renlit anjar last

88
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang menuntun masyarakat kearah modernisasi, menuntut masyarakat modern untuk melakukan mobilitas yang cukup tinggi. Sehingga dengan mobilitas yang tinggi tersebut mendorong tingginya kepadatan lalu lintas di jalan raya, baik barang maupun manusia di seluruh dunia. Melihat perkembangan yang ada dengan kepadatan lalu lintas tersebut, semakin banyak ditemukan fakta yang menunjukkan bahwa jalan raya justru menjadi salah satu tempat dimana manusia meninggal dunia dengan sia-sia. Apabila kita berbicara mengenai aspek keamanan jalan raya di Indonesia pada saat ini khususnya di wilayah perkotaan memang cukup memprihatinkan . Hal ini akan semakin buruk jika tidak ditanggapi dengan langkah-langkah penanganan yang baik. Peningkatan 1 | Page

Upload: rajna-pratama

Post on 01-Jul-2015

305 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: renlit anjar last

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perkembangan jaman yang menuntun masyarakat kearah

modernisasi, menuntut masyarakat modern untuk melakukan mobilitas

yang cukup tinggi. Sehingga dengan mobilitas yang tinggi tersebut

mendorong tingginya kepadatan lalu lintas di jalan raya, baik barang

maupun manusia di seluruh dunia. Melihat perkembangan yang ada

dengan kepadatan lalu lintas tersebut, semakin banyak ditemukan

fakta yang menunjukkan bahwa jalan raya justru menjadi salah satu

tempat dimana manusia meninggal dunia dengan sia-sia.

Apabila kita berbicara mengenai aspek keamanan jalan raya di

Indonesia pada saat ini khususnya di wilayah perkotaan memang

cukup memprihatinkan . Hal ini akan semakin buruk jika tidak

ditanggapi dengan langkah-langkah penanganan yang baik.

Peningkatan kapasitas jaringan jalan dengan membangun jalan baru

memang sangat dibutuhkan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas,

tetapi juga harus diimbangi dengan usaha-usaha / program

keselamatan bagi pemakai jalan.

Hasil studi dokumentasi terungkap bahwa 42% dari 1260 kasus

kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia pada umumnya diawali

oleh pelanggaran lalu lintas oleh pengemudi. Sisanya sebanyak 58%

disebabkan oleh kondisi kendaraan, jalan dan alam. Kecelakaan lalu

1 | P a g e

Page 2: renlit anjar last

lintas walaupun tidak dominan, pengemudi tetap ikut memberi

kontribusi bagi timbulnya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh

factor manusia. (Muhammad, 1998:50).

Sejak penemuan kendaraan bermotor lebih seabad lalu,

diperkirakan sekitar 30 juta orang telah terbunuh akibat kecelakaan di

jalan. Kajian terbaru menunjukkan sekitar 1 juta orang meninggal

setiap tahun akibat kecelakaan di jalan di seluruh dunia. Angka

tersebut merupakan peningkatan dari 880.000 korban kecelakaan

tahun 1999 dan pada 2010 diperkirakan meningkat antara 1,1 - 1,2

juta, kemudian menjadi 1,3 - 1,4 juta per tahun pada tahun 2020.

Korban kecelakaan di jalan juga lebih banyak dibandingkan korban

kecelakaan angkutan udara, laut, danau, maupun kereta api.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020

kecelakaan jalan merupakan penyebab terbesar ketiga kematian di

seluruh dunia, setelah penyakit jantung dan depresi.

(www.waspada.co.id/index.php?)

Salah satu penyumbang terbesar kecelakaan lalu lintas yaitu

kecelakan lalu lintas yang melibatkan kendaraan bermotor roda dua

(sepeda motor). Jumlah sepeda motor yang meningkat dengan cukup

pesat menambah angka kemacetan di jalan raya. Perilaku dan

kesadaran pribadi para pengendara sepeda motor terhadap peraturan

lalu lintas di jalan raya akan berpengaruh terhadap angka kemacetan

dan kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

2 | P a g e

Page 3: renlit anjar last

Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor diakibatkan oleh

mudahnya masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor roda dua

secara kredit melalui dealer. Banyaknya dealer – dealer yang

menyediakan produk – produk Jepang / Cina semakin menambah

tingginya minat masyarakat untuk memiliki kendaraan roda dua.

Permasalahan yang sangat menonjol terjadi di masyarakat

sehubungan dengan peningkatan jumlah penduduk dan bertambahnya

jumlah kendaraan roda dua. Dari data yang diperoleh selama 30 tahun

terakhir industri sepeda motor di Indonesia rata-rata tumbuh 12,5

sampai 15 persen per tahun. Angka ini diperkirakan akan terus

meningkat tahun-tahun ke depan. Sampai tahun 2009, sebanyak 51

juta unit sepeda motor diproduksi di Indonesia. Dari jumlah itu,

sebanyak 35 juta unit yang beredar di jalanan.

( http://www.tempointeraktif.com/share/?act)

Salah satu daerah yang mempunyai masalah di bidang lalu

lintas adalah Kabupaten Semarang yang terletak di Provinsi Jawa

Tengah. Di wilayah Kabupaten Semarang masih ditemukan

kesemrawutan lalu lintas dan prilaku tidak disiplin dari para pengemudi

yang berkendara. Kabupaten Semarang merupakan jalur poros tengah

yang menghubungkan Jawa Tengah sebelah utara dengan Jawa

Tengah sebelah selatan dengan panjang jalan Kabupaten pada tahun

2010 tercatat 576,83 km terdiri atas 102 ruas. Melihat kondisi

demografi dan fungsi Kabupaten Semarang sebagai daerah

penghubung maka tidak dapat dipungkiri transportasi jalan di

3 | P a g e

Page 4: renlit anjar last

kabupaten semarang menjadi suatu sarana mobilisasi yang cukup vital

peranannya. (www.semarangkab.go.id © 2006-2010)

Dalam hal ini Polri khususnya Satuan lalu lintas Polres

Semarang sebagai salah satu aparat pemerintah yang memiliki tugas

dan wewenang untuk menyelenggarakan segala kegiatan dalam

menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, disamping

melakukan kegiatan represif juga melakukan kegiatan preventif.

Tindakan preventif telah dilakukan berupa pendidikan lalu lintas

terhadap masyarakat (Dikmas Lantas) dalam bentuk penerangan lalu

lintas, pameran lalu lintas, perlombaan/sayembara lalu lintas. Akan

tetapi pada kenyataannya masih banyak masyarakat pemakai jalan

yang kurang memahami dan kurang disiplin terhadap peraturan lalu

lintas serta yang lebih fatal lagi adalah terjadinya kecelakaan lalu lintas

yang mengakibatkan kerugian material dan jiwa.

Dalam Undang – Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 pasal 13

menyebutkan : Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia

adalah a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat ; b.

Menegakkan hukum ; dan c. memberikan perlindungan, pengayoman,

dan pelayanan kepada masyarakat. Pasal 14 Ayat (1) huruf b

menyebutkan : dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia

bertugas melaksanakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan

ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Rumusan Pasal tersebut di atas

memberikan dasar hukum bagi penyelenggaraan fungsi teknis

4 | P a g e

Page 5: renlit anjar last

kepolisian dalam bidang lalu lintas khususnya yang meliputi

pembinaan ketertiban lalu lintas, penegakan hukum dan ketertiban lalu

lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor

serta pengkajian masalah lalu lintas. (Momo Kelana, 2002:77-78).

Sebagai salah satu bentuk upaya pencegahan kecelakaan lalu

lintas di Kabupaten Semarang yaitu dengan implementasi

penggunaan lajur kiri bagi pengendara sepeda motor. Pemerintah

mewajibkan pengendara sepeda motor untuk menggunakan lajur kiri

dimulai dari tanggal 22 juni 2009. Dengan jangka waktu selama satu

bulan dilakukan oleh Sat lantas polres Semarang untuk

mensosialisasikan undang-undang tersebut sebelum diberlakukannya

tindakan preventif terhadap para pelanggar. Sosialisasi dilakukan

secara lansung terhadap beberapa titik daerah yang dinilai rawan

dengan kemacetan lalu lintas. Ada 4 titik daerah rawan macet yang

dijadikan focus dalam pelaksanaan sosialisai penggunaan lajur kiri

tersebut yaitu Perempatan alun-alun Ungaran sebagai pusat

perekonomian dari kabupaten Semarang, Perempatan pegadaian

ungaran, depan pabrik karoseri Laksana Langensari, dan Pertigaan

Lemah ireng bawen yang menuju ke tempat wisata Bandungan.

Dengan dilakukannya sosisalisasi terlebih dahulu diharapkan

masyarakat akan lebih memahami dan mematuhi undang-undang ini,

sehingga pelanggaran terhadap undang-undang ini dapat

diminimalisasi.

5 | P a g e

Page 6: renlit anjar last

Pemberlakuan penggunaan lajur kiri bagi kendaraan sepeda

motor diatur dalam Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan pada pasal 108 ayat (3) sepeda motor,

kendaraan bermotor yang kecepatannya lebih rendah, mobil barang,

dan kendaraan tidak bermotor berada pada lajur kiri jalan. ( Undang-

undang N0.22 tahun 2002 tentang Lalu lintas Angkutan Jalan Raya)

Realita yang terjadi di jalan raya kendaraan roda dua lebih

mendominasi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Disamping jumlahnya

lebih banyak kendaraan roda dua lebih fleksibel, para pengendaranya

cenderung melakukan zig – zag, pindah lajur dengan tidak menyalakan

lampu sen, memacu kendaraannya melebihi batas kecepatan,

memodifikasi kendaraan dengan tidak memperhatikan aspek

keselamatan di jalan. Pernyataan ini didukung dengan adanya data

valid jumlah kecelakaan yang terjadi di wilayah hukum Polres

Semarang dalam kurun waktu satu tahun pada tahun 2010 jumlah

kecelakan lalu lintas mencapai 117 kasus. Dari 117 kasus yang

ditangani oleh Unit Laka Lantas Polres Semarang, kendaraan roda dua

sangat mendominasi pada urutan pertama dengan jumlah 111

kendaraan dari jumlah total 244 kendaraan yang terlibat dalam

kecelakaan lalu lintas. Urutan kedua jenis kendaraan yang terlibat

dalam kecelakaan lalu lintas yaitu kendaraan roda empat (mobil) jenis

station. Melihat prosentase jumlah kendaraan roda dua yang terlibat

dalam kecelakaan lalu lintas hingga hampir mencapai 50% dari total

jumlah kendaraan yang terlibat merupakan gambaran yang cukup

6 | P a g e

Page 7: renlit anjar last

ironis dari keadaan lalu lintas dijalan raya khususnya di wilayah

kabupaten Semarang.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi penggunaan

lajur kiri bagi kendaraan sepeda motor dalam rangka mencegah

kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Penulis ingin mengetahui

bagaimana implementasi penggunaan lajur kiri bagi pengendara

sepeda motor dalam rangka mencegah kecelakaan lalu lintas di

provinsi Jawa Tengah khususnya di wilayah Kabupaten Semarang

yang dilaksanakan oleh Sat lantas Polres Semarang. Berpijak dari

rasa keingintahuan penulis akan hal tersebut diatas, maka penulis

melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang

berjudul “ IMPLEMENTASI PENGGUNAAN LAJUR KIRI BAGI

KENDARAAN SEPEDA MOTOR DALAM RANGKA MENCEGAH

KECELAKAAN LALU LINTAS PADA SATLANTAS POLRES

SEMARANG.”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dibuat

penegasan permasalahan yaitu : “Bagaimana implementasi

penggunaan lajur kiri bagi kendaraan sepeda motor dalam rangka

mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas pada Sat Lantas Polres

Semarang.“ Kemudian untuk membahas permasalahan selanjutnya

diuraikan dalam pokok – pokok persoalan sebagai berikut :

7 | P a g e

Page 8: renlit anjar last

a) Bagaimana pelaksanaan penggunaan lajur kiri oleh

kendaraan sepeda motor di wilayah hukum Sat Lantas

Polres Semarang?

b) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam

implementasi penggunaan lajur kiri bagi kendaraan

sepeda motor pada Sat Lantas Polres Semarang?

c) Bagaimana hasil yang dicapai dengan pelaksanaan

penggunaan lajur kiri bagi kendaraan sepeda motor oleh

Sat Lantas Polres Semarang ?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tentang Implementasi penggunaan lajur kiri

bagi kendaraan sepeda motor pada Sat Lantas Polres Semarang:

1) Berusaha untuk mengetahui pelaksanaan penggunaan

lajur kiri oleh kendaraan sepeda motor di wilayah hukum

Sat lantas Polres Semarang.

2) Berusaha mengetahui faktor-faktor yang menghambat

pelakasanaan program penggunaan lajur kiri bagi

kendaraan sepeda motor pada Sat Lantas Polres

Semarang.

3) Berusaha mengetahui hasil yang dicapai dengan adanya

implementasi penggunaan lajur kiri bagi kendaraan

sepeda motor oleh Sat Lantas Polres Semarang

1.4Manfaat Penelitian

8 | P a g e

Page 9: renlit anjar last

1.4.1 Akademis

Secara Akademis, kegunaannya untuk meningkatkan wawasan

keilmuan dalam mengungkapkan secara obyektif tentang implementasi

penggunaan lajur kiri bagi kendaraan sepeda motor di Polres

Semarang serta mengkaji factor penghambatnya.

1.4.2 Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangaan pemikiran terhadap aparat penegak hukum

dalam mengimplementasikan penggunaan lajur kiri bagi kendaraan

sepeda motor dalam rangka mencegah kecelakaan lalu lintas

khususnya di wilayah hukum polres Semarang dan umumnya di

Indonesia.

1.5Sistematika Penelitian

Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah :

Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan secara umum latar

belakang permasalahan yang mendorong penulis untuk melakukan

penelitian tentang implementasi penggunaan lajur kiri bagi kendaraan

sepeda motor pada Sat Lantas Polres Semarang. Dalam bab ini

mengemukakan latar Belakang permasalahan, perumusan

permasalahan, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang hendak

dicapai.

Bab II Tinjauan kepustakaan. Bab ini menjelaskan penelitian

yang mencakup beberapa penelitian terlebih dahulu yang signifikan

9 | P a g e

Page 10: renlit anjar last

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Untuk sub – bab kedua

merupakan kepustakaan konseptual yang berisikan konsep – konsep

dan teori – teori yang relevan dengan fenomena – fenomena penelitian

yang akan dilakukan. Su – bab ketiga berupa kerangka berfikir yang

merupakan alur pemikiran, yang mengandung hubungan antara

variable dan rencana pemecahan masalah.

Bab III Rancangan dan pelaksanaan Penelitian. Bab ini

menjelaskan rancangan penelitian yang mencakup pendekatan dan

metode, sumber data / informasi, teknik pengumpulan data dan teknik

analisis data, sehingga dapat menguraikan permasalahan yang terjadi

dan dapat digunakan sebagai bahan pemecahan permasalahan serta

jadwal kegiatan penulis selama proses penyusunan skripsi.

Bab IV Temuan Penelitian. Bab ini ditulis berisikan temuan –

temuan selama melaksanakan penelitian, baik yang ditemukan pada

saat wawancara ataupun observasi, yaitu pada sub bab pertama,

gambaran keadaan pelaksanaan penggunaan lajur kiri oleh kendaraan

sepeda motor di wilayah hukum Sat Lantas Polres Semarang. Sub bab

kedua, factor yang menghambat implementasi penggunaan lajur kiri

bagi kendaraan sepeda motor pada Satlantas Polres Semarang, sub

bab ketiga, untuk mengetahui hasil yang dicapai dengan adanya

pelaksanaan implemenrtasi penggunaan lajur kiri bagi kendaraan

sepeda motor oleh Sat Lantas Polres Semarang

Bab V Pembahasan. Bab ini merupakan analisis temuan

penelitian yang diperoleh, menggambarkan dan menganalisis

10 | P a g e

Page 11: renlit anjar last

fenomena yang ditemukan dalam hasil penelitian dihubungkan dengan

teori – teori dan konsep – konsep yang digunakan, yaitu pada sub bab

pertama, untuk menganalisis keadaan rill di lapangan mengenai

penggunaan lajur kiri oleh kendaraan sepeda motor di wilayah hukum

Sat Lantas Polres Semarang, sub bab kedua, untuk menganalisis

faktor yang menghambat dalam implementasi penggunaan lajur kiri

bagi kendaraan sepeda motor pada Satlantas Polres Semarang. Sub

bab ke tiga, menganalisis hasil yang dicapai dengan adanya

pelaksanaan implemenrtasi penggunaan lajur kiri bagi kendaraan

sepeda motor oleh Sat Lantas Polres Semarang

Bab VI Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Kesimpulan disini merupakan jawaban dari pertanyaan – pertanyaan

pada perumusan dan masalah, sedangkan saran di sini merupakan ide

serta gagasan penulis yang bersifat membangun dan mungkin dapat

juga diterapkan apabila menghadapi permasalahan – permasalahan

yang identik.

11 | P a g e

Page 12: renlit anjar last

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

Studi kepustakaan merupakan bagian mutlak yang harus

dilakukan dalam suatu proses penelitian karena suatu proyek

penelitian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu pranata

keilmuan (Keputusan Gubernur PTIK, No.Pol : Kep/01/I/2010 tentang

Petunjuk Penyusunan dan Ujian Skripsi Mahasiswa PTIK). Pada

tinjauan kepustakaan peneliti ini menjelaskan konsep-konsep dan

teori-teori yang relevan pada penelitian ini

2.1 Kepustakaan Penelitian

Dalam kepustakaan penelitian penulis ingin menjelaskan

pendapat dari John W. Creswell (2002:18), manfaat kepustakaan

penelitian, antara lain :

a. Memberitahu pembaca tentang hasil penelitian-penelitian

lain yang berhubungan dengan penelitian yang sedang

dilaporkan;

b. Menghubungkan suatu penelitian dengan dialog yang lebih

luas dan berkesinambungan tentang suatu topik dalam

pustaka, mengisi kekurangan dan memperluas penelitian-

penelitian sebelumnya;

c. Memberikan kerangka untuk menentukan signifikasi

penelitian dengan temuan-temuan lain. Semua atau

12 | P a g e

Page 13: renlit anjar last

sebagian di atas dapat dijadikan penulisan literature ilmiah

menjadi suatu penelitian.

Dalam memperoleh kepustakaan penelitian penulis melakukan

pencarian data di perpustakaan PTIK, kemudian hasil laporan

penelitian sebelumnya penulis jadikan refrensi. Untuk itu kepustakaan

penelitian yang menjadi refrensi penulisan penelitian ini adalah

penelitian dari :

Penulis menggunakan penelitian berikut sebagai acuan bagi

penulis untuk membuat penelitian ini : Kepustakaan penelitian yang

pertama adalah skripsi Sigit Hari Wibowo Mahasiswa PTIK tahun 2006

dengan judul “Penerapan program Efektivitas Kanalisasi bagi Sepeda

Motor dan Kendaraan Umum dalam Menciptakan Kamtibcar Lantas di

Polwiltabes Surabaya.” (Sigit Hari Wibowo, 2006).

Menurut Sigit, pelaksanaan Program Kanalisasi atau

penggunaan lajur kiri bagi sepeda motor dan mobil penumpang umum

sangat efektif sekali dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas. Hal

ini dapat dilihat dari data kecelakaan lalu lintas antara tahun 2003

hingga 2005 yang menurun secara signifikan. Namun di sisi lain

penggunaan program kanalisasi tersebut pada situasi – situasi tertentu

belum berjalan secara efektif seperti kemacetan panjang, terhadap

pengendara sepeda motor atau mobil penumpang umum yang

akhirnya ikut menggunakan lajur kanan, dan petugas lalu lintas

memberikan toleransi dengan tidak menindak pelanggar tersebut.

Namun pada jalur – jalur tertentu seperti jalan protokol setiap

13 | P a g e

Page 14: renlit anjar last

pengendara sepeda motor dan mobil penumpang umum jika

melanggar kanalisasi maka langsung ditindak oleh petugas Sat Lantas.

Kewenangan Petugas Polantas adalah pada saat pelaksanaan

kanalisasi petugas lalu lintas menemukan pelanggaran yang dilakukan

oleh pemakai jalan khususnya pengemudi seppeda motor dan

pengemudi angkutan umum, hal ini terlihat dari hasil pengamatan

terhadap petugas Polantas yang bertugas di Pasar Wonokromo

Pelaksanaan kanalisasi yang diterapkan Polwiltabes Surabaya

dilakukan berdasarkan diskresi kepolisian, apabila keadaan macet

panjang jika ditemui pelanggar kanalisasi akan dibiarkan oleh petugas

Lantas dan apabila kanalisasi dilaksanakan secara penuh maka

dilajurnya pada ujung jalan akan menimbulkan kemacetan disimpul –

simpul jalan.

Sementara Kerjasama yang telah dilakukan antara Sat Lantas

dengan isntansi terkait seperti Pemda dan Dishub untuk pembuatan

rambu – rambu lalu lintas (marka), pengecatan pembatas kanalisasi,

namun belum pada tahap pembuatan pembatas fisik kanalisasi.

Kerjasama juga terlihat pada saat polisi lalu lintas mengadakan

pengaturan pada pagi hari terlihat anggota Dishub terlihat ikut

membantu melakukan pengawasan dan pengaturan lalu lintas.

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian mahasiswa

Sigit yaitu sama – sama masalah berbicara tentang program

pencegahan kecelakaan lalu lintas. Kemudian perbedaannya adalah

selain lokasi penelitian, penulis lebih memfokuskan program

14 | P a g e

Page 15: renlit anjar last

penggunaan lajur kiri bagi kendaraan sepeda motor, sedangkan Sigit

lebih memfokuskan penelitian pada program kanalisasi sepeda motor.

2.2 Kepustakaan Konseptual

Dalam penelitian ini, kerangka teoritis dan konseptual yang

digunakan adalah sebagai berikut :

2.2.1 Teori-Teori dan Konsep-konsep

a. Teori Manajemen dari Goerge R. Terry

Teori manajemen yang disampaikan oleh Terry (Goerge R.

Terry, 1986:5). Teori ini mengkelompokan beberapa fungsi

manajemen, fungsi manajemen tersebut yaitu :

1) Perencanaan (planning), dalam perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.

2) Pengorganisasian (organizing), adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, hingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran organisasi.

3) Pelaksanaan/Penggerakan (actuating), adalah usaha untuk menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mencapai sasaran yang diharapkan dari tujuan organisasi.

4) Pengawasan (controlling), adalah mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana atau harapan.

Manajemen sendiri mempunyai unsur – unsur yang diperlukan

guna menjalankan sebuah organisasi. Unsur tersebut diperlukan untuk

15 | P a g e

Page 16: renlit anjar last

mendukung dilaksanakannya manajemen tersebut, karena tanpa

dukungan unsur tersebut manajemen tidak akan berjalan. Menurut

Terry ada enam unsur dalam manajemen yaitu :

1) Men and women diartikan unsure manusia. Manusia adalah unsur utama yang menjalankan sebuah manajemen.

2) Materials diartikan sebagai prasarana. Dalam menjalankan manajemen harus memiliki prasarana.

3) Machines diartikan sebagai sarana. Sarana adalah unsur pendukung dari sebuah manajemen.

4) Methods diartikan sebagai metode sebagai unsur pendukung manajemen.

5) Money diartikan sebagai dana atau anggaran. Dalam menjalankan manajemen harus didukung adanya anggaran.

6) Markets diartikan sebagai pasar atau sasaran. Setelah memiliki empat unsur di atas manajemen harus memiliki pasar atau sasaran dari manajemen itu sendiri (George R. Terry (1990)

Teori Manajemen ini penulis gunakan untuk membahas

bagaimana peran manajerial seorang pimpinan dalam merencanakan

tujuan organisasi dengan melibatkan anggota/bawahan dalam rangka

menciptakan keamanan dan ketertiban serta kelancaran dalam berlalu

lintas di jalan raya sesuai dengan harapan masyarakat. Fungsi-fungsi

manajemen yang terdapat dalam teori tersebut apakah dapat

dilaksanakan oleh seorang pimpinan, penulis tuangkan dalam

pembahasan Bab V.

b. Teori Organisasi

Menurut Robbins (1994), teori organisasi adalah disiplin ilmu

yang mempelajari struktur dan desain organisasi. Teori organisasi

menunjuk pada aspek – aspek deskriptif maupun preskriptif dari

16 | P a g e

Page 17: renlit anjar last

disiplin ilmu tersebut. Teori ini menjelaskan bagaimana organisasi

dapat dikonstruksi guna meningkatkan keefektikan mereka. (Stephan

Robbins, 1994 : 8) Dalam teori organisasi unit – unit analisisnya adalah

organisasi itu sendiri . Teori organisasi memfokuskan diri kepada

prilaku dari organisasi dan menggunakan definisi lebih luas tentang

keefektifan organisasi. Teori organisasi tidak hanya memperhatikan

prestasi dan sikap para pegawai, tetapi juga kemampuan organisasi

secara keseluruhan untuk menyesuaikan diri dalam mencapai

tujuannya.

c. Teori Motivasi

Wahjosumidjo (1987: 193) mengatakan bahwa teori motivasi

sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerjanya, pengertian

lingkungan kerja dalam kehidupan organisasi adalah faktor pemimpin

dan bawahan. Dari pihak pemimpin ada berbagai unsur yang sangat

berpengaruh terhadap motivasi seperti sebagai berikut :

1) Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, termasuk

didalam prosedur kerja, berbagai rencana dan program

kerja.

2) Persyaratan kerja yang dipenuhi oleh para bawahan

3) Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan

didalam mendukung pelaksanaan kerja, termasuk di

dalamnya bagaimana tempat para bawahan bekerja.

17 | P a g e

Page 18: renlit anjar last

4) Dan yang tidak kalah pentingnya gaya kepemimpinan

atasan dalam arti sifat – sifat dan perilaku atasan

terhadap bawahan.

Disamping pemimpin atau atasan, bawahan juga memiliki

peranan penting didalam motivasi. Seperti kita ketahui setiap bawahan

didalam dirinya dapat dilihat adanya berbagai gejala karakteristik,

seperti :

1) Kemampuan kerja

2) Semangat atau modal kerja

3) Rasa kebersamaan dalam kehidupan berkelompok

4) Prestasi dan produktivitas kerja (Wahjosumidjo, 1987:

193)

d. Teori Psikoanalisis

Menurut Sigmund Freud (1856-1939) ada tiga komponen dalam

kepribadian seseorang, yaitu “ Id yang selalu berprinsip mau

memenuhi kesenangannya sendiri (pleasure principle), ego yang selalu

berorintasi pada kenyataan (reality principle), dan super-ego yang

selalu berpatokan pada norma-norma yang berlaku (moral standard).” (

disadur dari Sarlito, 2002:58, menyadur dari Freud 1856-1939).

Dari asumsi tersebut dimaksudkan sebagai manusia setiap

pengendara sepeda motor memiliki perilaku yang berbeda-beda, hal

ini karena kepribadian yang terbentuk dipengaruhi oleh Id, Ego, dan

Super-ego yang ada dalam dirinya masing-masing. Dari ketiga

18 | P a g e

Page 19: renlit anjar last

komponen ini mana yang paling dominan akan menentukan

bagaimana perilaku dari seseorang.

e. Konsep Implementasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (423), bahwa yang

dimaksud implementasi adalah “pelaksanan, penerapan, adalah

sebuah proses dalam mendapatkan sumber daya tambahan sehingga

dapat mengukur apa-apa yang telah dikerjakan”. Asumsi tersebut

bahwa implementasi adalah proses menjalankan, melaksanakan atau

melakukan suatu kewajiban yang diberikan pada seseorang atau

organisasi dalam menyelenggarakan atau mengemban tugas

pokoknya. Hakekat dalam penelitian ini adalah implementasi program

penggunaan lajur kiri bagi kendaraan sepeda motor oleh Satlantas

Polres Semarang.

f. Konsep Kecelakaan Lalu Lintas

Pasal 1 butir (24) UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah

suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja

melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lainnya,

mengakibatkan korban manusia dan/ atau kerugian harta benda.

Sedangkan menurut Vademikum Polisi Lalu Lintas (2005 : 194)

kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak

disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan

19 | P a g e

Page 20: renlit anjar last

lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta. Di mana

unsur-unsur kecelakaan lalu lintas tersebut meliputi pengemudi /

pemakai jalan, kendaraan, jalan dan lingkungan.

Unsur manusia sering menjadi penyebab utama dalam

kecelakaan. Kenyataannya manusia adalah penyebab daripada

kecelakaan yang ditunjukkan kepada tiga elemen dasar dari

kecelakaan yaitu : manusia (75% s/d 90%); kendaraan (3 s/d 10%) dan

lingkungan (30%). (Vademikum Polisi Lalu Lintas, 2005: 106)

Kesalahan manusia tersebut antara lain :

1) Salah memperkirakan terhadap benda/obyek bergerak

dengan kecepatan tertentu, merespon terhadap aksi

yang dihadapi, penglihatan terhadap suatu obyek yang

bergerak atau sebaliknya, dan kemampuan untuk

memberikan aksi-aksi yang tepat melalui panca indra

sesuai tantangan yang dihadapinya.

2) Salah pengertian terhadap alat-alat pengendali lalu lintas.

3) Tidak dapat melihat atau mematuhi sistem pengendalian

lalu lintas.

Pengaruh terhadap pemakai jalan antara lain tataguna lahan,

cuaca, desain kendaraan, desain prasarana, kondisi arus lalu lintas.

Keadaan tersebut akan menjadi baik jika pengemudi tidak mengemudi

kendaraan dengan kecepatan tinggi apabila ban/kendaraan buruk dan

jalan/lingkungan licin, banyak tikungan/berkelok-kelok, tidak

20 | P a g e

Page 21: renlit anjar last

rata/bergelombang, serta kondisi arus lalu lintas tidak

memungkinkan/macet.

2.3 Kerangka Berpikir

Masalah lalu-lintas bukan hanya menjadi tanggungjawab Polri

saja, akan tetapi tugas di bidang lalu-lintas tersebut pada dasarnya

menjadi tugas dan tanggungjawab dari semua pihak. Berikut ini adalah

kerangka berpikir penelitian tentang Implementasi program

penggunaan lajur kiri bagi kendaraan sepeda motor dalam rangka

mencegah kecelakaan lalu lintas oleh Satlantas Polres Semarang.

Untuk mencapai suatu kesimpulan yang dapat menggambarkan

hubungan antara variable-variabel, peneliti akan memberi batasan

dengan memperjelas arti dari suatu variable itu sendiri sebelum

mengkaitkannya dengan teori-teori yang berupa konsep-konsep

dengan maksud agar tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman yang

dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengambil kebijaksanaan.

21 | P a g e

Page 22: renlit anjar last

Gambar 1

Pola Pikir

22 | P a g e

POLRES SEMARANG

Penggunaan Lajur Kiri Bagi Sepeda

Motor

SAT LANTAS POLRES SEMARANG

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

implementasi Penggunaan Lajur Kiri

Pencegahan kecelakaan Lalu

Lintas di Jalan Raya

Implementasi Penggunaan Lajur Kiri Bagi Sepeda Motor Dalam Rangka

Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas Pada Sat Lantas Polres Semarang

UU NO.22 Tahun 2009

Tentang Lalu lintas Angkutan Jalan Raya

Page 23: renlit anjar last

BAB III

RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan kualitatif,

berdasarkan cirri – cirri yang menurut Muhammad dan Djali (2005:90)

antara lain : “bersifat, teori lahir dan berkembang di lapangan, proses

berulang – ulang, pembahasan lebih bersifat khusus dan spesifik,

mengandalkan kecermatan dalam pengumpulan data untuk

mangungkap secara tepat keadaan yang terjadi sesungguhnya di

tempat penelitian”.

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (1986),

sebagaimana dilansir oleh Moloeng (2002:2) :

Juga mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang

dipertentangkan dengan pengamatan kuantatif. Pendekatan kuantatif

melibatkan pengukuran tingkatan suatu cirri tertentu yang mencakup

setiap jenis pendekatan penelitian yang didasarkan atas perhitungan

persentase, rata – rata, kuadrat dan perhitungan satistik lainnya. Di

pihak lain, pendekatan kualitatif berdasarkan pada “kualitas” yang

menunjuk pada segi “ilmiah” yaitu pendekatan penelitian yang lebih

menekankan pada kealamiahn sumber data.

Menurut Muhammad dan Djaali (2005:88), dalam penelitian

kulitatif, data merupakan sumber teori atau teori berdasarkan data.

Katagori dan konsep – konsep dikembangkan oleh peneliti di

23 | P a g e

Page 24: renlit anjar last

lapangan. Data lapangan dapat dimanfaatkan untuk verifikasi yang

timbul di lapangan, dan terus menerus disempurnakan selama proses

penelitian berlangsung yang dilakukan secara berulang – ulang.

Penelitian kualitatif adalah penelitian eksploratif yang biasanya lebih

bersifat studi kasus. Jenis penelitian ini dimulai dengan adanya suatu

masalah yang biasanya spesifik dan diteliti secara khusus sebagai

suatu kasus yang akan diangkat ke permukaan tanpa adanya maksud

untuk generalisasi. Dalam prosesnya, penelitian kualitatif mempunyai

suatu periode yang dilakukan berulang – ulang, sehingga keadaan

yang sesungguhnya dapat diungkap dengan cermat dan lengkap.

Proses tersebut dimulai dengan survey pendahuluan untuk mendeteksi

situasi lapangan dan karakteristik subyek (masyarakat atau

kebudayaan tertentu) yang akan menjadi obyek penelitian.

3.2 Sumber Data / Informasi

Sumber informasi dalam penelitian ini adalah :

1) Kapolres

2) Kasat Lantas

3) Kaur Binops Lantas

4) Anggota Sat Lantas

5) Kepala Dinas Pekerjaan Umum

6) Kepala Dinas LLAJR

7) Masyarakat

24 | P a g e

Page 25: renlit anjar last

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah :

3.3.1 Observasi / pengamatan

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala – gejala yang diteliti. Observasi merupakan proses

yang kompleks, yang tersusun dari proses biologis dan psikologis.

Dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting adalah

mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti. Dalam observasi

diperlukan : catatan - catatan : alat – alat elektronik seperti kamera,

tape recorder dan sebagainya : lebih banyak melibatkan pengamat :

memusatkan perhatian pada data – data yang relevan ;

mengklasifikasikan gejala pada kelompok yang tepat ; menambah

persepsi tentang obyek yang diamati (Husaini Usman dan Purnomo

Akbar, 2004 : 54)

3.3.2 Wawancara

Wawancara adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung. Kegunaan wawancara adalah untuk

mendapatkan data di tangan pertama (data primer); pelengkap teknik

pengumpulan data; menguji pengumpulan data lainnya. Jenis

wawancara ada dua yaitu wawancara tak terpimpin dan wawancara

terpimpin. Wawancara tak terpimpin ialah wawancara yang tidak

terarah. Wawancara terpimpin ialah Tanya jawab searah untuk

25 | P a g e

Page 26: renlit anjar last

mengumpulkan data – data yang relevan saja. Kelemahan teknik ini

adalah : kesan – kesan seperti angket yang di ucapkan ; suasana

menjadi kaku dan formal. Keuntungan : pertanyaan sistematis

sehingga menjadi mudah diolah kembali, pemecahan masalah lebih

mudah, memungkinkan analisa kuantitatif dan kualittif, dan kesimpulan

yang dimbil lebih reliable. (Husaini Usman dan Purnomo Akbar, 2004 :

59)

3.3.3 Telaah Dokumen

Pengambilan data dengan menggunakan telaah dokumen yaitu

peneliti menelaah dokumen – dokumen tentang implementasi program

penggunaan lajur kiri dan menyalakan lampu di siang hari bagi

kendaraan sepeda motor pada Satlantas Polres Semarang.

Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biaya relaatif murah,

waktu dan tenaga lebih efisien. Kelemahannya data yang diambil

dokumen cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak,

maka peneliti ikut salah pula mengambil datanya. (Husaini Usman dan

Purnomo Akbar, 2004 : 73)

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah prroses untuk mengorganisasikan dan

meletakkan data menurut pola atau kategori dan satuan uraian dasar

sehingga peneliti dapat mengadakan evaluasi dan menyeleksi

terhadap data yang relevan atau tidak relevan dengen penelitian

tentang implementassi program penggunaan lajur kiri dan penyalaan

26 | P a g e

Page 27: renlit anjar last

lampu utama di siang hari bagi kendaraan roda dua di Polres

Semarang.

Teknik analisis data kualitatif yaitu data yang dikumpulkan

berupa catatan – catatan ataupun rekaman – rekaman peristiwa yang

terjadi di lapangan yang kemudiaan dialihkan dalam bentuk kata – kata

yang tersusun rapi dan teratur, kemudian dikombinasikan oleh peneliti

agar menjadi lebih akurat dan memiliki gambaran jelas tentang

implementasi program penggunaan lajur kiri dan menyalakan lampu di

siang hari bagi kendaraan sepeda motor pada Satlanta Polres

Semarang. Proses analisis data pada penelitian kualitatif menurut

Milles dan Huberman menjelaskan ada 3 (tiga) unsur utama yaitu

“produksi data, sajian data (data display), dan penarikan kesimpulan

atau verifikkasi” (Disaddur dari Muhammad dan Djaali,2005 : 110).

Reduksi data merupakan proses seleksi, menyederhanakan dan

abstraksi daari data kasar yang ada dalam catatan lapangan. Proses

ini berlangsung tersu sepanjang pelaksaanaan penelitian, berupa

singkatan, pembuatan kode, memusatkan tema, membuat batas –

batas persoalan, dan menulis memo.

Sajian data adalah suatu susunan informasi yang

memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan penelitian. Dengan

melihat sajian data, penulis akan memahami apa yang terjadi serta

memberikan peluang bagi peneliti untuk mengerjakan sesuatu pada

analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahamannya.

27 | P a g e

Page 28: renlit anjar last

Penyajian data dalam bentuk matriks, gambar, skema, jaringan

kerja, dan kabel, mungkin akan banyak membantu menganalisis guna

mendapatkan gambaran yang jelas serta memudahkan dalam

penyusunan kesimpulan penelitian. Pada dasarnya sajian data

dirancang untuk menggambarkan suatu informasi secara sistematik

dan mudah dilihat serta dipahami dalam bentuk keseluruhan sajiannya.

Sejak awal pengumpulan data, penelitian harus sudah mulai

memahami makna dari hal- hal yang ditemui dengan mencatat

keteraturan, pola – pola, pernyataan dari berbagai konfigurasi yang

mungkin, arah hubungan kausal, dan proposisi. Kesimpulan akhir pada

penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah proses

pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikassi

dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, sambil meninjau

secara sepintas pada catatan di lapangan untuk memperoleh

pemahaman yang lebih tepat.

3.5 Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitiaan skripsi ini disesuaikan dengan

Kalender Akademik PTIK Angkatan LVI, yaitu dilaksanakan mulai

tanggal Juli 2007 sampai dengan November 2007. adapun jadwaal

penelitian sebagai berikut :

3.5.1 Tahap Persiapan Oktober s/d 11 November 2010

1) Menyusun dan mengumpulkan judul

28 | P a g e

Page 29: renlit anjar last

2) Membuat Rencana Penelitian

3) Bimbingn Rencana Penelitian

4) Penyerahan Rencana Penelitian

3.5.2 Tahap Pelaksanaan 1 Pebruari 2011 s/d 7 Maret 2011

1) Koordinasi dengan pimpinan tempat penelitian

2) Melaksanakan penelitian

3) Pengumpulan data

4) Pengolahan data

5) Analisis data

3.5.3 Tahap Pengakhiran 8 maret 2011 s/d April 2011

1) Penyusunan skripsi

2) Perbaikan skripsi

3) Pengumpulan skripsi

29 | P a g e

Page 30: renlit anjar last

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Kecelakaan Lalu;intas dan Penyebabnya di

Wilayah Hukum Polres Semarang

Kecelakaan lalu lintas di jalan raya merupakan suatu

permasalahan lalu lintas yang dapat menimbulkan masalah dan

kerugian besar di masyarakat. Pada kenyataan yang kita temukan

sehari – hari, permasalahan ini selalu terjadi di jalur lalu lintas

manapun. Penyebabnya bermacam – macam baik sarana jalan,

cuaca, factor teknis kendaraan maupun factor pengemudi.

Berdasarkan temuan penelitian penulis, diketahui bahwa di

wilayah hukum Polres Semarang pada tahun 2006 terjadi

30 | P a g e

Page 31: renlit anjar last

kecelakaan lalu lintas karena tabrakkan di wilayah hukum Polres

Semarang dengan jumlah meninggal 47 Orang, luka berat 42

orang, luka ringan 70 orang, dan kerugian materiik sebesar Rp.

161.050.000,- atau seratus enam puluh satu juta lima puluh ribu

rupiah. Kemudian pada periose bulan Januari sampai dengan

September 2007 di wilayah hukum polres Semarang dengan

jumlah meninggal 73 orang, luka berat 32 orang, luka ringan 52

orang, dan kerugian materiil sebesar Rp. 160.110.000,- atau

seratus enam puluh juta seratus sepuluh ribu rupisah.

Berdasarkan data jumlah kecelakaan tersebut dapat dilihat

bahwa dampak kerugian yang diakibatkan terjadinya peristiwa

kecelakaan tersebut mencakup beberapa hal yaitu : korrban jiwa

meninggal dunia, korban luka berat, korban luka ringan dan

kerugian materi yang nilainya tidak sedikit.

Dampak kerugian dari terjadinya kecelakaan lalu lintas

dapat dilihat dari berbagai segi seperti segi social, maupun

kemanusiaan. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Segi kemanusiaan. Kerugian dari dampak kecelakaan dari

segi kemanusiaan adalah jatuhnya korban jiwa pada peristiwa

kecelakaan dimana nyawa orang dapat terengut pada peristiwa

kecelakaan lalu lintas. Korban jiwa ini bukan hanya terjadi pada

pengemudi kendaraan namun bias juga terjadi pada pejalan kaki atau

orang – orang yang tinggal di dekat jalan raya tersebut (misalnya

31 | P a g e

Page 32: renlit anjar last

apabila kendaraan meluncur tanpa kendali kea rah kerumunan,pasar,

atau ke rumah yang lokasinya berbeda di bawah jalan raya).

2) Segi Nasional. Kerugian dari dampak kecelakaan dari segi

nasional adalah berkurangnya sumber daya manusia yang merupakan

modal dasar bagi pembangunan nasional. Oleh sebab itu kecelakaan

lalu lintas merpakan salah satu permasalahan nasional dan bukan

hanya permasalahan lalu lintas maupun masyarakkat.

3) Segi Materi. Kerugian dari dampak kecelakaan dari segi

materi adalah selain rusaknya kendaraan juga dapat merusak

bangunan, kios dan sebagainya yang terletak di kawasan jalan raya

apabila bangunan-bangunan tersebut tertabrak oleh kendaraan yang

melintas di jalan raya dan mengalami kecelakaan berupa lepas kendali

dan keluar jalur lalu lintas.

4) Segi Sosial. Kerugian dari dampak kecelakaan dari segi

social adalah apabila seseorang yang mengalami kecelakaan lalu

lintas, baik ia dalam posisi naik kendaraan atau ditabrak saat

menyebrang di jalan raya, kemudian jika dia mengalami cacat

permanent maka ia akan mengalami kerugian dari segi social. Pertama

ada kemungkinan ia tidak dapat bekerja lagi dengan tangan atau

kakinya, kedua ada kemungkinan ia akan menjadi tergantung pada

orang lain, dan ketiga ada kemungkinan ia akan mengalami putus

asa/depresi atau hal lainnya. Jika hal itu terjadi bukan hanya akan

merugikan orang tersebut melainkan orang-orang yang berada di

32 | P a g e

Page 33: renlit anjar last

sekitarnya seperti keluarganya karena harus mengurus dan

sebagainya.

Untuk mengatasi banyaknya peristiwa kecelakaan di jalan

raya yang pertama-tama harus diketahui adalah mengenali faktor-

faktor penyebabnya. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan

sebelumnya di wilayah hukum Polres Semarang maka penyebab-

penyebab dari terjadinya kecelakaan lalu lintas umumnya terdiri

dari :

1) Faktor manusia

a) Kondisi fisik pengemudi. Banyak kecelakaan

disebabkan oleh factor pengemudi dalam menjalankan

kendaraannya, kemudian faktor-faktor seperti kelelahan

fisik, mengantuk atau terpengaruh alcohol merupakan

penyebab-penyebab dari kecelakaan lalu lintas. Kondisi

fisik sangat berpengaruh pada terjadinya kecelakaan lalu

lintas. Seseorang yang kelelahan dapat saja kehilangan

konsentrasi dalam mengemudi sehingga dapat terjadi

kecelakaan. Seseorang yang mengantuk juga akan

mengalami hal yang sama. Kemudian kondisi terpengaruh

alkohol bias saja kehilangan kesadarannya sehingga saat

mengemudi dapat menabrak atau tertabrak kendaraan lain.

b) Kurangnya disiplin pengemudi dalam mematuhi

peraturan-peraturan lalu lintas. Pengemudi yang tidak

sabar dan tida disiplin umpamanya, sangat mempengaruhi

33 | P a g e

Page 34: renlit anjar last

menjadi penyebabnya suatu insiden kecelakaan. Tidak

sabar dan tidak disiplin biasanya diwujudkan dalam bentuk

melanggar peraturan lalu lintas dan melanggar peraturan

tersebut seperti menyalip kendaraan lain, menyerobot,

tidak menyebabkan kesemerawutan bahkan kecelakaan

lalu lintas. Perilaku pengemudi yang suka menyebut hingga

melanggar batas kecepatan misalnya sering menjadi faktor

penyebab kecelakaan karena dalam peristiwa tersebut

terkadang muncul sikap agresif hingga akhirnya hilang

control atau kendali dan tidak mempedulikan keselamatan

diri.

2) Faktor cuaca yang buruk seprti hujan akan

menyebabkan kondisi jalan licin sehingga kendaraan mudah

selip, faktor ala mini juga sering menjadi penyebab terjadinya

kecelakaan dimana kendaraan slip sehingga tidak terkendali

dan membuat kecelakaan. Karena sulitnya memprediksi faktor

alam dalam mengntisipasi atau kecelakaan lalu lintas, maka

biasanya faktor manusia lebih ditekankan untuk mengtasi

masalah lalu lintas, maka biasanya faktor manusia lebih

ditekankan untuk mengatasi masalah ini. Misalnya agar

pengemudi lebih berhai-hati, mengurangi kecapetan atau

berjalan lambat – lambat.

3) Teknis Kendaraan. Dalam masalah teknis

kendaraan mencakup fisik kendaraan seperti rem, ban dan

34 | P a g e

Page 35: renlit anjar last

sebagainya. Pengemudi yang tidak memperhatikan rem – Nya

apakah berfungsi atau tidak dapat saja terkena resiko

kecelakaan. Dalam hal ini pencegahan juga ditekankan pada

faktor pengemudi dimana seorang pengemudi harus

memperhatikan kendaraan dapat diatasi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa ada

banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Faktor

pertama adalah faktor manusia yang sangat berpengaruh

termasuk pada faktor – faktor lainnya. Berpengaruh dalam hal ini

baik faktor cuaca maupun faktor lain seperti teknis kendaraan

juga memerlukan pengemudi agar lebih memperhatikan

keselamatan diri dengan beradaptasi terhadap cuacau yaitu

dengan berhati – hati pada saat cuaca sedang buruk, atau pun

memperhatikan teknis kendaraan untuk menjaga agar tidak terjadi

masalah pada saat menggunakannya di jalan raya.

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang

Prasarana Lalu Lintas Jalan menyebutkan bahwa kecelakan lalu

lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka –

sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau

tanpa memakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia

atau kerugian harta benda.

Sedangkan menurut Vademikum Polisis Lalu Lintas (2005 :

194) kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang

tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa

35 | P a g e

Page 36: renlit anjar last

pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau

kerugian harta benda.

Sedangkan menurut Vademikum Polisi Lalu Lintas

(2005:194) kecelakaan lalulintas adalah suatu peristiwa di jalan

yang tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa

pemakai jalan lainya, mengakibatkan korban manusia atau

kerugian harta. Di mana unsure – unsur – unsur kecelakaan lalu

lintas tersebut meliputi pengemudi/pemakai jalan, kendaraan,

jalan dan lingkungan.

Unsur manusia sering menjadi penyebab utama dalam

kecelakaan. Kenyataannya manusia adalah penyebab daripada

kecelakaan yang ditunjukkan kepada tiga elemen dasar dari

kecelakaan yaitu : manusia (75% s/d 90%); kendaraan (3 s/d

10%) dan lingkungan (30%). Menurut Vademikum Polisi Lalulintas

kesalahan manusia tersebut antara lain :

1. Salah memperkirakan terhadap benda /

obyek bergerak dengan kecepatan tertentu, merespon

terhadap aksi yang dihadapi, penglihatan terhadap suatu

obyek yang bergerak atau sebaliknya, dan kemampuan untuk

memperbaiki aksi – aksi yang tepat melalui panca indra sesuai

tantangan yang dihadapinya.

2. Salah pengertian terhadap alat – alat

pengendali lalu lintas.

36 | P a g e

Page 37: renlit anjar last

3. Tidak dapat melihat atau mematuhi

system pengendali lalu lintas

Berdasarkan faktor – faktor penyebab terjadinya

kecelakaan tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa

faktor manusia memegang peranan sangat berpengaruh

sebagai penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Oleh

sebab itu diperlukan upaya pemerintah terkait dengan

pengamanan berkendara bagi pengemudi guna mencegah

terjaadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Selain itu

dalam mencarari solusi atau pemecahan masalah untuk

mencegah atau mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas

perlu untuk mempertimbangkan faktor manusia sebagai

penyebab kecelakaan tersebut.

5.2 Pelaksanaan Program Safety Riding Melalui

Pemberlakuan Lajur Kiri dan Penyalaan Lampu Utama di

Siang Hari Bagi Kendaraan Roda Dua di Polres Semarang.

Untuk mengatasi permasalahan lalu lintas seperti

pencegahan kecelakaan lalu lintas, manajemen dan rekayasa lalu

lintas bukan hanya merupakan tanggung jawab Pemerintah Darah

dalam hal ini Dinas Perhubungan, melainkan harus mengajak

Instasni lain yang berkompeten (termasuk kepolisian) untuk

memecahkan permasalahan (solve problem) lalu lintas. Mengenai

manajemen dan rekayasa lalu lintas sebagaimana disebutkan

37 | P a g e

Page 38: renlit anjar last

dalam pasal 2 peraturan pemerintah RI nomor 43 Tahun 1993

tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan meliputi kegiatan

perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalu

lintas.

Upaya Polres Semarang dalam rangka menciptakan

kamtiblancar lantas dan mencegah atau mengurangi tingkat

kecelakaan lalu lintas antara lain adalah melaksanakan program

safety riding atau keselamatan berkendaraan dengan melalui

pemberlakuan lajur kiri dan menyalakan lampu pada siang hari

yang diterakpan pada kendaraan bermotor khususnya kendaraan

roda dua. Pemberlakuan program safety riding melalui

pemberlakuaan penyalaan lampu utama di siang hari dan lajur

kiri bagi kendaraan roda dua di wilayah hukum Polres Semarang

sudah berjalan sejak bulan April 2007.

Ketentuan penggunaan jalur kanan pada Pasal 51 ayat (1)

Peraturab Pemerintah Nomo 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

dan Lalu Lintas Jalan, menegaskan bahwa lalu lintas untuk

semua jenis kendaraan yang dianut di wilayah Republik Indonesia

adalah menggunakan jalur sebelah kiri bukan sebelah kanan

sebagaimana yang diberlakukan di Amerika Serikat.

(Konsekwensi dari ketentuan ini maka letak kemudi pada semua

mobil yang dipergunakan di Indonesia didesain sebelah kanan).

Ketentuan posisi kendaraan di jalan diatur dalam Pasal 51 PP No

43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan,

38 | P a g e

Page 39: renlit anjar last

menyatakan bahwa pada jalan yang memiliki dua jalur atau lajur

searrah, kendaraan yang berkecepatan lebih rendah daripada

kendaraan lain harus mengambil lajur sebelah kiri.

Dalam PP No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

Lintas Jalan Pasal 73 ayat (1) yaitu pengemudi kendaraan

bermotor waktu malam hari atau waktu lain dalam keadaan gelap

wajib menyalakan lampu utama dekat, lampu posisi depan dan

belakang, lampu tanda nomor kendaraan dan lampu batas yang

diwajibkan bagi kendaraan tertentu. Jadi tidak ada keharusan bagi

kendaraan bermotor (speda motor) untuk menyalakan lampu

pada siang hari.

Ada dua hal berbeda yang perlu dicermaati dari situasi ini.

Pertama, Menyalakan lampu demi keselamatan walaupun dengan

anjuran. Kedua, tidak wajib menyalakan tetapi beresiko terhadap

keselamatan. Jika harus memilih, maka rasanya pilihan pertama

yang lebih baik karena sangat berkepentingan dengan faktor

keselamatan. Hal ini tersurat dalam UU No. 14 Tahun 1992

tentang LLAJ Pasal 22 ayat (1) huruf d yaitu untuk keselamatan

keamanan dan ketertiban LLAJ ditetapkan ketentuan mengenai

penggunaan peralatan dan perlengkapan kendaraan bermotor

yang diharuskan, peringatan dengan bunyi dan sinar. Jadi

walaupun tidak disebutkan adanya kkewajiban menyalakan lampu

pada waktu selain yang disebutkab dalam Pasal 73 PP No. 43

Tahun 1993 tersebut (hari terang) upaya ini tetap mengacu

39 | P a g e

Page 40: renlit anjar last

kepada ketentuan Pasal 22 UU No 14 Tahun 1992. namun yang

perlu dipikirkaan adalah ketepatan penempatan dan penerapan

strategi yang akan dijalankan tersebut.

Tujuan dari implementasi program safety riding atau

keselamatan berkendaraan dengan melalui pemberlakuan lajur

kiri dan menyalakan lampu pada siang hari yang diterapkan pada

kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda dua. Antara lain

adalah untuk bentuk kampanye keselamatan dan bentuk

kepedulian manusia dalam rangka menekan angka kecelakaan

dan menghindari jumlah korban yang semakin hari terus

bertambah guna mewujudkan keamanan, keselamatan,

ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas. Pelaksanaannya

kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Mengutamakan simpatik dengan himbauan. Perilaku

anggota Lantas terkait dengan penggunaan lajur kiri dan penyalaan

lampu kendaraan bermotor di siang hari akan membawa dampak

positif maupun negative terhadap keberhasilan implementasi program

safety riding melalui pemberlakuan lajur kiri dan menyalakan lampu

pada siang hari yang diterapkan pada kendaraan bermotor khususnya

kendaraan roda dua. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan tersebut

personel Sat Lantas Polres Semarang yang bertugas di jalan raya

harus bersikap simpatik dan menjalankan tugas dengan disiplin sesuai

aaturan yang berlaku.

40 | P a g e

Page 41: renlit anjar last

2) Sosialisasi baik melalui spanduk maupun bermacam

media. Masyarakat mengetahui program pemberlakuan lajur kiri dan

penyalaan lampu utama di siang hari bagi kendaraan roda dua yaitu

dengan cara petugas menggunakan sarana seperti rambu tulisan/ ada

papan atau plang pemberitahuan.

3) Menggelar anggota dijalan. Personel – personel Sat Lantas

Polres Semarang dalam melakukan sosialisasi menggelar anggota –

anggotanya di jalan – jalan untuk memberi arahan yang simpaatik

kepada masyarakat agar mengikuti aturan program safety riding

tersebut.

Pelaksanaan implementasi program safety riding melalui

pemberlakuan lajur kiri dan menyalakan lampu pada siang hari

yang diterapkan pada kendaraan bermotor khususnya kendaraan

roda dua dilaksaanakan oleh organisasi kepolisian bekerjasama

dengan instansi – instansi terkait seprti Dinas Perhubungan.

Menurut Stephen P. Robins, dalam teori organisasi bahwa

suatu organisasi dapat dikonstruksi gunaa meningkatkan

keefektikn mereka dengan mengambil pandangan makro, dimana

unit – unit analisisnya adalah organisasi itu sendiri atau sub – sub

utamanya, teori organisasi memfokuskan diri kepada prilaku dari

organisasi dan menggunakan definisi lebih luas tentang

keefektifan organisasi. Teori organisassi tidak hanya

memperhatikan prestasi dan sikap para pegawai, tetapi juga

kemampuan organisasi secara keseluruhan untuk menyesuaikan

41 | P a g e

Page 42: renlit anjar last

diri dan mencapai tujuan – tujuannya. Untuk meningkatkan

efektivitas organisasi tersebut diperlukan suatu manajemen.

George R. Terry menyatakan bahwa proses manajemen

meliputi planning, organizing, actualiting dan controlling, atau

yang lebih dikenal dengan P.O.A.C. selanjutnya dikatkn bahwa

P.O.A.C adalah alat atau instrument yang digunakan manajer

dalam melaksanakan pekerjaan mnajemen, skaligus merupakan

cirri – cirri pokok yang membedakan seorang manajer dan

seorang non manajer. Dalam pelaksanaan program

pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di siang hari

bagi kendaraan roda dua yang dilaksanakan oleh Sat Lantas

Polres Semarang, dapat dianalisis melalui teori manajemen

sebagai berikut :

1) Planning (perencanaan) yaitu tindakan

mendeterminasikan sasaran dan arah tindakan yang diikuti.

Dalam pelaksanaan kegiatan program pemberlakuan lajur kiri

dan penyalaan lampu utama di siang hari bagi kendaraan roda

dua dilakukan perencanaan terlebih dahulu di wilayah Polres

Semarang melalui pembuatan rencana kegiatan (rengiat).

Dengan rencana kegiatan tersebut maka pelaksanaan tugas

akan menjadi lebih terarah sehingga petugas Sat Lantas

Polres Deli akan dapat melaksanakan tugasnya dengen efektif

dan efisien.

42 | P a g e

Page 43: renlit anjar last

2) Organizing (pengorganisasian) yaitu tindakan

mendistribusi pekerjaan pada anggota kelompok yang ada dan

menetapkan dan merincci hubungan – hubungan yang

diperlukan. Dalam pengorganisasian dalam melakukan

pembagian tugas Sat Lantas Polres Semarang, yaitu ada yang

bertugas dalam patroli, dalam pemeriksaan, dan ada juga

yang bertugas mensosialisasikan program safety riding yang

dapat dilakukan sambil mengatur lalu lintas di wilayah khusus

safety riding.

3) Actualiting (Menggerakkan) yaitu merangsang

anggota – anggota kelompok tertentu untuk melaksanakan

tugas – tugas mereka dengan kemauan yang baik dan secara

antusias. Kasat Lantas dapat memberikan faktor stimulant

terhadap anggota – anggota kelompok untuk melaksanakan

tugas mereka dengan kemampuan atau motivasi. Motivasi

tersebut biasanya dalam bentuk reward, meskipun masih pada

ucapan penghargaan dan bukan dalam bentuk materi namun

sudah cukup membuat personal merasa termotivasi.

Wahjosumidjo mengatakan bahwa teori motivasi sangat

dipengaruhi oleh faktor lingkngan kerjanya, pengertian

lingkungan kerja dalam kehidupan organisasi adalah faktor

pemimpin dan bawahan. Dari pihak pemimpin ada berbagai

unsur yang sangat berpengaruh terhadap motivasi seperti

sebagai berikut : kebijakan – kebijakan yang telah ditetapkan,

43 | P a g e

Page 44: renlit anjar last

termasuk dalam prosedur kerja, berbagai rencana dan

program kerja. Persyaratan kerja yang dipenuhi oleh para

bawahan. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan

didalam mendukung pelaksanaan kerja, termasuk di dalamnya

bagaimana tempat para bawahan bekerja. Dan yang tidak

kalah pentingnya gaya kepemimpinan atasan dalam arti sifat -

sifat dan prilaku atasan terhadap bawahan.

4) Controling (Pengawasan) yaitu mengawasi

aktifitas – aktifitas agar sesuai dengan rencana – rencana

Pengawasan dan pengendalian program pemberlakuan lajur

kiri dan penyalaan lampu utama di siang hari bagi kendaraan

roda dua dalam pelaksanaan langsung kita para perwira

secara bergantian melakukan pengecekan dan seminggu

sekali kita lakukan analisis dan evaluasi internal. Kasat /

Perwira juga sering turun ke lapangan di dalam pelaksanaan

tugas itu, turun langsung memasang rambu lajur kiri tersebut.

Dalam pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan

tugas anggota di lapangan juga selalu dilakukan oleh kasat

dan kalau tidak oleh kaur atau perwira yang lain. Selain itu

anev juga rutin dilaksanakan namun hanya internal Polres aja

dan kita akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait

Menurut G.R Terry, koordinasi adalah suatu usaha yang

sinkron dan teraturr untuk menyediakan jumlah dan waktu yang

tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu

44 | P a g e

Page 45: renlit anjar last

tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah

ditentukan. Koordinasi adalah pernyataan dan usaha dengan ciri

– cirri sebagai berikut :

1) Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Usaha yang dilakukan Polres Semarang bersama instansi terkait

dalam pelaksanaan program pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan

lampu utama di siang hari bagi kendaraan roda dua adalah dalam

pengaturan lalu lintas bersama dan memasang spanduk – spanduk

sebagai kampanye. Safety riding. Semakin banyak spanduk yang

dipasang akan semakin baik atau semakin sering dilakukan sosialisasi

maka akan masyarakat akan lebih cepat dapat menerima peraturan

tersebut.

2) Waktu yang tepat dari usaha – usaha ini. Waktu yang

digunakan dalam pelaksanaan program pemberlakuan lajur kiri dan

penyalaan lampu utama di siang hari bagi kendaraan roda dua adalah

pada saat melakukan pengeturan lalu lintas di jalan raya di siang hari,

petugas dengan bbeerkoordinasi dengan instansi Dishub dapat

bersama melakukan sosialisasi program tersebut kepada masyarakat.

3) Sasaran yang ditentukan adalah masyarakat pengguna

jalan. Oleh sebab itu baik Polres maupun Dishub harus sama – sama

berorientasi pada sasaran yaitu masyarakat dalam rangka

mensosialisasikan program pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan

lampu utama di siang hari bagi kendaraan roda dua.

45 | P a g e

Page 46: renlit anjar last

Implementasi safety riding melalui pemberlakuan lajur kiri

dan penyalaan lampu utama di siang hari pada kendaraan roda

duaa di wilayh hukum Polres Semarang dimulai pada bulan April

2007. Dalam jangka waktu beberapa bulan tersebut program

tersebut masih pada tahap sosialisasi yang dimaksudkan untuk

memperkenalkan program tersebut terlebih dahulu kepada

masyarakat aagar masyarakat khususnya pengemudi kendaraan

bermotor roda dua menjadi terbiasa

Berger (1987) dikutip oleh Sunarto (2004) mendefinisikan

sosialisasi a process by which a child learns to be aa participans

member of society. (Proses dimana seorang anak belajar menjadi

anggota dari masyarakat). Sosialisasi dapat juga diartikan

sebagai melalui suatu proses yang harud dilakukan setiap

anggota baru suatu masyarakat untuk mempelajari kebiasaan

yang dipunyai manusia – baik di bidang ekonomi, kekeluargaan,

agama, politik dan sebagainya. Dalam pelaksanaan sosialisasi

pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di siang hari

pada kendaraan roda dua di wilayah hukum Polres Semarang

dilakukan melalui pemsangan spanduk – spanduk, atau pun

pengarahan tersebut diharapkan masyarakat akan mengenal

ataau mempelajari, dan kemudian membiasakan diri pada

program pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di

siang hari pada kendaraan roda dua tersebut.

46 | P a g e

Page 47: renlit anjar last

Pola sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu : (1) pola

sosialisasi represif yang menekankan pada penggunaan represif

terhadap kesalahan, (2) pola sosialisasi partisipatoris, dimana

seseorang diberi imbalan jika mau ikut berpartisipasi atau

mengikuti apa yang disosialisasikan tersebut. Dalam pelaksanaan

sosialisasi pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di

siang hari pada kendaraan roda dua di wilayah hukum Polres

Semarang pola sosialisasinya adalah pola sosialisasi

partisipaatoris dimana masyarakat Semarang tidak diancam

dengan sanksi atau hukuman jika tidak melaksanakan atau

mematuhi program atau peraturan baru tersebut, melainkan diberi

kesadaran bahwa jika mereka mau mematuhi peraturan dan ikut

berpartisipasi dan mengikuti penerapan program tersebut.

Dalam implementasi program safety riding melalui

pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di siang hari

pada kendaraan roda dua di wilayah hukum Polres Semarang

diperlukan pasrtisipasi masyarakat agar memiliki kesadaran untuk

mengikuti peraturan demi keselamatan mereka. Hal tersebut

disebabkan belum ada sanksi hukuman yang dapat membuat

daya tangkal pada pelanggar.

Partisipasi menurut Terry dapat didefinisikan sebagai turut

sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk

memberikan sumbangsih kepada prosses pembuatan keputusan,

terutama mengenai persoalan – persso’alan dimana ketertiban

47 | P a g e

Page 48: renlit anjar last

pribadi orang yang bersangkutan terdapat dan orang – oraang

yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk

melakukan hal tersebut. Partisipasi didasarkan atas prinsip

psikologis yang membantu menetapkannya dibandingkan dengan

tujuan pihak lain. Di samping itu orang menaruh perhatian pribadi

dalam bidang keputusan – keputusan dan pemecahan –

pemecahan problem dimana orang turut serta dalam hal

penetapannya. Partisipasi didasarkab atas prinsip psikologis yang

menyatakan bahwa orang lebih dimotivasi kea rah – arah tujuan

untuk dimana orang tersebut membantu menetapkannyaa

dibandingkan dengan tujuan yang ditetapkan oleh pihak lain.

Untuk menumbuhkan pasrtisipasi masyarakat pengguna

jalan dalam implementasi program safety riding melalui

pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di siang hari

pada kendaraan roda dua diperlukan perilaku atau sikap petugas

polisi lalu lintas yang simpatik dalam mensosialisasikan program

tersebut. Perilaku simpaatik dan sosialisasi yang mengena akan

menumbuhkan sikap bagi seseorang baik secara mental maupun

emosiaonal untuk memberikan sumbangsih kepada program

tersebut mengingat bahwa program safety riding memang

diterapkan untuk kepentingan masyarakat pengguna jalan.

Dengan timbulnya motivasi diri individu itu sendiri untuk mematuhi

peraturan dan mensukseskan program safety riding tersebut

maka proses sosialisasi akan lebih efektif.

48 | P a g e

Page 49: renlit anjar last

Pola penindakan yang dilakukan terhadap pelanggar –

pelanggar dalam implementasi program safety riding melalui

pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di siang hari

pada kendaraan roda dua adalah peningdakan dengan teguran.

Dalam implementassi program safety riding, pengambilan putusan

yang diambil polisi untuk menindak pelanggar dengan teguran

adalah karena pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggar masih

bersifat ringan.

Terhadap pelanggaran pemberlakuan lajur kirri dan

penyalaan lampu utama kendaraan bermotor di siang hari masih

dapat dikatakan ringan karena bisa disamakan setingkat dengan

pelanggaran marka jalan. Dalam pemberian tindakan seorang

petugas polisi harus mempertimbangkan kadar berat/ringannya

suatu pelanggaran. Oleh sebab itu penindakan yang dilakukan

adalah dengan menggunakan tindakan teguran.

5.3 Faaktor Penghambat Implementasi program

penggunaan lajur kiri dan menyalakan lampu di siang hari

bagi kendaraan sepeda motor pada Satlantas Polres

Semarang.

Pada faktor penghambat penulis menganalisaa dengan

unsur – unsur manajemen yang dikemukakan oleh George Terry

yang di jabarkan sebagai berikut :

5.3.1Faktor Manusia

49 | P a g e

Page 50: renlit anjar last

Menurut Terry, faktor Mend and Women diartikan

unsur manusia. Manusia adalah unsur utama yang

menjalankan sebuah manajemen. Jika melihaat personel

Satlantas Polres Semarang yang berdasarkan table yang

disebutkan pada Bab IV berjumlah 72 orang yang belum

mengikuti Dikjur. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya

manusia yang dimiliki jajaran Satlantas sangan minim

dalam mengetahui tentang safety riding. Terbatasnya

kemampuan dan keterampilan anggota. Banyak daro

personel Sat Lantas yang belum mengikuti pendidikan

kejuruan lantas, sehingga dalam pelaksanaan tugas

menjadi tidak kreatif tetapi selalu bergantung bertanya

pada pimpinannya. Hal tersebut menjadikan pelaksanaan

tugas menjadi kurang optimal.

Pelaksanaan sosialisasi implementasi program

safety riding di wilayah Polres Deli Serdaang melalui

pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di

siang hari bagi kendaraan roda dua yang dilaksanakan

oleh Polres Semarang umumnya mengandalkan spanduk –

spandduk slogan program yang ada. Namun jika untuk

melakukannya sosialisasi tersebut sendiri di lapangan

petugas umumnya masih terkendala karena belum

menguasasi atau memahami sepenuhnya mengenai

bagaimana proses sosialisasi yang seharusnya dilakukan.

50 | P a g e

Page 51: renlit anjar last

Hal – hal lain yang penting dalam proses sosialisasi

implementasi program safety riding di wilayah Polres

Semarang melalui pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan

lampu utama di siang hari bagi kendaraan rodaa dua

seperti bagaimana cara mensosialisasikan, apa yang

dijelaskan dalam sosialisasi atau apa tujuan sosialisasi

yang sejelasnyaa masih belum semua petugas menguasai.

Pelaksanaan program yang mementingkan keselamatan

berkendaraan memang memerlukan keteraampilan dalam

berkomunikasi agar dapat mempengaruhi pelaksanaan

program tersebut.

Selain dari segi keterampilan Polantas, perilaku

pemakai jalan yang tidak tertib. Pengemudi yang kurang

tertib dan tidak disiplin dan masyarakat yang cuek serta

susah diatur membuat implementasi program safety riding

di wilayah Polres Semarang melalui pemberlakuan lajur kiri

dan penyalaan lampy utama di siang hari bagi kendaraan

roda duaa menjadi terkendala. Kurangnya kepedulian

tersebut anntara lain karena masyarakat tersebut dalam

proses sosialisasi proses sosialisasi program safety riding

kurang termotivasi untuk mengikuti sosialisasinya safety

riding. Akan sangat berbeda jika pola sosialisasi bersifat

represif dimana massyarakat aatau pengemudi kendaraan

roda dua yang tidak mengikuti sosialisasi tersebut daari

51 | P a g e

Page 52: renlit anjar last

sanksi aatau hukuman, seperti melalui upaya tilang

misalnya, tentu hasilnya akan berbeda.

Kemudian tidak adanya efek jera terhadap

pelanggar maka hal ini juga masyarakat hal itu melanggar

praturan. Menurut analisa penulis hambatan yang

diakibatkan unsur manusia sangat berpengaruh dalam

mencapai tujuan. Seandainya program ini tidak berhasil

diterapkan maka sosialisasi dapat dikatakan masih

jaraang dilakukan. Sosialisasi sangatlah penting karena

masyarakat pada umumnya tidak menaruh perhatian

dengan program tersebut. Teguran yang diberikan bila

melanggar lajur kiri oleh petugas menunjukkan tidak adaa

ketegasan terhadap adanya peraturan.

5.3.2Faktor Sarana dan Prasarana

Machines diartikan sebagai sarana. Sarana adalah

unsur pendukung sebuah manajemen. Sarana berupa

alat pendukung tugas yang kurang spanduk dan kampanye

masih kurang. Kurangnya sarana termasuk juga spanduk

dan selebaran – selebaran sehingga menghambat

sosialisasi program. Sosialisasi dapat juga diartikan

sebagai melalui suatu proses yang harus dilakukan setiap

anggota baru suatu masyarakat untuk mempelajari

kebiasaan yang dipunyai manusia – baik di bidang

52 | P a g e

Page 53: renlit anjar last

ekonomi, kekeluargaan, agama, politik dan sebagainya.

Dalam proses sosialisassi implementasi program

safety riding di wilayah Polres Semarang melalui

pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di

siang hari bagi kendaraan roda dua diperlukan pengenalan

dan pembiasaan bagi masyarakat pengguna jalan

mengenai program tersebut. Oleh sebab itu diperlukan

spanduk – spanduk agar masyarakat mengetahui yang

kemudian jika telah berjalan lama maka menjadi semakin

terbiasa. Namun dengan keterbatasan sarana berupa

kurangnya media pemberitahuan seperti spanduk dan

sejenisnya maka dapat mengurangi kelancaran proses

sosialisasi.

Ada dua hal berbeda yang perlu dicermati dari

situasi ini. Pertama, menyalakan lampu demi keselamatan

walaupun dengan anjuran. Kedua, tidak wajib menyalakan

tetapi berisiko terhadap keselamatan. Jika harus memilih,

maka rasanya pilihan pertama yang lebih baik karena

sangat berkepentingaan dengan faaktor keselamatan. Hal

ini tersurat dalam UU No. 14 tahun 1992 tentang LLAJ

Pasal 22 ayat (1) huruf d yaitu untuk keselamatan,

keamanan dan ketertiban LLAJ ditetapkan ketentuan

mengenai penggunaan peralatan dan perlengkapan

kendaraan bermotor yang diharuskan, peringatan dengan

53 | P a g e

Page 54: renlit anjar last

bunyi dan sinar. Jadi walaupun tidak disebutkan adanya

kewajiban menyalakan lampu pada waktu selain yang

disebutkan dalam pasal 73 PP No. 43 Tahun 1993 tersebut

(hari terang) upaya ini tetap mengacu kepada ketentuan

pasal 22 UU No. 14 Tahun 1992. Namun yang perlu

dipikirkan adalah ketepatan penempatan dan penerapan

strategi yang akan dijalankan tersebut. Aaktor sarana dan

prasarana salah satu unsur manajemen yang akan

diungkapkan pada bab IV Aparat masih kurang tegas.

Karena sosialisasinya yang masih baaru maka jika terjado

pelanggaran terhadap program hanya ditindak lanjuti

dengan teguran dari petugas. Masyarakat atau pengemudi

kendaraan bermotor tidak semua dapat diatur dengan

mudah dimana era kemajuan zaman membuat perubahan

sikap masyarakat yang semakin berani dan tidak dengan

mudah mematuhi hukum atau peraturan.

Dalam implementsi program safety riding diwilayah

Polres Semarang melalui pemberlakuan lajur kirri dan

penyalaan lampu utama di siang hari bagi kendaraan roda

dua jika ada pengemudi yang melanggar peraturan

tersebut hanya ditegur dan diberi aarahan oleh petugas

sebagai aparat penegak hukum. Massyarakat saat ini pada

umumnya tidak takut pada petugas melainkan takut pada

hukuam dengan tidak adanya sanksi pada penerapan

54 | P a g e

Page 55: renlit anjar last

peraturan safety riding tersebut naka tidak ada daya

tangkal bagi masyarakat tersebut untuk tidaak melanggar

ketentuan yang berlaku.

5.3.3Anggaran

Faktor Anggaran menjadi masalah lama.

Pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan laampu bagi

kendaraan bermotor di siang hari tidak langsung efektif.

Jika tidak adanya sosialisasi. Selanjutnya biaya untuk

melakukan sosialisasi membutuhkan anggaran yang besar.

Berger (1978) dikutip oleh Sunarto (2004) mendefinisikan

sosialisasi sebagai aa process by which a child learns to be

aa participans member of society (Proses dimana seorang

anak belajar menjadi anggota dari masyarakat). Sosialisasi

dapat juga diartikan sebagai melalui status proses yang

harus dilakukan setiap anggota baru suatu masyarakat

untuk mempelajari kebiasaan yang dipunyai manusia –

baik di bidang ekonomi, kekeluargaan, agama, politik dan

sebagainya. Pelaksanaan sosialisasi implementasi

program safety riding di wilayah Polres Semarang melalui

pemberlakuan lajur kiri dan penyalaan lampu utama di

siang hari bagi kendaraan roda dua yang dilaksanakan

oleh Polres Semarang umumnya mengandalkan spanduk –

spandduk slogan program yang ada.

55 | P a g e

Page 56: renlit anjar last

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di bab – bab

sebelumnya maka kesimpulan yang bisa diambil adalah sebagai

berikut :

1) Penyebab – penyebab dari terjadinya kecelakaan lalu lintas

yang terjadi di wilayah hukum polres Semarang umumnya terdirri dari :

1) Faktor manusia ; a. Kondisi fisik pengemudi seperti kelelahan fisik ,

mengantuk, atau terpengaruh alcohol merupakan penyebab –

penyebab dari kecelakaan lalu lintas. b. Kurangnya disiplin pengemudi

dalam mematuhi pperaturan – peraturan lalu lintas. pengemudi yang

tidak sabar dan tidak disiplin umpamanya, sangat mempengaruhi

menjadi penyebab suatu insiden kecelakaan : 2) Faktor Cuaca 3)

Teknis Kendaraan. Dalam masalah teknis kendaraan mencakup fisik

kendaraan seperti rem, ban dan sebagainya.

2) Implementasi program safety riding atau keselamatan

berkendaraan dengaan melalui pemberlakuan lajur kirri dan

menyalakan lampu pada siang hari yang diterapkan pada kendaraan

bermotor khususnya kendaraan bermotor Roda Dua. Antara lain

adalah bentuk kampanye keselamatan dan bentuk kepedulian

kemanusiaan dalam rangka menekan angka kecelakaan dan

menghindari jumlah korban yang semakin hari terus bertambah guna

56 | P a g e

Page 57: renlit anjar last

mewujudkan keamanaan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran

berlalu lintas. pelaksanaannya kegiatan tersebut adalah sebagai

berikut : mengutamakan simpatik dengan himbauan – himbauan.

Sosialisasi baik melalui spanduk maupun bermacam media. Menggelar

anggota di jalan. Sedangkan penindakan yang diberikan pada

pengemudi jalan yang melanggar ketentuan pemberlakuan tersebut

adalah masih dalam bentuk teguran dan pengarahan dan bukan dalam

bentuk sanksi.

3) Faaktor penghambat dalam pelaksanaan program safety

riding di wilaayah Polres Semarang melalui Pemberlakuan Lajur Kiri

dan Penyalaan Lampu Utama di Siang Hari bagi kendaraan bermotor

roda dua adalah sebagai berikut : Sarana berupa alat pendukung tugas

seperti pendukung tugas seperti spanduk dan kampanye masih kurang

: Perrilaku pemakai jalan yang tidak tertib; aparat masih kurang tegas;

Terbatasnyaa kemampuan dan keterampilan anggota.

6.2 Saran

Dalam rangka pelaksanaan implementasi program safety

riding di wilayah Polres Semarang melalui Pemberlakuan Lajur

Kiri dan Penyalaan Lampu Utaama di Siang Hari Bagi Kendaraan

Bermotor Roda Dua diwilayah hukum Polres Semarang, berikut

ini adalah saran atau rekomendasi yang dapat diberikan

diantaranya adalah sebagai berikut :

57 | P a g e

Page 58: renlit anjar last

1) Membuat Peraturan Perundang – undangan

mengenai Pemberlakuan Lajur Kirri dan penyalaan lampu

utamaa di siang haari bagi kendaraan Bermotor Roda Dua di

wilayah hukum Polres Semarang.

2) Melakukan kerjasama dengan pihak swastaa dan

LSM yang peduli keselamatan lalu lintas sehingga dari sana

dapat digalang dana guna menambah spanduk atapun

sarana yang akan menunjang implementasi program

pemberlakuan lajur kirri dan penyalaan lampu utama di siang

hari bagi kendaraan bermotor rodaa dua diwilayah hukum

polres Semarang.

58 | P a g e