responsis abses
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Responsis abses
1/26
BAB 1
PENDAHULUAN
Abses peritonsil termasuk salah satu abses leher bagian dalam. Selain
abses peritonsil, abses parafaring, abses retrofaring, dan angina ludavici
(Ludwig’s angina), atau abses submandibula juga termasuk abses leher bagian
dalam. Abses leher dalam terbentuk di antara fascia leher dalam sebagai akibat
penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorokan, sinus
paranasal, telinga tengah dan leher.
Abses peritonsil merupakan kumpulan atau timbunan pus ang terlokalisir
pada jaringan peritonsiler ang terbentuk akibat tonsilitis supuratif.!
Abses peritonsil terbentuk karena penebaran organisme bakteri ang menginfeksi
tenggorokan pada satu ruangan areolar ang longgar disekitar faring ang biasa
menebabkan pembentukan abses, dimana infeksi telah menembus bagian kapsul
tonsil, tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring. "eradangan akan
mengakibatkan terbentukna abses dan biasana unilateral. #empat ang biasa
terjadi abses adalah di bagian pillar tonsil anteroposterior, fossa piriform inferior,
dan palatum superior.$
%nfeksi ini bisa terjadi pada setiap kelompok usia namun insiden tertinggi
pada dewasa berumur $& ' & tahun. Abses peritonsil merupakan infeksi profunda
ang paling sering pada kepala dan tenggorok pada usia dewasa muda. Seringkali
pasien datang dengan keluhan ang berat. "engenalan awal dan pemberian terapi
merupakan hal ang penting dilakukan untuk mencegah komplikasi serius ang
mungkin timbul.
1
-
8/16/2019 Responsis abses
2/26
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tonsil
2.1.1 Anatomi Tonsil
#onsil adalah massa ang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamna. #erdapat tiga macam tonsil aitu tonsil
faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual ang ketiga*tigana
membentuk lingkaran ang disebut cincin +aldeer.
Gambar 2.1 Anatomi #onsil.
Gambar 2.2 -incin +aldeer.
2
-
8/16/2019 Responsis abses
3/26
#onsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid ang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). #onsil berbentuk oval
dengan panjang $* cm, masing*masing tonsil mempunai !&*& kriptus ang
meluas ke dalam jaringan tonsil. #onsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah ang kosong di atasna dikenal sebagai fosa supratonsilar.
#onsil terletak di lateral orofaring. /ibatasi oleh01
• Lateral 0 2uskulus konstriktor faring superior
• Anterior 0 2uskulus palatoglosus
• "osterior 0 2uskulus palatofaringeus
• Superior 0 "alatum mole
• %nferior 0 #onsil lingual
2.1.2 Sistem Vas!larisasi "an Persara#an Tonsil
#onsil mendapatkan vaskularisasi dari cabang*cabang arteri karotis
eksterna, aitu0
!. Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangna arteritonsilaris
dan arteri palatina asenden.
$. Arteri maksilaris interna dengan cabangna arteri palatina desenden.
. Arteri lingualis dengan cabangna arteri lingualis dorsal.
. Arteri faringeal asenden.
3utub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal
dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, di antara kedua daerah tersebut
diperdarahi oleh arteri tonsilaris. 3utub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal
asenden dan arteri palatina desenden. 4ena*vena dari tonsil membentuk pleksus
ang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di
sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal.
#onsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke %5
(nervus glosofaringeal).$
2.1.$ %isiolo&i Tonsil
"eran imunitas tonsil adalah sebagai pertahanan primer untuk menginduksi
sekresi bahan imun dan mengatur produksi dari imunoglobulin sekretoris. "eran
tonsil mulai aktif antara umur *!& tahun dan akan menurun setelah masa
3
-
8/16/2019 Responsis abses
4/26
pubertas. 6al ini menjadi alasan fungsi pertahanan dari tonsil lebih besar pada
anak*anak daripada orang dewasa. Anak*anak mengalami perkembangan daa
tahan tubuhna terhadap infeksi terjadi pada umur 1 hingga 7 tahun dan tonsil
merupakan salah satu organ imunitas pada anak ang memiliki fungsi imunitas
ang luas.7
8erdasarkan penelitian, tonsil mempunai peranan penting dalam fase*fase
awal kehidupan, terhadap infeksi mukosa nasofaring dari udara pernafasan
sebelum masuk ke dalam saluran nafas bagian bawah. 6asil penelitian juga
menunjukkan bahwa parenkim tonsil mempu menghasilkan antibodi. #onsil
memegang peranan dalam menghasilkan %gA, ang menebabkan jaringan
jaringan lokal resisten terhadap organisme patogen. Sewaktu baru lahir, tonsil
secara histologi tidak mempunai sentrum germinativum, biasana ukuranna
kecil. Setelah antibodi dari ibu habis, barulah mulai terjadi pembesaran tonsil dan
adenoid, ang pada permulaan kehidupan masa anak*anak dianggap normal dan
dapat dipakai sebagai indeks aktivitas sistem imun. "ada waktu pubertas atau
sebelum masa pubertas, terjadi kemunduran fungsi tonsil ang disertai proses
involusi. #erdapat dua mekanisme pertahanan, aitu spesifik dan non spesifik.7
a. 2ekanisme "ertahanan 9on Spesifik
2ekanisme pertahanan non spesifik berupa lapisan mukosa tonsil dan
kemampuan limfoid untuk menghancurkan mikroorganisme. "ada beberapa
tempat lapisan mukosa ini sangat tipis, sehingga menjadi tempat ang lemah
dalam pertahanan dari masukna kuman ke dalam jaringan tonsil. :ika kuman
dapat masuk ke dalam lapisan mukosa, maka kuman ini dapat ditangkap oleh sel
fagosit. Sebelumna kuman akan mengalami opsonisasi sehingga menimbulkan
kepekaan bakteri terhadap fagosit. Setelah terjadi proses opsonisasi maka selfagosit akan bergerak mengelilingi bakteri dan memakanna dengan cara
memasukkanna ke dalam kantong ang disebut fagosom. "roses selanjutna
adalah digesti dan mematikan bakteri. 2ekanismena belum diketahui pasti,
tetapi diduga terjadi peningkatan konsumsi oksigen ang diperlukan untuk
pembentukan superoksidase ang akan membentuk 6$;$ ang bersifat
bakterisidal. 6$;$ ang terbentuk akan masuk ke dalam fagosom atau berdifusi di
sekitarna, kemudian membunuh bakteri dengan proses oksidasi. /i dalam sel
4
-
8/16/2019 Responsis abses
5/26
fagosit terdapat granula lisosom. 8ila fagosit kontak dengan bakteri maka
membran lisosom akan mengalami ruptur dan en
-
8/16/2019 Responsis abses
6/26
Tabel 2.1 8akteri penebab abses peritonsil
Bateri Aerob Bateri Anaerob
Streptococcus pogenes ?usobacterium sp.
Staphlococcus aureus "eptostreptococcus 9eisseria sp. "igmented "revotella
-ornebacterium sp. 4eillonella
Sedangkan virus ang dapat menebabkan abses peritonsil antara lain
eipsten*barr, adenovirus, influen
-
8/16/2019 Responsis abses
7/26
Apabila terdapat penakit di tonsil, tonsillitis kronis dan lain*lain maka
akan menebabkan obstruksi di duktus tersebut dan menebabkan stasis aitu
adana kolonisasi bakteri sehingga terjadi infeksi bakteri berlanjut menjadi
selullitis. :ika selullitis ini tidak diterapi dengan baik maka akan berlanjut
menjadi abses peritonsiler. Abses dapat pecah sendiri, sembuh sendiri atau
menebar ke ruang retropharngeal. Bangguan ini juga bisa berkembang menjadi
mediastinitis melalui pembuluh darah carotis dan bisa sampai terjadi sepsis dan
menebabkan kematian.
"atologi abses peritonsil belum diketahui sepenuhna. 9amun, teori ang
paling banak diterima adalah kemajuan ( progression) episode tonsilitis eksudatif
pertama menjadi peritonsilitis dan kemudian terjadi pembentukan abses ang
sebenarna ( frank abscess formation).
/aerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar,
oleh karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering
menempati daerah ini, sehingga tampak palatum mole membengkak. Abses
peritonsil juga dapat terbentuk di bagian inferior, namun jarang. "ada stadium
permulaan (stadium infiltrat), selain pembengkakan tampak juga permukaan ang
hiperemis. 8ila proses berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerah tersebut lebih
lunak dan berwarna kekuning*kuningan. "embengkakan peritonsil akan
mendorong tonsil ke tengah, depan, bawah, dan uvula bengkak terdorong ke sisi
kontra lateral.
8ila proses terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarna akan
menebabkan iritasi pada m. pterigoid interna, sehingga timbul trismus. Abses
dapat pecah spontan, sehingga dapat terjadi aspirasi ke paru. Selain itu, abses
peritonsil terbukti dapat timbul de novo tanpa ada riwaat tonsilitis kronis atau
berulang sebelumna. Abses peritonsil dapat juga merupakan suatu gambaran dari
infeksi virus =pstein*8arr (mononucleosis).!$
Ceview terbaru menunjukkan bahwa glandula +eber memainkan peranan
kunci pada pembentukan abses peritonsil. 3elompok glandula saliva ang
berjumlah $&*$ ini terletak pada suatu tempat di palatum molle, dan superior
terhadap tonsil, dan dihubungkan dengan permukaan tonsil oleh suatu duktus.
Blandula ini membersihkan area tonsil dari debris dan membantu proses digesti
7
-
8/16/2019 Responsis abses
8/26
partikel makanan ang terperangkap pada kripta tonsilla. :ika glandula +eber
mengalami peradangan, selulitis lokal dapat terbentuk. /engan berkembangna
infeksi, duktus ke permukaan tonsil mengalami obstruksi ang terus berkembang,
oleh karena inflamasi di sekitarna. 9ekrosis jaringan dan pembentukan pus ang
dihasilkan oleh proses ini, menimbulkan tanda dan gejala klasik abses peritonsil.
Abses pada umumna terbentuk pada area pada palatum molle, di atas polus
superior tonsil, di lokasi glandula +eber. #erjadina abses peritonsil pada pasien
ang pernah menjalani tonsilektomi mendukung teori bahwa glandula +eber
memiliki peranan dalam patogenesis.!!
2.2.) *ani#estasi Klinis Abses Peritonsil
Bejala ang dikeluhkan pasien antara lain panas sub febris, disfagia dan
odinofagia ang menolok dan spontan, Dhot potato voiceE, mengunah terasa
sakit karena m. masseter menekan tonsil ang meradang, neri telinga (otalgia)
ipsilateral, foetor e@ orae, perubahan suara karena hipersalivasi dan banak ludah
ang menumpuk di faring, rinolalia aperta karena udem palatum molle (udem
dapat terjadi karena infeksi menjalar ke radi@ lingua dan epiglotis F udem
perifokalis), trismus (terbatasna kemampuan untuk membuka rongga mulut)
ang bervariasi, tergantung derajat keparahan dan progresivitas penakit, trismus
menandakan adana inflamasi dinding lateral faring dan m. "terigoid interna,
sehingga menimbulkan spasme muskulus tersebut. Limfadenitis servikal ang
sangat neri bisa didapatkan dengan palpasi pada sisi ang terkena. Akibat
limfadenopati dan inflamasi otot, pasien sering mengeluhkan neri leher dan
terbatasna gerakan leher (torticolis). #onsil pada umuna tergeser ke arah
inferior dan medial dengan deviasi kontralateral uvula.
Abses peritonsil akan menggeser kutub superior tonsil ke arah garis tengahdan dapat diketahui derajat pembengkakan ang ditimbulkan di palatum molle.
#erdapat riwaat faringitis akut, tonsillitis, dan rasa tidak naman pada
tenggorokan atau faring unilateral ang semakin memburuk. 3eparahan dan
progresivitasna ditunjukkan dari trismus. 3ebanakan pasien menderita neri
hebat. 3ematian dapat terjadi oleh karena obstruksi jalan nafas, aspirasi, atau
perdarahan dari erosi atau nekrosis septik pada selubung karotid.!
8
-
8/16/2019 Responsis abses
9/26
Tabel 2.2 Bejala dan tanda ang umum ditemukan pada pasien dengan abses
peritonsil.!
Ge+ala Tan"a
/emam =ritematosa, bengkak di palatum molle dengan deviasi
uvula ke sisi kontralateral dan pembesaran tonsil
2alaise #rismus
9eri tenggorok Drooling G 6ipersalivasi
9eri menelan 6ot potato voice
;talgia (ipsilateral) 9afas berbau
Limfadenitis servikal
2.2., Dia&nosis Abses Peritonsil
/iagnosis abses peritonsil sering ditetapkan dengan dasar anamnesis dan
pemeriksaan fisik ang teliti.
!. Anamnesis
%nformasi dari pasien sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis abses
peritonsil. Adana riwaat pasien mengalami neri pada tenggorokan adalah salah
satu ang mendukung terjadina abses peritonsil. Ciwaat adana faringitis akut
ang disertai tonsilitis dan rasa kurang naman pada pharingeal unilateral. Selain
itu juga terlihat tanda dan gejala adana abses peritonsil (#abel $.$). !
$. "emeriksaan ?isik
"ada pemeriksaan fisik didapatkan tonsilitis akut dengan asimetri faring.
%nspeksi terperinci daerah ang membengkak mungkin sulit karena
ketidakmampuan pasien membuka mulut. /idapatkan pembesaran dan neri tekan
pada kelenjar regional. "ada pemeriksaan kavum oral didapatkan hiperemis.
#onsil hiperemis, eksudasi, mungkin banak detritus dan terdorong ke arah
tengah, depan, dan bawah. Hvula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral.
Abses peritonsil biasana unilateral dan terletak di pole superior dari tonsil ang
terkena, di fossa supratonsiler. 2ukosa di lipatan supratonsiler tampak pucat dan
bahkan seperti bintil*bintil kecil. /iagnosis jarang diragukan jika pemeriksa
melihat pembengkakan peritonsilaris ang luas, mendorong uvula melewati garis
tengah, dengan edema dari palatum mole dan penonjolan jaringan dari garis
tengah. Asimetri palatum mole, tampak membengkak dan menonjol ke depan,
serta pada palpasi palatum mole teraba fluktuasi. !,!
9
-
8/16/2019 Responsis abses
10/26
. "emeriksaan "enunjang !$
9asofaringoskopi dan laringoskopi fleksibel direkomendasikan untuk
penderita ang mengalami gangguan pernafasan. Gold standart pemeriksaan aitu
dengan melakukan aspirasi jarum (needle aspration). #empat ang akan dilakukan
aspirasi di anestesi dengan menggunakan lidokain atau epinefrin dengan
menggunakan jarum berukuran !*!7 ang biasa menempel pada sringe
berukuran !& cc. Aspirasi material ang purulen merupakan tanda khas, dan
material dapat dikirim untuk dibuat biakanna sehingga dapat diketahui
organisme penebab infeksi demi kepentingan terapi antibiotika. "ada penderita
abses peritonsil perlu dilakukan pemeriksaan0
6itung darah lengkap (complete blood count ), pengukuran kadar elektrolit
(electrolyte level measurement ), dan kultur darah (blood cultures).
#es 2onospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan
tonsillitis dan bilateral cervical lmphadenopath. :ika hasilna positif,
penderita memerlukan evaluasiGpenilaian hepatosplenomegal. Liver function
tests perlu dilakukan pada penderita dengan hepatomegal.
Throat culture atau throat swab and culture diperlukan untuk identifikasi
organisme ang infeksius. 6asilna dapat digunakan untuk pemilihan
antibiotik ang tepat dan efektif, untuk mencegah timbulna resistensi
antibiotik.
Plain radiographs adalah foto pandangan jaringan lunak lateral ( Lateral soft
tissue views) dari nasopharng dan oropharng dapat membantu dokter dalam
meningkirkan diagnosis abses retropharngeal.
Computeried tomography !CT scan" biasana tampak kumpulan cairan
hpodense di ape@ tonsil ang terinfeksi menandakan adana cairan pada
tonsil ang terkena disamping itu juga dapat dilihat pembesaran ang
asimetris pada tonsil. "emeriksaan ini dapat membantu untuk rencana operasi.
Peripheral #im $nhancement %ltrasound , contohna0 intraoral
ultrasonograph. %ntraoral ultrasonografi mempunai sensifitas ,$ I dan
spesifitas 17, I. #ranscutaneous ultrasonografi mempunai sensifitas 7&I
dan spesifisitas $,7 I. merupakan teknik ang simple dan noninvasif dan
dapat membantu dalam membedakan antara selulitis dan awal dari abses.
10
-
8/16/2019 Responsis abses
11/26
"emeriksaan ini juga bias menentukan pilihan ang lebih terarah sebelum
melakukan operasi dan drainase secara pasti.
2.2.- Dia&nosis Ban"in& Abses Peritonsil
Abses peritonsil dapat didiagnosis banding dengan penakit*penakit abses
leher dalam lainna aitu0
!. Abses retrofaring
$. Abses parafaring
. Abses submandibula
. Angina ludovici
6al ini karena pada semua penakit abses leher dalam, neri tenggorok,
demam, serta terbatasna gerakan membuka mulut merupakan keluhan ang
paling umum. Hntuk membedakan abses peritonsil dengan penakit leher dalam
lainna, diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik ang cermat.
Selain itu, abses peritonsil juga didiagnosis banding dengan infeksi gigi,
epiglotitis, selulitis peritonsil, faringitis, mononukleosis, adenitis servikal, infeksi
kelenjar saliva, leukemia atau limfoma.
2.2. Tatalasana Abses Peritonsil
8eberapa macam terapi ang selama ini dikenal adalah 0
a) "emberian antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik.
b) "ungsi dan aspirasi disertai antibiotik parenteral.
c) %nsisi dan mengeluarkan nanah disertai pemberian antibiotika secara
parenteral atau peroral.
d) Segera tonsilektomi disertai pemberian antibiotika parenteral.
e) "emberian steroid."ada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi, dan obat
simtomatik. :uga perlu kumur*kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin
pada leher. "emilihan antibiotik ang tepat tergantung dari hasil kultur
mikroorganisme pada aspirasi jarum. "enisilin merupakan drug of choice pada
abses peritonsil dan efektif pada 7I kasus jika dikombinasikan dengan
metronida
-
8/16/2019 Responsis abses
12/26
awal untuk dewasa ! mgGkg dan dosis penjagaan jam setelah dosis awal
dengan infus 1, mgGkg selama ! jam diberikan selama *7 jam dan tidak boleh
lebih dari grGhari.,!
8ila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian
diinsisi untuk mengeluarkan nanah. #empat insisi ialah di daerah ang paling
menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis ang menghubungkan dasar
uvula dengan geraham atas terakhir. &ntraoral incision dan drainase dilakukan
dengan mengiris mukosa overling abses, biasana diletakkan di lipatan
supratonsilar. /rainase atau aspirate ang sukses menebabkan perbaikan segera
gejala*gejala pasien.
8ila terdapat trismus, maka untuk mengatasi neri, diberikan analgesia
lokal di ganglion sfenopalatum. 3emudian pasien dianjurkan untuk operasi
tonsilektomi DaE chaud. 8ila tonsilektomi dilakukan * hari setelah drainase
abses disebut tonsilektomi DaE tiede, dan bila tonsilektomi * minggu sesudah
drainase abses disebut tonsilektomi DaE froid. "ada umumna tonsilektomi
dilakukan sesudah infeksi tenang, aitu $* minggu sesudah drainase abses.
#onsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang ang menderita abses
peritonsil berulang atau abses ang meluas pada ruang jaringan sekitarna.
Abses peritonsil mempunai kecenderungan besar untuk kambuh. Angka
kekambuhan ang mengikuti episode pertama abses peritonsiler berkisar antara
&I sampai $$I. Sampai saat ini belum ada kesepakatan kapan tonsilektomi
dilakukan pada abses peritonsil. Sebagian penulis menganjurkan tonsilektomi '7
minggu kemudian mengingat kemungkinan terjadi perdarahan atau sepsis,
sedangkan sebagian lagi menganjurkan tonsilektomi segera.
"enggunaan steroid masih kontroversial. "enelitian terbarumengungkapkan bahwa penambahan dosis tunggal intravenous de@amethasone
pada antibiotik parenteral telah terbukti secara signifikan mengurangi waktu
opname di rumah sakit (hours hospitalied ), neri tenggorokan (throat pain),
demam, dan trismus dibandingkan dengan kelompok ang hana diberi antibiotik
parenteral.!
2.2./ Kom'liasi Abses Peritonsil
3omplikasi ang mungkin terjadi ialah0
12
-
8/16/2019 Responsis abses
13/26
Abses pecah spontan, mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru, atau piemia.
"enjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses
parafaring. 3emudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum menimbulkan
mediastinitis.
8ila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan thrombus
sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak.
Sekuele post streptokokus seperti glomerulonefritis dan demam rheumatik
apabila bakteri penebab infeksi adalah 'treptococcus Group A.
3ematian walaupun jarang dapat terjadi akibat perdarahan atau nekrosis
septik ke selubung karotis atau carotid sheath.
Akibat tindakan insisi pada abses, terjadi perdarahan pada arteri supratonsilar.
Sejumlah komplikasi klinis lainna dapat terjadi jika diagnosis abses
peritonsil diabaikan. 8eratna komplikasi tergantung dari kecepatan progresif
penakit. Hntuk itulah diperlukan penanganan dan intervensi sejak dini.
2.2.10 Pro&nosis Abses Peritonsil
Abses peritonsil merupakan penakit ang jarang menebabkan kematian
kecuali jika terjadi komplikasi berupa abses pecah spontan dan menebabkan
aspirasi ke paru. Selain itu komplikasi ke intrakranial juga dapat membahaakan
nawa pasien.!
Abses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan
tonsilektomi, maka ditunda sampai minggu berikutna. "ada saat tersebut
peradangan telah mereda, biasana terdapat jaringan fibrosa dan granulasi pada
saat operasi.!
BAB III
LAPAN KASUS
I I"entitas Pen"erita
9ama 0 HA?S
13
-
8/16/2019 Responsis abses
14/26
Hmur 0 tahun
:enis 3elamin 0 Laki*laki
"endidikan 0 S/
"ekerjaan 0 #ukang 8angunan
Suku 8angsa 0 :awa
Agama 0 %slam
Alamat 0 8r. #egal :adi, 2arga, #abanan
#gl "emeriksaan 0 ! 2ei $&!
II Anamnesa
Kel!3an Utama 0 9eri pada tenggorokan
i4a5at Pen5ait Searan&
"asien datang ke poliklinik #6# CSH/ #abanan tanggal ! 2ei $&!
dengan keluhan neri pada tenggorokan. 3eluhan ini dirasakan sejak hari
sebelum datang ke poliklinik. 9eri terutama dirasakan ketika pasien menelan
saat makan maupun minum. 9eri dirasakan seperti ditusuk*tusuk, dan
berlangsung terus*menerus ang terutama dirasakan ketika pasien menelan.
9eri juga dirasakan di daerah wajah bagian kanan ang dirasakan menjalar
hingga ke telinga kanan. Selain neri menelan pasien juga mengeluhkan susah
menelan ang dirasakan semakin memberat. Sejak hari sebelum datang
kepoliklinik pasien mengeluhkan mulai susah membuka mulut, mulut
dirasakan kaku dan pasien susah mengunah, dan menelan, bahkan untuk
menelan air pasien mulai kesusahan. 2akan dan minum pasien dikatakan
berkurang.
"asien juga mengeluhkan benjolan pada belakang telinga kiri angdirasakan sejak hari ang lalu ang dikatakan semakin membesar. benjolan
disertai dengan rasa neri. "asien juga mengatakan sebelumna merasakan
demam hilang timbul ang dirasakan sumer*sumer sejak hari sebelum
datang ke poliklinik namun tidak sempat diukur suhuna. "asien juga
mengeluhkan suara serak sejak hari $ hari sebelum datang ke poliklinik.
14
-
8/16/2019 Responsis abses
15/26
"asien menangkal memiliki keluhan batuk, pilek, dan keluar cairan dari
telinga juga disangkal. "asien juga menangkal memiliki keluhan pusing
ataupun sakit kepala.
i4a5at Pen5ait Da3!l! "an 'en&obatan
"asien mengatakan dulu pernah beberapa kali mengalami neri menelan
namun dikatakan biasana hilang sendiri dan tidak pernah dibawa berobat.
"asien juga mengatakan memiliki riwaat sakit gigi sejak kecil ang hilang
timbul. Bigi pasien dikatakan dulu banak berlubang dan sudah dicabut
sendiri. "asien sebelumna sempat berobat ke bidan dan diberi obat*obatan
namun pasien tidak ingat obatna.
Ciwaat penakit sistemik lain seperti hipertensi dan kencing manis
disangkal.
i4a5at Aler&i
"asien menangkal adana alergi terhadap obat, makanan maupun bahan
tertentu.
i4a5at Pen5ait "alam Kel!ar&a
#idak ada anggota keluarga ang menderita penakit ang sama dengan
pasien.
i4a5at Priba"i "an Sosial
"enderita adalah seorang tukang bangunan, dikatakan semenjak sakit
pasien cuti bekerja karena tidak tahan sakitna. "asien mengatakan seringmakan makanan ang digoreng. "asien juga memiliki kebiasaan merokok
setiap hari kurang lebih $ pak per hari. 3ebiasaan minum minuman
beralkohol dikatakan jarang.
III Pemerisaan %isi 61-7)7201,8
15
-
8/16/2019 Responsis abses
16/26
Stat!s Present
3eadaan umum 0 Sedang
3esadaran 0 -ompos 2entis
#ekanan darah 0 !$&G1& mm6g
9adi 0 7&@Gmenit
Cespirasi 0 $&@Gmenit
#a@ 0 1,&o-
Stat!s General
3epala 0 9ormocephali
2ata 0 Anemis *G* , ikterus *G*
#6# 0 Sesuai status lokalis
#hora@ 0 -or 0 S!S$ tunggal, regular, murmur (*)
"ulmo 0 4esikuler JGJ, +hee
-
8/16/2019 Responsis abses
17/26
Sekret (*) Sekret (*)
2embran timpani
%ntak
putih mengkilat
refleks cahaa (J)
%ntak
putih mengkilat
refleks cahaa (J)
1.(. Pemerisaan Hi"!n&
Ba&ian Hi"!n& L!ar
/e@tra Sinistra
8entuk 9ormal 9ormal
%nflamasi atau tumor * *
9eri tekan sinus * *
/eformitas atau septum
deviasi* *
3inoso'i anterior
4estibulum nasi 9ormal 9ormal
/asar cavum nasi 9ormal
Sekret * *
2ukosa 6iperemis (*) 6iperemis (*)
8enda asing * *
3onka nasi media6ipertrofi (*)
6iperemis (*)
6ipertrofi (*)
6iperemis (*)
3onka nasi inferior.6ipertrofi (*)
6iperemis (*)
6ipertrofi (*)
6iperemis (*)
Septum /eviasi (*)
1.). Pemerisaan ten&&oroan
Li"a3 Hlcus (*), Stomatitis (*)
Palat!m mole Hlcus (*), hiperemis (*)
U9!la 8entuk normal, posisi terdorong kekiri
TonsilTonsil De:tra Sinistra
U!ran #! #!Perm!aan #idak Cata #idak Cata
;arna 6iperemis (J) 6iperemis (*)
Kri'te 2elebar (J) 2elebar (*)
Detrit!s (J) (*)
%arin& • 2ukosa hiperemis (*)
S!ara Serak
IV es!me
17
-
8/16/2019 Responsis abses
18/26
"asien laki*laki berusia tahun, %slam, suku jawa, datang ke poliklinik
#6# CSH/ #abanan tanggal ! 2ei $&! dengan keluhan neri pada
tenggorokan. 3eluhan ini dirasakan sejak hari sebelum datang ke poliklinik.
9eri terutama dirasakan ketika pasien menelan saat makan maupun minum.
9eri dirasakan seperti ditusuk*tusuk, dan berlangsung terus*menerus ang
terutama dirasakan ketika pasien menelan. 9eri juga dirasakan di daerah
wajah bagian kanan ang dirasakan menjalar hingga ke telinga kanan. Selain
neri menelan pasien juga mengeluhkan susah menelan ang dirasakan
semakin memberat. Sejak hari sebelum datang kepoliklinik pasien
mengeluhkan mulai susah membuka mulut, mulut dirasakan kaku dan pasien
susah mengunah, dan menelan, bahkan untuk menelan air pasien mulai
kesusahan.makan dan minum pasien dikatakan berkurang.
"asien juga mengeluhkan benjolan pada belakang telinga kiri ang
dirasakan sejak hari ang lalu ang dikatakan semakin membesar. benjolan
disertai dengan rasa neri. "asien juga mengatakan sebelumna merasakan
demam hilang timbul ang dirasakan sumer*sumer sejak hari sebelum
datang ke poliklinik namun tidak sempat diukur suhuna. "asien juga
mengeluhkan suara serak sejak hari $ hari sebelum datang ke poliklinik.
"asien menangkal memiliki keluhan batuk, pilek, dan keluar cairan dari
telinga juga disangkal. "asien juga menangkal memiliki keluhan pusing
ataupun sakit kepala.
"ada pemeriksaan fisik umum saat pemeriksaan ditemukan tanda vital dan
status generalis dalam kondisi baik. "ada pemeriksaan kepala tidak
didapatkan kelainan, pada pemeriksaan leher saat pemeriksaan tidak lagi
ditemukan benjolan dan neri tekan. "ada pemeriksaan #6# telinga, tidak didapatkan adana kelainan, kondisi telinga masih dalam batas normal. "ada
pemeriksaan hidung, juga tidak didapatkan kelainan. "ada pemeriksaan
tenggorokan didapatkan suara pasien serak, tonsil sudah mengecil dengan
ukuran #!G#!, dimana pada tonsil kanan mukosa masih terlihat hiperemi,
kripta melebar, masih terlihat detritus dan uvula tampak terdorong ke kiri.
V Dia&nosis Ker+a
18
-
8/16/2019 Responsis abses
19/26
Abses "eritonsilar /ekstra
VI Penatalasanaan
9on*medikamentosa 0
* 8edrest
* hindari makanan atau minuman panas dan dingin
* makan makanan lunak
* kumur dengan cairan hangat
* kompres dingin di bagian leher
2edikamentosa0
* /iet -air #3#"
* %4?/ CL0/ $0! $&tpm
* -efota@ime inj. @!gr
* 3etorolac inj. @&mg
* -efuro@ime acetl ";
* Canitidine inj $@! amp
* 2etronida
-
8/16/2019 Responsis abses
20/26
BAB IV
PE*BAHASAN
/ari anamnesis didapatkan pasien mengeluh neri pada tenggorokan.
3eluhan dirasakan sejak hari sebelum datang ke poliklinik. 9eri terutama
dirasakan ketika pasien menelan saat makan maupun minum. 9eri juga
dirasakan menjalar hingga ke telinga. Selain neri menelan pasien juga
mengeluhkan susah menelan ang dirasakan semakin memberat. Sejak hari
pasien juga mengeluhkan mulai susah membuka mulut, mulut dirasakan kaku dan
pasien susah mengunah, dan menelan, bahkan untuk menelan air pasien mulai
kesusahan. 2akan dan minum pasien dikatakan berkurang.
"asien juga mengeluhkan benjolan pada belakang telinga kiri ang
dirasakan sejak hari ang lalu ang dikatakan semakin membesar. benjolan
disertai dengan rasa neri. "asien juga mengatakan sebelumna merasakan
demam hilang timbul, suara pasien juga dikatakan serak sejak $ hari sebelum
20
-
8/16/2019 Responsis abses
21/26
datang ke poliklinik. "asien menangkal memiliki keluhan batuk, pilek, dan
keluar cairan dari telinga juga disangkal. Sebelumna dikatakan pasien pernah
beberapa kali mengalami sakit tenggorokan namun hilang sendiri. Bigi pasien
juga sebelumna dikatakan sering sakit dan banak ang berlubang. Ciwaat
penakit lain seperti alergi dan penakit sistemik disangkal.
8erdasarkan Anamnesis, keluhan ang dialami oleh pasien sesuai dengan
manifestasi klinis pada pasien dengan abses peritonsil. "ada pasien dengan abses
peritonsil dapat ditemukan gejala panas sub febris, disfagia dan odinofagia ang
menolok dan spontan, mengunah terasa sakit karena m. masseter menekan
tonsil ang meradang, neri telinga (otalgia) ipsilateral, foetor e@ orae (mulut
berbau), perubahan suara karena hipersalivasi dan banak ludah ang menumpuk
di faring, trismus (terbatasna kemampuan untuk membuka rongga mulut) ang
bervariasi, tergantung derajat keparahan dan progresivitas penakit. #rismus
menandakan adana inflamasi dinding lateral faring dan m. "terigoid interna,
sehingga menimbulkan spasme muskulus tersebut. 8enjolan ang juga dikeluhkan
pasien bisa berasal dari limfadenitis servikal ang biasana sangat neri
didapatkan dengan palpasi pada sisi ang terkena. /ari anamnesis, r iwaat
adana faringitis akut ang disertai tonsilitis dan rasa kurang naman pada
pharingeal unilateral juga mendukung diagnosis abses peritonsil. /imana pada
pasien ini dikatakan sebelumna pasien beberapa kali mengalami neri
tenggorokan.
"ada pemeriksaan fisik umum saat pemeriksaan ditemukan tanda vital dan
status generalis dalam kondisi baik. "ada pemeriksaan kepala tidak didapatkan
kelainan, pada pemeriksaan leher saat pemeriksaan tidak lagi ditemukan benjolan
dan neri tekan. "ada pemeriksaan #6# telinga, tidak didapatkan adanakelainan, kondisi telinga masih dalam batas normal. "ada pemeriksaan hidung,
juga tidak didapatkan kelainan. "ada pemeriksaan tenggorokan didapatkan suara
pasien serak, tonsil sudah mengecil dengan ukuran #!G#!, dimana pada tonsil
kanan mukosa masih terlihat hiperemi, kripta melebar, masih terlihat detritus dan
uvula tampak terdorong ke kiri.
6asil pemeriksaan fisik ang ditemukan sesuai dengan perjalanan penakit
abses peritonsil dimana sebelumna ditemukan pembesaran #onsil /aerah
21
-
8/16/2019 Responsis abses
22/26
superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar, oleh karena
itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah ini,
sehingga tampak palatum mole membengkak. "ada stadium permulaan (stadium
infiltrat), selain pembengkakan tampak juga permukaan ang hiperemis. 8ila
proses berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerah tersebut lebih lunak dan
berwarna kekuning*kuningan. "embengkakan peritonsil akan mendorong tonsil ke
tengah, depan, bawah, dan uvula bengkak terdorong ke sisi kontra lateral. 8ila
proses terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarna akan menebabkan iritasi
pada m. pterigoid interna, sehingga timbul trismus.
/ari anamnesis dan pemeriksaan ang dilakukan, diagnosis abses
peritonsil dapat ditegakkan. /iagnosis diarahkan dari gejala klinis berupa neri
saat menelan, neri pada tenggorokan ang dirasakan menjalar hingga belakang
telinga kanan, keluhan susah menelan, susah membuka mulut, bengkak pada
belakang telinga kanan dan riwaat demam sumer*sumer sebelumna. "enemuan
peradangan pada tonsil, adana detirus dan kripta ang melebar serta uvula ang
terdorong kebagian ang sehat juga mendukung penegakkan diagnosis abses
peritonsil.
"enatalaksanaan abses peritonsil berupa pemberian antibiotika dosis tinggi
dan obat simtomatik, pungsi dan aspirasi disertai antibiotik parenteral, %nsisi dan
mengeluarkan nanah disertai pemberian antibiotika secara parenteral atau peroral,
rencana tonsilektomi setelah drainage dan pemberian steroid. "ada kasus ini.
pasien diberikan antibiotik injeksi untuk menanggulangi infeksi ang sedang
terjadi dilanjutkan dengan pemberian antibiotic oral. "ada pasien ini juga
diberikan analgetik untuk mengurangi neri ang dialami pasien berupa ketorolac
injeksi dan methlprednisolone oral ang berupa golongan steroi ang jugadiharapkan untuk mengurangi peradangan ang terjadi pada pasien ini. "ada
pasien ini diberikan injeksi ranitidine untuk mengurangi resiko ulserasi lambung
akibat peningkatan asam lambung dikarenakan intake ang kurang dari pasien
karena pasien sudah beberapa hari susah untuk makan dan makan dikatakan
berkurang."ada pasien ini juga direncakan pungsi, dan insisi drainage dari abses
serta rencana untuk tonsilektomi setelah drainage.
22
-
8/16/2019 Responsis abses
23/26
3%= ang diberikan kepada pasien penjelasan kepada pasien dan keluarga
mengenai diagnosis, rencana terapi dan intervensi, serta prognosis. %nformasi
tentang pentingna menjaga higenitas mulut, serta penjelasan mengenai indikasi,
prosedur, dan komplikasi tonsilektomi ang direncakan untuk pasien ini.
BAB V
SI*PULAN
Abses peritonsil sering disebut sebagai Peritonsillar Abscess ("#A) atau
>uins adalah suatu rongga ang berisi nanah didalam jaringan peritonsil ang
terbentuk sebagai hasil dari tonsillitis supuratif.
Abses peritonsil terjadi sebagai akibat dari komplikasi tonsilitis akut atauinfeksi ang bersumber dari kelenjar mukus +eber di kutub atas tonsil. 8iasana
kuman penebabna sama dengan kuman penebab tonsillitis, dapat ditemukan
kuman aerob dan anaerob. 3ebanakan abses peritonsil didahului adana
gangguan atau penakit sebelumna di tonsil. Apabila terjadi infeksi akut di tonsil
maka infeksi akan menebar ke ruang peritonsiler sehingga menebabkan selulitis
peritonsiler atau bisa juga terjadi obstruksi di kelenjar weber. 3elenjar weber
23
-
8/16/2019 Responsis abses
24/26
adalah kelenjar saliva ang terletak di pole tonsil, pole superior tonsil dan
duktusna menuju fossa tonsilaris.
Bejala ang dikeluhkan pasien antara lain panas sub febris, disfagia danodinofagia ang menolok dan spontan, perubahan suara karena hipersalivasi dan
banak ludah ang menumpuk di faring, rinolalia aperta karena udem palatum
molle, trismus (terbatasna kemampuan untuk membuka rongga mulut) ang
bervariasi, tergantung derajat keparahan dan progresivitas penakit, Limfadenitis
servikal ang sangat neri bisa didapatkan dengan palpasi pada sisi ang terkena.
#onsil pada umuna tergeser ke arah inferior dan medial dengan deviasi
kontralateral uvula.
/iagnosis abses peritonsil sering ditetapkan dengan dasar anamnesis dan
pemeriksaan fisik ang teliti serta dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk mengkonfirmasi diagnosis. Adapun Gold standart pemeriksaan penunjang
abses peritonsil aitu dengan melakukan aspirasi jarum (needle aspration).
"enatalaksanaan abses peritonsil berupa pemberian antibiotika dosis tinggi dan
obat simtomatik, pungsi dan aspirasi disertai antibiotik parenteral, %nsisi dan
mengeluarkan nanah disertai pemberian antibiotika secara parenteral atau peroral.
rencana tonsilektomi setelah drainage dan pemberian steroid
2anifestasi klinis tonsillitis sangat bervariasi. Bejala ang sering ditemui
adalah rasa mengganjal pada tenggorokan, rasa kering di tenggorok, dan nafas
berbau tidak sedap. #onsilitis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis
serta pemeriksaan fisik pada pasien. "emeriksaan penunjang ang dapat dilakukan
untuk memperkuat diagnosa tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan
laboratorium. /iagnosa banding tonsillitis aitu tonsillitis difteri, angina plaut
4incent (stomatitis ulseromembranosa).
Secara umum, penanganan tonsillitis dapat dibagi kedalam terapi
farmakologi dan non*farmakologi. #erapi farmakologi dengan memberikan terapi
antibiotik dan terapi suportifGsimtomatik. Hntuk terapi non*farmakologi bisa
dengan terapi operatif atau dengan menghindari faktor resiko sehingga bisa
mengurangi rekurensi dan memberatna dari penakit ini. Abses peritonsil hampir
selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi, maka ditunda sampai
24
-
8/16/2019 Responsis abses
25/26
minggu berikutna. "ada saat tersebut peradangan telah mereda, biasana terdapat
jaringan fibrosa dan granulasi pada saat operasi
DA%TA PUSTAKA
!. Abidin, #aufik. Abses "eritonsiler. 2ataram 0 ?akultas 3edokteran
Hniversitas 2ataramK $&&.
$. 2ehta, 9infa. 2/. "eritonsillar Abscess. Available from.
www.emedicine.com. /iakses 2ei $&!
. 9icholas :. Balioto, 2d. Peritonsillar Abscess. /es 2oines, %owa 0
8roadlawns 2edical -enterK $&&7.. Soepardi =A, %skandar 9, 8ashiruddin :, Cestuti C/. 8uku Ajar %lmu
3esehatan0 #elinga, 6idung, #enggorok, 3epala, dan Leher. =disi 4%%.
:akarta0 8alai "enerbit ?3H%K $&&1.
. Anonim. 6ost /efence Againts "neumococcal /isease. /iunduh dari
http0GGwww.ethesis.helsinki.fiGjulkaisutGlaaGhaartGvkGnieminenGreview.htm,
diakses 2ei $&!.
. 8udapest Student. The (aldeyer)s #ing. /iunduh dari
http0GGwww.tulip.ccn.cun.edu, diakses 2ei $&!.
1. +anri A. #onsilektomi. "alembang0 /epartemen #elinga, 6idung /an
#enggorok, ?akultas 3edokteran Hniversitas SriwijaaK $&&1.
25
http://www.ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/haart/vk/nieminen/review.htmhttp://www.tulip.ccny.cuny.edu/http://www.tulip.ccny.cuny.edu/http://www.ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/haart/vk/nieminen/review.htm
-
8/16/2019 Responsis abses
26/26
7. +iatrak 8:, +oolle AL. "harngitis and Adenotonsillar /isease dalam
-ummings ;tolarngolog'6ead and 9eck Surger. th =dition. =lsevier
2osb %nc.K $&&.
. 8aile, 8ron :., :ohnson, :.#., $&&. *ead + ,eck 'urgery -tolaryngology
/th ed. Lippincott +illiams +ilkins!&. Balioto, 9., "eritonsillar Abscess. Am 0am Physician. $&&7K11($)0!*$&$.
!!. Bosselin, 8.:., Beibel, :. $&!&. Peritonsillar Abscess. Available at
www.medscape.com. /iakses 2ei $&!
!$. "aleri, 4., 6ill, :., $&!&. $,T &nfections1 An Atlas of &nvestigation and
2anagement. -linical "ublishing0 ;@ford
!. 3artosoediro S, Cusmarjono. Abses Leher Dalam. =disi 4%. :akarta0 8alai
"enerbit ?akultas 3edokteran Hniversitas %ndonesiaK $&&1.
!. Bosselin 8:. "eritonsillar Abscess #reatment and 2anagement. /iunduh dari
http0GGemedicine.medscape.comGarticleG!7*treatmentMd!, diakses
?ebruari $&!.
15.6enr. Peritonsillar Abcess. Available at0http0GGwww.revolutionultrasound.com . diakses 2ei $&!
http://www.medscape.com/http://www.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/article/194863-treatment#d13,http://www.revolutionultrasound.com/http://www.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/article/194863-treatment#d13,http://www.revolutionultrasound.com/