respirasi fat

24
RESPIRASI I. TUJUAN Mengetahui perbedaan kecepatan respirasi pada kecambah kedelai hitam dan kecambah kacang hijau serta pengaruh pemanasan (suhu 40 o ) pada kecepatan respirasi. II. DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka Respirasi adalah semua jenis reaksi biokimia yang menghasilkan energi secara oksidatif dimana selama berlangsungnya proses terjadi pemindahan elektron secara biologi. Respirasi dapat dikatakan proses yang meliputi penyerapan oksigen ,sehingga menyebabkan oksidasi dan peruraian senyawa senyawa organik dengan melepas energi. Respirasi merupakan proses katabolisme yang bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan untuk menyelenggarakan proses proses kehidupan atau dengan kata lain untuk mempertahankan integritas jaringan.Jika gula heksosa digunakan sebagai substrat maka reaksinya akan membutuhkan oksigen dengan reaksi sebagai berikut : C 6 H 12 O 6 + 6O 2 6CO 2 + 6H 2 O + 675 Kal (Winarno , 1997) Menurut Lehninger (1991), respirasi merupakan proses pemecahan gula menjadi karbondioksida dan air disertai pelepasa energi .Proses ini bersifat aerobik atau menggunakan oksigen, piruvat hasil glikolisis dioksidasi menjadi CO 2 dan H 2 O. Respirasi atau sering disebut pernafasan adalah suatu proses metabolisme menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa 1

Upload: shelica-anggraini

Post on 26-Dec-2015

37 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

respirasi fat

TRANSCRIPT

Page 1: Respirasi Fat

RESPIRASI

I. TUJUAN

Mengetahui perbedaan kecepatan respirasi pada kecambah kedelai hitam dan kecambah

kacang hijau serta pengaruh pemanasan (suhu 40o) pada kecepatan respirasi.

II. DASAR TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Respirasi adalah semua jenis reaksi biokimia yang menghasilkan energi secara oksidatif

dimana selama berlangsungnya proses terjadi pemindahan elektron secara biologi. Respirasi

dapat dikatakan proses yang meliputi penyerapan oksigen ,sehingga menyebabkan oksidasi dan

peruraian senyawa senyawa organik dengan melepas energi. Respirasi merupakan proses

katabolisme yang bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan untuk menyelenggarakan

proses proses kehidupan atau dengan kata lain untuk mempertahankan integritas jaringan.Jika

gula heksosa digunakan sebagai substrat maka reaksinya akan membutuhkan oksigen dengan

reaksi sebagai berikut :

C6H12O6 + 6O2 6CO2+ 6H2O + 675 Kal

(Winarno , 1997)

Menurut Lehninger (1991), respirasi merupakan proses pemecahan gula menjadi

karbondioksida dan air disertai pelepasa energi .Proses ini bersifat aerobik atau menggunakan

oksigen, piruvat hasil glikolisis dioksidasi menjadi CO2 dan H2O.

Respirasi atau sering disebut pernafasan adalah suatu proses metabolisme menggunakan

oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protein, dan lemka

dengan mengahsilakn CO2, air dan sejumlah besar elektron-elektron atau senyawa makromolekul

dioksidasi dengan membentuk NADH (Nicotinamida Adenin Dinukleotida), dan ion H+

kemudian melelui flavoprotein dan sistem sitokrom, elektron yang dihasilkan akan mereduksi

oksigen dan menghasilkan air. Dari reaksi yang panjang tersebut akan dihasilkan energi dalam

bentuk ATP sebesar 38ATP (Winarno, 2002).

Menurut Dwijoseputro (1981), ada dua macam respirasi, yaitu

1. Respirasi aerob, yaitu respirasi yang berjalan dengan menggunakan oksigen bebas sebagai

penerima elektron. Substrat utamanya adalah gula yang memiliki 6C. lemak baru akan

dioksidasi jika heksosa yang tersedia telah habis. Untuk dapat menjadi substrat dalam

respirasi, lemak perlu diubah dulu menjadi asam lemak dan gliserol. Protein juga dapat

1

Page 2: Respirasi Fat

sebagai substrat setelah karbohidrat dan lemak habis dengan pembongkaran menjadi asam

amino dulu.

Reaksi yang terjadi:

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 686 kkal

2. Respirasi anaerob atau fermentasi, yaiturespirasi yang berjalan tanpa memerlukan adanya

okasigen bebas. Dalam respirasi ada beberapa senyawa penting yang dapat digunakan

sebagai pegukur proses respirasi antara lain glukosa, ATP, CO2 dan O2. Olah karena itu

beberapa cara telah dicoba digunakan untuk mengukur proses ini dnegan mengetahui

perubahan gula, jumlah ATP, jumlah CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan.

(Winarno, 2002).

Reaksi yang terjadi :

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 21 kkal

Secara garis besar respirasi dibagi menjadi empat tingkat yaitu :

1 pada tingkat pertama, unauthorized copy molekul molekul besar dipecah mejadi satuan-satuan

yang lebih kecil. Polisakarida dipecah menjadi gula sederhana seperti glukosa dimana pada

tingkat ini tidak dihasilkan energi

2 pada tingkat kedua, hasil pemecahan tingkat pertama seperti glukosa akan dioksidasi sehingga

menghsilkan asam piruvat

3 pada tingkat ketiga, merupakan jalur tunggal yaitu siklus krebs. Pada tingkat ini senyawa

intermediet yang dihasilkan pada tingkat pertama dan kedua dioksidasi sempurna menjadi CO2

H2O yang disertai dengan sedikit pembebasan energi

4 tingkat keempat, terdiri dari reaksi transpor elektron dan fosforilasi oksidatif.Pada transpor

elektron elektron-elektron yang diikat oleh NADH dan FADH2 ditransfer ke oksigen disertai

pembebasan sejumlah besar energi. Energi ini dipakai untuk memacu pembentukan ATP oleh

reaksi fosforilasi oksidatif

(Tranggono, 1989)

Menurut Umar dan Murdjiati (1991), proses respirasi dapat berlangsung dalam tiga tahap

yaitu:

1. perubahan polisakarida menjadi gual sederhana

2. oksidasi gula sederhana menjadi asam piruvat

3. asam piruvat dengan asam organik mengahsilkan CO2, H2O dan energi

2

Page 3: Respirasi Fat

Sedangkan menurut Lehninger (1991), tahap-tahap respirasi adalah sebagai berikut:

tahap petama molekul bahan organik,karbohidrat,asam lemak, dan beberapa asam amino

dioksidasi menghasilkan pecahan 2 karbon,yaitu gugus asetil dari asetil koenzim A.Tahap kedua

gugus asetil ini masuk dalam siklus asam sitrat yang akan menguraikan molekul ini secara

enzimatik menghasilkan atom hidrogen berenergi tinggi dan menghasilkan pula CO2 yang

merupakan produk akhir dari oksidasi bahan bakar organik tersebut.Tahap selanjutnya atom

hidrogen dipisahkan menjadi proton(H+)dan elektron berenergi tinggi yang dipindahkan melalui

molekul molekul pembawa elektron yaitu rantai respirasi,menuju molekul oksigen dan tereduksi

sehingga menjadi H2O.Selama proses transport elektron ini banyak energi yang dibebaskan dan

disimpan dalam bentuk ATP dengan proses fosforilasi oksidatif.

Dapat disimpulkan bahwa respirasi berhubungan dengan penyusunan zat organik,

penggunaaan O2, pengeluaran CO2 dan pengahsilan energi. Hal tersebut juga merupakan

manifestasi dari proses respirasi yang terjadi pada sel hidup. Ada dua macam proses penting

dalam respirasi yaitu:

1. Pembongkaran ikatan antar atom karbon dan pemutusan ikatan atom hidrogen yang telah

menjadi karbohidrat.

2. Perpindahan atom-atom hidrogen dari pembongkaran tadi ke oksigen membentuk air.

(Umar dan Murdjiati, 1991)

Respirasi berhubungan dengan berkurangnya zat penyusun buah-buahan/sayuran,

tersedianya oksigen, penimbunan karbondioksida dan dihasilkan energi. Dengan terjadinya

respirasi maka tanaman atau bagiannya kehilangan karbohidrat sedangkan udara disekitarnya

menerima CO2, panas dan memberikan O2 (Murdidjati,1990).

Laju respirasi merupakan indikator aktivitas metabolisme yang baik dalam jaringan.

Cepat lambatnya perombakan senyawa organik dalam jaringan dicirikan oleh laju respirasi. Laju

respirasi yang tinggi menyebabkan umur simpan bahan pendek. Tinggi rendahnya laju respirasi

dapat diukur dengan menentukan jumlaj substrat yang berkurang, jumlah O2 yang digunakan,

jumlah CO2 yang dihasilkan dan energi yang dilepaskan ke lingkungan. Pengukuran berdasarkan

jumlah CO2 merupakan pengukuran yang paling mudah dan paling baik. hal ini dikarenakan CO2

yang dihasilkan berhubungan secara aerobik dan anaerobik, maka tidak dapat diketahui secara

pasti manakah yang berperan dalam bahan yang bersangkutan. (Dwijoseputro,1981)

Dalam Dwijoseputro (1981), disebutkan ada tiga cara untuk mengukur laju respirasi,

yaitu:

1. Menghitung jumlah substrat yang hilang

3

Page 4: Respirasi Fat

Yaitu dengan menghitung substrat yang ada sebelum dan sesudah respirasi. Dari selisih

jumlah substrat tersebut digunakan untuk proses pembongkaran untuk menghasilkan energi.

2. Jumlah energi dan H2O yang dihasilkan

Yaitu dengan melakukan pengukuran berdasarkan energi yang dihasilkan, dilakukan dengan

mengukur panas yang timbul. Panas ini sebagai manifestasi dari sebagian energi yang dilepas

dari proses fermentasi

3. Jumlah CO2 yang dihasilkan dan O2 yang dibutuhkan

Quantitative Respirasi/QR merupakan perbandingan antara jumlah CO2 yang dihasilkan

dengan jumlah O2 yang dipakai selama proses respirasi berlangsung. Harga QR dapat

dipergunakan untuk memperkirakan sifat substrat yang digunakan dalam proses fermentasi,

mengetahui sejauh mana respirasi berlangsung. Secara aerobik atau anaerobik, bila substrat

yang digunakan karbohidrat maka harga QR adalah satu, asam lemak dan protein kurang dari

satu dan jika asam organik maka harga QR lebih dari satu. Semakin besar harga QR

menunjukkan semakin banyak CO2 yang dihasilkan selama respirasi yang berarti juga laju

respirasi semakin besar.

(Dwijoseputro, 1981)

Pengukuran laju respirasi dengan penangkapan O2 menggunakan alkali adalah cara yang

konvensional. Dengan sistem aliran langsung, sampel yang akan diukur dimasukkan dalam

wadah dan dialiri udara dengan kecepatan konstan. Udara yang keluar dari wadah akan

membawa CO2 hasil respirasi dimasukkan dalam larutan basa sehingga terbentuk garam, selain

itu CO2 yang ditangkap dengan basa dapat ditentukan kecepatan respirasinya yaitu:

Kecepatan respirasi = mg CO2

kg bahan x jam

Respirasi pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Faktor internal

a. Tipe dan genotype

Untuk komoditas yang jenisnya berbeda maka laju respirasinya juga berbeda.

Sedangkan untuk genotype, meskipun komoditasnya sama namun genotipenya

berbeda maka laju respirasinya juga berbeda. Jaringan muda memiliki metabolisme

yang lebih aktif sehingga mempunyai kecepatan respirasi jauh lebih tinggi daripada

jaringan dorman atau tua.

b. Macam substrat

Sesuai dengan banyaknya atom C yang digunakan oleh tanaman sebagai substrat

yang ada dalam persenyawaan organik dan O2 yang diperlukan maka dapat

4

Page 5: Respirasi Fat

dirangkum nilai dari RQ yang merupakan perbandingan jumlah CO2 yang terlepas

dengan jumlah O2 yang diperlukan dalam respirasi masing– masing substrat. RQ

bervariasi apabila RQ = 1 berarti substrat yang digunakan adalah gula, apabila RQ <

1 berarti substratnya adalah asam organik sedangkan jika RQ > 1 berarti substrat yang

digunakan berasal dari pembakaran asam lemak.

c. Tingkat perkembangan

Variasi dalam kecepatan respirasi terjadi pada saat tingkat perkembangan organ.

Semakin besar buah maka CO2 yang dikeluarkan akan semakin banyak tetapi laju

respirasi dihitung berdasarkan unit berat maka laju respirasi akan terus menurun. Laju

respirasi buah-buahan masak jauh lebih rendah dari pada laju respirasi pada buah

muda.

d. Ukuran produk

Jaringan yang lebih kecil akan mempunyai permukaan yang lebih luas tiap satuan

berat maka akan lebih cepat untuk mengadakan difusi O2 ke dalamnya bila

dibandingkan dengn jaringan yang lebih besar, akibatnya kecepatan respirasi pada

jaringan yang lebih kecil akan semakin tinggi.

e. Pelapis alami

Produk yang berkulit baik diharapkan mempunyai kecepatan reaksi yang lebih

kecil.

(Tranggono, 1990)

2. faktor eksternal

a. Etilen: Mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk mencapai mencapai puncak

klimakterik pada proses respirasi.

b. Suhu :pada suhu 30 - 40 C respirasi berjalan giat, reaksi kimia berjalan

cepat sehingga akan dihasilkan produk secara optimal. Suhu diatas itu akan

terlalu tinggi akan menyebabkan proses respirasi terhambat karena enzim

menjadi inaktif.

c. Ketersediaan O2 : Peningkatan Oksigen diudara akan meningkatkan mecepatan

respirasi sampai pada batas optimumnya. Tapi konsentrasi oksigen yang

melebihi 20% akan menurunkan respirasi.

d. Ketersediaan CO2 : CO2 yang besar akan menghambat respirasi.

e. Zat pengatur pertumbuhan

f. Luka dan kerusakan : luka akan memacu respirasi tetapi tergantung pada parah

tidaknya luka itu.

5

Page 6: Respirasi Fat

g. Cahaya : cahaya akan meningkatkan laju fotosintesa sehingga memacu

terbentuknya substrat tersedia banyak akan meningkatkan respirasi

(Winarno dan Aman, 1982)

B. Tinjauan Bahan

Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan salah satu hasil bahan pangan kacang-kacangan dari keluarga

leguminosa. Beberapa nama diberikan terhadap kacang hijau ini, antara lain : vigna radiata L.,

Phaseolis radiatus L., Phaseolus aureus roxb (Tri Susanto dan Budi Saneto, 1994). Cadangan

makanan dari kacang hijau ini terletak pada kotiledonnya. Warna kulit permukaannya adalah

hijau. Biji kacang hijau mempunyai kulit permukaan yang melekat erat pada kotiledonnya.

Kondisi kulit biji yang melekat erat pada kotiledon tersebut seringkali sangat menghambat

penyerapan air oleh kotiledon sehingga proses perkecambahan mengalami kelambatan. Proses

perkecambahan pada kacang hijau dapat dipercepat dengan melakukan perendaman atau

mengkondisikan biji pada kelembaban tinggi. Perendaman juga dimaksudkan untuk

mempermudah pelepasan kulit biji karena pada saat itu kulit biji baru dapat menyerap banyak

air, sehingga kulit biji mengembang dan mudah dilepaskan.

Komposisi kimia kacang hijau adalah sebagai berikut:

Komposisi kimia Jumlah

Kalori (kal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Kalsium (mg)

Fosfor (mg)

Besi (mg)

VIT. A (SI)

Vit B1 (mg)

Vit C (mg)

Air (g)

bdd. (%)

345

22,2

1,2

62,9

125

(320)

6,7

157

0,64

6

10

100

Sumber: Anonim, 1981

6

Page 7: Respirasi Fat

Kedelai HItam

Kedelai adalah tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar

Glycine ururiencis, merupakan kdelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal

sekarang (Glycine max (L) Merril). Kedelai dapat diolah menjadi tepung kedelai yang secara

garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu olahan dalam bentuk protein

kedelai dan minyak kedelai. Kadar protein di dalam kedelai berhubungan dengan kadar non

proteinnya. Jika kadar protein naik maka kadar lemak menurun sebesar 0,33 %, gula 0,33 % dan

sisanya holoselulosa dan pentosan. Lemak kasar dalam kedelai terdiri dari trigliserida sebesar

90-95% sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan tokoferol. Jumlah

fosfatida dalam kedelai sekitar 2% yang terdiri dari lesithin dan sephalin. (Ketaren, 1986)

Kacang kedelai merupakan bahan nabati yang kaya akan nilai gizi. Komponen protein

dan lemak meliputi 60% dan sepertiga bagian merupakan karbohidrat.Kandungan karbohidrat

kedelai sebanyak 25,4 - 32,5%, terdiri dari monosakarida, oligosakarida, pati dan karbohidrat

lain (Halim,1997).

Komposisi kimia kedelai kering:

Komposisi kimia Jumlah

Kalori (kal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Kalsium (mg)

Fosfor (mg)

Besi (mg)

VIT. A (SI)

Vit B1 (mg)

Vit C (mg)

Air (g)

bdd. (%)

331

34,9

18,1

34,8

227

585

8,0

110

1,07

-

7,5

100

Sumber: Anonim, 1981

BTB

Larutan BTB sebagai indikator dapat dibuat dengan cara melarutkan BTB sebanyak 1 gr

dalam 75 ethyl alkohol 50% dan ditambah NaOH 0 ,1 N sampai warna biru cerah Kemudian

diencerkan dengan ethyl alkohol 50% sampai volume 100 ml. Larutan BTB adalah indikator pH

7

Page 8: Respirasi Fat

bertrayek 6 ,2 hingga 7 ,6 berwarna biru pada suasana netral / sedikit basa dan berwarna kuning

pada larutan asam (Sudarmadji ,1996). Untuk mendapatkan BTB 0 ,001% pada percobaan ini

maka ditimbang 0,01 gr BTB dimasukkan kedalam labu takar 1 L ditambahkan 0 ,2 gr Na-

bikarbonat dan dilarutkan dengan aquades sampai tanda (Anonim, 1972).

C. HIPOTESIS

− Laju respirasi kecambah kacang hijau lebih cepat daripada laju respirasi kecambah kedelai

hitam karena kecambah kacang hijau luas permukaannya lebih besar dan lebih banyak

mengandung karbohidrat daripada kecambah kedelai hitam. Semakin luas permukaan maka

semakin banyak berhubungan dengan udara sehingga oksigen yang masuk lebih banyak dan

CO2 yang dihasilkan dari respirasi juga lebih banyak. Sedangkan karbohidrat merupakan

substrat utama respirasi sehingga semakin banyak karbohidrat yang ada maka respirasinya

juga akan semakin cepat.

− Laju respirasi kecambah lebih cepat apabila dipanaskan pada suhu 40o C karena pada suhu

tersebut enzim amilase aktif bekerja untuk memecah karbohidrat sehinggalaju respirasinya

lebih cepat.

8

Page 9: Respirasi Fat

III. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

− Tabung reaksi + rak

− Pipet ukur + propipet

− Pengatur aliran udara

− Tabung respirator

− Waterbath

− Aerator

− Selang udara

− Penunjuk waktu

− Spektrofotometer

− Kuvet

B. Bahan

− Kecambah kacang hijau

− Kecambah kedelai hitam

− Larutan BTB 0,001%

C. Cara Kerja

100 g kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai

9

Gas yang keluar ditangkap dengan tabung reaksi yang berisi larutan BTB 0,001 %

Dilakukan respirasi 10 menit

Dimasukkan ke tabung respirator

Perhitungasn laju respirasi

Pengukuran transmitansi pada λ = 615 nm

suhu ruang (25o C) Pemanasan suhu 40o C

Pengaliran udara pada respirator

Page 10: Respirasi Fat

Gambar Rangkaian Alat

10

Page 11: Respirasi Fat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil Percobaan dan Perhitungan

Sampel Kecepatan Respirasi

(mg CO2 / kg bahan jam)

Kecambah kacang hjau 24,4050

Kecambah kacang hijau 40o 12,0540

Kecambah kedelai hitam 15,9525

Kecambah kedelai hitam 40o 35,2740

Pada percobaan ini akan diketahui perbedaan kecepatan laju respirasi pada kecambah

kacang hijau dan kecambah kedelai hitam dan juga akan diketahui perngaruh pemanasan pada

suhu 40o C dan pada suhu kamar pada kecepatan respirasi.

Percobaan dilakukan dengan mengukur laju respirasi dengan cara mengukur jumlah

karbondioksida yang dihasilkan. Bahan yang berupa kecambah kacang hijau dan kedelai hitam

sebanyak masing-masing 100 gr dimasukkan ke dalam 4 tabung respirator jadi dua tabung berisi

kecambah kacang hijau dan dua tabung berisi kecambah kedelai hitam. Kemudian masing-

masing tabung diberi perlakuan yang berbeda dua tabung yang berisi kedelai hitam dan kacang

hijau dipanaskan didalam waterbath pada suhu 40o C dan dua tabung lainnya dibiarkan pada

suhu ruang. Selain itu juga disiapkan dua tabung respirator yang digunakan untuk kontrol panas

dan kontrol suhu ruang. Kontrol berfungsi sebagai acuan untuk menghitung banyaknya CO2

yang berasal ari udara supaya diketahui CO2 murni yang diperoleh dari hasil respirasi dan tidak

mengalami penambahan CO2.

Untuk menyediakan oksigen selama terjadinya respirasi maka disediakan udara yang

dialirkan dari Aerator yang akan mengambil udara luar dan dipompakan menuju tabung

respirator. Kemudian respirasi dilakukan selama 10 menit. CO2 yang dihasilkan pada proses

respirasi kecambah akan terdorong keluar dan ditampung dalam tabung yang berisi BTB 0,001%

10 ml melalui selang. Sebelumnya aliran udara dalam selang disamakan terlebih dahulu agar

masing-masing selang memiliki kecepatan aliran yang sama. Kemudian diamati perubahan

warna yang terjadi pada BTB.

BTB berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui keasaman dari suatu cairan dan

sebagai penangkap CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi dengan cara mereduksi CO2.

Dengan sifat BTB yang bersifat agak sedikit basa mempunyai trayek pH antara 6,2-7,6 dan

berwarna biru muda. Warna biru muda ini akan berubah menjadi hijau kekuningan ketika CO2

yang telah menjadi asam karena CO2 yang dihasilkan akan bereaksi dengan air yang juga hasil

11

Page 12: Respirasi Fat

respirasi maka dalam larutan BTB akan dihasilkan asam lemah yaitu asam karbonat (H2CO3)

berada dalam larutan BTB.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut

CO2 + H2O H2CO3

Perubahan warna tadi yaitu biru muda menjadi hijau kekuningan dapat ditera seberapa

intensitas biru yang berkurang dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm.

Digunakan panjang gelombang 615 nm karena panjang gelombang tersebut adalah panjang

gelombang optimum untuk warna biru. Yang diukur disini bukanlah absorbansinya, tetapi

transmitansinya sebab jika digunakan absorbansi persamaan garis lurus bergradien negatif

karena semakin banyak CO2 absorbansi semakin turun sedangkan kurva standar yang diperlukan

adalah yang berslope positif.

Kemudian dari transmitansi yang sudah diukur dapat digunakan untuk perhitungan

banyaknya CO2 hasil respirasi sehingga dapat diketahui kecepatan respirasi. Kecepatan repirasi

ini dihitung dengan menggunakan rumus :

Laju respirasi = mg CO2

Sedangkan mg CO2 yang dihasilkan dihitung dengan menggunakan rumus :

mg CO2 = BM CO2

Volume CO2 yang diperoleh dihitung dengan menggunakan persamaan kurva standar y =

54,3571x + 22,9048 dengan r = 0.9630. Sehingga akan diperoleh kecepatan respirasi kecambah

kacang hijau suhu kamar adalah 24,4050 mg CO2/kg bahan.jam; suhu 40oC 12,0540 mg CO2/kg

bahan.jam, kecambah kacang kedelai hitam suhu kamar 15,9525 mgCO2/kg.jam; suhu 40oC

35,2740 mg CO2/kg bahan.jam. jadi kecepatan respirasi kecambah kacang hijau > kecambah

kedelai hitam, kecambah kacang hijau (40o ) < kecambah kacang hijau (suhu ruang), dan

kecambah kedelai hitam (40o ) > kecambah kedelai hitam (suhu ruang).

Kecepatan respirasi kecambah kacang hijau yang lebih besar daripada kecepatan respirasi

kecambah kacang kedelai ini, lebih disebabkan oleh faktor internal diantaranya :

1. Ukuran komoditi

Kecambah kacang hijau memiliki ukuran yang lebih kecil daripada kecambah kacang

kedelai, sehingga luas permukaannya lebih besar. Menurut Umar dan Murdidjati, (1991)

Luas permukaan adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi laju reaksi. Semakin

luas permukaan bahan, maka akan semakin banyak bagian permukaan bahan yang

bersentuhan dengan udara, sehingga gas O2 yang terdifusi ke dalam jaringan akan lebih

12

Page 13: Respirasi Fat

banyak. Semakin banyak gas O2, maka akan semakin banyak gula yang dipecah menjadi gas

CO2 dan H2O, sehingga laju respirasinya akan semakin tinggi.

2. Macam substrat

Kacang hijau mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 62,9% dan kedelai kering 30,1 %

(Anonim,1981). Untuk kecambah kacang hijau yang paling dominant adalah karbohidrat

sehingga harga QR-nya = 1, sedangkan kecambah kacang kedelai yang dominant adalah

lemak sehingga QR-nya < 1. Harga QR ini menunjukkan perbandingan antara CO2 dan O2

yang dibutuhkan selama proses respirasi. QR yang besar menunjukkan banyaknya CO2 yang

dihasilkan sehingga laju respirasinya akan semakin tinggi pula.

3. Pelapis kulit

Pada biji kedelai memiliki kulit ari sehingga memungkinkan oksigen untuk mengisi ruang

penutup kulit dan tidak dapat digunakan untuk respirasi.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi keepatan respirasi adalah pemanasan

pada suhu 40o C. dengan pemanasan maka kecepatan respirasi akan meninggkat karena pada

suhu tersebut enzim akan bekerja optimal. Apabila enzim amilase bekerja optimal maka

kecepatan pemecahan karbohidrat semakin meningkat sehingga kecepatan respirasinya akan

semakin cepat.

Tetapi, menurut Pantastico (1986), pemindahan buah-buahan atau sayur-sayuran yang

sedang berespirasi dari suhu 75oF ke suhu 100oF, mula-mula akan menaikkan laju respirasi,

namun kemudian disusul dengan penurunan sedikit demi sedikit sampai lajunya mendekati nol.

Penurunan ini mungkin merupakan gambaran terjadi perusakan (denaturasi) enzim. Namun

penurunan laju respirasi pada suhu yang tinggi dapat juga merupakan pertanda bahwa :

− O2 tidak berdifusi cukup cepat untuk dapat mempertahankan laju respirasi yang ada.

− CO2 tertimbun di dalam sel sampai tingkat yang dapat menghambat metabolisme.

− Suplai bahan makanan yang dapat dioksidasi tidak cukup untuk mempertahankan laju

respirasi yang tinggi.

Sehingga dapat diketahui bahwa laju respirasi dapat meningkat sejalan dengan naiknya

suhu sampai dengan batas-batas suhu tertentu (suhu fisiologis). Apabila suhu tetap dinaikkan

melewati suhu fisiologis, maka laju respirasi akan menurun hingga kelamaan akan mendekati

nol.

Hasil percobaan tersebut menunjukkan penyimpang seharusnya kecepatan respirasi pada

kecambah kacang hijau (40o C) > kecambah kacang hijau (suhu ruang), penyimpangan ini

mungkin terjadi karena jaringan kacang hijau mudah rapuh bila dipanaskan sehingga mudah

rusak sehingga laju respirasinya menurun, selain itu mungkin terjadi karena kebocoran tabung

13

Page 14: Respirasi Fat

aerator karena tutup yang tidak rapat sehingga CO2 pada tabung yang berisi kecambah kacang

hijau pada suhu ruang lebih banyak dan dimungkinkan juga pengatur aliran udara tidak dipasang

secar tepat sehingga mempengaruhi laju reaksi.

14

Page 15: Respirasi Fat

V. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan:

1. Laju respirasi pada percobaan ini dihitung berdasarkan jumlah CO2 yang dilepaskan saat

respirasi.

2. Laju repirasi kecambah kacang hijau lebih besar daripada kecambah kacang kedelai baik

pada suhu kamar maupun pada suhu 40oC.

Laju respirasi kecambah kacang hijau :

Suhu kamar = 24,4050 mgCO2/Kg.jam

Suhu 40oC = 12,0540 mgCO2/Kg.jam

Kecambah kacang kedelai :

Suhu kamar = 15,9525 mgCO2/Kg.jam

Suhu 40oC = 35,2740 mgCO2/Kg.jam

3. Laju respirasi pada kecambah yang dipanaskan lebih cepat daripada kecambah pada suhu

ruang.

4. Laju respirasi dipengaruhi bermacam-macam faktor seperti jumlah substrat, kesegaran

lingkungan, perlakuan pasca panen dan lain-lain.

Yogyakarta, 1 Maret 2005

Mengetahui,

Asisten Praktikan

Marlia Anggraini Fattiyah Rahmawati

Palupi Melati

15

Page 16: Respirasi Fat

DAFTAR PUSTAKA

Anonim ,1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Depkes RI. Bhatara Karya, Jakarta.

Dwidjoseputro, 1981. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta.

Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.

Lehninger, A.L., 1991. Dasar-dasar Biokimia. PT Erlangga, Jakarta.

Murdijati, 1990. Respirasi dan Teknik – Teknik Pengukurannya. FTP UGM, Yogyakarta.

Pantastico, ER. B., 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan : Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sudarmadji, S. dkk, 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

Sudarmanto, 1989. Biokimia. Fakultas Teknologi Pertanian Ugm, Yogyakarta.

Tranggono, dkk, 1989.. Biokimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi Ugm, Yogyakarta.

Tranggono, 1990. Kimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.

Umar Santoso dan Murdijati, 1991. Respirasi dan Teknik – Teknik Pengukurannya. FTP UGM, Yogyakarta.

Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F.G. dan Aman, 1982. Fisiologi Pasca Panen. PT Sastra Hudaya IPB, Jakarta.

16