pengobatan ternak berbasis produksi (production...
TRANSCRIPT
1 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE); “METABOLIC PROFILE TEST DAN APLIKASI PENGOBATAN TRADISIONAL PADA TERNAK UNTUK PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS TERNAK”
Oleh : Drh. Yoni Darmawan Sugiri, MVPH (Kepala Seksi Pelayanan Medik Veteriner, UPTD Rumah Sakit Hewan,
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat) Email: [email protected]
LATAR BELAKANG
Seiring dengan meningkatnya permintaan atas produk-produk pangan asal hewan
(PAH) dan produk turunannya maka ternak-ternak yang ada sekarang dituntut untuk lebih
meningkatkan produktivitasnya dalam rangka pemenuhan permintaan yang semakin
meningkat (JICA, 2009). Hal ini bisa menjadi dilemma di kalangan peternak, petugas yang
melayani kesehatan maupun instansi pemerintah yang terkait dalam peningkatan
produktivitas ternak. Semakin tinggi produktivitas ternak maka ternak akan semakin rentan
terkena penyakit karena secara genetika ternak dipaksa terus untuk meningkatkan
produktivitasnya, akan tetapi hal ini tidak disertai dengan sumberdaya yang mendukung
peningkatan produktivitas ini, seperti Sumber daya manusia (peternak/ petugas) yang belum
cukup memadai pengetahuannya tentang penyakit-penyakit ternak dan cara
penanggulangannya di lapangan terutama yang terkait dengan production Medicine
(pengobatan untuk perbaikan produksi) (Van Saun, 2012), pakan untuk ternak yang akhir-
akhir ini lumayan cukup sulit didapat Karena kelangkaan lahan dan harga yang cukup tinggi.
Semakin tingginya tingkat produktivitas ternak, maka semakin tinggi pula
kemungkinan ternak mengalami berbagai macam penyakit (penyakit produktif) seperti
mastitis, penyakit metabolic dan gangguan reproduksi (Payne et al., 1970). Dalam artikel
yang tulis ini saya akan coba memaparkan sedikit pengetahuan saya tentang cara
mendiagnosa dan pencegahan dari penyakit-penyakit produktif tersebut yang saya dapat
selama mengikuti Pelatihan Dokter Hewan untuk Hewan Ternak di Jepang, karena saya
merasa hal-hal ini sangat mudah diaplikasikan di Indonesia. Saya akan memfokuskan pada
Metabolic Profile Test (MPT) dan Pengobatan secara tradisional ala Jepang.
2 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
HERD-METABOLIC PROFILE TEST (PENGUJIAN PROFIL METABOLISME KELOMPOK TERNAK)
MEDICAL CARE VS PRODUCTION MEDICINE
Medical care atau pengobatan medis sangat berbeda dengan pengobatan produksi
(production medicine) hal ini bisa dilihat pada ilustrasi di bawah ini :
Dari ilustrasi di atas dapat diinterpretasikan bahwa, untuk medical care tujuan utamanya adalah untuk
mencegah tidak terjadinya kerugian yang lebih besar akibat penurunan produktivitas ternak (dalam
hal ini susu) akibat ternak terserang / terinfeksi penyakit. Biasanya pengobatan medis ini dilakukan
terhadap per individual ternak. Berbeda dengan production medicine (pengobatan produksi),
pengobatan produksi bertujuan untuk bagaimana meningkatkan produktivitas ternak sehingga bisa
menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi peternak maupun ternaknya itu sendiri, pengobatan
produksi ini biasanya dilakukan terhadap herd (kelompok ternak) sehingga setelah didapat hasil
pengujiannya nanti akan terjadi perubahan manajemen pemeliharaan ternak sehingga tujuan untuk
meningkatnya produktivitas ternak bisa tercapai.
Ada beberapa kondisi yang bisa ditemui di lapangan menyangkut dengan manajemen dan
produktivitas ternak yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak, hal
ini sangat erat berkaitan dengan manajemen pemberian pakan dan menjemen pemeliharaan ternak
di dalam suatu kelompok ternak. Berikut ini contoh ilustrasi tentang kondisi yang sering ditemukan
di peternakan.
3 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
1. Kondisi yang Seimbang
Dalam kondisi ini ternak dalam kondisi yang sehat, dalam
hal ini terjadi keseimbangan antara input nutrisi dengan
produksinya. Pada kondisi ini input pakan seimbang
dengan kondisi kesehatan ternak dan produktivitas ternak
tersebut. Kondisi inilah kondisi yang ideal yang
diharapkan setelah dilakukan Metabolic Profile Test.
2. Kondisi Sakit (terinfeksi Penyakit)
Dalam kondisi ini ternak dalam keadaan sakit atau
terinfeksi penyakit. Pada saat kondisi seperti ini biasanya
asupan nutrisi ternak akan berkurang karena ternak akan
malas untuk makan (nafsu makan turun/ hilang) dan pada
akhirnya akan terjadi penurunan produktivitas dari ternak
yang sakit tersebut.
3. Kondisi Kelebihan Nutrisi (gejala subklinis)
Pada kondisi ini terjadi kelainan subklinis, dimana terjadi
penurunan produktivitas ternak akibat kelebihan nutrisi
(excess nutrient), sedangkan produksinya rendah, kasus
ini banyak terjadi di lapangan, akibat pola pikir peternak
yang salah tentang manajemen pemberian pakan.
4. Kondisi Kekurangan Nutrisi (gejala subklinis)
Pada kondisi ini terjadi kelainan subklinis, dimana ternak
produktivitasnya tinggi sedangkan input nutrisinya tidak
mencukupi. Kasus ini banyak terjadi di lapangan, akibat
pola pikir peternak yang salah tentang manajemen
pemberian pakan.
4 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
METABOLIC PROFILE TEST
METABOLIC PROFILE TEST (Pengujian Profil Metabolisme) adalah suatu pengujian yang
dilakukan untuk memprediksikan dan mencegah terjadi masalah pada suatu kelompok ternak melalui
bermacam-macam pengujian darah (kimia darah) pada kelompok ternak tersebut untuk mengetahui
kondisi metabolisme dan manajemen pemeliharaan dan pakan (Van Saun, 2012).
Pada MPT ini dilakukan pengambilan darah dan serum darah untuk dilakukan pengujian
pengujian terhadap beberapa parameter kimia darah sebagai patokan dalam penentuan kondisi
metabolisme ternak yang berpatokan pada standar yang sudah ada.
Beberapa parameter yang biasanya digunakan untuk pengujian MPT pada kelompok ternak,
diantaranya antara lain (Payne et al., 1970) :
1. Untuk parameter kecukupan energy, dilakukan pengujian pada kadar glukosa darah,
kolesterol darah, dan non-esterified fatty acid – NEFA (asam lemak non ester) darah.
2. Untuk parameter protein, dilakukan pengujian pada nilai hematocrit darah, Blood Urea
Nitrogen (BUN) - kadar urea nitrogen darah, albumin darah dan -globulin (gamma globulin).
3. Untuk parameter mineral, dilakukan pengujian kadar kalsium darah, posfor inorganic dan
magnesium darah.
4. Pengujian fungsi hati melalui pengukuran kadar AST (SGOT), -GT (SGPT) dan rasio kolesterol
ester (CER) pada serum darah.
5. Pengukuran body condition score (BCS atau Nilai Kondisi Tubuh ternak)
Dalam hal pengobatan medis dan pengobatan produksi memiliki standar yang berbeda, untuk lebih
jelas bisa dilihat di ilustrasi di bawah ini :
5 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
Untuk pengujian MPT, sampel yang diambil berdasarkan pada masa laktasi dan usia ternak
seperti ilustrasi di bawah ini :
Apa saja yang bisa didiagnosa untuk pengobatan produksi dari MPT?
1. Manajemen pakan ternak
Kelebihan nutrisi atau kekurangan nutrisi, melalui interpretasi hasil pengujian / kadar
dari : glukosa, NEFA, Kolesterol, Hematocrit, BUN, Albumin, Magnesium, Kalsium,
Posfor inorganic.
Perbandingan antara hijauan dengan konsentrat : glokosa darah, hematokrit, albumin
Kecukupan energy dan protein : glukosa dan BUN (blood urea nitrogen)
2. Penyakit subklinis
Ketosis subklinis : kadar glukosa darah, NEFA, kolesterol, AST, -GT
Kondisi homeostasis (kesimbangan) mineral darah : Mg, Ca, iP
Peradangan kronis : - Globulin (gamma globulin)
6 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
Interpretasi MPT
Untuk pembacaan hasil uji (interpretasi) harus menggunakan standar yang sudah ada
terhadap parameter yang diuji. Di Jepang interpretasi dilakukan dengan cara memasukkan data yang
diperoleh ke dalam software MPT, tapi sebenarnya bisa juga menggunakan program Microsoft Excel
asalkan kita sudah mempunyai standar normalnya dan standar deviasinya. Berikut ini contoh software
(grafik/ kurva MPT) per masing-masing parameter serta diagnosanya.
untuk Glukosa, interpretasinya adalah :
jika tinggi : ternak stress dan kelebihan energy
jika rendah : kekurangan energy
untuk NEFA, interpretasinya adalah :
jika tinggi : kekurangan energy (lemak tubuh
habis)
jika rendah : insignifikan
untuk KOLESTEROL, interpretasinya adalah :
jika tinggi : kelebihan kolesterol (lemak)
jika rendah : kekurangan gizi (kurus)
Keterangan untuk BCS :
Tinggi : kelebihan energy (nutrisi)
Rendah : kekurangan energy (malnutrisi)
7 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
untuk HEMATOKRIT, interpretasinya adalah :
jika tinggi : DEHIDRASI, kekurangan cairan
tubuh
jika rendah : kekurangan gizi (kurus) kronis
untuk BUN, interpretasinya adalah :
jika tinggi : kelebihan protein
jika rendah : kekurangan protein
untuk ALBUMIN, interpretasinya adalah :
jika tinggi : DEHIDRASI
jika rendah : kekurangan protein kronis
untuk gamma-globulin interpretasinya adalah :
jika tinggi : peradangan kronis
jika rendah : insignifikan
untuk AST interpretasinya adalah :
jika tinggi : gangguan fungsi hati, masalah
otot
jika rendah : insignifikan
8 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
untuk gamma -GT interpretasinya adalah :
jika tinggi : gangguan fungsi hati
jika rendah : insignifikan
untuk gamma CER interpretasinya adalah :
jika tinggi : insignifikan
jika rendah : gangguan fungsi hati
untuk Kalsium interpretasinya adalah :
jika tinggi : insignifikan
jika rendah : Hypocalcaemia
untuk posfor inorganik interpretasinya adalah :
jika tinggi : insignifikan
jika rendah : kekurangan posfor
untuk magnesium interpretasinya adalah :
jika tinggi : insignifikan
jika rendah : kekurangan bahan kering dalam
pakan (hijauan/ konsentrat)
9 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
APLIKASI PENGOBATAN TRADISIONAL
O-KYU (MOGUSA/ MOXIBASI) PADA TERNAK
Penyakit ternak bisa bersifat kronis (berjalan dalam waktu yang lamaminggu sampai
bulanan) dan akut (berjalan dengan cepat jam sampai hari), untuk mengobatinya biasanya
dokter hewan/ paramedic menggunakan obat-obatan kimia. Untuk penyakit yang kronis yang
sudah lama berjalan apabila menggunakan obat-obatan kimia akan beraibat buruk bagi
kesehatan ternak itu sendiri akibat adanya kerusakan organ hati, ginjal dan organ lainnya.
Oleh Karen itu perlu dikembangkan pengobatan dengan cara tradisional menggunakan bahan
yang tersedia di alam, murah dan mudah dilakukan oelh peternak sekalipun.
Pengobatan tardisional pada hewan/ternak sudah dirintis belum lama ini, seperti
penggunaan akupunkture pada hewan kecil (hewan kesayangan) dan yang terbaru adalah
penggunaan sinar laser dalam sinkronisasi estrus pada domba yang sedang dikembangkan
oleh Balitnak Kementrian Pertanian RI. Namun dari kedua cara tersebut di atas memerlukan
keahlian khusus dan peralatan yang cukup mahal sehingga tidak mudah untuk aplikasi di
lapangan maupun oleh peternak apabila kebetulan pada saat kasus terjadi petugas yang
biasa melayani tidak ada (pencegahan pertama).
Metode ini dikenal dengan nama okyu (jepang) dan mogusa/ moxibasi (Indonesia),
ini sukup popular di Jepang, karena pelaksanaannya cukup mudah dan bahan yang
digunakan banyak terdapat di alam dan murah meriah. Prinsip mogusa ini sama seperti laser
puncture maupun acupuncture, yaitu merangsang titik syaraf perifer (permukaan) pada
tubuh hewan/ ternak, namun pada mogusa menggunakan media panas untuk merangsang
syaraf tersebut.
Mogusa ini mempunyai kegunaan untuk merangsang syaraf lokomosi (alat gerak),
saluran pencernaan, sebagai peredam rasa sakit pada persendian/ alat gerak, pemacu
metabolisme tubuh, dan pengaturan keseimbangan hormonal pada tubuh ternak. Penyakit
apa saja yang bisa disembuhkan dengan mogusa, antara lain : gangguan reproduksi, retensio
plasenta, prolapsus uteri/vagina, downer cow syndrome (ambruk), arthritis, paralisa
(lumpuh), myositis, kembung, nafsu makan kurang dan lainnya.
10 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
TITIK OKYU (TSU-BO) PADA TERNAK BESAR
TSUBO adalah tempat jarum titik akupuntur yang ada pada tubuh ternak yang terdiri
dari :
1. Tanpei 2. Gotanda
3. Jinmon 4. Anjin
5. Hyakue 6. Kibi/ biki
7. Bikon
Berikut ini gambar lokasi dimana titik –titik tersebut :
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mogusa :
1. Yomogi (lokatmalasunda), yang sudah dikeringkan dan diremas halus
2. Lem kertas
3. Korek api
4. Penjepit kayu
5. Tali/ tambang untuk mengikat ternak
11 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
PROSES O-KYU
1. Restrain ternak agar tidak bisa bergerak dengan bebas, terutama bagian ekornya.
2. Letakkan alas yomogi (lem) pada titik okyu (tsubo).
3. Cetak yomogi sebesar bola pingpong lalu ditempe pada titik okyu.
4. Bakar yomogi sampai habis.
5. Apabila sapi buang kotoran/ air kecil selama proses berarti proses berjalan dengan
baik (pengobatan efektif).
6. Bisa diulang 3-5 kali, satu kali 1 hari atau sampai sembuh
12 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
Beberapa titik okyu dan kasus penyakit yang bisa di tangani :
13 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
DAFTAR PUSTAKA
1. Japan International Cooperation Agency (JICA). 2009. Modul Penanganan Penyakit
Produktif dan Reproduksi pada Sapi Perah. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
2. PAYNE, J. M., DEW, SALLY M., MANSTON, R., The use of a metabolic profile test in
dairy herds, Vet. Rec. 87 (1970) 150-158.
3. Van Saun, R.J. 2012. Metabolic Profiling: Assessing Nutritional Status of the Transition
Cow. Department of Veterinary Science Penn State University.
14 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
CURRICULUM
VITAE
NAMA : Drh. Yoni Darmawan Sugiri, MVPH
TEMPAT/ TANGGAL LAHIR : Bandung/ 28 April 1981
NO KTA PDHI : 1.1.01.2005.32.01.142.003603
PEKERJAAN : Kepala Seksi Pelayanan Medik Veteriner, UPTD Rumah
Sakit Hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat.
dkpp.jabarprov.go.id
ALAMAT RUMAH : Jl.Melati I no 1, Kel. Sekeloa, Kec. Coblong, Kota
Bandung, Provinsi Jawa Barat
Email : [email protected]
ALAMAT KANTOR : UPTD Rumah Sakit Hewan Jawa Barat
Jalan Tangkuban Parahu KM 22 Cikole Lembang,
Kabupaten Bandung Barat , Jawa Barat, Indonesia.
Postal code 40391
PENDIDIKAN :
Jenjang Pendidikan School Name Tahun
Sarjana (S-1) Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
1999 s.d 2003
Profesi Dokter Hewan Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
2003 s.d 2005
Master of Veterinary Public Health (MVPH)
1. Freie Universitaet Berlin, Germany
2. Chiang Mai University Thailand
2011 s.d 2013
15 | PENGOBATAN TERNAK BERBASIS PRODUKSI (PRODUCTION MEDICINE)
TRAINING LUAR NEGERI
NO Training Organizer Tahun
1. Veterinary Technology For Farm Animals
JICA 2007
2. Real Time PCR and Serology for Avian Influenza diagnosis
GD Deventer, Belanda
2010
3. Diseases Manager IDP, Belanda 2010
4. Food Safety Laboratory FU Berlin 2012
5. Laboratory Diagnostic on Veterinary Public Health
Vetmed Uni Vienna, Austria
2012
6. One Health Chiang Mai University
2013
7. Spatial Epidemiology using GIS Chiang Mai University
2013
8. Symposium on Food Safety and Global Health Institute
Veterinary Public Health Center for Asia Pacific , Chiang Mai University
2018
PENGALAMAN KERJA
NO INSTITUSI TAHUN JABATAN
1. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah Cikole, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
2006 to 2009 Medik Veteriner
2. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
2009 to 2010 Auditor NKV, Technical staff
3. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
2010 to 2013 Deputi Manager Teknis
4 Rumah Sakit Hewan Jawa Barat, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
2013 - sekarang Kepala Seksi Pelayanan Medik Veteriner
Bandung, 03 Februari 2019
(Drh. Yoni Darmawan Sugiri, MVPH)