respirasi fat
DESCRIPTION
respirasi fatTRANSCRIPT
RESPIRASI
I. TUJUAN
Mengetahui perbedaan kecepatan respirasi pada kecambah kedelai hitam dan kecambah
kacang hijau serta pengaruh pemanasan (suhu 40o) pada kecepatan respirasi.
II. DASAR TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Respirasi adalah semua jenis reaksi biokimia yang menghasilkan energi secara oksidatif
dimana selama berlangsungnya proses terjadi pemindahan elektron secara biologi. Respirasi
dapat dikatakan proses yang meliputi penyerapan oksigen ,sehingga menyebabkan oksidasi dan
peruraian senyawa senyawa organik dengan melepas energi. Respirasi merupakan proses
katabolisme yang bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan untuk menyelenggarakan
proses proses kehidupan atau dengan kata lain untuk mempertahankan integritas jaringan.Jika
gula heksosa digunakan sebagai substrat maka reaksinya akan membutuhkan oksigen dengan
reaksi sebagai berikut :
C6H12O6 + 6O2 6CO2+ 6H2O + 675 Kal
(Winarno , 1997)
Menurut Lehninger (1991), respirasi merupakan proses pemecahan gula menjadi
karbondioksida dan air disertai pelepasa energi .Proses ini bersifat aerobik atau menggunakan
oksigen, piruvat hasil glikolisis dioksidasi menjadi CO2 dan H2O.
Respirasi atau sering disebut pernafasan adalah suatu proses metabolisme menggunakan
oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protein, dan lemka
dengan mengahsilakn CO2, air dan sejumlah besar elektron-elektron atau senyawa makromolekul
dioksidasi dengan membentuk NADH (Nicotinamida Adenin Dinukleotida), dan ion H+
kemudian melelui flavoprotein dan sistem sitokrom, elektron yang dihasilkan akan mereduksi
oksigen dan menghasilkan air. Dari reaksi yang panjang tersebut akan dihasilkan energi dalam
bentuk ATP sebesar 38ATP (Winarno, 2002).
Menurut Dwijoseputro (1981), ada dua macam respirasi, yaitu
1. Respirasi aerob, yaitu respirasi yang berjalan dengan menggunakan oksigen bebas sebagai
penerima elektron. Substrat utamanya adalah gula yang memiliki 6C. lemak baru akan
dioksidasi jika heksosa yang tersedia telah habis. Untuk dapat menjadi substrat dalam
respirasi, lemak perlu diubah dulu menjadi asam lemak dan gliserol. Protein juga dapat
1
sebagai substrat setelah karbohidrat dan lemak habis dengan pembongkaran menjadi asam
amino dulu.
Reaksi yang terjadi:
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 686 kkal
2. Respirasi anaerob atau fermentasi, yaiturespirasi yang berjalan tanpa memerlukan adanya
okasigen bebas. Dalam respirasi ada beberapa senyawa penting yang dapat digunakan
sebagai pegukur proses respirasi antara lain glukosa, ATP, CO2 dan O2. Olah karena itu
beberapa cara telah dicoba digunakan untuk mengukur proses ini dnegan mengetahui
perubahan gula, jumlah ATP, jumlah CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan.
(Winarno, 2002).
Reaksi yang terjadi :
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 21 kkal
Secara garis besar respirasi dibagi menjadi empat tingkat yaitu :
1 pada tingkat pertama, unauthorized copy molekul molekul besar dipecah mejadi satuan-satuan
yang lebih kecil. Polisakarida dipecah menjadi gula sederhana seperti glukosa dimana pada
tingkat ini tidak dihasilkan energi
2 pada tingkat kedua, hasil pemecahan tingkat pertama seperti glukosa akan dioksidasi sehingga
menghsilkan asam piruvat
3 pada tingkat ketiga, merupakan jalur tunggal yaitu siklus krebs. Pada tingkat ini senyawa
intermediet yang dihasilkan pada tingkat pertama dan kedua dioksidasi sempurna menjadi CO2
H2O yang disertai dengan sedikit pembebasan energi
4 tingkat keempat, terdiri dari reaksi transpor elektron dan fosforilasi oksidatif.Pada transpor
elektron elektron-elektron yang diikat oleh NADH dan FADH2 ditransfer ke oksigen disertai
pembebasan sejumlah besar energi. Energi ini dipakai untuk memacu pembentukan ATP oleh
reaksi fosforilasi oksidatif
(Tranggono, 1989)
Menurut Umar dan Murdjiati (1991), proses respirasi dapat berlangsung dalam tiga tahap
yaitu:
1. perubahan polisakarida menjadi gual sederhana
2. oksidasi gula sederhana menjadi asam piruvat
3. asam piruvat dengan asam organik mengahsilkan CO2, H2O dan energi
2
Sedangkan menurut Lehninger (1991), tahap-tahap respirasi adalah sebagai berikut:
tahap petama molekul bahan organik,karbohidrat,asam lemak, dan beberapa asam amino
dioksidasi menghasilkan pecahan 2 karbon,yaitu gugus asetil dari asetil koenzim A.Tahap kedua
gugus asetil ini masuk dalam siklus asam sitrat yang akan menguraikan molekul ini secara
enzimatik menghasilkan atom hidrogen berenergi tinggi dan menghasilkan pula CO2 yang
merupakan produk akhir dari oksidasi bahan bakar organik tersebut.Tahap selanjutnya atom
hidrogen dipisahkan menjadi proton(H+)dan elektron berenergi tinggi yang dipindahkan melalui
molekul molekul pembawa elektron yaitu rantai respirasi,menuju molekul oksigen dan tereduksi
sehingga menjadi H2O.Selama proses transport elektron ini banyak energi yang dibebaskan dan
disimpan dalam bentuk ATP dengan proses fosforilasi oksidatif.
Dapat disimpulkan bahwa respirasi berhubungan dengan penyusunan zat organik,
penggunaaan O2, pengeluaran CO2 dan pengahsilan energi. Hal tersebut juga merupakan
manifestasi dari proses respirasi yang terjadi pada sel hidup. Ada dua macam proses penting
dalam respirasi yaitu:
1. Pembongkaran ikatan antar atom karbon dan pemutusan ikatan atom hidrogen yang telah
menjadi karbohidrat.
2. Perpindahan atom-atom hidrogen dari pembongkaran tadi ke oksigen membentuk air.
(Umar dan Murdjiati, 1991)
Respirasi berhubungan dengan berkurangnya zat penyusun buah-buahan/sayuran,
tersedianya oksigen, penimbunan karbondioksida dan dihasilkan energi. Dengan terjadinya
respirasi maka tanaman atau bagiannya kehilangan karbohidrat sedangkan udara disekitarnya
menerima CO2, panas dan memberikan O2 (Murdidjati,1990).
Laju respirasi merupakan indikator aktivitas metabolisme yang baik dalam jaringan.
Cepat lambatnya perombakan senyawa organik dalam jaringan dicirikan oleh laju respirasi. Laju
respirasi yang tinggi menyebabkan umur simpan bahan pendek. Tinggi rendahnya laju respirasi
dapat diukur dengan menentukan jumlaj substrat yang berkurang, jumlah O2 yang digunakan,
jumlah CO2 yang dihasilkan dan energi yang dilepaskan ke lingkungan. Pengukuran berdasarkan
jumlah CO2 merupakan pengukuran yang paling mudah dan paling baik. hal ini dikarenakan CO2
yang dihasilkan berhubungan secara aerobik dan anaerobik, maka tidak dapat diketahui secara
pasti manakah yang berperan dalam bahan yang bersangkutan. (Dwijoseputro,1981)
Dalam Dwijoseputro (1981), disebutkan ada tiga cara untuk mengukur laju respirasi,
yaitu:
1. Menghitung jumlah substrat yang hilang
3
Yaitu dengan menghitung substrat yang ada sebelum dan sesudah respirasi. Dari selisih
jumlah substrat tersebut digunakan untuk proses pembongkaran untuk menghasilkan energi.
2. Jumlah energi dan H2O yang dihasilkan
Yaitu dengan melakukan pengukuran berdasarkan energi yang dihasilkan, dilakukan dengan
mengukur panas yang timbul. Panas ini sebagai manifestasi dari sebagian energi yang dilepas
dari proses fermentasi
3. Jumlah CO2 yang dihasilkan dan O2 yang dibutuhkan
Quantitative Respirasi/QR merupakan perbandingan antara jumlah CO2 yang dihasilkan
dengan jumlah O2 yang dipakai selama proses respirasi berlangsung. Harga QR dapat
dipergunakan untuk memperkirakan sifat substrat yang digunakan dalam proses fermentasi,
mengetahui sejauh mana respirasi berlangsung. Secara aerobik atau anaerobik, bila substrat
yang digunakan karbohidrat maka harga QR adalah satu, asam lemak dan protein kurang dari
satu dan jika asam organik maka harga QR lebih dari satu. Semakin besar harga QR
menunjukkan semakin banyak CO2 yang dihasilkan selama respirasi yang berarti juga laju
respirasi semakin besar.
(Dwijoseputro, 1981)
Pengukuran laju respirasi dengan penangkapan O2 menggunakan alkali adalah cara yang
konvensional. Dengan sistem aliran langsung, sampel yang akan diukur dimasukkan dalam
wadah dan dialiri udara dengan kecepatan konstan. Udara yang keluar dari wadah akan
membawa CO2 hasil respirasi dimasukkan dalam larutan basa sehingga terbentuk garam, selain
itu CO2 yang ditangkap dengan basa dapat ditentukan kecepatan respirasinya yaitu:
Kecepatan respirasi = mg CO2
kg bahan x jam
Respirasi pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Faktor internal
a. Tipe dan genotype
Untuk komoditas yang jenisnya berbeda maka laju respirasinya juga berbeda.
Sedangkan untuk genotype, meskipun komoditasnya sama namun genotipenya
berbeda maka laju respirasinya juga berbeda. Jaringan muda memiliki metabolisme
yang lebih aktif sehingga mempunyai kecepatan respirasi jauh lebih tinggi daripada
jaringan dorman atau tua.
b. Macam substrat
Sesuai dengan banyaknya atom C yang digunakan oleh tanaman sebagai substrat
yang ada dalam persenyawaan organik dan O2 yang diperlukan maka dapat
4
dirangkum nilai dari RQ yang merupakan perbandingan jumlah CO2 yang terlepas
dengan jumlah O2 yang diperlukan dalam respirasi masing– masing substrat. RQ
bervariasi apabila RQ = 1 berarti substrat yang digunakan adalah gula, apabila RQ <
1 berarti substratnya adalah asam organik sedangkan jika RQ > 1 berarti substrat yang
digunakan berasal dari pembakaran asam lemak.
c. Tingkat perkembangan
Variasi dalam kecepatan respirasi terjadi pada saat tingkat perkembangan organ.
Semakin besar buah maka CO2 yang dikeluarkan akan semakin banyak tetapi laju
respirasi dihitung berdasarkan unit berat maka laju respirasi akan terus menurun. Laju
respirasi buah-buahan masak jauh lebih rendah dari pada laju respirasi pada buah
muda.
d. Ukuran produk
Jaringan yang lebih kecil akan mempunyai permukaan yang lebih luas tiap satuan
berat maka akan lebih cepat untuk mengadakan difusi O2 ke dalamnya bila
dibandingkan dengn jaringan yang lebih besar, akibatnya kecepatan respirasi pada
jaringan yang lebih kecil akan semakin tinggi.
e. Pelapis alami
Produk yang berkulit baik diharapkan mempunyai kecepatan reaksi yang lebih
kecil.
(Tranggono, 1990)
2. faktor eksternal
a. Etilen: Mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk mencapai mencapai puncak
klimakterik pada proses respirasi.
b. Suhu :pada suhu 30 - 40 C respirasi berjalan giat, reaksi kimia berjalan
cepat sehingga akan dihasilkan produk secara optimal. Suhu diatas itu akan
terlalu tinggi akan menyebabkan proses respirasi terhambat karena enzim
menjadi inaktif.
c. Ketersediaan O2 : Peningkatan Oksigen diudara akan meningkatkan mecepatan
respirasi sampai pada batas optimumnya. Tapi konsentrasi oksigen yang
melebihi 20% akan menurunkan respirasi.
d. Ketersediaan CO2 : CO2 yang besar akan menghambat respirasi.
e. Zat pengatur pertumbuhan
f. Luka dan kerusakan : luka akan memacu respirasi tetapi tergantung pada parah
tidaknya luka itu.
5
g. Cahaya : cahaya akan meningkatkan laju fotosintesa sehingga memacu
terbentuknya substrat tersedia banyak akan meningkatkan respirasi
(Winarno dan Aman, 1982)
B. Tinjauan Bahan
Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu hasil bahan pangan kacang-kacangan dari keluarga
leguminosa. Beberapa nama diberikan terhadap kacang hijau ini, antara lain : vigna radiata L.,
Phaseolis radiatus L., Phaseolus aureus roxb (Tri Susanto dan Budi Saneto, 1994). Cadangan
makanan dari kacang hijau ini terletak pada kotiledonnya. Warna kulit permukaannya adalah
hijau. Biji kacang hijau mempunyai kulit permukaan yang melekat erat pada kotiledonnya.
Kondisi kulit biji yang melekat erat pada kotiledon tersebut seringkali sangat menghambat
penyerapan air oleh kotiledon sehingga proses perkecambahan mengalami kelambatan. Proses
perkecambahan pada kacang hijau dapat dipercepat dengan melakukan perendaman atau
mengkondisikan biji pada kelembaban tinggi. Perendaman juga dimaksudkan untuk
mempermudah pelepasan kulit biji karena pada saat itu kulit biji baru dapat menyerap banyak
air, sehingga kulit biji mengembang dan mudah dilepaskan.
Komposisi kimia kacang hijau adalah sebagai berikut:
Komposisi kimia Jumlah
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
VIT. A (SI)
Vit B1 (mg)
Vit C (mg)
Air (g)
bdd. (%)
345
22,2
1,2
62,9
125
(320)
6,7
157
0,64
6
10
100
Sumber: Anonim, 1981
6
Kedelai HItam
Kedelai adalah tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar
Glycine ururiencis, merupakan kdelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal
sekarang (Glycine max (L) Merril). Kedelai dapat diolah menjadi tepung kedelai yang secara
garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu olahan dalam bentuk protein
kedelai dan minyak kedelai. Kadar protein di dalam kedelai berhubungan dengan kadar non
proteinnya. Jika kadar protein naik maka kadar lemak menurun sebesar 0,33 %, gula 0,33 % dan
sisanya holoselulosa dan pentosan. Lemak kasar dalam kedelai terdiri dari trigliserida sebesar
90-95% sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan tokoferol. Jumlah
fosfatida dalam kedelai sekitar 2% yang terdiri dari lesithin dan sephalin. (Ketaren, 1986)
Kacang kedelai merupakan bahan nabati yang kaya akan nilai gizi. Komponen protein
dan lemak meliputi 60% dan sepertiga bagian merupakan karbohidrat.Kandungan karbohidrat
kedelai sebanyak 25,4 - 32,5%, terdiri dari monosakarida, oligosakarida, pati dan karbohidrat
lain (Halim,1997).
Komposisi kimia kedelai kering:
Komposisi kimia Jumlah
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
VIT. A (SI)
Vit B1 (mg)
Vit C (mg)
Air (g)
bdd. (%)
331
34,9
18,1
34,8
227
585
8,0
110
1,07
-
7,5
100
Sumber: Anonim, 1981
BTB
Larutan BTB sebagai indikator dapat dibuat dengan cara melarutkan BTB sebanyak 1 gr
dalam 75 ethyl alkohol 50% dan ditambah NaOH 0 ,1 N sampai warna biru cerah Kemudian
diencerkan dengan ethyl alkohol 50% sampai volume 100 ml. Larutan BTB adalah indikator pH
7
bertrayek 6 ,2 hingga 7 ,6 berwarna biru pada suasana netral / sedikit basa dan berwarna kuning
pada larutan asam (Sudarmadji ,1996). Untuk mendapatkan BTB 0 ,001% pada percobaan ini
maka ditimbang 0,01 gr BTB dimasukkan kedalam labu takar 1 L ditambahkan 0 ,2 gr Na-
bikarbonat dan dilarutkan dengan aquades sampai tanda (Anonim, 1972).
C. HIPOTESIS
− Laju respirasi kecambah kacang hijau lebih cepat daripada laju respirasi kecambah kedelai
hitam karena kecambah kacang hijau luas permukaannya lebih besar dan lebih banyak
mengandung karbohidrat daripada kecambah kedelai hitam. Semakin luas permukaan maka
semakin banyak berhubungan dengan udara sehingga oksigen yang masuk lebih banyak dan
CO2 yang dihasilkan dari respirasi juga lebih banyak. Sedangkan karbohidrat merupakan
substrat utama respirasi sehingga semakin banyak karbohidrat yang ada maka respirasinya
juga akan semakin cepat.
− Laju respirasi kecambah lebih cepat apabila dipanaskan pada suhu 40o C karena pada suhu
tersebut enzim amilase aktif bekerja untuk memecah karbohidrat sehinggalaju respirasinya
lebih cepat.
8
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat
− Tabung reaksi + rak
− Pipet ukur + propipet
− Pengatur aliran udara
− Tabung respirator
− Waterbath
− Aerator
− Selang udara
− Penunjuk waktu
− Spektrofotometer
− Kuvet
B. Bahan
− Kecambah kacang hijau
− Kecambah kedelai hitam
− Larutan BTB 0,001%
C. Cara Kerja
100 g kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai
9
Gas yang keluar ditangkap dengan tabung reaksi yang berisi larutan BTB 0,001 %
Dilakukan respirasi 10 menit
Dimasukkan ke tabung respirator
Perhitungasn laju respirasi
Pengukuran transmitansi pada λ = 615 nm
suhu ruang (25o C) Pemanasan suhu 40o C
Pengaliran udara pada respirator
Gambar Rangkaian Alat
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil Percobaan dan Perhitungan
Sampel Kecepatan Respirasi
(mg CO2 / kg bahan jam)
Kecambah kacang hjau 24,4050
Kecambah kacang hijau 40o 12,0540
Kecambah kedelai hitam 15,9525
Kecambah kedelai hitam 40o 35,2740
Pada percobaan ini akan diketahui perbedaan kecepatan laju respirasi pada kecambah
kacang hijau dan kecambah kedelai hitam dan juga akan diketahui perngaruh pemanasan pada
suhu 40o C dan pada suhu kamar pada kecepatan respirasi.
Percobaan dilakukan dengan mengukur laju respirasi dengan cara mengukur jumlah
karbondioksida yang dihasilkan. Bahan yang berupa kecambah kacang hijau dan kedelai hitam
sebanyak masing-masing 100 gr dimasukkan ke dalam 4 tabung respirator jadi dua tabung berisi
kecambah kacang hijau dan dua tabung berisi kecambah kedelai hitam. Kemudian masing-
masing tabung diberi perlakuan yang berbeda dua tabung yang berisi kedelai hitam dan kacang
hijau dipanaskan didalam waterbath pada suhu 40o C dan dua tabung lainnya dibiarkan pada
suhu ruang. Selain itu juga disiapkan dua tabung respirator yang digunakan untuk kontrol panas
dan kontrol suhu ruang. Kontrol berfungsi sebagai acuan untuk menghitung banyaknya CO2
yang berasal ari udara supaya diketahui CO2 murni yang diperoleh dari hasil respirasi dan tidak
mengalami penambahan CO2.
Untuk menyediakan oksigen selama terjadinya respirasi maka disediakan udara yang
dialirkan dari Aerator yang akan mengambil udara luar dan dipompakan menuju tabung
respirator. Kemudian respirasi dilakukan selama 10 menit. CO2 yang dihasilkan pada proses
respirasi kecambah akan terdorong keluar dan ditampung dalam tabung yang berisi BTB 0,001%
10 ml melalui selang. Sebelumnya aliran udara dalam selang disamakan terlebih dahulu agar
masing-masing selang memiliki kecepatan aliran yang sama. Kemudian diamati perubahan
warna yang terjadi pada BTB.
BTB berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui keasaman dari suatu cairan dan
sebagai penangkap CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi dengan cara mereduksi CO2.
Dengan sifat BTB yang bersifat agak sedikit basa mempunyai trayek pH antara 6,2-7,6 dan
berwarna biru muda. Warna biru muda ini akan berubah menjadi hijau kekuningan ketika CO2
yang telah menjadi asam karena CO2 yang dihasilkan akan bereaksi dengan air yang juga hasil
11
respirasi maka dalam larutan BTB akan dihasilkan asam lemah yaitu asam karbonat (H2CO3)
berada dalam larutan BTB.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
CO2 + H2O H2CO3
Perubahan warna tadi yaitu biru muda menjadi hijau kekuningan dapat ditera seberapa
intensitas biru yang berkurang dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm.
Digunakan panjang gelombang 615 nm karena panjang gelombang tersebut adalah panjang
gelombang optimum untuk warna biru. Yang diukur disini bukanlah absorbansinya, tetapi
transmitansinya sebab jika digunakan absorbansi persamaan garis lurus bergradien negatif
karena semakin banyak CO2 absorbansi semakin turun sedangkan kurva standar yang diperlukan
adalah yang berslope positif.
Kemudian dari transmitansi yang sudah diukur dapat digunakan untuk perhitungan
banyaknya CO2 hasil respirasi sehingga dapat diketahui kecepatan respirasi. Kecepatan repirasi
ini dihitung dengan menggunakan rumus :
Laju respirasi = mg CO2
Sedangkan mg CO2 yang dihasilkan dihitung dengan menggunakan rumus :
mg CO2 = BM CO2
Volume CO2 yang diperoleh dihitung dengan menggunakan persamaan kurva standar y =
54,3571x + 22,9048 dengan r = 0.9630. Sehingga akan diperoleh kecepatan respirasi kecambah
kacang hijau suhu kamar adalah 24,4050 mg CO2/kg bahan.jam; suhu 40oC 12,0540 mg CO2/kg
bahan.jam, kecambah kacang kedelai hitam suhu kamar 15,9525 mgCO2/kg.jam; suhu 40oC
35,2740 mg CO2/kg bahan.jam. jadi kecepatan respirasi kecambah kacang hijau > kecambah
kedelai hitam, kecambah kacang hijau (40o ) < kecambah kacang hijau (suhu ruang), dan
kecambah kedelai hitam (40o ) > kecambah kedelai hitam (suhu ruang).
Kecepatan respirasi kecambah kacang hijau yang lebih besar daripada kecepatan respirasi
kecambah kacang kedelai ini, lebih disebabkan oleh faktor internal diantaranya :
1. Ukuran komoditi
Kecambah kacang hijau memiliki ukuran yang lebih kecil daripada kecambah kacang
kedelai, sehingga luas permukaannya lebih besar. Menurut Umar dan Murdidjati, (1991)
Luas permukaan adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi laju reaksi. Semakin
luas permukaan bahan, maka akan semakin banyak bagian permukaan bahan yang
bersentuhan dengan udara, sehingga gas O2 yang terdifusi ke dalam jaringan akan lebih
12
banyak. Semakin banyak gas O2, maka akan semakin banyak gula yang dipecah menjadi gas
CO2 dan H2O, sehingga laju respirasinya akan semakin tinggi.
2. Macam substrat
Kacang hijau mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 62,9% dan kedelai kering 30,1 %
(Anonim,1981). Untuk kecambah kacang hijau yang paling dominant adalah karbohidrat
sehingga harga QR-nya = 1, sedangkan kecambah kacang kedelai yang dominant adalah
lemak sehingga QR-nya < 1. Harga QR ini menunjukkan perbandingan antara CO2 dan O2
yang dibutuhkan selama proses respirasi. QR yang besar menunjukkan banyaknya CO2 yang
dihasilkan sehingga laju respirasinya akan semakin tinggi pula.
3. Pelapis kulit
Pada biji kedelai memiliki kulit ari sehingga memungkinkan oksigen untuk mengisi ruang
penutup kulit dan tidak dapat digunakan untuk respirasi.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi keepatan respirasi adalah pemanasan
pada suhu 40o C. dengan pemanasan maka kecepatan respirasi akan meninggkat karena pada
suhu tersebut enzim akan bekerja optimal. Apabila enzim amilase bekerja optimal maka
kecepatan pemecahan karbohidrat semakin meningkat sehingga kecepatan respirasinya akan
semakin cepat.
Tetapi, menurut Pantastico (1986), pemindahan buah-buahan atau sayur-sayuran yang
sedang berespirasi dari suhu 75oF ke suhu 100oF, mula-mula akan menaikkan laju respirasi,
namun kemudian disusul dengan penurunan sedikit demi sedikit sampai lajunya mendekati nol.
Penurunan ini mungkin merupakan gambaran terjadi perusakan (denaturasi) enzim. Namun
penurunan laju respirasi pada suhu yang tinggi dapat juga merupakan pertanda bahwa :
− O2 tidak berdifusi cukup cepat untuk dapat mempertahankan laju respirasi yang ada.
− CO2 tertimbun di dalam sel sampai tingkat yang dapat menghambat metabolisme.
− Suplai bahan makanan yang dapat dioksidasi tidak cukup untuk mempertahankan laju
respirasi yang tinggi.
Sehingga dapat diketahui bahwa laju respirasi dapat meningkat sejalan dengan naiknya
suhu sampai dengan batas-batas suhu tertentu (suhu fisiologis). Apabila suhu tetap dinaikkan
melewati suhu fisiologis, maka laju respirasi akan menurun hingga kelamaan akan mendekati
nol.
Hasil percobaan tersebut menunjukkan penyimpang seharusnya kecepatan respirasi pada
kecambah kacang hijau (40o C) > kecambah kacang hijau (suhu ruang), penyimpangan ini
mungkin terjadi karena jaringan kacang hijau mudah rapuh bila dipanaskan sehingga mudah
rusak sehingga laju respirasinya menurun, selain itu mungkin terjadi karena kebocoran tabung
13
aerator karena tutup yang tidak rapat sehingga CO2 pada tabung yang berisi kecambah kacang
hijau pada suhu ruang lebih banyak dan dimungkinkan juga pengatur aliran udara tidak dipasang
secar tepat sehingga mempengaruhi laju reaksi.
14
V. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan:
1. Laju respirasi pada percobaan ini dihitung berdasarkan jumlah CO2 yang dilepaskan saat
respirasi.
2. Laju repirasi kecambah kacang hijau lebih besar daripada kecambah kacang kedelai baik
pada suhu kamar maupun pada suhu 40oC.
Laju respirasi kecambah kacang hijau :
Suhu kamar = 24,4050 mgCO2/Kg.jam
Suhu 40oC = 12,0540 mgCO2/Kg.jam
Kecambah kacang kedelai :
Suhu kamar = 15,9525 mgCO2/Kg.jam
Suhu 40oC = 35,2740 mgCO2/Kg.jam
3. Laju respirasi pada kecambah yang dipanaskan lebih cepat daripada kecambah pada suhu
ruang.
4. Laju respirasi dipengaruhi bermacam-macam faktor seperti jumlah substrat, kesegaran
lingkungan, perlakuan pasca panen dan lain-lain.
Yogyakarta, 1 Maret 2005
Mengetahui,
Asisten Praktikan
Marlia Anggraini Fattiyah Rahmawati
Palupi Melati
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim ,1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Depkes RI. Bhatara Karya, Jakarta.
Dwidjoseputro, 1981. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta.
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.
Lehninger, A.L., 1991. Dasar-dasar Biokimia. PT Erlangga, Jakarta.
Murdijati, 1990. Respirasi dan Teknik – Teknik Pengukurannya. FTP UGM, Yogyakarta.
Pantastico, ER. B., 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan : Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sudarmadji, S. dkk, 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sudarmanto, 1989. Biokimia. Fakultas Teknologi Pertanian Ugm, Yogyakarta.
Tranggono, dkk, 1989.. Biokimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi Ugm, Yogyakarta.
Tranggono, 1990. Kimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Umar Santoso dan Murdijati, 1991. Respirasi dan Teknik – Teknik Pengukurannya. FTP UGM, Yogyakarta.
Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F.G. dan Aman, 1982. Fisiologi Pasca Panen. PT Sastra Hudaya IPB, Jakarta.
16