reviu 2018 rencana strategi renstra -...

81
REVIU 2018 RENCANA STRATEGI (RENSTRA) DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT 2013 - 2018 PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN Jalan Ir. H. Juanda No. 358 Telepon : 022-2501151 Faksimili : 022-2513842 B A N D U N G 40135

Upload: lydieu

Post on 02-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

REVIU 2018

RENCANA STRATEGI (RENSTRA) DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN

PROVINSI JAWA BARAT

2013 - 2018

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN Jalan Ir. H. Juanda No. 358 Telepon : 022-2501151 Faksimili : 022-2513842

B A N D U N G 40135

Kata Pengantar

Rencana strategis Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provimi Jawa Barat Tahun 2013 -201g

disusun sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 200$2025 (RpjpD),rencana pembargunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013,2018 (RPJMD), renstra kementrian Lembaga,serta memperha$kan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan seKor petemakan yang sesuai dengan tugas,fungsi dan keuuenarqan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan provinsi Jara Barat.

Secara operasional akan menjdi landasan dalam penyusunan Rencana Kerja pembangunan Daerah(RKPD) untuk periode I (satu) tahun, sehingga secara sistematis akan tenivujud keselarasan dan keterpaduan

dalam penjabaran program pembangunan ketahanan pangan dan petemakan di provinsi Jara Barat. sesuaidengan fugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan serta kewenangan provinsi sebagaidaerah otonom di bidang peternakan, melalui berbagai kajian dan bahasan telah berhasil merumuskan rencanaskategis tahun 20132018 ini, yang menggambarkan visi, misi, lujuan, sasaran dan strategi se(a berfungsimenjabarkan RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013 -2018 dapat tersusun. Dengan demikian rensfa inimerupak'an jartraban dari masalah sekal[us langkah-langkah mengatasinya yang tercermin dari program dankegiatan yang dilakukan khususnya sampai tahun 201g.

Atas kerjasama semua pihak terkait, yang melibatkan unsur pmpman, yang mampu

memberikan masukan dan pemargku kepentingan lainnya di lingkungan Pangan danPeternakan Provin$ Jara Barat, maka rencana

tahun 2013-2018 dapat tersusun

masalah sekaligus langkahJangkah

khususnya hingga tahun 201 B.

Maka dengan tersusunnya rencana strategis Dinas Ketahanan Pangan dan peternakan provinsi JawaBarat, diharapkan kepada pihak terkait dengan pengembangan dapat memanfaaftan sebagai bahan acuan dan

masukan terutama dalam meningkatkan program dan kegiatan. Karni menyadari

bahwa renstra ini belunn sempurna dan sasaran dalam rangka perbaikan danpenyempuraan di masamasa yang akan datang.

Akhimya disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut

berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana strategis ini.

KETAHANAN PANGAN

BARAT

M.SiMadya

,pejabat dan staf

Dinas Ketahanan

AH

+

74

198603 2 004

i

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

iii

iv

1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang ..................………………………………....... 1

1.2 Landasan Hukum.............…………………........................... 3

1.4 Maksud dan Tujuan ……………………………...................... 5

1.6 Sistematika Penulisan...……………………….......................... 6

II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN

DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT

8

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah ........... 8

2.1.1 Tugas dan Fungsi ............................................................. 8

2.1.2 Struktur Organisasi .........................................................

2.3. Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat................………………............................................

9

2.4. Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah .......................................... 10

2.3.1 Fungsi Pelayanan Umum Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat .....................................

10

2.3.2 Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat ......................................

12

2.5. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan ..................... 16

III PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DINAS

KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA

BARAT

27

3.1. Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan

Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat ...............................

27

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah Terpilih ..............................................................

31

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat ..................................................

34

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis ...........................................................................

39

3.5. Isu-Isu Strategis .......................................................................... 42

IV TUJUAN DAN SASARAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN

PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT

47

4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat............................................

47

4.1.1. Tujuan ............................................................................ 47

ii

Halaman

4.1.2. Sasaran ........................................................................... 48

V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN

PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT 50

5.1 Strategi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa

Barat .......................................................................................... 50

5.2. Arah Kebijakan ........................................................................... 50

VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN 53

6.1.

Rencana Program/Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan Dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018 ................. 53

6.2

Program Dan Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan Dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 ......................................... 54

6.2.1 Rencana Kegiatan................................................................. 56

6.3 Kelompok Sasaran ...................................................................... 62

6.4 Pendanaan Indikatif .................................................................... 63

VII KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN 68

VII PENUTUP 70

LAMPIRAN 71

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Jumlah Pegawai DKPP Berdasarkan Pangkat dan Golongan................ 9

2 Kualifikasi Pendidikan dan Jenis Kelamin........................................... 10

3 Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat................. 17

4 Telaahan Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat.............................. 20

5 Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013................................. 22

6 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat........................

27

7 Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Dinas Ketahanan

Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Terhadap Penetapan Visi,

Misi dan Program Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat.............................

33

8 Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Sasaran Renstra Kementerian

Pertanian Beserta Faktor Pendorong dan Penghambat Keberhasilan

Penangannya.........................................................................................

37

9 Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Sasaran Renstra Dinas Ketahanan

Pangan dan Peternakan Kabupaten Kota................................................ 39

10 Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS

Provinsi..................................................................................................

41

11 Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Telaahan Rencana Tata Ruang

Wilayah Serta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan

Penanganannya.....................................................................................

43

12 Permasalahan Pelayanan OPD Berdasarkan Analisis KLHS serta

Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya........

43

13 Skor Penentuan Isu Strategis................................................................. 44

14 Nilai Skala Kriteria............................................................................... 44

15

16

Rata-Rata Skor Isu Strategis...................................................................

Urutan Hasil Perhitungan berdasarkan rata-rata skor Isu Strategis

45

45

17 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Dinas Ketahanan

Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 –

2018.......................................................................................................

48

18 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan.............................................. 51

19 Program, Kegiatan, Pendanaan, Tujuan, Sasaran dan Indikator ............. 64

19 Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran

RPJMD..................................................................................................... 68

iv

DAFTAR GAMBAR

Tabel Judul Halaman

1 Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat ........................................................................... 9

1

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan dokumen perencanaan

daerah periode 5 (lima) tahun. Dokumen RPJMD bersifat makro, yang memuat visi, misi dan program

prioritas serta rencana penganggaran. RPJMD merupakan kesepakatan para pemangku kepentingan dalam

pembangunan daerah mengenai program prioritas 5 (lima) tahun kedepan yang akan menjadi pedoman bagi

seluruh pemangku kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagai

koridor penyusunan visi, misi dan program program pembangunan Selain itu RPJMD menjadi pedoman

penyusunan program prioritas jangka menengah bagi Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan kondisi,

potensi dan karakteristik daerah serta penyusunan Rencana Strategis (Renstra) OPD/Biro Provinsi Jawa

Barat Tahun 2013-2018.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah

yang dalam upaya mencapai keberhasilannya perlu didukung dengan perencanaan yang baik sesuai dengan

visi dan misi organisasi. Pendekatan yang dilakukan adalah melalui perencanaan strategis yang merupakan

serangkaian rencana tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat untuk diimplementasikan oleh organisasi

dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap SKPD wajib

menyusun dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

menyebutkan bahwa Renstra SKPD merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.

Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai

dengan tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif.

Selanjutnya Renstra SKPD akan menjadi pedoman SKPD saat menyusun Rencana Kerja

(Renja) SKPD yang merupakan dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun. Di dalam ketentuan

lainnya yaitu Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah, dinyatakan bahwa perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus

dilakukan agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional dan global, dan tetap berada

dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dokumen Rencana Strategis

dimaksud setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran),

serta memuat kebijakan, program dan kegiatan.

Terkait dengan penyusunan Renstra SKPD, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun

2010 telah mengatur bahwa RPJMD yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah harus menjadi pedoman

dalam penyusunan Renstra SKPD. Visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan yang tertuang di dalam Renstra

SKPD dirumuskan dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran program yang ditetapkan dalam RPJMD.

Pembangunan di Jawa Barat telah dilaksanakan oleh segenap unsur pemerintah, masyarakat

dan dunia usaha sejak terbentuknya pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada tanggal 4 Juli 1950. Sesuai

2

dengan amanat dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025, saat ini sudah

memasuki tahapan pembangunan jangka menengah ketiga 2013-2018. Pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah ketiga tersebut ditujukan untuk mencapai kemandirian Jawa Barat dalam segala

bidang sehingga tingkat ketergantungan terhadap pihak eksternal dapat direduksi. Selain itu pencapaian

kemandirian juga dimaksudkan untuk meningkatkan kontribusi Jawa Barat terhadap pembangunan nasional.

Prioritas pembangunan pada tahapan keempat ini diantaranya adalah ketahanan pangan dan

bidang pertanian diarahkan pada pemantapan mutu melalui pengembangan teknologi pertanian hulu sampai

dengan hilir, setelah diperolehnya komitmen terhadap pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat. Di

bidang pertanian, sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang cukup penting di Jawa Barat. Selain

berkontribusi dalam menyumbang pendapatan regional, sektor ini juga mampu memberikan lapangan

pekerjaan yang cukup luas bagi masyarakat Jawa Barat, baik dari hulu sampai hilir. Hal yang terpenting

lainnya dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan, sektor peternakan berperan dalam mensuplai

kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya telur, daging dan susu.

Begitu pentingnya sektor ketahanan pangan dan peternakan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat

telah memberikan tugas khusus kepada Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk

melakukan fungsi-fungsi di bidang ketahanan pangan seperti ketersediaan pangan, distribusi pangan,

konsumsi pangan dan keamanan pangan. Kemudian fungsi di bidang peternakan seperti pembibitan,

budidaya, pakan, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan usaha, sarana

prasarana dan pelayanan bagi seluruh stakeholder yang membutuhkan layanan peternakan. Sejalan dengan

perkembangan pertumbuhan ekonomi global dan perkembangan jumlah penduduk yang cukup tinggi, tugas

dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan semakin kompleks sehingga Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan harus responsif terhadap perkembangan teknologi, permintaan produk peternakan, penyakit

hewan dan isu-isu lainnya yang berkembang di dunia global, seperti "climate change", "animal walfare", "food

security" dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk merespon kompleksnya permasalahan, tantangan dan

besarnya lingkup pekerjaan yang harus dilakukan dalam sektor ketahanan pangan dan peternakan, maka

jelas bahwa pembangunan sektor ketahanan pangan dan peternakan tidak bisa dilakukan hanya oleh Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Pembangunan Ketahanan Pangan dan sub sektor

peternakan memerlukan dukungan dari semua pemangku kepentingan yang mencakup sektor lainnya,

perguruan tinggi, pemerintah Kabupaten/Kota, dunia usaha, perbankan, lembaga-lembaga pembiayaan

bukan bank, organisasi profesi dan kemasyarakatan, serta peran aktif dari semua di Jawa Barat sebagai

pelaku utama pembangunan.

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan tahun 2013 – 2018 merupakan rencana

stratejik (mengenai sasaran-sasaran utama yang akan dicapai) untuk kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan

datang, yaitu tahun 2013 – 2018 dengan memperhitungkan potensi, peluang dan ancaman yang ada atau

mungkin timbul. Rencana stratejik mengandung Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi (cara untuk

mencapai tujuan dan sasaran) yang berfungsi menjabarkan RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018

3

dibidang ketahanan pangan dan peternakan. Penyusunan Renstra telah dilaksanakan secara partisipasif

dengan melibatkan unsur Pimpinan, Pejabat kunci dan Staf yang mampu memberikan masukan serta

pemangku kepentingan lainnya. Selain itu Penyusunan Renstra telah memperhatikan Renstra Kementrian

Pertanian Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Renstra OPD Kabupaten/Kota dilingkungan Pemerintah

Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Pemerintah Jawa

Barat tahun 2013 – 2018 telah diselaraskan dengan Renstra Kementrian Pertanian RI dan Renstra OPD

Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018.

1.2. Landasan Hukum

Dalam Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat Tahun 2013-2018, peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan hukum adalah sebagai

berikut:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun

2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun

2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

5. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

6. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan jo Undang Undang

Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan;

7. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

8. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik dan Perbibitan Ternak;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2012 tentang Alat dan Mesin Peternakan;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan

Kesejahteraan Hewan;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2013 tentang Budidaya Hewan Peliharaan;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit

Hewan;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi

16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Peraturan Perangkat Daerah

17. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosa;

4

18. Peraturan Kementrian Dalam Negeri No. 86 tahun 2017 tentang tentang tata cara perencanaan,

pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah, tata cara evaluasi

rancangan peraturan daerah tentang rencana pembangunan jangka panjang daerah dan

rencana pembangunan jangka menengah daerah, serta tata cara perubahan rencana

pembangunan jangka panjang daerah, rencana pembangunan jangka menengah daerah, dan

rencana kerja pemerintah daerah.

19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol

Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan;

20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 64/Permentan/OT/.140/9/2007 tentang Pedoman Pelayanan Pusat

Kesehatan Hewan;

21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 74/Permentan/OT.140/12/2007 tentang Pengawasan Obat Hewan;

22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 28/ Permetan/OT.140/5/ 2008 tentang Pedoman Penataan

Kompartemen dan Penataan Zona Usaha Perunggasan;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah.

24. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 02/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Pelayanan Jasa

Medik Veteriner;

25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong

Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant);

26. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 35/Permentan/OT.140/7/2011 tentang Pengendalian Ternak

Ruminansia Betina Produktif;

27. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 04/Permentan/OT.140/1/2013 tentang Unit Respon Cepat Penyakit

Hewan Menular Strategis;

28. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 100/Permentan/OT.140/7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Sapi

Perah yang Baik;

29. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 114/Permentan/ PD.410/9/2014 tentang Pemotongan Hewan

Kurban;

30. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 23/Permentan/PK.130/4/2015 tentang Pemasukan dan Pengeluaran

Bahan Pakan Asal Hewan ke Dan Dari Wilayah Negara Republik Indonesia;

31. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 58/Permentan/PK.210/11/2015 tentang Pemasukan Karkas, Daging

dan/atau Olahannya ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

32. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 46/Permentan/PK.210/8/2015 tentang Pedoman Budidaya Sapi

Potong Yang Baik;

33. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 48/Permentan/PK.440/8/2015 tentang Pemasukan Sapi Bakalan

dan Sapi Indukan ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

5

34. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/PK.320/12/2015 tentang Pemberantasan Penyakit

Hewan;

35. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 dan Nomor 02 Tahun 2013 tentang Pengawasan

Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan;

36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Peternakan dan

Kesehatan Hewan;

37. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Produk Barang Higienis dan Halal;

38. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;

39. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2007 tentang Intensifikasi Penanganan dan

Pengendalian Virus Flu Burung (Avian Influenza) di Jawa Barat;

40. Pergub No 16 Tahun 2016 Tanggal 16 November 2016, Tentang Susunan Perangkat Daerah Provinsi

Jawa Barat

41. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 49 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Peternakan dan

Kesehatan Hewan untuk Rumah Potong Hewan Ruminansia;

42. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 10 tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Gubernur Jawa

Barat Nomor 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 7

Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu;

43. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2016 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi

Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;

44. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok Fungsi, Rincian Tugas Unit

dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat;

45. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 84 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi

UPTD/Balai di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;

46. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 89 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat;

47. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 443/Kep.449-Yansos/2012 tentang Komisi Pengendalian

Zoonosis;

48. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 501.05/Kep.279-Rek/2015 tentang Tim Pengawas Terpadu

Penggunaan Bahan Berbahaya pada Pangan.

6

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

tahun 2013 – 2018 adalah menyediakan informasi yang valid mengenai Rencana Jangka Menengah

tahun 2013 – 2018 sebagai dokumen acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan, RKA-OPD

dan Penetapan Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 –

2018 sebagai wujud Transparansi dan Akuntabilitas Publik.

1.3.2. Tujuan

Tujuan penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

tahun 2013 – 2018 adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mencapai visi, misi, tujuan dan

sasaran Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, menjaga eksistensi organisasi

dan sebagai instrumen pertanggungjawaban kepada stakeholder mengenai rencana penggunaan

sumber daya dalam melaksananakan tugas pokok dan fungsi serta menjabarkan RPJMD Provinsi Jawa

Barat tahun 2013 – 2018 agar menjadi lebih optimal untuk mencapai target-target indikator kinerja yang

telah ditetapkan khususnya mengenai ketahanan pangan dan peternakan di Jawa Barat.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk periode tahun

2013–2018 kami susun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa

Barat

1.2. Landasan Hukum

1.3. Maksud dan tujuan

1.4. Sistematika Penulisan

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA

BARAT

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

2.2. Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat.

7

BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN

PROVINSI JAWA BARAT

Isu – isu strategis yang akan dihadapi, berdasarkan evaluasi, analisis dan prediksi terhadap

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

dalam periode tahun 2013–2018.

3.1. Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi/Kabupaten/Kota

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

3.5. Isu – isu Strategis

BAB IV. TUJUAN DAN SASARAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI

JAWA BARAT

Membahas mengenai :

4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat

4.1.1 Tujuan

4.1.2 Sasaran

BAB V. STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN

5.1 Staretgis

5.2 Arah Kebijakan

BAB VI. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN

6.1 Rencana Program dan Kegiatan

6.2 Pendanaan

BAB VII. KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN

BAB VIII. PENUTUP

8

BAB. II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN

PROVINSI JAWA BARAT

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah

2.1.1 Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas

Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Dinas

mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan bidang pangan dan bidang

pertanian, sub urusan peternakan, meliputi ketersediaan dan distribusi, konsumsi dan

pengembangan sumber daya manusia, produksi peternakan serta kesehatan hewan dan kesehatan

masyarakat veteriner yang menjadi kewenangan Provinsi, melaksanakan tugas dekonsentrasi

sampai dengan dibentuk Sekretariat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan melaksanakan

tugas pembantuan sesuai bidang tugasnya.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas

mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan bidang

pertanian, sub urusan peternakan yang menjadi kewenangan Provinsi;

b. penyelenggaraan ketahanan pangan dan pertanian, sub urusan peternakan yang menjadi

kewenangan Provinsi;

c. penyelenggaraan administrasi Dinas;

d. penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Dinas; dan

e. penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

9

2.1.2 Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

2.2 Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat memiliki Sumber Daya Aparatur sebanyak 294 orang yang tersebar di Kantor Dinas

dan UPTD. Sumber Daya Aparatur yang dimiliki tersebut dapat digambarkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Jumlah Pegawai DKPP Berdasarkan Pangkat dan Golongan

No Jenis

Kelamin

Gol. I Gol.II Gol. III Gol. IV

Jumlah

a B c d a b c d a b c d a b c d e

1 Laki-laki 0 6 21 5 30 13 39 2 14 30 8 16 10 7 1 0 0 202

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT

SUBBAGIAN PERENCANAAN DAN

PELAPORAN

SUBBAGIAN KEUANGAN DAN ASET

SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN DAN

UMUM

BIDANG

KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI

BIDANG

KONSUMSI DAN PENGEMBANGAN

SUMBERDAYA MANUSIA

BIDANG

PRODUKSI PETERNAKAN

BIDANG

KESEHATAN HEWAN

DAN KESMAVET

JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI

KETERSEDIAAN &

KERAWANAN PANGAN

SEKSI

CADANGAN DAN

DISTRIBUSI

SEKSI

SUMBER DAYA DAN

CADANGAN PANGAN

SEKSI

PENGANEKARAGAMAN

PANGAN

SEKSI

KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN

SEKSI

SUMBERDAYA MANUSIA

SEKSI

PERBIBITAN

SEKSI

PENGEMBANGAN USAHA

SEKSI

PRASARANA DAN SARANA

PETERNAKAN

SEKSI

PENGAMATAN PENYAKIT

DAN PENGAWASAN OBAT

HEWAN

SEKSI

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

SEKSI

KESEHATAN MASYARAKAT

VETERINER

UPTD

10

2 Perempuan 0 0 2 0 0 0 12 4 8 19 9 17 17 4 0 0 0 92

Jumlah 0 6 23 5 30 13 51 6 22 49 17 33 27 11 1 0 0 294

Tabel 2. Kualifikasi Pendidikan dan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin SD SLTP SLTA D3 S1 S2 S3 Jumlah

1 Laki-laki 10 21 95 5 36 35 0 202

2 Perempuan 0 1 24 7 29 31 0 92

Jumlah 10 22 119 12 65 66 0 294

2.3 Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

2.3.1 Fungsi Pelayanan Umum Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Pelayanan publik yang diemban oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat adalah sesuai dengan tupoksi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan yang meliputi

pelayanan bidang pangan dan bidang pertanian, sub urusan peternakan, meliputi ketersediaan

dan distribusi, konsumsi dan pengembangan sumber daya manusia, produksi peternakan serta

kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang menjadi kewenangan Provinsi,

melaksanakan tugas dekonsentrasi sampai dengan dibentuk Sekretariat Gubernur sebagai Wakil

Pemerintah Pusat dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai bidang tugasnya.

Berdasarkan Undang Undang Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota, urusan yang menjadi dasar pelayanan publik yang dapat dilaksanakan oleh Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Beberapa urusan Pemerintah Provinsi

Jawa Barat,yaitu:

A. Urusan Pangan :

1. Penyelenggaraan Pangan Berdasarkan Kedaulatan Dan Kemandirian :

- Penyediaan infrastruktur dan seluruh pendukung kemandirian pangan pada berbagai

sektor sesuai kewenangan Daerah Provinsi.

2. Penyelenggaraan Ketahanan Pangan

a. Penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau pangan lainnya sesuai dengan

kebutuhan Daerah provinsi dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan.

11

b. Pengelolaan cadangan pangan provinsi dan menjaga keseimbangan cadangan

pangan provinsi.

c. Penentuan harga minimum daerah untuk pangan local yang tidak ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat.

d. Promosi pencapaian target konsumsi pangan perkapita /tahun sesuai dengan angka

kecukupan gizi melalui media provinsi.

3. Penanganan Kerawanan Pangan

a. Penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan provinsi dan kab./kota.

b. Penanganan kerawanan pangan provinsi.

c. Pengadaan, pengelolaan, dan penyaluran cadangan pangan pada kerawanan pangan

yang mencakup lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah

provinsi.

4. Keamanan Pangan

- Pelaksanaan pengawasan keamanan pangan segar distribusi lintas Daerah

kabupaten/kota.

B. Urusan Pemerintahan Bidang Pertanian :

1. Sarana Pertanian

a. Pengelolaan SDG hewan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten

dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

b. Pengawasan benih ternak, pakan, HPT dan obat hewan.

c. Pengawasan mutu dan peredaran benih/bibit ternak dan tanaman pakan ternak serta

pakan di lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

d. Pengawasan peredaran obat hewan di tingkat distributor.

e. Pengendalian penyediaan dan peredaran benih/bibit ternak, dan hijauan pakan ternak

lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

f. Penyediaan benih/bibit ternak dan hijauan pakan ternak yang sumbernya dari

Daerah provinsi lain.

2. Prasarana Pertanian

- Pengelolaan wilayah sumber bibit ternak dan rumpun/galur ternak yang wilayahnya

lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

3. Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

a. Penjaminan kesehatan hewan, penutupan dan pembukaan daerah wabah penyakit

hewan menular lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

b. Pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan dan produk hewan lintas Daerah

12

provinsi.

c. Penerapan persyaratan teknis sertifikasi zona/kompartemen bebas penyakit dan unit

usaha produk hewan.

d. Sertifikasi persyaratan teknis kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan

hewan.

2.3.2 Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

A. Bidang Ketahanan Pangan

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga

penyelenggara urusan Pemerintahan Provinsi di bidang ketahanan pangan mempunyai fungsi

sebagai inisiator, fasilitator dan regulator atas penyelenggaraan ketahanan pangan di Jawa

Barat sesuai arah kebijakan, strategis dan sasaran ketahan pangan nasional.

Sebagai pedoman/acuan bagi Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan urusan wajib di bidang ketahanan pangan,

Kementerian Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan

Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan bagi Pemerintah

Provinsi terdiri atas 4 (empat) jenis pelayanan dasar berikut :

a. Ketersediaan dan Cadangan Pangan, dengan Idikator Penguatan cadangan pangan

sebesar 60% pada tahun 2015.

Cadangan Pangan Pemerintah terdiri dari cadangan pangan pemerintah pusat, pemerintah

provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah desa yang perwujudannya

memerlukan inventarisasi cadangan pangan, memperkirakan kekurangan pangan dan

keadaan darurat, sehingga penyelenggaraan pengadaan dan pengelolaan cadangan

pangan dapat berhasil dengan baik.

Definisi Operasional :

Tersedianya cadangan pangan pemerintah di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton

ekuivalen beras dan di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras;

b. Distribusi dan Akses Pangan, dengan indikator Ketersediaan informasi pasokan, harga

dan akses pangan di daerah sebesar 100% pada tahun 2015.

Informasi harga, pasokan, dan akses pangan adalah kumpulan data harga pangan,

pasokan pangan, dan akses pangan yang dipantau dan dikumpulkan secara rutin atau

periodik oleh provinsi maupun kabupaten/kota untuk dapat digunakan sebagai bahan

13

untuk membuat analisis perumusan kebijakan yang terkait dengan masalah distribusi

pangan.

Definisi Operasional :

Tersedianya data dan Informasi mencakup komoditas : gabah/beras, jagung, kedele,

daging sapi, daging ayam, telur, minyak goreng, gula pasir, cabe merah yang disajikan

dalam periode mingguan/ bulanan/kuartal/tahunan.

c. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan, dengan Indikator Pengawasan dan

Pembinaan Keamanan Pangan sebesar 80% pada tahun 2015.

Keamanan Pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah

pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang menganggu,

merugikan, dan membahayakan manusia.

Definisi Operasional :

Dalam rangka meningkatkan keamanan pangan segar maka dilakukan pembinaan dan

sertifikasi oleh Lembaga Otoritas Kompetensi Keamamanan Pangan Daerah (OKKPD),

sehingga tersedia informasi tentang keamanan pangan khususnya pada produk-produk

pangan segar yang tersertifikasi sehingga aman dikonsumsi masyarakat. Hasil

pelaksanaaan tugas dan fungsinya OKKPD mengeluarkan sertikat terhadap produk

pangan segar dengan kriteria sebagai berikut :

1) Sertifikat Prima Tiga (P-3) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap

pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi.

2) Sertifikat Prima Dua (P-2) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap

pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu

baik.

3) Sertifikat Prima Satu (P-1) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap

pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi bermutu

baik serta cara produksinya ramah terhadap lingkungan.

d. Penanganan Kerawanan Pangan, dengan indikator Penanganan daerah rawan pangan

sebesar 60% pada tahun 2015.

Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah,

masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan

fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan factor penyebabnya

kerawanan pangan dibagi menjadi dua yaitu Rawan Pangan Kronis dan Transien

Rawan Pangan kronis adalah ketidakmampuan rumah tangga untuk memenuhi standar

minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena keterbatasan

kepemilikan lahan, asset produktif dan kekurangan pendapatan.

14

Rawan Pangan Transien adalah suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak

dan sementara, yang disebabkan oleh perbuatan manusia (penebangan liar yang

menyebabkan banjir atau karena konflik sosial), maupun karena alam berupa berbagai

musibah yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti: bencana alam (gempa bumi, tanah

longsor, gunung meletus, banjir bandang, tsunami).

Penanganan rawan pangan dilakukan pertama melalui pencegahan kerawanan pangan

untuk menghindari terjadinya rawan pangan disuatu wilayah sedini mungkin dan kedua

melakukan penanggulangan kerawanan pangan pada daerah yang rawan kronis melalui

program-progam sehingga rawan pangan di wilayah tersebut dapat tertangani.

e. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dengan melaksanakan 3

kegiatan sebagai berikut :

a) Peramalan situasi pangan dan gizi melalui SIDI, termasuk peramalan ketersediaan

pangan dan pemantauan pertumbuhan balita dan hasil pengamatan sosial ekonomi

b) Kajian situasi pangan dan gizi secara berkala berdasarkan hasil survei khusus atau

dari laporan tahunan.

c) Diseminasi hasil peramalan dan kajian situasi pangan dan gizi bagi perumus

kebijakan (forum koordinasi tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi).

Adapun Pencegahan rawan pangan tersebut dilaksanakan melalui pendekatan

sebagai berikut :

1. Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and

Vulnerability Atlas) disusun pada periode 3- 5 tahunan yang menngambarkan kondisi

sampai tingkat kecamatan/desa sebagai acuan dalam penentuan program

2. Penghitungan tingkat kerawanan dengan membandingkan jumlah penduduk miskin

yang mengkonsumsi pangan berdasarkan 3 kriteria prosentase angka kecukupan

gizi (AKG) sebesar 2.000 Kalori yaitu :

a) Penduduk sangat rawan < 70% AKG

b) Penduduk pangan resiko sedang < 70% - 89,9% AKG

c) Penduduk tahan pangan > 89,9% AKG

B. Bidang Peternakan

Kemajuan pembangunan Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari peran bidang

peternakan. Sub sektor peternakan memiliki peran yang strategis dalam menyediakan sumber

pangan, energi, dan sumber pendukung lainnya, sehingga berdampak pada kemajuan

kehidupan perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia Jawa Barat. Kontribusi

subsektor peternakan pada pembangunan Jawa Barat yang begitu besar mengisyaratkan

sub-sektor ini untuk terus berbenah diri agar tetap eksis dalam pembangunan Provinsi Jawa

15

Barat dan juga untuk nasional. Secara umum fungsi Peternakan adalah melaksanakan tugas-

tugas yang memiliki peran yang signifikan untuk mendorong pertumbuhan di sektor-sektor

lainnya, karena peternakan sebagai salah satu sub sektor didalam pertanian yang akan

menjadi salah satu subsektor yang sangat strategis didalam perekonomian Jawa Barat.

Besarnya potensi kontribusi sektor peternakan di Jawa Barat terhadap pembangunan

ekonomi tidak terlepas dari posisi sub sektor peternakan di dalam struktur perekonomian.

Kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor peternakan terhadap pertanian dan regional ternyata

menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat antar waktu. Berdasarkan angka BPS

2013, besaran PDRB Jawa Barat tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp.

1.070,18 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp. 386,84

triliun. Secara triwulanan, PDRB Jawa Barat triwulan IV-2013 dibandingkan dengan triwulan

III-2013 (q-to-q) turun sebesar 0,53 persen, tapi bila dibandingkan dengan triwulan IV-2012

(y-on-y) tumbuh sebesar 6,30 persen. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2013

menurut sisi penggunaan terjadi pada seluruh komponen berturut-turut yaitu komponen

ekspor barang dan jasa sebesar 10,06 persen, diikuti komponen pembentukan modal tetap

bruto yang tumbuh 6,60 persen, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 5,51

persen, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit

sebesar 4,02 persen serta komponen perubahan inventori sebesar 0,61 persen. Sementara

komponen impor sebagai faktor pengurang mengalami pertumbuhan sebesar 12,65 persen.

Pada tahun 2013, PDRB harga berlaku digunakan untuk memenuhi komponen pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit sebesar 57,74 persen, komponen

pengeluaran konsumsi pemerintah 8,86 persen, komponen pembentukan modal tetap bruto

atau komponen investasi fisik 18,16 persen, komponen perubahan inventori 4,86 persen,

komponen ekspor 36,39 persen dan komponen impor 28,96 persen.

Pembangunan peternakan berbasis kepada proses dan diarahkan kepada

pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, yaitu : (1) meningkatkan pendapatan dan taraf

hidup petani; (2) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman

sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya pangan lokal; (3) meningkatkan daya saing

produk pertanian dan ekspor hasil pertanian; (4) mengembangkan aktivitas ekonomi

pedesaan dan; (5) meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha secara adil

melalui pengembangan sistem agribisnis.

Pembangunan peternakan mencakup berbagai kegiatan agribisnis, khususnya sub

sistem usaha tani ternak dengan keluaran berupa primer ternak. Usaha agribisnis berbasis

peternakan pada dasarnya secara operasional memerlukan keterkaitan lintas sub sektor

16

maupun dengan sektor lainnya sehingga diperoleh sinergi yang proporsional antara pelaku

agribisnis peternakan baik pada segmen hulu, tengah dan hilir.

Kondisi umum pembangunan peternakan yang telah dilakukan di Jawa Barat melalui

berbagai kebijakan dengan tetap mengacu kepada pengembangan peternakan rakyat agar

menjadi usaha pokok dengan skala usaha ekonomis dan pengembangan perusahaan

peternakan/swasta yang mempunyai keberpihakan kepada peternakan rakyat menjadi mitra

usaha dengan mensinergiskan setiap sub sistem dalam satu manajemen agribisnis yang

terintegrasi secara vertikal.

Sampai dengan saat ini, Jawa Barat masih termasuk salah satu wilayah yang

memiliki pangsa populasi ternak cukup besar di Indonesia; dimana urutannya menempati

urutan tiga teratas serta mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Provinsi lain. Fakta

menunjukkan bahwa hampir seluruh jenis ternak yang bersifat komersiel diusahakan di

wilayah Jawa Barat. Terdapat beberapa komoditas ternak yang memiliki peran penting

didalam struktur pangan nasional, antara lain komoditas ternak sapi perah dan ayam ras

pedaging.

Pembangunan peternakan di Provinsi Jawa Barat pada hakekatnya adalah

pembangunan di bidang ekonomi, yang fokus sasarannya adalah peningkatan produksi dan

produktivitas dengan sasaran :

1. Meningkatnya produksi dan produktivitas peternakan, populasi serta bibit ternak;

2. Meningkatnya keterampilan aparatur dan pelaku usaha peternakan di bidang

peternakan;

3. Meningkatnya upaya penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan zoonosis;

4. Meningkatnya mutu, promosi dan pemasaran produk hasil peternakan;

5. Terbentuknya kelembagaan usaha peternakan melalui peningkatan kelembagaan

kelompok tani, kemitraan dengan industri dan UPTD;

6. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan disiplin aparatur;

7. Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan publik;

8. Meningkatnya sistem pelayanan, perencanaan dan pelaporan.

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan

Pada umumnya Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Renstra Badan Ketahanan

Pangan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI dan Renstra

17

Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan di Kabupaten/Kota di Jawa Barat mempunyai fokus

sasaran yang sama yaitu meningkatkan produksi dan produktivitas peternakan.

Berdasarkan telaahan terhadap RT/RW Provinsi Jawa Barat, wilayah Jawa Barat terbagi atas 6

(enam) Wilayah Pengembangan (WP), yaitu :

- WP Bodebekpunjur

- WP Purwasuka

- WP Ciayumajakuning

- WP Priangan Timur-Pangandaran

- WP Sukabumi

- WP Kawasan Khusus Cekungan Bandung

Adanya rencana pengembangan di 6 (enam) Wilayah Pengembangan tersebutakan berdampak

pada peningkatan beban tugas Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat yang akan

semakin komplek khususnya di dalam meningkatkan produksi dan produktivitas peternakan, disebabkan

berkurangnya lahan peternakan untuk pemukiman, industri, dan alih fungsi lahan lainnya.

Tabel 3. Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat

No Rencana Struktur

Ruang

Struktur Ruang Saat

Ini

Indikasi

Penempatan Ruang

Pada Periode

2013 – 2018

Pengaruh Rencana

Struktur Ruang

Terhadap Kebutuhan

Pelayanan Dinas

Ketahanan Pangan

dan Peternakan

Arahan Lokasi

Pengembangan

OPD

1 2 3 4 5 6

1

2

3

WP Bodebekpunjur

a. PKN

Jabodetabek

b. TPPS Nambo

c. Jalan Tol

Cikapali

d. IPLT Depok

WP Sukabumi

a. PKN Sukabumi

b. PKW

Palabuhanratu

c. Jalan Lingkar

Sukabumi

WP Ciayumajakuning

a. PKN Cirebon

b. PKW Kadipaten

c. PKW Indramayu

a. PKN Jabodetabek

b. TPPS Nambo

c. Perkotaan

Jabodetabekpunj

ur termasuk

kepulauan seribu

a. PKN Sukabumi

b. PKN Pelabuhan

Ratu

c. Jalan Lingkar

Sukabumi

a. PKN Cirebon

WP Bodebekpunjur

a. PKN

Jabodetabek

b. TPPS Nambo

c. Jalan Tol

Cikapali

d. IPLT Depok

WP Sukabumi

a. PKN Sukabumi

b. PKW

Palabuhanratu

c. Jalan Lingkar

Sukabumi

WP Ciayumajakuning

a. PKN Cirebon

Optimalisasi

pelayanan di Bidang

Ketahanan Pangan

dan Peternakan

Lokasi

Pengembangan

pelayanan Dinas

Ketahanan

Pangan dan

Peternakan

adalah di semua

Wilayah

Pengembangan

(6 WP) di wilayah

Jawa Barat

18

No Rencana Struktur

Ruang

Struktur Ruang Saat

Ini

Indikasi

Penempatan Ruang

Pada Periode

2013 – 2018

Pengaruh Rencana

Struktur Ruang

Terhadap Kebutuhan

Pelayanan Dinas

Ketahanan Pangan

dan Peternakan

Arahan Lokasi

Pengembangan

OPD

1 2 3 4 5 6

4

5

d. BIJB

e. Optimalisasi

Pelabuhan

Cirebon

f. Instalasi

Pengolahan

Limbah Cirebon

Raya

g. Jalan Tol

Cisundawu

h. SPAM Pantura

WP Bandung Raya

a. PKN Bandung

Raya

b. Pembangunan

Monorail

Bandung Raya

c. Reaktifasi Jalur

Kereta Api

d. Pembangunan

Waduk Jati

Gede

e. SPAM Regional

Bandung Raya

f. Pengolahan

Limbah

g. TPPS Sarimukti

h. TPPS Regional

Legok Nangka

i. BIUTR (Tol

Dalam Kota

Bandung)

j. Jalan Tol Seroja

dan Cisundawu

k. Jalan Bandung-

Pangalengan-

Rancabuaya

l. Jalan Lingkar

Nagreg

m. Kawasan

Pendidikan

Tinggi

Jatinangor

WP Priangan Timur –

Pangandaran

a. Pusat

Pertumbuhan :

b. PKW Kadipaten

c. PKW Indramayu

d. Persiapan BIJB

e. Pel. Cirebon

a. Kawasan

Perkotaan

Cekungan

Bandung

b. Kawasan

Pendidikan

Jatinangor

c. Kawasan

Pengamat

Dirgantara

Tanjungsari

d. TPPS Sarimukti

e. TPPS Legok

Nangka

f. Jalan Lingkar

Nagreg

b. PKW Kadipaten

c. PKW Indramayu

d. BIJB

e. Optimalisasi

Pelabuhan

Cirebon

f. Instalasi

Pengolahan

Limbah Cirebon

Raya

g. Jalan Tol

Cisundawu

h. SPAM Pantura

WP Bandung Raya

a. PKN Bandung

Raya

b. Pembangunan

Monorail

Bandung Raya

c. Reaktifasi Jalur

Kereta Api

d. Pembangunan

Waduk Jati

Gede

e. SPAM Regional

Bandung Raya

f. Pengolahan

Limbah

g. TPPS Sarimukti

h. TPPS Regional

Legok Nangka

i. BIUTR (Tol

Dalam Kota

Bandung)

j. Jalan Tol Seroja

dan Cisundawu

k. Jalan Bandung-

Pangalengan-

Rancabuaya

l. Jalan Lingkar

Nagreg

m. Kawasan

Pendidikan

Tinggi

Jatinangor

19

No Rencana Struktur

Ruang

Struktur Ruang Saat

Ini

Indikasi

Penempatan Ruang

Pada Periode

2013 – 2018

Pengaruh Rencana

Struktur Ruang

Terhadap Kebutuhan

Pelayanan Dinas

Ketahanan Pangan

dan Peternakan

Arahan Lokasi

Pengembangan

OPD

1 2 3 4 5 6

6

- Pangandaran

- Rancabuaya

b. PKW

Pangandaran

c. PKW

Tasikmalaya

d. Kawasan

Strategis

Pangandaran-

Kalipucang-

Sagara Anakan-

Nusakambangan

e. Pengembangan

Bandara

Nusawiru

WP Purwasuka

a. PKW Cikampek-

Cikopo

b. Metropolitan

Bodebekpunjur

c. Pelabuhan

Cilamaya

d. IPLT Subang

e. SPAM Pantura

a. PKW

Pangandaran

b. PKW

Tasikmalaya

c. Kawasan stasiun

pengamat

dirgantara

pamengpeuk

d. Kawasan uji coba

roket

pamengpeuk

e. Bandara

Nusawiru

a. PKW Cikampek-

Cikopo

b. Metropolitan

Bedebekpunjur

WP Priangan Timur –

Pangandaran

a. Pusat

Pertumbuhan :

- Pangandaran

- Rancabuaya

b. PKW

Pangandaran

c. PKW

Tasikmalaya

d. Kawasan

Strategis

Pangandaran-

Kalipucang-

Sagara Anakan-

Nusakambangan

e. Pengembangan

Bandara

Nusawiru

WP Purwasuka

a. PKW Cikampek-

Cikopo

b. Metropolitan

Bodebekpunjur

c. Pelabuhan

Cilamaya

d. IPLT Subang

e. SPAM Pantura

20

Tabel 4. Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat

No Rencana Pola

Ruang Pola Ruang Saat Ini

Indikasi Program

Pemanfaatan Ruang

Tahun 2013-2018

Pengaruh

Rencana Pola

Ruang

Terhadap

Kebutuhan

Pelayanan

Dinas

Ketahanan

Pangan dan

Peternakan

Arahan Lokasi

Pengembangan

Pelayanan Dinas

Peternakan dan

Peternakan

1 2 3 4 5 6

1

2

3

4

WP

Bodebekpunjur

a. Industri

b. Perdagangan/J

asa

c. Pertanian

d. Peternakan

e. Perikanan

f. Agrowisata

g. Perkotaan

h. Kawasan

Lindung

WP Sukabumi

a. Pemukiman

b. Pertanian

c. Perikanan

d. Peternakan

e. Wisata

Kelautan

f. Pendidikan

WP

Ciayumajakuning

a. Kota Budaya

b. Perkebunan

c. Perdagangan

d. Peternakan

e. Industri

Kerajinan

f. Pertanian

g. Kawasan

Lindung

h. Perkotaan

WP Bandung Raya

a. Perkotaan

b. Perdaganngan

/Jasa

c. Pendidikan

d. Industri

a. Industri

b. Perdagangan/J

asa

c. Pertanian

d. Peternakan

e. Perikanan

f. Pariwisata

g. Perkotaan

a. Pemukiman

b. Pertanian

c. Peternakan

d. Perikanan

e. Pariwisata

f. Pendidikan

a. Kota Budaya

b. Perkebunan

c. Pertanian

d. Peternakan

e. Industri

Rumah

f. Perkotaan

a. Perkotaan

b. Perdagangan/J

asa

c. Pendidikan

d. Industri

1. Peningkatan

produksi

pertanian

2. Pemberdayaan

sumber daya

pertanian

3. Pencegahan dan

penanggulanga

n penyakit

tanaman,

ternak dan ikan

4. Pemasaran dan

pengelolaan

hasil pertanian,

perkebunan,

peternakan,

perikanan dan

kehutanan

Optimalisasi

pelayanan di

bidang

Ketahanan

Pangan dan

peternakan

Lokasi

Pengembangan

pelayanan Dinas

Ketahanan Pangan

dan Peternakan

adalah di semua

Wilayah

Pengembangan (6

WP) di wilayah

Jawa Barat.

21

No Rencana Pola

Ruang Pola Ruang Saat Ini

Indikasi Program

Pemanfaatan Ruang

Tahun 2013-2018

Pengaruh

Rencana Pola

Ruang

Terhadap

Kebutuhan

Pelayanan

Dinas

Ketahanan

Pangan dan

Peternakan

Arahan Lokasi

Pengembangan

Pelayanan Dinas

Peternakan dan

Peternakan

1 2 3 4 5 6

5

6

Kreatif

e. Persampahan

WP Priangan

Timur –

Pangandaran

a. Pertanian

b. Peternakan

c. Pendidikan

d. Perdagangan/J

asa

WP Purwasuka

a. Pertanian

b. Peternakan

c. Pariwisata

d. Pendidikan

e. Kawasan

Lindung

e. Persampahan

a. Pertanian

b. Peternakan

c. Pariwisata

d. Industri

e. Perdagangan/J

asa

a. Pertanian

b. Peternakan

c. Pariwisata

d. Perikanan

22

Tabel 5. Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

No Aspek Kajian Ringkasan KLHS

Implikasi Terhadap Pelayanan Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan

Jawa Barat

Catatan Bagi Perumusan

Program dan Kegiatan OPD

1 2 3 4 5

1. Kapasitas daya dukung

dan daya tampung LH

untuk pembangunan

Daya dukung dan daya

tampung LH untuk

pengembangan

pembangunan masih

memungkinkan.

Diperlukan peningkatan ketahanan

pangan, produksi dan produktivitas

peternakan di seluruh wilayah.

Pengembangan dengan mengacu

pada pemanfaatan ruang yang efektif

dan efisien, serta memperhatikan

keseimbangan ekosistem dan

perubahan iklim. Untuk peningkatan

produksi dan produktivitas peternakan

diperlukan peningkatan kualitas dan

kuantitas sarana prasarana,

anggaran, kebijakan dan sumber

daya manusia

Program harus terdiri dari

kegiatan-kegiatan yang

memperhatikan KLHS

2. Perkiraan mengenai

dampak dan resiko

lingkungan hidup

Perubahan fungsi lahan

peternakan menjadi

pemukiman atau industri

mengancam kecukupan

penyediaan pangan hewani

3. Kinerja layanan/ jasa

ekosistem

Belum sepenuhnya kinerja

layanan ekosistem

memenuhi kebutuhan

pengembangan pangan dan

peternakan

4. Efisiensi pemanfaatan

sumber daya alam

Sumber daya alam belum

sepenuhnya dimanfaatkan

untuk meningkatkan

ketahanan pangan dan

usaha peternakan

5. Tingkat kerentanan dan

kapasitas adaptasi

terhadap perubahan iklim

Perubahan iklim belum

sepenuhnya disikapi dengan

benar khususnya musim

panas dan hujan masih

menimbulkan kebakaran dan

banjir yang mengancam

terhadap ketahanan pangan

dan peternakan

6. Tingkat ketahanan dan

potensi sumber daya

hayati

Masih diperlukan pelestarian

sumber daya hayati yang

mendukung pangan dan

usaha peternakan

Tantangan dalam pembangunan ketahanan pangan secara umum menyangkut

pertambahan penduduk, semakin menurunnya sumber daya alam, masih terbatasnya prasarana

dan sarana usaha di bidang pangan, semakin ketatnya persaingan pasar dengan produk impor, serta

besarnya proporsi penduduk miskin.

Jumlah penduduk Jawa Barat cukup besar, pada tahun 2015 sekitar 47,432 jiwa, dengan laju

pertumbuhan penduduk Jawa Barat adalah 4.47% per tahun. Permintaan bahan pangan per kapita juga

meningkat didorong oleh meningkatnya pendapatan, kesadaran akan kesehatan dan pergeseran pola

makan karena pengaruh globalisasi dan ragam aktivitas masyarakat. Pada sisi lain, ketersediaan

23

sumber daya lahan semakin berkurang, karena tekanan penduduk serta persaingan pemanfaatan

lahan antara sektor pangan dengan sektor non pangan.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang rentan terhadap masalah kerawananan

pangan masih cukup tinggi proporsinya yaitu sebesar 9,98 %. Penyebab utama kerawanan pangan

dan kemiskinan adalah keterbatasan keterampilan yang dikuasai, sehingga kesulitan untuk

memasuki lapangan kerja, serta keterbatasan aset dan akses terhadap sumber daya untuk

mengembangkan usaha. Masalah kemiskinan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Karena itu

harus ada upaya perbaikan dan peningkatan kemampuan masyarakat miskin. Di antaranya

melalui pemberdayaan masyarakat, penciptaan lapangan kerja dan lain lain. Jika upaya tersebut tidak

dilakukan, dikhawatirkan masyarakat miskin tersebut akan semakin terpuruk dan semakin menderita.

Secara umum potensi dan peluang dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan,

adalah besarnya jumlah penduduk sebagai pasar produk pangan sekaligus penggerak ekonomi

nasional. Di samping itu, perkembangan teknologi informasi merupakan penunjang bagi

efektivitas manajemen pembangunan ketahanan pangan, yang juga menunjang pengembangan

ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan. Di sisi ketersediaan pangan, selain masih tersedia

sumber daya alam yang belum termanfaatkan secara optimal untuk produksi pangan, juga tersedia

teknologi untuk meningkatkan produksi bahan pangan primer maupun olahan. Adapun peluang

pengembangan sistem distribusi pangan ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi dan alat

transportasi yang apabila didayagunakan dapat membuka keterisolasian daerah terpencil.

Di bidang konsumsi, potensi peningkatan juga ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi,

kegiatan promosi dan advokasi, serta dukungan organisasi masyarakat sebagai infrastruktur sosial yang

membantu proses peningkatan kesadaran gizi masyarakat.

Dengan jumlah penduduk sekitar 47.432 juta jiwa pada tahun 2015 dan terus bertambah 1.47

persen per tahun, maka Jawa Barat merupakan potensi pasar yang sangat besar. Penduduk ini juga

merupakan agen pelaku usaha di bidang pangan yang menggerakkan perkonomian daerah

maupun nasional. Sebagian besar PDB (Produk Domestik Bruto) setelah periode krisis

dibangkitkan dari konsumsi domestik lebih dari 65 persen dialokasikan untuk memenuhi

kebutuhan pangan. Kegiatan ekonomi pangan masyarakat memiliki peran penting dalam

mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Penggunaan rekayasa teknologi informatika untuk pengembangan sistem dan jaringan data

dan informasi sangat menunjang dalam pemantapan ketahanan pangan. Informasi yang di

susun di antaranya mengenai peta-peta produksi, distribusi, konsumsi, dan sistem deteksi dini kerawanan

pangan yang terkoneksi antar daerah dan dengan pusat.

Pengembangan usaha peternakan merupakan bagian penting dari pembangunan pertanian yang

disamping bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat luas juga harus mampu

24

meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak. Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah

berupaya melaksanakan serangkaian kebijakandan program, namun demikian kendala yang dihadapi

cukup besar sehingga beberapa target belum tercapai seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat

perkembangan populasi dan produktivitas ternak yang ditunjang oleh pemberian pakan yang belum

memadai sehingga belum tercapainya kesejahteraan peternak sebagai subyek pembangunan. Kondisi ini

terjadi akibat belum tercapainya keserasiana ntara penyediaan sarana produksi dengan tingkat

pengetahuan /keterampilan masyarakat dalam manajemen usaha peternakan, sedangkan permintaan

pangan hewani saat ini terus meningkat dari tahun ketahun, hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah

penduduk.

Kendala utama yang dihadapi sector peternakan saat ini meliputi kendala dari faktor pakan, struktur

genetik, kesehatan hewan, faktor teknis lain seperti air, sosio-ekonomi dan kelembagaan (kepemilikan

lahan, kebijakan ekonomi seperti kebijakan harga dan perdagangan, kekurangan modal investasi).

Disamping itu keengganan perbankan yang mau membiayai sektor pertanian, salah satunya yaitu non-

performing loan (NPL) yang cukup tinggi. Jumlah tertinggi pada sub-sektor pertanian yang berada di atas

rata-rata NPL sampai 1,94%.

A. Akses Keuangan

Akses keuangan yakni keterbatasan jangkauan jaringan lembaga keuangan, produk keuangan yang

tidak sesuai dengan karakteristik usaha sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Selain itu,

ketiadaaan jaminan dan administrasi yang rumit.

Indikator Aspek:

1. Keterbatasan jangkauan jaringan lembaga keuangan

2. Produk keuangan yang tidak sesuai dengan karakteristik usaha sektor pertanian, peternakan, dan

perikanan

3. Ketiadaaan jaminan

4. Administrasi yang rumit

B. Ketersediaan Informasi dan Rendahnya Literasi Keuangan:

Ketersediaan informasi dan rendahnya literasi keuangan, banyak UMKM yang kekurangan informasi

terkait sumber pembiayaan, mekanisme dan syarat pembiayaan. Hambatan lainnya, kurangnya

sosialisasi dan edukasi, tidak tersedianya database calon debitur, dan kepercayaan perbankan pada

sektor kemaritiman relatif rendah.

Indikator Aspek:

1. Banyak UMKM yang kekurangan informasi terkait sumber pembiayaan, mekanisme dan syarat

pembiayaan

25

2. Kurangnya sosialisasi dan edukasi

3. Tidak tersedianya database calon debitur

4. Kepercayaan perbankan pada sektor kemaritiman relatif rendah.

C. Linkage & Sinergi :

Linkage dan sinergi perlu dukungan program pemerintah, perlu linkage antara bank dengan

perusahaan asuransi, pegadaian, perusahaan penjaminan kredit daerah, BPR, dan koperasi, serta

dukungan perusahaan telekomunikasi

Indikator Aspek :

1. Perlu dukungan program pemerintah

2. Perlu linkage antara bank dengan perusahaan asuransi, pegadaian, perusahaan penjaminan kredit

daerah, BPR, dan koperasi

3. Perlu dukungan perusahaan telekomunikasi

D. Infrastruktur:

Infrastruktur. Hambatan infrastruktur diakibatkan kurang meratanya ketersediaan jaringan

telekomunikasi dalam mendukung jangkauan layanan keuangan, rendahnya pemanfaatan teknologi

dalam pengembangan usaha pertanian, peternakan, dan perikanan, serta dukungan regulasi sektor

jasa keuangan.

Indikator Aspek:

1. Kurang meratanya ketersediaan jaringan telekomunikasi dalam mendukung jangkauan layanan

keuangan

2. Rendahnya pemanfaatan teknologi dalam pengembangan usaha pertanian, peternakan, dan

perikanan

3. Dukungan regulasi sektor jasa keuangan

Sesuai dengan kenyataannya bahwa pada tahun ini (2015) tejadi sedikit penurunan kredit

perbankan pada sekor riil pertanian dari Tahun sebelumnya, seperti dilaporkan oleh Bank Indonesia.

Namun Demikian Bank Indonesia juga berupaya terus mengkoordinasikan dan mensinergikan

pelaksanaan tugas dan kewenangan dengan Kementerian Pertanian. Pada 2 Desember 2015,

Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Pertanian menandatangani kerja sama dalam rangka

peningkatan kapasitas dan pemberdayaan sektor pertanian. Cakupan kerjasama terdiri atas :

1. Peningkatan kapasitas usaha di bidang pertanian, khususnya komoditas penyumbang inflasi;

2. Pengembangan usaha di sektor pertanian, khususnya skala mikro, kecil dan menengah yang

dilakukan petani, Kelompok Tani (Poktan), dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam

rangka peningkatan akses dan jangkauan keuangan;

26

3. Fasilitasi pemberdayaan kepada lembaga keuangan di sektor pertanian, penyelia mitra tani (PMT),

dan penyuluh pertanian;

4. Implementasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk layanan keuangan di bidangpertanian

dalam rangka mewujudkan Less Cash Society dan perluasan akses keuangan;

5. Penelitian dan pengembangan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan

Kementerian Pertanian;

6. Pertukaran data dan/atau informasi dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia

dan Kementerian Pertanian; dan

7. Sosialisasi dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan Kementerian

Pertanian antara lain terkait kewajiban penggunaan Uang Rupiah di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Dalam rangka pembinaan, monitoring dan evaluasi fasilitasi penguatan permodalan dalam

mengembangakan usaha di sektor peternakan, Bidang Pengembangan Usaha beserta mitra kerja di

Kabupaten/Kota telah melaksanakan kegiatan fasilitasi usaha dalam upaya mensosialisasikan

berbagai layanan kredit perbankan melalui kerjasama dengan bank-bank yang ada di daerah.

27

BAB. III

PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN

PROVINSI JAWA BARAT

3.1 Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi,

Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan

urusan pemerintahan bidang pangan dan bidang pertanian, sub urusan peternakan, meliputi ketersediaan

dan distribusi, konsumsi dan pengembangan sumber daya manusia, produksi peternakan serta kesehatan

hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang menjadi kewenangan Provinsi, melaksanakan tugas

dekonsentrasi sampai dengan dibentuk Sekretariat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan

melaksanakan tugas pembantuan sesuai bidang tugasnya.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas mempunyai

fungsi: penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan bidang pertanian, sub

urusan peternakan yang menjadi kewenangan Provinsi; penyelenggaraan ketahanan pangan dan pertanian,

sub urusan peternakan yang menjadi kewenangan Provinsi; penyelenggaraan administrasi Dinas;

penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Dinas; dan penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya.

Berikut ini disampaikan identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Ketahanan

Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 6. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

Aspek Kajian Capaian/Kondisi

Saat Ini

Standar yang

Digunakan

Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan

Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

Internal (Kewenangan

OPD)

Eksternal (Di luar

Kewenangan OPD)

1 2 3 4 5 6

1. Ketersediaan dan Distribusi

Ketersediaan Energi dan protein selama tiga tahun terakhir menunjukkan penurunan. Energi turun 1%/tahun, Protein turun 7,72/tahun

NBM

Tersedianya alokasi untuk peningkatan produksi pangan lokal

Kebutuhan pangan terus meningkat

Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian

Menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan

Untuk memenuhi ketersediaan energi 2.000 kkal dan protein 57 gr/kapita/hari masih tergantung pada pangan impor/luar daerah

Lemahnya koordinasi lintas sector

28

Aspek Kajian Capaian/Kondisi

Saat Ini

Standar yang

Digunakan

Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan

Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

Internal (Kewenangan

OPD)

Eksternal (Di luar

Kewenangan OPD)

1 2 3 4 5 6

Distibusi belum

berjalan secara efisien yang menyebabkan terjadinya ketidak stabilan harga pangan.

Tingginya Prosentase Penduduk rawan pangan 13,02%

BPS

Sistem pasar pangan yang belum efektif.

Belum terdatanya penduduk rawan pangan

lingkungan

Lambatnya penerapan tekonologi akibat kurangnya insentif ekonomi;

Anomali iklim dan menurunnya kualitas lingkungan

Terbatasnya

prasarana dan sarana perhubungan untuk menjangkau seluruh wilayah terutama daerah terpencil

Berbagai pungutan telah mengakibatkan biaya distribusi yang tinggi pada berbagai produk pangan

Rendahnya

daya beli masyarakat

Tingginya pangsa pengeluaran pangan (lebih dari 60%)

Rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengakses pangan

Lemahnya koordinasi lintas sector.

Lemahnya koordinasi lintas sektor

2. Konsumsi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kualitas konsumsi masyarakat masih rendah, skor PPH 70,2 poin. Aparatur yang menangani fungsi ketahanan pangan dan peternakan masih terbatas.

Pengembangan informasi ketahanan pangan dan peternakan

BPS Terbatasnya diversifikasi pangan

Terbatasnya produksi pangan lokal

Terbatasnya peningkatan sumber daya manusia.

Terbatasnya optimalisasi penggunaan SDM, sarana

Terbatasnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pola makan yang bergizi berimbang, aman dan halal

Budaya masyarakat “belum makan bila tidak makan nasi”

Terbatasnya

alokasi dana untuk peningkatan

penganekaragam pangan belum optimal

Belum optimalnya pelayanan bidang ketahanan pangan dan peternakan. Belum maksimalnya koordinasi

29

Aspek Kajian Capaian/Kondisi

Saat Ini

Standar yang

Digunakan

Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan

Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

Internal (Kewenangan

OPD)

Eksternal (Di luar

Kewenangan OPD)

1 2 3 4 5 6

masih terbatas Pengembangan kelembagaan ketahanan pangan dan peternakan masih belum optimal Pengembangan sistem monitoring dan evaluasi belum optimal Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang ketahanan pangan dan peternakan belum optima

prasarana dan anggaran untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat bidang ketahanan pangan dan peternakan

sumber daya manusia.

Kebijakan

pemerintah pusat

Kebijakan anggota dewan di daerah yang mendukung upaya peningkatan pelayanan masyarakat terhadap ketahanan pangan dan peternak

kelembagaan ketahanan pangan dan peternakan. Terbatasnya jumlah SDM pengelola teknologi informasi bidang ketahanan pangan dan peternakan

3. Produksi peternakan

Belum terpenuhinya kebutuhan bibit ternak (khususnya sapi potong, sapi perah, kerbau)

Peningkatan kualitas bibit ternak terus diupayakan

Optimalisasi penggunaan SDM, sarana prasarana dan dana yang dimiliki

Kebijakan pemerintah pusat

Kebijakan anggota dewan di daerah

Ketersediaan dukungan anggaran

Komitmen pemerintah dalam meningkatkan penyediaan bibit ternak, khususnya sapi potong, sapi perah, kerbau.

Program pembibitan ternak di masyarakat, membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Program pembibitan ternak kurang memberikan keuntungan yang memadai.

Adanya peningkatan usaha budidaya

Tersedianya teknologi dan dukungan infrastruktur sarana dan prasarana.

Tersedianya pabrik/pengolah pakan ternak skala besar, sedang dan kecil

Kualitas /mutu pakan ternak yang belum sesuai standar

Ketersediaan hijauan pakan ternak kurang

Ketersediaan dukungan anggaran

Komitmen pemerintah dalam meningkatkan usaha budidaya peternakan

Optimalisasi pembinaan dan pengawasan mutu pakan ternak. Optimalisasi pemanfaatan teknologi pakan ternak

Kebijakan pemerintah pusat

Kebijakan anggota dewan di daerah.

Tersedianya

bahan baku pakan konsentrat.

Pemanfaatan ketersediaan lahan untuk pakan hijauan ternak yang optimal.

Belum optimalnya pemanfaatan teknologi budidaya peternakan. Pembinaan dan pengawasan mutu pakan ternak belum optimal. Terbatasnya jumlah petugas pengawas mutu pakan ternak.

30

Aspek Kajian Capaian/Kondisi

Saat Ini

Standar yang

Digunakan

Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan

Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

Internal (Kewenangan

OPD)

Eksternal (Di luar

Kewenangan OPD)

1 2 3 4 5 6

4. Kesehatan Hewan dan Kesmavet

Masih adanya kasus penyakit hewan menular strategis.

Lalu lintas hewan masih sulit diawasi

Masih adanya obat hewan yang beredar belum terdaftar dan diregristrasi

Optimalisasi pengamatan, pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular strategis.

Tersedianya sarana pelayanan kesehatan hewan

Adanya regulasi yang mewadahi pengawasan lalu lintas hewan dan obat hewan

Kebijakan yang mendukung dari pemerintah pusat

Kelembagaan yang menangani fungsi kesehatan hewan dan pengawasan obat hewan di Kabupaten/Kota

Adanya anggaran dan fasilitasi di Kabupaten/Kota yang menjadi skala prioritas

Terbatasnya fasilitas dan SDM (medik dan paramedik veteriner) pelayanan kesehatan hewan.

Masih adanya Rumah Potong Hewan yang dikelola pemerintah belum memenuhi persyaratan

Belum optimalnya penerapan kesejahteraan hewan (kesrawan) di Rumah Potong Hewan

Penerapan higiene sanitasi di unit pangan asal hewan belum optimal

Masih adanya produk hewan yang beredar belum memenuhi persyaratan Kesehatan Masyarakat Veteriner

Lalu lintas produk hewan masih sulit diawasi.

Pembinaan dan fasilitasi Rumah Potong Hewan

Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner

Kemampuan laboratorium untuk pengujian produk hewan

Adanya regulasi yang yang mewadahi pengawasan lalu lintas produk hewan

Kebijakan pemerintah pusat

Kebijakan Kabupaten/Kota

Kelembagaan yang menangani fungsi kesehatan masyarakat veteriner di Kabupaten/Kota yang menjadi skala prioritas

Adanya anggaran dan fasilitasi berupa sarana dan prasarana di Kabupaten/Kota yang menjadi skala prioritas

Tersedianya SDM Kesehatan Masyarakat Veteriner di Kabupaten/kota

Terbatasnya fasilitas dan SDM (medik dan paramedik veteriner) kesehatan masyarakat veteriner.

31

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yaitu“Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua”.

Memperhatikan Visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan dihadapi pada masa yang

akan datang, diharapkan Provinsi Jawa Barat dapat lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup

nasional, regional, maupun global.

Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terciptanya masyarakat yang produktif, berdaya saing, dan mandiri

2. Melahirkan SDM yang terdidik, terampil, inovatif dan berdaya saing tinggi melalui kolaborasi dengan

institusi pendidikan-penelitian

3. Perwujudan tata kelola pemerintahan (governance) sebagai provinsi modern yang bermutu dan

akuntabel, handal, efektif serta efisien.

4. Tatanan sosial masyarakat yang toleran, rasional, bijak dan adaptif terhadap dinamika perubahan

namun tetap berpegang pada nilai budaya serta kearifan lokal.

5. Berdaulat secara pangan, ketahanan ekonomi dan sosial

1. Kemajuan seluruh elemen yang ada di masyarakat baik masyarakat, wilayah maupun pelaku usaha.

2. Berbasis pada ketahanan keluarga sebagai dasar pengokohan sosial masyarakat .

3. Merupakan perpaduan antara kesejahteraan lahiriah/materil dengan kesejahteraan bathiniah/jiwa.

4. Memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya serta membangun kepercayaan diri kolektif.

1. Hasil pembangunan dirasakan oleh seluruh lapisan, elemen dan komponen masyarakat Jawa Barat

2. Hasil pembangunan yang berkeadilan dan tersebar di Kabupaten/Kota, kecamatan dan desa/kelurahan

sebagai satu kesatuan Jawa Barat

3. Keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi

pembangunan serta berperan aktif dalam pergaulan dunia

4. Keterbukaan informasi pembangunan dan terwujudnya jejaring komunikasi bagi seluruh institusi dan

masyarakat

Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan tetap memperhatikan kondisi dan

permasalahan yang ada serta tantangan ke depan, dan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka

ditetapkan 5 (lima) misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai berikut:

Misi Pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya Saing, dengan tujuan

membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai IPTEK, senantiasa berkarya, kompetitif,

dengan tetap memepertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya.

32

Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan, dengan tujuan mewujudkan

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah.

Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan Melalui Profesionalisme Tata Kelola dan Perluasan

Partisipasi Publik, dengan tujuan meningkatkan kualitas birokrasi yang profesional dan akuntabel dalam

rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik serta pembangunan partisipatif, mewujudkan pemerintahan

modern, mrewujudkan profesionaliusme pemerintahan yang didukung oleh aparatur yang kompeten serta

mewujudkan stabilitas di daerah.

Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dengan Pembangunan Infrastruktur Strategis

yang Berkelanjutan, dengan tujuan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan

pembangunan serta meningkatkan ketersediaan infrastruktur untuk peningkatan produktivitas ekonomi dan

pelayanan dasar.

Misi Kelima, Mengokohkan Kehidupan Sosial Kemasyarakatan Melalui Peningkatan Peran Pemuda,

dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS),

mewujudkan pemuda yang tangguh dan berdaya saing serta meningkatkan prestasi olahraga, melestarikan

seni dan budaya berbasis kearifan lokal dan mengembangkan pariwisata yang berdaya saing, serta

mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak dasar manusia.

Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut dijabarkan oleh Organisasi Perangkat Daerah sesuai

tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, sebagai salah satu OPD,

yang mempunyai tugas pokok yaitu menyelenggarakan urusan Pemerintahan Daerah bidang peternakan

berdasarkan asas otonomi, asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan, mengemban amanah untuk

mewujudkan Misi Kedua Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Membangun perekonomian yang kokoh

dan berkeadilan.

Berdasarkan telaahan terhadap Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta analisis faktor

internal dan eksternal di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, maka

dalam rangka memberikan pelayanan di bidang ketahanan pangan dan peternakan yang lebih baik kepada

masyarakat, serta mengacu pada visi Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat maka Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat menetapkan Visi tahun 2013-2018 yaitu :

“Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun

2018”

Visi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat dirumuskan dengan tetap

mengacu pada Visi Pemerintah Daerah Jawa Barat sebagai induk organisasinya. Pada visi tersebut ada

beberapa kata kunci yang menjadi pedoman bagi pembangunan peternakan di Jawa Barat, yaitu :

1. Institusi andal, berarti sebagai lembaga yang cermat dan mendalam dipercaya dalam membangun

kemandirian pangan dan protein hewani yang kokoh.

2. Kemandirian pangan, berarti dapat mengelola, menghasilkan, mengolah, memanfaatkan dan dapat

memenuhi kebutuhan sendiri yang tidak tergantung kepada fihak lain.

33

3. Protein hewani, berarti protein yang sempurna yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memenuhi

kebutuhan gizi dengan tujuan untuk mencerdaskan dan membangun masyarakat Jawa Barat yang

sehat seutuhnya.

4. Arti dari VISI tersebut adalah bahwa Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

berkeinginan menjadi dinas yang memiliki kemampuan dan komitmen mengelola, menghasilkan,

mengolah dan memanfaatkan produksi pangan hewani yang beranekaragam dari dalam negeri guna

menjamin pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Jawa Barat Tahun 2018.

Selanjutnya dengan mengacu pada Misi Jawa Barat yang berhubungan erat dengan tugas pokok dan

fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, khususnya berkenaan dengan Misi

kedua Jawa Barat yaitu “Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan”, maka Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat menetapkan Misi sebagai berikut:

Misi 1 : Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak.

Misi 2 : Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat

berbasis sumberdaya lokal

Misi 3 : Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang berwawasan

lingkungan dan berdaya saing

Misi 4 : Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan

masyarakat veteriner yang kondusif.

Misi 5 : Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan

peternakan.

Tabel 7. Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat Terhadap Penetapan Visi, Misi dan Program Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat

Visi: “JAWA BARAT MAJU DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA”

No. Misi dan Program KDH dan Wakil KDH Terpilih

Permasalahan Pelayanan OPD Faktor

Penghambat Pendorong

1. Misi 2: “Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan” Urusan Wajib Ketahanan Pangan : Program 1: Peningkatan Ketahanan Pangan Urusan Pilihan Pertanian : Program 1: Peningkatan produksi pertanian Program 2: Pemberdayaan

a. Masih rendahnya kesejahteraan petani sebagai pelaku produksi pangan dan peternakan

b. Semakin terbatasnya lahan untuk pengembangan pangan dan peternakan

c. Belum optimalnya peningkatan produksi dan produktivitas ternak

d. Masih terbatasnya sumber daya manusia bidang pangan dan ternak

e. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat jawa barat.

f. Masih tingginya tingkat ketergantungan akan produk impor pangan dan

a. Tidak stabilnya harga pangan dan ternak di tingkat petani

b. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya kepastian lahan peruntukan peternakan.

c. Kompetensi aparatur Dinas yang menangani fungsi ketahanan pangan dan peternakan belum sepenuhnya merata dan sesuai dengan yang diharapkan.

d. Belum maksimalnya tingkat koordinasi di internal dinas ataupun dengan

a. Adanya program peningkatan usaha ekonomi produktif di pedesaan.

b. Komitmen pimpinan daerah dalam peningkatan ketahanan pangan, khususnya pangan asal hewani.

c. Peraturan Gubernur Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

d. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, dibeberapa Kab./Kota di

34

Visi: “JAWA BARAT MAJU DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA”

No. Misi dan Program KDH dan Wakil KDH Terpilih

Permasalahan Pelayanan OPD Faktor

Penghambat Pendorong

sumberdaya pertanian Program 3: Pencegahan dan penanggulangan penyakit tanaman, ternak, dan ikan Program 4: Pemasaran dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan

ternak. g. Terbatasnya aksesbilitas

peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan.

h. Masih adanya penyakit-penyakit hewan yang menular strategis dan zoonosa

dinas lainnya terkait program yang terintegrasi

e. Belum optimalnya pelayanan UPTD yang sesuai dengan tupoksinya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak.

f. Belum optimalnya koordinasi antar stakeholder yang terkait dengan peternakan

Jawa Barat terdapat Dinas yang khusus menangani fungsi ketahanan pangan dan peternakan.

e. Peraturan Gubernur Nomor 89 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

f. Provinsi Jawa Barat tidak hanya sebagai sumber produksi ternak, sekaligus juga sebagai pasar produk peternakan dan mempunyai akses yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang berkorelasi positif bagi perdagangan ternak.

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

1. Renstra Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian R.I

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan bahwa negara

berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup,

aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan

secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan

memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Sejalan dengan amanat Undang-Undang

Pangan tersebut, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

memprioritaskan peningkatan kedaulatan pangan sebagai salah satu sub agenda prioritas untuk

mewujudkan agenda pembangunan nasional yakni kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-

sektor strategis ekonomi domestik.

Dalam rangka meningkatkan dan memperkuat kedaulatan pangan tersebut, maka kebijakan

umum dalam RPJMN 2015-2019 diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan pangan menuju

kemandirian pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) stabilisasi harga pangan; (3)

perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; (4) mitigasi gangguan terhadap ketahanan

pangan; dan (5) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan.

Dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, pada tahun 2015-2019 Kementerian Pertanian

akan fokus pada peningkatan produksi pangan pokok strategis padi, jagung, kedelai, gula (tebu) dan

daging sapi-kerbau serta komoditas pertanian lainnya, untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam

35

negeri. Pemantapan ketahanan pangan tersebut, harus berlandaskan kemandirian dan kedaulatan

pangan yang didukung oleh subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang terintegrasi.

Pencapaian ketahanan pangan yang mantap merupakan wahana penguatan stabilitas ekonomi

dan politik, dan jaminan ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau. Selain itu juga sebagai

perwujudan komitmen bangsa untuk ikut serta mewujudkan tujuan pembangunan global (Millennium

Development Goals/MDGs) dalam menurunkan kemiskinan dan kelaparan. Indonesia telah berhasil

mencapai target MDGs poin 1 (satu) dengan menurunkan proporsi tingkat kelaparan dari 19,9 persen di

tahun 1990-1992 hingga menjadi 8,6 persen pada tahun 2010-2012. Prestasi ini melebihi penurunan

angka proporsi yang ditargetkan dalam MDG yaitu sebesar 9,9 persen (catatan FAO, Juni 2013). Badan

Ketahanan Pangan, melalui program seperti Desa Mandiri Pangan, Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan, Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, dan Lumbung Pangan Masyarakat, aktif

memberdayakan masyarakat agar keluar dari lingkaran kemiskinan.

RENSTRA BKP TAHUN 2015-2019 (REVISI KE-1) 2 Upaya memantapkan ketahanan pangan

menuju kemandirian pangan, menghadapi tantangan dan permasalahan yang berasal dari dalam negeri

maupun luar negeri. Pemenuhan kebutuhan pangan pokok dari produksi dalam negeri, dihadapkan pada

permasalahan antara lain: (i) konversi lahan pertanian yang terus berlanjut karena perkembangan industri

dan lokasi pemukiman; (ii) perluasan lahan yang terkendala baik kualitas tanah maupun kepemilikan

lahan di luar jawa; (iii) perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi produksi pangan; dan (iv)

agribisnis pangan yang belum optimal sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani.

Sementara itu, situasi ekonomi dan perdagangan bebas di dunia internasional, berpengaruh

cukup kuat terhadap ketahanan pangan di dalam negeri, terutama harga dan pasokan pangan yang

begitu dinamis mempengaruhi ketersediaan pangan di dalam negeri. Dalam menghadapi tantangan dan

permasalahan ketahanan pangan tersebut, Badan Ketahanan Pangan selaku Sekretariat Dewan

Ketahanan Pangan berperan secara aktif untuk mengoordinasikan, mensinkronkan dan mendorong

seluruh pemangku kepentingan baik secara horizontal maupun vertikal dalam mewujudkan ketahanan

pangan sampai tingkat perseorangan dengan berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan

secara berkesinambungan.

Renstra Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019 disusun sebagai acuan pelaksanaan

kegiatan jangka menengah untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan sampai tingkat

perseorangan, yang tercermin dari menurunnya jumlah penduduk rawan pangan, stabilnya harga dan

pasokan pangan pokok, dan meningkatnya keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat. Renstra

tersebut akan dijabarkan dalam rencana kegiatan tahunan dengan memperhatikan evaluasi tahunan dan

perkembangan kebijakan dan kebutuhan masyarakat.

2. Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian R.I

Kewenangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I

diantaranya mengatur beberapa kebijakan dan regulasi untuk mewadahi aspirasi masyarakat dalam

pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan hewani asal ternak, dan kebutuhan untuk industri. Memasuki

36

periode pembangunan jangka menengah 2010-2014, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

Hewan, Kementerian Pertanian R.I menyusun dokumen Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014;

dan sesuai dengan Visi dan Misi yang telah ditetapkan maka tujuan Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan dalam periode tahun 2010-2014 adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis

bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal yaitu dalam rangka : (1)

Meningkatkan produksi ternak dan produk peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing, (2)

Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis, (3) Menyediakan pangan asal

hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), (4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

peternak.

Tujuan yang tercantum dalam Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Tahun 2010-2014 tersebut diatas menunjukkan bahwa peranan Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan adalah untuk mendongkrak pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang ada

di masyarakat di Daerah.Oleh karena itu Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

merupakan salah satu aktor penting dalam pembangunan peternakan dan kesehatan hewan selain aktor-

aktor lainnya yaitu para peternak dan kelompok peternak, pengusaha swasta, akademisi, dan perbankan.

Dengan berbagai kendala yang ada, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian

Pertanian R.I dalam menjalankan perannya telah mendorong dan melakukan upaya koordinasi yang

melibatkan seluruh pelaku guna meningkatkan pembangunan daerah salah satunya dalam produksi

peternakan.

Selaras dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I tersebut, pembangunan peternakan di Jawa Baratpun tidak

dapat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat semata, akan tetapi perlu dukungan dari

stakeholders lainnya seperti Legislatif, Instansi Vertikal yang ada di Pusat, wilayah Provinsi Jawa Barat,

Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, serta masyarakat termasuk dunia usaha didalamnya yang

berkewajiban untuk melaksanakan program-program yang telah ditetapkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam menyusun

Rencana Strategis Tahun 2013-2018 mengacu kepada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I. dan RPJMD Provinsi Jawa Barat.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I menetapkan

arah kebijakan dan strateginya sebagai bagian dari 12 program yang dilaksanakan oleh Kementerian

Pertanian, yang mengemban satu program nasional yaitu Swasembada Daging Sapi/KerbauTahun 2014

dengan sasaran produksi 624.364 ton atau kenaikan rata-rata 7,49% pertahun. Strategi yang ditempuh

oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yaitu :

1. Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi distribusi;

37

2. Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya

lokal;

3. Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternak dalam negeri sehingga menjadi mandiri;

4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta networking antar daerah;

5. Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor;

6. Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan otoritas veteriner.

Selain mengacu kepada Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Kementerian Pertanian R.I juga mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Provinsi Jawa Barat 2013-2014, bahwa pada Misi Kedua yang tercantum didalam RPJMD

Provinsi Jawa Barat yang merupakan tahap ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) 2005-2025 dimana pada saat ini merupakan tahap memantapkan pembangunan secara

menyeluruh dalam rangka penyiapan kemandirian masyarakat Jawa Barat, yaitu "Membangun

Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan"; maka ditetapkan tujuan Misi Provinsi Jawa Barat adalah

Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas dan Mengurangi Disparitas Ekonomi antar Wilayah

dengan sasaran Misinya adalah Meningkatkan Daya Saing Usaha Pertanian. Sedangkan strategi dan

arah kebijakan strategis untuk mencapai sasaran Misi Provinsi Jawa Barat serta indikator kinerja program

masing-masing adalah:

Strategi : Meningkatkan produksi, inovasi dan nilai tambah hasil pertanian, perkebunan dan

peternakan. Arah Kebijakan dengan indikator kinerja program :

1. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan, dengan

indikator kinerja program meningkatnya produksi peternakan untuk jumlah produksi daging, jumlah

produksi telur dan jumlah produksi susu;

2. Peningkatan kinerja sumber daya dan kelembagaan pertanian, perkebunan dan peternakan, dengan

indikator kinerja program jumlah peserta pelatihan bidang peternakan;

3. Peningkatan kuantitas pengendalian hama dan penyakit tanaman dan ternak, dengan indikator kinerja

program jumlah kasus penyakit hewan (anthrax, avian influenza, brucellosis, rabies);

4. Pengembangan usaha dan sarana prasarana pengolahan serta pemasaran produk pertanian,

perkebunan dan peternakan, dengan indikator kinerja program jumlah pembinaan penerapan sistem

jaminan mutu produk peternakan.

Tabel 8. Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa

Barat Berdasarkan Sasaran Renstra Kementerian Pertanian Beserta Faktor Pendorong dan Penghambat Keberhasilan Penangannya

No. Sasaran Jangka

Menengah Renstra Kementerian Pertanian

Permasalahan Pelayanan OPD Provinsi

Faktor

Penghambat Pendorong

1.

Badan Ketahanan Pangan Kementan RI Makin berkurangnya jumlah penduduk rawan pangan minimal 1 % setiap tahun

Tingginya prosentase penduduk rawan pangan (13,02 %)

Belum teridentifikasinya Penduduk Rawan Pangan

Adanya Data Kemiskinan hasil PPLS, by name by addres

38

No. Sasaran Jangka

Menengah Renstra Kementerian Pertanian

Permasalahan Pelayanan OPD Provinsi

Faktor

Penghambat Pendorong

2.

3.

4.

5.

Menurunnya konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 1,5 % diimbangi dengan kenaikan konsumsi umbi-umbian dan sumber protein hewani dan nabati, sehingga tercapai peningkatan kualitas konsumsi masyarakat dengan skor pola pangan harapan (PPH) tahun 2015 sebesar 78,3. Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat Meningkatnya penanganan keamanan pangan segar melalui peningkatan peran produsen dan kepedulian konsumsi. Meningkatnya efektifitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI Swasembada daging sapi pada tahun 2014 dengan target produksi daging sapi sebesar 624.364 ton di tahun 2014 atau kenaikan rata-rata 7,49%/tahun. Sedangkan target produksi ternak lainnya pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

daging kerbau: 39.657 ton

daging kambing: 85.700 ton

daging domba: 74.994 ton

daging babi: 247.420 ton

daging ayam buras: 400.806 ton

daging itik:33.032 ton

telur : 1.791.609 ton

susu : 1.470.237 ton

Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras, dengan rata-rata konsumsi per tahun sebesar 90,59 Kg/kapita Belum efektifnya pola distribusi pangan yang menyebabkan tidak stabilnya harga pangan Masih ditemukannya kasus ketidakamanan pangan Sering terjadi ketidak sinambungan antara program pemerintah dengan program di daerah

a. Semakin terbatasnya lahan untuk pengembangan peternakan

b. Makin tingginya harga agroinput sebagai salah satu faktor produksi

c. Terbatasnya kemampuan modal peternak

d. Masih lemahnya daya tawar peternak/kelompok peternak terhadap pedagang agroinput dan pasca produksi

e. Masih tingginya tingkat ketergantungan akan produk impor, khususnya bahan baku pakan, obat-obatan hewan, dan daging sapi

f. Timbulnya penyakit-

Budaya masyarakat yang mengganggap ”belum makan bila belum makan nasi”

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diversifikasi pangan

Kelembagaan pemasaran hasil-hasil pangan belum berperan optimal sebagai penyangga kestabilan distribusi dan harga pangan. Rendahnya kepedulian produsen dalam menghasilkan produk pangan yang aman

Lemahnya koordinasi antara pemerintah di berbagai tingkatan pemerintah

a. Provinsi Jawa Barat bukan sebagai daerah produksi daging sapi melainkan sebagai daerah konsumsi. Dengan demikian, peningkatan populasi sapi potong ditujukan untuk mengurangi ketergantungan yang besar terhadap daerah luar provinsi

b. Keterbatasan anggaran menjadi permasalahan tersendiri dalam mendukung upaya pembangunan peternakan

Berkembangnya teknologi pembuatan beras analog

Telah terbitnya SK Gub Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 60 Tahun 2010 tentang Percepatan Penganeka-ragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal

Terpantaunya Informasi pasokan dan harga pangan secara periodik Telah dibentuk Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah

Telah dibentuk Dewan Ketahanan Pangan Jawa Barat

a. Komitmen pimpinan

daerah dalam peningkatan ketahanan pangan, khususnya pangan asal ternak

b. Banyaknya perusahaan agroinput, pengolahan produk ternak, penggemukan sapi dan sebagainya yang berdomisili di Jawa Barat sehingga bisa mendorong perkembangan peternakan

c. Terdapatnya beberapa UPT Pusat dan UPTD khusus dibidang peternakan yang dibangun di Jawa Barat

d. Provinsi Jawa Barat tidak hanya sebagai sumber produksi ternak, sekaligus juga sebagai pasar produk peternakan

39

No. Sasaran Jangka

Menengah Renstra Kementerian Pertanian

Permasalahan Pelayanan OPD Provinsi

Faktor

Penghambat Pendorong

penyakit hewan yang menular strategis dan zoonosa.

karena tingginya jumlah penduduk di Jawa Barat

e. Provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang berkorelasi positif bagi perdagangan ternak.

Tabel 9. Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Sasaran Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten/Kota

No.

Sasaran Jangka Menengah Renstra

OPD Kabupaten/Kota

Permasalahan Pelayanan OPD Provinsi

Faktor

Penghambat Pendorong

1. 2.

Pengembangan Desa Mandiri Pangan Peningkatan populasi ternak.

Masih tingginya tingkat kerawanan pangan di Jawa Barat. Masih rendahnya populasi ternak : a. Semakin terbatasnya

lahan untuk pengembangan peternakan

b. Makin tingginya harga agroinput sebagai salah satu faktor produksi

c. Terbatasnya kemampuan modal peternak

d. Masih lemahnya daya tawar peternak/kelompok peternak terhadap pedagang agroinput dan pasca produksi hewan, dan daging sapi

g. Masih tingginya tingkat ketergantungan akan produk impor, khususnya bahan baku pakan, obat-obatan hewan, dan daging sapi

e. Timbulnya penyakit-penyakit hewan yang menular strategis dan zoonosa

Tidak semua Kabupaten/kota memiliki data kerawanan pangan. Belum tercapainya kinerja peternakan yang berkualitas : a. Keterbatasan anggaran

menjadi permasalahan tersendiri dalam mendukung upaya pembangunan peternakan

b. Belum optimalnya pelaksanaan tupoksi

Dukungan Anggaran yang bersumber dari APBN. a. Komitmen pimpinan

daerah dalam peningkatan ternak

b. Banyaknya perusahaan agroinput, pengolahan produk ternak, penggemukan sapi dan sebagainya yang berdomisili di Jawa Barat sehingga bisa mendorong perkembangan peternakan

c. Provinsi Jawa Barat tidak hanya sebagai sumber produksi ternak, sekaligus juga sebagai pasar produk peternakan karena tingginya jumlah penduduk di Jawa Barat

d. Provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang berkorelasi positif bagi perdagangan ternak.

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang

batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sedangkan

kawasan adalah wilayah yang memilki fungsi utama lindung atau budidaya.

40

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh Negara

Indonesia karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi di

Indonesia. Keadaan inilah yang menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang

andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional melalui

salah satunnya adalah ketahanan pangan nasional. Dengan demikian diharapkan kebijakan untuk sektor

pertanian lebih diutamakan. Namun setiap tahun untuk luas lahan pertanaian selalu mengalami alih fungsi

lahan dari lahan sawah ke lahan non sawah.

Pengurangan lahan sawah (konversi) baik secara nasional maupun menurut propinsi dan

kabupaten menunjukkan angka yang bervariasi. Dari hasil penelitian ini, dengan menggunakan data hasil

Survey Pertanian (SP) diperoleh gambaran bahwa dalam kurun waktu 18 tahun (1981-1998) di Jawa telah

terjadi pengurangan lahan sawah seluas 1 juta hektar atau rata-rata sekitar 55 ribu hektar per tahun.

Namun karena adanya kegiatan pencetakan lahan sawah baru, maka luas lahan sawah yang

tersedia di Jawa sebenarnya menyusut sekitar 484 ribu hektar atau sekitar 27 ribu hektar per tahun.

Secara umum konversi lahan sawah lebih banyak terjadi pada propinsi atau kebupaten/kota yang

memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang relatif tinggi, serta kabupaten/kota yang

merupakan penyangga pusat-pusat pertumbuhan. Di Jawa Barat adalah Kab. Bogor, Kab. Bekasi, Kab.

Karawang, Kota Bogor, Kota Bekasi dan Kota Depok.

Kegiatan konversi lahan sawah cenderung menimbulkan penurunan produksi per satuan lahan

yang semakin besar dari tahun ketahun, sebaliknya pencetakan sawah cenderung memberikan dampak

peningkatan produksi per satuan lahan yang semakin kecil.

Kecenderungan demikian terjadi karena konversi lahan sawah sesmakin bergeser ke daerah

dengan teknologi usahatani yang cukup tinggi, sedangkan pencetakan lahan sawah semakin bergeser ke

daerah dengan teknologi usahatani yang semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan

sumberdaya alam (lahan dan air) yang potensial bagi pencetakan sawah semakin terbatas.

Dengan demikian, pada kenyataannya bahwa penurunan produksi Padi tidak bisa dihindarkan.

Akibat konversi lahan sawah di Jawa selama kurun waktu 18 tahun (1981-1998) diperhitungkan secara

akumulasi telah hilang sebesar 50,9 juta ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. Bila dihitung

setara beras, maka kehilangan produksi pangan tersebut adalah sekitar 1,7 juta ton beras pertahun. Jumlah

kehilangan produksi beras tersebut hampir sebanding dengan jumlah impor beras pada tahun 1984-1997

yang berkisar 1,5 – 2,5 juta ton beras per tahun. Artinya, apabila konversi lahan sawah dapat ditekan, maka

hal itu akan memberikan dampak yang cukup besar bagi pangadaan beras nasional. Upaya pengendalian

konversi lahan sawah ini menjadi cukup mendesak mengingat pertumbuhan produksi pada akhir-akhir ini

mengalami stagnasi akibat kendla kejenuhan teknologi.

Pengurangan produksi akibat terjadinya konversi lahan sawah terbesar adalah di propinsi Jawa

Timur dengan proporsi 44,2 persen (22,5 juta ton Padi) dari total pengurangan produksi di Jawa.

Sedangkan urutan kedua dan ketiga adalah di Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing 15,9 dan 10,8

juta ton Padi.

41

Sudah cukup banyak upaya pemerintah untuk pengendalian konversi lahan sawah ini. Namun

pendekatan yang diterapkan baru sebatas pendekatan hukum (law enfercement) yang masih banyak

kelemmahannya. Sehingga peraturan-peraturan tentang lahan belum mampu mengendalikan kegiatan

konversi lahan sawah di Jawa. Tiga kelemahan mendasar adalah : (1) obyek lahan yang dilindungi dari

kegiatan konversi terutama ditentukan olehkondisi fisik lahan (contoh: irigasi teknis) padahal kondisi fisik

tersebut begitu mudah untuk dimodifikasi dengan rekayasa tertentu; (2) Pertaturan-peraturan yang

bertujuan untuk mencegah konversi lahan secara umum lebih bersifat himbauan dan tidak dilengkapi

dengan sangsi yang jelas, baik yang menyangkut besarnya sangsi maupun pihak yang dikenai sangsi; (3)

Kelemahan-kelemahan tersebut pada gilirannya membuka peluang bagi aparat daerah tertentu untuk

meraih keuntungan pribadi dari kegiatan konversi lahan dengan dalih untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi daerah.

Implikasi Kebijakan Fakta empirik membuktikan bahwa konversilahan sawah di Jawa telah

memberikan dampak yang sangat nyata bagi penyediaan pangan (beras). Oleh karena itu peningkatan

kapasitas produksi pangan menjadi kata kunci, baik melalui pencetakan sawah maupun meningkatan

kapasitas irigasi seperti rehabilitasi jaringan irigasi dan investasi pompa.

Khususnya di Jawa, dalam pengendalian konversi lahan sawah disamping pendekatan

lawnemforcement yang selama ini sudah berjalan, perlu didukung oleh peraturan lainnya pengawasan dan

penerapan sangsi yang adil. Disamping itu pendekatan ekonomi seperti melalui kompensasi, dan pajak

adalah perlu dipertimbangkan.

Berdasarkan hasil telaahan Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis seperti pada tabel berikut :

Tabel 10. Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Provinsi

No. Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi Terhadap

Pelayanan SKPD Catatan Bagi Perumusan

Program dan Kegiatan SKPD

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Kecukupan pangan sampai ditingkat individu

- Dinamika pembangunan memberi pengaruh terhadap alih fungsi lahan, keterbatasan infrastruktur, konservasi tanah dan air - Potensi bencana cukup tinggi

Ketahanan pangan wilayah harus tetap terjaga.

Peningkatan ketersediaan, Stabilisasi harga, keamanan pangan dan pencapaian skor PPH.

2. Peningkatan Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian

Sebagian besar lahan sawah yang terkonversi itu pada mulanya beririgasi teknis/semiteknis dengan produktivitas yang tinggi. Secara langsung maupun tidak langsung konversi lahan sawah mempunyai potensi ancaman yang nyata terhadap kapasitas nasional dalam

- Penurunan Produksi Pangan - Konversi lahan sawah di Jawa telah memberikan dampak yang sangat nyata bagi penyediaan

Pengendalian konversi lahan sawah disamping pendekatan law emforcement yang selama ini sudah berjalan, perlu didukung oleh peraturan lainnya, pengawasan dan penerapan sangsi yang adil. Disamping itu pendekatan ekonomi

42

No. Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi Terhadap Pelayanan SKPD

Catatan Bagi Perumusan Program dan Kegiatan

SKPD

mewujudkan pasokan pangan yang aman untuk mendukung ketahanan pangan yang mantap. Oleh sebab itu kebijaksanaan yang secara khusus ditujukan untuk mengendalikan konversi lahan sawah ke penggunaan lain sangat dirasakan urgensinya. Agar implementasi kebijaksanaan efektif, sistem perhitungan mengenai kerugian akibat konversi lahan sawah harus komprehensif dan pada saat yang sama diperlukan perbaikan dalam sistem pemantauan, pendataan, dan dokumentasi mutasi lahan.

pangan (beras)

seperti melalui kompensasi, dan pajak adalah perlu dipertimbangkan.

Sebagian besar lahan sawah yang terkonversi itu pada mulanya beririgasi teknis/semi teknis

dengan produktivitas yang tinggi. Konversi lahan sawah juga mengakibatkan degradasi kualitas irigasi pada

lahan sawah sekitarnya. Secara langsung maupun tidak langsung konversi lahan sawah mempunyai

potensi ancaman yang nyata terhadap kapasitas nasional dalam mewujudkan pasokan pangan yang aman

untuk mendukung ketahanan pangan yang mantap. Oleh sebab itu kebijaksanaan yang secara khusus

ditujukan untuk mengendalikan konversi lahan sawah ke penggunaan lain sangat dirasakan urgensinya.

Agar implementasi kebijaksanaan efektif, system perhitungan mengenai kerugian akibat konversi lahan

sawah harus komprehensif dan pada saat yang sama diperlukan perbaikan dalam sistem pemantauan,

pendataan, dan dokumentasi mutasi lahan.

3.5 Isu-isu Strategis

Isu strategis yang tertuang di dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat mencakup aksesibilitas dan mutu

pelayanan pendidikan masyarakat, pelayanan kesehatan masyarakat, ketersediaan dan pelayanan

infrastruktur, penanganan kemiskinan dan pengangguran, penanganan bencana alam, pengendalian

lingkungan hidup, penanganan ketenagakerjaan, pemerintahan dan politik, pengendalian kependudukan,

pemberdayaan ekonomi, apresiasi budaya daerah dan pemerintahan otonom.

Memperhatikan isu-isu strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat, terkait dengan dinamika

perkembangan masalah pembangunan ketahanan pangan dan peternakan di Provinsi Jawa Barat baik

kualitas maupun kuantitasnya, maka terdapat beberapa isu strategis yaitu :

1. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

2. Masih rendahnya kualitas konsumsi protein hewani di masyarakat

43

3. Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras

4. Tingginya ketergantungan impor pangan strategis

5. Masih rendahnya ketahanan pangan rumah tangga di wilayah rawan pangan

6. Masih ditemukannya kasus ketidakamanan pangan

7. Belum optimalnya produksi dan produktivitas ternak

8. Masih terbatasnya sumber daya manusia pangan dan ternak

9. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya kepastian lahan peruntukan peternakan

10. Lemahnya perlindungan terhadap peternak

11. Terbatasnya aksesbilitas peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan;

12. Masih tingginya ancaman terhadap penyakit hewan menular strategis dan zoonosis;

Tabel 11. Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah Serta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya

No

Rencana Tata Ruang Wilayah Terkait Tugas dan Fungsi Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan

Permasalahan Pelayanan Dinas

Peternakan Prov Jabar

Faktor

Penghambat Pendorong

1.

2.

Pengembangan Desa Mandiri Pangan Pengembangan PKN, PKW dan pusat pengembangan yang berada di wilayah pengembangan Provinsi Jawa Barat mempersempit lahan peternakan sehingga diperlukan inovasi baru dalam budi daya ternak

Masih tingginya tingkat kerawanan pangan di jawa barat.

Pelayanan belum dapat dilaksanakan secara optimal

1. Tidak semua Kab./Kota memiliki data desa rawan pangan.

2. Belum sinerginya pelayanan karena lemahnya koordinasi antar instansi

3. Masih kurangnya tenaga teknis peternakan

4. Semakin terbatasnya lahan untuk peternakan

1. Adanya dukungan anggaran APBN

2. Adanya dukungan pemerintah pusat dan provinsi untuk mengembangkan investasi

3. Adanya kebutuhan investor dan calon investor akan jasa layanan Dinas Peternakan

Tabel 12. Permasalahan Pelayanan OPD Berdasarkan Analisis KLHS serta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya

No. KLHS terkait tugas pokok dan

fungsi Permasalahan Pelayanan

OPD

Faktor

Penghambat Pendorong

1. 2. 3.

Kondisi iklim yang tidak stabil (anomali iklim) dapat mengakibatkan terjadinya gagal panen yang menimbulkan kondisi Rawan Pangan Banyaknya daerah rawan bencana alam Kontribusi sektor peternakan terhadap perekonomian Jawa Barat Penyerapan tenaga

Belum semua Desa memiliki lumbung pangan masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya Rawan Pangan Lambannya antisipasi dalam penyaluran bantuan pangan terhadap korban bencana alam a. Belum maksimalnya

pelaksanaan tupoksi yang dikaitkan

Belum terdatanya lumbung pangan yang dibangun oleh masyarakat Terbenturnya birokrasi dalam penyaluran cadangan pangan a. Belum optimalnya akses

informasi peternakan b. Rendahnya tingkat

Dukungan Anggaran yang bersumber dari APBN Tersedianya cadangan pangan pemerintah dalam jumlah yang cukup a. Sudah diterbitkannya

Undang-undang peternakan yang

44

No. KLHS terkait tugas pokok dan

fungsi Permasalahan Pelayanan

OPD

Faktor

Penghambat Pendorong

kerja di sektor peternakan Dampak investasi sektor peternakan Kerjasama antar instansi Pengurangan efek rumah kaca dari sektor peternakan

dengan RT/RW b. Seringkali

terhambatnya program karena dibatasi tahun anggaran

partisipasi generasi penerus yang mau berusaha di bidang peternakan

c. Ada beberapa regulasi yang menghambat perkembangan sektor peternakan, misalnya masalah pencemaran udara, retribusi ataupun pajak

d. Sebagai sektor penghasil limbah, sektor peternakan sering menjadi tumpuan kesalahan penyebab polusi sehingga sektor ini harus mempunyai rentah yang cukup jauh dengan permukiman penduduk

baru sebagai pedoman bagi sektor peternakan

b. Banyak peternak dan perusahaan peternakan yang telah memanfaatkan teknologi penanganan limbah menjadi biogas ataupun kompos

Tabel 13. Skor Penentuan Isu Strategis

1 Kriteria Bobot

1 Memiliki pengaruh yang lebih besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran Renstra Ditjen PKH atau Renstra Provinsi

20

2 Merupakan tugas dan tanggungjawab 20

3 Dampak yang ditimbulkannya terhadap publik 20

4 Mempunyai daya ungkit untuk pembangunan daerah 15

5 Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani 10

6 Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan 15

Total 100

Tabel 14. Nilai Skala Kriteria

No Isu Strategis Nilai Skala ke- Total

1 2 3 4 5 6

1. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

20 20 20 15 10 10 95

2. Rendahnya kualitas konsumsi protein hewani 15 20 20 15 10 10 90

3 Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras

15 20 15 15 10 10 85

4. Tingginya ketergantungan impor pangan strategis 20 20 15 15 10 10 90

5. Ketersediaan pangan dan ternak masih tergantung pada pangan dan ternak impor/luar daerah

20 15 15 15 10 10 85

6. Masih ditemukannya kasus ketidaknyamanan pangan 15 20 15 15 10 10 85

7. Belum optimalnya produksi dan produktivitas ternak 20 15 15 10 10 10 80

8. Terbatasnya sumber daya manusia pangan dan ternak 15 15 15 10 10 10 75

9. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya 20 20 20 15 10 10 95

45

No Isu Strategis Nilai Skala ke- Total

1 2 3 4 5 6

kepastian lahan untuk peternakan

10. Lemahnya perlindungan terhadap peternak 15 15 10 10 10 10 70

11. Terbatasnya aksesbilitas peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan

15 20 15 10 10 10 80

12. Tingginya ancaman terhadap penyakit hewan menular strategis dan zoonosis

15 15 15 15 10 10 80

Tabel 15. Rata-Rata Skor Isu Strategis

No. Isu-Isu Strategis Total Skor

Rata-rata Skor

1. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. 95 15,83

2. Rendahnya kualitas konsumsi protein hewani di masyarakat 90 15,00

3 Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras 85 14,16

4. Tingginya ketergantungan impor pangan strategis 90 15,00

5. Ketersediaan pangan dan ternak masih tergantung pada pangan dan ternak impor/luar daerah

85 14,16

6. Masih ditemukannya kasus ketidaknyamanan pangan 85 14,16

7. Belum optimalnya produksi dan produktivitas ternak 80 13,33

8. Terbatasnya sumber daya manusia pangan dan ternak 75 12,50

9. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya kepastian lahan untuk peternakan 95 15,83

10. Lemahnya perlindungan terhadap peternak 70 11,66

11. Terbatasnya aksesbilitas peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan 80 13,33

12. Tingginya ancaman terhadap penyakit hewan menular strategis dan zoonosis 80 13,33

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata skor isu strategis, maka dapat diurutkan isu strategis dari

nilai tertinggi sampai dengan terendah sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 16. Urutan Hasil Perhitungan berdasarkan rata-rata skor Isu Strategis

No. Isu-Isu Strategis Total Skor Rata-rata

Skor

1. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

95 15,83

2. Tingginya alih fungsi lahan untuk pangan dan tidak adanya kepastian lahan untuk 95 15,83

46

No. Isu-Isu Strategis Total Skor Rata-rata

Skor

peternakan

3. Rendahnya kualitas konsumsi protein hewani 90 15,00

4. Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras 90 15,00

5. Ketersediaan pangan dan ternak masih tergantung pada pangan dan ternak impor/luar daerah

85 14,16

6. Masih ditemukannya kasus ketidakamanan pangan 85 14,16

7. Tingginya ketergantungan impor pangan strategis 85 14,16

8. Belum optimalnya produksi dan produktivitas ternak 80 13,33

9. Terbatasnya aksesbilitas peternak terhadap sarana produksi, pemasaran dan permodalan

80 13,33

10. Terbatasnya sumber daya manusia pangan dan ternak 80 13,33

11. Lemahnya perlindungan terhadap peternak 75 12,50

12. Tingginya ancaman terhadap penyakit hewan menular strategis dan zoonosis 70 11,66

47

BAB IV

TUJUAN DAN SASARAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN

PROVINSI JAWA BARAT

Dalam upaya mendukung terwujudnya Visi dan Misi Jawa Barat yaitu “Maju dan Sejahtera

untuk Semua”, serta mempertimbangkan permasalahan dan isu strategis pembangunan Ketahanan

Pangan dan Peternakan di Jawa Barat, maka Visi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat pada Tahun 2013 – 2018 adalah :

“Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun 2018”

Arti dari VISI tersebut adalah bahwa Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa

Barat berkeinginan menjadi dinas yang memiliki kemampuan dan komitmen mengelola, menghasilkan,

mengolah dan memanfaatkan produksi pangan hewani yang beranekaragam dari dalam negeri untuk

menjamin pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Jawa Barat Tahun 2018.

Mengacu kepada Visi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat dimaksud

maka Misi yang akan dilaksanakan pada Tahun 2013 – 2018 adalah sebagai berikut :

Misi 1 : Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak.

Misi 2 : Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat berbasis

sumberdaya lokal

Misi 3 : Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang berwawasan

lingkungan dan berdaya saing.

Misi 4 : Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner yang kondusif..

Misi 5 : Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan peternakan.

4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa

Barat

4.1.1. Tujuan

Tujuan penyelenggaraan fungsi ketahanan pangan dan peternakan oleh Dinas Ketahanan

Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah :

1. Meningkatkan ketersediaan pangan masyarakat

2. Meningkatkan konsumsi dan keamanan pangan masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang,

aman dan halal berbasis sumberdaya lokal.

3. Meningkatkan populasi, produksi dan daya saing produk peternakan.

4. Meningkatkan status kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.

48

5. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan pangan dan peternakan

4.1.2. Sasaran

Sasaran strategis penyelenggaraan fungsi ketahanan pangan dan peternakan oleh Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah :

1. Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup..

2. Meningkatnya kualitas pangan dan gizi.

3. Meningkatnya populasi, produksi dan daya saing produk.

4. Terkendalinya penyakit hewan menular strategis dan zoonosa serta keamanan produk hewan

5. Meningkatnya kinerja sumber daya Manusia dan kelembagaan pangan dan peternakan

Tabel 17. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat Tahun 2014-2018

Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

2014 2015 2016 2017 2018

1 2 3 4

Visi : "Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun 2018"

Misi 1. Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak

1.1 Meningkatkan ketersediaan pangan masyarakat.

1.1.1 Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup.

1.1.1.1 Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah (ton)

400 400 450 500 1.000

1.1.1.2 Ketersediaan Informasi, Harga dan Akses pangan (%)

100 100 100 100 100

1.1.1.3 Prosentase Desa Rawan Pangan yang Tertangani (%)

20 40 40 40 45

Misi : 2. Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat berbasis sumberdaya lokal

2.1 Meningkatkan konsumsi dan keamanan pangan masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, aman dan halal berbasis sumberdaya lokal

2.1.1 Meningkatnya kualitas pangan dan gizi

2.1.1.1 Skor Pola Pangan Harapan (Poin)

74 76 78 80 84,3

2.1.1.2 Konsumsi Beras per Kapita (kg/kapita/Tahun)

90 88 86 85 84

Misi : 3. Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan dan berdaya saing

3.1 Meningkatkan populasi, produksi dan daya saing produk peternakan

3.1.1 Meningkatnya populasi, produksi dan daya saing produk

3.1.1.1 Peningkatan produksi komoditas peternakan (%) :

- Daging 715.901 741.709 768.495 797.661 3

- Telur 204.344 210.664 217.235 224.089 2

- Susu 252.557 261.792 268.797 276.079 2

3.1.1.2 Peningkatan Populasi Komoditas Peternakan (%) :

- Ruminansia besar

3

Sapi Potong 401.024 447.978 466.272 486.402

Sapi Perah 109.024 140.555 143.774 148.156

Kerbau 109.386 138.017 143.594 149.670

- Ruminansia kecil 5

Domba` 9.942.711 11.022.084 12.285.690 13.754.734

49

Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Target

2014 2015 2016 2017 2018

1 2 3 4

Kambing 2.367.031 2.420.985 2.477.171 2.535.756

- Unggas

3

Ayam Ras Petelur

13.211.939 13.572.330 13.941.114 14.331.790

Ayam Ras Pedaging

120.026.952 125.785.511 131.860.302 138.506.124

Ayam Buras 27.352.287 28.117.785 28.939.719 29.841.442

Itik 9.417.538 9.801.117 10.207.731 10.626.370

3.1.1.3 Jumlah yang menerapkan system jaminan mutu produk (pelaku)

48 54 52 54 56

Misi : 4. Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang kondusif.

4.1 Meningkatkan status kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

4.1.1 Terkendalinya penyakit hewan menular strategis dan zoonosa serta keamanan produk hewan

4.1.1.1 Prosentase Penurunan kejadian PHMS (Anthrax, Avian Influenza, Brucellosis dan Rabies)

5

- Anthtrax (kasus/tahun)

0 0 0 0

- Rabies (kasus/tahun)

0 0 0 0

- Al (kasus/tahun)

65 60 55 50

- Brucellosis (prevalensi %)

4 3.5 3 2.5

4.1.1.2 Prosentase produk peternakan yang sesuai SNI (%) :

- Daging 60 62 65 68 70

- Telur 60 62 65 68 70

- Susu 50 51 52 53 55

Misi 5. Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan peternakan

5.1 Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan pangan dan peternakan

5.1.1 Meningkatnya kinerja sumber daya Manusia

dan kelembagaan pangan dan peternakan

5.1.1.1 Prosentase kapasitas kompetensi SDM aparatur dan masyarakat bidang ketahanan pangan (%)

75 75 75 75 80

5.1.1.2 Jumlah kelompok yang meningkatkan usahanya (kelompok)

30 30 30 30 30

50

BAB. V

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN

PROVINSI JAWA BARAT

5.1. Strategi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

Strategi dalam penyelenggaraan pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Tahun

2013-2018 adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kapasitas produksi pangan melalui penetapan lahan abadi untuk produksi pangan

dalam rencana tata ruang wilayah dan meningkatkan kualitas lingkungan serta sumberdaya lahan

dan air.

2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem distribusi dan perdagangan pangan melalui

pengembangan infrastruktur distribusi, pengembangan jaringan pemasaran dan distribusi antar

daerah serta membuka daerah yang terisolir, pengembangan sistem informasi pasar, dan penguatan

lembaga pemasaran daerah.

3. Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam

pemenuhan pangan sebagai implementasi Pemenuhan hak atas pangan

4. Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) melalui promosi konsumsi pangan lokal (umbi-

umbian), sayuran dan buah-buahan, serta pangan hewani.

5. Pengembangan dan penerapan teknologi peternakan

6. Pembinan kelompok-kelompok pternak

7. Peningkatan kinerja sumberdaya dan kelembagaan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner

8. Meningkatkan kapasitas kompetensi SDM aparatur dan masyarakat bidang ketahanan pangan dan

peternakan

5.2. Arah Kebijakan

Kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018

dalam penyelenggaraan pelayanan ketahanan pangan dan peternakan adalah :

1. Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

2. Pengembangan dan Penguatan lembaga dIstribusi pangan, dan lembaga akses pangan masyarakat

3. Pembangunan Sistem aplikasi KM 0 Pro Poor sbg rujukan penanganan kemiskinan berdasarkan

pendekatan by name by address by picture

4. Penetapan Pola Pangan Harapan (PPH) sebagai salah satu indiaktor keberhasilan Pembangunan

Daerah dalam RPJMD Jawa Barat Tahun 2013-2018

51

5. Implementasi Pergub No. 60 TH 2010 tentang Perce-patan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Berbasis Potensi Lokal

6. Pengembangan usaha, prasarana dan sarana peternakan

7. Pengembangan kawasan peternakan

8. Peningkatan pengendalian penyakit hewan dan keamanan produk hewan

9. Peningkatan kuantitas, kualitas, keamanan produk hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

10. Peningkatan Dewan ketahanan Pangan dan Peningkatan manajemen kelembagaan ketahanan

pangan dan peternakan

11. Peningkatan manajemen kelembagaan ketahanan pangan dan peternakan serta pembinaan pelatihan

dan keterampilan.

Tabel 18. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Visi : "Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun 2018"

Misi 1. Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak

No Tujuan Sasaran Strategis Strategis Kebijakan

1.1 Meningkatkan ketersediaan pangan masyarakat.

1.1.1 Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup.

1 Meningkatkan kapasitas produksi pangan melalui penetapan lahan abadi untuk produksi pangan dalam rencana tata ruang wilayah dan meningkatkan kualitas lingkungan serta sumberdaya lahan dan air.

1 Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

2 Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem distribusi dan perdagangan pangan melalui pengembangan infrastruktur distribusi, pengembangan jaringan pemasaran dan distribusi antar daerah serta membuka daerah yang terisolir, pengembangan sistem informasi pasar, dan penguatan lembaga pemasaran daerah.

2 Pengembangan dan Penguatan lembaga dIstribusi pangan, dan lembaga akses pangan masyarakat

3 Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi Pemenuhan hak atas pangan

3 Pembangunan Sistem aplikasi KM 0 Pro Poor sbg rujukan penanganan kemiskinan berdasarkan pendekatan by name by address by picture

Misi : 2. Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat berbasis sumberdaya lokal

No Tujuan Sasaran Strategis Strategis Kebijakan

2.1 Meningkatkan konsumsi dan keamanan pangan masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, aman dan halal berbasis sumberdaya lokal

2.1.1 Meningkatnya kualitas pangan dan gizi

1 Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) melalui promosi konsumsi pangan lokal (umbi-umbian), sayuran dan buah-buahan, serta pangan hewani.

1 Penetapan Pola Pangan Harapan (PPH) sebagai salah satu indiaktor keberhasilan Pembangunan Daerah dalam RPJMD Jawa Barat Tahun 2013-2018

2 Implementasi Pergub No. 60 TH 2010 tentang Perce-patan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Potensi Lokal

52

Misi : 3. Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan dan berdaya saing

No Tujuan Sasaran Strategis Strategis Kebijakan

3.1 Meningkatkan populasi, produksi dan daya saing produk peternakan

3.1.1 Meningkatnya populasi, produksi dan daya saing produk

1 Pengembangan dan penerapan teknologi peternakan

1 Pengembangan usaha, prasarana dan sarana peternakan

2 Pembinan kelompok-kelompok pternak

2 Pengembangan kawasan peternakan

Misi : 4. Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang kondusif.

No Tujuan Sasaran Strategis Strategis Kebijakan

4.1 Meningkatkan status kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

4.1.1 Terkendalinya penyakit hewan menular strategis dan zoonosa serta keamanan produk hewan

1 Peningkatan kinerja sumberdaya dan kelembagaan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

1 Peningkatan pengendalian penyakit hewan dan keamanan produk hewan

2 Peningkatan kuantitas, kualitas, keamanan produk hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

Misi 5. Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan peternakan

No Tujuan Sasaran Strategis Strategis Kebijakan

5.1 Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan pangan dan peternakan

5.1.1 Meningkatnya kinerja sumber daya Manusia dan kelembagaan pangan dan peternakan

1 Meningkatkan kapasitas kompetensi SDM aparatur dan masyarakat bidang ketahanan pangan dan peternakan

1 Peningkatan Dewan ketahanan Pangan dan Peningkatan manajemen kelembagaan ketahanan pangan dan peternakan

2 Peningkatan manajemen kelembagaan ketahanan pangan dan peternakan serta pembinaan pelatihan dan keterampilan

53

BAB VI

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN

6.1 RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA

BARAT TAHUN 2013 – 2018

Perencanaan pembangunan ketahanan pangan dan peternakan diarahkan untuk menghasilkan

rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara pemerintahan di provinsi dan kabupaten/kota dengan melibatkan peran masyarakat (individu,

keluarga, kelompok, masyarakat dan organisasi non pemerintah yang berkepentingan dengan kegiatan dan

hasil pembangunan baik sebagai penanggung biaya, pelaku, penerima manfaat maupun penanggung jawab).

Sebagaimana perencanaan pembangunan lainnya, perencanaan pembangunan ketahanan

pangan dan peternakan merupakan perpaduan perencanaan yang :

1) Partisipatif;

2) Dari atas (top-down)

3) Dari bawah (bottom-up)

Perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan

(Stakeholder) terhadap koordinasi, promosi dan kerjasama penanaman modal. Pelibatan mereka adalah

untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.

Perencanaan dari atas merupakan media untuk penyesuaian sumber dana penegakan rambu-

rambu substansi serta administrasi; sementara perencanaan dari bawah dilaksanakan agar rencana program

benar-benar realistik sesuai kondisi, kebutuhan, dan potensi lapangan. Proses dari atas dan dari bawah

diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional, Provinsi,Kabupaten/Kota,

Kecamatan dan Desa. Ketiga pendekatan ini harus didasarkan pada data yang akurat dan dapat

dipertanggung jawabkan, komitmen dan integritas perencanaan disemua lapisan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional; pada Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, sebagai

berikut :

1. Disusun Renstra sebagai acuan rencana program jangka menengah, mengacu pada RPJMD 2013-

2018;

2. Menindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja Anggaran

SKPD (RKA-SKPD);

3. Perumusan perencanaan dengan mengakomodasikan filosofi, konsep dan kebutuhan/Kondisi aktual di

bidang ketahanan pangan dan peternakan;

4. Merumuskan Jabaran Rencana Program Tahunan secara lebih “Holistik Integratif” : sesuai kebutuhan,

kemampuan di dalam konteks Pembangunan Daerah dan bidang lain, tidak Eksklusif dan Konservatif;

54

5. Mencermati proporsi-proporsi antar ruang-ruang mata anggaran sehingga pembelanjaan menjadi

efisien, tidak ada biaya terbuang, kegiatan optimal mengacu pada rambu-rambu pekerjaan sosial. Hal ini

sangat perlu disadari, agar karakteristik program-program pembangunan ketahanan pangan dan

peternakan jelas dan terarah;

6. Membuka komunikasi, informasi, koordinasi yang lebih luas dan bermanfaat dengan Daerah,

Masyarakat, Dunia Usaha dan lintas sektor dalam proses perencanaan, untuk mempertegas eksistensi,

memperkaya muatan dan menyerap aspirasi; perhatian untuk jajaran Legislatif;

7. Sosialisasi, arah, isi, mekanisme rencana program memanfaatkan sumber yang tersedia secara optimal,

sehingga pemahaman dan keselarasan provinsi, kabupaten/kota dan masyarakat menjadi optimal,

demikian pula dengan sosialisasi secara reguler dengan jajaran pengawasan sehingga antara fungsi

Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan benar-benar mengalir, antara lain menghasilkan “Roling

– Plan”.

8. Memperhatikan rambu-rambu penganggaran sesuai peruntukan sumber APBN (Dekonsentrasi dan

Tugas Perbantuan), sehingga perpaduan APBD-APBN dapat diarahkan untuk :

a. Meningkatkan Jangkauan Sasaran Program; dan

b. Meningkatkan Kualitas Pembangunan Ketahanan Pangan dan Peternakan;

6.2 PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA

BARAT TAHUN 2013-2018

Program adalah seperangkat kegiatan pembangunan yang diatur demikian rupa sehingga dapat

dilaksanakan oleh seluruh stakeholder di dalam sektor peternakan secara terurut dan terukur. Di dalam

konteks pencapaian sasaran dan tujuan, seluruh kegiatan Dinas akan berada di dalam koridor program-

program Pembangunan Jawa Barat dan Pembangunan Nasional. Berdasarkan visi dan misi yang telah

ditetapkan, terdapat beberapa program besar di dalam sektor ketahanan pangan dan peternakan yang juga

mengacu kepada RPJMD Jawa Barat. Program-program yang direncanakan tersebut disajikan berikut ini :

A. Program APBD

1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dengan sasaran meningkatnya cadangan pangan

pemerintah, meningkatnya ketersediaan informasi, harga dan akses pangan, menurunnya konsumsi

beras per kapita, meningkatnya pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dan meningkatnya

penanganan daerah rawan pangan.

2. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, dengan sasaran meningkatnya produksi,

produktivitas, dan kualitas produk peternakan, meningkatnya kinerja sumber daya pertanian Jawa

Barat serta meningkatnya kemampuan peran kelembagaan usaha agribisnis.

3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak, dengan sasaran terkendalinya hama

dan penyakit ternak.

55

4. Program peningkatan pemasaran Hasil Produksi Peternakan, dengan sasaran meningkatnya sarana

pemasaran hasil peternakan serta meningkatnya nilai tambah pengolahan hasil peternakan

5. Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, dengan sasaran

tercapainya kesesuaian antara perencanaan dengan implementasi, terwujudnya kesesuaian antara

dokumen perencanaan provinsi dengan pusat dan kabupaten/kota, serta tersedianya dokumen

perencanaan daerah, baik berupa data spasial maupun data sektoral

6. Program Peningkatan Kesejahteraan Sumber Daya Aparatur, dengan sasaran meningkatnya

pengetahuan dan keterampilan aparatur berbasis kompetensi

7. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dengan sasaran terpenuhinya kebutuhan dasar

operasional unit kerja lingkup Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam

mendukung tugas pokok dan fungsinya

8. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan sasaran meningkatkan pemenuhan

kebutuhan sarana dan prasarana kerja aparatur sesuai standar daerah

9. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan sasaran terpeliharanya sarana dan

prasarana operasional unit kerja lingkup Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa

Barat

10. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, dengan

sasaran meningkatkan pelayanan, pengelolaan, dan pelaporan keuangan daerah melalui

kesesuaian antara pelaporan capaian kinerja dengan peraturan yang berlaku

11. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah, dengan sasaran meningkatkan

pengelolaan data, sehingga data dan informasi pembangunan Jawa Barat tersedia tepat waktu,

akurat, dan disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan serta data dan informasi tersebut

tersimpan dalam sistem yang terintegrasi

B. Program APBN

1. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat dengan sasaran

pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga pangan, pengembangan ketersediaan dan

penanganan rawan pangan, pengembangan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan,

dukungan manajemen dan teknis lainnya badan ketahanan pangan.

2. Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat dengan sasaran

meningkatnya ketersedianaan pangan hewani, kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan

hewani, ketersediaan protein hewani asal ternak dan tersedianya daging sapi domestik, pemenuhan

pangan asal ternak, peningkatan daya saing dan peningkatan kesejahteraan peternak,

meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan.

3. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian, dengan tujuan

terlaksananya pengembangan fasilitas dalam pengelolaan lahan dan air melalui upaya

pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air, irigasi pertanian, dan perluasan area.

56

6.2.1 Rencana Kegiatan

Dalam Operasionalisasi kebijakan pembangunan ketahanan pangan dan peternakan di

Jawa Barat, dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pembangunan ketahanan pangan dan

peternakan, dimana kegiatan tersebut secara teknis sejalan dengan program-program Kementrian

Pertanian serta program Pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Kegiatan-kegiatan tersebut

adalah :

A. APBD

1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dilaksanakan melalui kegiatan :

1. Peningkatan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

2. Penguatan Pemasaran dan Distribusi Pangan

3. Pengembangan Sumber Daya dan Cadangan Pangan

4. WUB Pembinaan Wirausahawan Baru Bidang Peternakan

5. Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium Balai Pelayanan

Veteriner

6. Kegiatan Pengembangan Balai Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah

(OKKP-D)

7. Peningkatan Konsumsi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang

Ketahanan Pangan dan Peternakan

2) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, dilaksanakan melalui kegiatan :

1. Pengujian Mutu Pakan Secara Laboratories Di UPTD Balai Pengujian Mutu dan

Keamanan Pakan /Bahan PakanTernak Cikole-Lembang

2. Pengembangan Ternak Unggas di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

3. Pemurnian Ternak Unggas Lokal (Plasma Nutfah Jawa Barat) di UPTD BPPT Unggas

Jatiwangi

4. Pelayanan UPTD BPPIBTSP Bunikasih pada Kelompok Ternak Sapi Perah

5. Pelatihan Teknis Ketahanan Pangan dan Peternakan

6. Kegiatan Pengujian Penyakit Ternak, Pakan dan Produksi Hasil Ternak di BPT Sapi

Perah dan HPT Cikole Lembang

7. Peningkatan Produksi dan Produktifitas Ternak

8. Kegiatan Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak di BPT Sapi

Perah dan HPT Cikole Lembang

9. Pengujian dan Aplikasi Teknologi Untuk Peningkatan Performance Ternak Domba

10. Pengembangan Ternak Domba di UPTD BPPTDK Margawati dan SUPPTDK

Bunihayu

11. Pelayanan UPTD BPPT Domba Margawati pada Kelompok Ternak Domba/ Kambing

12. Pengembangan Sapi Perah di UPTD BPPIB TSP Bunikasih

13. Pengujian Pembibitan Ternak Sapi Perah di UPTD BPPIBTSP Bunikasih

57

14. Pelayanan Teknis Kebutuhan Dasar di UPTD BPPIB Ternak Sapi Potong Ciamis

3) Program Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak, dilaksanakan

melalui kegiatan :

1. Kegiatan Pelayanan Medis di Rumah Sakit Hewan Jawa Barat

2. Pengendalian, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

3. Pelayanan Pengujian Penyakit Hewan dan Produk Hewan di Balai Pelayanan

Veteriner Cikole

4. Fasilitasi Akreditasi Laboratorium Pengujian di Balai Pelayanan Veteriner

4) Program peningkatan pemasaran Hasil Produksi Peternakan dilaksanakan melalui kegiatan

:

1. Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Usaha Peternakan

2. Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner

3. Kegiatan Koordinasi dan Pembinaan Kelembagaan Pasar Ternak

5) Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah dilaksanakan melalui kegiatan :

1. Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Ketahanan Pangan dan Peternakan

6) Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah dilaksanakan

melalui kegiatan

1. Kegiatan Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat

2. Penyusunan Program dan Evaluasi Kegiatan Pelatihan di UPTD Balai Pelatihan

Peternakan dan Ketahanan Pangan Cikole Lembang

7) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan,

dilaksanakan melalui kegiatan :

1. Evaluasi dan Pelaporan Internal

8) Program Peningkatan Kesejahteraan Sumber Daya Aparatur, dilaksanakan melalui kegiatan : 1. Kegiatan Penyediaan Kerohanian, Sarana dan Prasarana Olahraga serta

2. Pakaian Aparatur di UPTD Balai Pengujian Mutu dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan

Cikole Lembang

3. Kegiatan Penyediaan Kerohanian, Sarana dan Prasarana Olahraga serta Pakaian

Aparatur di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

4. Kegiatan Penyediaan Kerohanian, Sarana dan Prasarana Olahraga serta Pakaian

Aparatur

5. Kegiatan Penyediaan Diklat, Kursus Singkat dan Bimtek Aparatur

9) Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur

1. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD Balai Pelatihan

Peternakan dan Ketahanan Pangan Cikole Lembang

58

2. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di UPTD

Balai Pelatihan Peternakan dan Ketahanan Pangan Cikole Lembang

3. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di di UPTD Balai Pelatihan

Peternakan dan Ketahanan Pangan Cikole Lembang

4. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di di UPTD Balai

Pelatihan Peternakan dan Ketahanan Pangan Cikole Lembang

5. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD BPT Sapi Perah dan

HPT Cikole Lembang

6. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD BPPT Unggas

Jatiwangi

7. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD Balai Pengujian Mutu

dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan Cikole Lembang

8. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di UPTD

BPT Sapi Perah dan HPT Cikole Lembang

9. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di UPTD

BPPT Unggas Jatiwangi

10. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di UPTD

Balai Pengujian Mutu dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan Cikole Lembang

11. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di UPTD BPT Sapi Perah dan

HPT Cikole Lembang

12. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di UPTD Balai Pengujian Mutu

dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan Cikole Lembang

13. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di UPTD BPPT Unggas

Jatiwangi

14. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD Balai Kesehatan

Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

15. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di UPTD BPT Sapi

Perah dan HPT Cikole Lembang

16. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di UPTD BPPT

Unggas Jatiwangi

17. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di UPTD Balai

Pengujian Mutu dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan Cikole Lembang

18. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di UPTD

Balai Pelayanan Veteriner Cikole Lembang dan 4 Sub Unit Pelayanan

19. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di UPTD Balai Kesehatan

Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan 4 Sub Unit Pelayanan

59

20. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di UPTD Balai

Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan 4 Sub Unit Pelayanan

21. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD Rumah Sakit Hewan

Jawa Barat

22. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di

Rumah Sakit Hewan Jawa Barat

23. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di UPTD Rumah Sakit Hewan

Jawa Barat

24. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di UPTD Rumah

Sakit Hewan Jawa Barat

25. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor

26. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas

27. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor

28. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya

29. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD BPPIB Ternak Sapi

Potong Ciamis

30. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di UPTD

BPPIB Ternak Sapi Potong Ciamis

31. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di UPTD BPPIB Ternak Sapi

Potong Ciamis

32. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di UPTD BPPIB

Ternak Sapi Potong Ciamis

33. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD BPPIBTSP Bunikasih

34. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di UPTD

BPPIBTSP Bunikasih

35. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di UPTD BPPIBTSP Bunikasih

36. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di UPTD BPPIBTSP

Bunikasih

37. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di UPTD BPPTDK Margawati

dan SUPPTDK Bunihayu

38. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di BPPTDK

Margawati dan SUPPTDK Bunihayu

39. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di UPTD

BPPTDK Margawati dan SUPPTDK Bunihayu

40. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD BPPTDK Margawati

dan SUPPTDK Bunihayu

60

41. Kegiatan Penyediaan Alat Pendukung Fasilitas Kantor di UPTD Balai Pengawasan

Mutu dan Keamanan Pangan

42. Kegiatan Penyediaan Jasa Keamanan dan Kebersihan Beserta Peralatannya di UPTD

Balai Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan di UPTD Balai Pengawasan Mutu

dan Keamanan Pangan

43. Kegiatan Penyediaan Pemeliharaan Kendaraaan Dinas di UPTD Balai Pengawasan

Mutu dan Keamanan Pangan

44. Kegiatan Pemeliharaan Perabotan, Fasilitas dan Gedung Kantor di UPTD Balai

Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

10) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, dilaksanakan melalui kegiatan :

1. Peningkatan Sarana dan Prasarana UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

2. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana di UPTD Balai Kesehatan Hewan dan

Kesehatan Masyarakat Veteriner

3. Peningkatan Sarana dan Prasarana di UPTD BPPIBTSP Bunikasih

4. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan

11) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dilaksanakan melalui kegiatan :

1. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD Balai Pelatihan Peternakan

dan Ketahanan Pangan Cikole Lembang

2. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor di UPTD Balai Pelatihan Peternakan dan

Ketahanan Pangan Cikole Lembang

3. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD Balai Pelatihan

Peternakan dan Ketahanan Pangan Cikole Lembang

4. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD Balai Pengujian Mutu dan

Keamanan Pakan/Bahan Pakan Cikole Lembang

5. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

6. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor dan Tenaga Kerja Non Pegawai di UPTD

BPPT Unggas Jatiwangi

7. Kegiatan Penyediaan Sewa, Publikasi dan Dokumentasi Kantor di UPTD BPPT

Unggas Jatiwangi

8. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor di UPTD Balai Pengujian Mutu dan

Keamanan Pakan/Bahan Pakan Cikole Lembang

9. Belanja Publikasi di UPTD Balai Pengujian Mutu dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan

Cikole Lembang

10. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD BPPT Unggas

Jatiwangi

61

11. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD Balai Kesehatan Hewan

dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

12. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD Balai Pengujian Mutu

dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan Cikole Lembang

13. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor di di UPTD Balai Kesehatan Hewan dan

Kesehatan Masyarakat Veteriner

14. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD Rumah Sakit Hewan Jawa

Barat

15. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD BPT Sapi Perah dan HPT

Cikole Lembang

16. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor di UPTD BPT Sapi Perah dan HPT Cikole

Lembang

17. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD BPT Sapi Perah dan

HPT Cikole Lembang

18. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD Rumah Sakit Hewan

Jawa Barat

19. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor dan Tenaga Kerja Non Pegawai di UPTD

Rumah Sakit Hewan Jawa Barat

20. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor

21. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor

22. Kegiatan Penyediaan Sewa, Publikasi dan Dokumentasi Kantor

23. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor

24. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD BPPIBTSP Bunikasih

25. Kegiatan Penyediaan Sewa, Publikasi dan Dokumentasi Kantor di UPTD BPPIBTSP

Bunikasih

26. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD BPPIBTSP Bunikasih

27. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD BPPIB Ternak Sapi Potong

Ciamis

28. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor dan Tenaga Kerja Non Pegawai di UPTD

BPPIB Ternak Sapi Potong Ciamis

29. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD BPPIB Ternak Sapi

Potong Ciamis

30. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD BPPTDK Margawati dan

SUPPTDK Bunihayu

31. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD Balai Kesehatan

Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan 4 Sub Unit Pelayanan

62

32. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor di UPTD BPPTDK Margawati dan SUPPTDK

Bunihayu

33. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD BPPTDK Margawati

dan SUPPTDK Bunihayu

34. Kegiatan Penyediaan Barang Habis Pakai Kantor di UPTD Balai Pengawasan Mutu

dan Keamanan Pangan

35. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor di UPTD Balai Pengawasan Mutu dan

Keamanan Pangan

36. Kegiatan Penyediaan Sewa, Publikasi dan Dokumentasi Kantor di UPTD Balai

Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

37. Kegiatan Penyediaan Rapat Internal dan Luar Kantor di UPTD Balai Pengawasan

Mutu dan Keamanan Pangan

38. Kegiatan Penyediaan Langganan Kantor dan Tenaga Kerja Non Pegawai di UPTD

BPPIBTSP Bunikasih

B. APBN

1) Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat, kegiatan yang

dilaksanakan :

1. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

2. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

2) Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, kegiatan

yang dilaksanakan :

1. Peningkatan Produksi Pakan Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal

2. Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan

3. Penyediaaan Benih dan Bibit Serta Peningkatan Produksi Ternak

4. Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal)

5. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan

6. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak

6.3 KELOMPOK SASARAN

Dalam pelaksanaan kegiatan di Lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat t terdapat 2 ( dua ) kelompok sasaran, yaitu :

a. Kelompok Tani dan Ternak

Berkaitan pelayanan di bidang ketahanan pangan dan peternakan sasaran pelayanan adalah petani dan

peternak

63

b. Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota merupakan sasaran pelayanan dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan

produksi dan produktivitas hasil ternak

6.4 PENDANAAN INDIKATIF

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan kegiatan

pembangunan bidang ekonomi, dalam pendanaan diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang

proporsional, efisien dan efektif, dengan berprinsip pada pro growth, pro poor, pro job, pro environment, pro

public, melalui belanja langsung dan belanja tidak langsung yang bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat.

Untuk lebih lengkapnya program, kegiatan, pendanaan, tujuan, sasaran dan indikator dapat dilihat

pada tabel berikuti ini :

64

Tabel 19. Program, Kegiatan, Pendanaan, Tujuan, Sasaran dan Indikator

No Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (outcome)

dan Kegiatan (output)

Data Capaian

pada Tahun Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Lokasi

Tahun-1 (2014) Tahun-2 (2015) Tahun-3 (2016) Tahun-4 (2017) Tahun-5 (2018) Kondisi Kinerja pada akhir periode Renstra

OPD

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Visi : "Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun 2018”

Misi 1. Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak

1.1 Meningkatkan ketersediaan pangan masyarakat.

1.1.1 Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup.

1.1.1.1 Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah (ton)

Pengembangan Sumber Daya dan Cadangan Pangan

206 400 3.900 400 4.250 450 100 500 4.750 1.000 1.803 2.750 14.803 Bandung

1.1.1.2 Ketersediaan Informasi, Harga dan Akses pangan (%)

Penguatan Pemasaran dan Distribusi Pangan

67 100 - 100 0 100 0 100 1.500 100 863 100 2.363 Bandung

1.1.1.3 Prosentase Desa Rawan Pangan yang Tertangani (%)

Peningkatan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

25 20 5.000 40 0 40 0 40 - 45 865 45 23.031 Bandung

Misi : 2. Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat berbasis sumberdaya lokal

2.1 Meningkatkan konsumsi dan keamanan pangan masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, aman dan halal berbasis sumberdaya lokal

2.1.1 Meningkatnya kualitas pangan dan gizi

2.1.1.1 Skor Pola Pangan Harapan (Poin)

1 Peningkatan Konsumsi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Ketahanan Pangan dan Peternakan

75 74 100 76 150 78 200 80 200 84,3 2.704 84,3 3.354 Bandung

2 Kegiatan Pengembangan di UPTD Balai Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

74 100 76 150 78 200 80 200 84,3 1.549 84,3 2.199 Bandung Barat

2.1.1.2 Konsumsi Beras per Kapita (kg/kapita/Tahun)

Peningkatan Konsumsi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Ketahanan Pangan dan Peternakan

91 90 88 86 85 84 2.704 84 2.704 Bandung

Misi : 3. Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan dan berdaya saing

3.1 Meningkatkan populasi, produksi dan daya saing produk peternakan

3.1.1 Meningkatnya populasi, produksi dan daya saing produk

3.1.1.1 Peningkatan produksi komoditas peternakan :

- Daging Pengembangan Ternak Domba di UPTD BPPTDK Margawati dan SUPPTDK Bunihayu

709.702 715.901 1.333 741.709 1.999 768.495 1.952 797.661 6.705 827.497 3.455 3.851.263 15.444 Garut

- Telur 1 Pengembangan Ternak Unggas di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

211.994 204.344 - 210.664 453 217.235 967 224.089 3.594 233.232 4.904 1.089.564 9.918 Majalengka

65

No Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (outcome)

dan Kegiatan (output)

Data Capaian

pada Tahun Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Lokasi

Tahun-1 (2014) Tahun-2 (2015) Tahun-3 (2016) Tahun-4 (2017) Tahun-5 (2018) Kondisi Kinerja pada akhir periode Renstra

OPD

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

2 Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium di UPTD Balai Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

204.344 - 210.664 453 217.235 967 3.594 233.232 300 865.475 5.314 Bandung Barat

- Susu Kegiatan Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak di UPTD BPT Sapi Perah dan HPT Cikole Lembang

255.548 252.557 3.105 261.792 4.071 268.797 4.045 276.079 4.394 283.655 3.334 7.149.182 18.949 Bandung Barat

3.1.1.2 Peningkatan Populasi Komoditas Peternakan (%) :

- Ruminansia besar

- Sapi Potong

Pelayanan Teknis Kebutuhan Dasar di UPTD BPPIB Ternak Sapi Potong Ciamis

382.949 401.024 1.141 447.978 5.189 466.272 4.012 486.402 951 508.735 4.404 2.310.411 15.697 Ciamis

- Sapi Perah

1 Pengembangan Sapi Perah di UPTD BPPIB TSP Bunikasih

103.832 109.024 2.620 140.555 6.738 143.774 5.177 148.156 4.175 152.709 3.381 694.218 22.091 Cianjur

2 Pelayanan UPTD BPPIBTSP Bunikasih pada Kelompok Ternak Sapi Perah

109.024 2.620 140.555 6.738 143.774 5.177 148.156 4.175 152.709 136 694.218 18.846 Cianjur

- Kerbau Peningkatan Produksi dan Produktifitas Ternak

108.303 109.386 - 138.017 235 143.594 580 149.670 644 156.318 5.202 696.985 63.295 Bandung

- Ruminansia kecil

0 0

- Domba` Pengujian dan Aplikasi Teknologi Untuk Peningkatan Performance Ternak Domba di UPTD BPPTDK Margawati dan SUPPTDK Bunihayu

9.391.590 9.942.711 3.964 11.022.084 4.549 12.285.690 4.027 13.754.734 610 15.487.426 514 62.492.645 133.593 Garut

- Kambing Pelayanan UPTD BPPT Domba Margawati pada Kelompok Ternak Domba/Kambing

2.559.699 2.367.031 1.565 2.420.985 188 2.477.171 - 2.535.756 948 1.596.099 230 11.397.042 2.931 Garut

- Unggas 0 0

- Ayam Ras Petelur

Pemurnian Ternak Unggas Lokal (Plasma Nutfah Jawa Barat) di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

12.882.262 13.211.939 - 13.572.330 285 13.941.114 393 1.433.179 245 14.727.929 532 56.886.491 137.979 Majalengka

- Ayam Ras Pedaging

Pemurnian Ternak Unggas Lokal (Plasma Nutfah Jawa Barat) di UPTD BPPT

106.756.896 120.026.952 585 125.785.511 653 131.860.302 900 138.506.124 123 145.638.730 532 661.817.619 143.703 Majalengka

66

No Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (outcome)

dan Kegiatan (output)

Data Capaian

pada Tahun Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Lokasi

Tahun-1 (2014) Tahun-2 (2015) Tahun-3 (2016) Tahun-4 (2017) Tahun-5 (2018) Kondisi Kinerja pada akhir periode Renstra

OPD

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Unggas Jatiwangi

- Ayam Buras

Pemurnian Ternak Unggas Lokal (Plasma Nutfah Jawa Barat) di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

27.497.344 27.352.287 1.988 28.117.785 851 28.939.719 700 29.841.442 500 30.867.468 532 145.118.701 286.253 Majalengka

- Itik Pemurnian Ternak Unggas Lokal (Plasma Nutfah Jawa Barat) di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

9.290.789 9.417.538 380 9.801.117 2.461 10.207.731 2.286 10.626.370 254 11.057.756 532 51.110.512 573.848 Majalengka

3.1.1.3 Jumlah yang menerapkan system jaminan mutu produk (pelaku)

1 Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Usaha Peternakan

- 48 0 385 52 601 50 1.282 50 653 200 2.921 Bandung

2 Kegiatan Pengujian Mutu Pakan Secara Laboratories di UPTD Balai Pengujian Mutu dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan Cikole Lembang

48 - 54 385 52 601 50 1.282 50 815 254 2.921 Bandung Barat

Misi : 4. Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang kondusif.

4.1 Meningkatkan status kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

4.1.1 Terkendalinya penyakit hewan menular strategis dan zoonosa serta keamanan produk hewan

4.1.1.1 Prosentase penurunan kejadian PHMS (Anthrax, Avian Influenza, Brucellosis dan Rabies)

5 5

- Anthtrax (kasus/tahun)

1 Pengendalian, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

- 0 0 0 0 0 1.527 0 1.527 Bandung

- Rabies(kasus/tahun)

2 Kegiatan Pelayanan Medis di UPTD Rumah Sakit Hewan Jawa Barat

- 0 0 0 0 0 470 0 470 Bandung Barat

- Avian Influenza (kasus/tahun)

3 Pelayanan Pengujian Penyakit Hewan dan Produk Hewan di UPTD Balai Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

73 65 60 55 50 45 100 45 100 Bandung Barat

- Brucellosis (prevalensi %)

4 Akreditasi Laboratorium Pengujian di UPTD Balai Kesehatan Hewan dan

4 4 3.5 3 2,5 2 100 2 100 Bandung Barat

67

No Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (outcome)

dan Kegiatan (output)

Data Capaian

pada Tahun Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Lokasi

Tahun-1 (2014) Tahun-2 (2015) Tahun-3 (2016) Tahun-4 (2017) Tahun-5 (2018) Kondisi Kinerja pada akhir periode Renstra

OPD

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Kesehatan Masyarakat Veteriner

4.1.1.2 Prosentase produk peternakan yang sesuai SNI (%) :

- Daging Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner

- 48 54 385 52 601 54 1.282 56 492 70 2.760 Bandung

- Telur Kegiatan Pengujian Penyakit Ternak, Pakan dan Produksi Hasil Ternak di UPTD BPT Sapi Perah dan HPT Cikole Lembang

- 60 62 65 68 70 565 70 565 Bandung Barat

- Susu Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner

- 50 51 52 53 55 492 55 492 Bandung

Misi 5. Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan peternakan

5.1 Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan pangan dan peternakan

5.1.1 Meningkatnya kinerja sumber daya Manusia dan kelembagaan pangan dan peternakan

5.1.1.1 Prosentase kapasitas kompetensi SDM aparatur dan masyarakat bidang ketahanan pangan (%)

Peningkatan Konsumsi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Ketahanan Pangan dan Peternakan

- 0 0 0 0 0 0 75 2.000 100 2.704 100 4.704 Bandung

5.1.1.2 Jumlah kelompok yang meningkatkan usahanya (kelompok)

1 WUB Pembinaan Wirausahawan Baru Bidang Peternakan

- 30 3.060 30 3.428 30 1.409 30 2.298 30 2.220 150 12.415 Bandung

2 Kegiatan Pembinaan Kelembagaan Pasar Ternak

30 3.060 30 3.428 30 1.409 30 2.298 30 150 150 10.345 Bandung

3 Pelatihan Teknis Peternakan dan Ketahanan Pangan di UPTD Balai Pelatihan Peternakan dan Ketahanan Pangan Cikole Lembang

30 3.060 30 3.428 30 1.409 30 2.298 30 626 150 10.821 Bandung Barat

1

68

BAB VII

KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN

Penetapan tujuan dan sasaran daerah bertujuan untuk memberikan arah tujuan dan sasaran dari visi

dan misi perangkat daerah dengan indikator kinerja yang menggambarkan mengenai ukuran keberhasilan

pencapaian dari visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini

ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau

indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode

RPJMD dapat dicapai.

Sesuai dengan araha kebijakan bidang ketahanan pangan dan peternakan, Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat telah menetapkan indikator kinerja yang akan dicapai Dinas dalam lima

tahun mendatang sebagai komitmen yang secara langsung mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD

adalah sebagaimana terlihat pada Tabel berikut :

Tabel 20. Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

No. Indikiator Kinerja Program Kondisi awal

2013

Target Capaian Setiap Tahun Tahun ke

Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode

RPJMD 2014 2015 2016 2017 2018

1 Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah (ton) 206.4 400 400 450 500 550 550

2 Ketersediaan Informasi, Harga dan Akses pangan (%)

66.7 100 100 100 100 100 100

3 Skor Pola Pangan Harapan (Poin) 74.9 74 76 78 80 82 82

4 Konsumsi Beras per Kapita (kg/kapita/Tahun) 90,59 90 88 86 85 84 84

5 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%) 100 85 90 85 85 85 85

6 Jumlah Desa Rawan Pangan yang Tertangani (%) 24.6 20 40 40 40 40 40

Peningkatan produksi komoditas peternakan : Satuan (ekor) prosentase

7 Daging 709.702 715.901 741.709 768.495 3 3 3

8 Telur 211.994 204.344 210.664 217.235 2 2 2

9 Susu 255.548 252.557 261.792 268.797 2 2 2

Peningkatan Populasi Komoditas Peternakan :

10 Ruminansia besar 3 3 3

- Sapi Potong 382.949 401.024 447.978 466.272

- Sapi Perah 103.832 109.024 140.555 143.774

- Kerbau 108.303 109.386 138.017 143.594

11 Ruminansia kecil 5 5 5

- Domba` 9.391.590 9.942.711 11.022.084 12.285.690

- Kambing 2.559.699 2.367.031 2.420.985 2.477.171

12 Unggas 3 3 3

- Ayam Ras Petelur 12.882.262 13.211.939 13.572.330 13.941.114

- Ayam Ras Pedaging 106.756.896 120.026.952 125.785.511 131.860.302

- Ayam Buras 27.497.344 27.352.287 28.117.785 28.939.719

- Itik 9.290.789 9.417.538 9.801.117 10.207.731

13 Penurunan kejadian PHMS (Anthrax, Avian Influenza, Brucellosis dan Rabies) 5 5 5

69

No. Indikiator Kinerja Program Kondisi awal

2013

Target Capaian Setiap Tahun Tahun ke

Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode

RPJMD 2014 2015 2016 2017 2018

Anthtrax 0 0 0 0

Rabies 0 0 0 0

Avian Influenza 73 65 60 55

Brucellosis (prevalensi %) 4,24% 4 3.5 3

14 Jumlah Pelaku Penerapan system jaminan mutu hasil peternakan

- 50 50 50 50 50 250

15 Presentase nilai tambah produk - - 10 10 10 10 10

70

BAB VIII

PENUTUP

Rencana Strategis Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat 2013-2018

merupakan komitmen bersama semua elemen kekuatan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan dalam

mewujudkan visi yang telah ditetapkan "Menjadi Institusi Andal Dalam Mewujudkan Kemandirian Pangan

Berbasis Protein Hewani Tahun 2018" dimana Renstra merupakan Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

Tahunan 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 yang berisikan rincian pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan

oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, baik yang bersumber dari dana APBD

maupun APBN.

Dalam tahap implementasi, amanat yang digariskan dalam Renstra ini, keberhasilannya sangat

ditentukan oleh kesungguhan dan dukungan dari semua pihak yang berkepentingan, di samping konsisten seluruh

elemen yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat terhadap komitmen tersebut di

atas.

71

Lampiran Tujuan, Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, Kegiatan, Target dan Anggaran Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

No Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (outcome)

dan Kegiatan (output)

Data Capaian

pada Tahun Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Lokasi Tahun-1 (2014) Tahun-2 (2015) Tahun-3 (2016)

Tahun-4 (2017)

Tahun-5 (2018) Kondisi Kinerja pada akhir periode Renstra

OPD

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Visi : "Menjadi institusi andal dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis protein hewani tahun 2018”

Misi 1. Meningkatkan ketersediaan serta distribusi pangan dan ternak

1.1 Meningkatkan ketersediaan pangan masyarakat.

1.1.1 Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup.

1.1.1.1 Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah (ton)

Pengembangan Sumber Daya dan Cadangan Pangan

206 400 3.900 400 4.250 450 100 500 4.750 1.000 1.803 2.750 14.803 Bandung

1.1.1.2 Ketersediaan Informasi, Harga dan Akses pangan (%)

Penguatan Pemasaran dan Distribusi Pangan

67 100 - 100 0 100 0 100 1.500 100 863 100 2.363 Bandung

1.1.1.3 Prosentase Desa Rawan Pangan yang Tertangani (%)

Peningkatan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

25 20 5.000 40 0 40 0 40 - 45 865 45 23.031 Bandung

Misi : 2. Meningkatkan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat berbasis sumberdaya lokal

2.1 Meningkatkan konsumsi dan keamanan pangan masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, aman dan halal berbasis sumberdaya lokal

2.1.1

Meningkatnya kualitas pangan dan gizi

2.1.1.1 Skor Pola Pangan Harapan (Poin)

1

Peningkatan Konsumsi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Ketahanan Pangan dan Peternakan

75 74 100 76 150 78 200 80 200 84,3 2.704 84,3 3.354 Bandung

2

Kegiatan Pengembangan di UPTD Balai Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

74 100 76 150 78 200 80 200 84,3 1.549 84,3 2.199

Bandung Barat

2.1.1.2 Konsumsi Beras per Kapita (kg/kapita/Tahun)

Peningkatan Konsumsi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Ketahanan Pangan dan Peternakan

91 90

88

86

85

84 2.704 84 2.704 Bandung

Misi : 3. Meningkatkan produktivitas ternak dan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan dan berdaya saing

3.1 Meningkatkan populasi, produksi dan daya saing produk peternakan

3.1.1 Meningkatnya populasi, produksi dan daya saing produk

3.1.1.1 Peningkatan produksi komoditas peternakan :

- Daging Pengembangan Ternak Domba di UPTD BPPTDK Margawati dan SUPPTDK

709.702 715.901 1.333 741.709 1.999 768.495 1.952 797.661 6.705 827.497 3.455 3.851.263 15.444 Garut

72

No Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (outcome)

dan Kegiatan (output)

Data Capaian

pada Tahun Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Lokasi Tahun-1 (2014) Tahun-2 (2015) Tahun-3 (2016)

Tahun-4 (2017)

Tahun-5 (2018) Kondisi Kinerja pada akhir periode Renstra

OPD

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Bunihayu

- Telur 1 Pengembangan Ternak Unggas di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

211.994 204.344 - 210.664 453 217.235 967 224.089 3.594 233.232 4.904 1.089.564 9.918

Majalengka

2

Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium di UPTD Balai Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

204.344 - 210.664 453 217.235 967

3.594 233.232 300 865.475 5.314 Bandung

Barat

- Susu

Kegiatan Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak di UPTD BPT Sapi Perah dan HPT Cikole Lembang

255.548 252.557 3.105 261.792 4.071 268.797 4.045 276.079 4.394 283.655 3.334 7.149.182 18.949

Bandung Barat

3.1.1.2 Peningkatan Populasi Komoditas Peternakan (%) :

- Ruminansia besar

- Sapi Potong

Pelayanan Teknis Kebutuhan Dasar di UPTD BPPIB Ternak Sapi Potong Ciamis

382.949 401.024 1.141 447.978 5.189 466.272 4.012 486.402 951 508.735 4.404 2.310.411 15.697 Ciamis

- Sapi Perah 1

Pengembangan Sapi Perah di UPTD BPPIB TSP Bunikasih

103.832 109.024 2.620 140.555 6.738 143.774 5.177 148.156 4.175 152.709 3.381 694.218 22.091 Cianjur

2

Pelayanan UPTD BPPIBTSP Bunikasih pada Kelompok Ternak Sapi Perah

109.024 2.620 140.555 6.738 143.774 5.177 148.156 4.175 152.709 136 694.218 18.846 Cianjur

- Kerbau Peningkatan Produksi dan Produktifitas Ternak

108.303 109.386 - 138.017 235 143.594 580 149.670 644 156.318 5.202 696.985 63.295 Bandung

- Ruminansia kecil 0 0

- Domba`

Pengujian dan Aplikasi Teknologi Untuk Peningkatan Performance Ternak Domba di UPTD BPPTDK Margawati dan SUPPTDK Bunihayu

9.391.590 9.942.711 3.964 11.022.084 4.549 12.285.690 4.027 13.754.734 610 15.487.426 514 62.492.645 133.593 Garut

- Kambing

Pelayanan UPTD BPPT Domba Margawati pada Kelompok Ternak Domba/Kambing

2.559.699 2.367.031 1.565 2.420.985 188 2.477.171 - 2.535.756 948 1.596.099 230 11.397.042 2.931 Garut

73

No Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (outcome)

dan Kegiatan (output)

Data Capaian

pada Tahun Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Lokasi Tahun-1 (2014) Tahun-2 (2015) Tahun-3 (2016)

Tahun-4 (2017)

Tahun-5 (2018) Kondisi Kinerja pada akhir periode Renstra

OPD

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

- Unggas 0 0

- Ayam Ras Petelur

Pemurnian Ternak Unggas Lokal (Plasma Nutfah Jawa Barat) di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

12.882.262 13.211.939 - 13.572.330 285 13.941.114 393 1.433.179 245 14.727.929 532 56.886.491 137.979

Majalengka

- Ayam Ras Pedaging

Pemurnian Ternak Unggas Lokal (Plasma Nutfah Jawa Barat) di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

106.756.896 120.026.952 585 125.785.511 653 131.860.302 900 138.506.124 123 145.638.730 532 661.817.619 143.703

Majalengka

- Ayam Buras

Pemurnian Ternak Unggas Lokal (Plasma Nutfah Jawa Barat) di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

27.497.344 27.352.287 1.988 28.117.785 851 28.939.719 700 29.841.442 500 30.867.468 532 145.118.701 286.253

Majalengka

- Itik

Pemurnian Ternak Unggas Lokal (Plasma Nutfah Jawa Barat) di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi

9.290.789 9.417.538 380 9.801.117 2.461 10.207.731 2.286 10.626.370 254 11.057.756 532 51.110.512 573.848

Majalengka

3.1.1.3 Jumlah yang menerapkan system jaminan mutu produk (pelaku)

1 Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Usaha Peternakan

- 48 0

385 52 601 50 1.282 50 653 200 2.921 Bandung

2

Kegiatan Pengujian Mutu Pakan Secara Laboratories di UPTD Balai Pengujian Mutu dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan Cikole Lembang

48 - 54 385 52 601 50 1.282 50 815 254 2.921 Bandung

Barat

Misi : 4. Mewujudkan lingkungan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang kondusif.

4.1

Meningkatkan status kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

4.1.1

Terkendalinya penyakit hewan menular strategis dan zoonosa serta keamanan produk hewan

4.1.1.1

Prosentase penurunan kejadian PHMS (Anthrax, Avian Influenza, Brucellosis dan Rabies)

5

5

- Anthtrax (kasus/tahun)

1

Pengendalian, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

- 0

0

0

0

0 1.527 0 1.527 Bandung

- Rabies(kasus/tahun) 2

Kegiatan Pelayanan Medis di UPTD Rumah Sakit Hewan Jawa Barat

- 0

0

0

0

0 470 0 470

Bandung Barat

- Avian Influenza (kasus/tahun)

3

Pelayanan Pengujian Penyakit Hewan dan Produk Hewan di UPTD Balai Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

73 65

60

55

50

45 100 45 100 Bandung

Barat

74

No Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (outcome)

dan Kegiatan (output)

Data Capaian

pada Tahun Awal

Perencanaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Lokasi Tahun-1 (2014) Tahun-2 (2015) Tahun-3 (2016)

Tahun-4 (2017)

Tahun-5 (2018) Kondisi Kinerja pada akhir periode Renstra

OPD

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

Target Rp.

(Juta) Target

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

- Brucellosis (prevalensi %)

4

Akreditasi Laboratorium Pengujian di UPTD Balai Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

4 4

3.5

3

2,5

2 100 2 100

Bandung Barat

4.1.1.2 Prosentase produk peternakan yang sesuai SNI (%) :

- Daging Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner

- 48 54 385 52 601 54 1.282 56 492 70 2.760 Bandung

- Telur

Kegiatan Pengujian Penyakit Ternak, Pakan dan Produksi Hasil Ternak di

- 60

62

65

68

70 565 70 565 Bandung

Barat

UPTD BPT Sapi Perah dan HPT Cikole Lembang

- Susu Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner

- 50 51 52 53 55 492 55 492 Bandung

Misi 5. Meningkatkan kapasitas sumber daya bidang pangan dan peternakan

5.1 Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan pangan dan peternakan

5.1.1

Meningkatnya kinerja sumber daya Manusia dan kelembagaan pangan dan peternakan

5.1.1.1

Prosentase kapasitas kompetensi SDM aparatur dan masyarakat bidang ketahanan pangan (%)

Peningkatan Konsumsi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Ketahanan Pangan dan Peternakan

- 0 0 0 0 0 0 75 2.000 100 2.704 100 4.704 Bandung

5.1.1.2 Jumlah kelompok yang meningkatkan usahanya (kelompok)

1 WUB Pembinaan Wirausahawan Baru Bidang Peternakan

- 30 3.060 30 3.428 30 1.409 30 2.298 30 2.220 150 12.415 Bandung

2 Kegiatan Pembinaan Kelembagaan Pasar Ternak

30 3.060 30 3.428 30 1.409 30 2.298 30 150 150 10.345 Bandung

3

Pelatihan Teknis Peternakan dan Ketahanan Pangan di UPTD Balai Pelatihan Peternakan dan Ketahanan Pangan Cikole Lembang

30 3.060 30 3.428 30 1.409 30 2.298 30 626 150 10.821 Bandung

Barat