas oleh ras, gender, dan grup etnis masing-

masing.

Salah satu dari elemen utama dari postmodernisme adalah constructedness of reality

and hence the inaccessibility of the Real. Postmodernisme bersifat relatif. Kebenaran adalah

relatif, kenyataan (realitas) adalah relatif, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak

bersambungan satu sama lain. Hal tersebut jelas mempunyai implikasi dalam bagaimana kita

melihat diri dan mengkonstruk identitas diri.

Teori postmodernisme atau dikenal dengan singkatan “posmo” merupakan reaksi

keras terhadap dunia modern. Teori postmodernisme, contohnya, menyatakan bahwa dalam

masyarakat modern, secara gradual seseorang akan kehilangan individualitas-nya,

kemandiriannya, konsep diri, atau jati diri (Denzin, 1986; Murphy, 1989; Dowd, 1991;

Gergen, 1991. Dalam pandangan teori ini upaya kita untuk memenuhi peran yang

dirancangkan untuk kita oleh masyarakat, menyebabkan individualitas kita digantikan oleh

kumpulan citra diri yang kita pakai sementara dan kemudian kita campakkan.. Pada situs

tersebut juga disebutkan bahwa berdasarkan pandangan postmodernisme, erosi gradual

individualitas muncul bersamaan dengan terbitnya kapitalisme dan rasionalitas. Faktor-faktor

ini mereduksi pentingnya hubungan pribadi dan menekankan aspek nonpersonal. Kapitalisme

atau modernisme, menurut teori ini, menyebabkan manusia dipandang sebagai barang yang

bisa diperdagangkan nilainya (harganya) ditentukan oleh seberapa besar yang bisa

dihasilkannya.

Page 189: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Postmodernisme adalah sebuah istilah yang abstrak dan teoritis yang dibedakan

dengan istilah postmodernity, yang mendeskripsikan mengenai iklim sosiologi atau budaya.

Istilah postmodernisme dibuat pada akhir tahun 1940 oleh sejarawan Inggris, Arnold

Toynbee. Akan tetapi istilah tersebut baru digunakan pada pertengahan 1970 oleh kritikus

seni dan teori asal Amerika, Charles Jencks, untuk menjelaskan gerakan antimodernisme

seperti Pop Art, Concept Art, dan Postminimalisme. Jean-Francois Lyotard, dalam bukunya

The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1979), adalah salah satu pemikir

pertama yang menulis secara lengkap mengenai postmodernisme sebagai fenomena budaya

yang lebih luas. Ia memandang postmodernisme muncul sebelum dan setelah modernisme,

dan merupakan sisi yang berlawanan dari modernisme.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Flaskas (2002) yang mengatakan bahwa

postmodernisme adalah oposisi dari premis modernisme. Beberapa di antaranya adalah

gerakan perpindahan dari fondasionalisme menuju anti-fondasionalisme, dari teori besar

(grand theory) menuju teori yang spesifik, dari sesuatu yang universal menuju ke sesuatu

yang sebagian dan lokal, dari kebenaran yang tunggal menuju ke kebenaran yang beragam.

Semua gerakan tersebut mencerminkan tantangan postmodernist kepada modernist.

Sedangkan Adian (2006) menangkap adanya gejala “nihilisme” kebudayaan barat modern.

Sikap kritis yang bercikal bakal pada filsuf semacam Nietzsche, Rousseau, Schopenhauer

yang menanggapi modernisme dengan penuh kecurigaan. Sikap-sikap kritis terhadap

modernisme tersebut nantinya akan berkembang menjadi satu mainstream yang dinamakan

postmodernisme. Postmodernisme sendiri memecah dirinya dalam tiga jalur wacana: wacana

kritis terhadap estetika modern wacana kritis terhadap arsitektur modern, dan wacana kritis

terhadap filsafat modern.

Postmodernisme sebagai wacana pemikiran harus dibedakan dengan postmodernitas

sebagai sebuah kenyataan sosial. Postmodernitas adalah kondisi dimana masyarakat tidak lagi

diatur oleh prinsip produksi barang, melainkan produksi dan reproduksi informasi dimana

sektor jasa menjadi faktor yang paling menentukan. Masyarakat adalah masyarakat

konsumen yang tidak lagi bekerja demi memenuhi kebutuhan, melainkan demi memenuhi

gaya hidup. Sedangkan postmodernisme adalah wacana pemikiran baru sebagai alternatif

terhadap modernisme.

Modernisme sendiri digambarkan sebagai wacana pemikiran yang meyakini adanya

kebenaran mutlak sebagai objek representasi bagi subjek yang sadar, rasional, dan otonom.

Sebagai realitas pemikiran baru, postmodernisme meluluhlantakkan konsep-konsep

Page 190: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

modernisme, seperti adanya subjek yang sadar-diri dan otonom, adanya representasi istimewa

tentang dunia, dan sejarah linier. Istilah “pos”, menurut kubu postmodernisme, adalah

kematian modernisme yang mengusung klaim kesatuan representasi, humanisme-

antroposentrisme, dan linieritas sejarah guna memberi jalan bagi pluralisme representasi,

antihumanisme, dan diskontuinitas.

B. Perkembangan Sejarah Postmodern

Pada awalnya, kata postmodern tidak muncul dalam filsafat ataupun sosiologi.

Wacana postmodern ini pada awalnya muncul dalam arsitektur dan kemudian juga dalam

sastra. Arsitektur dan sastra ‘postmodern’ lebih bernafaskan kritik terhadap arsitektur dan

sastra ‘modern’ yang dipandang sebagai arsitektur totaliter, mekanis dan kurang human.

Akhirnya, kritik terhadap seni arsitektur dan sastra modern ini menjadi kritik terhadap

kebudayaan modern pada umumnya yang dikenal sebagai era postmodern.

            Benih posmo pada awalnya tumbuh di lingkungan arsitektur. Charles Jencks dengan

bukunya The Language of Postmodern Architecture (1975) menyebut post modern sebagai

upaya mencari pluralisme gaya arsitektur setelah ratusan terkukung satu gaya.

Postmodernisme lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972, pukul 3:32 sore. Ketika pertama

kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di St. Louis di anggap sebagai lambang arsitektur

modern. Yang lebih penting, ia berdiri sebagai gambaran modernisme, yang menggunakan

teknologi untuk menciptakan masyarakat utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para

penghuninya menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah mencurahkan banyak

dana untuk merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, setelah menghabiskan jutaan dollar,

pemerintah menyerah. Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan dengan

dinamit. Menurut Charles Jencks, yang dianggap sebagai arsitek postmodern yang paling

berpengaruh, peristiwa peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan

kelahiran postmodernisme.

            Akhirnya, pemikiran postmodern ini mulai mempengaruhi berbagai bidang

kehidupan, termasuk dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan sosiologi. Postmodern

akhirnya menjadi kritik kebudayaan atas modernitas. Apa yang dibanggakan oleh pikiran

modern, sekarang dikutuk, dan apa yang dahulu dipandang rendah, sekarang justru dihargai.

C.  Postmodern Sebagai Filsafat

Filsafat postmodern pertama kali muncul di Perancis pada sekitar tahun 1970-an,

terlebih ketika Jean Francois Lyotard menulis pemikirannya tentang kondisi legitimasi era

Page 191: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

postmodern, dimana narasi-narasi besar dunia modern (seperti rasionalisme, kapitalisme, dan

komunisme) tidak dapat dipertahankan lagi.

Seperti yang telah diterangkan, postmodernisme pada awalnya lahir dari kritik

terhadap arsitektur modern, dan harus kita akui kata postmodern itu sendiri muncul sebagai

bagian dari modernitas. Ketika postmodern mulai memasuki ranah filsafat, post dalam

postmodern tidak dimaksudkan sebagai sebuah periode atau waktu, tetapi lebih merupakan

sebuah konsep yang hendak melampaui segala hal modern. Konsep postmodernitas yang

sering disingkat sebagai postmodern ini merupakan sebuah kritik atas realitas modernitas

yang dianggap telah gagal dalam melanjutkan proyek pencerahannya.

Nafas utama dari postmodern adalah penolakan atas narasi-narasi besar yang muncul

pada dunia modern dengan ketunggalan terhadap pengagungan akal budi dan mulai memberi

tempat bagi narasi-narasi kecil, lokal, tersebar, dan beranekaragam untuk bersuara dan

menampakkan dirinya.

C.S. Lewis ketika ia berkata, ketika memperjelas pandangan Nietzsche sche “My good

is my good, and your good is your good” (kebaikanku adalah kebaikanku, dan kebaikanmu

adalah kebaikanmu), atau kalau orang Jakarta bilang, “gue ya gue, lo ya lo”. Jadi di sini tidak

ada standar absolut tentang benar atau salah dalam postmodern. Mungkin Anda juga pernah

mendengar orang berkata “Mungkin itu benar bagimu, tetapi tidak bagiku” atau “Itu adalah

apa yang kamu rasa benar.” Kebenaran, bagi generasi postmodern adalah relatif, tidak

absolut.

D. Tokoh-Tokoh Postmodern dan Ajarannya

Tokoh-tokoh pemikir postmodern ini terbagi ke dalam dua model cara berpikir yakni

dekonstruktif dan rekonstruktif. Para filsuf sosial berkebangsaan Prancis lebih banyak

mendukung cara berpikir postmodern dekonstruktif ini. Para pemikir Perancis itu antara lain:

Friedrich Wilhelm Nietzsche sche, ean Francois Lyotard, Jacques Derrida, Michel Foucault,

Pauline Rosenau, Jean Baudrillard, dan Richard Rorty. sementara pemikiran postmodern

rekonstruktif dipelopori oleh Teori Kritis Mazhab Frankfurt seperti: Max Horkheimer,

Theodor W Adorno, yang akhirnya dilengkapi oleh pemikiran Jurgen Habermas.

1) Friedrich Wilhelm Nietzsche sche (1844-1900)

Lahir di Rochen, Prusia 15 Oktober 1884. Pada masa sekolah dan mahasiswa, ia

banyak berkenalan dengan orang-orang besar yang kelak memberikan pengaruh terhadap

Page 192: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

pemikirannya, seperti John Goethe, Richard Wagner, dan Fredrich Ritschl. Karier bergengsi

yang pernah didudukinya adalah sebagai Profesor di Universitas Basel.

Menurutnya manusia harus menggunakan skeptisme radikal terhadap kemampuan

akal. Tidak ada yang dapat dipercaya dari akal. Terlalu naif jika akal dipercaya mampu

memperoleh kebenaran. Kebenaran itu sendiri tidak ada. Jika orang beranggapan dengan akal

diperoleh pengetahuan atau kebenaran, maka akal sekaligus merupakan sumber kekeliruan.

2) Jacques Derrida (Aljazair, 15 Juli 1930–Paris, 9 Oktober 2004)

Seorang filsuf Prancis keturunan Yahudi dan dianggap sebagai pendiri ilmu

dekonstruktivisme, sebuah ajaran yang menyatakan bahwa semuanya di-konstruksi oleh

manusia, juga bahasa. Semua kata-kata dalam sebuah bahasa merujuk kepada kata-kata lain

dalam bahasa yang sama dan bukan di dunia di luar bahasa. Derrida dianggap salah satu filsuf

terpenting abad ke 20 dan ke 21. Istilah-ilstilah falsafinya yang terpenting adalah

dekonstruksi, dan différance.

Istilah dekontruksi untuk pertama kalinya muncul dalam tulisan-tulisan Derrrida pada

saat ia mengadakan pembacaan atas narasi-narasi metafisika Barat. Jacques Derrida

menunjukkan bahwa kita selalu cenderung untuk melepaskan teks dari konteksnya. Satu term

tertentu kita lepaskan dari konteks (dari jejaknya) dan hadir sebagai makna final. Inilah yang

Derrida sebut sebagai logosentrisme . Metode dekonstruksi merupakan proyek filsafat yang

berskala raksasa karena Derrida sendiri menunjukkan bahwa filsafat barat seluruhnya bersifat

logosentris. Dengan demikian, dekonstruksi mengkritik seluruh proyek filsafat barat.

Sedangkan Istilah Difference, dalam karyanya Of Grammatology, Derrida berusaha

menunjukkan bahwa struktur penulisan dan gramatologi lebih penting dan bahkan “lebih tua”

ketimbang yang dianggap sebagai struktur murni kehadiran diri (presence-to- self), yang

dicirikan sebagai kekhasan atau keunggulan lisan atau ujaran.

Derrida menyatakan bahwa signifikasi selalu merujuk ke tanda-tanda lain dan kita

tidak akan pernah sampai ke suatu tanda yang hanya merujuk ke dirinya sendiri. Maka,

tulisan bukanlah tanda dari sebuah tanda, namun lebih benar jika dikatakan bahwa tulisan

adalah tanda dari semua tanda-tanda. Dan proses perujukan yang tidak terhingga (infinite)

dan tidak habis-habisnya ini tidak akan pernah sampai ke makna itu sendiri. Inilah pengertian

“tulisan” yang ingin ditekankan Derrida. Derrida menggunakan istilah arche-writing, yakni

tulisan yang merombak total keseluruhan logika tentang tanda. Jadi, tulisan yang dimaksud

Derrida bukanlah tulisan (atau tanda) sederhana, yang dengan mudah dianggap mewakili

makna tertentu.

Dilihat dengan cara lain, tulisan merupakan prakondisi dari bahasa, dan bahkan telah ada

Page 193: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

sebelum ucapan oral. Maka tulisan malah lebih “istimewa” daripada ujaran. Tulisan adalah

bentuk permainan bebas dari unsur-unsur bahasa dan komunikasi. Tulisan merupakan proses

perubahan makna terus-menerus dan perubahan ini menempatkan dirinya di luar jangkauan

kebenaran mutlak (logos).

Jadi, tulisan bisa dilihat sebagai jejak, bekas-bekas tapak kaki, yang harus kita telusuri

terus-menerus, jika ingin tahu siapa si empunya kaki (yang kita anggap sebagai makna yang

mau dicari). Proses berpikir, menulis dan berkarya berdasarkan prinsip jejak inilah yang

disebut Derrida sebagai differance.

Differance adalah kata Perancis yang jika diucapkan pelafalannya persis sama dengan

kata difference. Kata-kata ini berasal dari kata differer-differance-difference, tidak hanya

dengan mendengar ujaran (karena pelafalannya sama), tetapi harus melihat tulisannya. Di

sinilah letak keistimewaan kata ini, hal inilah yang diyakini Derrida membuktikan bahwa

tulisan lebih unggul ketimbang ujaran.

Proses differance ini menolak adanya petanda absolut atau “makna absolute,” makna

transendental, dan makna universal, yang diklaim ada oleh De Saussure dan oleh pemikiran

modern pada umumnya.

Menurut Derrida, penolakan ini harus dilakukan karena adanya penjarakan (spacing),

di mana apa yang dianggap sebagai petanda absolut sebenarnya hanyalah selalu berupa jejak

di belakang jejak. Selalu ada celah atau kesenjangan antara penanda dan petanda, antara teks

dan maknanya. Celah ini membuat pencarian makna absolut mustahil dilakukan. Setelah

“kebenaran” ditemukan, ternyata masih ada lagi jejak “kebenaran” lain di depannya, dan

begitu seterusnya.

Jadi, apa yang dicari manusia modern selama ini, yaitu kepastian tunggal yang “ada di

depan,” tidaklah ada dan tidak ada satu pun yang bisa dijadikan pegangan. Karena, satu-

satunya yang bisa dikatakan pasti, ternyata adalah ketidakpastian, atau permainan. Semuanya

harus ditunda atau ditangguhkan (deferred) sembari kita terus bermain bebas dengan

perbedaan (to differ). Inilah yang ditawarkan Derrida, dan posmodernitas adalah permainan

dengan ketidakpastian.

E. Kritik Postmodern Terhadap Narasi-Narasi Modern

1.      Postmodern dan Kapitalisme

Kapitalisme atau modernisme, menurut teori ini, menyebabkan manusia dipandang

sebagai barang yang bisa diperdagangkan – nilainya (harganya) ditentukan oleh seberapa

besar yang bisa dihasilkannya.

Page 194: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Menurut para pemikir postmodern, modernitas itu ditandai dengan sifat totaliternya

akal budi manusia yang menciptakan sistem-sistem seperti sistem ekonomi, sosial, politik,

dsb. Sistem-sistem itu akhirnya memenjarakan manusia sendiri sebagai budak dari sistem

yang tidak menghargai sama sekali ‘dunia kehidupan’.

2.      Postmodern dan Positivisme

Nietzsche adalah tokoh postmodern yang temasuk pengkritik pandangan positivisme

August Comte. Menurut Comte, subyek (manusia-red) mampu menangkap fakta kebenaran,

sejauh hal itu faktual, dapat didindara, positif dan eksak. Akan tetapi menurut Nietzsche ,

manusia tidak tidak dapat menangkap fakta. Apa yang dilakukan manusia untuk menangkap

objek itu hanyalah sekedar interpretasi.

Banyak pernyataan bahwa Nietzsche tidak percaya bahwa kita bisa mengetahui

kebenaran. Fakta kebenaran itu tidak ada, yang ada hanyalah interpretasi dan dan perspektif.

Maka dengan dengan sendirinya tidak ada kebenaran universal yang tunggal. Penafsiran itu

tidak itu tidak menghasilkan makna final, yang ada hanyalah pluralitas. Sehingga bagi

Nietzsche, kebenaran adalah suatu kekeliruan yang berguna untuk mempertahankan arus

hidup.

F. Pengaruh  Postmodern Terhadap Agama

Konsepsi epistemologis post-modern yang belum jelas merupakan persoalan yang

cukup mendasar. Tidak dapat disangkal lagi bahwa dalam interpretasi, setiap orang

mempunyai sudut pandang dan perspektif sendiri-sendiri (berbeda-beda). Dalam perpektif,

subjek-subjek tertentu bisa dianggap benar, namun bisa jadi keliru bagi perspektif subjek

yang lain. Jika pada masa Modern, manusia mengingkari agama oleh karena pengaruh

rasionalitas, namun pada masa Postmodern ini manusia mengingkari agama dengan

irrasionalitas.

Pada postmodern ini bermunculan agama-agama baru buatan manusia (isme) yang

merupakan hasil sinkritisme dan pluralisme. Tidak ada kebenaran absolut dalam agama

apapun atau mungkin bahkan dalam kitab suci apapun, yang ada adalah kebenaran relatif,

kebenaran menurut masing-masing yang memandangnya, sehingga manusia di sini sebagai

hakim penentu kebenaran, dan bukan Tuhan yang menjadi penentu kebenaran melalui Kitab

Suci yang diwahyukannya.

Derrida, melalui teori Dekonstruksi-nya, telah mengantarkan kita pada sebuah model

semiotika ketidakberaturan atau semiotics of chaos. Dekonstruksi menolak kemapanan,

Page 195: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

menolak obyektivitas tunggal dan kestabilan makna. Karena itu, Dekonstruksi membuka

ruang ‘kreatif’ seluas-luasnya dalam proses pemaknaan dan penafsiran. Itulah Dekonstruksi,

yang membuat setiap orang bebas memberi makna dan mentafsirkan suatu obyek tanpa batas.

Ruang makna terbuka luas. Penghancuran terhadap suatu makna oleh makna baru melahirkan

makna-makna lain. Demikian seterusnya. Sehingga, demikian bebas dan banyaknya makna

dan tafsiran, membuat era dekontruktivisme dianggap era matinya makna. Makna menjadi

tidak berarti lagi.

Fenomena postmodernisme ini memunculkan berbagai macam persoalan tentang

peran iman dan agama. Ketika manusia tidak lagi percaya akan rasionalitas yang dianggap

telah gagal melanjutkan proyek pencerahannya, maka dunia tidak lagi diatur oleh kebenaran

tunggal dan sistem mekanis. Segala bentuk kebenaran tunggal ditolak dan direlativkan,

demikian juga agama, teologi dan ajaran iman. Pada saat itulah manusia berada dalam kotak-

kotak individualisme yang berdiri sendiri. Ada yang kemudian jatuh kepada ekstrim

fundamentalisme dan yang lain ke arah sekularisme. Untuk itu, persoalan dasar dalam dunia

postmodern ini pertama-tama adalah soal hermeneutika dan komunikasi. Bahasa menjadi

medan hidup yang terus menerus dikembangkan sebagai bagian dari proses hermeneutik dan

komunikasi. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup ajaran iman agama, teologi, ataupun

narasi-narasi besar lainnya, namun juga terjadi di setiap bidang kehidupan. Rasionalisme

universal manusia modern dengan cita-cita penyempurnaan manusia oleh manusia sendiri

menemui keterbatasannya secara sangat spektakuler dalam abad ini. Rasionalitas universal itu

seolah-olah ambruk.

G. Pengaruh Postmodernisme Terhadap Pemikiran Islam

Sangat sulit mengetahui definisi istilah ‘posmodernisme’, karena jika definisi

diartikan sebagai sesuatu yang bisa disepakati, tunggal, dan bulat; maka kesepakatan,

ketunggalan, dan kebulatan itulah yang tidak diinginkan oleh posmodernisme. Yang bisa

dilakukan hanyalah mengira-ngira apa yang menjadi ciri-ciri posmodernisme. Hanya dengan

membuat pengelompokan, barulah kita dapat menangkap arti atau definisi posmodernisme.

Posmodernisme memiliki keragaman gerakan, sebagai akibat akibat-akibat negatif

yang ditimbulkannya. Kategori pertama, adalah gerakan posmodernisnme yang digagas oleh

Nietzsche, Derrida, Foucault, Vattimo, Lyotard, dan lain-lain. Gerakan ini menggagas

pemikiran-pemikiran yang banyak berurusan dengan persoalan linguistik. Kata kunci yang

populer untuk kelompok ini adalah “dekonstruksi”. Mereka cenderung hendak mengatasi

gambaran dunia (worl-view) modern melalui gagasan yang anti world-view sama sekali.

Page 196: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Mereka mendekonstruksi atau membongkar segala unsur yang penting dalam sebuah world-

view seperti : diri, Tuhan, tujuan, makna, dunia nyata, dan seterusnya. Awalnya strategi

dekonstruksi ini dimaksudkan untuk mencegah kecenderungan totalitarisme pada segala

sistem; namun akhirnya cenderung jatuh ke dalam relativisme dan nihilisme.

Kategori kedua, posmodernisme adalah segala pemikiran yang hendak merevisi

modernisme, tidak dengan menolak modernisme itu secara total, melainkan dengan

memperbarui premis-premis modern di sana-sini saja. Di sini, tetap diakui sumbangan besar

modernisme seperti: terangkatnya rasionalitas, kebebasan, pentingnya pengalaman, dan

sebagainya. Heidegger hanyalah salah satu posmodernis yang masuk kategori kedua ini.

Philoshopy of difference yang dinisbatkan kepada Heidegger mengatakan bahwa segala

perbedaan antara kepalsuan dan kebenaran, rasional dan irrasional harus diletakkan di luar

jangkauan bahasa dan konsep-konsep yang melekat dengannya. Ini berarti bahwa segala

sesuatu yang kita hadapi dalam pengalaman kita di dunia tidak kurang dan tidak lebih dari

suatu penafsiran; dan segala sesuatu di dunia ini selalu ditafsiri sesuai dengan nilai-nilai

subjektif dalam diri kita. Di sini yang bermain adalah dunia interpretasi yang berbeda-beda.

Philosophy of difference kemudian menjadi asas bagi penolakan terhadap kebenaran

transenden.

Karakter yang sering disuarakan postmodernisme antara lain adalah pluralisme,

heterodoks, eklektisisme, keacakan, pemberontakan, deformasi, dekreasi, disintegrasi,

dekonstruksi, pemencaran, perbedaan, diskontinuitas, dekomposisi, de-definisi,demistifikasi,

delegitimasi serta demistifikasi.

Merujuk Akbar S. Ahmed, dalam bukunya Postmodernism and Islam (1992), terdapat

delapan ciri karakter sosiologis postmodernisme. Pertama, timbulnya pemberontakan secara

kritis terhadap proyek modernitas, memudarnya kepercayaan pada agama yang bersifat

transenden dan semakin diterimanya pandangan pluralisme-relativisme kebenaran.

Kedua, meledaknya industri media massa, sehingga ia seolah merupakan

perpanjangan dari  system indera, organ dan syaraf manusia. Kondisi ini pada gilirannya

menjadikan dunia dan ruang realitas kehidupan terasa menyempit. Lebih dari itu, kekuatan

media massa telah menjelma menjadi Agama dan Tuhan baru yang menentukan kebenaran

dan kesalahan perilaku manusia.

Ketiga, munculnya radikalisme etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul sebagai

reaksi manakala orang semakin meragukan kebenaran ilmu, teknologi dan filsafat modern

yang dinilai gagal memenuhi janji emansipatoris untuk  membebaskan manusia dan

menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Page 197: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Keempat, munculnya kecenderungan baru untuk menemukan identitas dan apresiasi

serta keterikatan romantisme dengan masa lampau. Kelima, semakin menguatnya wilayah

perkotaan (urban area) sebagai pusat kebudayaan dan sebaliknya, wilayah pedesaan (rural

area) sebagai daerah pinggiran. Pola ini juga berlaku bagi menguatnya dominasi negara maju

(Negara Dunia Pertama)  atas negara berkembang (Negara Dunia Ketiga).

Keenam, semakin terbukanya peluang bagi pelbagai kelas sosial atau kelompok

minoritas untuk mengemukakan pendapat secara lebih bebas dan terbuka. Dengan kata lain,

era postmodernisme telah turut mendorong proses demokratisasi.

Ketujuh, munculnya kecenderungan bagi tumbuhnya ekletisisme dan

pencampuradukan berbagai diskursus, nilai, keyakinan dan potret serpihan realitas, sehingga

sekarang sulit untuk menempatkan suatu objek budaya secara ketat pada kelompok budaya

tertentu secara eksklusif. Kedelapan, bahasa yang digunakan dalam diskursus

postmodernisme seringkali mengesankan tidak lagi memiliki kejelasan makna dan

konsistensi, sehingga bersifat paradoks.

Jika posmodernisme mengatakan keberanan objektif tidak lagi dipercayai sebagai

kebenaran absolut, maka mekanisme kebenaran yang bekerja adalah kebenaran subjektif atau

relatif. Tidak ada lagi nilai yang diakui sebagai nilai tertinggi. Suatu konsep tidak lagi

didasarkan pada sesuatu hal yang bersifat divine dan metafisis. Lalu, dimana posisi agama

dalam dunia posmodernisme?

Posisi agama dalam dunia posmodernisme dijelaskan dengan baik oleh Hamid Fahmy

Zarkasyi. Menurutnya, agama tidak lagi berhak mengklaim punya kuasa lebih terhadap

sumber-sumber nilai yang dimiliki manusia seperti yang telah diformulasikan oleh para

filosof. Jadi, agama dipahami sebagai sama dengan persepsi manusia sendiri yang tidak

memiliki kebenaran absolut. Oleh sebab itu agama mempunyai status yang kurang lebih sama

dengan filsafat dalam pengertian tradisional. Dari kesalahan epistemologi, posmodernisme

kemudian menjadi tantangan berat bagi umat Islam saat ini.

Tantangan posmodernisme bagi umat Islam semakin berat ketika paham ikutan yang

dibawa posmodernisme, kemudian dijadikan sebagai landasan berpikir para sarjana Islam

semacam Muhammad Abid al-Jabiri, Mohammad Arkoun, Hassan Hanafi, Nashr Hamid Abu

Zayd, Muhammad Syahrur, dan lain-lain. Di tangan para sarjana Islam kontemporer ini,

posmodernisme berhasil menancapkan pengaruhnya dalam kajian Islam.

Mengapa banyak sarjana Muslim yang tertarik pada rayuan posmodernisme? Dalam

sebuah perkualiahan, Nirwan Syafrin Manurung menjelaskan bahwa beberapa faktor yang

mendorong para sarjana Islam menggunakan framework posmodernisme dalam kajian Islam;

Page 198: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

yakni : frustasi atas kemunduran umat Islam dan bangsa Arab pada khususnya, kekalahan

bangsa Arab atas Israel pada Perang Enam Hari tahun 1967, frustasi terhadap pemerintah

Arab yang semakin otoriter, dan frustasi atas maraknya gerakan kebangkitan Islam. Doktrin-

doktrin posmodernisme yang menjadi tantangan berat bagi Islam antara lain :

1. Nihilisme

Doktrin yang digunakan para posmodernis adalah konsep mereka tentang nilai.

Program posmodernisme adalah penghapusan nilai dan penggusuran tendensi yang

mengagungkan otoritas. Hal ini dengan mereduksi makna nilai yang dijunjung tinggi dan

dinilai sebagai absolute oleh agama dan masyarakat. Nihilisme atau penghapusan nilai

(dissolution of value) pertama kali diperkenalkan oleh Nietzsche (1844-1900). Dalam

karyanya, Will To Power, Nietzsche menggambarkan nihilisme sebagai situasi dimana

“manusia berputar dari pusat ke arah titik X”; artinya, nilai tertinggi mengalami devaluasi

dengan sendirinya.

Nietzsche melakukan penghancuran tatanan nilai lama yang diartikannya sebagai

kepalsuan dan kebohongan. Tetapi karena nilai-nilai tradisional itu berkaitan langsung dan

tak terpisah dengan agama, Nietzsche memproklamirkan “kematian Tuhan” sebagai peristiwa

paling penting zaman ini. Tuhan hanyalah gagasan manusia yang tidak berani mengikuti

dorongan daya hidupnya sendiri. Nietzsche secara radikal menyangkal adanya Tuhan bukan

berdasarkan pertimbangan filosofis-rasional, melainkan karena dengan adanya Tuhan, ia

tidak melihat adanya ruang bagi pengembangan diri manusia; ia menyebutnya dengan sang

Manusia Super. Manusia Super hidup bernapaskan semangat kekuasaan, yang telah terbebas

dari belenggu sistem nilai dan moralitas lama serta secara bebas mewujudkan “kehendak

untuk berkuasa” (Will to power).

Heidegger (1889-1976) dengan nada yang sama mendefinisikan nihilisme sebagai

“suatu proses dimana pada akhirnya tidak ada lagi yang tersisa”. Bagi Heidegger, tetap ada

perbedaan ontologis antara Being (sang Ada) yang sesungguhnya dengan being (para

pengada). Artinya, semua hal adalah tentang penafsiran. Itulah sebabnya kebenaran pun harus

dilihat sebagai sesuatu yang ambigu. Premis ini dinamakan philoshopy of difference, yang

kemudian akan menjadi penghubung antara nihilisme dan hermeneutika (filsafat interpretasi).

Nietzsche dan Heidegger, keduanya menuju satu titik dimana manusia tidak lagi

berpegang pada struktur nilai; nilai tidak lagi mempunyai makna. Suatu konsep tentang

apapun tidak lagi berdasarkan pada sesuatu yang metafisik, religius, ataupun mengandung

unsur ketuhanan. Hal ini memposisikan posmodernisme vis a vis agama.

Page 199: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

2. Relativisme

Ernest Gellner menyatakan bahwa posmodernisme Nampak jelas mendukung paham

relativisme. Kebenaran bagi posmodernisme adalah elusive (kabur), subjektif dan internal.

Oleh sebab itu mereka tidak bias menerima ide tentang kebenaran tunggal, eksklusif,

eksternal, dan transenden.

Relativisme terutama diusung dan diolah oleh Derrida. Sambil menarik kesimpulan-

kesimpulan radikal dari Nietzsche, Husserl, dan Heidegger, lewat post-strukturalisme, ia

sampai pada gagasan, bahwa pada akhirnya bahasa dan kata-kata adalah kosong belaka,

dalam arti mereka sebetulnya tidak menunjuk pada sesuatu apa pun selain pembedaan

(differance) : pembedaan arti yang dimungkinkan oleh system lawan kata. ‘Makna’, tiada lain

adalah permainan semiologik, permainan tanda-tanda. Dengan cara ini, maka yang biasa

disebut ‘kenyataan’, ‘ada’, atau ‘kebenaran’, misalnya, lenyap. Dari sini, maka diskursus

dibawa ke arah pentingnya hermeneutika yang membawa segala persoalan pada wilayah

dialog. Akibatnya,kebenaran itu relative, tergantung kepada pendirian subjek yang

menentukan. Doktrin ini mempengaruhi pemikiran cendekiawan Muslim dari tingkat

mahasiswa hingga dosen, sehingga kini banyak yang hanyut dengan menyatakan bahwa

“kebenaran itu relative”, “kita tidak dapat mengetahui kebenaran absolute, yang absolute

hanya Tuhan”, dan sejenisnya.

Atmosfir pemikiran posmodernisme dengan doktrin subjektifitas dan relativisme

kebenaran ini adalah salah satu faktor penting bagi lahirnya paham pluralisme dan pluralisme

agama. Paham ini diusung oleh liberalisme.

3. Pluralisme

Pluralisme merupakan ‘dampak bawaan’ atau konsekuensi logis dari doktrin

subjektivitas dan relativisme. Lagi-lagi Derrida menyumbangkan kerangka berpikir

pluralisme. Konsepnya tentang ‘Differance’ berbicara mengenai penolakan terhadap adanya

petanda absolute atau ‘makna absolut’, ‘makna transendental’, dan ‘makna universal’.

Penolakan ini mesti dilakukan, dan menurut Derrida sudah pasti terjadi, karena dengan

adanya proses ‘Differance’ tadi, apa yang dianggap sebagai petanda absolute akan selalu

berupa jejak di belakang jejak. Selalu ada saja celah antara penanda dan petanda, antara teks

dan maknanya. Celah inilah yang menyebabkan pencarian makna absolute mustahil

dilakukan. Setelah kebenaran ditemukan, ternyata masih ada lagi jejak kebenaran lain yang

ada di belakangnya.

Page 200: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Hal ini dibenarkan oleh Oxford Dictionary of Philosophy. ‘Pluralisme’ adalah teori

yang seirama dengan relativisme dan sikap curiga terhadap kebenaran. Ia terkadang juga

dipahami sebagai doktrin yang berpandangan bahwa di sana tidak ada pendapat yang benar

atau semua pendapat adalah sama benarnya. Definisi ini kemudian diaplikasikan pada agama,

sehingga muncullah pluralisme agama.

John Hick memberikan definisi yang fenomenal, yang menjadi rujukan oleh kalangan

para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Menurutnya, pluralisme agama adalah :

“…the view that the great world faiths embody different perceptions and conceptions of, and

correspondingly different responses to, the Real or the Ultimate from within the major

variant cultural ways of being human; and that within each of them the transformation of

human existence from self-centredness to Reality centredness is manifestly taking place—and

taking place, so far as human observation can tell, to much the same extent.”

Hick ingin menegaskan bahwa sejatinya semua agama adalah “manifestasi-

manifestasi dari realitas yang satu”. Dengan demikian, semua agama sama dan tak ada yang

lebih baik dari yang lain. Dengan gagasan ini, maka masing-masing agama mempunyai

metode, jalan, atau bentuk untuk mencapai “Tuhan”.

Paham semacam itu jelas menolak kebenaran eksklusif akidah Islam dan

menyamakan Islam dengan semua agama. Maka, sudah tepat rumusan yang dibuat MUI

mengenai ‘pluralisme agama’ dan status hukumnya, sebagai paham yang bertentangan

dengan ajaran Islam dan haram bagi kaum Muslim untuk memeluk paham semacam itu.

4. Liberalisme

Paham liberalisme berawal dari kebebasan berpikir. Kebebasan berpikir, berarti

berpusat pada kebebasan individu, yang memiliki hak dalam pemerintahan, termasuk

persamaan hak dihormati, hak berekspresi dan bertindak serta bebas dari ikatan-ikatan agama

dan ideologi.

Liberalisme dianggap bersikap positif terhadap manusia, kemampuan dan

kesempurnaannya. Manusia dianggap makhluk yang terus berkembang sifatnya, pemahaman

dan moralitasnya. Manusia, karena itu, dianggap mampu menentukan kehidupan mereka

sendiri dan karena itu segala perbuatan manusia adalah milik individu yang tidak boleh

dicampuri oleh lembaga atau orang lain. Liberalisme menekankan pada hak-hak individu,

menentang kekuasaan dan otoritas resmi. Di sini pengaruh Barat modern dan postmodern

yang individualistis begitu nyata dan radikal. Karena radikalnya itu mereka percaya bahwa

Page 201: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

manusia mampu menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik. Semua ini mengawali upaya

pemarjinalan agama atau memisahkan agama dari urusan sosial dan politik secara perlahan-

lahan. Agama tidak diberi tempat di atas kepentingan sosial dan politik. Sama seperti yang

terjadi ketika liberalisme didesakkan ke dalam pemikiran keagamaan Katholik dan Protestan,

ia telah mensubordinasikan Islam di bawah kepentingan politik dan humanisme, terjadilah

sekularisme di tubuh Islam, yang dibawa oleh agen-agennya.

Liberalisme yang didesakkan ke dalam pemikiran keagamaan Islam telah

mendestruksi dan mendistorsi konsep-konsep yang diyakini oleh umat Islam sebagai konsep

yang sudah pakem, selain dengan mendistorsi sejarah Islam dan umat Islam.

Islam kemudian banyak dimaknai hanya dengan makna generic atau makna bahasa

sebagai “tindakan pasrah kepada Tuhan” (submission to God) tanpa melihat, bagaimana cara

pasrah kepada Tuhan itu – apakah kepasrahan kepada Tuhan itu menggunakan ajaran Nabi

Muhammad SAW atau bukan. Upaya dekonstruksi makna Islam sebenarnya merupakan

bagian dari upaya dekonstruksi istilah-istilah atau konsep-konsep kunci dalam Islam. Jika

makna Islam didekonstruksi, maka akan terdekonstruksi juga makna “kafir”, “murtad,

“munafik”, “al-haq”, “dakwah”, “jihad”, dan lain-lain.

Banyak cendekiawan Muslim yang akhirnya termakan paham relativisme, yang

mengakibatkan kerusakan struktur ilmu pengetahuan dalam Islam. Bahkan agama Islam itu

sendiri sudah tidak ada artinya apa-apa lagi karena hanya merupakan agama yang benar

secara relatif.

Selain menanamkan doktrin relativisme, langkah liberalisasi yang paling strategis

adalah melakukan kritik terhadap Al-Qur’an yang merupakan sumber kekuatan Islam.

Dengan menerapkan biblical criticism dalam studi Al-Qur’an, para orientalis melontarkan

berbagai pendapat yang controversial mengenai Al-Qur’an seperti : Al-Qur’an telah

mengalami berbagai penyimpangan, standardisasi Al-Qur’an disebabkan rekayasa politik dan

manipulasi kekuasaan, Utsman bin Affan salah karena telah mengkodikasi Al-Qur’an, Al-

Qur’an ditulis bukan dengan bahasa Arab tetapi bahasa Aramaik, Al-Qur’an adalah karangan

Muhammad, terdapat sejumlah kesalahan dalam penulisan AL-Qur’an, tidak ada dalam Al-

Qur’an yang orisinal dan berasal dari langit karena wujudnya pengaruh Yahudi-Kristen yang

sangat dominan dalam Al-Qur’an, menyamaratakan qira’ah mutawatirah dengan qira’ah

shadhdhah, merubah kata dan kalimat dalam Al-Qur’an dan lain sebagainya. Dari hasil kajian

kritis tersebut kesimpulannya adalah perlunya diwujudkan Al-Qur’an edisi kritis.

Dan masih banyak lagi upaya liberalisasi terhadap pemikiran Islam. Ambil contoh

penyebaran feminisme dan gender dan mendekonstruksi syariah. Kalangan liberal bahkan

Page 202: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

sudah berani menghalalkan perilaku homoseksual dan leSbian, dengan landasan berpikir

feminisme radikal yang menuntut kesamaan laki-laki dan perempuan dalam memperoleh

kepuasan seksualnya masing-masing. Kemudian tafsir diseret-seret dalam upaya penghalalan

ini dengan melakukan kritik dan reaktualisasi terhadap tafsir mengenai kisah Nabi Luth dan

konsep pernikahan.

Dekonstruksi syariah juga gencar dilakukan oleh kalangan liberal. Maslahah

dijadikan kuda hitam. Biasanya mereka melontarkan argument bahwa karena tujuan

ditetapkannya hukum Islam adalah untuk menciptakan maslahah kepada umat manusia maka

maqasid syariah lebih utama daripada syariah. Selain itu, kaidah usuliyah al-ibratu bi

umumillafz, la bi khususi al-sabab dibalik menjadi al-ibratu bi khususi al-sabab la

umumillafz. Jadi mereka ingin mengatakan bahwa perintah dan larangan dalam AL-Qur’an

itu harus dipahami dalam konteks budaya ketika ia diturunkan.

Liberalisasi pemikiran keagamaan Islam yang akhir-akhir ini mendapatkan momen

euforianya, bukanlah sebuah tajdid atau pembaruan, tapi melainkan tak lebih dari upaya

membebek atau mengadopsi secara membabi-buta terhadap tradisi intelektual Barat yang

dekonstruksionis dan dekstruktif. Oleh karena itu, umat Islam harus mempertahankan dan

mengembangkan tradisi keilmuan yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, dan warisan

tradisi intelektual Islam.

Page 203: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/09/filsafat-pra-socrates.html

FILSAFAT PRA SOCRATES

A. Masa Pemikiran Filsafat Pra-Socrates Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas

dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal

segala sesuatu. Baik dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang

bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya

tersebut. Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia

artinya bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya

untuk menyangkal dongeng-dongeng atau. mite-mite yang diterima dari agama.

Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik dunia

maupun manusia yang menyebablan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng

atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya

dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.

Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari surge,

mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan pendapat Anaxagoras

bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan (pendapat ini adalah pendapat pemikir

yang menggunakan akal). Dimana pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu

pendapat yangdikontrol, dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para

pemikir filsafat yang pertama hidup dimiletos kira-kira pada abadke 6 SM, dimana pada abad

tersebut pemikiran mereka disimpulkan daripotongan-potongan yang diberitakan oleh

manusia dikemudian hari atau zaman. Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat

alam artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang

menja disasaran para ahli filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah alam semesta).

Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar dari mana terjadinya alam

itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan

pemikiran yang sangat majuu, rasioanl dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang

menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa

mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas menerima keterangan

tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.

Page 204: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

B. Para Filosof Yang Tergolong Dalam Filosof Alam

1. Thales (625-545 SM)

Thales adalah seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir. Ia juga

seorang ahli politik yang terkenal di Milatos. Dalam pada itu masih ada kesempatan baginya

untuk mempelajari ilmu matematik (ilmu pasti) dan astronomi (ilmu bintang).

Ada cerita yang mengatakan bahwa Thales sangat menyisihkan diri dari pergaulan

bebas. Ia berpikir senantiasa, dan pikirannya terikat pada alam semesta. Pada suatu hati

Thales berjalan-jalan, matanya asyik memandang ke atas, memandang keindahan alam langit.

Dengan tanpa sepengetahuannya ia terjatuh masuk lubang, seorang perempuan tua yang lalu

dekat itu menertawakannya sambil berkata, “Hai Thales, jalan di langit engkau ketahui, tetapi

jalanmu di bumi tidak kau ketahui.

Sungguh demikian Thales terbilang bapak filosufi Yunani, sebab dialah filosuf yang

pertama. Filosofinya diajarkan dengan mulut saja, dan dikembangkan oleh murid-muridnya

dari mulut ke mulut pula. Baru Aristoteles, menuliskannya kemudian.

Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales ialah semuanya adalah air.

Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan dasar segala-galanya. Bagi Thales, air adalah

sebab yang pertama dari segala yang ada. Di awal air di ujung air. Asal air pulang air. Air

yang satu itu adalah bingkai dan pula isi. Atau dengan kata lain filosofi air adalah substrat

dan subtansi kedua-duanya.

2. Anaximandros (610-547 SM)

Anaximandros adalah salah satu dari murid Thales. Ia lebih muda lima belas tahun

dari Thales, tapi meninggal lebih dulu dari Thales. Anaximandros adalah seorang ahli

astronomi dan ilmu bumi.

Sebagai filosuf ia lebih besar dari gurunya. Oleh karena itu meskipun ia murid Thales,

namun mempunyai prinsip dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut

bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang dikatakan gurunya. Prinsip

dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut

apeiron.

Apeiron adalah zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak

ada persamaannya dengan apapun. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya

dengan panca indra kita, adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga, sebab itu

Page 205: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

barang asal, yang tiada berhingga, dan tiada berkeputusan, mustahil salah satu dari barang

yang berakhir itu. Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas

dibatasi oleh yang dingin. Dimana bermula yang dingin disana berakhir yang panas. Yang

cair dibatasi yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang berbatas itu akan

dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkeputusan.

Segala yang tampak dan terasa, segala yang dapat ditentukan rupanya dengan

pancaindera kita, semuanya itu mempunyai akhir. Ia timbul, hidup, mati dan lenyap. Segala

yang berakhir berada dalam kejadian senantiasa, yaitu dalam keadaan berpisah dari yang satu

kepada yang lain. Yang cair menjadi beku dan sebaliknya. Semuanya itu terjadi dari ada

apeiron dan kembali pula kepada apeiron.

Disitu tampak kelebihannya dari pada gurunya. Selagi Thales berpendapat bahwa

barang yang asal itu salah satu dari yang lahir, yang tampak, yang berhingga juga,

Anaximandros meletakkannya di luar alam yang memberikan sifat yang tiada berhingga

padanya dengan tiada dapat diserupai.

3. Anaximenes (585-494 SM)

Anaximenes adalah salah satu murid Anaximandros. Ia adalah filosuf alam terakhir

dari kota Miletos. Sesudah ia meninggal dunia kemajuan filosuf alam berakhir di kota

tersebut. Banyak ahli fikir dari kota tersebut sebab kota Miletos pada tahun 494 SM diserang

dan ditaklukan oleh bangsa Persia. Dengan kepergian para ahli fikir itu, maka kebesaran kota

Miletos sebagai pusat pengajaran filosufi alam lenyap.

Pandangan filsafatnya tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pandangan

gurunya. Ia mengajarkan bahwa barang yang asal itu satu dan tidak berhingga. Hanya saja ia

tidak dapat menerima ajaran Anaximandros, bahwa barang yang asal itu tak ada

persamaannya dengan barang yang lain dan tak dapat dirupakan. Baginya yang asal itu

mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah udara. Udara itulah

yang satu dan tidak berhingga.

Thales mengatakan air asal dan kesudahan dari segala-galanya. Anaximenes

mengatakan udara. Udara yang memalut dunia ini, menjadi sebab segala yang hidup. Jika tak

ada udara itu, tak ada yang hidup. Pikirannya ke sana barangkali terpengaruh oleh ajaran

Anaximandros, bahwa “ Jiwa itu serupa dengan udara.” Sebagai kesimpulan ajarannya

Page 206: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dikatakan: “Sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita,

demikian pula udara mengikat dunia ini jadi satu”.

4. Pythagoras (572 – 497 SM )

Menurut kepercayaan Pythagoras manusia itu asalnya tuhan. Jiwa itu adalah

penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa, dan ia akan kembali ke langit ke

dalam lingkungan tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu. Menurut

kepercayaannya itu, Pythagoras menjadi penganjur Vegetarismre, memakan sayur-mayur dan

buah-buahan saja. Tetapi tak cukup orang hidup membersihkan hidup jasmani saja, akan

tetapi rohani juga. Manusia harus berzikir senantiasa untuk mencapai kesempurnaan

hidupnya. Menurut keyakinan kaum Pythagoras setiap waktu orang harus menanggung jawab

hatinya tentang perbuatannya sehari-hari.

Hidup di dunia ini menurut paham Pythagoras adalah persediaan buat akhirat. Berlagu

dengan musik adalah juga sebuah jalan untuk membersihkan. Dalam penghimpunan kaum

Pythagoras musik itu dimuliakan.

Filsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Ia beranggapan

bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah angka. Batas, bentuk, dan angka dalam pengertian

Pythagoras adalah sesuatu yang sama. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat

hubungannya dengan dunia bentuk.

Kata-kata Pythagoras, bahwa : “all things are numbers”, tampak seolah-olah omong

kosong belaka, akan tetapi justru ajaran itulah yang menjadi segala pokok pangkal ilmu

hakikat, ilmu pasti, theology, mistika dan tasawuf.

Dari sini dapat dilihat kecakapan dia dalam matematik mempengaruhi terhadap

pemikiran filsafatnya, sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan segala

keadaan merupakan paduan dari unsur angka. Angka adalah asal dari segalanya dan segala

macam perhubungan dapat dilihat dari angka-angka.

5. Heraklitos (535-475 SM)

Filsafat Heraklitos merupakan filsafat menjadi. Tak ada sesuatu yang ada secara tetap,

segala sesuatu dalam keadaan menjadi. Segala sesuatu bergerak secara abadi: “Segala sesuatu

berlalu dan tak ada sesuatu pun yang tinggal diam”. Kita tak akan dapat dua kali turun ke

dalam arus yang sama, airnya senantiasa berganti. Begitulah segala sesuatu. Tak ada sesuatu

pun yang kekal, tak ada sesuatu pun yang kekal, tak ada sesuatu pun yang tetap, hakekat

segala sesuatu adalah perubahan, keadaan (sedang) menjadi. Keadaan menjadi ini selalu

Page 207: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

terjadi dalam suatu pertentangan, dari kehidupan timbul kematian, dari kematian timbul

kehidupan, dari bagian-bagian timbul keseluruhan, dari keseluruhan timbul bagian-bagian.

Heraklitos mengemukakan pendapatnya, ia mempercayai bahwa arche (asas yang

pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan

kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu

menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu atau asap, adanya

api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali ke api.

Menurut pendapatnya, di dalam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh) yang

disebutnya sebagai logos (akal atau semacam wahyu). Logos inilah yang menguasai dan

sekaligus mengendalikaan keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat apabila

sesuai dengan logos.

6. Parmenides (540-475 SM)

Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Dialah yang pertama

kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being). Ia kagum adanya misteri segala realitas

yang ada. Di situ ia menemukan berbagai (keanekaragaman) kenyataan, dan ditemukan pula

adanya hal yang tetap dan berlaku secara umum. Sesuatu yang tetap dan berlaku umum itu

tidak dapat ditangkap melalui indera, akan tetapi akan ditangkap lewat pikiran atau akal.

Untuk memunculkan realitas tersebut hanya dengan berpikir.

Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang

tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah

yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan.

Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi. Karena

membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak

mungkin. Yang ada tidak dijadikan dan tidak dapat musnah. Tidak ada kekuatan apapun yang

dapat menandingi yang ada. Tidak adaaaaaa sesuatu pun yang sapat ditambahkan atau

mengurangi terhadap yang ada. Kesempurnaan yang ada digambarkan, sebuah bola yang

jaraknya dari pusat kepermukaan semuannya sama. Yang ada di segala tempat, oleh

karananya tidak ada ruangan yang kosong, maka di luara yang ada masih ada sesuatu yang

lain.

7. Leukippos ( 540 SM)

Leukippos adalah ahli pikir yang pertama mengajarkan tentang atom. Menurut

pendapatnya tiap benda terdiri dari atom. Yang dipakai sebagai dasar teorinya tentang atom

Page 208: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

ialah yang penuh dan kosong. Atom dinamainya yang penuh sebagai benda betapapun

kecilnya dan bertubuh. Dan setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang kosong. Jadi di

sebelah yang penuh dan yang kosong itulah kejadian alam ini. Keduandan yang penuh dan

yang kosong mesti ada sebab kalau tak ada yang kosong atom itu tidak dapat bergerak.

Seperto Parmenides, ia menyatakan tidak mungkin ada penciptaan dan pemusnahan

mutlak, akan tetapi ia tidak ingin menolak kenyataan banyak, bergerak, lahir ke dunia dan

menghilang yang tampak pada segala sesuatu. Banyak, gerak, lahir dan hilang tidak mungkin

kita paham tanpa adanya tidak ada (non-being), dalam hal ini ia selendapat dengan

Parmenides, namun ia menambahka bahwa tidak ada (non-being) mempunyai arti pula

sebagaimana ada (being). Being berarti pemenuhan ruang, berarti pula penuh, non-being

berarti kekosongan.

8. Demokritos ( 460-360 SM)

Menurut Demokritos, segala sesuatu mengandung penuh dan kosong. Jikalau kau

menggunakan pisau itu harus menemukan ruang kosong, supaya dapat menembus. Jika apel

itu tidak mengandung kekosongan, ia tentu keras dan secara pisik tidak dapat dibelah.

Sedangkan bagian yang penuhdari segala sesuatu dapat dibagi-bagi menjadi titik-titik yang

tak terbatas jumlahnya., dank arena kecilnya ia tidak dapat ditangkap dengan pancaindera.

Bagian kecil-kecil itu tak dapat dibagi dan tidak mengandung kekosongan. Ia bernama

atomos yang artinya tak dapat dibagi.

Demokritos adalah murid Leukippos, dan sama dengan pendapat gurunya bahwa alam

ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangat banyak.

Dan ia sependapat dengan Heraklitos, bahwa anasir pertama adalah api. Api terdiri dari atom

yang sangat halus, licin dan bulat. Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup.

Atom api adalah jiwa.

Jiwa itu tersebar keseluruh badan kita, yang menyebabkan badan kita bergerak.

Waktu bernafas kita tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita bernafas. Demikianlah

Demokratis menjadikan atom sebagai asas hidup penglihatan, perasaan dan pendengaran,

semuanya timbul dari gerak atom.

C. Kesimpulan

Page 209: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Para filosof pada masa pra Socrates di antaranya adalah Thales, Anaximandros,

Anaximenes, Pythagoras, Heraklitos, Parmenides, Leukippos dan Demokratis merupakan

filosof yang tidak mempercayai cerita-cerita tentang keadaan alam begitu saja tanpa

mempersoalkannya lebih jauh. Mereka tidak sama dengan kebanyakan orang pada saat itu

yang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang ditangkap oleh inderanya

dan cukup puas walau hanya menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenk

moyang tau legenda pada saat itu.

Thales merupakan salah satu dari filosuf alam yang memiliki pemikiran bahwa

“Semuanya itu air”, dari pemikiran yang diungkapannya itu tersimpul dengan sengaja atau

tidak. Suatu pandangan yang dalam, yaitu bahwa “Semuanya itu satu”. Selain itu,

Anaximandros salah satu dari murid Thales juga mengungkapkan pemikirannya yang ia dapat

bahwa prinsip dasar alam memang satu, akan tetapi bukanlh dari jenis benda alam seperti air

sebagaimana yang dikatakan oleh gurunya. Prinsip dasar haruslah dari jenis yang tak

terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron.

Meskipun mereka berdua seorang filosuf dan memiliki hubungan yaitu guru dengan

murid namun dalam segi pemikiran mereka berbeda. Para filosuf tidak begitu saja

mempercayai pemikiran atau cerita, meskipun orang terdekat mereka yang mengemukakan,

apalagi itu tentang keadaan alam. Mereka lebih berusaha untuk mendapatkan keterangan

tentang inti dasar alam itu sendiri dari daya pikirnya sendiri. Seperti Thales dan

Anaximandros begitu juga dengan filosuf lainnya. Maka mereka pantas mendapat sebutan

sebagai pemikir yang radikal, karena pemikiran mereka begitu mendalam hingga ke akar-

akarnya.

Page 210: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/09/filsafat-socrates.html

FILSAFAT SOCRATES

A. Biografi  Socrates  Socrates (470 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah

satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan

merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan

Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar

Aristoteles.

Socrates diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung

dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete berprofesi

sebagai seorang bidan, dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan

metode kebidanan nantinya. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan

dikaruniai tiga orang anak.

Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sendiri tidak

pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates

pada dasarnya adalah berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-

siswa lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah Socrates dalam dialog Plato dimana

Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai tokoh utama karyanya sehingga sangat

sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang

disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-

karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.

Page 211: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas

kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan

ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar

seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih

bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara

tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada

saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya

inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang

membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya

pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut

tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap

kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates

membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling

bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak

pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.

Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Socrates karena

setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh

masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui.

Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan

dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan

gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato.

Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun

sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280

mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.

Page 212: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan

bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak"

yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut

digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam

ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam

masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.

B. Filosofi Socrates

Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat

dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika.

Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para

filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga

dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah

sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia

ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.

Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya, jika diperhatikan malahin ia tidak

pernah mengajarkan filosofi melainkan hidup berfilosofinya. Bagi dia filosofi bukan isi,

bukan hasil bukan ajaran yang berdasarkan dogma melainkan fungsi yang hidup. Disini

berlainan pendapatnya dengan guru-guru sophis yang mengajarkan bahwa semuanya relatife

dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian ang skeptic, Socrates berpendapat bahwa

kebenaran itu tetap dan harus dicari.

Dalam mencari kebenaran ia tidak memikir sendiri melainkan setiap kali ia berdua

dengan orang lain dengan jalan tanya jawab dan metodenya disebut maieutik. Menguraikan

seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya sebagai dukun beranak.

Socrates mencari pengertian yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya sebab itu ia

selalu bertanya: apa itu? Apa yang dikatakan berani apa yang disebut indah, apa yang

Page 213: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

bernama adil? Pertanyaan tentang “apa itu” harus lebih dahulu daripada “apa sebab”. Hal ini

sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Anak kecilpun mulai bertanya dengan “apa

itu”. Oleh Karena jawab tentang itu “apa itu” hrus dicari dengan Tanya jawab yang makin

meningkat dan mendalam, maka Socrates diakui pula sejak keterangan Aristoteles sebagai

pembangun dialektik pengetahuan.

C. Etik Socrates

Budi ialah tahu. Inilah intisari daripada etiknya. Orang yang berpengetahuan dengan

sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu kelanjutan daripada metodenya. Induksi dan

definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian dari mengerti beserta

keinsyafan moril tidak boleh tidak mesti timbul budi. Oleh karena itu badi adalah tahu, maka

siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya terpaksa berbuat baik.

Dari pandangan etik yang rasionil itu Socrates sampai kepada sikap hidup yang penuh

dengan rasa keagamaan. Sering pula dikemukakannya bahwa Tuhan itudirasai sebagai suara

dari dalam yang menjadi bimbingan bginy dalam segala perbuatannya. Itulah yan disebut

daimonion dansemua orang yang mendengarkan suara daimonion itu dari dalam jiwanya

apabila ia mau.

D. Pemikiran Filsfat Socrates (K. Bertens)

Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang

telah mapan mengguncangkan keyakinan agama. Inilah yang menyebabkan kebingungan dan

kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit ia harus meyakinkan

orang Athena bahwa tidak semua kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua

orang. Sebagian kebenaran memang relatif tetapi tidak semuanya. Sayangnya Socrates tidak

Page 214: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

meninggalkan tulisan. Ajaran kita proleh dari tulisan-tulisan muridnya terutama plato,

kehidupan Socrates (470-399 SM)berada ditengah-tengah keruntuhan imperium Athena.

Tahun terakhir hidupnya sempat menyaksikan keruntuhan Athena oleh kehancuran orang-

orang Oligarki dan orang-orang Demokratis.

Pemuda-pemuda Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relatifisme dari kaum

sophis sednkan Socrates adakah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa

menegakkan moral merupakan tugas filosof, yng berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian

dalam pengetahuan.

Bertens menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk

menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama. Socrates

memulai filsafatnya dengan bertolak dari penglaman sehari-hari akan tetapi ada perbedaan

yang sangat penting antara sophis dan Socrates; Socrates tidak menyetujui relafisme kaum

sophis.

Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung pada diri

kita sendiri untuk membuktikan adanya kebenaran yang obyektif, Socrates menggunakan

metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan

dan menganalisis pendapat-pendapat. Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut

dialektika dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog

yang mempunyai peran penting didalamnya.

Didalam traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan metode

tentang Socrates ini. Ada dua penemuan keduanya berkenaan dengan dasar pengetahuan.

Yang pertama ialah Socrates menemukan induksi dan yang kedua ia menemukan definisi.

Dalm logikanya Aristoteles menggunakan istilah induksi tatkala pemikiran bertolak dari

pengetahuan yang khusus lalu menyimpulkan yang umum itu dilakukan Socrates ia bertolak

dari contoh-contoh konkrit dan dari situ ia menyimpulkan pengertian yang umum. Misalnya

Page 215: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

keutmaan (arête) dari usaha ini Socrates menemukan defines, penemuaanya yang erat dengan

pertemuan pertama tadi, karena definisi ini diproleh dengan jalan mengadakan induksi itu.

Orang sophis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya,

tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan

kepada orang sophis bahwa pengetahuan umum itu ada yaitu definisi itu. Jadi orang sophis

tidak seluruhnya benar yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian

bersifat khusus itulah pengetahuan yang kebenaran relatif.Dengan mengajukan definisi itu

Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi relatifisme kaum sophis. Jadi kita bukan

hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan agama dapat dipegang bersama sebagianya dan

diperselisihkan sebagiannya dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan

kaidah agama mereka.Plato memperkokohkan tesis Socrates itu, ia mengatakan kebenaran

umum itu memang ada. Ia bukan dicari dengan induksi seperti pada Socrates melainkan telah

ada disana dialam idea. Kubu Socrates semakin kuat. Orang sophis semakin kehabisan

pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan Socrates dituduh merusak

mental pemuda dan menolak tuhan-tuhan. Socrates diadili oleh hakim Athena. Disana ia

mengatakan pembelaan panjang lebar yang ditulis oleh muridnya, Plato dibawah judul

Aphologia (pembelaan). Dalam pembelaan itu ia menjelaskan ajaran-ajarannya, seolah-olah

ia mengajari semua orang yang hadir dipengadilan it. Socrates dinyatakan bersalah ia dijatuhi

hukukma mati.Didalm dialog yang berjudul Phaidon, Plato menceritakan percakapan

Socrates dengan para muridnya pada hari terakhir hidupnya. Sekalipun Socrates telah tiada

ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai mempercayai

adanya kebenaran umum.

Kesimpulan

Page 216: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Socrates seorang yang sederhana dan tabiatnya berjalan disekeliling kota,

mempelajari tingkah laku manusia dari berbagai segi hidupnya. Socrates tidak pernah

menuliskan filosofinya. Jika diperhatikan malahan ia tidak mengajarkan filosofi melainkan

hidup berfilosofi. Socrates mencari pengertian yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya.

Bertens menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk

menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama. Ada

perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates; Socrates tidak menyetujui

relatifisme kaum sophis. Orang sophis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif

kebenarannya tidak ada pengetahuan yang bersifat umum.

Page 217: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/09/filsafat-plato.html

FILSAFAT PLATO

A. Biografi Plato Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuhnya menyerap

ajaran-ajaran pendidikan Socrates, kemudian mengembangkannya sistem filsafatnya sendiri secara lengkap. Plato mendirikan sebuah akademi untuk study tentang gagasan-gagasan yang akhirnya telah tumbuh menjadi suatu universitas pertama di dunia.

Plato dilahirkan di Athena pada tahun 472 SM dan meninggal pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Plato berasal dari keluarga Aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting dalam politik Athena.

Pelajaran filosofi pertama Plato diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya adalah murid Herakleitos yang mengajarkan semuanya berlalu seperti air. Akan tetapi ajaran seperti itu tidak hinggap di dalam kalbu anak Aristocrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya.

Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang memberinya kepuasan baginya. Pengaruh Socrates semakin hari semakin mendalam padanya. Ia menjadi murid Socrates ayang setia sampai pada akhir hidupnya Socrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangan Plato yang berbentuk dialog, bersoal-jawab, Socrates didudukannya sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran Plato tergambar keluar melalui mulut Socrates. Juga setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pendapat gurunya, ia terus berbuat begitu. Socrates digambarkannya sebagai juru bahasa isi hati rakyat di Athena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti.

Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosuf. Ia pandai menyatukan puisi adan ilmu, seni, dan filosofi. Tak lama sesudah Socrates meninggal. Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan ia mengembara 12 tahun lamanya, dari tahun 387 SM sampai 399 SM. Mula-mula ia pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofinya. Berapa lama ia disna tidak diketahui betul. Ada cerita yang mengatakan bahwa ia di Megara mengarang beberapa dialog yang mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran Socrates.

Dari Megara ia pergi ke Kyrena dimana ia memperdalam pengetahuannya tentang matematik pada seorang guru ilmu itu yang bernama Theodoros. Disana ia juga mengajarkan filosofi dan mengarang buku-buku. Kemudian Plato pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa di pulau Sisilia yang pasda waktu itu diperintah oleh seorang Tiran, sang-perkosa, yang bernama Dionysios. Dionysios mengajak Plato tinggal diistananya. Dionysios merasa bangga kalau diantara orang-orang yang mengelilinginya terdapat pujangga dari dunia Grik yang tersohor namanya. Disitu Plato belajar kenal dengan ipar raja Dionysios yang masih muda bernama dion yang akhirmya menjadi sahabat karibnya. Di antara mereka berdua terdapat kata sepakat, supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filosofinyasupaya tercapai suatu perbaikan sosial. Seolah-olah terasa oleh Plato bahwa suatu kesempatan yang baik sudah datang baginya untuk melaksanakan teorinya tentang pemerintahan yang baik dalam praktik. Sudah lama tertanam di dalam kalbunya bahwa kesengsaraan di dunia tidak akan berakhir, sebelum filosof menjadi raja atau raja-raja

Page 218: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

menjadi filosof. Akan tetapi ajaran Plato dititik beratkan kepada pengertian moral dalam segala perbuatan.

Cara Plato mengajar ialah berjalan-jalan di kebun, juga dalam mengajar seperti itu ia teruskan sistem dialog, bersoal-jawab, seperti yang dikemukakan oleh Socrates. Kadang-kadang pada sekelompok murid dikemukakannya suatu soal yang akan dipecah bersama-sama dengan bersoal-jawab oleh mereka. Lantas ia berjalan ke kelompok lain dengan mengemukakan pula sebuah soal yang harus mereka perbincangkan bersama-sama. Akhirnya Plato kembali kepasda kelompok yang pertama untuk mendengar jawaban mereka atas soal yang diajukan. Demikianlah seterusnya ia berkeliling.

Memberi uraian dan mengajar filosofi berdasarkan dialog, bersoal-jawab, adalah kerja Plato yang terutama di Akademia. Hanya dalam waktu luang ia mencurahkan pikirannya pada karang mengarang tentang berbagai masalah yang ditinggalkan berupa tulisan. Plato tidak pernah kawin dan tidak punya anak. Keponakannya Speusippos menggantikannya mengurus akademik.

B. Tentang Idea PlatoPengertian yang dimaksud oleh Socrates diperdalam oleh Plato menjadi idea. Idea itu

lain sekali hubungannya dengan pendapat orang-orang. Berlakunya idea itu tidak bergantung pada pandangan dan pendapat orang banyak. Idea timbul semata-mata dari kecerdasan berpikir. Pengertian yang dicari dengan pikiran adalah idea.

Berpikir dan mengalami adalah dua macam jalan yang berbeda untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang di capai dengan berpikir lebih tinggi nilainya dari pengetahuan yang diproleh dengan pengalaman.

Idea menurut paham Plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk daripada keadaan sebenarnya. Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita. Untuk menggambarkannya Plato melahirkan dua macam dunia yaitu dunia yang kelihatan dan bertubuh dan dunia ayang tidak kelihatan dan tidak bertubuh. Dunia yang bertubuh adalah dunia yang terlahir terdiri daripada barang-barang yang dapat kita lihat dan alami yang berubah senantiasa menurut benda dan waktu. Dunia yang tidak kelihatan dan tidak bertubuh adalah dunia daripada idea. Dunia yang tetap dan tidak berubah-ubah.

Menurut Plato idea tempatnya dalam dunia lain. Segala pengetahuan adalah tiruan daripada yang sebenarnya yang timbul dalam jiwa sebagai ingatan kepada dunia asal. Di sini jiwa muncul sebagai penghubung antara dunia idea dan dunia yang bertubuh. Karena melihat sesuatu, teringat oleh jiwa gambaran yang asal, yang diketahuinya sebelum ia turun kedunia. Pandangan hanya alasan untuk ingat kepada idea.

Plato menganggap sebanyak pengertian sebanyak itu pula jenis idea. Tetapi dari seluruh idea itu merupakan satu kesatuan yang didalamnya terdapat pertingkatan derajat. Idea yang tertinggi adalah idea kebaikan yaitu sebagai tuhan yang membentuk dunia. Idea kebaikan tidak saja sebab timbulnya tujuan pengetahuan dalam dunia yang lahir tetapi juga sebab tumbuh dan kembang dalam dunia.

Idea tertinggi setelah kebaikan adalah idea keindahan. Idea ini adalah satu bentuk yang terutama daripada bayangan yang baik dalam dunia yang nyata. Yang indah menjadi penghubung yang bekerja kuat antara dunia yang tidak kelihatan dan dunia yang lahir. Jiwa yang indah yang menjelma dalam perbuatan menyelenggarakan adab, seni dan ilmu, pendidikan dan usaha politik akhirnya naik keatas dalam bentuk indah yang murni ke tempat asalnya dalam dunia yang tidak bertubuh.

Page 219: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

C. Etik PlatoSama seperti pandangan Socrates, etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar

ajarannya adalah mencapai budi baik. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Tujuan hidup ialah mencapai kesenangan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu di dunia. Kesenangan hidup diproleh dengan pengetahuan.

Menurut Plato ada dua macam budi:Pertama budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Kedua budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan diri sendiri melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.

Ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk melaksanakan dasar etik:1.      Melarikan diri dalam pikiran dari dunia yang lahir dan hidup semata-mata dalam dunia ideaa.

Dengan pelaksanaan etiknya didasari dengan menjauhi dunia nyata. Hidup diatur sedemikian rupa,sehingga timbul cinta dan rindu kepada idea.

2.      Mengusahakan berlakunya idea itu dalam dunia yang lahir ini. Dengan kata lain melaksanakan hadirnya idea dalam dunia ini. Dengan cara ini plato membentangkannya di dalam bukunya Republik dengan menciptakan suatu negara yang ideal.

D. Negara Ideal Menurut PlatoDalam buku Republik yang menjadi tujuan hidup Plato tergambar pendapatnya

tentang pembinaan Negara, masyarakat dan pendidikan. Pandangan Plato tentang negara dan luasnya masih terpaut pada masanya. Ia lebih memandang keblakang daripada kemuka. Negara Grik di masa itu adalah sebuah kota. Jumlah penduduknya tidak lebih dua atau tiga ribu jiwa. Penduduk kota adalah aorang-orang merdeka yang memiliki tanah terletak di luar kota yang dikerjakan oleh budak-budaknya. Diantara mereka terdapat saudagar, tukang, pandai seni, dan pejabat negara. Menurut kebiasaan diwaktu itu pekerjaan yang kasar dikerjakan oleh budak belian. Mereka tidak dianggap sebagai penduduk karena tidak merdeka.

Peraturan yang menjadi dasar untuk mengurus kepentingan umum, menurut Plato tidak boleh diputus oleh kemauan atau pendapat beberapa orang atau rakyat seluruhnya, melainkan ditentukan oleh suatu ajaran yang berdasarkan pengetahuan dan pengertian. Dari ajaran itu datanglah keyakinan, bahwa pemerintah harus dipimpin oleh idea yang tertinggi yaitu idea kebaikan. Kemauan untuk melaksanakan tergantung pada budi. Tujuan pemerintah yang benar ialah mendidik arga negaranya mempunyai budi dan memperoleh budi yang benar adalah berdasarkan pengetahuan.

Menurut Plato negara yang ideal harus berdasarkan pada keadilan. Keadilan menurut kamus bahasa Indonesia adalah sikap dan sifat serta perlakuan yang tidak berat sebelah. Sedangkan menurut Plato keadilan adalah hubungan antara orang-orang yang bergantung kepada organisasi sosial. Sebab itu keadilan dapat dipelajari dari sturuktur masyarakat.. Negara menurut Plato adalah manusia dalam ukuran besar. Jadi seorang tidak dapat mengharapkan negar menjadi baik apabila ada beberapa orang kelakuannya tidak bertambah baik

Plato membagi penduduk dalam tiga golongan:1.      Golongan Bawah, yaitu golongan rakyat jelata, yang merupakan petani, tukang dan saudagar.

Kerja mereka adalah menghasilkan keperluan sehari-hari bagi ketiga golongan. Mereka merupakan dasar ekonomi bagi masyarakat. Karena mereka menghasilkan mereka tidak boleh ikut serta dalam pemerintahan. Seabagai golongan ayang berusaha mereka boleh mempunyai hak milih dan harta boleh berumah tangga sendiri.

Page 220: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

2.      Golongan tengah, yaitu penjaga atau pembantu dalam urusan negara. Tugas mereka adalah mempertahankan negara dari serangan musuh. Dan menjamin supaya undang-undang dipatuhi oleh rakyat. Dasr kerjanya mengabdi kepada negara. Oleh karena itu mereka tinggal bersama dalam asrama dan tidak boleh berkeluarga. Hidup mereka didasarkan atas perbaikan jenis manusia dan hubungan mereka dengan perempuan diatur oleh negara dengan pengawasan yang rapih. Anak yang lahir dari hubungan mereka dipugut dan dididik oelh negara. Anak itu tidak tahu saiap bapaknya dan siapa ibunya. Semua anak yang lahir mengaku satu sama lain bersaudara berkakak adik. Taip orang alaki-laki dipandang bapak dan tiap wanita dipandang ibu. Dengan begitu diharapkan akan timbul rasa persaudaraan antara segala manusia.

3.      Golongan Atas, yaitu kelas pemerintah atau filosof. Mereka terpilih dari yang cakap dan terbaik dari kelas penjaga, setelah menempuh pendidikan dan latihan yang spesial. Tugas mereka adalah membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaanya. Mereka memangku jabatan yang tertinggi. Selain itu mereka mempergnakan waktu luang untuk memperdalam filosofi dan ilmu pengetahuan tentang idea kebaikan. Mereka harus menyempurnakan budi yang tepat bagi golongan mereka yaitu budi kebijaksanaan.

Dalam negara yang ideal golongan pengusaha menghasilkan tetapi tidak memerintah. Golongan penjaga melindungi tapi tidak memerintah. Golongan cerdik pandai di beri makan dan dilindungi dan mereka memerintah. Ketiga macam budi yang dimiliki masing-masing golongan yaitu bijaksana berani dan menguasai diri dapat menyelenggarakan dengan kerja sama budi keempat bagi masyarakat yaitu keadilan.

Menurut Plato pendidikan direncanakan dan diprogram menjadi empat tahap dengan tingkat usia:

Tahap yang pertama yaitu pendidikan anak-anak dari umur 10 tahun ke atas menjadi urusan negara supaya mereka terlepas dari pengaruh orang tuanya. Dasar yang utama bagi pendidikan anak-anak ialah gymnastic (senam) dan musik. Tetapi gymnastic didahulukan. Gymnastic menyehatkan badan dan pikiran. Pendidikan harus menghasilkan manusia yang berani yang diperlukan bagi calon penjaga. Disamping itu mereka diberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung.

Tahap yang kedua yaitu pendidikan anak-anak berumur 14-16 tahun, yaitu diajarkan musik dan puisi serta megarang bersajak. Musik menanamkan jiwa manusia perasaan yang halus, budi yang halus. Karena dengan musik jiwa kenal aakan harmoni dahn irama. Kedua-duanya adalah landasan yang baik untuk menghidupkan rasa keadilan. Tetapi dalam pendidikan musik harus dijauhkan dengan lagu-lagu yang melemahkan jiwa serta yang mudah menimbulkan nafsu buruk, begitu juga tentang puisi. Puisi yang merusak moral disingkirkan. Pendidikan musik dan gymnastic harus sama dan seimbang.

Tahap yang ketiga yaitu pendidikan anak-anak dari umur 16-18 tahun, anak-anak yang menjelang dewasa diberi pelajaran matematik untuk mendidik jalan pikirannya. Disamping itu diajarkan pula kepada mereka dasar-dasar agama dan adab sopan supaya dikalangan mereka tertanam rasa persatuan. Plato mengatakan bahwa suatu bangsa tidak akan kuat kalau ia tidak percaya tuhan. Seni ayang memurnikan jiwa dan perasaan tertuju kepada yang baik dan yang indah.

Tahap yang keempat yaitu masa pendidikan dari umur 18-20 tahun, pemuda mendapat pendidikan militer. Pada umur 20 tahun diadakan seleksi yang pertama. Murid-murid yang maju dalam ujian itu mendapat didikan ilmiyah yang mendalam bentuk yang lebih teratur. Pendidikan otak jiwa dan badan sama beratnya. Setelah menerima pendidikan ini 10 tahun lamanya datanglah seleksi yang kedua yang syaratnya lebih berat dan caranya lebih teliti dari seleksi yang pertama. Yang gagal dapat diterima sebagai pegawai negeri. Yang diterima dan sedkit jumlahnya dapat meneruskan pelajarannya lima tahun lagi dan dididik dalam ilmu pengetahuan tentang adanya. Setelah tamat pelajaran itu, mereka dapat menyandang jabatan

Page 221: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

yang lebih tinggi. Kalau mereka setelah 15 tahun bekeraja dan mencapai umur 50 tahun, mereka diterima masuk dalam lingkungan pemerintah atau filosof. Pengetahuan dan pengalaman mereka dalam teori dan praktek sudah dianggap cukup untuk melaksanakan tugas yang tertinggi dalam negara yaitu menegakkan keadilan berdasarkan idea kebaikan.

E. Buah Tangan PlatoTulisan Plato hampir rata-rata berbentuk dialog. Jumlahnya tidak kurang dari 34 buah.

Belum dihitung lagi tulisan-tulisannya yang berupa surat dan puisi. Yang sulit ialah menentukan waktu dikarangnya. Semuanya ditulis dalam masa lebih dari setengah abad.

Ada dua pendapat yang terkemuka tentang cara memahamkan buah tangan Palto. Pertama cara metodik yang dikemukakan oleh Fr. Schleier Macher yaitu cara yang mula-mulanya disiapkan pembacanya dengan pengetahuan yang elementer, kemudian diajaknya pembaca memikirkan hal-hal itu seterusnya denganjalan dialektik, sampai akhirnya pikirannya matang tentang masalah itu. Kedua, cara genetik, mengikuti perkembangan yang dikemukakan oleh Carl Friedrich Hermann.

Segala yang ditulis Plato dapat ditempatkan dalam 4 masa dan tiap masa mempunyai karakteristik sendiri:

Pertama, karangan-karangan aayang ditulisnya dalam amasa muda yaitu pada waktu Socrates masih hidup sampai tak lama sesudah dia meninggal. Buku-buku yang diduga ditulis dalam masa itu adalah Apologie, Kriton, Ion, Protagoras, Laches, Politeia buku I, Lysis, Charmides, dan Euthyphron.

Kedua, buah tangan yang ditulisnya dalam masa yangb terkenal sebagai masa peralihan. Masa itu disebut juga masa Megara yaitu waktu Plato tinggal sementara di Megara. Dialog-dialog yang diduga ditulisnya dalam masa itu adalah Gorgias, Kratylos, Menon, Hippias, dan beberapa lainnya. Persoalan yang diperbincangkan disittu kebanyakan mengenai pertentangan politik dan pandangan hidup.

Ketiga, buah tangannya disiapkan dimasa matangnya. Tulisannya yang terkenal dari waktu itu dan kesohor sepanjang masa ialah Phaidros, Symposion, Phaidon dan Politeia buku II-X. Ajaran tentang idea menjadi pokok pikiran Plato dan menjadi dasar teori pengetahuan, metafisika, fisika, psikologi, etik, politik, dan estetik. Terutama dalam Phaidros tentang perkembangan pikiran ini. Berdasarkan pandangan agama yang terpengaruh oleh ajaran Orfisme dan Phythagoras, Plato menggambarkan sifat dan nasib jiwa manusia. Jiwa itu senantiasa melayang antara tempat tianggalnya yang baka dilangit dan tubuh-tubuh yang ada di dunia ini. Penyudahan buku Politeia (republik), yang mulai dikarangnya dalam masa mudanya dan yang menjadi tujuan kerjanya yang terutama terjadi dalam masa ini. Dalam buku sambungannya itu plato menyudahkan gambaran pendapatnya tentang negara yang ideal.

Keempat, buah tangan yang ditulisnya pada hari tuanya. Dialog=dialog yang dikarangnya di masa itu sering disebut Theaitetos, Parmenides, Sophistos, Politicos, Philibos, Timaios, Kritias dan Nomoi. Ada sesuatu perubahan dalam uraian pada masa itu. Idea yang biasanya meliputi seluruhnya, terletak sedikit belakang. Kedudukan logika lebih terkemuka. Perhatian kepada kepada keadaan yang lahir dan kejadian dalam sejarah bertambah besar. Untuk memahamkan isi Taimaios seluruhnya orang harus mempunyai pengetahuan lebih dahulu tentang ilmu-ilmu special, terutama ilmu alam dan ilmmu kesehatan. Timaios boleh dikatakan suatu ajaran teologi tentang lahirnya dunia dan pemerintah dunia.

Paham Plato tentang pembentukan dunia ini berdasarkan pada pendapat Empedokles, bahwa aalam ini tersusun dari empat unsur yaitu api, udara, air, dan tanah, tetapi tentang proses pembangunan seterusnys berlainan pendapatnya. Menurut Plato, tuhan sebagai pembangun alam menyusun unsur yang empat itu dalam berbagai bentuk menjadi satu kesatuan kedalam bentuk yang satu itu tuhan memasukkan jiwa dunia yang akan menguasai

Page 222: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dunia ini. Karena itu, pembangunan dunia ini sekaligus menentukan sikap hidup manusia dalam dunia ini.

Hampir semua dialog yang dikarang Plato adalah campuran antara Filosofi, Puisi, Ilmu dan Seni. Dan uraian ayang berupa percakapan dengan bersoal-jawab itu dibuanya dengan kata-kata sindiran dan kiasan serta dongeng yang berisikan teladan. Fakta dan mitos kadang-kadang bercampur-campur dalam lukisan criteria bertukar pikiran. Sebab itu orang tak mudah mengerti apa yang dimaksudnya, sekalipun gaya katanya indah sekali.

KesimpulanPlato dilahirkan di Athena pada tahun 472 SM dan meninggal pada tahun 347 SM

dalam usia 80 tahun. Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuhnya menyerap ajaran-ajaran pendidikan Socrates, kemudian mengembangkannya sistem filsafatnya sendiri secara lengkap. Plato mendirikan sebuah akademi untuk study tentang gagasan-gagasan yang akhirnya telah tumbuh menjadi suatu universitas pertama di dunia. Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang memberinya kepuasan baginya. Pengaruh Socrates semakin hari semakin mendalam padanya. Ia menjadi murid Socrates ayang setia sampai pada akhir hidupnya Socrates tetap menjadi pujaannya. Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosuf. Ia pandai menyatukan puisi adan ilmu, seni, dan filosofi.

Menurut Plato ada dua macam budi:Pertama budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Kedua budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan diri sendiri melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.

Negara menurut Plato adalah manusia dalam ukuran besar. Jadi seorang tidak dapat mengharapkan agar menjadi baik apabila ada beberapa orang kelakuannya tidak bertambah baik. Plato membagi penduduk dalam tiga golongan; golongan bawah, golongan tengah, dan golongan atas.

Buah tangan Plato atau tulisan Plato hampir rata-rata berbentuk dialog. Jumlahnya tidak kurang dari 34 buah. Belum dihitung lagi tulisan-tulisannya yang berupa surat dan puisi. Yang sulit ialah menentukan waktu dikarangnya. Semuanya ditulis dalam masa lebih dari setengah abad.

Page 223: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/09/filsafat-aristoteles.html

FILSAFAT ARISTOTELES

A. Biografi Aristoteles Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ahli

fisika kenamaan. Pada umur tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Dia menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato meninggal dunia. Dari ayahnya, Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di bidang biologi dan “pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis.

Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang kembali ke Macedonia, menjadi guru seorang anak raja umur tiga belas tahun yang kemudian dalam sejarah terkenal dengan Alexander Yang Agung. Aristoteles mendidik si Alexander muda dalam beberapa tahun. Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke Athena dan di situ dibukanya sekolahnya sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena dua belas tahun, satu masa yang berbarengan dengan karier penaklukan militer Alexander. Alexander tidak minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia berbaik hati menyediakan dana buat Aristoteles untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan. Mungkin ini merupakan contoh pertama dalam sejarah seorang ilmuwan menerima jumlah dana besar dari pemerintah untuk maksud-maksud penyelidikan dan sekaligus merupakan yang terakhir dalam abad-abad berikutnya.

Walau begitu, pertaliannya dengan Alexander mengandung pelbagai bahaya. Aristoteles menolak secara prinsipil cara kediktatoran Alexander dan tatkala si penakluk Alexander menghukum mati sepupu Aristoteles dengan tuduhan menghianat, Alexander punya pikiran pula membunuh Aristoteles. Di satu pihak Aristoteles kelewat demokratis di mata Alexander, dia juga punya hubungan erat dengan Alexander dan dipercaya oleh orang-orang Athena. Tatkala Alexander mati tahun 323 SM golongan anti-Macedonia memegang tampuk kekuasaan di Athena dan Aristoteles pun didakwa kurang ajar kepada dewa. Aristoteles, teringat nasib yang menimpa Socrates 76 tahun sebelumnya, lari meninggalkan kota sambil berkata dia tidak akan diberi kesempatan kedua kali kepada orang-orang Athena berbuat dosa terhadap para filosof. Aristoteles meninggal di pembuangan beberapa bulan kemudian di tahun 322 SM pada umur enam puluh dua tahun.

Aristoteles dengan muridnya, AlexanderHasil murni karya Aristoteles jumlahnya mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku hasil ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang-kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya. Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil karya ilmiahnya, merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari para asisten yang spesial

Page 224: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

digaji untuk menghimpun data-data untuknya, sedangkan sebagian lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya sendiri.

Untuk menjadi seorang ahli paling jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu kemustahilan yang ajaib dan tak ada duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi apa yang sudah dicapai oleh Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika dan metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan, pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah satu proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya untuk studi bandingan.

Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini. Hal ini sebetulnya berkat sifat logis dari cara berfikir Aristoteles yang memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu banyak bidang ilmu. Dia punya bakat mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu pengetahuan. Aristoteles tak pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrim. Aristoteles senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis. Sudah barang tentu, manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh menakjubkan sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi yang begitu luas.

Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionaliSMenya Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan YudaiSMe. Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak kaum cerdik pandai abad tengah yang terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles.

Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah tatkala keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih merupakan semacam bungkus intelek yang jitu tempat mempertanyakan problem lebih lanjut daripada semacam lampu penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti dan memikirkan ihwal dirinya tak salah lagi kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta dari generasi berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.

Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dan dia percaya kerendahan martabat wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini-tentu saja –mencerminkan pandangan yang berlaku pada jaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya, “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).

Di abad-abad belakangan, pengaruh dan reputasi Aristoteles telah merosot bukan alang kepalang. Namun, saya pikir pengaruhnya sudah begitu menyerap dan berlangsung

Page 225: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

begitu lama sehingga saya menyesal tidak bisa menempatkannya lebih tinggi dari tingkat urutan seperti sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini terutama akibat amat pentingnya ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam urutan..

Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman, bapak peradaban barat, bapak eksiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, atau guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai julukan yang diberikan pada ilmuan ini. Berbagai termuannya seperti logika yang diebut juga ilmu mantic yaitu pengethaun tentang cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat, membaut namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh dunia yang pernah mengecap penididkan.

Pria yang lahir di Stagmirus, Macedonia. Pada tahun 384 SM. Inilah orang pertama di dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukaknya dengan jalan meliaht gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini seperti. Kata kerja, kata benda, kata sifat dan sebagainya merupakan pembagian kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang mengatakan bahwa manusia adalah mahluk social.

Ayahnya yang bernama Nicomachus, seorang dokter di sitana Amyntas III, raja Mecodinia, kakek Alexander Agung. Meninggal ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karennanya, ia kemudia dipelihara oleh proxenus, pamanya- saudara dari ayahnya, pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik plato di Athena. Dari situlahia kemudian menjadi murid plato selama 20 tahun

Dengan meninggalnya plato pada tahun 347 SM. Aristoteles meninggalkan Athena dan mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan akademi di Assus dan menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal. Ia lalu menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang anak laki-laki yang ia beri nama Nicomachus seperti ayahnya. Pada tahu-tahun berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilele. Saat itulah ia sempat jadi guru Alexander Agung selama 3 thun.

Di Lyceum, Athena pada tahuan 355 SM. Ia juga mendirikan semacam akademi. Di sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan eksperimen serta membuat catatan-catatn dengan tekun dan cermat.

Pada tahun 323 SM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ajal emmang tak menganal tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sudah tiba tidak ada yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 SM, pada usia 62 tahun ia meninggal juga di kota tersebut, Chalcis Yunani..

B. Pandangan AristotelesAristoteles sependapat dengan gurunya Plato, yaitu tujuan terakhir daripada filosofi

adalah pengetahuan tentang wujud/adanya dan yang umum. Dia juga mempunyai keyakinan tentang kebenaran yang sebenarnya hanya dapat dicapai dengan jelas pengertian, bagaimana memikirkan adanya itu? Menurut Aristoteles adanya itu tidak dapat diketahui dari materi benda belaka, tidak pula dari pemikiran yang bersifat umum semata. Seperti pendapat Plato tentang adanya itu terletak dalam barang satu-satunya, selama barang tersebut ditentukan oleh yang umum. Pandangannya juga yang realis dari pandanganan Plato yang selalu didasarkan pada yang abstrak. Ini semua disebabkan dari pendidikannya diwaktu kecil yang senantiasa mengharapkan adanya bukti dan kenyataan. Ia terlebih dahulu memandang yang konkrit, bermula dari mengumpulkan fakta-fakta yang ada kemudian disusun menurut ragam dan

Page 226: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

jenis atau sifatnya dalam suatu sistem setelah itu ia meninjaunya kembali dan disangkutpautkan satu sama lain.

Bila orang-orang shopis banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam metaphysics menyatakan abahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (idak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona, ia tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan kita tidak usah mengharapkan ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan kita mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita.

Pandangan filsafatnya tentang etika adalah bahwa etika adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan dan merupakan sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan. Etika dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap ayang pantas dalam segala perbuatan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kebaikan terletak ditengah-tengah antara dua ujung yag paliang jauh. Contohnya pemberani adalah sifat baik yang terletak di antara pengecut dan nekad, dermawan terletak di antara kikir adan pemboros, renadah hati terletak diantara  berjiwa budi dan sombong, dan lain sebagainya. Orang harus pandai mengusai diri agar tidak terombang-ambing oleh haw nafsu.

Namun, dalam pemahamannya selain dalam permasalahan etik ia juga menyinggung masalah  tentang nilai-nilai matematika, fisika, astronomi dan filsafat. Ia menyatakan bahwa putra-putri semu warga negara sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka, sesuatu pandangan mereka yang sama dengan doktrin Plato tentang keberadaan individual, disiplin merupakan hal yang essensial untuk mengajarkan para apemuda daan kaum laki-laki muda untuk mematuhi perintah-perintah dan mengendalikan gerakan ahati mereka.

Aristoteles seorang filusuf yang terbesar, memberikan definisi bahwa manusia itu adalah hewan yang berakal sehat yang mengeluarkan pendapatnya yang bebicara berdasarkan akal pikirannya. (the animal that reasons)

Dia pun mengajukan rumusan lain yaitu manusia itu adalah hewan yang berpolitik (zoon politicion, political animal) hewan yang membangun masyarakat diatas family-family menjadi pengelompokkan yang impersonal dari opada kamapung dan negara. Ditambahnya pula bahwa manusia itu political karena dia memiliki bahasa. Hal ini membawa kepada kesimpulan bahwa semua hewan sosial (social animal) seperti lebah dan semut, mempunyai beberapa pengucapan  atau komunikasi. Akan tetapi Aristoteles selanjutnya menerangkan pula bahwa keadilan umpamanya tanpa idea-idea termaksud maka jenis masyarakat hewan sering mempunyai organisasi yang menarik perhatian dan prilaku para anggotanya tertib dalam pengertian garis-garis insting yang terbatas, akan tetapi kita tidak berpendapat bahwa hewan-hewan tersebut tidak menginsafi aturan-aturan dan mengubahnya dari waktauke waktu mereka tetap tidak pernah beruasaha memikirkan suatu cita keadilan.

C. Pemikiran AristotelesFilsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih

belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.

Page 227: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).

Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.  Misalkan ada dua pernyataan (premis):

Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor). Sokrates adalah manusa (premis minor)

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.

Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.  Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

D. Pemikiran Aristoteles Tentang Negara dan Filsafat PolitikDemokrasi adalah bentuk sistem pemerintahan negara yang paling baik menurut

Aristoteles. Sebaliknya, negara tirani adalah negara yang buruk karena dikedepankan oleh perintah satu orang dan semua orang harus mematuhinya.

Menurut Aristoteles, seorang warga negara boleh ikut terlibat dalam musyawarah dan judicial administration dalam negaranya. Secara umum negara dibangun atas banyak warga negara yang masing-masing bertujuan menyelenggarakan hidup, tetapi dalam prakteknya warga negara adalah orang yang memiliki kedua orang tua dari warga negara yang bersangkutan (en.wikipedia.org).

Page 228: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Atas dasar warga negara yang memiliki hak untuk terlibat, maka Aristoteles menganggap bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang baik. Namun, demokrasi yang dimaksudkan oleh Aristoteles bukan demokrasi secara utuh, tetapi demokratis-moderat atau demokrasi dengan undang-undang dasar. Hak warga negara untuk terlibat dalam pemerintahan juga bukan sembarangan, melainkan hak warga negara golongan tengah, yaitu yang memiliki senjata dan yang telah biasa berperang (Hadiwijono, 2005:53).

E. Karya-karya AristotelesBuku-buku logika yang ditrjemahkan oleh Aristoteles ialah:

a.       Categoriae (al-Maqulat) berisi 10 macam predikat (keterangan). Buku ini diterjemahkan oleh Ibnu al-Muqaffa, kemudian diterjemahkan lagi oleh Isbah bin Hunein, kemudian diterjemahkan lagi oleh Yahya bin Adij dengan ulasan dari Iskandar Aprodisios. Al-Farabi menulis ulasan tentang Maqulat dan Ibnu Sina menulis tujuan Maqulat.

b.      Interpretatione (tafsiran-tafsiran) yang dalam dunia islam terkenal dengan nama Pro-Armenias, berisi keterangan tentang bahasa yaitu tentang proposisi dan bagian-bagiannya. Buku tersebut diterjemahkan oleh Ishaq bin Hunein dan juga al-Farabi.

c.       Analytica Priora (uraian pertama) yang membicarakan tentang qiyas (syllogis) diterjemahkan oleh al-Kindi, Abu Bisyr, Mattius, al-Farabi dan al-Jurjani.

Dikalangan Yunani buku-buku tersebut terkenal dengan nama Organoon, yang berarti akal, karena buku ini merupakan alat yang diperlukan dalam pembahasan dan dipakai untuk setiap ilmu, berisi aaturan-aturan berfikir yang menjamin kebenaran-kebenaran persoalan yang dibicarakan.

Buku-buku Aristoteles tentang fisika ada tiga:a.       De Caelo (langit) yang diterjemahkan oleh Ibnu Petrik, kenmudian diberi ulasan oleh al-

Farabi, Abu Hasim al-Jubbai juga mengulasnya dengan judul al-Mutassaffih. Disana ia banyak menentang pikiran-pikiran Aristoteles.

b.      Animalium (hewan) yang diterjemahkan oleh Nicolas Damascus, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Zar’ah.

c.       Anima (jiwa) yang diterjemahkan oleh Ishak bin Hunein, Ibnu Sina, Qusta bin Luzas dan Imam Ar-Razi didasarkan atas pikiran-pikiran Aristoteles.

Buku etika Aristoteles yang diterjemahkan ke dalam bahas arab menurut pengarang buku Kaasyfud-Dhaunun ialah buku Ethica Nocomachaea dan dua uraian tentang etika. Pada galibnya buku berikut didasarkan atas ilmu etika.

a.       Al-Akhlak karangan al-Farabi sebagai ulasan terhadap buku Aristoteles.b.      Al-Akhlak karangan Ibnu Maskawih.c.       Akhlakus-Syech ar-rais dari Ibnu Sina.

Buku metafhysics yang pokoK-pokoK pembahasannya disusun menurut urutan abjad Yunani dimulai dari huruf A. Diantaranya isinya yang sampai kepada kaum Muslimin ada sebelas karangan sedangkan teks aslinya dalam bahasa Yunani berisi 14 karangan.Sebagai gema dari buku tersebut. Timbullah buku-buku berikut:

a.       Al-Ibanah ‘An Gharadhi Aristoteles fi Kitabi ma ba’da at-Thabi’ah (penjelasan tentang maksud Aristoteles dalam buku metafisika) karangan al-Farabi.

b.      Buku tentang ilmu ketuhanan dan catatan atas buku huruf (buku metafisika dari aristoteles) keduanya juga karangan al-Farabi.

c.       Buku-buku sekitar matefisika karangan ar-Razi, seorang tabib

Page 229: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/09/filsafat-helenisme-dan-romawi.html

Filsafat Helenisme Dan Romawi

Legenda Romawi (Seri Legenda Dunia)Kita telah mengkaji beberapa bab seputar sejarah filsafat Yunani, dari mulai Thales, Socrates sampai Aristoteles. Menarik apa yang dikatakan Mohammad Hatta, beliau mengilustrasikan sejarah filsafat Yunani sebagaimana pertumbuhan hidup manusia. Masa kecilnya, menurut beliau, bermula dengan tampilnya Thales ke muka, Thales melahirkan pandangan baru dalam alam pikiran Yunani. Masa ini berlanjut sampai kepada Sokrates. Selanjutnya menuju ke masa gagah dan bijaksana (muda) ialah masa filsafat klasik, yang puncaknya terdapat pada masa Aristoteles. Sesudah masa Aristoteles berlalu, kata Hatta, maka selanjutnya adalah masa tua. Masa tua itu meliputi masa yang sangat lama sekali, dari tahun 322 sebelum Masehi sampai tahun 529 setelah Masehi. Delapan setengah abad lamanya, dari meninggalnya Aristoteles sampai ditutupnya sekolah filsafat yang penghabisan oleh Kaisar Bizantin, Justinianus. Sesudah itu filsafat Yunani kembali ke dalam sejarah.

Pasca Aristoteles, Filsafat Yunani mengalami penurunan yang signifikan. Pengkajian tentang filsafat tidak lagi semarak sebagaimana terjadi pada masa-masa sebelumnya. Hal ini dikarenakan munculnya ilmu-ilmu spesial yang berkembang dan berdiri sendiri. Seperti ilmu alam, gramatika, filologi, sejarah kesusasteraan dan lain sebagainya. Keadaan seperti ini menyebabkan ilmu filsafat tidak lagi menjadi prioritas utama. Di samping itu, dalam fase ini filsafat juga telah menyimpang dari asas pokoknya, yaitu dari akal ke arah mistik.

Peralihan filsafat Yunani menjadi filsafat Helen-Romawi disebabkan terutama oleh seorang yang bernama Alexandros, murid Aristoteles. Tindakannya yang imperialis menyatukan seluruh dunia Grik ke dalam satu kerajaan Macedonia. Sesudah itu ia menaklukkan bangsa-bangsa di Asia Minor dan mengembangkan kekuasaannya sampai ke India. Semuanya itu dijadikan beberapa propinsi kerajaan Macedonia. Bahkan Imperium Persia, kekaisaran terbesar yang pernah disaksikan dunia, diremukkan lewat tiga pertempuran.

Keadaan demikian menyebabkan filsafat Yunani bukan lagi murni produk asli Yunani, tetapi telah terpengaruh oleh budaya bangsa lain. Adat istiadat kuno bangsa Babilonia, beserta takhayul kuno mereka menjadi tak asing lagi bagi pemikiran orang Yunani; demikian pula dualisme Zoroastrian dan agama-agama India, pun membaur dengan pemikiran Yunani. Dan pada akhirnya malihat kawasan yang ditaklukkan semakin luas, akhirnya Alexandros memberlakukan kebijakan yang menganjurkan pembauran secara damai antara bangsa Yunani dengan bangsa lainnya.

Page 230: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pada era ini, orang berpaling lagi kepada sistem metafisika yang bercorak keagamaan. Dengan bersatunya beberapa bangsa yang dipimpin oleh kerajaan Roma, telah merampas hak-hak bangsa lain yang ingin merdeka. Hal itu menimbulkan lagi pandangan keagamaan, memupuk lagi hati manusia untuk hidup beragama. Tindakan bala tentara Roma yang keras dan ganas dapat memperkuat rasa kemanusiaan, dan dipupuk pula oleh berbagai macam agama lama, yaitu agama Kristen dan Budha. Maka pada saat itu, ajaran filsafat dan ajaran agama kembali berkontaminasi.

Menurut Bertrand Russell, pengaruh agama dan non Yunani terhadap dunia Hellenistis pada dasarnya buruk, meski tak sepenuhnya demikian. Hal ini semestinya tak perlu terjadi. Kaum Yahudi, Persia, dan Buddhis semuanya memiliki agama yang jauh lebih unggul daripada politeisme rakyat Yunani, dan bahkan bisa dipelajari oleh para filosof terbaik dengan hasil yang bermanfaat. Sayangnya, adalah bangsa Babilonia, atau Chaldea, yang menananamkan pengaruh paling mendalam terhadap imajinasi bangsa Yunani.

Maka dari itu, masa Hellen-Romawi adalah suatu fase filsafat yang tidak hanya didominasi oleh filsafat asli Yunani. Akan tetapi filsafat pada fase ini bisa dikatakan sebagai filsafat Trans Nasional. Menurut Hatta, masa filsafat Yunani pada masa ini dalam garis besarnya dapat dibagi dua; masa etik dan masa religi. Berikut penjelasannya.

Page 231: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/09/filsafat-patristik.html

FILSAFAT PATRISTIK

A.  Istilah Patristik

Zaman ini disebut zaman patristic (dari kata latin pater: bapa, yang di maksud ialah

para bapa gereja). Zaman ini meliputi zaman di antara para rasul abad pertama hingga kira-

kira awal abad ke-8. para pemikir Kristen pada zaman patristic mengambil sikap bermacam-

macam. Ada yang menolak sama sekali filsafat yunani, karena dipandang sebagai hasil

pemikiran manusia semata-mata, bahkan berbahaya bagi iman kristen. Akan tetapi ada juga

yang menerima filsafat yunani. Karena perkembangan pemikiran yunani itu dipandang sbagai

persiapan bagi injil. Kedua macam sikap ini sebenarnya masih menggema di zaman

pertengahan. Filsafat ptristik muncul dan berkembang di dua wilayah, yakni: wilayah timur

(yunani) dan wilayah barat (latin).

Istilah Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti Bapak dalam lingkungan

gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan menuju teologi Kristiani,

melalui peletakan dasar intelektual untuk agama kristen. Didunia Barat agama Khatolik mulai

tersebar dengan ajarannya tentang Tuhan, manusia dan dunia, dan etikanya. Untuk

mempertahankan dan menyebarkanya maka mereka menggukanakan falsafat Yunani dan

memperkembangkanya lebih lanjut, khususnya mengenai soal-soal yang berhubungan dengan

manusia, kepribadian, kesusilaan, sifat Tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222), Origenes

(185-254), Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya (De Civitate Dei).

Berdasarkan ajaran Neo-Plaonisi da Stoa, ajarannya meliputi pengetahuan, tata dalam alam.

Bukti adanya Tuhan, tentang manusia, jiwa, etika, masyarakat dan sejarah.

 Periode ini ditandai dengan oleh Bapak-bapak Gereja (patristik) yang dimulai dengan

tampilnya apologet dan para pengarang Gereja. Para Apologet memiliki tugas utama

Page 232: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

menjawabi berbagai persoalan dan keberatan mengenai ajaran-ajaran iman Gereja terhadap

berbagai ajaran atau paham-paham filosofis yang mengancam ajaran keimanan yang benar.

Para pengarang Gereja adalah orang-orang yang menulis buku dan karangan-karangan

tentang berbagai ajaran Gereja secara menyeluruh dan mendalam dibandingkan dengan

tulisan-tulisan sebelumnya. Mereka-mereka itu adalah Clemens dari Alexandria (150-219 M)

dan Origenes (185-254 M). Kemudian tampil juga para pujangga Gereja (325-500 M) yang

membaktikan jasa mereka bagi Gereja dan ajaran Kristen. Satu Athanasius, Gregorius dan

Naziaza, Basilius, Gregorius dari Nyssa, dan Sirilus dari Alexandria adalah para pujangga

Gereja dari tradisi Yunani dan menggunakan Bahasa Yunani, sedangkan Ambrosius dan

Agustinus termasuk dalam tradisi Latin yang menggunakan bahasa Latin. Ajaran-ajaran

mereka, terutama ajaran Agustinus, berkembang sangat luas dan sangat berpengaruh dalam

diri para filosuf abad pertengahan. Masa Agustinus (354-430 M) sampai ca. 1000 M dikeal

dalam sejarah filsafat sebagai periode transisi, da para filsuf yang terkelompok dalam periode

ini adalah Agustinus sendiri, Boethius (480-525 M) dan John Scotus Eriugena (lahir ca. 800

M).

B.  Filsafat Pada Zaman Patristik

Filsafat pada zaman ini berlangsung pada abad pertengahan tepatnya pada tahun 100-

700. Namun, pada sumber lain ada juga yang menyebutkan bahwa Filsafat Abad Pertengahan

dimulai sejak Plotinus. Pada Plotinus (lahir 204 M). Karena filsafat ini berlangsung pada

Abad pertengahan maka sangat erat kaitannya dengan filsafat pada abad pertengahan

terutama terhadap tokoh-tokoh filsafat pada abad pertengahan yakni Tertalius (160-222),

Origenes (185-254), Agustinus (354-430).

Dunia Barat agama Khatolik mulai tersebar dengan ajarannya tentang Tuhan, manusia

dan dunia, beserta etikanya. Untuk mempertahankan dan menyebarkannya maka mereka

menggunakan Filsafat Yunani dan memperkembangkannya lebih lanjut, khususnya mengenai

soal-soal tentang kebebasan manusia, kepribadian, kesusilaan, sifat tentang Tuhan.

Akal pada Abad Pertengahan ini benar-benar kalah. Hal itu kelihatan jelas pada

Filsafat Plotinus., Agustinus, Anselmus. Pada Aquinas penghargaan terhadap akal muncul

kembali, dan kerena itu filsafatnya mendapat kritikan. Sebagaimana telah dikatakan, Abad

Pertengahan merupakan dominasi akal yang hamper seratus persen pada Zaman Yunani

sebelumnya, terutama pada Zaman Sofis.

Pemasungan akal dengan jelas terlihat pada pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa

Tuhan bukan untuk dipahami melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu tujuan dari filsafat

Page 233: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

adalah bersatu dengan Tuhan. Jadi dalam hidup ini rasa itulah satu-satunya yang dituntun

oleh Kitab Suci, pedoman hidup manusia. Filsafat rasional dan sains tidak penting;

mempelajarinya merupakan usaha mubadzir, menghabiskan waktu secara sia-sia. Karena

Simplicius salah seorang pemikir zaman Plotinus, telah menutup sama sekaliruang gerak

filsafat rasional, iman telah menang mutlak. Karena iman harus menang mutlak orang-orang

yang masiih menghidupkan filsafat (akal) harus dimusuhi. Maka pada Tahun 415 Hypatia,

seorang yang terpelajar ahli filsafat pada zaman Aristoteles, dibunuh. Tahun 529 Kaisar

Justianus mengeluarkan Undang-Undang yang melarang Filsafat.

Agustinus mengganti akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman

Yunani diganti dengan kauasa Allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh

pendapat bahwa kebenaran itu relatif. Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama. Moral

berpuncak pada dosa Adam, kehidupan pertapa adalah kehidupan terbaik. Hati memerlukan

kehidupan demikian. Ia juga mengatakan bahwa mempelajari hukum alam adalah mubadzir,

memboroskan waktu. Ia berkutat bahwa bumi adalah pusat jagat raya. Intelektualisme tidak

penting, yang penting adalah cintakepada Tuhan. Tidak perlu dipikir, tanya dati Anda, siap

pencipta alam ini. Untuk itu hati bersih, harus hidup. Mka kehidupan berbujang adalah

kehidupan terpuji. Manusia dilarang mempelajari Astronomi. Mempelajari Anatomi

memnjadikan manusia materialistis. Filsafat dan Sains jangan disentuh. Akal mati, hati

menang.

Ciri khas Filsafat Abad pertengahan terletak pada rumusan terkenal yang

dikemukakan oleh Saint Anselmus, yaitu Credo Ut Intelligam, yang berarti iman terlebih

dfahulu setelah itu mengerti. Imanilah terlebih dahulu, misalnya, bahwa dosa warisan itu ada,

setelah itu susunlah argumen utnuk memahaminya. Mungkin juga utnuk meneguhkan

keimanan itu. Didalam pengertian itu tersimpalah pengertian bahwa seseoang tidak boleh

mengerti atau paham terlebih dahulu, dan karena memahaminya lantas ia mengimaninya. Ini

iman secara rasional. Dalam undkapan ini orang beriman bukan karena ia mengerti bahwa itu

hahrus diimaninya, malainkan orang mengerti kalau ia mengimaninya.

Sifat ini berlawanan dengan sifat Filsafat Rasional. Dalam Filsafat Rasioanl

pengertian itulah yang didahulukan; setelah dia mengerti barulah mungkin ia diterima dan

kalau mau diimani. Mengikuti inilah maka Filsafat Abad Pertengahan terletak pada ungkapan

itu. Apakah kaidah ini (iman agar mengerti) dapat dianggap sebagai rumus filsafat yang

dianggap umum? Jawaban yang jelas atas pertanyaan ini sulit dikemukakan. Yang dapat

dikemukakan adalah bahwa kaidah ini kurang dianut, juga dalam Filsafat Islam. Contoh yang

menonjol dalam Filsafat Islam adalah Al-Ghazali. Didalam perbandingan ini kita seakan

Page 234: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

menemukan keganjilan. Mengapa penerapak kaidah itu dalam Kristen menimbulkan akibat

Sains dan Filsafat terhadap perkembangannya, tetapi penerapak rumus ini dalam

perkembangan pemikiran Islam tidak menyebabkan tersendatnya perkembangan filsafat dan

sains dalam Islam.

Kelihatannya Filsafat Credo Ut Intelligem itu tidak merugikan perkembangan Filsafat

dan Sains seandanya wahtu yang dijadikan andalan adalah wahyu yang tidak berlawanan

dengan akal logis. Hal iini kita temukan misalnya dalam Islam. Filsafat didalam Islam

berkembang amatpesat karena keyakinan Islam tidak ada yang berlawanan dengan akal logis;

yang ada adalah bagian-bagaian yang berada didaerah Supralogis dan Suprarasional.

Sains, Filsafat dan iman (rasa) sebenarnya merupakan keseluruhan pengetahuan

manusia. Akan tetapi pembatasan daerah kerja (kapling)nya masih harus jelas. Sains bekerja

pada objek-objek sensasi, Filsafat pada objek-objek abstrak logis, sedangkan hati (rasa)

bekerja pada daerah-daerah Supralogis. Yang ini sesugguhnya telah disebut oleh

Bonaventura. Menurut pendapatnya manusia memiliki tiga potensi (kmampuan): indera, akal

dan kontemplasi. Hasil kerja masing-masing potensi itu tidak boleh berlawanan, tetapi boleh

tidak sama. Tidak sama itu bukan berlawanan. Kekurang jelasan perbatasan daerah inilah

yang sering terjadinya bentrokan antara sains, filsafat, dan iman.

Kelemahan lain dalam Filsafat Kristen pada Abad Pertengahan itu adalah sifatnya

yang terlaluyakin terhadap penafsiran teks kitab suci. Penafsiran sebanarnya tidak

lebihberarti daripada sekedar filsafat juga. Jadi penafsiran pada dasarnya bersifat relatif

kebenarannya, tidak absolut. Karena filosof pada zaman itu rata-rata menjabat sebagai orang

suci (Saint), makafilsafat mereka menempati pengertian agama yang absolut dalam dirinya.

Iinilah barangkali yang menjadikan tekanan-tekanan psikoloogis maupun fisis terhadap tokoh

lain yang pemikirannya berbeda dengan pemikiran Filosof Gereja. Pada Abad Pertengahan

itu Agama Kristen boleh dikatakan bukan lagi kitab suci, malainkan penafsiran kitab suci

oleh para Saint tersebut. Berbedanya pemikiran Copernicus dengan Galileo dengan pemikira

tokoh-tokoh Gerejatelah menyebabkan kedua tokoh tersebut dihukum. Sebenarnya pendapat

kedua ilmuwan tersebut tidak berlawanan dengan kitab Suci, melainkan berbeda dengan

pendapat Tokoh Gereja yang mengatasnamakan Kitab Suci, berarti Kitab Suci itu salah

karena bukti-bukti menunjukkan bahwa kedua Ilmuwan itulah yang benar.

Uraian tadi manunjukkan bahwa pada Abad Pertengahan ini, iman (hati) benar-benar

telah menang melawan akal dan berhasil mendominasi jalan hidup Abad Pertengahan

(diBarat). Akibat-akibatnya amat mudah dipahami; filsafat dan sains berhenti; jangankan

menemukan yang baru, menjaga warisan Yunani ini saja tidak mampu.

Page 235: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Abad Pertengahan melahirkan juga filosof yang lumayan, yaitu Thomas Aquinas. Ia

lahir pada masa-masa menjelang habisnya kekuatan agama Kristen mempengaruhi jalan

pemikiran. Tekanan terhadap pemikiran rasional pada waktu ia hidup telah berkurang. Oleh

karena itu, ia berhasil mengumumkan Filsafat Rasionalnya. Yang terkenal adalah beberapa

pembuktian adanya Tuhan yang masih dipelajari orang hinga saat ini. Tetapi filsafatnya ini

tetap saja tidak disenangi oleh banyak tokoh ketika itu.

C.  Tokoh-Tokoh Filsafat Pada Zaman Patristik

      1.   Augustinus (354-430)

Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah filsafat. Mungkin penamaan

Abad Agustinus (The Age of Agustine) seperti yang telah ditulis oleh Mayer dalam bukunya

disebabkan oleh Augustinus telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran Abad Pertengahan

mengadaptasikan Platonisme dengan idea-idea Kristen. Ia memberikan formulasi yang

sistematis tentang Filsafat Kristen, suatu filsafat yang dominan terhadap Khatolik dan

Protestan. Stuart Hampshire dalam introduksi bukunya, The Age of Reason, menyatakan

bahwa filsafat adalah suatu kegiata pikir manusia yang bersinambung. Pikiran seorang tokoh

pada masa tertentu baru jelas dipahami setelah melihat hubungannya dengan pemikiran-

pemikiran sebelumnya. Kalau demikian, maka beberapa pemikir sebelum Augustinus perlu

dibicarakan terlebih dulu. Mungkin saja pemikir iru merupakan latar belakang pemikiran

Augustinus.

Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria). Pada 13 Nopember 354.

Tatkala berumur sebelas tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Lingkungan itu telah

mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya. Tahun 369-370 dihabiskannya dirumah

sebagai penganggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada bukunya Hortensius, telah

membimbingnya kefilsafat.

Pada Tahun 388 ia mengabdikan seluruh dirinya kepada Tuhan dan melayani

pengikut-pengikutnya, kemudian ia menjual seluruh warisan dan uang hasil penjualannya

tersebut dikasihkan kepada fakir-miskin. Pada tahun 395-396 ia ditahbiskan menjadi seorang

Uskup di Hippo. Tahun terakhir hidup-hidupnya adalah tahun-tahun peperangan bagi

imperium Romawi. Pada bulan 28 Agustus 430 ia meninggal dunia dalam kesucian dan

kemiskinan yang memang sudah lama dijalaninya.

Filsafat Augustinus merupakan sumber atau reformasi yang dilakukan oleh Protestan,

khususnya kepada Luther, Zwingli, dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujianya kepada

Page 236: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

kehidupa pertapa, pandangannya tentang dosa asal, semuanya ini merupakan faktor yang

memberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad Pertengahan.

Filsafatnya tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama dan pada

pemikiran sekular. Dalam pertarungan berbagai ideologi politik sekarang, ada kesamaan

dalam keabsolutan, dalam dogmatisme, dan juga dalam fanatisme. Paham toesentris pada

Augustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang Barat. Anggapannya yang

meremehkan kepentingan duniawi, kebenciannya terhadap teori-teori kealaman, imannya

kepada Tuhan tetap merupakan bagaian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah

orang Barat lebih memiliki sifat introspektif.

Karta Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya itu muncul

disebabkan oleh adanya perampasan Roma oelh pasukan Alarik. Kejadian ini memiliki

konsekuensi yang besar. Banyak orang Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi

karena ketidak patuhan orang-orang Roma kepada Dewa-dewa lama dan penerimaan mereka

terhadap agama Kristen. Mereka juga ragu apakah tidak salah pilih dengan agama Kristen.

Karena banyak yang meilih agama Kristen kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain

menjadi orang yang ragu karena merasa Tuhan yang mereka semabah tidak mempunyai

kekuatan atas alam semsta ini. Untuk menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of

God. Buku itu berisi tidak hanya penolakan atas keraguan yang tersebar ketika itu, tetapi juga

mengetengahkan suatu sejarah filsafat yang sistematis yang menarik perhatian orang-orang

pada Abad Keduapuluh sekarang.

Augustinus tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus sejarah lebih dari

itu; ia merupakan kejadian yang diatur oleh Tuhan. Jadi sebenarnya sejarah juga mempunyai

suatu permulaan dan suatu akhir. Permualaannya adalah saat kejatuhan manusia, dan

akhirnya adalah kemenangan Tuhan mengatasi kejahatan. Filsafat sejarah seperti ini adalah

Dilsafat Sejarah dibimbing oleh Toelogi. Sejarah tidak dapat dijelaskan dengan

memperhitungkan faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, sejarah dapat dipahami

melaluihukum-hukum Tuhan.

Buku The City of God dapat dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama

yaitujilid 1-10 membicarakan tanggungjawab Kristen terhadap perpecahan Romawi, sifat-

sifat imperialistis, tidak pernahnya Romawi memperhatikan masyarakat taklukannya. Bagian

kedua yaitu jilid 11-12 membicarakan asal-usul manusia, dunia Tyhan dan dunia Setan.

Mengenai siksa neraka Augustinus mengatakan bahwa ia bersifat kekal. Origen berpendapat

bahwa orang, bagaimanapun jeleknya, tidak akan kekal dineraka, Augustinus menolak

Page 237: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

pendapat ini. Kalau pendapat Origen benar, mengapa tidak berlaku bagi Setan? Demikian

kata Augustinus.

        2. Anselmus (1033-1109)

Dalam membicarakan Filsafat Abad Pertengahan St. Anselmus tidak dapat dilewatkan

begitu saja. Tokoh inilah yang mengeluarkan Credo Ut Intelligam yang dapat dianggap

merupakan cirri utama Filsafat pada Abad Pertengahan. Ia berasal dari Bangsawan di Aosta,

Italia. Seluruh kehidupannya penuhi oleh kepatuhannya kepada Gereja. Tahun 1093 ia

menjadi Uskup Agung Canterbury. Dalam dirinya mengalir arus Mistisime, dan iman

merupakan masalah utama baginya. Ada tiga karyanya yaitu Monologium yang

membicarakan keadaan Tuhan, Proslogium yang berisi tentang dalil-dalil adanya Tuhan, dan

Cur Deus Homo yang berisi ajarannya tentang tobat dan petunjuk mengenai penyelamatan

melalui Kristus.

Credo Ut Intelligam menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman daripada akal.

Arti ungkapan itu adalah Percaya baru mengerti; secara lebih sederhana percayalah telebih

dahulu supaya mengerti. Ia mengatakan bahwa wahyu diterima terlebih dahulu sebelum kita

mulai berfikir. Jadi akal hanyalah sebagai pembantu wahyu. Pengaruh Plato besar terhadap

pemikirannya.

Anselmus berpendapat semua makhluk memiliki sejumlah kebaikan itu menunjukkan

adanya kebaikan Mahatinggi yang disana semua makhluk berpartisipasi. Tuhan itu

kebesarannya tidak terpikirkan (kebesarannya Mahabesar). Itu tidak mungkin hanya ada

dalam pikiran. Ia juga ada dalam kenyataan (jadi benar-benar diluar pikiran). Tuhan

Mahabesar ada dalam pikiran dan ada juga diluar pikiran. Secara kasar argument ini

mengajarkan bahwa apa yang dipikirkan, berarti objek ini benar-benar ada tidak mungkin ada

sesuatu yang hanya ada didalam pikiran, tetapi diluar pikiran objek itu tidak ada.

Tentang penyelamatan, ajarannya sama dengan Filusuf Abad Pertengahan

lainnya:manusia celaka karena jatuhnya Adam, jatuhnya Adam memang karena dikehendaki

oleh Tuhan, penyelamatan hanya diperoleh melalui Kristus.

Page 238: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

        3. Thomas Aquinas (1225-1274 M)

Thomas Aquinas lahir di Roccasecca, Italia, pada tahun 1225 dari keluarga

Bangsawan baik Bapakanya maupun Ibunya. Melalui Gurunya, Albertinus Magnus, Aquinas

belajar tentang alam, ia berfilsafat lebih empiris daripada orang-orang yang diikutinya.

Dikatakan demikian karena ia lebih banyak menggunakan observasi terhadap alam dalam

menopang argument-argumennya. Sekalipun demikian, kita tidak dapat mengatakan bahwa

Aquinas menganggap bahwa penjelasan Naturalis lebih tinggi dari pada atau setingkat

dengan penjelasan Metafisika. Dalam hal Kosmologi ia masih menganut Hipotesis

Geosentris.

Dalam seluruh teorinya mengenai pengetahuan, Aquinas dibimbing oleh

pandangannya bahwa pikir (reson)dan iman adalah tidak bertentangan. Akan tetapi, dimana

batas kedua-duanya? Menurut pendapatnya, semua objek yang tidak dapat diindera tidak

akan dapat diketahui secara pasti oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan tidak

mungkin dapat diketahui dan diukur dengan akal. Kebenaran ajaran  Tuhan diterima dengan

iman. Sesuatu yang tidak dapat diteliti dengan akal adalah objek iman. Pengetahuan yang

diterima atas dasar iman tidaklah lebih rendah daripada pengetahuan yang diperoleh dengan

akal. Paling tidak, kebenaran yang diterima oleh akal tidak akan bertentangan dengan ajaran

wahyu.

Selanjutnya Aquinas mengajarkan seharusnya kita menyeimbangkan akal dan iman,

akal membantu membangun dasar-dasar filsafat Kristen. Akan tetapi, harus selalu disadari

bahwa hal itu tidak selalu dapat dilakukan karena kanl terbatas. Akal tidak dapat memberikan

penjelasan tentang kehidupan kembali (resurrection) dan penebusan dosa. Akal juga tidak

mampu membuktikan kenyataan esensisal tentang keimanan Kristen. Oleh karena itu, ia

berpendapat bahwa dogma-dogma Kristen itu tepat sebagaimana telah disebutkan dalam

firman-firman Tuhan.

Berdasarkan uraian itu kita dapat mengetahui adanya dua jalur pengetahuan dalam

filsafat Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada

Tuhan. Dan yang kedua adalah jalur Tuhan ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan

(wahyu), didukung oleh akal.

Page 239: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Aquinas membagi pengetahuan menjadi tiga bagian pengetahua Fisika, Matematika,

dan Metafisika. Dari yang tiga Metafisika inilah yang mendapat banyak perhatian darinya.

Menurut pendapatnya dapat menyajikan abstraksi tingkat tertinggi. Sehunbungan dengan

teorinya diatas maka didalam filsafat Aquinas filsafat dapat dibedakan dari agama dengan

melihat penggunaan akal. Filsafat ditentukan oelh penjelasan sistematis akliah, sedangkan

agama ditentukan oleh keimanan. Sekalipun demikian, perbedaan itu tidak terlihat begitu

jelas karena pengetahuan adalah gabungan dari kedua-duanya. Agama dapat pula dibagi

menjadi dua. Yang pertama adalah agama natural yang dibentangkan diatas akal, dan yang

kedua adalah agama wahyu yang dibentangkan diatas iman.

Dalam doktrinnya tentang pengetahuan Aquinas adalah realis Moderat. Ia tidak

sependapat dengan Plato yang mengajarkan bahwa alam semesta ini menpunyai eksistensi

yang objektif. Ia mengajarkan bahwa alam semesta ini berada dalam tiga cara:pertama

sebagai sebab-sebab didalam pemikiran Tuhan; kedua sebagai idea dalam pemikiran

manusia; dan ketiga sebagai esensi sesuatu. Dapat dicatat disini bahwa Aquinas mencoba

mennjebatani dua ekstrimitas. Ekstrimitas Nominalisme dan Ekstriminitas Realisme.

Nominalisme adalah suatu ajaran dalam Filsafat Skolastik yang menyatakan bahwa tidak ada

eksistensi bastrka yang sungguh-sungguh objektif; yang ada hanyalah kata-kata dan nama-

nama; yang benar-benart real adalah fisik yang particular ini saja. Realisme adalah suatu

ajaran dalam filsafa tyang mengatakan bahwa realitas Universal abstrak sama dengan atau

lebih tinggi dari realitas.

Aquinas melakukan harmonisasi antara kedua ekstrem itu cara memperhatikan bahwa

alam semesta mempunyai berbagai pengertian bila diterapkan pada Tuhan, manusia, dan

alam. Sains menurutnya, berkenaan dengan alam jenis ketiga; yaitu alam sebagai esensi.

Konsep-konsep sains tidak a priori sebab manusia dilahirkan tidak membawa idea-idea

immaterial. Menurut pendapat Aquinas pikiran tidak akan berisi apa-apa apabila tidak

menggunakan indera. Proses pengetahuan dimalai dari adanya penginderaan yang

memberikan kepada kita presepsi tentang objek didalam alam. Persoalan yang dihadapkan

kepada Aquinas adalah bagaiamana presepsi ini diterjemahkan kedalam idea-idea yang dapat

dipikirkan. Untuk menyelesaikan masalah ini Aquinas menggunakan istilah intelek aktif yang

bertugas mengabstraksikakn unsure-unsur dalam alam semesta lalau menciptakan jenis-jenis

yang dapat dipikirkan. Intelek aktif itulah yang memberikan kepada kita keadaan susunan

alam semesta. Melalui intelek aktif itu kita dapat memahami prinsip-prinsip pertama yang

mengatur semua kenyataan.

Page 240: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pengalaman menurut Aquinas bukanlah suatu proses yang kacau pengalaman

menyatakan prinsip-prinsip universal tentang eksistensi, kualitas-kualitas particular tidaklah

terpisah-pisah; mereka mempunyai kualitas esensial dalam keseluruhan. Tugas sainslah untuk

mengklasifikasikan dan menguraikan kualitas-kualaitas itu. Kalau dibandingkan dengan

pandangan modern tentang sains, teori Aquinas sangat berbeda. Menurut pendapat sains

Modern pencapaian terbaik dalam sains adalah  bila ia lebih menjurus kepada objek-objek

yang particular. Sains modern tidak memberikan penghargaan yang tinggi kepada masalah-

masalah immaterial.Bagian immaterial itu merupakan bagian pembahasan metafisika.

Sedangkan pada Aquinas tadi, sains akan semakin tinggi nilainya bila ia semakin universal.

Page 241: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/09/eksistensialisme-dan-pragmatisme.html

EKSISTENSIALISME DAN PRAGMATISME

I. EKSISTENSIALISME

A. Pengertian Eksistensialisme

Bila dilihat dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata eks yang berarti diluar,

dan sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan

sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.

Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada

manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi,

mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat

renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.

Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu, selalu melihat cara manusia berada,

eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, manusia

dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, dan berdasarkan

pengalaman yang konkret.

Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu

yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah

yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan

dirinya.

Dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan eksistensialisme ini yakni ilmu-ilmu yang

berkaitan dengan manusia seperti sosiologi (berkaitan dengan manusia dan keberadaannya

didalam lingkungan sosial), antropologi (berkaitan anatar manusia dengan lingkungan

budayanya).

Page 242: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Secara umum eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena

ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa yunani hingga

modern, seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya pandangan tentang

spekulatif tentang manusia. Intinya adalah Penolakan untuk mengikuti suatu aliran,

penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan keyakinan, khususnya kemampuan sistem,

rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademik dan jauh dari

kehidupan, juga pemberontakan terhadap alam yang impersonal yang memandang manusia

terbelenggu dengan aktifitas teknologi yang membuat manusia kehilangan hakekat hidupnya

sebagai manusia yang bereksistensi.

B.     Filsafat Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu

yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam

mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana

yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran

bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang

menurutnya benar.

Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi

filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keberadaan manusia, dan keberadaan itu

dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme

adalah soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan

sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah

bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.

Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul

Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free", manusia dikutuk

untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan

yang paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana

kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal

"kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-

satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah

kebebasan individu lain.

Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang lain-

daripada yang lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar

kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi

esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar

Page 243: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau

tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan

sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi

dokter atas keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.

C. Pandangan Filsafat Eksistensialisme

Eksistensialisme menjadi filsafat yang populer di Prancis, bahkan akhirnya di seluruh

dunia. Soren Kierkegaard diakui sebagai Bapak Eksistensialisme. Namun, sebenarnya Sartre

lah yang memopulerkan istilah “eksistensialisme”. Eksistensialisme memiliki banyak tokoh

antara lain: Soren Kierkegaard tentunya, Karl Jaspers, Gabriel Marcel, Albert Camus, Martin

Heidegger, ada yang mengatakan Friedrich Nietzsche juga, Franz Kafka, Miguel de

Unamuno, Fydor Dostoievsky, dan tentu Jean-Paul Sartre. Masing-masing tokoh di atas

sebenarnya memiliki ide mereka sendiri-sendiri tentang eksistensialisme, maka mustahil

merumuskan suatu gambaran umum tentang eksistensialisme yang mencakup seluruh tokoh

tersebut.

Memang dalam beberapa kasus tokoh yang satu memiliki pangaruh pada tokoh yang

lain, tetapi akan menjadi lebih jelas jika menelaah eksistensialisme menurut pandangan

masing-masing tokoh. Namun, secara umum empat masalah filosofis eksistensialisme adalah

eksistensi manusia, bagaimana bereksistensi secara aktif, eksistensi manusia adalah eksistensi

yang terbuka dan belum selesai, serta pengalaman eksistensial. Eksistensialisme menurut

Sartre memiliki dua cabang yaitu Eksistensialisme Kristiani dan Eksistensialisme Atheis.

Sartre menyatakan diri sebagai seorang eksistensialis atheis. Dalam bab ini kita akan

membahas Eksistensialisme Sartrean.

L’etre-en-soi dan L’etre-pour-soi

Eksistensialisme adalah filsafat yang menelaah tentang cara ada pengada-pengada,

khususnya manusia. Menurut Sartre cara ada itu ada dua yaitu l’etre-en-soi (ada-dalam-diri)

dan l’etre-pour-soi (berada-untuk-diri). L’etre-en-soi adalah ada yang bulat, padat, beku, dan

tertutup. Entre-en-soi menaati prinsip it is what it is. Perubahan yang ada pada benda yang

ada-dalam-diri itu disebabkan oleh sebab-sebab yang telah ditentukan oleh adanya, maka

benda etre-en-soi terdeterminasi, tidak bebas, dan perubahannya memuakkan (nauseant).

Page 244: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Benda yang berada-dalam-diri ada di sana tanpa alasan apa pun, tanpa alasan yang kita

berikan padanya.

Sedangkan l’etre-pour-soi (mengada-untuk-diri) adalah cara ada yang sadar. Satu-

satunya makhluk yang mengada secara sadar adalah manusia. Etre-pour-soi tidak memiliki

prinsip identitas karena adanya terbuka, dinamis, dan aktif oleh karena kesadarannya. Maka,

manusia bertanggung jawab atas keberadaanya; bahwa aku adalah frater dan bukan bruder,

bahwa aku imam tarekat dan bukan imam diosesan, bahwa aku awam dan bukan klerus,

bahwa aku dosen dan bukan mahasiswa, bahwa aku mahasiswa dan bukan pengamen.

Manusia sadar bahwa dia bereksistensi.

Kesadaran Prareflektif dan Kesadaran Reflektif

Kesadaran manusia menurut Sartre dibagi menjadi kesadaran prareflektif dan

kesadaran reflektif. Kesadaran prafeflektif adalah kesadaran aktivitas harian. Aku bangun

pagi, mandi pagi, misa harian, laudes, sarapan, kuliah, on-line facebook, hora media, makan

siang, olah raga, mandi sore, vesperae, makan malam, belajar, completorium, dan lain-lain.

Aku mengalami itu semua tanpa kesadaran akan aku mengalami itu. Yang ada dalam obyek

kesadaran misalnya adalah jam weker ketika aku bangun, dinginnya air ketika mandi pagi,

hosti dan anggur ketika dikonsekrasi, mazmur ketika mendaraskan brevir, nasi dan lauk

ketika sarapan, dosen yang menjelaskan di depan kelas ketika kuliah, friends on facebook

ketika on-line, bola ketika berolah raga, buku diktat ketika belajar, dll. Menurut Sartre tidak

ada “aku” dalam kesadaran prareflektif.

Namun, ketika di malam hari aku mengambil waktu tenang sejenak untuk menulis

diary, kemudian mengambil jarak, dan memandang segenap kegiatanku selama sehari itu,

memikirkan saat aku hampir terlambat bangun pagi, memikirkan aku kedinginan saat mandi

pagi, memikirkan bahwa aku sempat mengantuk waktu misa harian, memikirkan saat aku fals

mendaraskan mazmur brevir, memikirkan betapa aku menikmati makananku dan segelas kopi

hangat, memikirkan saat aku dan teman-teman tertawa mendengar lelucon dari dosen,

memikirkan betapa aku mengagumi kecantikan friends on facebook-ku, memikirkan betapa

sakit kakiku saat tertendang kaki lawan, memikirkan saat aku tengah asyik menyelami

pemikiran-pemikiran filsafat, pada saat itulah aku mengalami kesadaran reflektif. Pemikiran

akan diri sendiri inilah yang Sartre sebut kesadaran reflektif. Selama aku berkonsentrasi

dalam kesadaran reflektif, aku menemukan ‘diri’ di dalam kesadaran dan hanya di sini.

Ketika konsentrasiku pecah, aku kembali kepada kesadaran prareflektif dan aku tak lagi sadar

akan ‘diri’-ku.

Page 245: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Le Neant (Ketiadaan) dan Kebebasan

Kesadaran ini membuat aku mampu membayangkan apa yang mungkin terjadi dan

apa yang bisa aku lakukan. Misalnya, ketika aku sadar bahwa aku adalah seorang frater, aku

dapat membayangkan apa yang mungkin terjadi dan apa yang bisa aku lakukan, aku bisa saja

berkelakuan baik, menaati jadwal harian, belajar dengan baik sehingga dapat lulus ujian BA

serta ujian ad audiendas dan kemudian layak ditahbiskan, lalu ditempatkan pada Paroki

Sumber, sebagai pastor mendampingi para petani, misa setiap pagi, dan sebagainya. Atau,

bisa saja aku membayangkan bahwa aku jatuh cinta dengan salah satu friend on facebook,

kopi darat, PDKT, merasa menemukan panggilan yang lain, lalu melepas jubah dan keluar

seminari, lulus S1, susah payah mencari pekerjaan, menikah, dan sebagainya. Aku kemudian

ketakutan dengan apa yang bisa kulakukan itu, aku ketakutan dengan apa yang mungkin

terjadi padaku, aku ketakutan kalau-kalau aku melakukan apa yang salah. Menurut Sartre

kesadaran adalah “pusaran kemungkinan”. Hal ini hanya menjelaskan bahwa kita benar-benar

bebas, kita dikutuk untuk bebas. “Pusaran kemungkinan ini” adalah “kebebasan yang sangat

besar” dan sungguh menakutkanku.

Namun, dalam kesadaran dan kebebasan itu aku memilih suatu keputusan. Bahkan,

dengan tidak memilih aku telah memilih. Hidupku terdiri dari rentetan-rentetan pilihan yang

telah kuputuskan. Pilihan ini mengantarkanku dari masa lalu ke masa kini. Antara masa lalu

dan masa kini terdapat jarak. Jarak ini oleh Sartre disebut le neant (ketiadaan). Dengan le

neant, Sartre menolak determinisme universal karena tiada lagi kontinuitas antara masa lalu

dengan masa kini. Dalam determinisme kebebasan itu mustahil, sedangkan Sartre

menekankan kebebasan. Memang ada “faktisitas” pada masa lalu, ada fakta-fakta pada masa

lalu yang tak dapat diubah. Bahwa aku dilahirkan sebagai orang Indonesia dan bukan orang

Amerika adalah sebuah fakta pada masa laluku. Aku tak dapat berbuat apa-apa untuk

mengubah fakta historis itu. Suatu beban sejarah. Namun, tidak ada masa laluku yang dapat

membuatku terpaksa memutuskan ini atau itu. Tiada tindakan manusia yang merupakan

akibat tak terelakkan dari masa lalu.

Page 246: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Kesadaran selalu membuatku menarik jarak. Dalam kesadaran refleksif aku menarik

jarak dengan masa laluku. Aku (di masa lalu) adalah obyek bagi aku (di masa kini yang

tengah merefleksikan aku di masa lalu). Karena subyek yang menyadari berbeda dengan

obyek yang disadari, aku yang sekarang berbeda dengan aku di masa lalu. Kesadaran

memisahkan apa yang semula utuh, membuat apa yang semula padat menjadi tidak padat.

Maka, kesadaran meniadakan (neantiser).

Tanggung Jawab

Eksistensi mendahului esensi. Tidak ada hakikat pada manusia yang menjadikan dia

serta-merta adalah manusia. Manusia bukanlah pengada yang etre-en-soi, melainkan pengada

yang etre-pour-soi. Sebagai pengada etre-pour-soi, manusia tidak pernah jadi (be/sein)

sebagaimana meja yang adalah meja (etre-en-soi), melainkan menjadi (being/werden).

Manusia menjadi manusia sejauh dia menciptakan dirinya. Manusia selalu menciptakan

dirinya. Manusia menciptakan diri lewat setiap keputusan yang dia pilih, lewat setiap

tindakan-tindakan bebasnya. Maka, manusia bebas menjadi apa yang dia kehendaki. Manusia

bukan “apa-apa” sampai dia menjadikan dirinya “apa-apa”.

Pengada yang etre-en-soi ada begitu saja, tidak memiliki makna dan nilai. Manusia

dengan kesadaran dan kebebasannya dapat memberikan makna dan nilai pada dirinya. Nilai

itu diberikan manusia pada saat dia memutuskan untuk melakukan suatu tindakan atau pada

saat dia memilih. Pilihan ini mengandaikan tanggung jawab. Tanggung jawab ini tidak hanya

tanggung jawab atas diri kita sendiri atau hanya tanggung jawab atas pilihan kita sendiri,

tetapi adalah tanggung jawab atas seluruh umat manusia di dunia karena setiap pilihan yang

kita buat memiliki implikasi terhadap orang lain juga, setidaknya orang-orang di sekitar kita.

“Apabila kita mengatakan manusia memilih dirinya sendiri, ini tidak berarti bahwa

setiap orang dari antara kita harus memilih dirinya sendiri, tetapi juga bahwa dalam memilih

untuk diri sendiri, manusia memilih untuk semua. Karena, efek dari tindakan-tindakan yang

ia pilih untuk menciptakan dirinya,” kata Sartre, “Memilih keputusan ini atau itu pada saat

yang sama adalah penegasan nilai yang kita pilih, karena kita tidak pernah memilih pilihan

yang paling buruk. Apa yang kita pilih selalu pilihan yang paling baik; dan tidak ada satu

pilihan pun yang lebih baik bagi kita kecuali pilihan-pilihan yang lebih baik bagi sesama

manusia. Labih jauh lagi, jika eksistensi mendahului esensi dan kita ingin mengada dan pada

saat yang sama mewujudkan citra kita, citra tersebut valid untuk semua manusia dan semua

zaman di mana kita hidup”.

Page 247: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Tanggung jawabku menyangkut semua umat manusia. Apa yang kunyatakan baik

bagiku secara logis harus kukatakan baik bagi semua orang. Hal ini mirip dengan “imperatif

kategoris” Immanuel Kant. Kant berkata, “Bertindaklah sehingga maksim dari tindakanmu

diterima sebagai hukum universal.” Namun, ketika pernyataan ini ditarik sampai ke pada

batas oleh Sartre, bahwa ketika aku menghendaki kebebasanku maka aku pun menghendaki

kebebasan orang lain, dia mendapati situasi konflik yang tak terpecahkan. Kebebasanmu

membatasi kebebasanku.

Hell is Others

Kebebasan orang lain tidak meneguhkan kebebasanku. Contoh: aku tengah duduk-

duduk di taman menikmati suasana senja dengan bebas. Pohon-pohon, rerumputan, bebatuan,

kursi-kursi, lampu-lampu, suasana senja di taman adalah obyek bagiku. Aku mengada bebas

pada duniaku itu. Tiba-tiba datang orang lain mengamatiku. Aku menjadi obyek baginya.

Serta-merta duniaku tersedot dunianya. Dia merenggut kebebasanku. Namun, dia tak

sepenuhnya mengobyekkanku. Ketika aku menatap balik dia, dia dan segenap dunianya

menjadi obyek bagiku. Aku (dan mungkin juga orang lain itu) mungkin merasa malu. Dalam

rasa malu aku mengetahui sebuah aspek dari keberadaanku. Aku mendapati diriku sebagai

obyek yang diciptakan oleh tatapan orang lain. Sartre menyebut ini “berada-bagi-orang-lain”.

Aku dipaksa untuk memberikan penilaian atas diriku sendiri sebagai suatu obyek. Ketika aku

menjadi obyek tatapan orang, aku bukan lagi etre-pour-soi, melainkan etre-en-soi. Aku

dipaksa bertanggung jawab atas diriku yang sudah dinyatakan padaku oleh tatapan orang lain.

Nasihat Sartre

Dalam hidup kita menemui banyak sekali pilihan. Terkadang pilihan itu sebegitu

dilematis sehingga kita mengalami kesulitan untuk membuat keputusan. Seperti kisah nyata

seorang pemuda, murid Sartre, yang dicontohkannya dalam Eksistensialisme dan

Humansime. Lalu, apa yang dinasihatkan Sartre kepada pemuda tadi? “Kamu bebas,

memiliki kebebasan, maka tentukanlah pilihanmu, temukanlah pilihanmu sendiri,” kata

Sartre, “Pilihlah, yaitu, ciptakan!” Dalam setiap pilihan akan ada penderitaan, tetapi juga ada

penciptaan dunia!

C.    Tokoh-tokoh Eksistensialisme

Soren Aabye Kiekeegaard

Page 248: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Inti pemikirannya adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi

senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari

cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia

untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.

Friedrich Nietzsche

Menurutnya manusia yang berkesistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan

untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super

(uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini

hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih

aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.

Karl Jaspers

Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri.

Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan

obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif itu, sehingga manusia sadar akan dirinya

sendiri. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.

Martin Heidegger

Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala

sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-

benda yang ada diluar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia

karena itu benda benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan

dan tujuan mereka.

Jean Paul Sartre

Menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan mempunyai

kebebasan untuk menentukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia yang bereksistensi

adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri.

II. PRAGMATISME

A. Definisi Pragmatisme

Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan

pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak percobaan), serta kebenaran yang

Page 249: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

mempunyai akibat–akibat yang memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah

hal mempergunakan segala sesuatu secara berguna.

Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “Pragma” yang berarti perbuatan

(action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan demikian

Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.

B. Latar Belakang Lahirnya Pragmatisme

Pragmatisme telah membawa perubahan yang besar tehadap budaya Amerika dari

lewat abad ke 19 hingga kini. Fasafah ini telah dipengaruhi oleh Charles Darwin dengan teori

evolusinya dan Albert Estein dengan teori relativitasnya. Falsafah ini cenderung kepada

falsafah Epistemologi (cabang dari filsafat yang menyelidiki sumber-sumber serta kebenaran

pengetahuan) dan aksiologi (penyelidikan terhadap nilai atau martabat dan tindakan manusia)

dan sedikit perhatian terhadap metafisik.

Pada awal perkembangannya, Pragmatisme lebih merupakan suatu usaha-usaha untuk

menyatukan ilmu pengatahuan dan filsafat agar filsafat menjadi ilmiah dan berguna bagi

kehidupan praktis manusia.

Sehubungan dengan masalah tersebut, Pragmatisme akhirnya berkembang menjadi

suatu metode yang memecahkan berbagai perdebatan filosofis-metafisik yang hampir

mewarnai seluruh perkembangan dan perjalanan filsafat sejak zaman yunani kuno.

Dalam usahanya (filsuf) untuk memecahkan masalah–masalah metafisik yang selalu

menjadi bahasan berbagai filosofi itulah pragmatisme menemukan suatu metode yang

spesifik (metode khusus) yaitu dengan mencari konsekuensi praktis dari setiap konsep atau

gagasan dan pendirian yang di anut masing-masing pihak. Metode tersebut di terapkan dalam

setiap bidang kehidupan manusia. Karena pragmatisme adalah suatu filsafat tentang tindakan

manusia maka setiap bidang kehidupan manusia menjadi bidang penerapan dari filsafat

pragmatisme. Pada akhirnya filsafat ini lebih terkenal sebagai suatu metode dalam

mengambil keputusan melakukan tindakan tertentu atau yang menyangkut kebijaksanaan

tertentu.

C. Tokoh–tokoh Pragmatisme

Pragmatisme mulai dirintis di Amerika oleh Charles S. Peirce (1893-1942), yang

kemudian dikembangkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).

Charles Sanders Peirce

Page 250: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Charles mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara /  pegangan

dasar) itu benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan

Edwards di dalam sebuah buku yang berjudul Background of American literary thought

(1974) menjelaskan bahwa Peirce memformulasikan (merumuskan) tiga prinsip-prinsip lain

yang menjadi dasar bagi pragmatisme sebagai berikut :

a.       Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lebih daripada kemurnian opini

manusia.

b.      Bahwa apa yang kita namakan “universal” adalah yang pada akhirnya setuju dan menerima

keyakinan dari “community of knowers”.

c.       Bahwa filsafat dan matematika harus di buat lebih praktis dengan membuktikan bahwa

problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang terdapat dalam filsafat dan matematika

merupakan hal yang nyata bagi masyarakat (komunitas).

William James

William selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”, ia juga menamainya

“empirisme radikal”. Menurut James, pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa

yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan perantaraan yang

akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu

asal saja membawa akibat praktis, misalnya pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran

mistik, semuanya bisa diterima sebagai kebenaran, dan dasar tindakan asalkan membawa

akibat yang praktis yang bermanfaat.

Sedangkan empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus tidak menerima suatu

unsur alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara langsung. Dalam bukunya The Meaning

of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang

bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan

yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural

adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah

oleh pengalaman berikutnya.

Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu Tough Minded

dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya lewat pendekatan

empirirs dan tergantung pada fakta-fakta yang dapat ditangkap indera. Sementara, Tender

Minded hanya mengakui kebenaran yang sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat

rasional.

Page 251: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Menurut James, terdapat hubungan yang erat antara konsep pragmatisme mengenai

kebenaran dan sumber kebaikan. Selama ide itu bekerja dan menghasilkan hasil-hasil yang

memuaskan maka ide itu bersifat benar. Suatu ide dianggap benar apabila dapat memberikan

keuntungan kepada manusia dan yang dapat dipercayai tersebut membawa kearah kebaikan.

Disamping itu pula, William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap

pragmatisme, sebagai berikut:

a.       Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat di prediksi tetapi

dunia benar adanya.

b.      Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi sesuatu yang terjadi pada ide-ide

daam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan nyata.

c.       Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi keinginannya untuk percaya pada

dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan dengan pengalaman praktisnya maupun

penguasaan ilmu pengetahuannya.

d.      Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan yang absolut, tetapi

semata-mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan kita kepada kebenaran-kebenaran

yang lain tentang dunia tempat kita tinggal didalamnya.

John Dewey

Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan

istilah Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan dan

aktivitas manusia secara lebih baik, untuk didunia dan sekarang. Tegasnya, tugas fiilsafat

yang utama ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup.

Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang

tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman (experience), dan menyelidiki serta

mengolah pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun

suatu sistem norma-norma dan nilai.

Instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat

dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan penyimpulan-penyimpulan dalam

bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-

pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman-penglaman

yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.

Sehubungan hal diatas, menurut Dewey, penyelidikan adalah transformasi yang

terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan yang

tertentu. Oleh karena itu, penyelidakan dengan penilannya adalah alat (instrumental). Jadi

Page 252: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

yang di maksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori

yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-

penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam.

Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya. Sikap

Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meniliti tiga aspek dari yang kita

namakan instrumentalisme.

  Pertama, kata temporalisme yang berarti ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.

  Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin.

  Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga kita.

Pandangan ini juga dianut oleh wiliam James.

1). Konsep Dewey tentang Pengalaman dan Pikiran

Pengalaman (experience) adalah salah satu kata kunci dalam filsafat

instrumentalisme. Filsafat Dewey adalah “mengenai” (about) dan “untuk” (for) pengalaman

sehari-hari. Pengalaman adalah keseluruhan drama manusia dan mencakup segala proses

“saling mempengaruhi” (take and give) antara organisme yang hidup dalam lingkugan sosial

dan fisik. Dewey menolak orang yang mencoba menganggap rendah pengalaman manusia

atau menolak untuk percaya bahwa seseorang telah berbuat demikian. Dewey mengatakan

bahwa pengalaman bukannya suatu tabir yang menutupi manusia sehingga tidak melihat

alam; pengalaman adalah satu-satunya jalan bagan bagi manusia untuk memasuki rahasia-

rahasia alam.

Dunia yang ada sekarang ini, yakni dunia pria dan wanita, dunia sawah dan pabrik,

dunia tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang, dunia kita yang hiruk pikuk dan bangsa-

bangsa yang berjuang adalah dunia pengalaman kita. Kita harus berusaha memakinya dan

kemudian berusaha membentuk suatu masyarakat dimana setiap orang dapat hidup dalam

kemerdekaan dan kecedasan.

Dalam perjalanan pengalaman seseorang, pikiran selalu muncul untuk memberikan

arti dari sejumlah situasi-situasi yang terganggu oleh pekerjaan diluar hipotesis atau

membimbing kepada perbuatan yang akan dilakukan. Kegunaan kerja pikiran, kata Dewey,

tidak lain hanya merupakan cara untuk jalan untuk melayani kehidupan. Makanya, ia

denggan kerasnya menuntut untuk menggunakan metode ilmu alam (scientific method) bagi

semua lapangan pikiran, terutama dalam menilai persolan akhlak (etika), estetika, politik dan

lain-lain. Dengan demikian, cara penilaian bisa berubah bisa disesuaikan dengan lingkungan

dan kebutuhan hidup.

Page 253: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Menurut Dewey, yang dimaksud dengan scientific method ialah cara yang dipakai

oleh seseorang sehingga bisa melampaui segi pemikiran semata-mata pada segi amalan.

Dengan demikian, suatu pikiran bisa di ajukan sebagai pemecahan suatu kesulitan (to solve

problematic situation), dan kalau berhasil maka pikiran itu benar.

2) Dewey dan Pendidikan progresif

Dewey memandang bahwa tipe Pragmatismenya di asumsikan sebagai sesuatu yang

mempunyai jangkauan aplikasi dalam masyarakat. Contoh hal tersebut adalah bahwa Dewey

menawarkan dua metode pendekatan dalm pengajaran yaitu:

• Problem solving method

Dengan metode ini, anak di hadapkan pada berbagai situasi dan masalah-masalah

yang menantang, dan anak didik di beri kebebasan sepenuhnya untuk memecahkan masalah-

masalah tersebut sesuai dengan perkembanganya. Dengan metode semacam ini, tidak hanya

mengandalkan guru sebagai pusat informasi (metode pedagogy) di ambil alihlah oleh

methode andragogy (studi tentang aturan) yang lebih menghargai perbedaan individu anak

didik.

• Learning by Doing

Konsep yang sangat di perlukan bagi anak didik, supaya anak didik tetap bisa eksis

dalam masyarakat bila telah menyelesaikan pendidikannya maka mereka dibekali

keterampilan-keterampilan praktis sesuai dengan kebutuhan masyarakat sosial.

D. Analisis Kritis Tentang Kekuatan dan Kelemahan Pragmatisme

1) Kekuatan Pragmatisme

Kemunculan pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer,

khususnya di Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemnjuan yang pesat bagi ilmu

pengetahuan maupun teknologi. Pragmatisme telah berhasil membumikan filsafat dari corak

sifat yang Tender Minded yang cenderung berfikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis,

dan cenderung berfikir hal-hal yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas

kebutuhan-kebutuhan dunia, bukan nanti di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme

mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya sekedar mempercayai (belief) pada hal yang

sifatnya riil, indriawi, dan yang memanfaatnya bisa di nikmati secara praktis-pragmatis dalam

kehidupan sehari-hari.

Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yang liberal, bebas dan selalu

menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut, pragmatisme telah

Page 254: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba

membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan

eksperimen-eksperimen sehingga muncullah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu

pengetahuan yang mampu mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan

ekonomi.

Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada

“kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercyaan yang diterima apabila terbukti kebenarannya

lewat pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang

sakral dan mitos. Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan kelompok pragmatisme

merupakan pendukung terciptanya demokratisasi, kebebasan manusia dan gerakan-gerakan

progresif dalam masyarakat modern.

2) Kelemahan Pragmatisme

Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan

kebenaran absolute (kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa terbukti secara

alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri,  secara tidak

langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transendental (bahwa Tuhan jauh di

luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan

kemampuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini

menjurus kepada atheisme.

Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu

yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme

menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat

pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.

Untuk mencapai matrealisme-nya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa

memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa

mengenal batas waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur

masyarakatnya manusia hidup semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme

menderita penyakit humanisme.

Page 255: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://catatanislamic.blogspot.com/2011/01/filsafat-positivisme.html

FILSAFAT POSITIVISME

A. Pengertian Positivisme

Istilah positivisme digunakan pertama kali oleh Saint Simon ( Sekitar 1825).

Positivisme berakar pada Empirisme, prinsip filosofik tentang positivisme dikembangkan

pertama kali oleh Empirist Inggris Francis Bacon (sekitar 1600). Tesis postivisme adalah:

bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang

mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian positivisme menolak segala

penggunaan metoda diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.45[1]

Positivisme diperkenalkan oleh Auguste Comte (1798-1857) yang tertuang dalam

karya utama Auguste Comte adalah Cours de Philosophic Positive, yaitu kursus tentang

Filsafat Positif (1831-1842) yang diterbitkan dalam enam jilid. Selain itu, karyanya yang

pantas disebutkan disini ialah Discour Lesprit Positive (1844) yang artinya Pembicaraan

tentang Jiwa Positif. Dalam karya inilah, Comte menguraikan secara singkat pendapat-

pendapat positivis, hukum tiga stadia, klasifikasi ilmu-ilmu pengetahuan dan bagan mengenai

tatanan dan kemajuan.46[2]

Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini sama artinya dengan faktual,

yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak boleh

lebih dari fakta-fakta. Dengan demikian, ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa

dalam bidang pengetahuan. Kemudian filsafat pun harus meneladani itu. Oleh karena itu

pulalah, positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Menanyakan “hakikat” benda-

benda atau “penyebab yang sebenarnya”, bagi positivisme, tidaklah mempunyai arti apa-apa.

45[1] Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu, Rake Sarrasin, Yogyakarta, 2001, hlm. 69

46[2] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm. 296

Page 256: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Ilmu pengetahuan, termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang

terdapat antara fakta-fakta. Tugas khusus filsafat adalah mengoordinasikan ilmu-ilmu

pengetahuan yang seragam coraknya. Tentu saja maksud positivisme berkaitan erat dengan

apa yang dicita-citakan oleh empirisme. Positivisme pun mengutamakan pengalaman. Hanya

saja, berbeda dengan empirisme Inggris yang menerima pengalaman batiniah atau subjektif

sebagai sumber pengetahuan. Positivisme tidak menerima sumber pengetahuan melalui

pengalaman batiniah tersebut. Ia hanyalah mengandalkan fakta-fakta belaka.47[3]

B. Positivisme dan Perkembangannya

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-

satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan

metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk

memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme

Jerman Klasik).

Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada

kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris

dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Terdapat

tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu:

1.      Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya

juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika

yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill

dan Spencer.

2.      Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun

1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan

pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri

positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut

pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.

3.                      Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan

tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang turut

berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin.

Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme

47[3] Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 133-134

Page 257: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya tentang

bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

C. Sejarah Positivisme

Positivisme dibidani oleh dua pemikir perancis, Henry Saint Simon dan Muridnya

Auguste Comte. Henry merupakan penggagas utama, sedang comte adalah penerus dan

pengembang gagasan ini. Augeste Comte membangun suatu studi ilmiah terhadap

masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu-ilmu alam.

Pemikiran Comte merupakan reaksi terhadap situasi Perancis. Revolusi Perancis dan

semangat pencerahan dalam banyak hal menghasilkan perubahan sosial, bersamaan dengan

itu menghasilkan sejumlah anarkisme. Positivisme dikembangkan Comte guna melawan

filsafat negatif dan destruktif dari filusuf pencerahan, yaitu para filusuf yang masih bergelut

dengan khayalan metafisika. August Comte membuat barisan kontra-revolusioner yang

bersikap kritis terhadap proyek pencerahan.

Gagasan dasar Comte dapat dikenali dari pemikiranya mengenai tiga tahap

perkembangan sejarah manusia, yaitu teologis, metafisis, dan positivis. Pertama, tahap

teologis. Manusia mengalami gejala-gejala alam sebagai hasil campur tangan langsung

kekuatan ilahi. Tahap ini dimulai dari animisme yang menganggap benda-benda berjiwa dan

diperlakukan suci, kemudian berkembang menjadi politeisme dan monoteisme. Politeisme

adalah tahap ketika manusia mempercayai dewa-dewa (banyak dewa) di balik segala kejadian

alam dan manusia, sedangkan monoteisme merupakan keyakinan bahwa hanya ada satu

kekuatan tunggal absolut yang mempengaruhi kehidupan dan semesta. Tahap teologis

dianggap Comte sebagai tahap kanak-kanak.

Kedua, tahap metafisik. Pada tahap ini gejala alam diyakini berjalan berdasar prinsip-

prinsip metafisika. Prinsip-prinsip ini dihasilkan melalui pemikiran spekulatif. Tahap ini

disebut Comte sebagai tahap remaja. Ketiga, tahap positivis ilmiah yaitu cara memahami

kehidupan dan semesta dengan ilmu pegetahuan dan teknologi. Alam dan kehidupan bukan

lagi dipahami sebagai hasil campur tangan yang ilahiah atau berdasar prinsip-prinsip

spekulasi, melainkan sebagai sesuatu yang pasti, nyata dan berguna. Inilah yang disebut

Comte disebut juga sebagai tahap kedewasaan.

Positivisme yang dikembangkan Auguste Comte disebut juga sebagai positivisme

sosial. Paham ini meyakini bahwa kehidupan sosial hanya dapat dicapai melalui penerapan

ilmu-ilmu positif. Pemikir-pemikir yang mendukung positivisme sosial diantaranya adalah

Page 258: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Jeremy Bantham, Jmes Mill, dan John Stuart Mill di Inggris. Carlo Cattaneo dan Gioseppe

Ferrari di Italia. Ernst Laas, Friederich Jodl, dan Eugene Duhring di Jerman.

Selain Positivisme Sosial muncul juga positivisme Evolusioner. Paham ini dipelopori

oleh Charles Lyell, Charles Darwin, Herbert Spencer, Ernst Hackel dan Wilhem Wundt.

Secara umum pemikiran positivisme evolusioner mirip dengan positivisme sosial, sama-sama

percaya akan adanya kemajuan. Perbedaannya hanya pada pendasaran kemajuan itu.

Positivisme sosial percaya bahwa kemajuan itu dapat berlangsung berdasarkan pengetahuan,

sedang positivisme Evolusioner meyakini interaksi manusia-semesta sebagai penentu

kemajuan.

Pada tahun 1920-an kemudian berkembang satu lagi paham positivisme di Austria,

yaitu positivisme logis atau lingkaran Wina (der Wiener Kries). Tokoh-tokoh positivisme

logis adalah Rudolph Carnapp, Alfred Ayer, CL Stevenson, Gilbert Ryle, Susan Stebbing,

John Wisdom, Bertand Russel, dan Wittgenstein. Kelahiran positivisme logis berawal dari

niatan untuk menata kembali situasi masyatakat paska Perang Dunia I. sementara sejumlah

pemikir hendak memperbaiki situasi masyarakat dengan asas-asas teologi dan filsafat

tertentu, pemikir dari lingkaran Wina mengajukan pemikiran bahwa perbaikan sosial harus

menggunakan ilmu-illmu positif. Positivisme logis beranggapan bahwa misi administrasi atau

pengaturan masyarakat secara rasional harus dilandasi kesatuan pengetahuan, dan kesatuan

pengetahuan hanya dapat dicapai bila dikembangkan satu bahasa ilmiah yag berlaku pada

semua bidang ilmu pengetahuan.

Positivisme logis adalah aliran positivisme yang lebih memfokuskan diri pada logika

dan bahasa ilmiah. Salah satu prinsip yang diyakini kaum positivisme logis adalah prinsip

isomorfi yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia nyata. Bahasa adalah

gambar dari kenyataan secara benar dikembangkanlah bahasa logis dengan kecermatan

matematis yang akurat.

D. Aliran Positivis dan Filsafat

Aliran positivis dalam filsafat tumbuh subur pada abad ke-19 ketika empirisme

mendominsi. Positivisme lahir dan berkembang dibawah naungan empirisme. Materialisme

positivis, karena itu menyerang mati-matian filsafat dan subjek-subjek metafisiknya.

Materialisme positivis tidak hanya menyerang filsafat metafisika dengan tuduhan-tuduhan

seperti biasanya dilontarkan oleh pendukung-pendukung doktrin empirikal. Ia tidak hanya

mengatakan bahwa proposisi-proposisi filsafat itu tidak bermanfaat bagi kehidupan praktis

dan tidak dapat dibuktikan dengan metode ilmiah. Kaum positivis bahkan menyatakan bahwa

Page 259: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

proposisi-psoposisi itu bukanlah proposisi dalam arti logis, meskipun susunan katanya

berbentuk proposisi. Hal ini karena ia tidak mengandung makna sama sekali. Tetapi ia adalah

omong kosong dan tak berarti apa-apa. Dan selama demikian, ia tidak mungkin menjadi

objek pembahasan dan penelitian. Perkataan yang dapat dipahami, bukan perkataan yang sia-

sia, yang tidak ada artinya perlu ditelaah.48[4]

Proposisi filsafat adalah perkataan tak bermakna, hal ini disebabkan oleh patokan

tentang kata-kata yang dapat dipahami yang diciptakan oleh aliran positivis. Aliran positivis

menyatakan bahwa suatu proposisi tidak akan menjadi kata-kata yang dapat dipahami, dan

pada gilirannya tidak menjadi proposisi yang sempurna dalam arti logika, kecuali konsepnya

tentang alam berbeda, ketika proposisi itu benar, dengan konsepnya tentang alam ketika

proposisi itu salah. Misalnya, kalau dikatakan, “Dingin semakin dingin pada musim dingin”

akan didapati bila perkataan ini benar, bahwa ada konsep tertentu dan paparan yang masuk

akal tentang alam, sedangkan bila salah, ada konsep dan paparan lain. Karena itu, kita dapat

melukiskan kondisi-kondisi aktual dimana kita mengetahui benar dan salahnya ucapan itu,

selama di dalam alam aktual ada perbedaan antara fakta bahwa proposisi itu benar dan fakta

bahwa proposisi itu salah.

E. Gagasan Positivisme

Positif berarti “apa yang berdasarkan fakta objektif”. Secara tegas, yang “positif”

berarti yang nyata, yang pasti, yang tepat, yang berguna, serta yang mengklaim memiliki

kesahihan mutlak. Kebalikan dari yang positif adalah yang hayal, yang meragukan, yang

kabur, yang sia-sia, dan yang mengklaim memiliki kesahihan yang relatif.

Pengetahuan tentang sesuatu benda dapat digunakan untuk meramalkan peristiwa

benda itu di masa depan. Misalnya, bila kita panaskan air dengan 100° C maka pasti ia akan

mendidih, karena memang demikianlah hukum alamnya. Prinsip ini oleh positivisme

dijadikan prinsip dalam pengetahuan manusia. Jadi pengetahuan tantang suatu masyarakat

dapat digunakan untuk meramalkan dan mengendalikan masa depannya. Melalui cara ini

ilmu sosial dapat membantu penciptaan susunan masyarakat sesuai teori.

Savoir pour prevoir (mengetahui untuk meramalkan) merupakan salah satu prinsip

dasar positivisme sebagai hasil dari penggunaan pengandaian penelitian ilmu-ilmu alam.

Pengandaian penelitian ilmu alam (keberjarakan, netralitas, manipulasi, hukum-hukum

deduktif-nomologis, bebas kepentingan, universal, instrumental) oleh positivisme diterapkan,

48[4] Muhammad Baqir Ash-Sahdr, Falsafatuna, Kahazanah Ilmu-ilmu Islam, Bandung, 1995, hlm. 56

Page 260: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

hanya saja objeknya bukan air atau tikus putih di labaratorium biologi, melainkan tindak

tanduk masyarakat. Dengan merujuk pada hukum deduktif-nomologis, siapa pun penelitinya,

asal memenuhi tata aturan prosedur penelitian, akan mengahasilkan kesimpulan yang sama.

Sehingga hasil penelitiannya dapat dipakai secara instrumental oleh siapa pun dan di mana

pun. Melalui cara ini, ilmu sosial dapat menemukan potret tentang fakta sosial yang bebas

nilai (apa adanya, tidak mengandung penafsiran subjektif dari penelitinya).

Positivisme adalah aliran filsafat ilmu yang didasarkan atas keyakinan atau asumsi-

asumsi dasar: 1.Ontologi: Realisme. Semesta luaran digerakkan oleh hukum-hukum alam

secara mekanis dalam hukum jika….maka…. ilmu pengetahuan bertujuan untuk menemukan

hukum-hukum kausalitas. 2. Epistimologi: dualisme. Teori menggambarkan semesta apa

adanya tanpa keterlibatan nilai-nilai subjektif peneliti. 3. Metodologi: eksperimental.

Hipotesis dirumuskan lebih awal dalam bentuk proposisi yang lalu dihadapkan pada

verifikasi atau falsifikasi di bawah situasi yang benar-benar terkontrol.

Ontologi atau pandangan mengenai apa itu kenyataan yang dianut positivisme adalah

realisme naif atau objektivistik pandangan dunia ini meyakini bahwa objek-objek fisik hadir

secara mandiri dari subjek pengamat dan hadir secara langsung melalui data indrawi. Apa

yang dipersepsi adalah kenyataan yang sebenarnya.

Doktrin pertama positivisme adalah kesatuan ilmu. Doktrin ini menyatakan bahwa

keabsahan ilmu harus disandarkan pada kesatuan metode dan bahasa. Doktrin ini mengajukan

kriteria batas-batas ilmu pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat disebut ilmu pengetahuan

bila: bebas nilai, dihasilkan dari metode verifikasi-empiris, menggunakan bahasa logis-

empiris, dan eksplanatoris. Atau dapat disederhanakan dalam menganut tiga prinsip

positivisme: bersifat empiris-objektif, deduktif-nomologis, instrumental-babas nilai. Ketiga

asumsi ini oleh Antoni Gidden dijelaskan sebagai berikut:

1.      Prosedur-prosedur metodologis ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu

sosial. Gejala-gejala subjektifitas manusia, kepentingan maupun kehendak, tidak

mengganggu objek observasi, yaitu tindakan sosial. Dengan cara ini objek ilmu-ilmu sosial

disejajarkan dengan dunia ilmiah.

2.      Hasil-hasil riset dapat dirumuskan dalam bentuk “hukum-hukum” seperti ilmu-ilmu alam.

3.      Ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat

instrumental murni. Pengetahuan itu harus dapat dipakai untuk keperluan apa saja sehingga

tidak bersifat etis dan juga tidak terkait pada dimensi politis. Ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu-

ilmu alam bersifat bebas nilai.

Page 261: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Setelah pengenalan prinsip positivisme, berikut ini akan dikemukakan beberapa ciri

positivisme, yaitu bebas nilai, fenomenalisme, nomialisme, reduksionisme, naturalisme, dan

mekanisme. Bebas nilai berarti bahwa ketika si pengmat mengamati sesuatu maka nilai-nilai

(keyakinan, gagasan, emosi, dll) yang dimiliki si pengamat tidak dilibatkan sehingga

menghasilkan kesimpulan apa adanya (objektif). Fenomenalisme berarti apa yang kita amati

merupakan fenomena (sebagaimana diyakini metafisika) tidak dilibatkan. Nominalisme

adalah kebenaran berdasarkan nama atau ukuran, dalam hal ini kebenaran kenyataan terletak

pada penamaan (teori-teori) bukan kenyataan itu sendiri. Nominalisme merupakan

konsekuensi dari cara penelitian yang menyederhanakan atau mereduksi kenyataan menjadi

fakta-fakta yang dapat dipersepsi (reduksionisme). Semua itu (dari bebas nilai sampai

reduksionisme) dijalankan berdasarkan keyakinan naturalisme (semua gejala berjalan secara

alamiah tanpa campur tangan hal-hal metafisis) dan mekanisme (semua gejala dapat

dijelaskan secara mekanis-determinis layaknya sebuah mesin).

Semua ciri-ciri positivisme ini dapat dipahami karena Auguste Comte

mengembangkan penerapan metode alam pada ilmu-ilmu sosial dengan tujuan praksis.

Praksis berarti demi pengaturan. Tujuan praksis ilmu sosial berarti yaitu mengadakan susunan

masyarakat yang lebih sempurna berdasar pengetahuan tentang hukum-hukum pengaturan

masyarakat. Positivisme mempunyai semboyan Savoir pour prevoir, prevoir pur pouoir (dari

ilmu muncul prediksi, dan dari prediksi muncul aksi), jadi melalui kepastian ilmu

pengetahuan kita dapat menciptakan rekayasa masyarakat.

Norma-norma metodologi positivisme adalah sebagai berikut:

1.      Semua pengetahuan harus terbukti lewat rasa-kepastian (Sense of certanly) pengamatan

sistematis yang terjamin secara intersubjektif.

2.      Kepastian metodis sama pentingnya dengan rasa kepastian. Kesahihan pengatahuan ilmiah

dijamin oleh kesatuan metode.

3.      Ketepatan pengetahuan kita dijamin hanya oleh bangunan teori-teori yang secara formal

kokoh yang mengikuti deduksi hipotesis-hipotesis yang menyerupai hukum

4.      Pengetahuan ilmiah harus dapat dipergunakan secara teknis. Ilmu pengetahuan

memungkinkan control teknis atas proses-proses alam maupu sosial, kekuatan kontrol atas

alam dan masyarakat dapat dilipatgandakan hanya dengan mengakui asas-asas rasional,

bukan melalui perluasan buta dari riset empiris, melainkan melalui perkembangan dan

penyatuan teori-teori.

5.      Pegetahuan kita pada prinsipnya tak pernah selesai dan relative, sesuai dengan sifat dan

semangat positif.

Page 262: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Secara epistimologis, positivisme dapat dikatagorikan sebagai realisme dan

fondasionalisme epistimologis. Realisme epistimologis adalah pandangan yang meyakini

bahwa ilmu pengetahuan dapat menggambarkan kenyataan secara apa adanya.

Fondasionalisme epistimologis adalah pandangan yang meyakini adanya suatu metode yang

menjamin pencapaian kebenaran ilmiah yang objektif. Kedua pandangan ini akan menjadi

titik kritik post-positivisme.

F. Perspektif Positivistik tantang Masyarakat

Meskipun Comte yang memberikan istilah “Positivisme”, gagasan yang terkandung

dalam kata itu bukan berasal dari dia. Kaum pisitivis percaya bahwa masyarakat merupakan

bagian dari alam dan bahwa metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk

menemukan hukum-hukumnya sudah tersebar luas lingkungan intelektual pada masa Comte.

Akan tetapi, sementara kebanyakan kelompok positivis berasal dari kalangan orang-orang

yang progresif, yang bertekad mencampakkan tradisi-tradisi irasional dan memperbaharui

masyarakat menurut hukum alam sehingga menjadi lebih rasional, Comte percaya bahwa

penemuan hukum-hukum alam itu akan membukakan batas-batas yang pasti yang inherent

dalam kenyataan sosial, dan jika melampaui batas-batas itu, usaha pembaharuan akan

merusakkan dan menghasilkan yang sebaliknya. Skeptisisme Comte berhubungan dengan

usaha-usaha pembaharuan besar-besaran serta penghargaan terhadap tonggak-tonggak

keteraturan sosial tradisonal menyebabkan dia dimasukkan ke dalam kategori orang yang

konservatif.49[6]

Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organik yang kenyataannya

lebih daripada sekadar jumlah bagian-bagian yang saling bergantung, tetapi untuk mengerti

kenyataan ini, metode penilitian empiris harus digunakan dengan keyakinan bahwa

masyarakat merupakan suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik. Andreski

berpendapat, pendirian Comte bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa

memperoleh pengetahuan tentang masyarakat menuntut pengetahuan metode-metode

penilitian empiris dari ilmu-ilmu alam lainnya, merupakan sumbangannya yang tidak

terhingga nilainya terhadap perkembangan sosiologi. Tentu saja, keyakinan inilah, dan bukan

teori substantifnya tentang masyarakat, yang bernilai bagi usaha sosiologi sekarang ini.

49[6] Atang, Beni, Filsafat Umum, hlm. 297

Page 263: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Comte melihat perkembangan ilmu tentang masyarakat yang bersifat alamiah sebagai

puncak suatu proses kemajuan intelektual yang logis yang telah dilewati oleh ilmu-ilmu

lainnya. Kemajuan ini mencakup perkembangan dari bentuk-bentuk pemikiran teologis

purba, penjelasam metafisik, dan akhirnya sampai terbentuknya hukum-hukum ilmiah yang

positif. Bidang sosiologi (atau fisika sosial) adalah paling akhir melewati tahap-tahap ini,

karena pokok permasalahannya lebih kompleks daripada yang terdapat dalam ilmu fisika dan

bilogi.

G. Hukum Tiga Tahap

Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner

umat manusia dan masa primitif sampai peradaban Perancis abad ke Sembilan Belas yang

sangat maju. Hukum ini, yang mungkin paling terkenal dan gagasan-gagasan teoritis pokok

Comte, tidak lagi diterima sebagai suatu penjelasan mengenai perubahan sejarah secara

memadai. Juga terlalu luas dan umum sehingga tidak dapat bnar-benar tunduk pada pengujian

empiris secara teliti, yang menuntut Comte harus ada untuk membentuk hukum-hukum

sosiologi.50[7]

Singkatnya, hukum itu menyatakan bahwa masyarakat (atau umat manusia)

berkembang melalui tiga tahap utama. Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berfikir yang

dominan, yaitu teologis, metefisik, dan positif. Lebih lagi, pengaruh cara berfikir yang

berbeda-beda ini meluas ke pola-pola kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat. Jadi,

watak struktur sosial masarakat bergantunng pada gaya epistimologisnya atau pandangan

dunia, atau cara mengenal dan menjelaskan gejala yang dominan.

Comte menjelaskan hukum tiga tahap sebagai berikut: dari studi mengenai

perkembangan inteligensi manusia, dan melalui segala zaman, penemuan muncul dari suatu

hukum dasar yang besar. Inilah hukumnya: bahwa setiap konsepsi kita yang paling maju,

setiap cabang pengetahuan kita, berturut-turut melewati tiga kondisi teoritis yang berbeda:

teologis atau fiktif, metafisik atau abstrak, ilmiah atau positif. Dengan kata lain, pikiran

manusia pada dasarnya dalam pembangunannya menggunakan tiga metode berfilsafat yang

karakternya sangat berbeda dan malah sangat bertentangan: yang pertama merupakan titik

tolak yang harus ada dalam pemahaman manusia, yang kedua hanya suatu keadaan peralihan,

dan yang ketiga adalah pemahaman dalam keadaannya yang pasti dan tak tergoyahkan.51[8]

50[7] Ibid., hlm. 300

51[8] Ibid., hlm. 301

Page 264: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Gagasan tentang evolusi perkembangan melalui tiga tahap ini bukan hanya milik

Comte. Awal-awal rumusan Comte mengenai hukum tiga tahap ini dikembangkan selama dia

bekerjasama dengan Saint Simon, dan model dasar itu merupakan hasil kerja sama tersebut.

Jacques Turgot mengemukakan suatu pandangan serupa mengenai perkembangan sejarah dan

bentuk-bentuk pemikiran primitif sampai bentuk-bentuk pemikiran ilmiah modern pada abad

ke delapan belas. Secara luas, Comte menyistematisasikan dan mengembangkan model itu

serta mengaitkannya dengan memberi tekanan pada paham positif.

Page 265: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://hermawan-asgar.blogspot.com/2012/11/materi-ajar-dasar-dasar-filsafat.html

MATERI AJAR DASAR-DASAR FILSAFAT

MATERI AJAR

Nama Mata Kuliah : Dasar-dasar Filsafat

Program Studi/Semester : PAI/ PMI/ Ekonomi Syari’ah/ I

Dosen : Dr. Hermawan, M.Ag.

BAB IPENGANTAR FILSAFAT

A.     Pengertian Filsafat1.      Arti Etimologi

Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai keibijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai "cinta kearifan". Arti kata tersebut di atas belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian "mencintai" belum memperlihatkan keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan atau kebijaksanaan itu. Menurut pengertian yang lazim berlaku di Timur (Tiongkok atau di India), seseorang disebut filosof bila dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian yang lazim berlaku di Barat, kata "mencintai" tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena itu yang disebut filosof atau "orang bijaksana" mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian di Timur.

a.            Konsep PlatoPlato memberikan istilah dengan dialektika yang berarti seni berdiskusi. Dikatakan

demikian karena, filsafat harus berlangsung sebagai upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku. Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat proses pemeriksaan secara kritis ataupun dengan berdiskusi. Juga diartikan sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan. Karena seorang filosof akan selalu mencari sebabsebab dan asas-asas yang penghabisan (terakhir) dari benda-benda.

b.            Konsep CiceroI iCicero menyebutnya sebagai "ibu dari semua seni" (the mother of all the arts). Juga

sebagai arts vitae.yaitu filsafat sebagai seni kehidupan.c.             Konsep al-Farabi

Menurut al-farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (al-ilmu bit-maujudat bi ma hiya al-maujudat).

d.         Konsep Rene Descartes'Menurut Rene Descartes, filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, di mana

Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.

Page 266: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

e.         Konsep Francis BaconMenurut Francis Bacon, filsafat merupakan induk agung dari ilmu ilmu, dan filsafat

menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.f.           Konsep John Dewey

Sebagai tokoh pragmatisme, John Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya, filsafatsebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian di antara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan. Dari berbagai contoh di atas masih dapat ditambah lagi hingga berpuluh-puluh definisi (batasan pengertian filsafat). Kenyataannya, dari keragaman batasan pengertian filsafat tersebut melahirkan per-soalan tersendiri yang membingungkan. Atas dasar uraian di atas, maka kami memberikan suatu konsep bahwa filsafat mempunyai pengertian yang multidimensi. Filsafat Sebagai Ilmu

Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian fil- safat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu bagaimanakah, mengapakah, ke manakah, dan apakah.

Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra. jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran). Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu objek. jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat). Pertanyaan ke mana menanyakan apa yang terjadi di masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan, yaitu: pertama, pengetahuan yang timbul dari hal-hal yang selalu berulang-ulang (kebiasaan), yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Kedua, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam, adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal initidak dipermasalahkan apakah pedoman tersebut selalu dipakai atau tidak. Pedoman yang selalu dipakai disebut hukum. Ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Tegasnya, pengetahuan yang diperoleh dari jawaban ke manakah adalah pengetahuan yang bersifat normatif. Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya dapat dimengerti oleh akal. jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum, universal, abstrak.

Dengan demikian, kalau ilmu-ilmu yang lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu ke tahu, sedang ilmu filsafat bergerak dari tidak tahu ke tahu selanjutnya ke hakikat. Untuk mencari/memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat-sifat yang secara kebetulan (sifat-sifat yang tidak harus ada/aksidensia), sehingga akhirnya tinggal keadaan/sifat yang harus ada (mutlak) yaitu substansia, maka pengetahuan hakikat dapat diperolehnya.

B.        Filsafat Sebagai Cara BerfiikirBerfikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai, maka

pengetahuan hakikat, atau berpikir secara global/menyeluruh, atau berfikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan." Berpikir yangdernikian, ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.1.   Harus sistematis

Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. sistematis adalah masing-masing unsur saling berkaitan satu dengan yang lain

Page 267: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

secara teratur dalam suatu keseluruhan. Sistematika pemikiran seorang filosof banyak dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya, pendidikan, dan sistem pemikiran yang mempengaruhi.

2.      Harus konsepsionalsecara umum istilah konsepsional berkaitan dengan ide (gam bar) atau gambaran

yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual. Gambaran tersebut mempunyaii bentuk tangkapan sesuai dengan riilnya. Sehingga maksud darii 'konsepsional' tersebut sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas). Karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan prosesnya.

3.   Harus koherenKoheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang

bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut di dalamnya memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya, apabila suatu uraian yang di dalamnya tidak memuat kebenaran logis, uraian tersebut dikatakan sebagai uraian yang tidak koheren/runtut.4.   Harus rasional

Maksud rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secaralogis. Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-kaidah berpikir (logika).

5.   Harus sinoptikSinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam

kebersamaan secara integral.6.   Harus mengarah kepada pandangan dunia

Maksudnya adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada di dalamnya (dunia).

C.     Filsafat Sebagai Pandangan HidupDiartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada

hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat sebagai berikut.

a.        Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi. yang semakin lugs. Hal itu dapat membantu penyelesaian masalah yang selalu kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana.

b.       Dasar semua tindakan adalah ide. Sesungguhnya filsafat di dalamnya memuat ide-ide yang fundamental. Ide-ide itulah yang akan membawa manusia ke arah suatu kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya, sehingga manusia akan dapat lebih hidup, lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, lebih sadar terhadap hak dan kewajibannya.

c.        Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya. Di satu sisi kita berhadapan dengan kemajuan teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh dari tata nilai dan moral. Di sisi lainnya, apabila kita tidak berani menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akhirnya kita akan menjadi manusia "terbelakang". Untuk itu kita berusaha untuk mengejar kemajuan tersebut dengan segala upaya. Dengan semakin jauhnya kita dengan tata nilai dan moral, akibatnya banyak ilmuwan kehilangan bobot kebijaksanaannya. Dengan demikian, apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi bersamaan itu pula manusia kehilangan pendirian dan dih ui

Page 268: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

kebingungan dan keraguan (skeptis). Tinggal menunggu mal etaka datang menghancurkan kehidupan manusia.

Mengingat hal-hal tersebut di atas, kita sangat memerlukan suatu Emu yang sifatnya memberikan pengarahan (ilmu pengarahan) atau Bence of direction. Dengan ilmu tersebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang di dalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia. Hanya ilmu filsafatlah yang dapat diharapkan mampu memberi manusia suatu integrasi dalam membantu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan untuk mengetahui mana yang pantas kita tolak, mana yang pantas kita se tujui, mana yang pantas kita ambit sehingga dapat memberikan makna kehidupan.

Kegunaan filsafat ini sering muncul bagi para pemula belajar filsafat. Masalah tersebut harus dituntaskan. Selagi masalah tersebut masih berada dalam diri seorang yang sedang belajar filsafat, maka orang tersebut akan selalu mendapatkan keraguan terhadap filsafat. Apakah filsafat bermanfaat bagi saya?

Filsafat berguna bagi manusia apabila filsafat tersebut memperlihatkan kemajuan yang positif bagi kehidupan manusia.

D.       Metode-metode Filsafat Bagaimana Seorang Filosof Bekerja?Para ahli pikir (filosof dalam melaksanakan pekerjaannya tidak berbeda dengan cara

bekerjanya sebuah pabrik. Bekerjanya seorang ahli pikir (filosof) adalah berpikir, yaitu mengadakan kegiatan kefilsafatan, sedangkan bekerjanya sebuah pabrik menghasilkan proses produksi.

Kegiatan berpikir atau kegiatan kefilsafatan sesungguhnya berupa "perenungan". Perenungan tersebut untuk menyusun suatu bagan yang konsepsional, tidak boleh memuat pernyataan-pernyataan yang sifatnya kontradiktif, hubungan bagian yang satu dengan yang lainnya harus logis, dan harus mampu memberi penjelasan tentang pandangan dunia. Dengan kata lain, kegiatan kefilsafatan berarti bagaimana seorang ahli pikir memulai bekerja — proses bekerjanya — sampai pada suatu kesimpulan. Sebagai perangkat berpikir adalah analisis dan sintesis. Dalam menganalisis dan mensintesis para ahli pikir menggunakan alas pemikiran berupa logika, deduksi, analogi, dan komparasi.

1.   AnalisisPengertian analisis dalam kegiatan filsafat adalah rincian istilahimM atau pernyataan-

pernyataan dalam bagian-bagiannya sehingga bona dapat melakukan pemeriksaan atas makna yang terkandung. Sdogai contoh adalah perkataan "nyad'di bawah ini.

– Apakah sebuah meja itu sesuatu yang nyata? – Apakah impian itu sesuatu yang nyata?

Akksud analisis adalah melakukan pemeriksaan secara konsepsional midWap makna dan istilah yang kita pergunakan dalam pernyataan !mg kita buat. Dengan analisis, kita akan memperoleh makna yang boru, dan menguji istilah-istilah dengan berbagai contoh.

2.       Sintes i sSintesis sebagai upaya mencari kesatuan di dalam keragaman. maksudnya,

mengumpulkan suatu pengetahuan yang dapat diperoleh. Karena dalam menyusun sistem pemikiran seorang ahli pikir (filosof) mendasarkan pikirannya pada sejumlah besar bahan yang dicari. Lebih banyak keterangan yang diperoleh, hasilnya akan lebih baik dan lebih akurat.

Logika adalah ilmu pengetahuan tentang penyimpulan yang lurus serta menguraikan tentang aturan-aturan membicarakan penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan yang khusus. Kesimpulannya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan yang telah diajukan.

(Logika) deduksi membicarakan cara untuk mencapai suatu kesimpulan dengan terlebih dahulu mengajukan pernyataan mengenai semua/sejumlah di antara suatu kelompok barang tertentu.

Page 269: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Analogi dan komparasi merupakan upaya, untuk mencapai suatu kesimpulan dengan menggantikan dengan apa yang kita cobs untuk membuktikannya dengan sesuatu yang serupa, dengan hal. tersebut. Menyimpulkan kembali apa yang mengawali penal~lran kita.

Dalam bidang filsafat terdapat beberapa metode. Metode berasal dari kata meta-hodos, artinya menuju, melalui cara, jalan. Metode Bering diartikan sebagai jalan berpikir dalam bidang keilmuan. Metode dalam bidang filsafat adalah sebagai berikut.

a.          Metode Kritis, yaitu dengan menganalisis istilah dan pendapat, dengan mengajukan pertanyaan secara terus-menerus sampai hakikat yang ditanyakan.

b.         Metode intuitif, yaitu dengan melakukan introspeksi intuitif, dengan memakai simbol-simbol.

c.          Metode analisis abstraksi, yaitu dengan jalan memisah-misah-, kan atau menganalisis di dalam angan-angan (di dalam pikiran) hingga sampai pada hakikat (ditemukan jawaban).

E.     Sejarah Kelahiran FilsafatBerbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak

dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (masa Yunani).

Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di lembah Sungai Nil (Mesir) dan Sungai Efrat, telah mengenal alas pengukur berat, tabel bilangan berpangkat, tabel perkalian dengan menggunakan sepuluh jari.

Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyeta pembuatannya menerapkan geometri dan matematika, menunjukkan cara berpikirnya sudah tinggi. Selain itu, mereka pun sudah dapat mengadakan kegiatan pengamatan benda-benda langit, baik bintang, bulan, matahari sehingga dapat meramalkan gerhana baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi.

Di India dan Cina waktu itu telah ditemukan cara pembuatan terms dan kompas (sebagai penunjuk arch).

1.      Masa YunaniYunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang,

sebab sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah.

Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai kepercayaan yang dianutnya,- yaitu berdasarkan kekuatan alam sehingga` beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Mafia Pencipta bersifat formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia. -'

Kepercayaan, yang bersifat formalitas (natural religion) tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oleh Homerus" dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Iliac dan Odyseus. Kedua karya Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian besar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional.

Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religious berubah menjadi sistem cultural religious.

Dalam sistem kepercayaan natural religious ini manusia terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam sistem kepercayaan kultural religius ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapi dan memecahkan berbagai misteri kehidupan/ alam dengan akal pikiran.

Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (± 625 - 545 SM) yang berhasil

Page 270: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

mengembangkan geometri dan matematika; Liokippos dan Democritos mengembangkan teori materi; Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran, Eudid mengembangkan geometri deduktif; Socrates mengembangkan teori tentang moral; Plato mengembangkan teori tentang ide; Aristoteles mengembangkan teori yang menyangkut dunia dan bends dan berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang (ilmu biologi). 6uatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai sekarang masih dikenal.

Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep ten-tang asal mula alam walaupun sebelumnya sudah ads tentang konsep tersebut. Akan tetapi, konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang asal usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal usul Berta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta) sehingga konsep mereka sebagai mencari arche (asal mula) slam semesta. Hal itu disebutnya sebagai filosof alam.

Karena arah pemikiran filsafatnya pada alam semesta, corak pemikirannya disebut kosmosentris. Sementara itu, Para ahli pikir, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles yang hidup, pada mass Yunani Klasik arah pemikirannya pada manusia, maka corak pemikiran filsafatnya disebut antroposentris. Hal ini disebabkan arah pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia sebagai subjek yang harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.

2.      Masa Abad PertengahanMasa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat

Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka t atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh rcayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan Adominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan ms dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat amsentris.

Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel Agung," maka didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi p*aran gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan musik. Keadaan yang demikian akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya universitasuniversitas dan ordo-ordo. Dalam ordo-ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus (1033-1109), Abaelardus (1079-1143), Thomas Aquinas (1225-1274).

Di kalangan Para ahli pikir Islam (periode filsafat Skolastik Islam) muncul: Al-Kindi, Al-RrAbi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd. Periode Skolastik Islam ini berlangsung tahun 850-1200. Pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Akan tetapi, setelah jatuhnya kerajaan Islam di Granada di Spanyol tahun 1492 mulailah kekuasaan politik Barat menjarah ke Timur.11 Suatu prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang filsafat. Di gini mereka merupakan masa rantai yang mentransfer filsafat Yunani, sebagaimana yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Islam di Timer terhadap Eropa dengan menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filosof Islam sendiri sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Alquran benar. Mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam yang paling besar, yang besar pengaruhnya terhadap ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat terutama dalam bidang teologi dan ilmu pengetahuan alam.11 Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu munculnya Renaissance dan Humanisme, yang berlangsung pada abad 15-16. Munculnya Renaissance dan Humanisme inilah yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman modern inilah peranan ilmu alam kodrat •sangat menonjol sehingga akibatnya pemikiran filsafat semakin dianggap sebagai pelayan teologi, yaitu sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia.

3 .   M a s a A b a d M o d e r n

Page 271: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal pikir dan pengalaman.

Di atas telah dikemukakan bahwa munculnya Renaissance dan Humanisme sebagai awal masa abad modern di mana para ahli (filosoO menjadi pelopor perkembangan filsafat (kalau pada masa abad pertengahan yang menjadi pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Pemikiran filsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi secara modern, Berta membuka sistematika yang sifatnya logis-ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam, dengan menggunakan berbagai penemuan ilmiah.

Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode induksi/ eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah, akibatnya perkembangan pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmuilmu alam kodrat (natural sciences). Rene Descartes (1596-1650) sebagai bapak filsafat modern yang berhasil melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam dengan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini dimaksudkan, agar kebenaran dan kenyataan filsafat jugs sebagai kebenaran dan kenyataan yang jelas dan terang.

Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah pada filsafat ilmu pengetahuan, di mana pemikiran filsafat diisi dengan upaya manusia, bagaimana cara/sarana apa yang dipakai untuk mencari kebenaran dan kenyataan. Tokoh-tokohnya antara lain George Berkeley (1685-1753), David Hume (1711-1776), Rousseau (1722-1778).

Di jerman muncul Christian Wolft (1679-1754) dan Immanuel Kant (1724-1804), yang mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk pengertian-pengertian yang jelas dan bukti yang kuat.

Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belch. Pemikiran filsafat pada scat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika, filsafat Prancis, filsafat Inggris, filsafat Jerman. Tokoh-tokohnya. adalah: Hegel (1770-1831), Karl Marx (1818-1883), August Comte (1798-1857), JS. Mill (1806-1873), John Dewey (18581952).

Akhirnya, dengan munculnya pemikiran filsafat yang bermacammacam ini, berakibat tidak terdapat lagi pemikiran filsafat yang mendominasi. Giliran selanjutnya, lahirlah filsafat Kontemporer atau filsafat dewasa ini.

4.      Masa Abad Dewasa Ini (Filsafat Abad ke-20)Filsafat Dewasa Ini atau Filsafat Abad ke-20 juga. disebut Filsafat Kontemporer. Ciri

khas pemikiran filsafat ini adalah desentralisasi manusia karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.

Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah, yaitu arti kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Masalah ini muncul karena realitas sekarang ini banyak bermunculan berbagai istilah yang cara pemakaiannya Bering tidak dipikirkan secara mendalam sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda-beds (bermakna ganda). Maka, timbullah filsafat analitika, yang di dalamnya membahas tentang cars berpikir untuk mengatur pemakaian kata-kata/istilah-istilah yang menimbulkan kerancuan, sekaligus dapat menunjukkan bahaya-bahaya yang terdapat di dalamnya. Karena bahasa sebagai objek terpenting dalam pemikiran filsafat, pars ahli pikir menyebutnya sebagai logosentris.

Bidang etika sosial memuat pokok-pokok masalah apakahyang bmdak kita perbuat di dalam masyarakat dewasa ini.

Kemudian, pada paruh pertama abad ke-20 ini timbul aliranaliran kefilsafatan, seperti Neo-Thomisme, Neo-Kantianisme, NeoHegelianisme, Kritika Ilmu, Historisme, Irasionalisme, Neo-Vitalisme, Spiritualisme, Neo-Positivisme. Aliran-aliran di atas sampai sekarang

Page 272: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

tinggal sedikit yang masih bertahan. Sementara itu, pada awal belahan akhir abad ke-20 muncul aliran-aliran kefilsafatan yang lebih dapat memberikan corak pemikiran dewasa ini, seperti Filsafat Analitik, Fisafat Eksistensi, Strukturalisme, Kritika Sosial.

Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sissem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongengdongeng).

Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal-pikir dan meningOkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya pars ahli pikir untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir ini menyebabkan banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara mumi. Maka, timbullah peristiwa ajaib The Greek Mira-de, yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.

Berikut ini terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani lahir.a.       Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), di mana mitos dianggap sebagai awal dari

upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.

b.      Karya Sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsuf Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang didalamnya mengandung nilai-niai edukatif.

c.       Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di Lembah Sungai Nil. Kemudian, berkat kemampuan dan kecakapannya, ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktisnya raja, tetapi juga aspek teoretis kreatif

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.

Pengertian filsafat pada saat itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang masih global, sehingga nantinya satu demi satu berkembang dan memisahkan diri menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.

Zaman Yunani terbagi menjadi dug periode, yaitu periode Yunani Kuno dan periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diisi oleh ahli pikir alam (Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes, dan Democritos). Sedangkan pada periode Yunani Klasik diisi oleh ahli pikir seperti Socrates, Plato, Aristoteles.

A.        Yunani KunoPeriode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian,

karena pada periode ini ditandai dengan munculnya pare ahli pikir alam, di mana arch dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di se-kitarnya. Mereka membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan aka' pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.

Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang penuh nuansa dan ritue dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu.'

1.      Thales (625-545 SM)Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus pada abad ke-5 SM. Thales

sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles

Page 273: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

memberikan gelar The Father of Philosophy,2 juga menjadi penasihat teknis ke-12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.

Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuwan pada masa itu is mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Ia juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari, dan bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki sama besarnya. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deductive reasoning (bapak penalaran deduktif).

Dari pendapat itu dapat kita artikan bahwa apa yang disebur sebagai arche (asas pertama dari alam semesta) adalah air. Katanya, semua berasal dari air, dan semuanya kembali menjadi air. Bahwa bumi terletak di atas air, dan bumi merupakan bahan yang muncu: dari air dan terapung di atasnya.

Dalam sejarah matematika, Thales dianggap sebagai pelopor geometri abstrak yang didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir, yang implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki adalah sama besarnya.

Walaupun pandangan-pandangan Thales banyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang masih sangat sederhana dengan menggunakan rasio (akal pikir).

2.      Anaximandros (40-546 SM)Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusasteraan Yunani,

dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Jadi, ia merupakan orang pertama yang membuat pets bumi' Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota barn di Apollonia, Yunani.

Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada'salah satu unsur yang dapat diamati oleh indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indra, yaitu to apeiron,5 sebagai sesuatu yang ak terbatas, abad sifatnya, tidak--berubah-ubah, ada pada segala dan sesuatu yang paling dalam. Alasannya, apabila tentang tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur, maka unsur terseakan mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya a tidak ada tempat bagi unsur yang berlawanan 6

Pendapatnya yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali besar dari tingginya. Bumi tidak terletak atau bersandar pada to pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada jagad raya. Pemikirannya ini harus kita pandang sebagai titik yang mengherankan bagi orang-orang modern.

3.      Pythagoras ( ± 572 - 497 SM)Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya

tidak diketahui secara pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian. Mqurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles Pythagoras pindah ke kota Kroton, Italia Selatan karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. Di kota ini ia mendirikan sekolah agama, selama 20 tahun ia di Kroton, kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini.'

Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rules the universe = bilangan memerintah jagat raya). Ia juga mengembangkan pokok coal matematik yang termasuk teori bilangan. Umpamanya, dikembangkannya susunan bilangan-bilangan yang mempunyai bentuk geometric.

Page 274: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendirisendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa Tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.

Pythagoraslah yang mengatakan pertama kali bahwa dam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Keharmonisan dapat tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti:a.    terbatas - tak terbatas;b.   ganjil - genap;c.    satu — banyak;d.   laki-laki - perempuan;e.    bujur sangkar - empat persegi panjang;f.     diam - gerak;g.    lurus - bengkok;h.    baik - buruk;i.      terang - gelap;j.     kanan - kiri.1

Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleli Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai prang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya sebagai philosophos yaitu pencipta kearifan. Istilah philosophos ini kemudian menjadi philosophic yang terjemahannya secara harfiah adalah cinta kearifan atau kebijaksanaan. Sampai sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijakcoman (love of wisdom).'

Sebagai seorang yang ahli matematika abadi ia dengan dalilnyx jurrilah dari luas dua sisi sebuah segi tiga siku-siku adalah sama dengan luas sisi miringnya (i + bI = d).

4.      Xenophanes (570 - ? SM)Ia lahir di Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mmgembara ke Yunani.

Ia lebih tepat dikatakan sebagai penyair daripada ahli pikir (filosoo, hanya karena ia mempunyai daya nalar yang bitis dan mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu. N2manya menjadi terkenal karena untuk pertama kah melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasio) dengan pemikiran mitos.

Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, *tu Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan berpikir, Tuhan pun se-perti manusia yang bersuara, berpakaian, dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. la juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekan atas keesaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasar pada mitologi.

5.      Heraditos (535 - 475 SM)Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil, dan merupakan kawan dari

Pythagoras. dan Xenophanes, akan tetapi lebih tug. Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani.

Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Ucapannya yang terkenal: Panto rhei kai uden menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai

Page 275: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dan tidak satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada di belakangnya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya, dikatakan bahwa hakikat segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.

Tentang pengetahuan pun demikian, yaitu bahwa pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang berubah-ubah sehingga apa yang disebutnya sebagai realitas merupakan sesuatu yang khusus, jumlahnya banyak, dan sifatnya dinamis. Realitas merupakan dunia materi, di mana pada setiap realitas berbeda satu dengan yang lainnya, dan tidak ada hal yang tetap berlaku umum.11

Pemikiran tentang benda, ia mengemukakan bahwa tiap benda terdiri dari hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan, dua ekstrem yang soling bertolak belakang, walaupun demikian, tetap membentuk kesatuan. Yang satu adalah banyak, dan yang banyak adalah satu. Hal ini berarti segala hal yang ada mengandung dalam dirinya pertentangan dari dirinya sendiri. Akan tetapi, justru pertentangan itulah yang mencipta suatu kesatuan, keharmonisan. Setiap pertentangan akan mencipta keadilan, seperti: musim dingin dan

im panas, siang dan malam, bangun dan tidur, cinta dan benci, tua dan muda, dan sebagainya.11 Dengan kata lain, musim panas ada ada musim dingin. Kesehatan sebagai sesuatu yang penting karena ada penyakit. Kalau dirumuskan secara (dengan) terminologi modern bahwa segala sesuatu merupakan sintesis dari hal-hal yang bersifat kontradiktif.

Heraditos yang mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu mau asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali ke api.

Menurut pendapatnya, di dalam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh) yang disebutnya sebagai logos (akal atau semacam wahyu). Logos inilah yang menguasai dan sekaligus mengendalikan brberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat apabila se-suai dengan logos.

6.      Parmenides (540-475 SM)Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. kebesarannya sama

dengan kebesaran Heradeitos. Dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being).

Menurut penuturan Plato, pads usia 65 tahun bersama Zeno berkunjung ke Athena untuk berdialog dengan Socrates yang mass itu Socrates masih muda. Karya-karyanya berbentuk puisi.

Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Hal ini berbeda dengan pendapat Heradeitos, yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.

a.         Mengenai Hakikat yang Ada (Being)la kagum adanya misteri segala realitas yang ada. Di situ ia menemukan berbagai

(keanekaragaman) kenyataan, dan ditemukan pula adanya hal yang tetap dan berlaku secara umum. sesuatu yang tetap dan berlaku umum itu tidak dapat ditangkap melalui indra, tetapi dapat ditangkap lewat pikiran atau aka]. Untuk memunculkan realitas tersebut hanya dengan berpikir.11

Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat

Page 276: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dipikirkan.Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat dibagi-bagi karena

membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin. Yang ada tidak dijadikan dan tidak dapat musnah. Tidak ada kekuatan apa pun yang dapat menandingi yang ada. Tidak ada sesuatu pun yang dapat ditambahkan atau mengurangi terhadap yang ada. Kesempurnaan yang ada digambarkan, sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama. Yang ada di segala tempat, oleh karenanya tidak ada ruangan yang kosong, maka di luar yang ada masih ada sesuatu yang lain.

7.       Zeno (± 490 - 430 SM)Zeno lahir di Elea, dan murid dari Parmenides. Sebagai murid dari Parmenides ia dengan

gigihnya mempertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik. Maka, di kemudian bah ia dianggap sebagai peletak dasar dialektika.

Menurut Aristoteles, Zenolah yang menemukan dialektika, yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian atau hipotesis, dan dari hipotesis tersebut ditarik suatu kesimpulan. Dalam melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari hipotesis yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil sehingga terbukti bahwa hipotesis itu salah.

Sebagai contoh dalam mengemukakan hipotesis terhadap mekwan gerak adalah sebagai berikut.

a.          Anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebagai hal yang tidak bergerak karena pada setiap saat anak panah tersebut berhenti di suatu tempat tertentu. Kemudian dari tempat tersebut bergerak ke suatu tempat pemberhentian yang lain, dan seterusnya ... Memang dikatakan anak panah tersebut melesat hingga sampai yang dituju, artinya perjalanan anak panah tersebut sebenarnya merupakan kumpulan pemberhentian-pemberhentian anak panah.

b.          Achiles si jago lari yang termasyhur dalam mitologi Yunani tidak dapat menang melawan kura-kura, karena kura-kura berangkat sebelum Achiles, sehingga Achiles lebih dahulu harus melewati atau mencapai titik di mana kura-kura berada saat ia berangkat. Setelah Achiles berada di suatu titik, kura-kura tersebut sudah lebih jauh lagi, dan seterusnya sehingga jarak antara Achiles dan kura-kura selalu berkurang, tetapi tidak pernah habis.11

Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat terpecahkan orang secara logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian limit dari serf tak terhingga.

8.      Empedodes (490 - 435 SM)Lahir di Akragos, pulau Sicilia. Ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Pythagorean,

Parmenides, dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik, dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi, seperti Parmenides.

Empedodes sependapat dengan Parmenides, bahwa alam semesta di dalamnya tidak ada hal yang dilahirkan secara barn, dan tidak ada hal yang hilang. Ia tidak setuju dengan konsep ruang kosong, akan tetapi ia mempertahankan adanya pluralitas dan perubahan dari hasil pengamatan indra. Realitas tersusun oleh empat unsur, yaitu api, udara, tanah, dan air. Kemudian, empat unsur tersebut digabungkan dengan unsur yang berlawanan. Sehingga penggabungan dari unsurunsur yang berlawanan tersebut akan menghasilkan suatu bendy de-ngan kekuatan yang sama, tidak berubah, walaupun dengan komposisi yang berbeda.

Terdapat dua unsur yang mengatur perubahan-perubahan di alam semesta ini, yaitu: cinta dan benci. Cinta mengatur ke arah penggabungan, benci mengatur ke arah perceraian atau perubahan. Kedua unsur tersebut dapat meresap ke mana saja. Proses penggabungan dan perceraian ini terjadi secara terus-menerus,. tiada henti-hentinya.

Dengan demikian, dalam kejadian di alam semesta unsur cinta dan benci selalu menyertainya. Juga, proses penggabungan dan perceraian tersebut berlaku untuk melahirkan makhluk-makhluk hidup. Sementara itu, manusia pun di samping terdiri dari empat unsur (api,

Page 277: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

udara, tanah dan air) juga mengenal. keempat unsur tersebut. Hal ini disebabkan oleh teori pengenalan yang dikemukakan Empedodes bahwa yang sama mengenal yang sarna.11

9.      Anaxagoras ( ± 499 - 420 SM)Ia dilahirkan di kola Klazomenai, Ionia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun.

Anaxogoras adalah ahli pikir yang pertama pang berdomisili di Athena, di mana di kemudian hari Athena inilah awnjadi pusat utama perkembangan filsafat Yunani sampai abad bL-2 SM. Ia pernah diajukan ke pengadilan dengan mengajarkan bahwa matahari adalah batu yang berpijar dan bulan adalah tanah, bukan sebagai dewa seperti apa yang menjadi kepercayaan masyarakat pads saat itu. Atas jasa Perides, is dapat dilepaskan dan kemudian sugarikan diri ke Lampsakos.

Ia mengarang buah karyanya dalam sebuah prosa. Beberapa fragnwn dari bagian pertama buku tersebut masih tersimpan. Menurut besaksian Aristoteles, Anaxagoras lebih tua daripada Empedodas, wWi buku karyanya muncul setelah karya Empedodes.11

Pemikirannya, realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom." Atom ini sebagai bagian yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga.

Ia tidak sependapat dengan konsep ruang kosong. Alasannya bagaimana dengan gerak atom-atom itu apabila tidak ada ruang kosong. Dan ruang yang kosong inilah yang menjadi syarat untuk bergeraknya atom-atom.

Tentang terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda bentuknya itu Baling terkait, kemudian digerakkan oleh puting beliung. Semakin banyak atom-atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak (atom yang padat).

Realitas seluruhnya merupakan suatu campuran yang mengandung semua benih. Di dalam tiap benda mengandung semua benih. Indra kita tidak dapat melihat semua benih yang ada di dalamnyaHanya bisa dilihat benih yang paling dominan. Misalnya, kita meh a: emas (yang terlihat emas, karena warna kuning yang paling dominan), walaupun benih-benih yang lain seperti perak, besi, tembaga terdapat di dalamnya.

Ia mengemukakan pemikirannya tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh Empedodes tentang cinta dan benci yang menyebabkan adanya penggabungan dan perceraian, maka Anaxagoras mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus. Nus, yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Nus mengenal dan menguasai segala sesuatu.

Karena ajaran Anaxagoras tentang nus inilah, untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal adanya pembedaan antara yang jasmani dan yang rohani.11

10.  Democritos (460 - 370 SM)Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga

yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri-negeri Timor lainnya. Dari karyakaryanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bermacam-macam masalah, seperti kosmologi, matematika, astronomi, fogika, etika, teknik, musik, puisi, dan lain-lainnya. Oleh karena itu, is dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.

Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur terse-but merupakan bagian materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak mampu mengamatinya dan tidak dapat dibagi lagi. Unsur-unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena tiga hal yaitu bentuk, urutan, dan posisinya. Atom-atom ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah, dan tidak berkualitas.

Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu. bergerak, berarti harus ada ruang kosong. Satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat. Maka, Democritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak

Page 278: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

(yang kosong).

B.     Yunani KlasikPada periode Yunani Klasik ini perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu

ditandainya semakin besar minas orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali periode Yunani Klasik ini adalah Sofisme. Penamaan aliran Sofisme ini berasal dari kata sophos yang artinya cerdik pandai. Keberadaan Sofisme ini dengan keahliannya dalam bidang-bidang bahasa, politik, retorika, dan terutama memaparkan tentang kosmos dan kehidupan manusia di masyarakat sehingga keberadaan Sofisme ini dapat membawa perubahan budaya dan peradaban Athena.

Antara kaum Sofis dengan Socrates mempunyai hubungan yang erat sekali. Di samping mereka itu hidup sezaman, pokok permasalahan pernikiran mereka juga sama, yaitu permasalahan Socrates bukan ko jagat raya, tetapi manusia (Socrates telah memindahkan filsafat dari langit ke bumi), sedangkan kaum Sofis juga memusatkan perhatian pemikirannya kepada manusia. Bahkan Aristophanes menyebutkan bahwa sesungguhnya Socrates termasuk kaum Sofis. Perbedaan antara kaum Sofis dengan Socrates adalah bahwa pemikiran filsafat Socrates sebagai suatu reaksi dan kritik terhadap pemikiran kaum Sofis.11

1.   Kaum SofisSofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran, tetapi lebih merupakan suatu gerakan

dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh kepesatan minat orang terhadap filsafat.

Istilah Sofis yang berasal dari kata sophistes mempunyai pengertian seorang sarjana atau cendekiawan. Di kemudian hari sebutan sofis mempunyai pengertian yang kurang baik karena sofis diartikan sebagai orang-orang yang pekerjaannya menipu dengan omongan besar, dengan memakai alasan-alasan yang dibuatnya sehingga orang yang menjadi korbannya yakin dengan apa yang dikatakan si sofis. Para sofis tersebut pekerjaannya berkeliling kota untuk memberikan ajarannya dengan imbalan jasa atau uang.

Di atas telah disebutkan bahwa timbulnya kaum Sofis karena akibat dari minat orang terhadap filsafat. Akan tetapi, terdapat tiga faktor yang mendorong timbulnya kaum Sofis, yaitu sebagai berikut.

a.    Perkembangan secara pesat kota Athena dalam bidang politik dan ekonomi. Hal ini mengakibatkan kota Athena menjadi ramai, demikian juga Para ahli pikir atau kaum intelektual mengunjungi kota Athena. Dengan demikian, Athena menjadi kota yang berkembang sangat pesat dalam bidang intelektual maupun bidang kultural.

b.   Setelah kota Athena mengalami keramaian penduduknya yang bertempat tinggal, maka kebutuhan dalam bidang pendidikan tidak terelakkan lagi karena desakan kaum intelektual. Lebih-lebih Athena sebagai pusat politik sehingga, peranan pendidikan sangat penting untuk mendidik kaum mudanya. Kaum Sofis men-&& kaum mudanya sebagai upaya untuk melanjutkan pendiAkan dasar yang telah ada. Pendidikan yang diupayakan adalah matematika, astronomi, bahasa yang penting untuk mendidik kaum muda dalam keterampilan berdebat dan percaturan politik. Dengan demikian, kaum Sofis mempunyai jasa yang besar dalam bidang retorika (tata bahasa) atau ilmu keahlian berpidato.

c.    Karena pemukiman perkotaan bangsa Yunani biasanya terletak di pantai, kontak dan pergaulan dengan bangsa lain tidak dapat dihindari lagi. Akibatnya, orang-orang Yunani banyak mengenal berbagai kebudayaan, dan sekaligus terjadi akulturasi kebudayaan. Sehingga, dengan terbukanya masyarakat Yunani terhadap budaya luar akan membuat orang-orang Yunani menjadi dinamis dan berkembang.

d.   Salah satu tokoh Sofisme adalah Gorgias (480 - 380 SM). Gorgias tokoh Sofisme yang paling banyak muridnya, walaupun masih banyak lagi tokoh yang kecil, misalnya Hippias, Prodikos, dan Kritias.

Page 279: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

2.      Gwgias (480 - 380 SM)la lahir di Leontinoi, Sicilia. Namanya menjadi terkenal karena ajarannya dalam bidang

retorika atau seni berpidato, dan memang is sangat pandai berdebat.Menurut pendapatnya, yang penting adalah bagaimana dapat meyakinkan orang lain

agar menerima pendapat kita. Dengan demikian, dalam berdebat bukan mencari kebenaran, tetapi bagaimana memenangkan perdebatan.Pemikirannya yang penting adalah:

a.          mencari keterangan tentang asal usul yang ada;b.          bagaimana peran manusia sebagai makhluk yang mempunyai ke hendak berpikir karena dengan

kehendak berpikir itulah manusia mempunyai pengetahuan yang nantinya akan menentukan sikap hidupnya;

c.          norma yang sifatnya umum tidak ada, yang ada norma yang individualistic (subjektivisme);d.          bahwa kebenaran tidak dapat diketahui sehingga ia termasuk penganut Skeptisisme.

Dari pendapat beberapa orang terhadap aliran Sofisme terdapat perbedaan, yaitu ada yang menganggap bahwa aliran Sofisme sebagai aliran yang merusak dunia filsafat. Jugs sebaliknya, yaitu mengajarkan kepada orang agar kita dapat berpikir secara kritis, (ini tidak dapat kita tiru) mencari kelemahan-kelemahan yang sifatnya destruktif agar kita memenangkan perdebatan.

Aspek positif dari adanya aliran Sofisme ini akan mempengaruhi terhadap, kebudayaan Yunani, yaitu suatu revolusi intelektual, dan mengangkat manusia sebagai objek pemikiran filsafat. Hal ini akan mempengaruhi pemikiran Socrates Berta pelopor bagi pendidikan bagi para pemuda secara sistematis. Aspek negatifnya, aliran Sofisme membawa pengaruh yang tidak baik terhadap kebudayaan Yunani, terutama nilai-nilai tradisional (agama dan moral) dihancurkan. Kecakapan berpidato dipergunakan untuk memutarbalikkan kebenaran karena Sofisme meragukan kebenaran dan ilmu pengetahuan digoncangkan.20

Hal terpenting dengan munculnya Sofisme ini adalah mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka menyiapkan kelahiran pemikiran filsafat Yunani Klasik yang dipelopori Socrates, Plato, dan Aristoteles.

3.      Socrates (469 - 399)Mengenai riwayat Socrates tidak banyak diketahui, tetapi sebagai utama keterangan tentang

dirinya dapat diperoleh dari tulisan hanes, Xenophon, Plato, dan Aristoteles. Ia sendiri tidak mekan tulisan, sedangkan keterangan tentang dirinya didapat para muridnya. Orang yang paling banyak menulis tentang tes adalah Plato yang berupa dialog-dialog.

Ia anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama rnarete, yang pekerjaannya seorang bidan. Istrinya bernama yang dikenal sebagai seorang yang judes (galak dan keras). berasal dari keluarga yang kaya dengan mendapatkan pendidikan baik, kemudian menjadi prajurit Athena. Ia terkenal sebagai prayang gagah berani. Karena ia tidak suka terhadap urusan politik, ia lebih senang memusatkan perhatiannya kepada filsafat, yang ia dalam keadaan miskin.

Seperti halnya kaum Sofis, Socrates mengarahkan perhatiannya manusia sebagai objek pemikiran filsafatnya. Berbeda dengan Sofis, yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu met bayaran, tetapi Socrates tidak memungut bayaran kepada muridnya. Maka, ia kemudian oleh kaum Sofis sendiri dituduh rikan ajaran barunya, merusak moral para pemuda, dan me-g kepercayaan negara. Kemudian ia ditangkap dan akhirnya coati dengan minum racun pada umur 70 tahun yaitu pada 399 SM. Pembelaan Socrates atas tuduhan tersebut telah ditulis Plato dalam karangannya: Apologia.

Sejak muda Socrates telah terlihat sifat kebijaksanaannya, karena min ia cerdas juga pada setiap perilakunya dituntun oleh suara batin (daimon) yang selalu membisikkan dan menuntun ke arah keutamaan moral. Cara memberikan pelajaran kepada para muridnya dengan &alog (tanya jawab), yang bertu)uaD untuk mengupas kebenaran semu yang selalu menyelimuti Para muridnya. Kebenaran semu tersebut muncul karena ketidaktahuan para muridnya

Page 280: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

tentang hal-hal tertentu. Dengan-cara dialog pengetahuan semu akan terdobrak sehingga mampu keluar dan melahirkan pengetahuan yang sejati.

Peran Socrates dalam mendobrak pengetahuan semu itu meniru pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya menolong kelahiran bayi, akan tetapi ia berperan sebagai bidan pengetahuan. Teknik dalam upaya menolong kelahiran (bayi) pengetahuan itu disebut majeutike (kebidanan) yaitu dengan cara mengamat-amati hal-hal yang konkret dan yang beragam coraknya tetapi pada jenis yang sama. Kemudian unsur-unsur yang berbeda dihilangkan sehingga tinggallah unsur yang sama dan bersifat umum, itulah pengetahuan sejati.

Pengetahuan sejati atau pengertian sejati sangat penting dalam mencapai keutamaan moral. Barangsiapa yang mempunyai pengertian sejati berarti memiliki kebajikan (arete) atau keutamaan moral berarti pula memiliki kesempurnaan manusia sebagai manusia.*)

Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.

4.      Plato (427 - 347 SM)Plato adalah pengikut Socrates yang tact di antara para pengikutnya yang mempunyai

pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir jugs dikenal sebagai sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperolehnya secara cukup Ia lahir di Athena, dengan nama asli Aristodes. Ia belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heradeitos, dan Elia, akan tetapi ajarannya yang paling besar pengaruhnya adalah dari nama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Sebagai orang yang dilahirkan dalam lingkungan keluarga bangsawan ia mendapatkan pendidikan yang baik dari seorang bangsawan, bernama Pyrilampes. Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian menjadi gurunya selama 8 tahun.

Pada usia 40 tahun ia mengunjungi Italia dan Sicilia, untuk belajar ajaran Pythagoras, kemudian sekembalinya ia mendirikan sekolah: Akademia. sekolah tersebut dinamakan Akademis, karena berdekatan dengan kuil Akademos seorang pahlawan Athena. Ia memimpin sekolah tersebut selama 40 tahun. Ia memberikan pengajaran secara baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama bagi orangorang yang akan menjadi politikus.

Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama: mana yang benar yang berubah-ubah (Heradeitos) atau yang tetap (Parmenides). Mana yang benar antara pengetahuan yang lewat indra dengan pengetahuan yang lewat akal. Pengetahuan yang diperoleh lewat indra dise-butnya pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman. Sementara itu, pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal. Pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman bersifat tidak tetap atau berubah-ubah, sedangkan pengetahuan akal bersifat tetap atau tidak berubah-ubah.

Sebagai contoh, terdapat banyak segitiga yang bentuknya berlainlainan menurut pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman, tetapi dalam ide atau pikiran bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap, dan ini menurut pengetahuan akal.

Dunia Ide dan Dunia PengalamanSebagai penyelesaian persoalan yang dihadapi Plato tersebut di atas, is menerangkan

bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap, bermacam-macam dan berubah Berta dunia ide yang bersifat tetap, hanya sat' macam, dan tidak berubah. Dunia pengalaman merupakan bayang-bayang dari dunia ide sedangkan dunia ide merupakan dunia yang sesungguhnya, yaitu dunia realitas. Dunia inilah yang menjadi "model" dunia pengalaman. Dengan demikian, dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas itu adalah dunia ide.

jadi, Plato, dengan ajarannya tentang ide, berhasil menjembatani pertentangan pendapat

Page 281: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

antara Herakleitos dan Parmenides. Plato mengemukakan bahwa ajaran dan pemikiran Herakleitos itu benar, tetapi hanya berlaku pada dunia pengalaman. Sebaliknya, pendapat Parmenides jugs benar, tetapi hanya berlaku pada dunia ide yang hanya dapat dipikirkan oleh akal.

Dibandingkan dengan gurunya, Socrates, Plato telah maju selangkah dalam pemikirannya. Socrates barn sampai pada pemikiran tentang sesuatu yang umum dan merupakan hakikat suatu realitas, tetapi Plato telah mengembangkannya dengan pemikiran bahwa hakikat suatu realitas itu bukan "yang umum", tetapi yang mempunyai kenyataan yang terpisah dari sesuatu yang berada secara konkret, yaitu ide. Dunia ide inilah yang hanya dapat dipikirkan dan diketahui oleh akal.11

Pemikirannya tentang Tuhan, Plato mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya. Masalah tersebut adalah sebagai berikut.

a.       Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.b.      Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia.c.       Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak dan lain-

lain.d.      Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai

peraturan.Sebagai puncak pemikiran filsafat Plato adalah pemikirannya tentang negara, yang tertera

dalam Polites dan Nomoi. Pemikirannya tentang negara ini sebagai upaya Plato untuk memperbaiki keadaan negara yang dirasakan buruk.

Konsepnya tentang negara di dalamnya terkait etika dan teorinya tentang negara. Konsepnya tentang etika sama seperti Socrates, yaitu bahwa tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau well-being). Akan tetapi, untuk hidup yang baik tidak mungkin dflakukan tanpa di dalam polis (negara). Alasannya, karena manusia menurut kodratnya merupakan makhluk social dan kodratnya di dalam polis (negara). Maka, untuk hidup yang baik, dituntut adanya negara yang baik. Sebaliknya, polis (negara) yang jelek atau buruk tidak mungkin menjadikan Para warganya hidup dengan baik.

Menurut Plato, di dalam negara yang ideal terdapat tiga golongan berikut.a.             Golongan yang tertinggi, terdiri dari orang-orang yang memerintah (para penjaga, para

filsuD.b.            Golongan pembantu, terdiri dari para prajurit, yang bertugas untuk menjaga keamanan negara dan

menjaga ketaatan para warganya.c.             Golongan rakyat biasa, terdiri dari petani, pedagang, tukang, yang bertugas untuk memikul

ekonomi negara (polis)23Tugas negarawan adalah mencipta keselarasan antara semua keahlian dalam negara (polis)

sehingga mewujudkan keseluruhan yang harmonis. Bentuk pemerintahan harus disesuaikan dengan keadaan yang nyata.

Apabila suatu negara telah mempunyai Undang-Undang Dasar, bentuk pemerintahan yang paling tepat adalah monarki. Bentuk pemerintahan yang aristokrasi dianggap kurang tepat dan sedangkan bentuk pemerintahan yang terburuk adalah demokrasi. Sementara itu, apabila suatu negara belum mempunyai Undang-Undang Dasar, bentuk pemerintahan yang paling tepat adalah demokrasi, dan yang paling buruk adalah monarki. Konsep tentang negara ini ter'tera dalam Politeia (Tara negara)."

5.      Aristoteles (384 - 322 SM)la dilahirkan di Stageira, Yunani Utara pads tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter

pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pads usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa

Page 282: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika.Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya Xenokrates

meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aristoteles menikah dengan Pythias. Pads tahun 345 SM kota Assos diserang oleh tentara Parsi, rajanya (rekan Aristoteles) dibunuh, kemudian Aristoteles dengan kawan-kawannya melarikan diri ke Mytilene di pulau Lesbos tidak jauh dari Assos.

Tahun 342 SM Aristoteles diundang raja Philippos dari Macedonia untuk mendidik anaknya Alexander. Dengan bantuan raja Aristoteles mendirikan sekolah Lykeion.Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan sebagai berikut.

a.    Logika, terdiri dari:1)         Categoriac (kategori-kategori),2)         De interpretations (perihal penafsiran),3)         Analytics Priors (analitika logika yang lebih dahulu),4)         Analytics Posteriors (analitika logika yang kemudian),5)         Topics,6)         De Sophistics Elenchis (tentang cars berargumentasi kaum Sofis).

b.   Filsafat Alam, terdiri dari:1)         Phisica,2)         De caelo (perihal langit),3)         De generatione et corruptions (tentang timbul-hilangnya makhluk-makhluk jasmani),4)         Meteorologica (ajaran tentang badan-badan jagad rays).

c.    Psikologi, terdiri dari:1)            De anima (perihal jiwa),2)            Parva naturalia (karangan-karangan kecil tentang pokokpokok alamiah).

d.      Biologi, terdiri dari:1)         De partibus animalium (perihal bagian-bagian binatang)2)         De mutu animalium (perihal gerak binatang)3)         De incessu animalium (tentang binatang yang berjalan)4)         De generatione animalium (perihal kejadian binatang-binatang)

e.       Metafisika, oleh Aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama atau theologia.f.        Etika, terdiri dari:

1)      Ethica Nicomachea,2)      Magna moralia (karangan besar tentang moral),3)      Ethica Eudemia.

g.       Politik dan ekonomi, terdiri dari:1)      Politics,2)      Economics.h.       Retorika dan poetika, terdiri dari:1)      Rhetorica,2)      Poetica.

Berikut ini akan kami uraikan tentang beberapa pemikiran Aristoteles yang terdiri dari:a.        ajarannya tentang logika;b.       ajarannya tentang sillogisme;c.        ajarannya tentang pengelompokan ilmu pengetahuan;d.       ajarannya tentang potensia dan dinamika;e.        ajarannya tentang pengenalan;f.        ajarannya tentang etika;g.       ajarannya tentang negara.

Page 283: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

ad. a. Ajarannya tentang LogikaLogika tidak dipakai oleh Aristoteles, ia memakai istilah analitika. Istilah logika pertama

kali muncul pada abad pertama Masehi oleh Cicero, artinya seni berdebat. Kemudian, Alexander Aphrodisiac (Abad III Masehi) orang pertama yang memakai kata logika yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.

Menurut Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitiktolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian mernuat dua golongan, yaitu substansi (sebagai sifat yang umum), dan aksidensia (sebagai sifat yang secara tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu:

1.      Subtansi (mis. manusia, binatang);2.      kuantitas (dua, tiga);3.      kualitas (merah, baik);4.      relasi (rangkap, separuh);5.      tempat (di rumah, di pasar);6.      waktu (sekarang, besok);7.      keadaan (duduk, berjalan);8.      mempunyai (berpakaian, suami);9.      berbuat (membaca, menulis);

menderita (terpotong, tergilas. Sampai sekarang, aristoteles dianggap sebagai bapak logika tradisional.ad. b. Ajarannya tentang Silogisme

Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah proses berpikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk kesimpulan yang sifatnya umum. Sementara itu, deduksi proses berpikir yang bertolak pada dua kebenaran yang tidak lagi untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik melahirkan pengetahuan baru. Berpikir deduksi yaitu silogisme,yang terdiri dari premis mayor dan premis minor, dan kesimpulan.

Perhatikan contoh berikut.       Manusia makhluk hidup (premis mayor)       Si Fulan adalah manusia (premis minor)       Si Fulan adalah makhluk hidup (kesimpulan)

ad. c. Ajarannya tentang Pengelompokan Ilmu PengetahuanAristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu:

a.         ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik);b.         ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian);c.         ilmu pengetahuan teoretis (fisika, matematika, metafisika).ad. d. Ajarannya tentang Aktus dan Potensia

Mengenai realitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran atau pemikiran filsafatnya adalah ajaran Plato tentang ide. Realitas yang sungguh-sungguh ada bukanlah yang umum dan yang tetap seperti yang dikemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada yang khusus dan yang individual. Keberadaan manusia bukan di dunia ide, tetapi manusia berada yang satu per satu. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang konkret, yang bermacam-macam, yang berubah-ubah. Itulah realitas yang sesungguhnya.

Mengenai hule dan morfe, bahwa yang disebut sebagai hule adalah suatu unsur yang menjadi dasar permacaman. Sementara itu, morfe adalah unsur yang menjadi dasar kesatuan. Setiap benda yang konkret terdiri dari hule dan morfe. Misalnya, es batu dapat dijadikan es teh,

Page 284: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

es sirop, es jeruk, dan es teh tentu akan lain dengan es jeruk karena morfenya. Jadi, hule dan morfe tidak terpisahkan.ad e. Ajarannya tentang Pengenalan

Menurut Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenalan indrawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan indrawi kita hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan materinya) dan hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, pengenalan rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikat dari sesuatu benda. Dengan pengenalan rasional ini kita dapat menuju satu-satunya untuk ke ilmu pengetahuan. Cara untuk menuju ke ilmu pengetahuan adalah dengan teknik abstraksi. Abstraksi artinya melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan, sehingga tinggal sifat atau keadaan yang secara kebetulan yaitu intisari atau hakikat suatu benda.ad. f. Ajarannya tentang Etika

Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap masalah etika. Karena etika bukan diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi dipakai sebagai hukum kesusilaan. Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan adalahh suatu keadaan di mana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. Jadi, bukan sebagai sebahagian subjektif. Kebahagiaan harus sebagai suatu aktivitas yang nyata , dan dengan perbuatannya itu dirinya semakin disempurnakan..Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berpikir murni.

ad. g. Ajarannya tentang NegaraMenurut Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang paling

baik adalah negara dengan sistem demokrasi yang berdasarkan moderat, artinya sistem demokrasi yang berdasarkan Undang-Undang Dasar.

6.      Filsafat HellenismeFilsafat Yunani Klasik mencapai puncaknya dengan munculnya Aristoteles. Setelah

Aristoteles meninggal dunia, pemikiran filsafat Yunani merosot. Lima abad sepeninggal Aristoteles terjadi kekosongan sehingga tidak ada ahli pikir yang menghasilkan buah pemikiran filsafatnya seperti Plato atau Aristoteles, sampai munculnya filosof Plotinus (204 - 270).

Lima abad dari adanya kekosongan di atas diisi oleh aliran-aliran besar (seperti: Epikurisme, Stoaisme, Skeptisisme, dan Neoplatonisme). Pokok permasalahan filsafat dipusatkan pada cara hidup manusia sehingga orang yang dikatakan bijaksana adalah orang yang mengatur hidupnya menurut budinya. Cara untuk mengatur hidup inilah yang menjadi dasar dari Epikurisme, Stoaisme, dan Skeptisisme. Menurut sejarah filsafat, masa ini (sesudah Aristoteles) disebut zaman Hellenisme .17

Filsafat Hellenisme ini dimulai pada pemerintahan Alexander Agung (356 - 23 SM) atau Iskandar Zulkarnain Raja Macedonia. Pada zaman ini terjadi pergeseran pemikiran filsafat, dari filsafat teoretis menjadi filsafat praktis.

a.      EpicurismeSebagai tokohnya Epicurus (341 - 271 SM), lahir di Samos dan mendapatkan

pendidikan di Athena. la mendapat pengaruh dari ajaran Democritos dan Aristophos.Pokok ajarannya adalah bagaimana agar manusia itu dalam hidupnya bahagia.

Epicurus mengemukakan bahwa agar manusia dalam hidupnya bahagia terlebih dahulu harus memperoleh ketenangan jiwa (ataraxia). Menurut kenyataan, banyak manusia yang hidupnya tidak bahagia karena mengalami ketakutan. Jadi, apabila manusia telah dapat menghilangkan ketakutannya itu, niscaya manusia akan memperoleh ketenangan jiwa, yang selanjutnya akan memperoleh kebahagiaan.

Terdapat tiga ketakutan dalam diri manusia seperti berikut ini.

Page 285: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Pertama, agar manusia tidak takut terhadap kemarahan dewa. Sesungguhnya tidak beralasan manusia takut terhadap kemarahan dewa karena dewa mempunyai dunianya sendiri dan ma-nusia mempunyai dunianya sendiri. jadi dunia dewa dengan manusia lain.Kedua, agar manusia tidak takut terhadap kematian. Tidak beralasan apabila manusia takut terhadap kematian karena kematian itu merupakan akhir suatu kehidupan dan setelah manusia hidup, tidak ada kehidupan lagi. Jadi, manusia tidak perlu takut akan kematian.Ketiga, agar manusia tidak takut terhadap nasib. Karena nasib manusia bukan ditentukan oleh dewa, akan tetapi ditentukan oleh atom-atom. Dengan demikian, adanya nasib manusia itu tergantung dari gerak atom-atom yang terdapat dalam diri manusia. Maka tidak ada alasan untuk takut terhadap nasib.Untuk mencapai kebahagiaan manusia harus menghilangkan rasa ketakutan terhadap kemarahan dewa, kematian, dan akan nasib.

b.         StoaismeSebagai tokohnya. adalah Zeno (366 - 264 SM) yang berasal dari Citium, Cyprus.

Ajarannya mempunyai persamaan dengan Epicurus.Pokok ajarannya adalah bagaimana manusia dalam hidupnya dapat bahagia. Untuk

mencapai kebahagiaan tersebut manusia harus harmoni terhadap dunia (alam) dan harmoni dengan dirinya sendiri. Mengapa manusia harus harmoni dengan dunia (alam), karena manusia merupakan bagian daripada dunia (alam). Untuk mencapai harmoni dengan dunia (alam), manusia harus terlebih dahulu harus harmoni dengan dirinya sendiri. Apabila manusia telah dapat mencapai harmoni dengan dirinya sendiri, maka kebahagiaan bukan lagi sebagai tujuan hidup, tetapi dalam keadaan harmoni dengan dirinya sendiri, itulah sesungguhnya manusia dalam keadaan apatheia, yaitu keadaan tanpa rasa (pathe) atau keadaan manusia di mana dirinya dapat menguasai segala perasaannya.11

c.       SkeptisismeTokoh skeptisisme adalah Pyrrhe (360 - 270 SM). Pokok ajarannya adalah bagaimana

cara manusia agar dapat hidup berbahagia. Hal ini is menengarai bahwa sebagian besar manusia itu hidupnya tidak bahagia, sehingga manusia sukar sekali mencapai kebijak-sanaan. Syaratnya, manusia perlu untuk tidak mengambil keputusan karena orang yang tidak pernah mengambil keputusan itu disebut orang yang tidak pernah keliru. Untuk tidak pernah keliru itu manusia harus selalu ragu-ragu terhadap segala bentuk kebenaran dan pengetahuan. Dengan demikian, orang yang bijaksana adalah orang yang selalu ragu-ragu, dengan ragu-ragu itu orang akan tidak pernah keliru. Akhirnya orang tersebut dikatakan sebagai orang yang tidak pernah mengambil keputusan, dan orang yang tidak pernah mengambil keputusan itulah orang yang berbahagia.

Aliran yang lain tingkatannya lebih kecil dari ketiga aliran di atas adalah: Neopythagoras (merupakan campuran dari ajaran Plato, Aristoteles, dan Kaum Stoa), tokohnya Appolonius dari Tyana yang hidup abad pertama SM. Kemudian, Platonis Tengah di mana ajarannya banyak diwarnai ajaran agama. Tokohnya Plutarkhos dan Noumenios, yang hidup pada abad kedua Masehi.

Aliran ketiga adalah filsafat Yahudi. Tokohnya adalah Philo yang hidup tahun 30 SM. la mengupayakan perpaduan antara filsafat Yahudi dengan filsafat Hellenisme.

d.      NeoplatonismeTokohnya adalah Plotinus clan Ammonius Saccas. Kurang lebih 5 abad sesudah

Aristoteles meninggal dunia, muncul kembali filsafat Yunani yang untuk terakhir kalinya. Munculnya kembali pemikiran filsafat Yunani ini bersamaan dengan munculnya agama Kristen (awal abad Masehi).

Plotinus (204 - 270) lahir di Lykopolis, Mesir. Pemikiran filsafatnya dipengaruhi oleh Plato, sedikit Aristoteles. Titik tolak pemikiran filsafat Plotinus adalah bahwa asas yang

Page 286: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

menguasai segala sesuatu adalah satu. Filsafat Neoplatonisme merupakan perpaduan antara filsafat Plato (Ide kebaikan tertinggi) dengan diberi penekanan kepada upaya pencarian pengalaman batiniah untuk menuju ke kesatuan dengan Tuhan (Yang Esa).

Pemikirannya, karena Tuhan merupakan isi dan titik tolak pemikirannya, Tuhan dianggap sebagai Kebaikan Tertinggi dan sekaligus menjadi tujuan semua kehendak. Ada segala sesuatu timbul dari Ada Yang Esa. Yang Esa keluar dari dalam dirinya, tanpa gerak, tanpa kehendak. Yang Esa mengeluarkan pancaran sinar yang tidak bergerak (yaitu matahari yang juga selalu memancarkan sinarnya).

Demikian juga, manusia sebagai makhluk bukanlah sebagai ciptaan Tuhan, tetapi pancaran Tuhan. Proses timbulnya makhluk, pertama yang muncul dari Yang Esa disebut jiwa. jiwa inilah yang menggerakkan alam semesta. Kemudian, dari jiwa timbul roh-roh, dari roh-roh menimbulkan materi-materi.

Karena segala sesuatu (termasuk manusia) itu timbul dengan sendirinya (tidak dicipta Tuhan), tugas manusia adalah kembali ke asalnya yaitu Tuhan. Dalam kehidupan manusia di dunia, apabila manusia terlalu mencurahkan hidupnya ke arah dunia, manusia akan melupakan kodrat sejatinya. Dan apabila manusia memandang dunia secara wajar, manusia akan dapat mencapai dunia ide (Ide Yang Satu yaitu Tuhan).

Plotinus mengharapkan agar manusia tidak menekankan keduniawian sehingga cepat dapat mencapai keindahan dunia. Untuk mencapai keindahan dunia sehingga cepat sampai ke dunia Ide, manusia harus memurnikan diri dari keduniawian yang serbaneka. Akhirnya, apabila manusia dapat memurnikan dirinya dengan menjauhi keduniawian, manusia niscaya akan dapat bersatu dengan Tuhan.11

Walaupun Plotinus mendasarkan diri pada pemikiran Plato, tetapi Plotinus memajukan hal baru yang belum terdapat dalam filsafat Yunani, yaitu arah pemikirannya kepada Tuhan clan Tuhan dijadikan dasar segala sesuatunya.

Karena zaman Neoplatonisme ini diwarnai oleh agama, zaman ini disebutnya sebagai zaman mistik.

Page 287: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB IIFILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN

Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi.' Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran clan kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang mencipta masa keemasan kesusastraan Latin, kesenian, dan arsitektur Romawi.1

Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam pertumbuhannya. Karena bersamaan dengan agama Kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formulasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.

Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof, akan tetapi -setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan.

Kekuatan pengaruh antara filsafat Yunani dengan agama Kristen dikatakan seimbang. Apabila tidak seimbang pengaruhnya, maka tidak mungkin berintegrasi membentuk suatu formula baru. Walaupun agama Kristen relatif masih baru keberadaannya, tetapi pada saat itu muncul anggapan yang sama terhadap filsafat Yunani ataupun agama Kristen. Anggapan pertama, bahwa Tuhan turun ke bumi (dunia) dengan membawa kabar baik bagi umat manusia. Kabar baik tersebut berupa firman Tuhan yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang sempurna dan sejati. Anggapan kedua, bahwa walaupun orangorang telah mengenal agama baru, tetapi juga mengenal filsafat Yunani yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang tidak diragukan lagi kebenarannya.

Dengan demikian, di benua Eropa filsafat Yunani akan tumbuh dan berkembang dalam suasana yang lain. Filsafat Eropa merupakan sesuatu yang baru, suatu formulasi baru, pohon filsafat masih yang lama (dari Yunani), tetapi tunas yang baru (karena pengaruh agama Kristen) memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan yang rindang.3

Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 - 1492) juga dapat dikatakan sebagai "abad gelap". Pendapat ini didasarkan pada penclekatan sejarahSereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalamdirinya. Para Ali pikir pada saat itu pun ticlak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyeliclikanpenyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penye-lidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diaclakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir abad XII, dan yang paling berhasil dalam pengejaran orang-orang murtad ini di Spanyol.Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad Pertengahan adalah:           cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja;           berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles;

Page 288: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

           berfilsafat dengan pertolongan Augustinus clan lain-lain.

Masa Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan/sistern kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara_membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.

Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.

Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu: masa Patristik dan masa Skolastik. Masa Skolastik t--erb--a-gi menjadi: Skolastik Awal, Skolastik Puncak, clan Skolastik Akhir.

A.  Masa PatristikIstilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin

gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inflate menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.

Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya ber-anggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tats cara berpikir). juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. jadi, memakai/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam teal-teal tertentu tidak bertentangan dengan agama.

Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orangorang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.

Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu pars apologis (pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Odgenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.

1.      Justinus MartirNama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah "orang-orang yang

rela coati hanya untuk kepercayaannya".Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari

filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap seba gai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-orang Yunani (Socrates, Plato dan lain-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus

Page 289: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Martir.

2.      Klemens (150 - 215)Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-

pokok pikirannya adalah sebagai berikut:a.       memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari

otoritas filsafat Yunani;b.      memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;c.       bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan memikirkan secara

mendalam.3.         Tertullianus (160 - 222)

Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara l&ailk. fa menolak kehadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat,-bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada-hubungan antara teol6gi dengan filsafat; tid-ak-ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara gereja dengan akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.

Selanjutnya ia mengatakan bahwa clibanding dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para. filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.

Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cars berpikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga berpikir yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga akhirnya Tertullianus mellihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta filsafatnya.4.         Augustinus (354-430)

Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.

Setelah mempelajari aliran skpetisme, ia kemudian tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu sebenarnya ia berpikir dan seseorang yang berpikir sesungguhnya ia berada (eksis).

Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal fikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.

Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada sebuah sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.

B.  Masa SkolastikIstilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.

jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.

Terdapat, beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.

Page 290: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

1.       Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.

2.       Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional mernecahkan persoalan-persoalan megenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.

3.       Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akand-i-m-asukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

4.       Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja .

Filsafat Skolastik ini dapat berkembang clan tumbuh karena beberapa faktor berikut.1.      Faktor Religius

Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mats saja (tempat kesedihan). sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adamomereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya .1

2.   Faktor Ilmu PengetahuanPada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-

biara, gereja, ataupun dari uarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan Yunani.

Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu:a.          Skolastik Awal, berlangsung dari tahun 800-1200;b.         Skolastik Puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300;c.          Skolastik Akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450.

a.      Skolastik AwalSejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot,

terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.

Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 - 814) dapat memberikan suasana ketenanigar-TaFam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, terffiasuvEfii- dbpan manusia Berta p-emikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arch pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.

Saat ini merupakan zaman barn bagi bangsa Eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.

Page 291: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau arses liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (Beni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.

Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scotes Eriugena (815 - 870), Peter Lombard (1100 - 1160), John Saabs=-- bury (1115 - 1180), Peter Abaelardus (1079 - 1180).

1)      Peter Abaelardus (1079 - 1180)Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan

pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan pars ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.

Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua buktibukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.'

2)      Skolastik PuncakMasa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 - 1300 dan

masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu Ran-dai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama . -sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.a)         Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai

abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan-yang luas.b)         Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan

dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.

c)         Berdirinva ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang karat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

Upaya Kristenisasi Ajaran AristotelesPada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran

Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli pikir Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang demikian ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan di fakultas-fakultas, bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang penting dan harus dipelajari.

Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagian-bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori

Page 292: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

barn yang bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles telah diselaraskan dengan ajaran ilmiah (suatu sintesis antara kepercayaan dan akal).

Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa Theologise dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan skolastik.

1.         Albertus Magnus (1203- 1280)Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendekiawan

abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai "doktor universalis" dan "doktor magnus", kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberates, ilmu-ilmu pengetahuan slam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.

Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam mentilis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.11

2.      Thomas Aquinas (1225-1274)Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari

Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, 78

Filsafat UmumItalia. Ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja Katolik

Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pads tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu 'agama di Prancis clan tahun 1259 menjadiguru besar dan penasihat istana NUS.12

Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan.

Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.

Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orangorang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ads kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir.

Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat clan pemikirannya tetap abadi.

Selanjutnya ia katakan bahwa iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan slam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang aktual clan praktis dari gagasannya adalah "pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain". Pandangannya inilah yang menjaclikan perlawanan kaum Protestan karena sikapnya yang otoriter.

Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Bahkan ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi sistem pemikirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang

Page 293: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

memberikan angin segar untuk kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan Langkah-Langkah sebagai berikut.

Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru yang langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang berorientasi pada Ibnu Rusyd, clan upaya ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant.

Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian yang bertentangan dengan spa yang dianggap Kristen bertentangan sebagai firman Aristoteles, tetapi diupayakan selaras dengan ajaran Kristen.

Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah (sintesis deduktif antara iman clan akal). Sistem barunya itu untuk menyusun Summa Theologise.

b.      Skolastik AkhirMasa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat

yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285 - 1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).1)         William Ockham. (1285 - 1349)

Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak.

Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di ramping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.2)         Nicolas Cusasus (1401 - 1464)

Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cars untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui.

Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mans segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.

Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih lugs. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pernikiran para humanis.

c.       Skolastik Arab (Islam)Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarqpg,

dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat islitn7balarn pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam biasanyadipisahkan.

Page 294: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau,Islam-,Rrabi, Ibnu Sina, Al-Kindi,pada masa skolastik). yaitu Al Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut,

1)            Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga' yang dikenal hanya bukuLogtka Aristoteles.

2)            Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutamaJari Ibnu Rusyd' sehingga. Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesar para ahli pikir Skolastik Latin.

3)            Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli piker Islam tersebut

memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Alquran benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.11

Dengan demikian, dalam pernbahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:

1.        Periode Mutakallimin (700 - 900);2.        Periode Filsafat Islam (850 - 1200).

Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terns terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam mengantarkan kemoderenan Barat.

C.  Masa PeralihanSetelah abad pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan yang diisi dengan

gerakan kerohanian yang, bersifat pembaharuan. Zaman-peralihan ini merupakan embrio masa modern. Masa peralihan ini ditandai dengan munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16.

1.      RenaissanceRenaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang

kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia, kemudian di Prancis, Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa. Di antara tokoh-tokohnya adalah Leonardo da Vinci, Michelangelo, Machiavelli, dan Giordano Bruno.

2.      HumanismeHumanisme pada mulanya dipakai sebagai suatu pendirian di kalangan ahli pikir

Renaissance yang mencurahkan perhatiannya terhadap pengajaran kesusastraan Yunani dan Romawi, Berta perikemanusiaan. Kemudian, Humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan untuk kembali melepaskan ikatan dari gereja dan berusaha menemukan kembali sastra Yunani atau Romawi. Di antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia, Erasmus, dan Thomas Morre.

3.      ReformasiReformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat pada abad ke-16. Revolusi

tersebut dimulai dari gerakan terhadap perbaikan Fe~d`aan gereja Katolik. Kemudian berkembang menjadi asas-asas Protestantisme. Para tokohnya antara lain jean Calvin dan Martin Luther.

Akhirnya dalam filsafat Renaissance salah satu unsur pokoknya adalah manusia. Suatu pemikiran yang sejajar dengan Renaissance. Pemikiran yang ingin menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan.

Page 295: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB IIIPEMIKIRAN FILSAFAT DI TIMUR

A.     Filsafat IndiaIndia adalah suatu wilayah yang dibatasi pegunungan yang terjal. Tidak ada jalan

lain kecuali melalui lintasan Kaibar. Pada zaman kuno, daerah India sulit dimasuki oleh musuh sehingga penduduknya dapat menikmati kehidupan yang tenang dan banyak peluang untuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan kerohanian.

Filsafat India berkembang dan menjadi satu dengan agama sehingga pemikiran filsafatnya bersifat religius dan tujuan akhirnya adalah mencari keselamatan akhirat.

Filsafat India terbagi menjadi lima zaman berikut ini.1.      ZamanWeda (1500-600 SM). Zaman ini diisi oleh peradaban bangsa Arya. Pada saat itu barn

muncul benih pemikiran filsafat yang berupa mantera-mantera, pujian keagamaan yang terdapat dalam sastra Brahmans dan Upanishad.

2.      Zaman Wiracarita (600-200 SM). Zaman ,ini diisi oleh perkembangan sistem pemikiran filsafat yang berupa Upanishad. Ide pemikiran filsafat tersebut muncul berupa tulisan-tulisan tentang kepahlawanan clan tentang hubungan antara manusia dengan dewa.

3.      Zaman Sastra Sutra (200 SM - 1400 M). Zaman ini diisi oleh semakin banyaknya bahan-bahan pemikiran filsafat (sutra), ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh seperti Sankara, Ramanuja, Madhwa, dan lainnya.

4.      Zaman kemunduran (1400 - 1800 M). Zaman ini diisi oleh pemikiran filsafat yang mandul karena para ahli pikir hanya menirukan pemikiran filsafat yang lampau. Timbulnya keadaan ini disebabkan oleh pertemuan antara kebudayaan Barat dengan pemikiran India sehingga menimbulkan reaksi hebat dari para pemikir India.

5.      Zaman Pembaharuan (1800 - 1950 M). Zaman ini diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat India. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray, seorang pembaru yang menclapatkan pencliclikan di Barat.

1.      Zaman Weda (1500 - 600 SM)Dikatakan zaman Weda karena cumber benih pemikiran filsafat berasal dari kitab-kitab

Weda (Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda). Benih pemikiran filsafat tersebut dalam mantera "di atas air samudera mengapung telor clunia, kemudian pecah menjadi wismakarman sebagai anak pertama alam semesta." "Dunia tersusun menjadi tiga bagian, yaitu surga, bumf, dan langit, di mans ketiga bagian tersebut mempunyai dewa sendiri-sendiri." "Jiwa manusia tidak dapat coati." "Mereka yang masuk surga adalah orang-orang yang soleh dan hidup baik."

Orang-orang Arya menyembah pads dewa-dewa seperti matahari, bulan, bintang dan lainnya. Dewa secara harfiah berarti terang, karena itu pengertian dewa adalah bends yang terang yang dianggap sebagai kekuatan slam yang mempunyai person. Dewa Indra dianggap sebagai dewa nasional, karena Dewa Indra berarti bangsa Dasyu. Dewa lain yang dianggap penting adalah Dewa Waruna, yaitu dewa Yang menguasai slam semesta, yang sekaligus sebagai dewa moral dan dewa segala dewa.

Dalam sastra Brahman disebutkan bahwa ketika bangsa Arya telah menetap di lembah Gangga, benih pemikiran filsafat berupa "korban". Korban ini dianggap penting dalam kehidupan manusia, Yang dipersembahkan kepada imam. Misalnya, korban diaclakan agar matahari tetap bersinar sehingga dengan adanya korban ini kehidupan masyarakat bersifat ritualistic.

Pada tahun 700 SM benih pemikiran filsafat pembahasannya lebih mendalam lagi, bersumber pads sastra Upanishad. Keaclaan yang demikian ini muncul tatkala kaum Ksatria

Page 296: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

memberontak kepada kaum Brahman. Pemberontakan ini karena ajaran Upanishad banyak Yang diselewengkan. Kedalaman pemikiran filsafat terbukti dari anggapan dahulu (zaman Brahman), Dewa Brahman hanya dianggap sebagai asas pertama slam semesta. Namun, sekarang (zaman Upanishad) Dewa Brahman dianggap sebagai dewa yang transenden clan immanen. Jugs, Dewa Brahman dianggap berada dalam slam semesta dan diri manusia, yang terjelma berupa unsur api.

2.      Zaman Wiracarita (600 SM- 200 M)Sebagai latar belakang zaman ini adanya krisis politik, kemerosotan moral atau

kepercayaan terhadap para dewa, akibat dari kaum penjajah (pendatang). Kemudian banyak orang mencari ketenangan, dan muncullah para ahli pikir untuk menuangkan pemikirannya, sehingga terjadilah pertentangan antarpemikiran. Timbullah aliran yang bertuhan (Baghawadgita), aliran yang tidak bertuhan Uainisme dan Buddhisme), juga aliran yang spekulatif (Saddarcana).

Jainisme timbul sebagai reaksi zaman Brahman. Pelopornya adalah Wardhamana (abad lee-6 SM). Sementara. itu, Buddhisme (yang dicerahi) merupakan sebutan untuk tokoh rohani yang menjelma pads seseorang. Jelmaan terakhir Buddhisme adalah Sidharta, yang lahir tahun 567 SM di Kapilawastu.

Baghawadgita adalah sebuah kitab yang ditulis pads abad lee-3 SM, pusat penyebarannya di Gangga Barat. Isi kitabnya adalah uraian ajaran Kresna pads Arjuna tentang bhakti (penyerahan diri).

3.       Zaman Sastra Sutra (200 - sekarang)Zaman ini juga disebut zaman Skolastik. Kitab yang muncul pertama kali adalah kitab

Wedangga yang uraiannya berbentuk prosa, disusun secara singkat agar mudah dihafal atau diamalkan. juga timbul sutra-sutra yang bertentangan dengan Weda, dan sutra tersebut dijadikan sumber pemikiran filsafat.

Sistem Filsafat India, terbagi menjadi enam sistem berikut.a.          Nyala, yaitu membicarakan bagian umum dan metode yang di- pakai dalam penyelidikan,

yaitu metode kritis. Sistem ini juga digunakan untuk mencari hal yang benar dari ayat-ayat Weda, penulisnya Gautama (abad ke-4 SM).

b.         Waisesika, yaitu kitab yang bersumber pads Waisesika Sutra. Sistem pemikirannya bersifat metafisik. Ajaran pokoknya membicarakan tentang dharma yaitu uraian tentang kesejahteraan dunia dan memberikan pelepasan. Ajaran yang pokok lainnya adalah tentang padharta, yaitu membicarakan kategori yang ads: substansi, kualitas, aktivitas, sifat umum, sifat perseorangan, pelekatan, dan ketidakadaan. Penulisnya adalah Khanada.

c.          Sakha, artinya pemantulan. Aliran ini mengemukakan bahwa untuk merealisasikan kenyataan akhir filsafat diperlukan pengetahuan. Pokok ajarannya, terdapat dua zat'asasi yang bersamasama membentuk realitas dunia, yaitu roh dan bends (purusa dan prakerti). Pendirinya adalah Sakha Kapila (abad ke-5 SM).

d.         Yoga, yaitu suatu cars untuk mengawasi pikiran, agar kesadaran yang biasa menjadi luar biasa. Pendirinya Patanjali.

e.          Purwa Wimansa, yaitu sistem inilah yang benar-benar mendasarkan pads kitab Weda. Sistem ini dimaksudkan untuk penyelidikan sistematis pads bagian pertama Weda. Pokok ajarannya, menegakkan wibawa kitab Weda dan menunjukkan bahwa kitab Weda berisi upacara ritual.

f.           Wedanta yaitu suatu sistem yang membicarakan bagian kitab Weda (yang terakhir). Kitab ini merupakan suatu kesimpulan kitab Weda. Sistem Wedanta ini bersarnaan dengan zaman Sutra (= zaman Skolastik) yang ditandai dengan munculnya tokohtokoh Sankara, Ramanuja, Madhwa. Mereka ini telah berhasil menyusun kembali ajaran kuno yang dapat memberikan peluang dalam perkembangan pemikiran filsafat India.

Tokoh-tokoh tersebut di atas mengemukakan ajaran sebagai berikut.

Page 297: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

1)         Sankara (788 - 820) merupakan pengajar aliran Adwaita. Pokok ajarannya adalah bahwa "Brahman adalah nyata. jiwa perorangan adalah Brahman. Brahman tidak rangkap. Dunia itu tidak nyata. jiwa tidak berbeda dengan Brahman."

2)         Ramanuja (1017 - 1137), is berupaya mempersatukan agama Wisnu dengan Wedanta. Sumber ajarannya Wisista Waits (kitab Upanishad). Menurutnya, terdapat tiga kenyataan yang tertinggi: Tuhan (Iswara), jiwa (cit), dan benda (acit). Hanya Tuhanlah kenyataan yang bebas.

3)         Madwa (1199 - 1278), ia sangat berpengaruh di India Barat. Pokok ajarannya, "ada", merupakan kenyataan yang jamak (dualisme). Segala sesuatu di dunia ini beraneka ragam. Terdapat lima perbedaan, yaitu antara Tuhan dan jiwa; antara jiwa (yang satu) dan jiwa (yang lain); antara Tuhan dan benda; antara jiwa dan benda; antara benda (yang satu) dan benda (yang lain).

4.      Filsafat India pada Akhir Abad ke-20Mulai abad ke-7 sampai abad ke-14, karena jasa Sankara, ajaran Wedanta mendominasi

pemikiran filsafat India. Akan tetapi, setelah abad ke-14 pemikiran filsafat mengalami kemunduran hingga abad ke-18. Kemunduran ini sebenarnya telah muncul mulai abad ke-12 saat kedatangan agama Islam di India. Tokohnya Kabir (1440 - 1518) ;2 yang berupaya untuk menyingkirkan unsur-unsur yang melemahkan perjuangan Islam dan mencoba membuat suatu sintesis antara Islam dengan Hindu. Kemudian, diteruskan oleh anaknya Nanak (1469 - ...)3 yang mempunyai sifat lebih ekstrem.

Setelah abad ke-19, pemikiran filsafat India bangkit berkat sentuhan kebudayaan Barat. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray (1777 -1833). Ia seorang Hindu yang memperoleh pendidikan Barat. Gerakannya disebut Brahma Samaj, yang mempunyai sikap keras terhadap Kristen. Penggantinya Rabindranath Tagore (1861 — 1941), seorang pujangga, ahli filsafat, dan pendidik India, kemudian disusul Kesab Chandra Sen (1838 — 1884), akhirnya Brahman Samaj pecan karena terpengaruh Kristen.

Tahun 1875 muncul gerakan pembaru pemikiran filsafat India, yaitu Arya Samaj sebagai pendirinya Awami D. Saraswati (1824 —1884). Gerakan ini bertujuan untuk mengadakan pembaruan terhadap agama Hindu dan mencari sintesis yang kuno dengan yang barn, antara Barat dan Timur. Seorang pembaharu yang lain adalah Sri Ramakresna (1834 - 1886), ia seorang imam kuil di Calcutta. Ajarannya berpangkal pada bermacam-macam kepercayaan yang ada, yang sebenarnya menuju pada satu tujuan perealisasian Tuhan.

Seorang pembaru lain adalah Mahatma Gandhi (1869 - 1948). Ajarannya, untuk _mencari kempangan harus dengan Satyagraha (kekuatan kebenaran). Artinya, orang harus memegang teguh kebenaran walaupun pada saat-saat membahayakan. Kejahatan harus dilawan dengan kebaikan. Ajarannya itu diberikan karena ia terjun di dunia politik.

Terdapat dua orang pembaru, yaitu Sri Aurobindo (1872-1950), dan Sri Rama Maharsi (1870-1950)'

B.     Filsafat TiongkokFilsafat Tiongkok dapat dikatakan hidup di dalam kebudayaan Tiongkok. Hal ini

disebabkan, karena pemikiran filsafat selalu diberikan dalam setiap jenjang pendidikan dari sejak pendidikan dasar (anak) sampai pendidikan tinggi.

Terdapat empat bush buku yang dianggap sebagai kitab suci rakyat Tiongkok, yaitu:1.      Analecta Confucius;2.      Karangan-karangan Mencius;3.      Ilmu Tinggi (The Great Learning);4.      Ajaran Tentang Jalan Tengah (Doctrine of the Mean).

Menurut Fung Yu Lan, seorang ahli sejarah Tiongkok, di Tiongkok terdapat tiga agama,

Page 298: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

yaitu Confucianisme, Taoisme, dan Buddhisme. Dikemukakan lagi bahwa dalam kehidupan rakyat Tiongkok kegiatan keagamaan tidaklah dianggap, penting, yang penting adalah etika ter-utama dari Confucius.

Menurut rakyat Tiongkok, fungsi filsafat dalam kehidupan manusia adalah untuk mempertinggi tingkat rohani. Artinya, rohani manusia diharapkan dapat menjulang tinggi untuk meraih nilai-nilai yang lebih tinggi daripada nilai-nilai moral. Menurut Mencius, "orang bijaksana adalah sebagai puncak hubungan antarmanusia.

Dari sudut moral, orang yang arif bijaksana adalah manusia yang paling sempurna di dalam suata masyarakat. Menurut kebiasaan masyarakat Tiongkok kewajiban (bukan hak) memungkinkan manusia untuk memperoleh watak yang digambarkan sebagai orang arif bijaksana. Mempelajari filsafat agar orang dapat berkembang menjadi "manusia" dan supaya tidak menjadi "orang macam tertentu". Artinya, apabila orang mempelajari "bukan filsafat", memungkinkan orang untuk berkembang menjadi orang macam tertentu (some special kind of man).1.      Latar Belakang Filsafat Tiongkok

Banyak aspek yang melatarbelakangi pemikiran filsafat Tiongkok, seperti aspek-aspek geografis, ekonomi, sikap terhadap alam, system kekerabatan dan lainnya. Tiongkok' adalah suatu negeri daratan (continental) yang lugs sekali, tidak pernah melihat lautan. Berbeda dengan Yunani yang merupakan negeri maritim, rakyatnya mengandalkan pertanian. Sebagai negeri agraris yang selalu mengandalkan potensi atau hasil tanahnya. Hal ini dibuktikan bahwa keunggulan kerajaan Tiongkok kuno ditentukan oleh keahlian bertani dan berperang, seperti kerajaan Chin pada abad ke-4 SM, yang untuk pertama kalinya dapat mempersatukan daratan Tiongkok.

Dalam tradisi Tiongkok, jenis pekerjaan yang mendapat tempat terhormat adalah menuntut ilmu (belajar) dan mengolah tanah (bertani). jenis pekerjaan ini akan memengaruhi sikap mereka terhadap alam dan pandangan hidupnya. Para petani mempunyai sifat khusus "kesederhanaan", dan mereka selalu menerima dan mematuhi perintah. Mereka pun tidak pernah mementingkan dirinya sendiri. Sifatsifat yang demikian inilah yang menjelma dalam sikap hidupnya.

Akar atau 'umber alam pikiran rakyat Tiongkok adalah Taoisme dan Confucianisme. Taoisme adalah pandangan hidup yang menitikberatkan pada hal-hal yang sifatnya naturalistik yang berada dalam diri manusia. Sementara itu, Confucianisme adalah suatu pandangan hidup yang menitikberatkan pada organisasi sosial dan menekankan kepada tanggung jawab manusia terhadap masyarakat. Sebagai contoh:a.    fajar telah menyingsing;b.   jangan sekali-kali berlebih-lebihan;c.    bilamana matahari telah mencapai puncaknya;d.   maka turunlah ia;e.    dan bilamana bulan sudah purnama;f.     maka mengecillah ia.

Dalam bidang kesenian, rakyat Tiongkok menganggap bahwa kesenian merupakan alas untuk pendidikan .moral. Terbukti adanya lukisan-lukisan Tiongkok yang tergolong kelas utama, selalu menggambarkan pemandangan-pemandangan dan bunga-bungaan, pohonpohonan, atau orang yang sedang duduk di pinggir sungai atau gunung.

Keadaan rakyat Tiongkok yang agraris ini berpengaruh pads metode filsafatnya. Terdapat dua macam konsep, yaitu metode yang dicapai lewat intuisi dan lewat hipotesis. Bahasa yang digunakan dalam pemikiran filsafat adalah sugestif, artinya isi pernikirannya tidak tegas, hanya mengandung saran-saran.

2.      Sentuhan dengan Filsafat BaratOrang Barat menamakan Tiongkok sebagai negeri Timur Jauh. Sebaliknya orang

Page 299: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Tiongkok menganggap kebudayaan lain adalah salah atau tidak setinggi dengan kebudayaan yang dimilikinya. Semua orang asing disebutnya orang Barbar sehingga menimbulkan rasa nasionalismenya sangat tinggi.

Pada akhir Dinasti Ming (abad ke-14), banyak pelajar Tiongkok yang mengagumi matematika dan astronomi, yang dibawa dari Barat oleh kaum misionaris Kristen sehingga banyak pelajar yang masuk menjadi misionaris.

Pada abad ke-19, karena keunggulan militer, industri, dan perdagangan barat, kebetulan bersamaan dengan krisis politik dalam negeri, timbullah sengketa antara Tiongkok dengan orang misionaris. Akibatnya, muncul gerakan untuk kembali kepada ajaran Confusius. Pelopornya adalah Kang Yu Mei (1858 - 1927). Setelah terjadi pergolakan, ia melarikan diri ke luar negeri.

Pada abad ke-20 perkembangan kaum Kristen semakin pesat karena didorong oleh masuknya ilmu pengetahuan modem. Mempengaruhi jatuhnya Dinasti Ming, clan diganti dengan sistem pemerintah republik (tahun 1912).

a.      Yen Fu (1853 -1920)Yen Fu (1853 - 1920) oleh penguasa Tiongkok dikirim untuk belajar ilmu perkapalan

ke Inggris. Banyak ilmu yang didapatkannya, termasuk literatur-literatur tentang humaniora, kemudian banyak yang diterjemahkan ke dalam bahasa Tiongkok (Cina).

Pada tahun 1919 John Dewey dan Bertrand Russell diundang ke Tiongkok untuk memberikan ceramahnya di Universitas Peking (Beijing), sekaligus memberikan pandangan intelektualnya. Hal ini diharapkan dapat disumbangkan (sebagai sumbangan barat) terhadap pemikiran filsafat Tiongkok. Sumbangan tersebut berupa metode analisis yang berclasarkan logika (metode positiO. Metode positif tersebut akan dapat memberikan cars berpikir yang barn terhadap pemikiran filsafat.

Sampai sekarang, sentuhan Barat yang telah membekas adalah adanya studi filsafat Tiongkok.

3.         Aliran-aliran Pemikiran Filsafat di TiongkokDi Tiongkok terdapat dua aliran yang mendominasi pemikiran rakyatnya, yaitu

Confusianisme clan Taoisme.a.   Confusianisme

Confusianisme dipelopori oleh Kung Fu Tzu (551-479 SM), lahir di Shantung. Riwayat hidupnya dapat cliketahui lewat penuturan sebuah buku Lun-Yu (pembicaraan). Ia keturunan bangsawan miskin. Umur 22 tahun mendirikan sekolah. Umur 51 tahun menjadi gubernur di Tsyung, kemudian diangkat menjadi menteri kehakiman. Umur 73 tahun mendirikan mazhab sampai ia meninggal dunia. Ia dianggap sebagai guru kesusilaan bangsa Cina.

Pemikirannya, suatu hal yang dipentingkan oleh Kung Fu Tze adalah ritual dan harus menguasai aspek keagamaan dan sosial. la mengatakan, bahwa hendaknya raja tetap raja, hamba tetap hamba, ayah tetap ayah, anak tetap anak. Apabila sikap setiap orang sesuai dengan, statusnya, maka akan labir kesadaran akan "hak dan kewajiban". Sistem kekerabatan harus didasarkan pada syian, yaitu suatu perasaan keterikatan terhadap orang-orang yang menurunkannya. Aspek inilah yang menjadikan budaya Tiongkok tetap terwariskan.

b.   TaoismePendiri Taoisme adalah Lao Tze lahir tahun 604 SM. Riwayat hidupnya hanya sedikit

saja diketahui, tetapi ajarannya berpengaruh besar dalam masyarakat Tiongkok. Dalam arti yang lugs, Tao berarti jalan yang dilalui kejadian-kejadian alam dengan daya. cita yang timbul dengan sendirinya ditambah selingan-selingan yang teratur. Misalnya, siang dan malam.

Semua orang yang mengikuti Tao harus melepaskan semua usaha. Tujuan tertinggi adalah meloloskan diri dari khayalan keinginan dengan renungan secara gaib.

Pemikirannya, orang hendaknya memberikan kasih sayangnya tidak hanya terbatas

Page 300: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

pada para anggota keluarganya saja, tetapi harus kepada seluruh anggota keluarga yang lain. Peperangan dan upacara ritual dengan pengeluaran biaya tinggi yang akan merugikan rakyat merupakan suatu yang bertentangan dengan dasar kecintaan manusia sehingga harus dicela. Kalau kita sayang kepada orang lain, orang lain juga akan sayang kepada kita, dan kita tidak perlu takut akan kejahatan orang lain.'

C.     Filsafat IslamIslam dengan kebudayaannya telah berjalan selama 15 abad. Dalam perjalanan yang

demikian panjang terdapat 5 abad perjalanan yang menakjubkan dalam kegiatan pemikiran filsafat, yaitu antara abad ke-7 hingga abad ke-12. Dalam kurun waktu lima abad itu para ahli pikir Islam merenungkan keduclukan manusia di dalam hubungannya dengan sesama, dengan alam, clan dengan Tuhan, dengan menggunakan akal pikirnya. Mereka berpikir secara sistematis clan analitis serta kritis sehingga lahirlah para filsuf Islam yang mempunyai kemampuan tinggi karena kebijaksanaannya.

Dalam kegiatan pemikiran filsafat tersebut, terdapat dua macam (kekuatan) pemikiran berikut.

1.             Para ahli pikir Islam berusaha menyusun sebuah sistem yang disesuaikan dengan ajaran Islam.

2.             Para ulama menggunakan metode rasional dalam menyelesaikan soal-soal ketauhidan.Para ahli pikir Islam dan para ulama tersebut menggunakan instrumen atau alas

filsafat untuk membela clan membentengi tauhidnya. Para ahli pikir mencoba memberikan suatu kesimpulan yang tidak bertentangan dengan dasar ketauhidan.

Dari sekian banyak ulama Islam ada, yang berkeberatan terhadap pemikiran filsafat Islam (pemikiran filsafat yang berclasarkan ajaran Islam), tetapi ada juga yang menyetujuinya.

Ulama yang berkeberatan terhadap pemikiran filsafat (golongan salaf) berpendapat bahwa "adanya pemikiran filsafat dianggapnya sebagai bid'ah dan menyesatkan. Alquran tidak untuk diperdebatkan, dipikirkan, clan ditakwilkan menurut akal pikir manusia, tetapi Alquran untuk diamalkan sehingga dapat dijadikan tuntunan hidup di dunia dan di akhirat.

Ulama yang tidak berkeberatan terhadap pemikiran filsafat (yang mempunyai pendapat bahwa filsafat itu penting) berpendapat bahwa "pemikiran filsafat sangat membantu dalam menjelaskan isi dan kandungan Alquran dengan penjelasan yang dapat diterima oleh akal pikir manusia. Di dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang menekankan pentingnya manusia untuk berpikir tentang dirinya sendiri, tentang alam semesta untuk mengimani Tuhan Sang Pencipta.

1.      Beberapa Perbedaan yang Mendorong Aliran Pemikiran Filsafat TimbulTimbulnya aliran pemikiran filsafat didorong oleh beberapa perbedaan:

a.         persoalan tentang Zat Tuhan yang tidak dapat diraba, dirasa, dan dipikirkan;b.         perbedaan cars berpikir,c.         perbedaan orientasi dan tujuan hidup;d.         perasaan "asabiyah", keyakinan yang buts atas dasar suatu pendirian walaupun diyakini tidak

benar lagi.

2.      Lahimya Filsafat IslamSetelah Kaisar Yustianus menutup akademi Neoplatonisme di Athena, beberapa guru

besar hijrah ke Kresipon tahun 527, yang kemudian disambut oleh Kaisar Khusraw tahun 529. Setelah itu di tempat yang baru mengadakan kegiatan mengajar filsafat, mereka dalam waktu 20 tahun di camping mengajarkan filsafat, jugs mempengaruhi lahirnya lembaga-lembaga yang mengajarkan filsafat seperti di Alexandria, Anthipia, Beirut.

Sifat khas orang-orang Arab saat itu yang hidup mengembara (kafilah) bergeser pada

Page 301: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

proses urbanisasi, kemudian diikuti pudarnya dasar kehidupan asli yang terpendam dalam jiwa Arab. Dahulu orang Arab mengutamakan kejantanan dalam menghadapi hidup yang serba keras, karena terpengaruh keadaan geografis (luasnya padang pasir). Setelah proses urbanisasi, mereka terikat oleh birokrasi clan mengalami krisis identitas dalam bidang sosial dan agama (dari pola mengembara ke pola ketertiban).

Setelah mendapatkan kemapanan, mereka mengalami proses akulturasi penguasaan ilmu. Maka mulailah mengadakan kontak intelektual yang pads saat itu tersedia warisan pemikiran Yunani.

Proses akulturasi tersebut terjadi lewat dua jalur, yaitu Via Diffusa (kontak pergaulan sehari-hari) dan Via Bruditorum (kehendak mencari karya-karya Yunani). Proses akulturasi ini mencapai puncaknya dengan didirikannya lembaga-lembaga pengajaran, penterjemahan, clan perpustakaan. Misalnya, tahun 833 Khalifah Al-Ma'mun (Bagdad) mendirikan Bait Al-Hikmah, tahun 972 Khalifah Hakam (Qahirah) mendirikan jami'at al-Azhar. Pusat-pusat ilmu pengetahuan tersebut didirikan di Kfifah, Fustdt, Basrah, Samarrah, dan Nishapur. Kenyataan inilah yang membuktikan bahwa filsafat Yunani berperan sebagai alas integrasi sosial barn.

3.         Pembagian Aliran Pemikiran Filsafat IslamPembagian ini berdlasarkan pada hubungan dengan sistem pemikiran Yunani, sebagai

berikut.a.          Periode Mu'tazilah. Periode ini berlangsung mulai abad ke-8 sampai abad ke-12, yang

merupakan sebuah teologi rasional yang berkembang di Bagdad dan Basrah. Golongan ini memisahkan diri dari jumhur `ulama' yang dikatakan menyeleweng dari ajaran Islam.

b.         Periode Filsafat pertama. Periode ini berlangsung mulai dari abad ke-8 sampai dengan abad ke-11, memakai sistem pemikiran yang dipakai para ahli pikir Islam yang bersandar pads pemikiran Hellenisme, seperti Al-Kindi, Al-Rani, Al-Fdribl, dan Ibnu SMA.

c.          Periode Kalam Asyarf. Periode ini berlangsung mulai abad ke-9 sampai abad ke-11, pusatnya di Bagdad. Aliran pemikiran ini mengacu pads sistem Elia (Atomistis). Sistem ini mempunyai dominasi besar, sejajar dengan Sunnisme dan Ahli Sunnah wal-jamaah.

d.         Periode Filsafat kedua. Periode ini berlangsung mulai abad ke-11 sampai abad ke-12, yang berkembang di Spanyol dan Magrib. Aliran ini mengacu pads sistem peripatetic. Tokohnya Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd.1Dalam periode Mutakallimfn (700-900), muncul mazhab-mazhab al-Khawaril, Murji'ah, Qadariyyah, Jabariyyah, Mu'tazilah, Ahli Sunnah wal-jamd'ah.

a.      Al-KhawarijPada mulanya kaum al-Khawirij ini timbul karena soal politik, kemudian berubah

menjadi soal dogmatik-teologis. Mereka menuduh Khalifah Ali bin Ab! Talib lebih percaya,pada putusan manusia dan mengenyampingkan putusan Allah. Karena itu Khalifah Ali dianggap bukan Muslim lagi, maka kafirlah ia. Pendapat tersebut kemudian menjadi pendapat umum kaum khawdrij, yaitu "setiap umat Muhammad yang berdosa besar hingga matinya belum bertobat, maka orang tersebut hukumnya coati kafir dan kekal dalam neraka.

Sejak masa al-Khawarij itu mulailah pemikiran kritis di kalangan umat Islam tentang apakah Islam itu. Untuk menjadi seorang Muslim apakah harus berdasar keyakinan saja dan apakah keyakinan seseorang dapat dianggap hilang hanya dengan melihat lahirnya.

b.      Murji'ahMunculnya mazhab Murji'ah ini juga sama seperti al-Khawdrij, yaitu tatkala ibukota

kerajaan Islam pindah ke Damsyik (Damaskus) sebagai pangkal sebab-sebab politik. Banyak tuduhan terhadap Khalifah Bani Umayyah dianggap oleh umat Islam mengesampingkan ajaran Islam karena perilaku pars Khalifah tersebut lain sekali dengan perilaku Khulafa ar-Rasyidin yang empat. Mereka dianggap tidak berhak untuk menjadi khalifah karena sangat kejamnya. Karena kekuasaannya sangat besar, umat Islam tidak dapat berbuat apa-apa. Muncul persoalan "bolehkah umat Islam diam saja dan wajib tact kepada Khalifah yang

Page 302: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

bertindak kejam dan berdosa?" Kemudian, kaum Murji'ah menjawab bahwa seorang Muslim boleh saja bersalat di belakang imam yang baik ataupun imam yang tidak baik (jahat).

c.    QadariyyahMazhab ini dipelopori oleh Ma'bad Al-juhani Al-Basri, di Irak dalam pemerintahan

Khalifah Abdul Malk bin Marwan (685 — 705).Munculnya mazhab ini dianggap juga sebagai sarana untuk menentang politik Bani

Umayyah yang kejam. Mazhab ini dengan cepat mendapatkan penganut yang banyak, sehingga Khalifah mengambil tindakan yang keras, dengan alasan apabila tidak ditindak maka akan sangat berbahaya bagi kepercayaan umat Islam waktu itu. Banyak yang dihukum mati, dan akhirnya mazhab tersebut tidak terlihat lagi.

d.         JabariyyahMazhab ini muncul bersamaan dengan munculnya mazhab Qadariyyah. Jabariyyah ini

munculnya di Khuraswh, Persia. Pelopornya, Al-jahm bin Safwan.Pendapatnya yang terkenal adalah "hanya Allah-lah yang menentukan dan memutuskan

segala aural perbuatan manusia".e.         Mu'tazilah

Mazhab ini muncul pada masa Bani Umayah (Khalifah Hisyam). Mu'tazilah berarti pemisahan diri, dari Hasan Al-Basri oleh %sil bin Ata yang dianggap sebagai pendirinya. Pemisahan diri dari gurunya itu bermula dari perbedaan pendapat. Wasil bin Ata berpendapat bahwa seorang Muslim yang berdosa besar tidak mukminAan tidak kafir, tetapi di antara keduanya. Karena berbeda pendapat dengan gurunya itu, is kemudian mengasingkan diri dan melanjutkan teoriteorinya secara filsafati. Menurutnya, agama itu berakar pada dua pokok, yaitu Alquran dan akal manusia. Bagi mereka, akal merupakan cumber pengetahuan.

Keberadaan Mu'tazilah penting artinya karena apabila Mu'tazilah tidak lahir, tidak akan lahir pula Ilmu Kalam dan Filsafat Islam. Orientasi ajaran Mu'tazilah adalah dalam menetapkan hukum pemakaian akal pikir didahulukan. Kemudian baru diselaraskan dengan

Alquran dan Alhadis. Menurut mereka, Alquran dan al-Hadis tidak mungkin bertentangan dengan akal pikir.

Terdapat sebuah penilaian bahwa Mu'tazilah merupakan suatu kegiatan besar untuk memasukkan Islam ke dalam orbit internasional. Sampai kini mazhab Mu'tazilah memungkinkan dapat memberikan inspirasi dan keberanian berpikir. Dr. Ahmad Amin mengatakan hal berikut ini.

Menurut hemat kami penghancuran Mu'tazilah merupakan malapetaka terbesar yang pernah dialami ummat Islam, itulah suatu maksiat yang dilakukan oleh Islam melawan Islam sendiri."

Dalam periode filsafat Islam, apabila dilihat dari sejarah peradaban manusia, periode filsafat Islam ini dianggap sebagai lanjutan dari periode filsafat Yunani Klasik (Plato, Aristoteles), dan Plotinus karena pendapat-pendapat Para filosof Islam, seperti Al-Farabi, Ibnu Sma, Ibnu Rusyd.

Berikut ini pembagian aliran pemikiran filsafat Islam yang berdasar pada hubungannya dengan sistem pemikiran Yunani (ada empat), yaitu periode Mu'tazilah, periode Filsafat Pertama, periode Kalam Asy'ari, periode Kedua.

1)      Periode Mu'tazilahTelah diterangkan di muka, bahwa Mu'tazilah merupakan mazhab atau aliran di Bagdad

dan Basrah. Keberadaan Mu'tazilah ini sangat penting artinya dalam pemikiran filsafat Islam. Karena terlihat orientasi pemikirannya dalam menetapkan hukum, pemakaian akal pikir di-dahulukan, kemudian baru diselaraskan dengan Alquran dan Alhadis. Menurut mereka, Alquran dan Alhadis tidak mungkin bertentangan dengan akal pikir.

2)   Periode Filsafat PertamaTerdapat dua bagian dalam periode filsafat pertama, yaitu pertama, bercorak

Page 303: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Neoplatonic yang berkembang di Irak, Iran, dan Turkestan; kedua bercorak peripatetic yang berkembang di Spanyol dan Magrib (Maroko).

Sebagai upaya pendahuluannya adalah diadakan pengumpulan naskah-naskah filsafat Yunani, kemudian diterjemahkan. Hampir seluruh karya Plato dan Aristoteles dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (abad ke-9). Orang yang banyak menerjernahkan adalah Al-Kind! dan Ibnu Sina.

Al-Kindi (800-870), dialah satu-satunya orang Arab asli yang menjadi filsuf (ahli pikir). Ia berhasil menerjema6kan kurang lebih 260 buah buku Yunani, juga berhasil mengarang lebih dari 200 buah buku atau risalah. Orientasi pemikirannya adalah Mu'tazilah. Ketika aliran Mu'tazilah dilarang, sebagian bukunya hilang. Corak pemikirannya mengacu pada sistem Yunani yang bebas, diselingi dengan pemikirannya sendiri dan mengecam pemikiran yang tidak sesuai dengan ketauhidan.

Menurutnya, kegiatan manusia yang paling tinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan yang benar, tentang hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia.

Ibnu Sina (980-1037), dalam umur 18 tahun ia telah menjadi ahli dalam bidang filsafat, astronomi, fikih, matematika, biologi, ilmu bahasa dan lain-lainnya. Karya ilmiahnya berjumlah 267 buah buku dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia dianggap sebagai filosof yang hebat dalam sejarah Islam karena ia telah berhasil membuat sintesis filsafat yang lebih lugs. Tahun 1150 banyak karyanya yang dibakar di Bagdad. Ia mendapatkan kritik yang tajam dari Al-Gazali. Thomas Aquinas (filsuf Kristen) memujinya sebagai ahli pikir besar, dan Thomas sendiri banyak mengutip dari karyanya.

3)         Periode Kalam Asy'ariTimbulnya aliran ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu:

a)         perlunya mempertahankan kemurnian tauhid, dari keragaman sistem pemikiran dalam Islam;b)         untuk menangkis hal-hal yang'melemahkan tauhid dari serangan luar:c)         terdapat gerakan yang membahayakan ketauhidan, misalnya Al-Hallaj (858-922).

Alas pertimbangan di alas, maka perlu adanya upaya memperkokoh akidah Islam. Seperti Al-Asy'ari (873-935), ia membuat sintesis teologis sebagai alternatifnya. Ia memilih atomisme Democritos. Sebetulnya atomisme (materialisme) Democritos ini banyak yang tidak setuju, tetapi terdapat keistimewaan, yaitu kesimpulannya bercorak kausalitas-kontradiktif, yang kemudian oleh Al- Asy'ari diperkokoh dengan ayat-ayat Alquran.

4)         Periode Filsafat KeduaPeriode filsafat kedua ini pusatnya di Spanyol yang mempunyai sejarah menarik.Dalam sejarah Islam, Spanyol disebut Andalusia. Berkat jasa seorang pahlawan Islam

Tariq bin Ziyad yang meluaskan Islam sampai ke Spanyol, tahun 710. Cordoba dan Toledo ditaklukkan. Kemudian Dinasti Abdul Rahman berkuasa hingga tiga abad. Puncak keemasannya pada pemerintahan Abdul Rahman III (912-916), Al-Hakam II (961-976), Al-Najib Al-Mansur (977-1002), berhasil menjadikan Cordoba, Konstantinopel, dan Bagdad sebagai kota-kota penting yang berpengaruh sampai ke Eropa.

Kota-kola penting tersebut menjadi pusat ilmu pengetahuan. Kegiatan ilmu pengetahuan (terutama filsafat) merupakan prestasi besar dan sebagai mata rantai hubungan Islam dari Timur ke Eropa. Inilah sumbangan Islam terhadap Eropa yang dapat membawa ke-bebasan berpikir untuk mendorong perkembangan intelektual.9

Selanjutnya, pada tahun 1031 Khalifah Umayah jatuh karena perang Salib, bersamaan juga berturut-turut Toledo, Cordoba, Soweto. Kaum Muslimin dikejar-kejar dan dibunuh, terdapat 3 juta. kaum Muslimin terbunuh dan buku-buku ilmu pengetahuan dibakar di Granada.

Dalam kurun waktu dua abad, telah lahir beberapa ahli pikir Islam, yaitu Ibnu Masarrah (883- 931), Ibnu Tufail (1110-1185), Ibnu Bajah (1100-1138), dan Ibnu Rusyd (1126-1198).

Suatu karya penting dari Ibnu Tufail adalah Hayy bin Yaqzan", buku ini telah berabad-

Page 304: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

abad menarik perhatian peminat filsafat.Setelah Ibnu Rusyd meninggal dunia, sejarah dalam filsafat Islam terputus, filsafat

tidak diperhatikan lagi hingga tahun 1870. Baru kemudian oleh Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897)11, menyerukan kepada umat Islam untuk berfilsafat lagi. Disusul oleh Muhammad Abduh (1849-1905)12, kemudian Muhammad lqbal (1873-1938)." Tampaknya, sampai sekarang filsafat belum lagi menyingsing sebagai ilmu yang otonom dalam lingkup Islam.

D. Filsafat IndonesiaPandangan hidup dan sistem pemikiran bangsa Indonesia tidak soma dengan pandangan

hidup dan sistem pemikiran bangsa di negara lainnya. Seperti bangsa-bangsa di negara-negara Barat, di mana pandangan hidup dan sistem pemikirannya bersumber pada pemikiran filsafat Yunani, walaupun pemikiran filsafat Yunani ini telah dapat dibuktikan dengan keberhasilannya membangun peradaban manusia, tetapi pada akhirnya akan mengalami kepincangan hidup. Kepincangan tersebut dapat kita lihat bahwa manusia produk dari pemikiran Yunani hanya melahirkan manusia-manusia yang individualistis, yang di dalam dirinya terdapat sifat saling curiga, saling bermusuhan. Juga, dari pandangan bahwa di dalam pribadinya terdapat hal-hal yang selalu dipertentangkan dengan rasio (akal).

Mengapa demikian. Karena dari sifat individualistis dan materialistic yang akarnya dari pemikiran Yunani tidak terdapat warna Yang Transendental atau Yang Immanent, tetapi pemikiran Yunani hanya diwarnai oleh warna mitologi dan rasio.

Dengan demikian, pandangan hidup atau pemikiran yang diperuntukkan membangun peradaban manusia, akan melahirkan manusia-manusia yang egoistic, yaitu manusia yang mementingkan dirinya sendiri dan menganggap orang lain sebagai objek kepentingan diri sendiri.

Demikian jugs halnya dengan pandangan hidup yang mengacu pada materialisme, di mana di dalamnya mengandung bibit keserakahan, kemurkaan, dan menganggap orang lain sebagai objek keuntungan material, yang pada akhirnya akan melahirkan manusia-manusia yang tidak bermoral atau jauh dari nilai-nilai moral.

Jadi, sesuatu pandangan hidup atau pemikiran (paham kehidupan) yang berasaskan individualisms akan melahirkan manusia-manusia yang berpola "dangkal" dalam lingkup pergaulan sosial. Sementara itu, pandangan hidup yang berasaskan materialisme akan melahirkan manusia-manusia yang berpola pada penyimpangan nilai-nilai moral dalam lingkup sosial.

1.            Pemikiran Filsafat IndonesiaMaksud pemikiran filsafat Indonesia adalah suatu pemikiran filsafat yang

diperuntukkan dalam atau sebagai landasan hidup bangsa Indonesia.Setiap manusia tentu menginginkan hidupnya dalam keadaan baik, sejahtera, dan

bahagia. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu sistem pemikiran yang sesuai dengan hakikat manusia dan hakikat kehidupannya. Manusia akan kehilangan sebagian kehidupannya apabila hidupnya tidak atau tanpa suatu sistem pemikiran yang digunakan dalam tujuan kehidupan sehingga hidupnya akan mengalami kepincangan, selanjutnya akan mengalami kekecewaan hidup.

Untuk itu, perlu sekali adanya suatu sistem pandangan hidup yang di dalamnya terdapat keselarasan atau keharmonisan antara hakikat pribadi manusia Indonesia dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan ketenteraman.

Maksud hakikat pribadi dalam kedudukannya sebagai manusia Indonesia adalah sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Untuk mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan ketenteraman seseorang harus mengupayakan dengan tiga cara keselarasan atau keharmonisan, yaitu:

Page 305: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

a.       selaras atau harmonis dengan dirinya sendiri;b.      selaras atau harmonis dengan (terhadap) pergaulan sesama manusia, dan di lingkungan

kehidupannya;c.       selaras atau harmonis dengan (terhadap) Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ketiga keselarasan atau keharmonisan tersebut merupakan harmoni yang mutlak adanya, di mana di dalamnya tidak terdapat lagi pertentangan satu sama lainnya (harmoni sempurna).

Dengan demikian, sister pemikiran seperti di atas diharapkan akan membawa pada suatu bentuk manusia Indonesia yang diwarnai clan sekaligus mengarah "pergaulan hidup" (bukannya "perjuangan hidup"). Sister pemikiran tersebut juga diharapkan dapat dijadikan sebagai motor penggerak setiap tindakan dan perbuatan manusia Indonesia.

Suatu pemikiran filsafat yang implementasinya sebagai suatu pandangan hidup bagi setiap orang Indonesia mempunyai peranan yang penting, yaitu apabila seseorang tidak mempunyai pandangan hidup niscaya hidupnya tidak mengarah.

Bagi bangsa dan rakyat Indonesia tidaklah demikian, karena manusia-manusia Indonesia mempunyai kedudukan sebagai makhluk Tuhan. Karena hidup ini tidak hanya diperuntukkan di dunia, akan tetapi juga untuk akhirat (kehidupan setelah kehidupan dunia). Dimensi keakhiratan inilah yang mengharuskan manusia Indonesia untuk mendasarkan pada suatu sister pandangan hidup yang selaras atau harmoni, tidak bertentangan, dan sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan

Jadi, pandangan hidup model Indonesia mempunyai dimensi yang berakar keselarasan atau keharmonisan dengan hakikat kedudukan kodrat manusia, yang implementasinya berupa asas kekeluargaan clan asas kehidupan yang diridai Tuhan.

Materi Filsafat (Pandangan Hidup) IndonesiaSuatu pandangan hidup yang sesuai dengan manusia Indonesia adalah suatu

pandangan hidup yang berasal dari akar hikmat yang terkandung dalam khasanah budaya Indonesia, yang dapat dijumpai dalam berbagai adat istiadat, peribahasa, pepatah yang kesemuanya itu merupakan ungkapan-ungkapan perilaku kehidupan manusia Indonesia.

Melihat uraian di atas, budaya yang terungkap tersebut merupakan esensi filsafat bangsa Indonesia. Karena budaya tersebut sebagai hasil perkembangan rohaniah dan intelektual bangsa.

Setelah rakyat Indonesia terbebas dari penjajahan tahun 1945, rakyat Indonesia mulai timbul kesadarannya bahwa suatu negara apabila tidak mempunyai kebudayaan dikatakan sebagai bangsa yang miskin. Pengertian budaya di sini dalam artian yang luas, yaitu budaya yang memperlihatkan kepribadian bangsa Indonesia.

Negara Republik Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau lebih, beragam adat istiadat, dan beratus suku dan bahasa. Dari sekian banyak suku yang tersebar, yang paling besar adalah suku jawa, sedangkan yang kedua adalah suku Minangkabau. Dari keragaman tersebut menyebabkan pandangan hidupnya juga beragam. Keragaman terse-but menunjukkan adanya kekayaan budaya yang semuanya itu lebih ditentukan oleh aspek-aspek geografis, lingkungan, dan lainnya. Dengan keragaman suku, adat istiadat, bahasa, kepercayaan, dan budaya, semuanya mempunyai suatu kesamaan hakikat. Dari kesamaan hakikat inilah nantinya akan muncul suatu rumusan pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Filsafat Pancasila.

Untuk membentuk kesatuan budaya yang meliputi seluruh wilayah kesatuan Indonesia dibutuhkan waktu yang lama, penuh tantangan,'dan berliku-liku.

Menurut sejarahnya, 2000 tahun yang lalu telah ada sekelompok orang yang kelak akan melahirkan bangsa Indonesia. Keberadaannya baru terwujud sebagai embrio. Kemudian, tercetusnya Sumpah Pemuda tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 merupakan wujud embrio kesatuan bangsa Indonesia, di mana pada saat itu belum mencapai

Page 306: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

taraf yang memuaskanPada tahun 1945, lahirnya negara kesatuan Republik Indonesia, diikuti "kepribadian

bangsa Indonesia". Bangsa Indonesia yang saat itu jumlahnya barn puluhan juta telah mempunyai kedudukan sebagai negara kesatuan seperti negara lainnya. Di mata negara lain, bangsa dan negara Indonesia dengan segala corak kebangsaannya sudah terlihat, tetapi apabila dilihat dari dalam masih banyak kekurangannya.

Setelah terbebas dari penjajahan, setapak demi setapak bangsa Indonesia mengupayakan untuk mengembangkan kepribadian, yaitu dengan jalan dirintis oleh beberapa tokoh: Moh. Yamin, Ir. Soekarno, dan lain-lainnya. Upaya tersebut didasarkan pada, "semakin tinggi tingkat kepribadian suatu bangsa, semakin tinggi tingkat filsafat bangsanya", karena pandangan hidup bangsalah yang menentukan corak kepribadiannya, sekaligus menentukan corak moralnya.

Upaya yang lainnya adalah memantapkan kebudayaan nasional yang terbentuk dari kebudayaan-kebudayaan daerah atau lokal, sehingga kepribadian dan kebudayaan nasional terbentuk lewat kepribadian atau kebudayaan daerah atau lokal. Maka kepribadian dan kebudayaan secara bersama-sama membentuk suatu titik kulminasi, yaitu terbentuknya pandangan hidup dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.

Bersyukurlah bahwa para pemimpin bangsa Indonesia dengan segala kemampuan dan kebijaksanaannya telah berbuat untuk menggali khasanah kepribadian dan kebudayaan untuk mencari titik kulminasi. Maka, lahirlah Pancasila yang di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia. Hanya Pancasilalah yang pantas dijadikan pandangan hidup sekaligus landasan pemikiran bangsa dan negara Indonesia.Bentuk Filsafat IndonesiaBentuk filsafat Indonesia terdiri dari lima sila berikut.

   Sila I Ketuhanan Yang Maha Esa.   Sila II Kemanusiaan yang adil dan berada   Sila III Persatuan Indonesia.   Sila IV Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.   Sila V Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sila di atas juga disebut lima dasar sebagai suatu totalitas, merupakan suatu kebulatan tunggal, yang setiap sila-silanya selalu harus mengandung keempat sila yang lainnya. Setiap, sila tidak boleh dipertentangkan terhadap, sila yang lain karena di antara sila-sila itu memang tidak terdapat hal-hal yang bertentangan.

Dengan demikian, Pancasila mempunyai sifat yang abstrak, umum, universal, tetap tidak berubah, menyatu dalam suatu inti hakikat mutlak: Tuhan, manusia, salu, rakyat, dan adil, yang kedudukannya sebagai inti pedoman dasar yang tetap. Kejadian tersebut, melalui suatu proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa, akan tetap, berakar pada kepribadian kita berarti Pancasila merupakan pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia, yang telah disetujui oleh para wakil rakyat menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia. jadi, Pancasila adalah satu-satunya pandangan hidup (filsafat) yang dapat mempersatukan rakyat dan bangsa Indonesia

Page 307: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB IVFILSAFAT MODERN

Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historic, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance.' Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.

Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonic dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur-klasik.

Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Pada masaitu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.

Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir "dunia barn" yang penghuninya (manusiamanusianya) dapat merasa puss atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.

Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modem ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret 1

Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang mengetengahkan Via Moderns (jalan modern) dan Via Antiques (jalan keno). Akibatnya, manusia didewa-dewakan, manusia tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan surges. Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan.3 Di sisi lain, nilai filsafat merosot karena Oianggap ketinggalan zaman.

Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasio-nalisme, Empirisme, Kritisisme, Idealisms, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.

A.        RasionalismeSetelah pemikiran Renaissance sampai pada penyempurnaannya, yaitu telah

tercapainya kedewasaan pemikiran, maka terdapat keseragaman mengenai sumber pengetahuan yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri), Karena orang mempunyai kecenderungan untuk membentuk aliran berdasarkan salah satu di antara keduanya, maka kedua-duanya sama-sama membentuk aliran tersendiri yang Baling bertentangan.\

Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat dijadikan model cars mengenai secara dinamis.

Page 308: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.

Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional. (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak'mampu menangani hash-hash ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.

Descartes menginginkan cara yang barn dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Jelasnya, bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian.1

B.     EmpirismeSebagai tokohnya adalah Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume. Karena adanya

kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indra (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama empirisme.

1.      Thomas Hobbes (1588-1679)Ia seorang ahli pikir Inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke

Oxford untuk belajar logika Skolastik dan fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak berminat sebab gurunya beraliran Aristotelian. Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem materialistic yang besar, termasuk juga perikehidupan organic dan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia mengemukakan teori Kontrak Social.

Dalam tulisannya, ia telah menyusun suatu sistem pemikiran yang berpangkal pada dasar-dasar empiris, di samping juga menerima metode dalam ilmu alam yang matematis.

Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pastiAlmu alam.

Namanya sangat terkenal karena teorinya tentang Kontrak Sosial, yaitu manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan diri. Apabila setiap orang mempunyai kecenderungan demikian, maka pertentangan, pertengkaran atau perang total tak dapat dihindari. Perang akan membuat kehidupan menjadi sengsara dan buruk. Bagaimana manusia dapat menghindarinya. Maka diperlukan akal sehat, agar setiap orang mau melepaskan haknya untuk berbuat sekehendaknya sendiri. Untuk itu, mereka harus bersatu membuat perjanjian untuk menaatiAunduk terhadap penguasa. Orang-orang yang dipersatukan disebut Commonwealth.

John Locke (1932-1704)la dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Di samping sebagai seorang ahli

hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai kemampuannya.

Dalam penelitiannya ia memakai istilah-sensation dan reflection. Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan

Page 309: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik daripada sensation. Tiaptiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan reflection. Walaupun demikian, manusia harus mendahulukan sensation. Mengapa demikian? Karena jiwa manusia di saat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa itu kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulisi. Tidak ada sesuatu dalam jiwa yang dibawa sejak lahir, melainkan pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang.1

C.           KritisismeAliran ini muncul abad ke-18. Suatu zaman baru di mana seorang ahli pikir yang cerdas

mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan (Aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul di mana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, setelah Kant mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap perm pengetahuan akal. Setelah itu, manusia terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia, demi kemajuan/peradaban manusia.

Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan. Di sisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac Newton (1642-1727) memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuRkan analisis.

Gerakan ini dimulai di Inggris, kemudian ke Prancis, Jan selanjutnya menyebar ke seluruh Eropa, terutama ke Jerman. Di Jerman pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme semakin berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa yang sebenarnya dikatakan sebagai sumber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau empiri?

Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mencoba menyelesaikan persoalan di atas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme terkandung skep-tisisme. Untuk itu, ia tetiFffi&ngakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenaran.

Akhirnya, -Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung terbang harus mempu-nyai sayap (rasio) dan udara (empiri).

Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal mengenal batas-batasnya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dapat diterima kenyataannya.1

D.    IdealismsSetelah Kant mengetengahkan tentang kemampuan akal manusia, maka para murid

Kant tidak pugs terhadap batas kemampuan akal, alasannya karena akal murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu, dicarinya suatu dasar, yaitu suatu sistem metafisika yang ditemukan lewat dasar tindakan: aku sebagai sumber yang sekonkret-konkretnya. Titik tolak terse-but dipakai sebagai dasar untuk membuat suatu kesimpulan tentang keseluruhan yang ada.

Pelopor Idealisms: J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).

Page 310: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak perkembangannya pada Hegel. Hegel lahir di Stuttgart, Jerman. Pengaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi profesor ilmu filsafat sampai meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant, ia tidak merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut pendapatnya, segala peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya. Ids yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan), kemudian timbul sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan antitesis dan seterusnya. Inilah yang disebutnya sebagai dialektika. Proses dialektika inilah yang menjelaskan segala peristiwa.

E.   Posit ivisme Filsafat Positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa yang telah

diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, ~ebatas pengalaman-pengalaman objektif. Jadi, setelah fakta diperolehnya, faktafakta tersebut kita atur dapat memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan.

Beberapa tokoh: August Comte (1798-1857), John S. Mill (18061873). Herbert Spencer (1820-1903).

1.      August Comte (1798-1857)Ia lahir di Montpellier, Prancis. Sebuah karyanya adalah Cours de philosophia positive

(Kursus tentang filsafat positio dan berjasa dalam mencipta ilmu sosiologi.Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga

tahap: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif.Pada tahap, teologis manusia mengarahkan pandangannya kepada hakikat yang

batiniah (sebab pertama). Di sini manusia percaya kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu.

Pada tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis. Sifat yang khas adalah kekuatan yang tadinya bersifat adi kodrati, diganti dengan kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengertian abstrak, yang diintegrasikan dengan alam.

Pada tahap ilmiah/positif, manusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya. Sekarang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang berasal dari fakta-fakta pengamatan dengan memakai akal.

Tahap-tahap tersebut berlaku pada setiap individu (dalam perkembangan rohani) jugs di bidang ilmu pengetahuan.

Pada akhir hidupnya, ia berupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas dasar filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini mengagungkan akal dan mendambakan kemanusiaan dengan semboyan "Cinta sebagai prinsip, teratur sebagai basis, kmajuan sebagai tujuan.

Sebagai istilah ciptaannya yang terkenal altruism yaitu menganggap bahwa soal utama bagi manusia ialah usaha untuk hidup bagi kepentingan orang lain.'

F .   E v o l u s i o n i s m eAliran ini dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai saat ini

yaitu, Charles Robert Darwin (1809-1882). la mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.Pada tahun 1838 membaca bukunya Malthus An Essay on the Principle of

Population. Buku tersebut memberikan inspirasi kepada Darwin untuk membentuk kerangka berpikir dari teorinya. Menurut Malthus, manusia akan cenderung meningkat jumlahnya (deret ukur), di atas batas bahan-bahan makanan (deret ukur). Dengan demikian, Darwin memberikan kesimpulan bahwa untuk mengatasi hal terse-but manusia harus bekerja sama, harus berjuang

Page 311: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

di antara sesamanya untuk mempertahankan hidupnya. Karena itu hanya hewan yang ulet yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan iklim sekitarnya.8

Dalam pemikirannya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan tentang segala sesuatu termasuk manusia yang diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival of the fittest dan struggle for life.

Pada hakikatnya antara binatang dan manusia dan benda apa pun tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat perkembangan manusia pada masa Wng akan datang lebih sempurna. Dalam pemikirannya, Darwin tidak melahirkan sistem filsafat, tetapi pada ahli pikir berikutnya (Herbert Spencer) berfilsafat berdasarkan pada evolusionisme.

G.    MaterialismeMunculnya Positivisme dan Evolusionisme menambah terbukanya pintu pengingkaran

terhadap aspek kerohanian. Julien de Lamettrie (1709-1751) mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.9

Seorang tokoh lagi (Materialisme Alam) adalah Ludwig Feueurbach (1804-1872) sebagai pengikut Hegel, mengemukakan pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika. Satu-satunya asas kesusilaan adalah keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dan untuk mencari kebahagiaan manusia harus ingat. akan sesamanya.

Dari Materialisme Historis/dialektis, yaitu Karl Marx (18181883), nama lengkapnya Karl Heinrich Marx, dilahirkan di Trier, Prusia, Jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar doktor dalarn bidang filsafat. Di kala ia berkawan dengan Bruno Bauer ia mendapatkan kekecewaan, tetapi setelah berkawan dengan Friedrich Engels di Paris, maka dengan kawannya itulah ia (tahun 1848) menyusun Manifesto Komunist. setelah itu, ia menjadi buronan politik dan diusir dan dipenjara di London, sampai meninggal dunia. la meninggalkan warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital, yang terbit tahun 1867.

Menurut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi. Dari segala hasil tindakannya: ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, politik — semuanya itu hanya endapan dari keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan benar-benar dalam sejarah.11

H.    Neo-KantianismeSetelah Materialisme pengaruhnya merajalela, para murid Kant mengadakan gerakan

lagi. Banyak filosof Jerman yang tidak pugs terhadap Materialisme, Positivisme, dan Idealisme. Mereka ingin kembali ke filsafat kritis, yang bebas dari spekulasi Idealisme dan bebas dari dogmatis Positivisme dan Materialisme. Gerakan ini disebut Neo-kantianisme. Tokohnya antara lain Wilhelm Windelband (1848-1915), Herman Cohen (1842-1918), Paul Natrop (1854-1924), Heinrich Reickhart (1863-1939).

Herman Cohen memberikan titik tolak pemikirannya mengemukakan bahwa keyakinannys pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu baru dikatakan 'ada' apabila terlebih dahulu dipikirkan. Artinya, 'ada' dan 'dipi-kirkan' adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person, tetapi sebagai cita-cita dari seluruh perilaku manusia.

Page 312: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

I.       PragmatismePragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guns. Pragma berasal dari kata

Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat se-cara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.

Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat.

Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan agama. Ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoretis. Ia menginginkan hasil-hasil yang konkret. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah diselidiki konsekuensikonsekuensi praktisnya.

Kaitannya dengan agama, apabila ide-ide agama dapat memperkaya kehidupan, ide-ide tersebut benar.

J.            Filsafat HidupAliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola pemikiran manusia. Peranan akal pikir hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru. Bahkan alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin, yang tersusun dari beberapa komponen, dan bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya.

Tokohnya adalah Henry Bergson (1859-1941). Pada mulanya ia belajar matematika dan fisika. Karena ia mempunyai kepandaian menganalisis, muncul masalah baru dalam pikirannya. Ia dihadapkan pada masalah metafisika yang tidak tampak dan tempatnya di bela-kang ilmu pengetahuan. Itulah yang menyebabkan ia terjun ke dalam bidang filsafat.

Pemikirannya, alam semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis. Perkembangannya seperti meletup-letup dalam keadaan tidak sama sehingga melahirkan akibat-akibat dengan spektrum yang barn. Hanya ada beberapa yang berhasil dapat membentuk suatu organisme kreatif yang sesuai dengan hokum alam. Salah satunya adalah manusia dengan intelektualnya dan mengapa manusia dapat lolos dari seleksi alam. Dalam eksistensinya, manusia mempunyai daya. hidup (elan vital). Dengan adanya elan vital tersebut diharapkan manusia akan niampu melahirkan segala tindakannya.

Pemikiran filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi dari Positivisme, Materialisme, Subjektivisme, dan Relativisme. Kemudian is mengupayakan, dengan melalui yang positif (ilmu) tersebut untuk menyalami yang mutlak dalam pengetahuan metafisis. Ia mem-pertahankan kebebasan dan kemerdekaan kehendak.11

K . J o h n D e w e y ( 1 8 5 9 - 1 9 5 2 )Ia lahir di Brulington, dan sekaligus menjadi guru filsafat. Pemikirannya, togas

filsafat adalah memberikan pengarahan dalam tindakan hidup manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya. Dengan demikian, filsafat harus berasaskan pada pengalaman, kemudian mengadakan penyelidikan dan mengolahnya secara kritis sehingga filsafat akan mampu memberikan suatu siftem norma-norma dan nilai-nilai.

L.     Fenomenologi

Page 313: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Kebalikannya kenyataan juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indra. Misalnya, penyakit flu gejalanya batuk, pilek. Dalam filsafat fenomenologi, arti di atas berbeda dengan yang dimaksud, yaitu bahwa suatu gejala tidak perlu harus diamati oleh indra, karena gejala juga dapat dilihat secara batiniah, clan tidak harus berupa kejadian-kejadian. Jadi, apa yang kelihatan dalam dirinya sendiri seperti apa adanya.

Dan yang lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai cumber berpikir yang kritis. Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun 1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif Tokohnya: Edmund Husserl (1839-1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874-1928).

Edmund Husserl (1839-1939) lahir di Wina. Ia belajar ilmu alam, ilmu falak, matematika, kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Halle, Gottingen, Freiburg.

Pemikirannya, bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif, Sedangkan metode deduktif artinya mengkhayalkan gejala-gejala dalam berbagai macam yang berbeda. Sehingga akan terlihat batas invariable dalam situasi yang berbedabeda. Sehingga akan muncul unsur yang tidak berubah-ubah yaitu hakikat. Inilah yang dicarinya dalam metode variasi eidetic.

M. EksistensialismeKata eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi atau sisto = berdiri,

menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam ,keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya. Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan—merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang konkret.

Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.

Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger, J.P. Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.

Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individu, yang konkret. Karma, eksistensi manusia penuh dengan dosa, hanya iman kepada Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.

N . N e o - T h o m i s m ePada pertengahan abad ke-19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham

Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Paham Thomas Aquinas. Pada mulanya di kalangan gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian, akhirnya menjadi suatu paham Thomisme, yaitu pertama, paham Yang menganggap bahwa ajaran Thomas sudah sempurna. Tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman. Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas. Oleh karena itu, sekarang perlu diadakan penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ketiga, paham Yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sempurna.

Page 314: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran
Page 315: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB VFILSAFAT DEWASA INI

Sekarang ini terdapat dua aliran pemikiran filsafat yang mempunyai pengaruh besar, tetapi aliran-aliran ini belum dapat dikatakan sebagai aliran yang membuat sejarah. Hal ini terjadi karena aliranaliran ini masih dianggap barn. Kedua aliran tersebut adalah Filsafat Analitis dan Strukturalis.

A.        Filsafat AnalitisTokoh aliran iniadalah Ludwi Josef Johan Wittgenstein (1889- 1951), yang lahir di

Wina, Aust ia. Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu penerbangan yang mem ukan studi dasar matematika yang mendalam. Ia belajar kepada'Schopenhauer dan Gottlieb Frege. Setelah menjadi ahli matematika ia mendalami filsafat matematika dan logika. Karyanya ditulis di penjara, ketika ia menjadi tentara dalam Perang Dunia II dan ditahan. Setelah keluar dari penjara, ia menjadi guru sekolah dasar, kemudian menjadi tukang kebun di sebuah biara.

Sumbangannya yang terbesar dalam filsafat adalah pemikirannya tentang pentingnya bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap, formal dan dapat memberikan kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah kefilsafatan.1

Filsafat analitis ini berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950. Filsafat ini membahas analisis bahasa dan analisis konsep-konsep.

B.           Strukturalisme Tokoh strukturalisme adalah J. Lacan yang lahir di Paris pada tahun 1901. Menurut

pemikirannya, bahasa terdiri dari sejumlah terrain yang ditentukan oleh posisi-posisinya satu terhadap yang lain. Terrain tersebut digabungkan dengan aturan gramatika dan sintaksis. Bahasa membuka suatu lapangan posisi-posisi yang disistematisasikan dengan aturan-aturan. Menurut pendapatnya, kita barn menjadi pribadi apabila kita mengabdikan diri pada permainan bahasa.

Kalau orang tidak lagi mengabdikan diri pada aturan tersebut, is tidak lagi bersifat pribadi (misalnya seorang gila yang bicara dengan Neo-Logisme).

Filsafat Dewasa ini juga disebut Filsafat Barat Abad ke-20. Ciri perkembangan filsafat Barat abad kedua puluh ini adalah desentralisasi manusia. Subjek manusia tidak lagi dianggap sebagai pusat kenyataan. Desentralisasi manusia adalah perhatian khusus terhadap bahasa sebagai subjek kenyataan kita sehingga pemikiran filsafat sekarang ini disebut logosentris.

Page 316: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://www.makalahmakalah.com/2013/05/makalah-filsafat-barat-abad-pertengahan.html

MAKALAH FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah filsafat ada saat-saat yang dianggap penting sebagai patokan suatu era (

zaman ), karena selain memiliki zaman atau khas, yaitu suatu aliran filsafat bisa

meninggalkan pengaruh yang sangat bersejarah pada peradaban manusia.

Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan

ilmu pada waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7 adalah abad-

abad yang kacau. Karena pada waktu itu adanya perpindahan bangsa-bangsa yang masih

belum beradab terhadap kerajaan romawi, sampai kerajaan tersebut runtuh.

Bersama kerajaan itu runtuh, runtuh pula lah peradaban romawi, baik itu yang bukan

umat kristiani maupun peradaban kristiani yang di bangun pada abad ke-5 terakhir. Pada

perkembangan peradaban yang kacau ini, ada yang berkembang pada peradaban yang baru di

bawah pemerintahan Karel Agung ( 742 — 814 ), yang memerintah pada awal abad

pertengahan, di eropa terdapat ketenangan di bidang politik.

Pada waktu itulah kebudayaan mulai bangkit, dan bangkitlah ilmu pengetahuan dan

kesenian. Juga filsafat mulai di perhatikan. Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah

pemikiran yang berbeda sekali dengan pemikiran dunia kuno.

Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah

suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut

skolastik.

Abad pertengahan selalu dibahas sebagai zaman yang khas akan pemikiran eropa

yang berkembang pada abad tersebut, dan menjadikan suatu kendala yang disesuaikan

dengan ajaran agama. Dalam agama kristen, pada abad pertengahan, tentu saja ada

Page 317: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

kecerdasan logis yang mendukung iman religius. Namun iman sama sekali tidak disamakan

dengan mistisisme.

Pada masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat eropa ( sekitar lima abad ) belum

memunculkan ahli pikir ( filosuf ), akan tetapi setelah abad ke-6 masehi, baru muncul ahli

pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran

filsafat barat abad pertengahan.

Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai abad

gelap, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan gereja. Memang pada saat itu

tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi

memiliki kebebasan untuk memiliki untuk mengembangkan potensi yang terdapat pada

dirinya dan tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang

bertentangan dengan ajaran agama Kristen orang tersebut akan dikenakan hukuman berat.

Karena itu, kajian terhadap agama ( teologi ) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan

mendapatkan larangan ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama adalah

pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka

dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran ( inkuisisi ). Pengejaran terhadap

orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III diakhir abad XII,

dan yang paling berhasil dalam pengejaran orang-orang murtad ini di Spanyol.

Sedangkan ciri-ciri pemikiran abad pertengahan adalah :

1.      Cara berfilsafat di pimpin oleh orang gereja.

2.      Berfikir dalam lingkungan ajaran Aristoteles.

3.      Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.

Secara garis besar, filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu

Periode scholastic islam atau zaman skolastik timur, yang diwarnai situasi dalam komunitas

Islam di Timur Tengah, abad 8 s/d 12 M dan periode scholastic kristen yang diwarnai oleh

perkembangan di Eropa (termasuk jazirah Spanyol).

B. Perumusan Masalah

Dalam makalah yanhg akan kami presentasikan ini, kami membagi beberapa sub yang

membahas tentang filsafat abad pertengahan yaitu :

a)      Keadaan pada permulaan abad pertengahan

b)      Beberapa filosof pada abad pertengahan

c)      Pemikiran para filosof abad pertengahan

Page 318: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

C. Tujuan

Ada beberapa tujuan dari makalah yang kami tulus ini, antara lain :

a)      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum.

b)      Untuk memahami pemikiran pada abad pertengahan.

c)      Sebagai bahan presentasi dalam diskusi tatap muka mata kuliah Filsafat Umum.

d)     Sebagai bahan bacaan bagi yang berkenan membacanya.

 

 

Bab II

Filsafat Pada Masa Pertengahan

Permulaan  abad pertengahan dapat dimulai sejak  Platinus. Pada Plotinus pengaruh

agama Kristen kelihatannya sudah besar : Filsafatnya berwatak spritual. Plotinus (204-270

SM) Thales (624-546) digelari  sebagai filosof pertama karena ia mengajukan pertanyaan

yang sangat mendasar apa bahan alam semesta ini ? Thales   menjawab  air. Jawaban yang

tidak memuaskan.

1. Platinus ( 204-270 )

Platinus dilahirkan  pada tahun 204 di Mesir didaerah Ycopolis. Pada tahun 232 ia

pergi  Alexandria untuk belajar  filsafat pada seorang guru bernama Animonius Soccas,

selama 11 tahun.

A. Tentang Ilmu

Platinus  dapat disebut  musuh naturalisme  ia membedakan dengan tegas  tubuh dan

jiwa, jiwa tidak dapat  diterjemahkan kedalam ukuran-ukuran badaniah, fakta alam harus

dipahami sesuai dengan tendensi spiritualnya.

B. Bersatu dengan Tuhan

Tujuan filsafat ialah tercapainya kebersatuan  dengan Tuhan. Caranya ialah  pertama-

tama dengan  mengenal  alam melalui  alat indera, dengan ini  kita melihat  keagungan Tuhan

kemudian  kita menuju jiwa dunia,setelah itu  menuju jiwa Illahi.

2. Augustinus ( 354-430 )

Page 319: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Augustinus lahir di Tagaste, Aljazair, Afrika Utara, 13 November 354 M sebagai putra

seorang ibu yang saleh yaitu Momika*. Ayahnya bernama Patricius, seorang tuan tanah kecil

dan anggota dewan kota yang kurang taat beragama hingga menjelang akhir hayatnya.

Augustinus dididik dan dibesarkan secara Kristen kendatipun karena adat istiadat yang

berlaku pada masa itu, ia tidak dibaptiskan ketika masih bayi**

* (Heukem, 1991: 61)

** (Purnomo, 2000: 169).

Augustinus menganggap filsafat sebagai suatu aktivitas, yang meliputi teknik-teknik

penalaran, dan juga suatu pendekatan menuju kebijaksanaan dan kebenaran-kebenaran

penalaran, dan juga suatu pendekatan menuju kebijaksanaan dan kebenaran-kebenaran

tertinggi tentang kehidupan. Dengan mengikuti Augustinus, yang mempertahankan bahwa

tidak mungkin ciptaan-ciptaan sama kekal (co-eternal) dengan pencipta. Aliran Augustinus

menolak kemungkinan penciptaan dari kekekalan (creatio ab qetermo). Augustinus

mempertahankan bahwa kesatuan jiwa dengan Allah adalah terutama melalui kehendak***.

Adapun sifat-sfat pokok dari ajaran filsafat****adalah sebagai berikut :

a)      Mengakui manusia dengan kepercayaan dan agama tidak boleh dipisahkan. Tanpa

kepercayaan dari agama, manusia akan sesak, dan tanpa akal, orang tak akan memperoleh

pengertian yang jelas tentang kepercayaan dan agama itu.

b)      Kehendak manusia berpangkal diatas akal dan cinta kasih sayang mempunyai arti kesucian

diatas ilmu pengetahuan. Juga berlaku terhadap Tuhan, sedang Tuhan terutama berarti cinta

kasih sayang.

c)      Roh/jiwa agak bebas terhadap raga dan jiwa mengenal dirinya secara langsung dan intuistif,

yang terdiri atas kebendaan dan bentuk

d)     Spiritualisme yang antropologis (jiwa itu tak lain dari manusia itu sendiri) berjalan

berdampingan dengan spiritualisme yang bersifat teori mengenal.

e)      Kebendaan itu pada hakikatnya cahaya. Bahwa jiwa menghendaki tubuh dan tubuh

menghendaki jiwa merupakan pandangan yang dualistis.

Filsafat Kristen  yang banyak mendominasi  abad pertengahan  banyak berhutang 

pada pola-pola  pemikiran Yunani dan Romawi.

Augustinus  dianggap  telah meletakan  dasar-dasar  pemikiran  abad pertengahan,

mengadaptasikan  platonisme kedalam  ide-ide Kristen, memberikan formulasi sistematis

tentang filsafat Kristen. Filsafat Augustinus merupakan sumber atau asal-usul reformasi yang

dilakukan  oleh Protestan.

Page 320: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

***(Bagus, 1996: 24-26)

****( menurut Salam 2000:49)

3. Amselmus ( 1033-1109 )

Anselmus dilahirkan di Italia utara pada tahun 1033. Ketika usianya lima belas tahun,

Anselmus mencoba masuk biara di Italia. Tetapi, ayahnya menentangnya. Kemudian

Anselmus jatuh sakit. Tak lama sesudah ia sembuh, ibunya meninggal dunia. Anselmus

masih muda, ia juga kaya dan pandai. Ia berasal  dari keluarga bangsawan di Aorta, Italia,

pada tahun  1033. seluruh kehidupannya  dipenuhi  oleh kepatuhan  kepada gereja pada tahun

1093 ia menjadi uskup agung canter bury dan ikut ambil bagian dalam perselisihan antara

golongan  pendeta dan orang-orang sekuler.

Umat Inggris mengasihi dan menghormati Anselmus. Tetapi, Raja William II

menganiayanya. Anselmus harus melarikan diri dalam pengasingan pada tahun 1097 dan juga

tahun 1103. Raja William bahkan melarang Anselmus pergi ke Roma untuk memohon

nasehat Paus. Walaupun demikian, Anselmus pergi juga. Ia tinggal bersama paus hingga raja

mangkat. Kemudian, ia kembali ke keuskupannya di Inggris.

Anselmus menyempatkan diri untuk menulis. Buah penanya adalah buku-buku filsafat

dan teologi yang amat berharga. Ia juga menuliskan banyak nasehat berguna mengenai Tuhan

bagi para biarawan. Para biarawan itu amat gembira menerimanya. St. Anselmus sering

mengatakan, “Apakah kamu ingin tahu rahasia hidup bahagia dalam biara? Lupakan dunia

dan bergembiralah melupakannya. Biara sungguh merupakan surga di bumi bagi mereka

yang hidup hanya bagi Yesus.” St. Anselmus wafat pada tanggal 21 April 1109. Ia

dinyatakan sebagai Pujangga atau Doktor Gereja oleh Paus Klemens XI pada tahun 1720.

4. Thomas Aquinas ( 1225-1274 )

Thomas Aquinas lahir di Aquino, Italia sehingga disebut Thomas dari Aquino adalah

seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia.

Thomas mengajarkan Allah sebagai ”ada yang tak terbatas” (ipsum esse subsistens).

Allah adalah ”Dzat Yang Tertinggi”, yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah

adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam

pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati

Page 321: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan

mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna

kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati).

Metode untuk menghubungkan iman dan rasio yang pertama dibahas adalah filsafat

Thomistik Gereja Roma Katolik. Selain persetujuan (assent) pribadi orang percaya, dalam

system ini iman artinya informasi yang diwahyukan yang ada dalam Alkitab, tradisi, dan

suara hidup dari gereja Roma sedangkan Akal budi artinya informasi yang dapat diperoleh

melalui pengamatan inderawi terhadap alam dan diinterpretasi intelek. Rasionalis abad

ketujuhbelas membedakan akal budi (reason) dengan sensasi [inderawi], Thomas

membedakan akal budi (reason) dan wahyu. Kebenaran akal budi adalah kebenaran yang

dapat diperoleh melalui kemampuan indera dan intelek alamiah manusia tanpa bantuan

anugerah supranatural.

Thomisme memang menekankan ketiadaan kompatibilitas antara iman dan rasio, namun

ketiadaan kompatibilitas itu bersifat psikologis semata. Namun, menurut Thomisme adalah

memungkinkan untuk mendemonstrasikan keberadaan Allah melalui pengamatan terhadap

alam.

Ia terutama menjadi terkenal karena dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya utamanya: Summa Theologiae (1273). Ia disebut sebagai ”Ahli teologi utama orang Kristen.” Bahkan ia dianggap sebagai orang suci oleh Gereja Katholik dan memiliki gelar santo.

Sekian apa yang kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat.Baca juga makalah kami yang lain tentang Pemikiran Politik Islam Masa Klasik ke Modern 

Page 322: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://farisdwiristian.blogspot.com/2012/11/aspek-dasar-filsafat-dari-pandangan.html

ASPEK DASAR FILSAFAT DARI PANDANGAN BARAT

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua

yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistem filsafat berkembang berdasarkan ajaran

seseorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat ( baca filosof ). Filsafat lahir

dipengaruhi dua faktor. Faktor pertama intern : kecenderungan atau dorongan dari dalam diri

manusia, rasa ingin tahu. Faktor kedua ekstern : adanya hal atau sesuatu yang mengganjal di

hadapan manusia, sehingga menimbulkan rasa heran dan kagum. Dari dua faktor itu manusia

akan menemukan kebenaran, tetapi rasa ingin tahu mengenai sesuatu sampai ke akar-akarnya

itulah sebagai pertanda bahwa filsafat itu sudah lahir dikarenakan keinginan manusia sangat

dinamis.

Setiap orang itu berada di dalam filsafat hidupnya. Jadi setiap orang berfilsafat. Dapat

dijelaskan dengan melihat sendiri kenyataan bahwa tidak ada manusia atau seseorang pun

yang tidak memiliki tujuan hidup kecuali orang gila yang tidak punya tujuan hidup. Kalau

kita mempelajari filsafat diibaratkan dengan kita menonton suatu pertandingan sepak bola

maka terlebih dahulu kita harus memisahkan pemain, mana yang masuk klub ini dan mana

yang masuk klub itu. Jika tidak demikian, kita akan kebingungan. Kita tidak bisa mengetahui

siapa yang kalah, siapa yang menang. Mana yang baik pemainnya dan mana yang tidak.

Begitulah, apabila kita memasuki pustaka filsafat yang mempunyai ratusan bahkan

ribuan buku itu. Kita lebih dahulu mesti memisahkan arah pikiran para filsafat. Jika tidak,

niscaya bingunglah kita, tak bisa memisahkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Seperti

para pemain sepakbola tidak kacau balau dimata kita. Para ahli filsafat berkata semau-

maunya saja, tak ada ujung. Oleh ahli logika Yunani, Curcilo in Defendio. Filsafat dan

sejarah ibarat dua sisi sekeping mata uang. Filsafat adalah sejarah yang di abstraksikan dan

sebaliknya, sejarah adalah filsafat yang dikonkritkan.

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah batasan-batasan filsafat ?

2. Bagaimanakah sistematika filsafat ?

Page 323: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

3. Bagaimanakah aliran filsafat dan siapa sajakah tokoh-tokoh filsafat ?

Tujuan Masalah

1. Mengetahui batasan-batasan filsafat.

2. Mengetahui sistematika filsafat.

3. Mengetahui aliran dan tokoh-tokoh filsafat.

PEMBAHASAN

BATASAN FILSAFAT

Hendaknya didasari bahwa memahami sesuatu yang sulit melalui suatu batasan atau

definisi. Sebab batasan tidak memberi peninggalan yang memadai, apalagi pengalaman.

Pengertian dan pengetahuan tanpa pengetahuan tidak mantap. Seperti pengetahuan teoritis

tentang “berenang” tak mungkin bermakna tanpa pengalaman belajar berenang secara

langsung. Meskipun demikian, memahami suatu batasan dapat mendorong usaha lebih jauh

untuk lebih memantapkan pengetahuan teoritis ini menjadi pengetahuan praktis.

1.      Batasan secara etimologis

a.       Menurut Prof. Dr. John S.Brubacher

“Philosophy was, as its etymologi from the greek word filos and sofia, suggest, love, and

wisdom or learning. More ever it was love of learning in general, it sub-sumed under one

heading what today we all science as well as what we nom call philosophy is often referred

to as the mother as well as the queen of the science” (Brubacher 1962, hal 2).

“Filsafat berasal dari perkataan Yunani filos dan sofia yang berarti cinta, kebijaksanaan atau

ilmu pengetahuan. Lebih dari itu filsafat dapat diartikan sebagai cinta belajar pada umumnya,

filsafat mencakup apa yang saat ini kita sebut ilmu pengetahuan (science) maupun apa yang

sekarang kita sebut filsafat. Untuk inilah sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk dan

ratu ilmu pengetahuan.

b.      Menurut Runes dalam “Dictionary of Philosophy”

“Philosophy” (Gr. Philein, to love, sophia, wisdom)

+the most general

+seeking of widom and wisdom of saught

+originally, the rational explanation of anything.

Page 324: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

The general principles under which all facts could be explained : in this sense

indistinguishable from science,……now popularly, the science of science, the criticism and

systematization or organization of all knowledge, draw from empirical sciener, rational

learning common experience or where ever.

Filsafat berasal dari (kata Yunani philein, cinta, Sophia, kebijaksanaan)

+ilmu yang paling umum

+usaha mencari kebijaksanaan

+asalnya, penjelasan rasional dari sesuatu, prinsip-prinsip umu yang menerangkan segala

fakta ; dalam pengertian ini tidak dapat dibedakan dengan sciener,……..sekarang, secara

popular diartikan sebagai ilmu dari ilmu, kritik dan sistematika atau organisasi dari semua

ilmu empiris, pelajaran yang rasional, pengalaman biasa.

c.       Filsafat berasal mula dari kata Yunani “philosophia” dari kata philein yang artinya

mencintai, atau philia yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kearifan, yang kemudian

menjadi kata “philosophy” ( dalam bahasa Inggris ). Filsafat biasanya diartikan : “cinta

kearifan atau kebijaksanaan” (The Lion Gie, 1977 : 5). Lalu orang yang mencintai

kebijaksanaan itu disebut filsuf (philosopher atau ahli berfikir) bahasa Arab shopia = sufi.

Apa itu cinta dan apa pula kebijaksanaan?

Misal : aku cinta kamu? Aku adalah subyek dan kamu adalah obyek. Dalam hal ini, aku

menyatu dengan dia. Nah didalamnya terkandung persatuan antara aku(subjek) dan

kamu(objek). Kebijaksanaan tingkah laku yang benar, maka suatu tingkah laku secara tepat

terarah kepada sasaran.

2.      Batasan ditinjau dari isi (substansi)

Filsafat sebagai kegiatan pikir murni (reflective thinking). Menyelidiki objek yang tidak

terbatas, yakni kesemestaan ; obyek filsafat dapat dibedakan antara :

a.       Objek material : segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, yang konkret-fisis, yang

non fisis, abstrak, psikis spiritual. Termasuk pengertian abstrak-logis, konsepsional, rohaniah,

nilai-nilai agama dan alam metafisis, bahkan Tuhan sendiri

b.      Objek formal : menyelidiki segala sesuatu yang tak mengerti hakekatnya. Filsafat mencari

kebenaran dan kodrat hakiki sesuatu (the nature of nature) obyek formal ini memberi watak

dan sudut pandang yang berbeda dengan ilmu pengetahuan, karena filsafat mengerti segala

sesuatu yang tak terbatas (kesemestaan) dan mendasar sedalam-dalamnya (hakiki).

SISTEMATIKA FILSAFAT

Page 325: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

a.      Bidang Ontologi

Menurut Runes :

Ontologi adalah teori tentang keberadaan atau eksistensi. Menurut Aristoteles sebagai filsafat

pertama, ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.

Pada awal pemikiran manusia, mereka berusaha mengerti hakikat sesuatu yang ada

disekitarnya, alam yang nampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yakni benda (materi)

ataukah ada sesuatu rahasia dibalik realitas itu. Sebagai contoh nampak pada makhluk hidup

seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Apakah sesungguhnya alam semesta,

binatang-binatang, matahari dan bulan yang beredar (berputar) terus-menerus. Bidang

ontologi ini meliputi penyelidikan tentang makna keberadaan (ada, eksistensi) manusia,

benda, ada-alam semesta (kosmologi). Juga ada mutlak yang tidak terbatas sebagai maha

sumber adanya semesta. Artinya ontologi menjangkau adanya Tuhan dan alam gaib seperti

rohani dan sesudah kematian (atau alam dibalik dunia, alam metafisika).

b.      Bidang Epistimologi

Menurut Runes :

Epistimologi adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, metode dan

validitas.

Ilmu Pengetahuan:

Pengetahuan manusia, sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya.

Bagaimana proses terjadinya pengetahuan sampai membentuk kebudayaan, sebagai wujud

keutamaan (superioritas) manusia mengetahui bahwa ia tahu atau bagaimana manusia

mengetahui sesuatu itu ilmu pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi,

epistimologis dapat disebut ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu. Atau science of

science atau wissechaftslehre. Termasuk epistimologis : matematika, logika, gramatika dan

semantika.

c.       Bidang Axiologi

Batasan axiologi menurut Runes :

Axiologi berasal dari, manfaat, pikiran, atau ilmu/teori. Dalam pengertian yang modern

disamakan dengan teori nilai, yakni sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik: bidang

yang menyelidiki hakekat nilai, kriteria, dan kedudukan metafisika suatu nilai.

Menurut Prof. Dr. Brameld, axiologi dapat disimpulkan sebagai suatu cabang filsafat yang

menyelidiki :

1)      Tingkah laku moral yang berwujud etika.

Page 326: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

2)      Ekspresi etika yang berwujud estetika atau seni dan keindahan.

3)      Sosio-politik yang berwujud ideologi

Bidang axiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai,

tingkatan nilai dan hakekat nilai. Sebagai dihayati manusia selalu berada dan dipengaruhi

oleh nilai alamiah dan jasmaniah, tanah subur, udara bersih, air bersih, cahaya dan panas

matahari : tumbuh-tumbuhan dan hewan demi kehidupan. Kemudian ada pula nilai psikologis

seperti berpikir, rasa, karsa, cinta, estetika, etika, logika, cita-cita, bahkan ada pula nilai Ke-

Tuhanan dan agama.

Kehidupan manusia sebagai makhluk subyek budaya, penciptaan dan penegak nilai, berarti

manusia secara sadar mencari, memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai; jadi nilai

merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Bahkan nilai didalam kepribadian, seperti

pandangan hidup, keyakinan (agama) merupakan kualitas kepribadian. Martabat manusia

ditentukan oleh keyakinannya dan amal kebijakan.

ALIRAN DAN TOKOH-TOKOH FILSAFAT

Aliran-aliran utama yang ada sejak dulu sampai sekarang meliputi :

1.      Aliran Ideliasme / Spiritualisme

Mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia.

Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan semesta, karena akal budi dan kesadaran

rohani. Manusia yang tak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas

semata. Jadi hakekat diri dan kenyataan ialah akal budi (ide spirit)

Filsuf Idealisme

PLATO

Pandangan dari Plato, sampai kepada ajaran etika. Dalam ajaran etikanya, ia mengajarkan

bahwa siapa pun manusia itu harus mampu mencapai pemahaman tentang dunia idea. Disebut

idea kebaikan ini, maka kebahagiaan hidup dapat diharapkan. Orang dapat mencapai

pemahaman idea kebaikan bila mampu menyelami dunia pengalaman, inilah kemudian

dikenal sebagai ajaran mengenal diri sendiri (to know himself).

DAVID HUME

Hume memberikan gagasan “if I go into my self”, kalau saya memasuki diri saya sendiri, kata

Hume maka saya jumpai “bundles of conception, bergulung-gulung pengertian dan

bermacam-macam gambaran benda”

J.O FICHTE

Page 327: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Ficthe mengakui dan memberikan pioritas yang tinggi kepada aku sehingga dikatakan bahwa

adalah satu-satunya realitas. Hal ini dapat dimengerti karena “aku yang otonom dan merdeka,

menempatkan diri menjadi sadar akan objek yng dihadapi, yaitu bukan aku”. Bukan aku ini

adalah tergantung pada aku, sedangkan fungsinya dihadapi dan diatasi. Perkembangan

terletak sepenuhnya pada hasil pengatasan objek (bukan aku).

SCHELLING

Pandangan yang lebih jauh dan luas, ia mengaku bahwa objek (buka aku) itu sungguh-

sungguh ada. Bahwa aku (subjek) itu muncul dari alam (bukan aku) yang sungguh ada.

Schelling mengakui adanya objek sebagai realitas, maka idealismenya dinamakan idealisme

objektif.

GORG WILHELM FRIEDERICH HEGEL

Filsafat Hegel mencari yang mutlak dan yang tidak mutlak. Yang mutlak adalah roh (jiwa),

tetapi roh itu menjelma pada alam, dan demikian sadarlah akan dirinya. Roh adalah idea,

yang artinya berpikir. Dalam sejarah kemanusiaan sadarlah roh itu akan dirinya, dan

kemanusiaan merupakan bagian dari ide mutlak, yaitu Tuhan sendiri. Dikatakan selanjutnya

bahwa idea yang berpikir itu selamanya adalah gerak yang berlawanan, yaitu antitesis.

Akhirnya, adanya tersis gerak yang mutlak dan kemudian muncul antitesis yang pada

akhirnya menimbulkan pula antitesis dan sintesis baru dan menimbulkan pula antitesis dan

sintesis baru, begitulah seterusnya.

2.      Aliran Materialisme

Mengajarkan bahwa hakekat realitas semesta, termasuk makhluk hidup, manusia, hakekatnya

ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya benda-ekonomi, makan) dan

terikat pada hukum alam : sebab akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.

Filsuf Materialisme

HERAKLEITAS

Menurut realitas ini berupa gerakan, perubahan dan keadaan yang serba menjadi. Semua

serba mengalir. Di dalam sejarah perkembangan filsafat, paham kefilsafatan dikenal dengan

“filsafat menjadi” (to become). Kemudian pandangannya itu menjadi pedoman bagi

pengetahuan yang benar (kebenaran), dimana panca indera menjadi ukuran. Jadi, apa yang

ditangkap indera yaitu yang konkret, yang satu-persatu, yang selalu berubah dari menjadi

adalah yang benar. Pada masa Yunani juga ada nama-nama lain seperti Demokritus dan

Epikurus.

LAMETTRIE

Page 328: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Mempunyai gagasan bahwa manusia adalah mesin belaka dan sama dengan binatang. Prinsip

hidup bahwa pada umumnya di ingkari dengan menunjukkan bukti bahwa “tanpa jiwa badan

dapat hidup” tetapi jiwa, badan dapat hidup” tetapi jiwa tanpa badan tidak dapat hidup.

Contohnya, jantung katak yang dikelurkan dari tubuhnya masih dapat berdenyut beberapa

detik. Namun, tidak mungkin ada katak tanpa badan. Materialisme ini meluas sampai ke

Jerman dengan tokoh-tokohnya yang terkenal yaitu Feverbach (1804-1872), Buchner dan

Molenschat.

KARL MARX

Terkenal sebagai bapak materialisme dialektis dan surplus value, yakni nilai lebih, yang

diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Dikatakan Karl marx bahwa hidup

manusia ditentukan oleh keadaan ekonomi. Segala hasil tindakan (ilmu, seni, agama,

kesusilaan, hukum, dan politik) merupakan endapan dari keadaan ekonomi itu sendiri

ditentukan sepenuhnya oleh sejarah. Masyarakat pada mulanya tidak mengenal pertentangan-

pertentangan dalam tingkatan, oleh karena adanya keahlian dalam pekerjaan dan karena

adanya milik, maka muncullah tingkatan atau kelas dalam masyarakat. Masyarakat ini harus

berkembang dan perkembangannya disebut sejarah. Perkembangan sejarah harus didorong

oleh kekuatan-kekuatan untuk menghasilkan. Jadi, ada identitas antara perkembangan

masyarakat dengan perkembangan masyarakat adalah dorongan untuk hidup, yaitu makan,

minum, pakaian, dan hal yang diusahakan oleh manusia itu sendiri. Untuk mengusahakannya

diperlukan alat-alat dan alat-alat itu semuanya adalah materi belaka, yang hendaknya

diusahakan punya materi. Karena itulah keseluruhan perkembangan ditentukan oleh materi.

F. ENGEL

Yang pemikirannya tidak jauh dari Karl Marx. Tetapi dengan memakai engels sebagai

petunjuk jalan, kita bisa terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels

sekarang terkenal sebagai kreator Marx.

3.      Aliran Realisme

Mengajarkan bahwa kedua aliran diatas, materialisme dan idealisme yang bertentangan itu

tidak sesuai dengan kenyataan, tidak realistis. Sesungguhnya realitas kesemestaan, terutama

kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan, seperti nampak pada tumbuh-

tumbuhan, hewan dan manusia, mereka hidup berkembang biak, kemudian tua akhirnya mati.

Pastilah realitas itu paduan benda (materi, jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual,

jiwa, rohaniah), khususnya pada manusia Nampak dalam gejala daya piker, cipta dan akal

budi. Jadi realisme merupaakn sintesis antara jasmaniah dan rohaniah, materi dan non materi.

Filsuf Realisme

Page 329: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

ARISTOTELES

Gagasannya bahwa setiap hal atau benda itu tersusun dari “hule” dan “morfe” yang kemudian

dikenal dengan teori hulemorfistik. Hule adalah dasar bermacam-macam. Karena Hule-nya,

maka suatu benda adalah benda itu sendiri, benda tertentu. Misalnya si Anu bukan si Banu

karena Hule-nya. Sedangkan morfe adalah dasar kesatuan, yang menjadi inti dari segala

sesuatu. Karena Morfe-nya, maka segala sesuatu itu sama dengan yang lain (satu inti)

termasuk ke dalam suatu jenis yang sama. Morfe ini berbeda dengan hule dan hanya dapat

dikenal dengan akal budi saja. Misalnya, si Ali, si Ani, si Ahmad yang berbeda-beda itu

berada dalam morfe yang sama, yaitu sebagai manusia. Namun demikian, baik hule maupun

morfe, merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan hule segala sesuatu itu

maupun didalam realitas, dan karena Morfe-nya segala sesuatu itu mengandung arti hakikat

sebagai sesuatu.

GAUTAMA BUDHA

Filsuf mistik yang terbesar sejak dunia ini diketahui. Pengaruhnya lebih besar daripada filsuf

Barat seperti Plato sampai Hegel, bahkan lebih besar daripada pengakuan Barat sendiri.

Gautama Budha, dia menyatakan rohaninya dengan roh alam dan dari hasil perpaduan

pencapaian nirwana. Dan filsuf ahli mistika zaman sekarang salah satunya Mahatma Gandhi

yang terkenal dengan Ahimsanya.

KESIMPULAN

Filsafat sebagai kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tak terlihat langsung

dengan suatu objek); yang mendalam (hakiki). Filsafat adalah upaya atau aktivitas atau fungsi

pikir subyek manusia dalam memahami segala sesuatu, mencari kebenaran. Berpikir aktif

dalam mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia. Filsafat sebagai

hasil pemikiran (filosof), sebagai suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud pandangan

hidup (filsafat hidup), maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa

dan negara. Filsafat demikian telah berkembang dan terbentuk sebagai suatu nilai yang

melembaga (dengan negara) sebagai suatu paham (isme) : kapitalisme, komunisme,

sosialisme, nazisme, fasisme, teokratisme dan sebagainya yang cukup mempengaruhi

kehidupan bangsa/negara.

DAFTAR RUJUKAN

Malaka, Tan. 1999. Madilog. Jakarta: Pusat Data Indikan .

Page 330: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Malang, Laboratorium Pancasila IKIP. 1991. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang: IKIP MalangRapar, Jan Hendrik. 2005. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Strathtern, Paul. 2001. 90 Menit Bersama Hegel. Jakarta: Erlangga.

Suhartono, Suparlan. 2007. Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Page 331: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://filsafat.kompasiana.com/2011/06/04/seri-filsafat-rene-descartes-dupperon-peletak-dasar-pemikiran-filsafat-barat-modern-370250.html

(Seri Filsafat) Rene Descartes Dupperon: Peletak Dasar Pemikiran Filsafat Barat Modern

Latar Belakang Pada akhir abad pertengahan ada dominasi nominalisme dan skeptisisme (semua

konsep filosofis hanya label/nama yang beragam atas realitas dan seringkali tidak sama dengan realitas: William Occham). Skeptisme dari Montaigne. Skpetisisme ini melahirkan kritik Martin Luther bahwa “dogmatisme itu berbahaya, karena hanya akan melahirkan setan.” Karena itu, menurutnya satau-satunya kearifan adalah jangan bersikap yakin pada apa pun dan ragukan segala hal.

Pada saat itu, ilmu-ilmu fisika menghasilkan banyak hal baru yang konkret dan pasti (teleskop, termometer, mikroskop, dll). Galilleo Galilei juga memunculkan teori “heliosentrisme” (matahari adalah pusat segala planet) yang bertentangan dengan pandangan Gereja pada waktu itu bahwa “bumi” adalah pusat segala sesuatu. Semua kenyataan ini, mau menunjukkan bahwa seakan-akan dunia Fisika lebih mengandung kepastian (matematis dan geometris).

Descartes (1596-1650) berminat sangat kuat pada Matematika. Ia mengingat pesan Pastor pembimbingnya: “Matematika adalah Ratu segala ilmu.”

Descartes sempat menghayalkan sistem Filsafat yang kokoh: “mathesis iniversalis” (sebuah sistem pemikiran yang kuat dan berlandaskan Matematika).

Gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikirannya1. Sebagai titik tolak pemikirannya adalah keraguan: segala hal harus kita renungkan

dan akhirnya bisa memunculkan kepatian dari hal itu. Sebab yang tinggal adalah “saya yang ragu-ragu.” Inilah kepastian pertama. “Saya ragu-ragu, karena saya berpikir.” Saya yang berpikir ini adalah kepastian kedua. Akhirnya, Cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Semua ini disebutnya sebagai keraguan metodis (dubium methodicum). Pola berpikirnya deduktif atau mengambil kesimpulan mengenai realitas dari konsep-konsep.

2. Realitas terdiri dari: 1)res cogitans (realitas pemikiran), 2) res extensa (realitas material), dan 3) Tuhan (penjamin pengetahuan). Yang terpenting oleh Descartes adalah res cogintans. Karena ide-ide pengetahuan tidak didapat dari luar pemikiran kita, melainkan dari dalam diri kita sendiri. Mengapa demikian? Karena baginya, sensasi indrawi bisa mengecoh dan tidak dapat dipercaya. Ide-ide pengetahuan sudah ada sejak kita lahir (idea inata). Ide-ide ini muncul kembali secara intuitif dan secara deduktif. Idea-idea ini sebetulnya berasal dari Tuhan secara langsung/ lalu, bagaimana kita tahu ide-ide dan pengetahuan itu dari Tuhan? Caranya: 1) kita tahu, kita makhluk terbatas, tetapi mengapa kita bisa tahu mengenai hal-hal yang takterbatas? Karena itu, pengetahuan semacam ini pastilah berasal dari yang takterbatas itu sendiri yakni: Tuhan; 2) kita tahu kita adalah makhluk taksempurna, tetapi mengapa kita bisa tahu mengenai hal-hal yang sempurna. Karena itu, pengetahuan semacam ini pastilah berasal dari yang sempurna yakni: Tuhan. Akan tetapi, hal ini hanyalah cara kita memahami dengan mempertentangkan yang terbatas dengan yang takterbatas, yang

Page 332: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

sempurna dengan yang tidak sempurna, dll. Sebenarnya, realitas diri kita yang sebenarnya kita tidak ketahui dengan baik.

3. Descartes melahirkan dulisme kartesian antara tubuh dan jiwa dimana jiwa manusia seperti hantu dalam sebuah mesin.

Dampak Pemikiran Descartes1. Sejak Descartes, ada tendensi bahwa Filsafat cendrung merupakan koherensi

(kelogisan) atau soal clara et distincta (terang dan jelas). Akan tetapi, persoalannya adalah hidup seringkali tidak begitu jelas atau ambigu namun real. dengan kata lain, filsafat bisa bagus tetapi tidak realistis.

2. Sejak saat itu, “mengerti” sama dengan menganalisis. Menganalisis pun berarti membuat konstruksi matematis dan mekanis. Akibatnya, dalam zaman modern, satu-satunya penjelasan yang sahih mengenai realitas adalah penjelasan mekanis-matematis (ilmiah). Lebih lanjut, dalam tendensi ini, ilmu-ilmu sosial atau human science haruslah matematis agar menjadi ilmiah. Sehingga IPTEK pun cendrung inhuman (tidak manusiawi).

3. Ide tentang Tuhan dalam Descartes hanyalah Penjamin Kebenaran. Hal ini membawa tendensi gagasan “Deisme” (Tuhan hanya menciptakan dunia dan isinya, kemudian Ia tidak berbuat apa-apa lagi alias “nganggur”). Akibatnya, terjadi pengurangan suasana tanggung jawab intelektual. Di sisi lain, justru menyuburkan spekulasi rasional individual (metafisika) dengan koherensi logis.

4. Gagasan Descates bahwa ide hanya muncul dari penalaran (reason), sedangkan sensasi inderawi tidak bisa dipercaya dan tidak bisa melahirkan gagasan, justru menimbulkan pertentangan abadi atau dualisme tubuh dan jiwa (body and mind).

5. Sejak Descartes, “saya” identik dengan “pikiran” (res cogitans). Seakan-akan yang patut dihargai sebagai the real subject adalah pikiran semata-mata. Akibatnya, alam benda atau material hanyalah objek semata. Tubuh dan bahkan alam semesta hanya menjadi sebuah mesin semata. Yang terjadi adalah desakralisasi atas tubuh dan alam semesta (tidak suci dan tidak penting). Tubuh dan alam adalah wilayah Fisika dan IPTEK. Pikiran masuk dalam wilayah Metafisika. Maka, sah saja, jika segala sistem nilai kurang begitu diperhatikan lagi di era modern. Sejak Descartes, perasaan adalah ide-ide yang kacau (confused ideas) yang masuk dalam res cogitans. Pola berpikir subjek-objek (dikotomis) inilah yang melahirkan krisis-krisis ekologis dan krisis humanisasi (dehumanisasi) melalui IPTEK.

6. Ketika “saya” hanya sama dengan pikiran, maka yang terjadi adalah desakralisasi tubuh dan alam. Maka pembantaian terhadap manusia (mutilasi, genocide,dll) bukan lagi menjadi hal yang luar biasa. Mengapa? Karena tubuh manusia hanya menjadi material belaka.

7. Lama  kelamaan Rasionalisme Descartesian akhirnya (abad ke-20) berujung pada irasionalisme modern (Horkheimer). Artinya, hidup, pikiran, selera, perilaku dan gaya hidup sedemikian dikuasai dan dikendalikan oleh mekanisme pasar yang konsumeristis. Orang membeli sesuatu karena “merk-nya” bukan karena kualitasnya. Maka, kelak di akhir abad ke-20, dan awal abad ke-21, Filsafat didorong untuk mengubah haluan ke arah yang baru. Yang baru di sini, salah satunya dibahas dalam Filsafat Postmodernisme secara khusus yakni: tubuh, rasa dan intuisi. Imajinasi juga mendapat tempat yang penting dalam Filsafat Postmodernisme.

Page 333: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

http://satuhati-satukisah.blogspot.com/2013/05/filsafat-abad-modern-idealisme.html

FILSAFAT ABAD MODERN IDEALISME, MATERIALISME, DAN POSITIVISME

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Secara umum aliran Materialisme, Eksistensialisme, dan Idealisme merupakan suatu

aliran filsafat yang lahir karena ketidakpuasan beberapa filusuf memandang filsafat pada

masa yunani hingga modern, seperti protes terhadap rasionalisme yunani. Oleh karena itu,

mereka ingin menghidupkan kemabali rasionalisme keilmuan subyektifitas (individualisme),

humanisme, dan lepas dari pengaruh atau dominasi agama (gereja).

2.      Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.     Memenuhi tugas dari dosen mata kuliah pengantar filsafat.

2.     Untuk megetahui aliran-aliran ilsafat modern.

3.     Untuk meningkatkan kreatifitas dalam pembuatan makalah.

3.      Metode Penulisan

Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini

adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan

penulisan makalah ini.

4.      Rumusan Masalah

a.        Pengertian Idealisme dan Pemikiran Tokohnya

Page 334: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

b.       Pengertian Materialisme dan Pemikiran Tokohnya

c.        Pengertian Positivisme dan Pemikiran Tokohnya

Page 335: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB II

PEMBAHASAN

1.      IDEALISME

a.      Pengertian Idealisme

Para Penganut Paham Naturalisme dan Materialisme mengatakan bahwa istilah-istilah

yang mereka sarankan ( Materi, alam, dan sebagainya ). Sudah cukup untuk memberikan

keterangan mengenai segenap kenyataan.

Kiranya ada hal-hal seperti pengalaman, nilai, makna dan sebagainya yang tidak akan

mengandurng makna, kecuali jika ada usaha untuk memperkenalkan istilah-istilah yang lain

atau merupakan tambahan terhadap istilah-istilah yang bersifat naturalistis.

Dengan demikian tampak bahwa “jiwa” atau “roh”. Merekan Istilah yang harus ada

sebagai tambahan terhadap istilah-istilah yang lain. Mereka yang mengatakan bahwa

Pengertian “jiwa” atau “roh” diperlukan, dinamakan “kaum idealis” dan ajarannya

dinamakan Idealisme

b.      Pemikiran Tokoh-tokoh Kaum Idealisme

G. Watts Cunningham, salah seorang diantara kaum Idealisme yang terkemuka di

Amerika Serikat, memberikan definisi paling sederhana kepada Idealisme sebagai berikut :

“ Idealisme merupakan suatu ajaran kefilsafatan yang berusaha menunjukkan agar kita

dapat memahami materi atau tatanan kejadian-kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu

sampai pada hakekatnya yang terdalam, maka ditinjau dari segi logika kita harus

membayangkan adanya jiwa atau roh yang menyertainya dan yang dalam hubungan tertentu

bersifat mendasari hal-hal tersebut.[52[1]]

I.         Alam Sebagai Sesuatu yang Bersifat Rohani

Secara umum dapat dikatakan ada dua macam Kaum Idealis yaitu kaum Spiritualis dan

kaum Idealis. Para penganut paham spiritualisme ( jangan dicampuradukan dengan Ilmu

Pengetahuan Semu yang disebut Spiritisme ) berpendirian bahwa segenap tatanan alam dapat

dikembalikan kepada atau berasal dari sekumpulan roh yang beraneka ragam dan berbeda-

beda derajatnya.

II.      Tingkat-tingkat Alam

Pendirian bahwa dalam alam semesta dapa dipulangkan kepada atau berasal dari roh

ditolak oleh Kaum Idealis Macam Kedua, yaitu Menganut Paham Dualisme. Kaum Idealis

52[1] G. Watts Cunningham, The Idealistic Argument in Recent British dan American Philosphy, New York : Appelton-Century-Crofste, ine 1993, hal 339

Page 336: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

yang dualistis menyatakan bahwa alam merupakan tatanan yang mempunyai tingkat-tingkat

yang berbeda-beda.

III.   Penalaran yang didasarkan atas Makna

Menurut, Wilbur M. Urban, seorang Penganut Idealisme yang lain dewasa ini,

berpendirian, semua penganut paham idealisme tentu bersepakat bahwa dunia kita ini

mengandung makna. Sebab jika tidak demikian, makna tugas para Filsuf yang sebenarnya

menjadi tidak berarti.

Demikian kata Urban, dapatlah dipahami bahwa tatanan alam yang didasarkan atas

berlakunya humu sebab-akibat sudah mengandalkan adanya makna dan tidak sebaliknya,

karena tatanan alam sesungguhnya merupakan bagian dari suatu kebulatan yang lebih besar.

Kaum Idealis juga mengatakan bahwa yang terdalam ialah nilai-nilai merupakan

Pengandaran bagi adanya makna.

Langkah terakhir dari Penalaran diatas menyatakan sebagi berikut :

Suatu makna jika hendak dikatakan makna harus diketahui terlebih dahulu, suatu nilai jika

hendak dikatakan nilai harus mendapat penghargaan. Kiranya dapat disimpulkan bahwa

karena didunia terdapat makna dan nilai, maka yang sedalam-dalamnya ialah sejenis Jiswa

yang dapat mengetahui makna-makna tadi dan yang dapat memberikan penghargaan, kepada

nilai-nilai sesuatu yang sedalam-dalamnya dari Alam Semesta, meskipun mungkin bukan

merupakan substansi yang dalam.

IV.   Jiwa dan Nilai

Istilah roh dalam khasanah kata-kata kita adalah pengakuan mengenai adanya nilai-nilai

dan adanya sesuatu dalam diri kita, yang berupa alat-alat inderawi kita, yang menangkap dan

memberi penghargaan kepada nilai-nilai tersebut. Dengan kata lain sesuatu dalam diri kita

yang memberikan pengakuan serta penghargaan kepada nilai-nilai itulah yang dinamakan

roh.

Menurut William E Hocking, seorang idealis yang terkemuka lebih jauh lagi langkahnya

dalam usaha memberikan penjelasan mengenai istilah “jiwa”. Jiwa bersifat mempersatukan

segala hal. Misalna, mempersatukan yang sungguh-sungguh ada dan yang mungkin ada.

Setiap hal yang bersifat fisik senantiasa termasuk dalam salah satu segi dari pasangan-

pasangan diatas dan tidak sekaligus dalam termasuk dalam kedua macam segi. Setiap hal

semacam ini senantiasa merupakan fakta yang sungguh-sungguh ada pada masa kini. Maka

yang membedakan jiwa dari setiap obyek alam ialah bahwa jiwa selain merupakan sandaran

bagi yang mungkin ada, masa depan dan yang bernilai atau secara singkat merupakan

Page 337: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

sandaran bagi kemungkinan adanya nilai-nilai dimasa depan. Kegiatan hakikatnya ialah

mempertautkan nilai-nilai yang mungkin terdapat dimasa depan dengan fakta yang sungguh

ada di masa kini. Dan menurut hemat saya hanya jiwalah yang dapat melakukan itu. Jiwa

itulah yang merupakan satu-satunya alat yang dapat mewujudkan kemungkingan-

kemungkinan di masa depan.

Seorang Idealis mengatakan bahwa pada hakekatnya untuk dapat memberikan penjelasan

terhadap kenyataan kita memerlukan istilah-istilah seperti ”jiwa”, ”nilai-ilai”, dan ”makna”

sebagai tambahan terhadap dan yang mendahului istilah-istilah yang lain sperti ”alam”,

”kualitas”, ”ruang”, ”waktu”, ”materi” dan sebagainya.

Sejumlah kaum Idealis berpendirian bahwa semua kenyataan merupakan jiwa. Ajaran

semacam ini disebut ”Pan Psikisme”. Mendasarkan diri pada semacam eklektisisme yaitu

dengan menggunakan istilah-istilah yang berasal dari bahasa-bahasa yang dipakai oleh para

penganut ajaran naturalisme maupun idealisme.

Misalnya, istilah roh mutlak yang menunjuk kepada sesuatu yang mengatasi alam,

sedangkan kaum naturalis karena berpendirian bahwa segenap kenyataan bersifat kealaman,

pasti menolak roh mutlak dan memandangnya tidak mengandung makna. Begitu pula,

naturalisme pasti mengajarkan bahwa jiwa merupakan hasil proses alami kaum idealis pasti

menantang pendirian semacam ini.

2.      MATERIALISME

a.     Pengertian Materialisme

Materialisme adalah paham yang menyatakan bahwa alam terdiri dari unsur-unsur yang

disebut materi. Sebelum dikembangkannya fisika modern, ataom merupakan substansi renik

yang keras, tidak dapat ditembus. Setelah berkembangnya fisika modern ternyata ditemukan

unsur yang lebih kecil didalam atom. Hal demikianlah yang disebut mater.

Kamu materialis pada masa lampau memandang alam semesta tersusun dari zat zat renik

serta dapat diterngkan dengan hukum-hukum dinamika. Dari pendapat itulah para materialis

modern menemukan rumus fisika modern yaitu E=mc², yang menyatakan bahwa tenaga E

posisinya dapat saling dipertukarkan dengan massa m.

Menurut kaum materialis dewasa ini dengan salah satu cara yang sudah disesuaikan

berdasarkan penemuan-penemuan ilmu positif yang baru (Red.TW), mengatakan bahwa

substansi yang paling dalam adalah materi. Dengan demikian pernyataan yang

mengungkapkan bahwa “kenyataan dianggap material” dipandang bahwa segala sesuatu yang

Page 338: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

hendak dikatakan nyata (I) dalam babak terakhir berasar dari materi atau (e) berasal dari

gejala-gejala yang bersangkutan dengan materi.[53[2]]

Dewasa ini yang dianut materialisme baru bahwasanya yang ada permulaannya adalah

materi. Materialisme modern menyatakan pola anorganis ada terlebih dahulu dari pada

organisme yang hidup. Sistem material organis tersusun secara tinggi serta berliku-liku.

Sedangkan sistem material anorganis tersusun lebih rendah dan sederhana dibandingkan

sistem organis. Materi yang tersusun secamam itu membua jlan bagi tingkatan susunan yang

secara keseluruhan merupakan kebulatan yang ciri pengenalnya ialah keadaannya yang diatur

oleh hukum-hukum yang berbeda.[54[3]]

b.      Pemikiran Tokoh-tokoh Kaum Materialisme

I.       Ilmu (Positif) Definisi Mengenai Kenyataan

Bagi kaum materalis memandang kenyataan merupakan apa yang ditetapkan oleh ilmu

sebagai kenyataan. Sedangkan hasil penelitian fisika maupun kimia sebagai pembatasa

mengani apa yang dimaksud dengan materi. Seluruh alam semesta dipandang berasal dari

materi terdalam. Selanjutnya pada setiap tahapan dapat memunculkan cara-cara baru

mengenai gerak gerik. Demikian itulah akibat dari pola-pola baru dalam penyusunan materi.

Dilihat dari perbedaan, pandangan mengenai materialisme modern dan materialisme yang

lebih tua terletak pada kemajuan ilmu. Materialisme mengambil hasil-hasil ilmu. Bahan

acuan bagi materialisme ialah hasil-hasil penemuan ilmu modern.

Menurut Roy Wood Sellars, pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang paling

memadai yang kita miliki

II.    Ontologi kaum Materialis

Sellar mengungkapkan sejumlah pendirian kaum materialis di bidang Ontologi. Hal tersebut

akan dikutip dibawah ini :

1).     Pengertian yang jelas mengenai ”materi” dapat diperoleh berdasarkan sejumlah kategori

yang ditetapkan secara empiris, seperti kesinambungan, eksistensi, kegiatan sebab-akibat,

yang dihubungkan dengan fakta-fakta empiris yang terperinci mengenai struktur, gerak-gerik

dan daya pengaruh dalam kerangka ruang-ruang tertentu, kategori-kategori semcam ini

diperoleh dengan cara memahami secara akal sembari kerja atas dasar tangkapan inderawi

dan kesadaran diri.

53[2] Kattsoff, louiso, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana Yogya, 1992), hlm.220

54[3] Roywood Sellars, dkk (eds), Philosphy For The Future, (New York : Macmillan Co, 1949) hal VI-VII

Page 339: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

2).     Naturalisme yang sudah dewasa tidak akan memulangkan segala sesuatu kepada satu jenis

substansi belaka dan juga tidak mengajarkan bahwa segala sesuatu tersusun dari atom-atom

yang serba ditentukan oleh hukum-hukum mekanika.

3).     Alam semesta bersifat abadi dan sebagai keseluruhan tidak terarah secara lurus kepada suatu

tujuan tertentu.

4).     Jiwa merupakan kategori rohani maupun jasmani dan bersangkut-paut dengan kegiatan-

kegiatan serta kemampuan-kemampuan yang melekat pada diri yang bersifat organis yang

berada dalam tingkatan penggunaan otak.

5).     Substansi-substansi material atau zat-zat yang berkesinambungan terjadi serta rusak dalam

kerangka kelestarian segenap hal yang bersifat material sebagai keseluruhan.

6).     Kesadaran merupakan suatu kualitas tersembunyi yang di dalamnya manusia mendapatkan

sumber bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukanny.[55[4]]

III. Materalisme merupakan paham monistis

Paham monistis merupakan pendirian materialisme dijaman modern ini. Dalam babak

terakhir segala sesuatu berasal dari unsur dasar yang disebut materi. Kenyataan senantiasa

bereksistensi. Segala hal yang bersifat materi senantiasa menempati ruang tertentu yang

bersangkutan dengan waktu

IV. Perkembangan antara materialisme dan naturalisme

Kaum naturalis dapat dikatakan sebagai seorang materialis saat kaum naturalis menyatakan

pengertian materi hendaknya tidak dibicarakan dalam bidang Ontologis melainkan dengan

ilmu pengetahuan, yaitu fisika. Keduanya mendasari diri dari hasil-hasil ilmu pengetahuan

serta menilai tingi metode-metode ilmiah

Dalam membahas mengenai kenyataan, kaum materialis menggunakan kata “materi” sebagai

istilah pokok paham mereka. Namun bagi kaum naturalis, mereka menggunakan kata alam

sebagai istilah pokok paham mereka. Kaum materialisme berpendapat bahwa segala sesuatu

yang ada bersifat kealaman sekaligus bersifat kebendaan mati. Sedangkan bagi Naturalisme

apa saya yang ada bersifat kealaman.

3.      POSITIVISME

a.      Pengertian Positivisme

55[4] Roy Wood Sellar, “ Is Naturalism Enough”, dalam Jurnal of Philosophy, Vol X, No.20 (Sept, 1944), hal 541

Page 340: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang

diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu

pengetahuan.[56[5]]

b.     Tokoh Aliran Positivisme

I.          Positivisme mempunyai tokoh aliran yaitu Agus Comte (1978-1857M). Menurut Comte,

indera mempunyai peranan penting dalam memperoleh pengetahuan. Indera saja belum

cukup, maka dari itu perlu dipertajam dengan alat bantu serta didukung dengan eksperimen.

Eksperimen memerlukan pengukuran yang jelas, misalnya panas diukur menggunakan

termometer. Menurut paham positivisme kita memerlukan ukuran yang jelas serta teliti.

Kemajuan sains benar-benar dimulai

II.       Pada dasarnya positivisme bukan aliran khas yang berdiri tersendiri. Paham positivisme

melengkapi Empirisme dan Rasionalisme yang bekerja sama. Dengan demikian paham

positivisme menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan

pengukuran. Jadi positivisme sama dengan gabungan dengan Empirisme dan Rasionalisme.

III.    Menurut Agus Comte, perkembangan pemikiran manusia secara personal maupun bangsa

melewati tiga zaman yaitu :

o   Zaman Teologis

Zaman Teologis yaitu zaman dimana manusia mempercayai bahwa dibelakang gejala-gejala

alam, terdapat kuasa adlkodrati yang mengatur fungsi tersebut. Zaman teologis dibagi lagi

menjadi tiga periode, yaitu :

1).   Periode Pertama dimana benda-benda dianggap berjiwa (animisme)

2).   Periode Kedua manusia mempercayai dewa-dewa (politeisme)

3).   Periode Ketiga manusia percaya pada satu Tuhan

o   Zaman Metafisis

Zaman Metafisi, kekuatan yang adlkodrati digantikan dengan ketentuan abstrak

o  Zaman Positif

Zaman Positif yaitu zaman orang yang tidak lagi berusaha mencapai pengetahuan tentang hal

yang mutlak, namun mencari hukum-hukum dari fakta-fakta yang diperoleh melalui

pengalaman serta akalnya. Tujuan utama zaman ini akan terpenuhi bila gejala-gejala dapat

disusun dan diatur dibawah satu fakta yang bersifat umum.

IV.    Hukum tahap ini tidak berlaku untuk seluruh rohani umat manusia, tetapi berlaku perorangan.

56[5] Ahmad Syadah dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung : Penerbit CV. Pustaka Setia, 1997), hlm 133

Page 341: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

V.       Perkembangan ilmu pengetahuan tersusun sedemikian rupa, sehingga satu ilmu yang

mengandalkan ilmu-ilmu sebelmunya. Dengan demikian Comte menempatkan deretan ilmu

pengetahuan dengan urutan : ilmu pasti, astronomi, fisika, kimia, biologi dan sosiologi.

Page 342: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1.      Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa dunia fisik hanya dapat dipahami

dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Ada beberapa tokoh idealisme diantaranya yakni: G.

Watts Cunningham, Wilbur M. Urban, dan William E Hocking.

2.      Materialisme adalah aliran yang memandang bahw segala sesuatu adalah realitas, dan realitas

seluruhnya adalah materi belaka. Aliran materialisme juga merupakan aliran yang

berpendapat bahwa segala sesuatu dari materi, oleh materi dan kembali pada materi.

3.      Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar

fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan

Page 343: Sejarah Falsafah Barat Moden Dan Islam - Aliran

DAFTAR PUSTAKA

G. Watts Cunningham, The Idealistic Argument in Recent British dan American Philosphy,

New York : Appelton-Century-Crofste, ine 1993.

Kattsoff, louiso, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana Yogya, 1992)

Roywood Sellars, dkk (eds), Philosphy For The Future, (New York : Macmillan Co, 1949)

______________, “ Is Naturalism Enough”, dalam Jurnal of Philosophy, Vol X, No.20

(Sept, 1944)

Ahmad Syadah dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung : Penerbit CV. Pustaka Setia, 1997)